UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI...

97
UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA DALAM BENTUK PUPUK KOMPOS GRANUL DAN PENGARUHNYA PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) Oleh DWI AGUSTIYANTO UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2018

Transcript of UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI...

Page 1: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA

ARBUSKULA DALAM BENTUK PUPUK KOMPOS

GRANUL DAN PENGARUHNYA PADA TANAMAN

JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.)

Oleh

DWI AGUSTIYANTO

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2018

Page 2: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA DALAM BENTUK PUPUK KOMPOS GRANUL DAN PENGARUHNYA PADA TANAMAN

JAGUNG (Zea mays saccharata Sturt.)

Oleh :

DWI AGUSTIYANTO

115040201111226

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

MINAT MANAJEMEN SUMBER DAYA LAHAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Galar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

MALANG

2018

Page 3: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan

hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi ini tidak

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi

manapun dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas

ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2015

Dwi Agustiyanto

Page 4: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Proposal : Uji Viabilitas dan Kolonisasi Mikoriza Arbuskula

dalam Bentuk Pupuk Kompos Granul dan

Pengaruhnya pada Tanaman Jagung (Zea mays

saccharata Sturt.)

Nama Mahasiswa : Dwi Agustiyanto

NIM : 115040201111226

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Manajemen Sumber Daya Lahan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Budi Prasetya, MP. Danny Dwi Saputra, SP. M.Si. NIP. 19610701 198703 1 002 NIP. 86031704310024

Mengetahui,

a.n. Dekan

Ketua Jurusan Tanah

Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU. NIP. 19540501 198103 1 006

Tanggal Persetujuan:

Page 5: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

LEMBAR PENGESAHAN

Mengesahkan

MAJELIS PENGUJI

Penguji I Penguji II

Dr. Ir. Retno Suntari, SU. Dr. Ir. Budi Prasetya, MP.

NIP. 19580503 198303 2 002 NIP. 19610701 198703 1 002

Penguji III Penguji IV

Danny Dwi Saputra, SP. M.Si. Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU.

NIP. 86031704310024 NIP. 19540501 198103 1 006

Tanggal Lulus:

Page 6: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

vi

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Kedua orang tua tercinta Bapak R. Sukarnanto dan Ibu Rustiani,

Kakak Eka Septiyan W. dan Adik Tri Kartika Aprilya

Page 7: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

vii

RINGKASAN

Dwi Agustiyanto. 11504020111122. Uji Viabilitas dan Kolonisasi Mikoriza

Arbuskula dalam Bentuk Pupuk Kompos Granul dan Pengaruhnya pada

Tanaman Jagung (Zea mays saccharata Sturt.). Di bawah bimbingan Budi

Prasetya dan Danny Dwi Saputra.

Keberhasilan produksi pertanian tidak terlepas dari kontribusi peranan

sarana produksi pertanian, antara lain pupuk. Akhir-akhir ini sudah mulai terlihat

kecenderungan degradasi lahan berupa kerusakan lahan (tanah menjadi asam dan

mengeras) yang disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik (khususnya Urea

dan Fosfat) secara terus menerus dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Oleh

karena itu upaya memperbaiki kesehatan tanah dapat dilakukan melalui

pengelolaan bahan organik. Kompos sebagai salah satu bentuk bahan organik

memiliki peran utama sebagai pembenah tanah sehingga menjadi gembur dan

menjadi tempat tumbuh yang baik bagi akar tanaman dan organisme tanah yang

diperlukan dalam proses penyediaan unsur hara bagi tanaman. Penyerapan hara

oleh tanaman dapat diperbesar oleh adanya hubungan simbiosis antara bagian

terkecil dari akar tanaman sekunder dengan jamur tertentu. Asosiasi ini disebut

dengan mikoriza. Sehingga jika kompos dikombinasikan dengan spora Mikoriza

Arbuskula, berpotensi fungsi kompos sebagai pembenah tanah dan juga MA

(Mikoriza Arbuskula) yang bersimbiosis dengan akar tanaman, dapat menjalankan

peran masing-masing dan juga efektif dalam penggunaan mikoriza dan kompos

pada peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Tujuan penelitian ialah

untuk mengetahui pengaruh uji viabilitas dan kolonisasi Mikoriza Abuskula dalam

bentuk pupuk kompos granul terhadap populasi, persentase koloni akar,

pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, dan serapan-P tanaman

jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.).

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca FP UB Malang pada bulan

September hingga Oktober 2017. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan 10 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari Kontrol;

Acaulospora + penyimpanan pupuk 1 bulan (A1); Acaulospora dan Glomus +

penyimpanan pupuk 1 bulan (C1); Glomus + penyimpanan pupuk 1 bulan (G1);

Acaulospora + penyimpanan pupuk 2 bulan (A2); Acaulospora dan Glomus +

penyimpanan pupuk 2 bulan (C2); Glomus + penyimpanan pupuk 1 bulan (G2);

Acaulospora + penyimpanan pupuk 3 bulan (A3); Acaulospora dan Glomus +

penyimpanan pupuk 3 bulan (C3); Glomus + penyimpanan pupuk 3 bulan (G3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kompos granul G1

(Glomus + penyimpanan pupuk 1 bulan) memberikan hasil yang optimal terhadap

sifat kimia tanah dan pertumbuhan tanaman jagung manis. Perlakuan pupuk

kompos granul hayati tidak memberikan pengaruh nyata pada indikator pH tanah

dan C-Organik dan memberikan pengaruh berbeda nyata pada parameter persentase

koloni (90%), N-Total (0,103%), P-Tersedia (4,39 mg kg-1), tinggi tanaman (139,9

cm) dengan jumlah daun (9 helai), bobot kering akar dan tajuk masing-masing 10,6

g dan 1,1 g, dan serapan-P tanaman sebesar 6,52 mg/tanaman.

Page 8: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

viii

SUMMARY

Dwi Agustiyanto. 11504020111122. The Viability Test and Colonization of

Arbuscular Mycorrhiza in the Form of Compost Granule Fertilizer and Its

Effect on Sweet Corn Plants (Zea mays saccharata Sturt.). Under the guidance

of Budi Prasetya and Danny Dwi Saputra.

The success of agricultural production is inseparable from the contribution

of the role of agricultural production facilities, including fertilizer. Lately, there has

been a tendency for land degradation in the form of land damage (the soil becomes

acidic and hardened) caused by the use of inorganic fertilizers (especially Urea and

Phosphate) continuously and not in accordance with plant needs. Therefore efforts

to improve soil health can be done through the management of organic matter.

Compost as a form of organic material has a major role as soil enhancer so that it

becomes loose and becomes a good growth place for plant roots and soil organisms

that are needed in the process of supplying nutrients to plants. Absorption of

nutrients by plants can be enlarged by the existence of a symbiotic relationship

between the smallest parts of the roots of secondary plants with certain fungi. This

association is called mycorrhizae. So that if compost is combined with Arbuscular

mycorrhizal spores, potentially compost functions as soil enhancers and also AM

(Arbuscular Mycorrhiza) which are symbiotic with plant roots, can carry out their

respective roles and are also effective in the use of mycorrhizae and compost in

increasing plant growth and production. The purpose of the research is to find out

the viability test influence Mycorrhiza colonization and Abuskula in the form of

compost granule against the population, the percentage of colonies of the roots,

plant growth, number of leaves, dry weights, and P-uptake in plants sweet corn (Zea

mays saccharata Sturt.).

Research conducted at greenhouse of FP UB Malang on September to

October 2017. This research used a Completely Randomized Design with 10

treatments and 3 replications. The treatment consists of Control; Acaulospora + 1

month fertilizer storage (A1); Acaulospora and Glomus + 1 month fertilizer storage

(C1); Glomus + 1 month fertilizer storage (G1); Acaulospora + 2 months fertilizer

storage (A2); Acaulospora and Glomus + 2 months fertilizer storage (C2); Glomus

+ 1 month fertilizer storage (G2); Acaulospora + 3 months fertilizer storage (A3);

Acaulospora and Glomus + 3 months fertilizer storage (C3); Glomus + 3 months

fertilizer storage (G3).

