PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI...

48
PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L.) SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN (Skripsi) Oleh DELLA ARISANDI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI...

Page 1: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)

SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN

(Skripsi)

Oleh

DELLA ARISANDI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Della Arisan

ABSTRAK

Pengujian Viabilitas 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max L) Setelah Disimpan

Selama 12 Bulan

Oleh

Della Arisandi

Lima belas lot benih yang diuji adalah kombinasi varietas (Anjasmoro Grobogan

dan Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 (tanpa pemupukan dosis

rekomendasi 100 dan 150 kgha dan dosis di atas rekomendasi 200 dan 250

kgha) yang telah disimpan 12 bulan pada suhu (suhu 180C plusmn 158

0C dengan RH

60 plusmn 92) Lima belas lot benih diuji viabilitas benihnya pada lingkungan yang

optimum dengan variabel pengamatan daya berkecambah kecepatan

perkecambahan indeks vigor potensi tumbuh maksimum bobot kering kecambah

normal kadar air dan daya hantar listrik Rancangan perlakuan disusun secara

tunggal yaitu 15 lot benih yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan

pemisahan nilai tengah menggunakan Uji perbandingan kelas pada taraf α 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Varietas kedelai yang memiliki bobot

gt16 gram menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas

kedelai yang memiliki bobot lt16 gram setelah disimpan 12 bulan pada

penyimpanan optimum Hal tersebut didukung oleh variabel persentase

Della Arisan

perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah

normal (2) Pemberian pupuk SP-36 menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi

dibandingkan tanpa pemupukan berdasarkan variabel kecepatan perkecambahan

(3) Pemberian pupuk SP-36 200 ndash 250 kgha (di atas rekomendasi) pada varietas

Burangrang mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi pascasimpan 12

bulan berdasarkan variabel daya berkecambah indeks vigor potensi tumbuh

maksimum dan kadar air benih

Kata kunci kedelai penyimpanan pupuk SP-36 viabilitas

Della Arisan

PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)

SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN

Oleh

Della Arisandi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Della Arisan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten

Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim

Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung

yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan

formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan

Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah

Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012

dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun

2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi

adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang

Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain

itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih

Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019

Della Arisan

Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti

Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun

(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan

November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 2: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

ABSTRAK

Pengujian Viabilitas 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max L) Setelah Disimpan

Selama 12 Bulan

Oleh

Della Arisandi

Lima belas lot benih yang diuji adalah kombinasi varietas (Anjasmoro Grobogan

dan Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 (tanpa pemupukan dosis

rekomendasi 100 dan 150 kgha dan dosis di atas rekomendasi 200 dan 250

kgha) yang telah disimpan 12 bulan pada suhu (suhu 180C plusmn 158

0C dengan RH

60 plusmn 92) Lima belas lot benih diuji viabilitas benihnya pada lingkungan yang

optimum dengan variabel pengamatan daya berkecambah kecepatan

perkecambahan indeks vigor potensi tumbuh maksimum bobot kering kecambah

normal kadar air dan daya hantar listrik Rancangan perlakuan disusun secara

tunggal yaitu 15 lot benih yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan

pemisahan nilai tengah menggunakan Uji perbandingan kelas pada taraf α 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Varietas kedelai yang memiliki bobot

gt16 gram menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas

kedelai yang memiliki bobot lt16 gram setelah disimpan 12 bulan pada

penyimpanan optimum Hal tersebut didukung oleh variabel persentase

Della Arisan

perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah

normal (2) Pemberian pupuk SP-36 menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi

dibandingkan tanpa pemupukan berdasarkan variabel kecepatan perkecambahan

(3) Pemberian pupuk SP-36 200 ndash 250 kgha (di atas rekomendasi) pada varietas

Burangrang mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi pascasimpan 12

bulan berdasarkan variabel daya berkecambah indeks vigor potensi tumbuh

maksimum dan kadar air benih

Kata kunci kedelai penyimpanan pupuk SP-36 viabilitas

Della Arisan

PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)

SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN

Oleh

Della Arisandi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Della Arisan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten

Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim

Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung

yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan

formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan

Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah

Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012

dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun

2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi

adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang

Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain

itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih

Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019

Della Arisan

Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti

Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun

(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan

November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 3: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah

normal (2) Pemberian pupuk SP-36 menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi

dibandingkan tanpa pemupukan berdasarkan variabel kecepatan perkecambahan

(3) Pemberian pupuk SP-36 200 ndash 250 kgha (di atas rekomendasi) pada varietas

Burangrang mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi pascasimpan 12

bulan berdasarkan variabel daya berkecambah indeks vigor potensi tumbuh

maksimum dan kadar air benih

Kata kunci kedelai penyimpanan pupuk SP-36 viabilitas

Della Arisan

PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)

SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN

Oleh

Della Arisandi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Della Arisan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten

Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim

Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung

yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan

formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan

Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah

Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012

dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun

2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi

adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang

Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain

itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih

Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019

Della Arisan

Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti

Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun

(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan

November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 4: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)

SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN

Oleh

Della Arisandi

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Della Arisan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten

Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim

Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung

yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan

formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan

Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah

Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012

dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun

2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi

adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang

Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain

itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih

Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019

Della Arisan

Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti

Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun

(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan

November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 5: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten

Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim

Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung

yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan

formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan

Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah

Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012

dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun

2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi

adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang

Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain

itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih

Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019

Della Arisan

Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti

Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun

(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan

November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 6: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti

Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran

pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun

(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang

Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan

November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 7: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

Persembahan

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya sederhana ini

Kepada

Kedua orang tua tercinta

Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna

yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

Kakak-kakakku tersayang

Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH

yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis

Dosen pembimbing dan penguji

Keluarga Besar Agroteknologi

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 8: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any

direction you chooserdquo

(Dr Seuss)

ldquoKenapa harus berbuat baik

Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya

Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang

dengan perbuatan baikrdquo

(Ali Bin Abi Thalib)

ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo

(BJ Habibie)

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 9: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

SANWACANA

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari

berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung

2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas

saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini

4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik

yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan

5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa

mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan

dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya

mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada

penulis hingga terwujudnya skripsi ini

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 10: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian

dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan

8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang

senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan

pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti

9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH

serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan

motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis

10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa

perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda

Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida

Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana

dan Berti Kurnia

11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda

Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga

Semoga tulisan ini bermanfaat

Bandar Lampung 09 Agustus 2019

Penulis

Della Arisandi

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 11: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

I PENDAHULUAN 1

11 Latar Belakang 1

12 Tujuan Penelitian 3

13 Kerangka Pemikiran 3

14 Hipotesis 7

II TINJAUAN PUSTAKA 8

21 Pengujian viabilitas benih 8

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11

23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode

simpan 12

III BAHAN DAN METODE 15

31 Tempat dan Waktu Penelitian 15

32 Alat dan Bahan 15

33 Metode Penelitian 16

33 Pelaksanaan Penelitian 20

34 Variabel Pengamatan 20

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 12: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

41 Hasil Penelitian 25

42 Pembahasan 35

V SIMPULAN DAN SARAN 40

51 Simpulan 40

52 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

Tabel 9 - 32 47

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 13: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Perbandingan kelas 18

2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot

benih kedelai 25

3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan

pada 15 lot benih kedelai 26

4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih

kedelai 27

5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada

15 lot benih kedelai 28

6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih

kedelai 29

7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal

pada 15 lot benih kedelai 30

8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot

benih kedelai 31

9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42

10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43

12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44

13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 14: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih

kedelai 43

15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46

16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47

18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48

19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49

20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih

kedelai 49

21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 50

22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih

kedelai 51

24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52

25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53

26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53

27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54

28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55

30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56

31 Deskripsi Varietas Grobogan 57

32 Deskripsi Varietas Burangrang 58

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 15: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

Della Arisan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9

2 Tata letak percobaan 16

3 Benih normal dan abnormal 21

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 16: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

1

I PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan

yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga

fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang

berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat

Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta

tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China

dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau

hanya sekitar 8

Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia

jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan

sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau

periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih

bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari

produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat

Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai

penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah

benih melalui periode simpan

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 17: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

2

Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk

budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu

upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui

periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari

kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang

di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk

rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)

sehingga diperoleh 15 lot benih

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang

menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih

memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan

kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9

Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan

selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158

0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)

Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)

yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -

75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam

mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah

respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas

benih dapat dipertahankan lebih lama

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 18: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

3

12 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah

disimpan selama 12 bulan

2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga

kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan

13 Kerangka Pemikiran

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan

prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga

varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-

umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai

berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh

konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap

pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas

Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir

yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan

Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 19: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

4

100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih

tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam

plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak

penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu

optimum

Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12

bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu

lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada

suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat

Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga

respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara

cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama

penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan

meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan

bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih

mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut

kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa

ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya

kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai

dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2

tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya

berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada

suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 20: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

5

Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang

berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan

Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan

daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)

varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan

varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap

hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi

kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh

seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi

penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan

dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena

varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan

tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas

(mutu benih)

Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk

menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama

unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat

dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)

Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting

(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk

meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 21: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

6

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting

untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas

dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan

pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel

tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis

karbohidrat (Rahmawati 2003)

Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai

Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih

Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama

fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi

dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan

energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol

heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti

nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama

perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis

senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan

potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya

bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium

bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 22: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

7

Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai

sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan

meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan

meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan

Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan

meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan

komponen mutu benih lainnya

14 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan

Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan

2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis

pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan

3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36

berbeda setelah disimpan 12 bulan

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 23: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

8

II TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengujian Viabilitas Benih

Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi

tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam

rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang

sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama

periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih

(deteriorasi) (Sutopo 2012)

Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan

melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah

juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih

Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)

benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III

Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 24: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

9

merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih

yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah

periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai

viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)

adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih

setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga

kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III

merupakan periode pelepasan energi (energy release)

Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)

Keterangan

D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg

Vp = viabilitas potensial

Vg = vigor

Vp

Vg

Periode viabilitas

Vp

D

I II

III

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 25: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

10

Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan

tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah

muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah

tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal

pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya

berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan

membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga

storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah

benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)

Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya

hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat

kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran

benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki

viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih

berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan

tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh

penyimpanan benih

Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya

hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya

semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat

yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih

pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 26: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

11

Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang

tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan

Powell 2006)

22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih

Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk

tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan

kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan

polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)

Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam

ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel

mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan

koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu

penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi

banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan

ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih

(Timotiwu dan Nurmauli 1996)

Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil

dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat

pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 27: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

12

tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan

pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)

Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan

cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer

energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya

serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan

terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji

Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa

ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor

benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan

tinggi (Bewley dan Black 1978)

23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode

Simpan

Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan

viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama

penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang

tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan

sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum

untuk panen dapat dimulai

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 28: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

13

Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal

Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan

kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis

pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda

seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan

Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama

penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban

nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu

tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama

Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar

selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)

Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)

menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75

dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut

Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu

rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan

kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan

Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami

penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 29: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

14

meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan

asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab

kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic

2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek

ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan

gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa

dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan

konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion

inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan

Vieira 2007)

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih

yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih

kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu

rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim

terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan

juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan

habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga

viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 30: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

15

III BAHAN DAN METODE

31 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember

2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

32 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari

kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro

Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa

pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk

diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12

cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan

kertas CD

Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-

A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting

nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC

oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 31: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

16

Lot

2

Lot

6

Lot

12

Lot

4

Lot

15

Lot

3

Lot

13

Lot

10

Lot

11

Lot

14

Lot

9

Lot

5

Lot

1

Lot

8

Lot

7

Lot

10

Lot

14

Lot

1

Lot

7

Lot

15

Lot

3

Lot

6

Lot

12

Lot

2

Lot

11

V PLot

5

Lot

13

Lot

4

Lot

8

Lot

9

33 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari

15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan

percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji

menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai

asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis

ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji

perbandingan kelas pada taraf α 5

Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut

Kelompok I

Kelompok II

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 32: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

