Pengukuran Daya Sent

7
I.JUDUL Pengukuran Daya II. TUJUAN Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengetahui besarnya daya pada lampu TL dengan ballast konvensional dan ballast elektronik. 2. Mengetahui faktor daya pada rangkain lampu TL tersebut. 3. Membandingkan biaya pengeluaran dari penggunaan lampu TL saat menggunakan ballast konensional dan ballast elektronik. III. DASAR TEORI Lampu tabung Neon (Fluorescent Lamp) adalah lampu tabung yang terbuat dari kaca yang didalamnya berisi gas argon dan dikedua ujungnya terdapat filamen elektroda. Untuk menyalakan lampu neon ini dibutuhkan alat yang disebut Ballast. Pada umumnya masyarakat kita lebih mengenal Ballast konvensional yang terbuat dari lempengan besi yang didalamnya terdapat kumparan kawat tembaga/spul. Namun ballast jenis konvensional ini banyak kelemahannya. Belasan tahun yang silam, para ahli elektronika telah menemukan suatu sistem penyalaan lampu neon dengan menggunakan frekuensi tinggi yang kemudian dikenal dengan nama Ballast Elektronik. Saat ini sudah banyak lampu yang sudah dilengkapi dengan ballast elektronik namun terbatas pada jenis lampu- lampu SL, PLE-C, PLE-T untuk penerangan biasa seperti

description

pengukuran daya

Transcript of Pengukuran Daya Sent

I. JUDULPengukuran Daya

II. TUJUANSetelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa mampu :1. Mengetahui besarnya daya pada lampu TL dengan ballast konvensional dan ballast elektronik.2. Mengetahui faktor daya pada rangkain lampu TL tersebut.3. Membandingkan biaya pengeluaran dari penggunaan lampu TL saat menggunakan ballast konensional dan ballast elektronik.

III. DASAR TEORILampu tabung Neon (Fluorescent Lamp) adalah lampu tabung yang terbuat dari kaca yang didalamnya berisi gas argon dan dikedua ujungnya terdapat filamen elektroda. Untuk menyalakan lampu neon ini dibutuhkan alat yang disebut Ballast. Pada umumnya masyarakat kita lebih mengenal Ballast konvensional yang terbuat dari lempengan besi yang didalamnya terdapat kumparan kawat tembaga/spul. Namun ballast jenis konvensional ini banyak kelemahannya.Belasan tahun yang silam, para ahli elektronika telah menemukan suatu sistem penyalaan lampu neon dengan menggunakan frekuensi tinggi yang kemudian dikenal dengan nama Ballast Elektronik. Saat ini sudah banyak lampu yang sudah dilengkapi dengan ballast elektronik namun terbatas pada jenis lampu-lampu SL, PLE-C, PLE-T untuk penerangan biasa seperti pemasangan di rumah dengan daya kecil yang dipasang langsung ke fitting misalnya fitting E27. Lalu bagaimana dengan lampu TL untuk di perkantoran, gedung-gedung dan industri yang masih menggunakan Ballast konvensional dan Starter sebagai pemicunya.

Berikut adalah kelemahan dari Ballast Konvensional: Pemborosan Arus ( 0,45 Ampere / 40 Watt). Umur neon lebih pendek akibat banyaknya flicker dan arus picu pada filamen. Tidak akan menyala sempurna pada tegangan rendah (dibawah 200V). Sering timbul suara dengung. Adanya flicker/kedipan pada lampu yang mengganggu penglihatan dan memperpendek umur lampu neon. Harus memakai Starter. Pada saat saklar dinyalakan lampu neon tidak langsung menyala melainkan harus dipicu terlebih dahulu sehingga terdapat kedipan/flicker yang dapat memperpendek umur neon (pada bagian ujung lampu neon biasanya berwarna hitam). Arus dan Tegangan tidak stabil akibat induksi medan magnet pada kumparan ballast. Cos phi (power factor) sangat rendah 0,48 (dibawah standar PLN yaitu 0,85), hal ini yang menyebabkan listrik menjadi boros.IV. ALAT YANG DIGUNAKAN1. Satu set lampu TL beserta bllast konvensional dan stater2. Ballast elektronik( 1 buah )3. Voltmeter( 1 buah )4. Ampermeter( 1 buah )5. Wattmeter ( 1 buah )6. Multimeter( 1 buah )7. Kabel ( secukupnya )

V. GAMBAR RANGKAIAN

VI. LANGKAH KERJA1. Berdoa sebelum praktikum dilaksanakan.2. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk praktikum.3. Merangkai seperti gambar nomor 1.4. Meng-ON kan power supply kemudian mencatat hasil daya, arus, dan tegangan yang terukur pada masing-masing alat ukur.5. Kemudian merangkai seperti gambar 2.6. Meng-ON kan power supply kemudian mencatat hasil daya, arus, dan tegangan yang terukur pada masing-masing alat ukur.7. Setelah mendapat hasil dari percobaan tersebut masukkan dalam tabel kemudian lakukan analisis terhadap nilai factor daya dan biaya pengeluaran berdasarkan masing masig data pengukuran.