The results showed that the treatment of G1 (Glomus + 1 month fertilizer

storage) gave optimal results on soil chemical properties and growth of corn plants.

The treatment of biological granule compost did not give a significant effect on soil

pH and C-Organic indicators and gave a significantly different effect on the

parameters of colony percentage (90%), N-Total (0.103%), P-Available (4.39 mg

kg-1), plant height (139.9 cm) with number of leaves (9 strands), root dry and

canopy weight respectively 10.6 g and 1.1 g, and P-uptake of 6.52 mg/plant.

Page 9: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Uji Viabilitas dan Kolonisasi Mikoriza Arbuskula dalam Bentuk Pupuk

Kompos Granul dan Pengaruhnya pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays

saccharata Sturt.)”.

Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang setulus–tulusnya

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Budi Prasetya, MP. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi

ini hingga selesai,

2. Danny Dwi Saputra, SP. M.Si. selaku dosen pendamping yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

menyusun skripsi ini hingga selesai,

3. Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU. selaku Ketua Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Brawijaya Malang,

4. Keluarga penulis, Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dan teman-teman yang telah

memberikan fasilitas dan dukungannya dalam menyusun skripsi ini hingga

selesai.

Mengakui adanya keterbasan pengetahuan, referensi dan pengalaman maka

penulis sangat mengharap saran dan masukan demi lebih baiknya skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Agustus 2015

Penulis

Page 10: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Situbondo pada tanggal 26 Agustus 1992. Penulis merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara pasangan R. Sukarnanto dan Rustiani. Penulis

memulai pendidikan dasar di SDN IV Patokan Situbondo (1999 – 2005), kemudian

melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Situbondo (2005 – 2008), selanjutnya

melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Situbondo (2008 – 2011). Pada tahun 2011

penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi Agroekoteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya melalui jalur SNMPTN Undangan

(Bidik Misi).

Page 11: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ................................................................................................... vii

SUMMARY ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Tujuan ..................................................................................................... 3

1.3. Hipotesis ................................................................................................ 3

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1. Pupuk Kompos ....................................................................................... 4

2.2. Mikoriza ................................................................................................. 8

2.3. Aplikasi dan Pengaruh Spora Mikoriza Arbuskula pada Tanaman

Jagung Manis (Zea mays saccharate Sturt) .......................................... 21

III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 25

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 25

3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 25

3.3. Tahapan Penelitian ................................................................................. 25

3.4. Rancangan Percobaan dan Parameter Pengamatan ............................... 31

3.5. Analisis Data .......................................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 35

4.1. Identifikasi dan Populasi Spora Mikoriza Arbuskula Sebelum dan

Sesudah Pemerangkapan (trapping) ...................................................... 35

4.2. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Hayati Granul terhadap pH

(H2O), C-Organik, N-Total, dan P-Tersedia dalam Tanah ................... 36

4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Hayati Granul terhadap

Pertumbuhan Tanaman Jagung ............................................................. 38

4.4. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Hayati Granul terhadap

Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis ................................................... 40

4.5. Hubungan antar Parameter Pengamatan ................................................. 46

V. KESIMPULAN ........................................................................................... 53

5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 53

5.2. Saran ...................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54

LAMPIRAN ..................................................................................................... 62

Page 12: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Teks

1. Glomus sp. ........................................................................................ 12

2. Paraglomus sp. ................................................................................ 12

3. Gigaspora sp. ................................................................................... 13

4. Scutellospora sp. .............................................................................. 13

5. Acaulospora sp. ................................................................................ 14

6. Entrophospora sp. ............................................................................ 14

7. Skema penyerapan P oleh Akar Bermikoriza .................................. 17

8. Pengambilan Sampel Metode Miliacre Sampling ........................... 26

9. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Persentase Koloni Mikoriza

pada Tanaman Jagung ..................................................................... 37

10. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap N-Total Tanah .............. 39

11. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap P-Tersedia

Tanah ................................................................................................ 40

12. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Bobot Kering Akar

dan Tajuk Tanaman Jagung ............................................................. 44

13. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Serapan-P

Tanaman Jagung .............................................................................. 46

14. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan P-Tersedia Tanah ............... 48

15. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan Serapan-P Tanaman ........... 49

16. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan Jumlah Daun ...................... 50

17. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan Tinggi Tanaman ................. 51

Page 13: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Teks

1. Perlakuan pada Rancangan Percobaan ............................................. 32

2. Parameter, Metode dan Waktu Pengamatan ................................... 33

3. Populasi spora Mikoriza Arbuskula per Sampel Tanah ................... 36

4. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Tinggi Tanaman

Jagung .............................................................................................. 41

5. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Jumlah Daun

Tanaman Jagung .............................................................................. 43

Page 14: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Teks

1. Alur Kerja Penelitian ....................................................................... 63

2. Denah Percobaan Pemerangkapan (Trapping Culture) ................... 64

3. Denah Percobaan Aplikasi Pupuk Kompos Granul Hayati ............. 65

4. Perhitungan Pengenceran Formalin 37% untuk Fumigasi

Sampel Tanah dan Trapping Culture ............................................... 66

5. Perhitungan Kebutuhan Air ............................................................. 67

6. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kompos .......................................... 68

7. Perhitungan Pengenceran Formalin 37% untuk Sterilisasi

150 kg Tanah .................................................................................... 70

8. Hasil Analisis Laboratorium ............................................................ 71

9. Hasil Perhitungan Populasi Mikoriza Setelah Pengambilan

Sampel dan Setelah Dilakukan Pemerangkapan Menggunakan Media

Awal (Tanah Bekas Tambang Batubara) ........................................ 72

10. Karakteristik Morfologis Mikoriza Arbuskula per Sampel

Tanah ................................................................................................ 73

11. Hasil Perhitungan Populasi Mikoriza Arbuskula Setelah

Pemerangkapan Menggunakan Media Tanah Inceptisol ................. 75

12. Hasil Analisis Ragam Indikator Kimia Tanah dan Serapan-P ......... 76

13. Hasil Analisis Ragam Indikator Tinggi Tanaman Jagung ............... 77

14. Hasil Analisis Ragam Indikator Jumlah Daun Tanaman

Jagung .............................................................................................. 78

15. Hasil Analisis Ragam Indikator Bobot Kering Akar dan Tajuk

Tanaman Jagung .............................................................................. 79

16. Tabel analisis korelasi semua parameter pengamatan dan pedoman

interpretasi koefisien korelasi .......................................................... 80

17. Dokumentasi Pemerangkapan (Trapping Culture) pada

Tanaman Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt)..................... 81

18. Dokumentasi Tinggi Tanaman Jagung Manis (Zea mays

saccharate Sturt) .............................................................................. 82

Page 15: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan produksi pertanian tidak terlepas dari kontribusi peranan

sarana produksi pertanian, antara lain pupuk. Pentingnya peran pupuk dalam upaya

meningkatan produktivitas dan mutu hasil komoditas pertanian, menjadikan pupuk

sebagai sarana produksi pertanian yang strategis bagi petani. Salah satu hal yang

penting dalam upaya peningkatan kualitas hasil produksi pertanian adalah budidaya

tanaman secara organik.