17

Lot

12

Lot

9

2

Lot

11

Lot

6

Lot

14

Lot

10

Lot

2

Lot

8

Lot

3

Lot

13

Lot

4

Lot

7

Lot

15

Lot

1

Lot

5

Kelompok III

Gambar 2 Tata letak percobaan

Keterangan

Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha

Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh

Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha

Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha

Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha

Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 33: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

18

Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih

Perbandingan

Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36

P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36

P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36

Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36

P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36

P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36

P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi

P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi

P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)

P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 34: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

19

Lanjutan

0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250

-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1

-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1

Anjasmoro Grobogan Burangrang

SP-36 SP-36 SP-36

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 35: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

20

34 Pelaksanaan Penelitian

1 Persiapan Benih

Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12

bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya

berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum

indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan

kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang

digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai

35 Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah

1 Persentase Daya Berkecambah (DB)

Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan

Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung

didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA

2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)

tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan

atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah

lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang

disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan

Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai

dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat

pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 36: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

21

kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal

1994)

Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang

dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur

pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk

memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan

kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu

tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian

dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus

sum sum

sum

Keterangan

DB = Daya Berkecambah

KN I = Kecambah normal hari ke-5

KN II = Kecambah normal hari ke-8

Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal

Kecambah

Normal

Kecambah

Abnormal

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 37: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

22

2 Kecepatan Perkecambahan

Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah

normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian

kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase

kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan

McDonald (2001)

Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut

sum

Keterangan

KCT = Kecepatan perkecambahan benih

KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan

3 Indeks Vigor

Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah

dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus

sum

sum

Keterangan

IV = Indeks vigor

KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 38: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

23

4 Potensi tumbuh maksimum

Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad

1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah

normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi

tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut

sum sum sum

sum

Keterangan

PTM = Potensi tumbuh maksimum ()

Σ KN = jumlah kecambah normal

Σ KAN = jumlah kecambah abnormal

5 Kadar Air Benih

Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain

moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai

yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan

tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat

6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya

berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop

kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot

kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot

kering kecambah normal adalah milligram (mg)

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 39: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

24

7 Daya Hantar Listrik (DHL)

Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih

kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest

kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam

Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari

jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan

menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut

yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai

konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas

larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan

selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol

konduktivitas listrik

Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut

DHL (microscm g) =

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 40: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

40

V SIMPULAN DAN SARAN

51 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut

1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36

menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas

yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi

tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg

dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro

2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36

memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa

pemupukan

3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36

kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan

4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250

kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu

909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 41: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

41

52 Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang

berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)

dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih

sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158

0C)

dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan

melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 42: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

42

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi

Bombay Calcuta

Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-

releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019

Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi

Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm

Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of

oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-

2

Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed

Springerverlag Heidelberg New York 302 p

Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka

Ilmu Semarang

Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad

associated causal factors Crop Sci 21 926-933

Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and

Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p

Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and

Technology United States of America London 467 p

Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih

Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187

Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT

Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 43: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

43

Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI

Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm

Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik

Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)

158-163

Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)

varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor

Bogor 39 hlm

ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing

International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p

International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and

Technology International Rules for Seed Testing International Seed

Testing Association Zurich 125 p

Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm

Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar

air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian

Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian

Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

9(2) 79-82

Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan

Benih Kanisius Yogyakarta

Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe

Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan

Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT

Grafindo Persada Jakarta 263 hlm

Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S

Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan

Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Bogor159 ndash 170 hlm

Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of

soybean seeds exposed to different storage conditions Revista

Brasileira de Sementes 29(2) 97-105

Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam

dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 44: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

44

Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia

httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033

WIB

Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah

Bogor

Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)

yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda

[skripsi]Universitas Lampung Lampung

Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih

Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184

hlm

Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145

hlm

Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana

Jakarta 145 hlm

Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237

hlm

Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta

237 hlm

Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan

Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)

dan Kadar PT Gramedia Jakarta

Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas

Sumatera Utara Medan 129 hlm

Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and

soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad

Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk

Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas

Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15

Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and

Fertlizer 4th

Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p

Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat

terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm

Page 45: PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L ...digilib.unila.ac.id/58923/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Della Arisan Persembahan Dengan penuh rasa syukur kepada

45

varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal

Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121

Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008

Temperature during soybean seed storage and the amount of

electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba

Braz) 65(5) 496-501

Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan

Kanisius Yogyakarta 228 hlm