VII. DATA PERCOBAANTabel 1. Ballast Elektronik 40W 220V-50HzNoDaya (Watt)Arus (I)Tegangan (V)

1250.2205

Tabel 2. Ballast konvensional tanpa kapasitor 40W 220V-50HzNoDaya (Watt)Arus (I)Tegangan (V)

132.50.3205

Analisa perhitungan 1. Contoh perhitungan Ballast Elektronik 40W 220V-50Hz

P = 25 WV = 205 V I = 0,2 AP = V.I.Cos

Cos = = = 0.609Biaya pengeluaran untuk waktu pemakaian selama 8 jam dalam sehari. Berdasarkan TDL per 1 September 2014 untuk golongan industri yaitu Rp1.075/kWh (karena lampu TL sering digunakan pada industri) :Total energi selama 8 jam = P x t= 25 x 8 = 200 Wh = 0.2 kWhTotal biaya selama 8 jam = 0.2 x 1075 = Rp.215,00Selama 1 bulan = 215 x 30 = Rp.6450,00Tabel 3. Data hasil perhitunganJenis BallastCos Energi selama 8 jam(kWh)Biaya selama 8 jam

Biaya selama 8 jam untuk 1 bulan

Elektronik0.609 lag0.2Rp.215,00Rp.6450,00

Konvensional0.528 lag0.26Rp.279.5,00Rp.8385,00

VIII. ANALISASetelah melaksanakan praktikum pengukuran daya pada lampu TL yang menggunakan jenis ballast elektronik dan ballast konvensional sehingga didapatkan data berupa daya, arus, dan tegangan untuk kemudian dilakukan perhitungan guna mendapatkan nilai cos phi dari masing-masing ballast, serta juga dapat membandingkan total biaya yang harus dikeluarkan untuk penggunaan lampu TL dengan penggunaan masing-masing ballast selama 8 jam dalam sehari.Dari data perhitungan terlihat saat lampu TL menggunakan ballast elektronik didapatkan daya sebesar 25 Watt dengan hasil cos phi 0.609 lagging. Untuk biaya pengeluaran selama 8 jam untuk 1 hari sebesar Rp.215,00. Sedangkan saat lampu TL menggunakan ballast konvensional didapatkan daya yang lebih besar yaitu 32.5 Watt dengan hasil cos phi 0.528 lagging. Untuk biaya pengeluaran selama 8 jam dalam 1 hari sebesar Rp.279.5,00. Sehingga dapat diketahui bahwa dengan pengoperasian lampu TL yang menggunakan ballast elektronik lebih baik dan menguntungkan. Terlihat dari besar daya yang dihasilkan saat menggunakan ballast elektronik daya yang dihasilkan lebih kecil, hasil nilai cos phi saat menggunakan ballast elektronik nilai cosphi nya lebih baik dari pada ballast konvensional. Untuk nilai cos phi apabila semakin mendekati 1 berarti nilai nya semakin baik. Sedangkan untuk biaya penggunaan selama 8 jam dalam sehari terlihat pada saat menggunakan ballas elektronik hasilnya lebih murah yaitu Rp.215,00. Dan untuk pengoperasian dalam sebulan biaya yang harus dikeluarkan untuk 1 buah lampu TL sebesar Rp.6450,00 terpaut Rp.1935,00 lebih murah dibandingkan saat penggunaan lampu TL dengan ballast konvensional yang memakan biaya untuk 1 bulan sebesar Rp.8385,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan ballast elektronik sangat menguntungkan.IX. KESIMPULANSetelah melakukan praktikum dapat disimpulkan bahwa :1. Penggunaan Ballast pada lampu TL dengan menggunakan ballast elektronik lebih baik daripada saat menggunakan ballast konvensional 2. Lampu TL dengan menggunakan ballast elektronik didapatkan daya yang lebih kecil dari pada ballast konvensional, dan nilai cos phi yang lebih mendekati 1 .3. Biaya pengeluaran penggunaan lampu TL selama 8 jam sehari dalam 1 bulan hasilnya lebih ekonomis nilainya dibandingkan dengan menggunakan ballast konvensional.