Akhir-akhir ini sudah mulai terlihat kecenderungan degradasi lahan berupa

kerusakan lahan (tanah menjadi asam dan mengeras) yang disebabkan oleh

penggunaan pupuk anorganik (khususnya Urea dan Fosfat) secara terus menerus

dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk anorganik yang

tidak tepat dan secara terus menerus menyebabkan tanah menjadi jenuh akibat

akumulasi bahan-bahan sintetis yang dikandungnya. Selama kurun waktu 20 tahun

terakhir ini terjadi kenaikan penggunaan pupuk kimia sintetis hampir 5 kali lipat,

sementara produksi pertanian untuk tanaman pangan dimana pupuk tersebut

digunakan hanya meningkat 50% (Santosa dalam Rusman, 2003). Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan pupuk anorganik sudah tidak efisien dan

cenderung terjadi penurunan produktivitas lahan karena menurunnya kandungan

bahan organik tanah. Konsumsi pupuk urea sepanjang 2017 menjadi yang terbesar

dalam 10 tahun terakhir dengan capaian 5,97 juta ton. Jumlah tersebut melebihi

realisasi konsumsi pupuk urea pada 2016 dengan 5,32 juta ton. Di sisi lain konsumsi

terhadap pupuk jenis NPK tercatat naik menjadi 3,11 juta ton pada 2017. Angka

tersebut meningkat dibandingkan dengan realisasi konsumsi pupuk NPK pada 2016

yang sebesar 2,93 juta ton (APPI, 2018).

Sebagian besar petani Indonesia masih banyak yang mengandalkan pupuk

anorganik (TSP dan Urea). Dalam kenyataannya, tanah yang sering diberi pupuk

anorganik menyebabkan beberapa dampak, diantaranya tanah menjadi asam dan

mengeras sehingga sulit untuk diolah dan pertumbuhan tanaman terganggu.

Pemasalahan tersebut sebenarnya dapat diminimalisir kemungkinan dampak buruk

dari penggunaan pupuk anorganik apabila tanah diperlakukan dengan baik.

Page 16: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

2

Kesuburan tanah akan terjaga jika kita selalu menambahkan bahan organik,

salah satunya kompos. Menurut Isroi (2008), kompos sebagai salah satu bentuk

bahan organik memiliki peran utama sebagai pembenah tanah sehingga menjadi

gembur dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi akar tanaman dan organisme

tanah yang diperlukan dalam proses penyediaan unsur hara bagi tanaman. Kompos

merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa

yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme.

Isroi (2008) menambahkan kompos adalah salah satu penutup tanah dan akar serta

korektor tanah alami yang terbaik. Kompos berfungsi dalam perbaikan struktur

tanah, tekstur tanah, aerasi, dan peningkatan daya resap tanah terhadap air. Kompos

dapat mengurangi kepadatan tanah lempung dan membantu tanah berpasir untuk

menahan air, selain itu kompos dapat berfungsi sebagai stimulan untuk

meningkatkan kesehatan akar tanaman. (Isroi, 2008). Kompos dapat dibuat dengan

berbagai macam cara dan komposisi, tetapi yang perlu diutamakan adalah

kemudahan dalam pembuatannya menyesuaikan dengan kondisi dan ketersediaan

bahan di lokasi setempat.

Bahan organik, mikroba tertentu serta keseimbangan yang tepat antara

karbon, nitrogen, air, dan oksigen dalam proses pengomposan akan menghasilkan

produk kompos yang bermutu baik dalam waktu singkat. Dikarenakan mikroba

(bakteri dan jamur) yang diperlukan pada proses pengomposan ini membutuhkan

karbon untuk sumber energi dan juga membutuhkan nitrogen sebagai elemen dasar

atau bahan mentah protein untuk membangun tubuhnya, sangatlah penting untuk

menjaga kedua unsur ini dalam perbandingan atau rasio yang tepat. Bila terlalu

banyak karbon maka proses dekomposisi akan berjalan lambat, sedangkan bila

terlalu banyak nitrogen maka dihasilkan gas amonia yang mengeluarkan bau tidak

sedap, gunakan jumlah berat yang sama untuk bahan yang dominan mengandung

unsur nitrogen dan bahan yang dominan mengandung unsur karbon sebagai bahan

kompos untuk mendapatkan perbandingan yang tepat.

Penyerapan hara oleh tanaman dapat diperbesar oleh adanya hubungan

simbiosis antara bagian terkecil dari akar tanaman sekunder dengan jamur tertentu.

Asosiasi ini disebut dengan mikoriza, yaitu jamur yang keberadaannya diperlukan

untuk perkembangan tanaman yang memadai. Fungsi dan perilaku mikoriza adalah

Page 17: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

3

kompleks. Asosiasi antara perakaran tanaman dan jamur biasanya menyebabkan

kenaikan pertumbuhan tanaman inang. Hal ini karena gabungan faktor-faktor

termasuk penambahan penyerapan unsur hara, penyerapan air, kelarutan mineral,

dan proteksi akar tanaman melawan patogen. Keberadaan mikoriza bisa menjadi

prasyarat untuk pertumbuhan normal banyak tanaman (Daniel et al., 1994; Setiadi,

1999; Setiadi, 2001 dalam Elfiati, 2010). Sehingga jika kompos diinjeksi dengan

spora Mikoriza Arbuskula, berpotensi fungsi kompos sebagai pembenah tanah dan

juga MA (Mikoriza Arbuskula) yang bersimbiosis dengan akar tanaman, dapat

menjalankan peran masing-masing dan juga efektif dalam penggunaan mikoriza

dan kompos pada peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan penelitian yakni

mengetahui pengaruh uji viabilitas dan kolonisasi Mikoriza Abuskula dalam bentuk

pupuk kompos granul terhadap populasi, persentase koloni akar, pertumbuhan

tinggi tanaman, bobot kering, dan serapan-P tanaman jagung manis (Zea mays

saccharata Sturt.).

1.3. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini yakni uji viabilitas dan kolonisasi campuran dua

jenis spora Mikoriza Arbuskula dalam pupuk kompos granul dengan daya simpan

tiga bulan dapat meningkatkan populasi, persentase koloni akar, pertumbuhan

tinggi tanaman, bobot kering, dan serapan-P tanaman jagung manis (Zea mays

saccharata Sturt.).

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani,

tentang kualitas penambahan spora Mikoriza Arbuskula pada pupuk kompos granul

dalam menyediakan unsur hara dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan serapan

jagung (Zea mays saccharata Sturt.) terhadap unsur hara P. Disamping itu

diperoleh strain Mikoriza Arbuskula yang dapat diapalikasikan sebagai pupuk

hayati.

Page 18: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pupuk Kompos

2.1.1. Pengertian pupuk kompos

Kompos adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan

seperti pupuk kandang, pupuk hijau daun, dan kompos, berbentuk cair maupun

padatan yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya

menahan air tanah, kimia tanah, dan biologi tanah. Mengapa harus dikomposkan

terlebih dahulu?

Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah,

apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap

haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar juga tidak

dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya sampah organik yang

dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik

menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat

(Rohendi, 2005).

Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam

sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi

tanaman. Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal dari limbah organik

seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran

ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam, abu dapur, dan lain-lain.

Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15-60%, enzim

hemiselulosa 10-30%, lignin 5-30%, protein 5-30%, bahan mineral (abu) 3-5%, di

samping itu terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino, urea,

garam amonium) sebanyak 2-30% dan 1-15% lemak larut eter dan alkohol, minyak,

dan lilin (Sutanto, 2002).

Kompos memiliki kandungan unsur hara yang terbilang lengkap karena

mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S,

Fe, Cu, Zn, Mn, dan B yang merupakan kandungan hara bahan organik asal hewan

dan tumbuhan (Tan, 1994 dalam Hartatik et al., 2015). Namun jumlahnya relatif

kecil dan bervariasi tergantung dari bahan baku, proses pembuatan, bahan

tambahan, tingkat kematangan, dan cara penyimpanan. Namun kualitas kompos

Page 19: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

5

dapat ditingkatkan dengan penambahan mikroorganisme yang bersifat

menguntungkan (Simamora dan Salundik, 2006).

2.1.2. Manfaat kompos

Aplikasi bahan organik dalam aktivitas pertanian merupaka upaya

konservasi lahan pertanian berwarwasan lingkungan. Pupuk organik mempunyai

peran penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Meskipun

kadar hara yang dikandung pupuk organik relatif rendah, namun peranan terhadap

sifat kimia tanah jauh melebihi pupuk kimia buatan. Terhadap sifat fisik tanah dapat

meningkatkan stabilitas agregat tanah, sehingga tercipta struktur tanah yang ideal

untuk pertumbuhan tanaman. Terhadap sifat kimia tanah dapat meningkatkan

kapasitas pertukaran kation yang merupakan terminal hara sebelum dimanfaatkan

oleh tanaman. Terhadap sifat biologi tanah, penggunaan pupuk kandang juga dapat

mendukung terciptanya kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan mikroorganisme tanah (Goenadi, 2006)

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan

meningkatkan kesuburan tanah, merangsang perakaran yang sehat. Kompos

memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah

dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air

tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat

dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk

menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang

pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu

tanaman menghadapi serangan penyakit lewat proses alamiah. Namun proses

tersebut berlangsung lama sekali padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah

mendesak. Oleh karenanya proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan

manusia. Dengan metode yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos

berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik

(Murbandono, 2000).

Page 20: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

6

2.1.3. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan

a. Rasio C/N

Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N

untuk sintesis protein. Semakin rendah nisbah C/N bahan maka waktu

pengomposan semakin singkat (Gaur, 1981). Sedangkan Sutanto (2002) bahwa

secara teoritis kebutuhan rasio C dan N untuk kebutuhan organisme adalah 30:1.

Pada rasio C dan N sebesar inilah nutrisi dipasok secara optimal untuk keperluan

organisme yang berupa karbon sebagai energi dan nitrogen sebagai sumber

pembentukan protein.

b. Ukuran bahan

Makin kecil ukuran partikel bahan sampai ukuran lebih kurang 5 cm,

perombakan dapat berjalan makin cepat karena terjadi penambahan luas permukaan

untuk diserang mikroorganisme (Gaur, 1981; Rodale et al., 1975).

c. Kelembaban (moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses

metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen.

Pengomposan aerobik dapat berlangsung pada kisaran kelembaban 30-100%, nilai

kelembaban optimum pengomposan aerobik berkisar antara 50-60%, dekomposisi

akan berlangsung lambat pada kelembaban di bawah 40% bobot (Gaur, 1981).

d. Temperatur

Suhu yang tinggi merupakan keadaan yang baik bagi perombakan untuk

membunuh organisme patogen dan biji-biji gulma, secara umum suhu akan tinggi

pada 2-7 hari pertama dengan kisaran 55-70 ºC seterusnya menurun secara perlahan

mendekati suhu kamar (Gaur, 1981).

e. pH

Pada awal pengomposan reaksi cenderung asam sampai netral sekitar 6-7

karena bahan yang dirombak menghasilkan asam-asam organik, suasana yang

alkalin dapat meningkatkan volatilisasi amonia (Gaur, 1981). Proses pengomposan

sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri.

Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan

menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari

Page 21: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

7

senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-

fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

f. Kandungan hara

Kecepatan dan kualitas kompos dapat ditingkatkan melalui sistem

pengomposan dan penambahan aktivator serta unsur-unsur C, N, P, K, dan Ca yang

berasal dari bahan organik seperti darah hewan dan kotoran ternak (Gaur, 1981).

Berdasarkan laporan organik Experimental farm (Rodale et al., 1975)

direkomendasikan beberapa rumusan dalam membuat kompos, dimana diterangkan

bahwa jumlah kapur yang ditambahkan adalah satu bagian untuk 80 bagian jerami.

Menurut Ramdani (1985) dan Tridarmanto (1985) pemberian dosis kotoran 33%

dari jumlah jerami memberikan kecepatan dekomposisi, produksi, dan kualitas

kompos yang paling baik.

g. Kematangan kompos

Kompos yang sudah matang secara fisik digambarkan sebagai struktur

remah, agak lepas dan tidak gumpal, berwarna coklat kegelapan, baunya mirip

humus atau tanah dan reaksi agak masam sampai netral, tidak larut dalam air, bukan

dalam bentuk biokimia yang stabil tetapi berubah komposisinya melalui aktivitas

mikroorganisme, kapasitas tukar kation yang tinggi dan daya absorpsi air tinggi,

jika dicampurkan ke tanah akan menghasilkan akibat yang menguntungkan bagi

tanah dan pertumbuhan tanaman (Gaur, 1981). Kematangan kompos dapat

ditentukan berdasarkan nisbah C/N kompos, sedangkan kandungan hara kompos

berhubungan dengan kualitas bahan asli yang dikomposkan.

Untuk mendapatkan nilai C/N ratio tertentu, sangat tergantung pada bahan

yang digunakan serta cara pengomposannya. Teknik pengomposan dan jumlah

bahan yang berbeda akan membutuhkan waktu yang berbeda dan mendapatkan

nilai C/N ratio yang berbeda pula.

2.1.4. Pembuatan granul

Pembuatan granul terutama untuk memperbaiki kenampakan/kemasan

kompos. Kompos berbentuk granul juga lebih mudah diaplikasikan daripada

kompos curah, terutama apabila menggunakan mesin aplikator. Pembuatan granul

kompos dapat dilakukan dengan menggunakan pan granulator atau menggunakan

mesin molen biasa. Agar kompos dapat dibuat granul, kompos memerlukan bahan

Page 22: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

8

lain yang berfungsi sebagai perekat. Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai

perekat antara lain: tepung tapioka, zeolit, gypsum, dan bentonit. Beberapa aspek

penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan granul adalah keseragaman

granul, kekerasan granul, dan kemudahan granul untuk pecah/larut. Granul yang

baik adalah granul yang ukurannya seragam, cukup keras, dan mudah larut apabila

terkena air atau diaplikasikan ke tanah.

2.2. Mikoriza

Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan

tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Nama mikoriza pertama kali

dikemukakan oleh ilmuwan Jerman, Frank, pada tanggal 17 April 1885. Tanggal

ini kemudian disepakati oleh para pakar sebagai titik awal sejarah mikoriza.

Mikoriza adalah bentuk asosiasi simbiotik antara jamur dengan akar tanaman dalam

bentuk jalinan interaksi yang kompleks (Atmaja, 2001). Sedangkan menurut

Novriani dan Madjid (2009), mikoriza adalah salah satu mikroba yang dapat

menghasilkan enzim fosfatase sehingga dengan enzim tersebut hifa-hifa cendawan

mampu melepaskan ikatan P dari mineral liat pada tanah dan merombak P bentuk

ion fosfor sehingga dapat dimanfaatkan bagi tanaman. Struktur yang terbentuk dari

asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum yang sangat

luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun penyebarannya.

Mikoriza tersebar sampai ke daerah tropis dan dari daerah bergurun pasir sampai

ke hutan hujan yang melibatkan 80% jenis tumbuhan yang ada (Subiksa, 2002).

Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang terbentuk sebagai

manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (Myces) dan perakaran

(Rhizo) tumbuhan tingkat tinggi. Dalam kenyataannya di alam, makhluk renik ini

mempunyai tanggung jawab yang sangat penting yakni untuk mempertahankan

kesinambungan akan ketersediaan hara dalam suatu ekosistem tumbuhan, dan

adanya gangguan pada keberadaannya, maka akan berakibat fatal terhadap

stabilitas ekosistem tumbuhan tersebut (Setiadi, 2001).

Pada semua ekosistem, mikoriza berperan menghubungkan tumbuhan

dengan tanah hingga kemampuan akar dalam menyerap air dan unsur hara menjadi

lebih tinggi. Hubungan tersebut mampu mempengaruhi lingkungan perakaran di

sekitarnya secara dinamis yang selanjutnya disebut sebagai mikorizosfer, yaitu

Page 23: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

9

suatu lingkungan di bawah tanah lapisan atas (top soil) yang terkondisi karena

hubungan fungi pembentuk mikroriza (Widyastuti et al., 2005).

2.2.1. Pembagian mikoriza

Berdasarkan struktur tumbuh dan cara infeksinya pada sistem perakaran

inang (host), mikoriza dapat dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu

ektomikoriza dan endomikoriza (Setiadi, 2001). Beberapa karakteristik yang dapat

dilihat pada ektomikoriza adalah: (a) akar yang terifeksi membesar, bercabang, dan

rambut-rambut akar menjadi tidak nampak, (b) dalam sayatan korteks melintang

akan nampak permukaan akar ditutupi oleh miselia yang disebut dengan fungal

sheat (mantel), (c) nampak beberapa hifa yang keluar disebut dengan rhizomorphs.

Hifa ini berfungsi sebagai alat yang efektif untuk membantu penyerapan unsur hara

dan air, (d) nampak hifa yang membentuk struktur seperti net (jala) diantara dinding

sel jaringan korteks yang biasa disebut dengan hartig net, (e) hifa tidak masuk ke

dalam sel, tetapi hanya berkembang diantara dinding sel jaringan korteks (Setiadi,

2001 dan Widyastuti et al., 2005).

Endomikoriza dicirikan oleh hifa yang intraseluler, yaitu hifa yang

menembus ke dalam sel-sel korteks dan dari sel yang satu ke sel yang lain. Diantara

sel-sel terdapat hifa yang membelit atau struktur hifa yang bercabang-cabang yang

disebut arbuskula dan pembengkakan yang terbentuk pada hifa yang mengandung

minyak yang disebut vesikular sehingga struktur ini adalah dasar untuk

menunjukkan endomikoriza sebagai mikoriza vesikuler-arbuskular. Bentuk

arbuskula menyerupai pohon kecil dan berfungis sebagai tempat pertukaran zat-zat

metabolit primer (terutama Glukosa dan Fosfor) antara endomikoriza dan akar

tanaman (Brundrett et al., 2008). Brundrett et al. (2008) dan Hapsoh (2008)

menyatakan bahwa arbuskula mempunyai peran yang sangat vital dari cendawan

endomikoriza karena berfungsi sebagai tempat masuknya hara mineral dari tanah

yang diabsorbsi oleh akar dan hifa ke dalam sel inang. Proses tersebut menyebabkan

terjadinya peningkatan sitoplasma, respirasi, dan aktivitas enzim pada kedua

organisme tersebut sehingga tanaman/inang akan dapat memanfaatkan fosfor dari

spora dan sebaliknya, spora endomikoriza mengabsorbsi glukosa dan karbon dari

inangnya.

Page 24: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

10

Vesikula atau vesikel (vesicular/vesicle) merupakan hifa spora

endomikoriza yang mengalami penggembungan (melebar). Penggembungan hifa

bisa terjadi secara intenal di dalam sel atau keluar dari sel akar inang yang terbentuk

pada hifa terminal dan interkalar. Bentuk vesikel bulat atau oval/lonjong, berisi

senyawa lemak sehingga vesikel merupakan organ penyimpanan cadangan

makanan bagi spora endomikoriza (Brundrett et al., (2008). Pada kondisi tertentu

terutama vesikel yang telah dewasa dapat berperan sebagai spora atau alat

pertahanan spora tersebut jika berada pada lingkungan yang tidak menguntungkan

(Pattimahu, 2004).

Beberapa ahli peneliti yang fokus dalam endomikoriza menyebutkan

dengan beberapa istilah yaitu, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) atau cendawan

endomikoriza (Simanungkalit, 2003; Kramadibrata, 2008), cendawan Mikoriza

Arbuskula (MA) (Delvian, 2006; Novriani dan Madjid, 2009; Hapsoh, 2008) atau

Vesicular Arbuscular Mycorrhiza (VAM)-fungi (Smith and Read, 1997; Brundrett

et al., 2008).

2.2.2. Klasifikasi spora Mikoriza Arbuskula

Spora Mikoriza Arbuskula merupakan salah satu tipe jamur endomikoriza

yang masuk dalam kelas zygomycetes dengan ordo Glomales. Terdiri dari dua sub

ordo yaitu sub ordo satu Gigasporineae famili Gigasporaceae dengan dua genus

yaitu Gigaspora dan Scuttellospora, sub ordo dua yaitu Glomineae dan terdiri dari

dua famili yaitu Glomaceae dengan genus Sclerocytis dan Glomus, famili

Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora (INVAM, 2013).

Spora Mikoriza Arbuskula dapat dibedakan dari ektomikoriza dengan

memperhatikan karakteristik sebagai berikut: (1) sistem perakaran yang terinfeksi

tidak membesar, (2) cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak

merata pada permukaan akar, (3) hifa menyerang kedalam individu sel jaringan

korteks, (4) pada umumnya ditemukan struktur khusus berbentuk oval yang disebut

vesikel. Pada tipe Mikoriza Arbuskula dikenal enam genus yaitu: Glomus,

Sclerocytis, Gigaspora, Scutellospora, Acaulaspora, dan Entrophospora (Setiadi,

2001).

Page 25: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

11

Sampai saat ini ada enam genus fungi yang termasuk ke dalam Mikoriza

Arbuskula (INVAM, 2013). Karakteristik yang khas untuk masing-masing genus

ialah sebagai berikut:

1. Glomus

Spora berbentuk bulat dan jumlahnya banyak. Jumlah dinding spora

berlapis-lapis terdiri dari empat lapisan, tidak bereaksi dengan larutan Melzer, tidak

memiliki ornamen. Ada dudukan hifa (subtending hyphae) lurus berbentuk silinder.

Warna sporanya bening, hialin (transparan), putih, kuning atau coklat. Ukuran

spora rata-rata 259 μm.

Pada genus Glomus proses perkembangan spora adalah dari ujung hifa yang

membesar sampai mencapai ukuran maksimal dan terbentuk spora. Spora Glomus

hanya memiliki satu jenis dinding yaitu dinding spora. Dinding spora berwarna

merah sampai cokelat pada media PVLG dan akan berwarna lebih pekat di pereaksi

Melzer, permukaan dinding spora halus tanpa perhiasan. Dinding spora berjumlah

satu, seluruh lapisan yang ada pada dinding spora berasal dari dinding hifa. Glomus

tidak membentuk dinding perkecambahan fleksibel. Dinding spora berakhir dengan

pori pada daerah melekatnya hifa pembawa. Menurut penelitian Ulfa et al. (2011),

jenis Glomus sp. dicirikan dengna bentuknya yang bulat, berwarna cokelat tua,

bersubtending hifa, permukaannya halus, dan tidak bereaksi dengan larutan

Melzer’s. Sedangkan menurut penelitian Dewi et al. (2014) ditemukan dua jenis

Glomus sp. Karakteristik spora Glomus tipe 1 adalah spora berwarna merah

kecoklatan, memiliki bentuk bulat, dinding spora terlihat jelas, tidak memiliki

ornament, dan memiliki ukuran spora 172,03 μm x 172,03 μm (Gambar 1). Glomus

tipe 2 memiliki karakteristik spora berwarna kuning kecoklatan, memiliki bentuk

bulat, dinding spora terlihat jelas, permukaan spora halus, tidak memiliki ornament,

dan berukuran 125,39 μm x 125,39 μm.

Page 26: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

12

Gambar 1. Glomus sp. perbesaran 100x (Dewi et al., 2011)

2. Paraglomus

Spora berbentuk bulat dengan warna kuning, semi transparan, dan bening.

Jumlah dinding spora terdiri dari tiga lapisan transparan. Dudukan hifa berbentuk

silinder. Ukuran spora rata-rata 85 μm (Gambar 2).

Gambar 2. Paraglomus brassilanum (Morton and Redecker, 2001)

3. Gigaspora

Sporanya bereaksi dengan larutan Melzer secara menyeluruh, tidak

memiliki ornamen. Hifa membentuk bulbous suspensor atau dudukan hifa yang

membulat. Memiliki sel auksilari yang merupakan perwujudan vesikula eksternal.

Warna sporanya kuning cerah. Spora berbentuk bulat dengan ukruan rata-rata 321

μm. Spora dinding terdiri dari tiga lapisan. Menurut penelitian Ulfa et al. (2011),

jenis Gigaspora sp. dicirikan dengan bentuknya yang bulat, bening, terdapat

bulbous suspensor, permukaan halus, bereaksi dengan larutan Melzer’s (Gambar

3). Sedangkan menurut Dewi et al. (2014) ditemukan jenis Gigaspora dengan

karakteristik spora berwarna putih halus, memiliki bentuk bulat, dinding spora tipis,

memiliki bulbous suspensor, dan berukuran 313,98 μm x 313,98 μm.

Page 27: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

13

Gambar 3. Gigaspora sp. perbesaran 100x (Dewi et al., 2011)

4. Scutellospora

Proses perkembangan Scutellospora sama dengan Gigaspora, untuk

membedakan dengan genus Gigaspora, pada Scutellospora terdapat lapisan

kecambah. Bila berkecambah, hifa keluar dari lapisan kecambah tadi. Spora

bereaksi dengan larutan Melzer secara menyeluruh. Warna sporanya merah cokelat

ketika bereaksi dengan larutan Melzer. Ukuran sporanya rata-rata 165 μm (Gambar

4.).

Gambar 4. Scutellospora spinossisima sp. (Walker et al., 2008)

5. Acaulospora

Proses perkembangan spora Acaulospora seolah-olah dari hifa tapi

sebenarnya tidak. Pertama-tama ada hifa yang ujungnya membesar seperti spora

yang dibuat hifa terminal. Diantara hifa terminal dan dudukan hifa akan timbul

bulatan kecil yang semakin lama semakin besar. Lapisan luar tidak bereaksi dengan

larutan Melzer, tetapi lapisan dalam bereaksi dengan larutan Melzer (warna lebih

gelap-merah keunguan). Sporanya memiliki beraneka bagian, bergantung kepada

jenisnya, misalnya bentuk duri pada A. Spinosa dan berbentuk tabung pada A.

Page 28: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

14

Tuberculata. Warna sporanya dominan merah. Dinding spora terdiri dari tiga

lapisan. Ukuran sporanya rata-rata 279 μm. Penelitian Ulfa et al. (2011)

menunjukkan jenis Acaulospora sp. dicirikan dengan bentuknya yang bulat,

berwarna coklat kekuningan, permukaan kasar (berornamen seperti kulit jeruk),

bereaksi dengan dengan larutan Melzer’s (Gambar 5). Sedangkan menurut Dewi et

al. (2014), ditemukan spora Acaulospora adalah spora berwarna merah kecoklatan

pekat, memiliki bentuk bulat, dinding spora terlihat jelas, memiliki tangkai hifa,

dan ukuran spora 413,63 μm x 413,63 μm.

Gambar 5. Acaulospora sp, perbesaran 100x (Dewi et al., 2011)

6. Entrophospora

Proses perkembangan spora Entrophospora hampir sama dengan proses

perkembangan spora Acaulospora, yaitu di antara hifa terminal dengan dudukan

hifa. Warna sporanya kuning cokelat. Jika spora belum matang, warnanya tampak

jauh lebih buram. Spora berbentuk bulat dengan ukuran rata-rata 121 μm. Dinding

spora terdiri dari dua lapisan (Gambar 6).

Gambar 6. Entrophospora colombiana (Ames and Schneider, 1979)

2.2.3. Struktur umum spora Mikoriza Arbuskula

Mikoriza Arbuskula dapat dibedakan dari ektomikoriza dengan

memperhatikan karakteristik berikut ini: (a) sistem perakaran yang terinfeksi tidak

Page 29: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

15

membesar, (b) cendawannya membentuk struktur lapisan hifa tipis dan tidak merata

pada permukaan akar, (c) hifa menyerang kedalam individu sel jaringan korteks,

(d) pada umumnya ditemukan struktur percabangan hifa yang disebut dengan

arbuskula dan struktur khusus berbentuk oval yang disebut dengan vesikel (Setiadi,

2001).

Struktur Mikoriza Arbuskula meliputi hifa eksternal, hifa internal, spora,

arbuskula atau vesikula. Infeksi cendawan hanya pada korteks primer sehingga

tidak menyebabkan kerusakan pada jaringan akar. Proses infeksi dimulai dengan

pembentukan apresorium pada permukaan akar oleh hifa eksternal, selanjutnya hifa

akan menembus sel-sel korteks akar melalui rambut akar atau sel epidermis. Hifa

dari mikoriza tidak bersekat, hifa ini terdapat diantara sel-sel korteks akar dan

bercabang-cabang di dalamnya, tetapi tidak sampai masuk ke jaringan stele. Di

dalam sel-sel yang terinfeksi terbentuk gelung hifa atau cabang-cabang hifa

kompleks yang dinamakan arbuskula (Mosse, 1981).

Terdapat tiga komponen dalam sistem asosiasi akar mikoriza yaitu akar

tanaman inangnya sendiri, hifa eksternal yaitu bagian hifa yang menjulur ke luar

akar dan menyebar dalam tanah dan hifa internal yaitu bagian hifa yang masuk ke

dalam akar dan menyebar dalam akar. Menurut Danesh et al. (2007), setiap spesies

endomikoriza mempunyai “innate effectiveness” atau kemampuan yang spesifik

dari spesies tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada kondisi tanah

yang kurang menguntungkan dengan cara membentuk hifa ekstensif di dalam tanah

dan pada seluruh sistem perakaran tanaman untuk menyerap fosfor dari larutan

tanah. Pengamatan terhadap hifa internal sangat penting untuk menentukan sampai

sejauh mana tingkat kolonisasi akar tersebut oleh mikoriza. Hifa mikoriza ini sangat

halus dengan diameter bervariasi antara 2-27 μm dan transparan. Oleh karena itu

untuk pengamatannya diperlukan pewarnaan (Sumarni, 2001).

2.2.4. Manfaat mikoriza terhadap tanaman

Beberapa manfaat mikoriza bagi pertumbuhan tanaman (Musfal, 2010)

antara lain:

1. Meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman dari tanah. Hal ini disebabkan

mikoriza secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan

Page 30: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

16

beberapa unsur hara mikro. Eksplorasi hifa pada media tumbuh juga lebih luas

dibandingkan dengan akar tanaman.

2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan. Pada akar bermikoriza kerusakan

jaringan kortek tidak akan bersifat permanen. Akar bermikoriza akan cepat pulih,

karena hifanya masih mampu menyerap air pada pori tanah dan penyerapan hifa

yang luas akan dapat menyerap air lebih banyak.

3. Meningkatkan ketahanan terhadap serangan patogen. Mikoriza dapat berfungsi

sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi patogen akar, perlindungan ini

terjadi karena adanya lapisan hifa sebagai pelindung fisik dan antibiotika yang

dikeluarkan oleh mikoriza, Mikoriza Arbuskular telah dikenal dapat

meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman biotik patogen akar.

Perubahan fisiologi pada tanaman inang dan interaksi biologis di daerah

lingkungan tanah yang dipengaruhi oleh mikoriza (mikorizosfir), diyakini juga

akan mempengaruhi kejadian penyakit pada tanaman.

4. Menghasilkan beberapa zat pengatur tumbuh. Fungi mikoriza dapat

menghasilkan hormon auksin, sitokinin, gibberelin, dan vitamin yang

bermanfaat untuk inangnya.

Menurut Abimanyu et al. (2012) Mikoriza Arbuskula memiliki peran

fungsional antara lain:

1. Bioprosesor mampu bertindak sebagai pompa dan pipa hidup karena membantu

tanaman untuk menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak terjangkau oleh akar

rambut.

2. Bioprotektor atau perisai hidup karena mampu melindungi tanaman dari

cekaman biotika (patogen, hama, dan gulma) dan abiotika (suhu, lengas,

kepadatan tanah, dan logam berat).

3. Bioaktivator karena terbukti mampu membantu meningkatkan simpanan karbon

di rhizosfer sehingga meningkatkan aktifitas jasad renik untuk menjalankan

proses biogeokimia.

4. Bioagregator karena terbukti mampu meningkatkan agregasi tanah.

2.2.5. Mekanisme penyerapan fosfat

Beberapa hipotesis dikemukakan oleh Tinker (1975) dalam Simanungkalit

(2006) tentang mekanisme penyerapan P, yaitu:

Page 31: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

17

1. Kolonisasi mikoriza mengubah morfologi akar sedemikian rupa, misalnya

dengan menginduksi hipertrofi akar, sehingga mengakibatkan pembesaran

sistem akar, dengan demikian luas permukaan akar untuk mengabsorpsi P

menjadi lebih besar.

2. Mikoriza memiliki akses terhadap sumber P-anorganik yang relatif tidak dapat

larut (seperti apatit misalnya), yang tidak dimiliki oleh akar yang tidak

bermikoriza.

3. Kolonisasi mikoriza mengubah metabolisme tanaman inang sehingga absorpsi

atau pemanfaatan P oleh akar terkolonisasi ditingkatkan, yaitu peningkatan daya

absorpsi (absorbing power) individu-individu akar.

4. Hifa dalam tanah mengabsorpsi P dan mengangkutnya ke akar-akar yang

dikolonisasi, dimana P ditransfer ke inang bermikoriza, sehingga berakibat

meningkatnya volume tanah yang dapat dijangkau oleh sistem akar tanaman.

5. Daerah akar bermikoriza tetap aktif dalam mengabsorpsi hara untuk jangka

waktu yang lebih lama dibandingkan dengan akar yang tidak bermikoriza.

Spora MA memiliki struktur hifa yang menjalar keluar ke dalam tanah. Hifa

meluas di dalam tanah, melampaui jauh jarak yang dapat dicapai oleh rambut akar.

Ketika fosfat di sekitar rambut akar sudah terkuras, maka hifa membantu menyerap

fosfat di tempat-tempat yang tidak dapat lagi dijangkau rambut akar seperti pada

Gambar 7.

Page 32: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

18

Gambar 7. Skema penyerapan P oleh akar bermikoriza (Mosse, 1986 dalam

Simanungkalit, 2006)

Rhodes dan Gerdemann (1980) dalam Simanungkalit (2006) membagi

proses bagaimana hara dipasok ke tanaman oleh jamur MA menjadi tiga fase:

1. Penyerapan hara dari tanah oleh hifa eksternal;

2. Translokasi hara dari hifa eksternal ke miselium internal dalam akar tanaman

inang; dan

3. Pelepasan hara dari miselium internal ke sel-sel akar.

P diangkut melalui hifa eksternal dalam bentuk polifosfat. Adanya granul

polifosfat dalam vakuola hifa telah dibuktikan melalui elektron mikroskop (Cox et

al., 1975 dalam Simanungkalit, 2006). Peran agronomis yang paling utama

mikoriza yang diterima hingga saat ini adalah kemampuannya untuk meningkatkan

serapan hara tanaman. Penyerapan P pada permukaan akar lebih cepat dari

pergerakan fosfat ke permukaan akar, sehingga zona terkurasnya fosfat terjadi di

sekitar akar. Hifa yang meluas dari permukaan akar membantu tanaman melintasi

zona ini, sehingga dapat menyerap fosfat dari zona yang tidak dapat dicapai oleh

akar yang tidak bermikoriza. Smith dan Gianinazzi-Pearson (1988) dalam

Simanungkalit (2006) mencatat panjang hifa ini pada beberapa tanaman berkisar

antara 0,71-14,20 m cm-1 akar.

2.2.6. Distribusi dan ekologi spora Mikoriza Arbuskula

Spora Mikoriza Arbuskula dapat berasosiasi dengan hampir 90% jenis

tanaman dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu atau lebih

jenis mikoriza. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan respon

pertumbuhan positif terhadap inokulasi Mikoriza. Konsep ketergantungan tanaman

akan Mikoriza adalah relatif dimana tanaman tergantung pada keberadaan Mikoriza

untuk mencapai pertumbuhannya. Tanaman yang mempunyai ketergantungan yang

tinggi pada keberadaan Mikoriza, biasanya akan menunjukkan pertumbuhan yang

nyata terhadap inokulasi Mikoriza, dan sebaliknya tidak dapat tumbuh sempurna

tanpa adanya asosiasi dengan Mikoriza (Setiadi, 2001).

Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki pengaruh terhadap

pembentukan Mikoriza dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan waktu

yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar, jumlah spora/unit volume tanah,

Page 33: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

19

persentase perkecambahan spora, dan rata-rata pertumbuhan hifa. Interaksi antar

faktor-faktor biotik memiliki efek yang signifikan dalam merespon pertumbuhan

tanaman yang diinokulasi.

Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan keanekaragaman

spesies dan populasi Mikoriza. Tanah yang didominasi oleh fraksi lempung (clay)

merupakan kondisi yang diduga sesuai untuk perkembangan spora Glomus, dan

tanah berpasir genus Gigaspora ditemukan dalam jumlah tinggi. Pada tanah

berpasir, pori-pori tanah terbentuk lebih besar dibanding tanah lempung dan

keadaan ini diduga sesuai untuk perkembangan spora Gigaspora yang berukuran

lebih besar daripada spora Glomus (Baon, 1998).

Mikoriza Arbuskula yang membentuk asosiasi simbiotik dengan akar

tanaman inangnya hidup di dalam dan di luar jaringan akar (dalam tanah), fenomena

ini dapat secara langsung berinteraksi dengan mikroba tanah lainnya atau secara

tidak langsung melalui perubahan fisiologi inang (akar dan pola eksudasi). Hal yang

sama juga dapat disebabkan oleh simbion akar lain, seperti bintil akar yang secara

tidak langsung mempengaruhi perilaku Mikoriza dengan mengubah fisiologi

inangnya. Perubahan yang terjadi pada mikrorizosfer dipengaruhi oleh inang dan

faktor-faktor edafik seperti pH tanah, kelembaban, komposisi nutrisi, bahan

organik, dan fisik inang. Faktor edafik ini bersama dengan iklim mempengaruhi

pertumbuhan dan fisiologi tanaman inang (Lestari, 1998).

Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang

penting di samping air dan udara. Jumlah spora Mikoriza tampaknya berhubungan

erat dengan kandungan bahan organik didalam tanah. Jumlah maksimum spora

ditemukan pada tanah-tanah yang mengandung bahan organik 1-2 persen

sedangkan pada tanah-tanah berbahan organik kurang dari 0,5 persen kandungan

spora sangat rendah (Pujianto, 2001).

Simbiosis antara tanaman dan Mikoriza Arbuskula bersifat mutualistik dan

perlu bagi fungi untuk survival karena memperoleh fotosintat dari tanaman.

Menurut Sieverding (1991), aliran karbohidrat ini tergantung pada spesies tanaman

inang dan spesies mikoriza, namun ditaksir sekitar 1–17% dari total karbohidrat

yang digunakan untuk membentuk biomass akar digunakan oleh MA untuk

perkembangan dan aktivitasnya. Menurut Sieverding (1991), fotosintat ini diserap

Page 34: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

20

MA dalam akar khususnya melalui arbuskula, yang merupakan area kontak

permukaan terbesar antara tanaman antara tanaman dan fungi.

Residu akar mempengaruhi ekologi Mikoriza, karena serasah akar yang

terinfeksi mikoriza merupakan sarana penting untuk mempertahankan generasi

Mikoriza dari satu tanaman ke tanaman berikutnya. Serasah akar tersebut

mengandung hifa, vesikel, dan spora yang dapat menginfeksi akar. Disamping itu

juga berfungsi sebagai inokulasi untuk tanaman berikutnya (Pujianto, 2001).

Secara fisik pada tanah yang dikatakan subur terdapat sejumlah besar

agregat, baik makro ataupun mikro yang stabil. Hifa eksternal mikoriza yang

berkembang ke dalam tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk

agregat sehingga jumlah partikel tanah yang terdegradasi jauh lebih banyak

dibandingkan tanaman yang bermikoriza. Pembentukan agregat tanah yang stabil

dengan mikoriza merupakan faktor penting dalam meningkatkan kesuburan fisik

tanah (Baon, 1998).

Spora Mikoriza Arbuskula mengekstrak sumber ion P dari pool fosfat yang

solubel dalam tanah, bentuk P yang diserap yaitu H2PO4ˉ, selain fosfat hifa

eksternal mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur-unsur nutrien lain seperti

N (NH4+ atau NO3ˉ, K

+, dan Mg+ yang bersifat mobil dan juga unsur-unsur mikro

seperti Zn, Cu, Mn, B, dan Mo (Sieverding, 1991).

Spora Mikoriza Arbuskula mengadakan asosiasi dengan akar tanaman dan

infeksinya pada bagian korteks akar. Di dalam akar, jamur mikoriza membentuk

arbuskular dan vesikel. Arbuskul merupakan hifa bercabang halus yang dapat

meningkatkan 2 – 3 kali luas permukaan plasmolema akar, dan dapat digunakan

untuk memindahkan nutrien antara jamur dan tanaman. Arbuskul dapat terbentuk 2

– 3 hari setelah infeksi. Di dalam akar juga terbentuk vesikel yang merupakan organ

penyimpan. Jika korteks sobek, vesikel dibebaskan ke dalam tanah, selanjutnya

dapat berkecambah yang merupakan propagul yang efektif. Bagian penting pada

Mikoriza ialah hifa eksternal yang dibentuk di luar akar tanaman. Hifa ini

membantu untuk memperluas daerah penyerapan akar tanaman (Kabirun, 1990).

Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas cendawan. Untuk

daerah tropika basah, hal ini menguntungkan. Proses perkecambahan pembentukan

Mikoriza melalui tiga tahap yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke

Page 35: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

21

dalam sel akar dan perkembangan hifa didalam konteks akar. Suhu optimum untuk

perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Beberapa Gigaspora

yang diisolasi dari tanah Florida, di wilayah subtropika mengalami perkecambahan

paling baik pada suhu 34° C, sedangkan untuk spesies Glomus yang berasal dari

wilayah beriklim dingin, suhu optimal untuk perkecambahan adalah 20° C.

Penetrasi dan perkecambahan hifa diakar peka pula terhadap suhu tanah. Pada

umumnya infeksi oleh spora Mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Schreder

(1974) menemukan bahwa infeksi maksimum oleh spesies Gigaspora yang

diisolasi dari tanah Florida terjadi pada suhu 30 – 33o C. Suhu yang tinggi pada

siang hari (35° C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis

Mikoriza. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu diatas 40° C. Suhu bukan

merupakan faktor pembatas utama dari aktifitas mikoriza. Suhu yang sangat tinggi

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang. Spora Mikoriza Arbuskula

mungkin lebih mampu bertahan terhadap suhu tinggi pada tanah bertekstur berat

dari pada di tanah berpasir.

Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji juga cocok

untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula kondisi edafik yang dapat

mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk perkembangan hifa. Jamur

mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan mekanis dan aktivitas

enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks. Pertumbuhan hifa secara

eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari korteks melalui epidermis.

Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus berlangsung sampai tidak

memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal

berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta untuk transportasi karbon serta hara

lainnya kedalam spora, selain fungsinya untuk menyerap unsur hara dari dalam

tanah untuk digunakan oleh tanaman (Pujianto, 2001).

2.3. Aplikasi dan pengaruh spora Mikoriza Arbuskula pada tanaman jagung

manis (Zea mays saccharata Sturt.)

Perbanyakan spora dan propagul dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor

internal (kemampuan germinasi dari spesies endomikoriza) dan faktor eksternal

(bahan organik tanah dan ketersediaan hara). Jenis tanaman inang yang umum

digunakan untuk memperbanyak spora adalah tanaman semusim karena cepat

Page 36: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

22

tumbuhan dan menghasilkan banyak akar serabut dibandingkan tanaman perenial

sehingga perbanyakan endomikoriza tidak membutuhkan waktu lama (Widiastuti,

2004). Tanaman semusim seperti jagung dan shorgum merupakan inang sangat

kompatibel dengan endomikoriza (Simanungkalit, 2003; Hapsoh, 2008) sehingga

tanaman jagung dan shorgum merupakan inang yang digunakan untuk perbanyakan

spora endomikoriza (Widiastuti, 2004). Berdasarkan paparan di atas dilakukan

penelitian mengenai endomikoriza terhadap tanaman jagung manis (Zea mays

saccharata Sturt.)

Iklim yang dikehedaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-

daerah yang beriklim sedang hingga subtropis/tropis basah. Di daerah tropis juga

banyak ditanami jagung. Jagung dapat tumbuh di daerah antara 0°-50° Lintang

utara hingga antara 0°-40° Lintang selatan. Jagung dapat ditanam di Indonesia

mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian

antara 1000-1800 mdpl. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 mdpl

dapat berproduksi baik dan di atas 800 mdpl pun jagung masih bisa memberikan

hasil yang baik pula (Purwono dan Hartono, 2005).

Penelitian tentang peran penting endomikoriza terhadap tanaman jagung

telah banyak dilakukan salah satunya inokulasi endomikoriza untuk meningkatkan

laju pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung di lahan kritis (Idwar dan Ali,

2000). Menurut Smith et al. (2010), simbiosis endomikoriza dengan akar tanaman

dapat meningkatkan absorsi air dan mineral seperti N, P, K, Cu, Mo, dan Zn,

menstimulasi pertumbuhan, meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan

dan serangan/infeksi mikroba patogen di tanah. Musfal (2008) melaporkan bahwa

infeksi mikoriza pada akar tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh dosis mikoriza

atau pupuk yang diberikan. Tanpa pemberian pupuk, infeksi mikoriza meningkat

sejalan dengan bertambahnya dosis mikoriza hingga 15 g/tanaman. Hal yang sama

juga terlihat pada pemberian 100% pupuk NPK, di mana infeksi akar meningkat

pada pemberian mikoriza sampai 20 g/tanaman. Pemberian 50% pupuk NPK

ditambah 5 g mikoriza memberikan persentase infeksi akar yang sama dengan

100% pupuk NPK ditambah 15 g mikoriza. Hasil yang sama dilaporkan Muzar

(2006), bahwa tinggi rendahnya persentase infeksi mikoriza pada akar tanaman

jagung dipengaruhi oleh banyaknya mikoriza dan pupuk yang diberikan.

Page 37: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

23

Musfal (2008) dan Kabirun (2002) melaporkan bahwa tanaman yang

terinfeksi mikroiza mampu menyerap unsur P yang lebih tinggi dibandingkan

tanaman yang tidak terinfeksi. Tingginya serapan P oleh tanaman yang terinfeksi

mikoriza disebabkan hifa mikoriza mengeluarkan enzim fosfatase sehingga P yang

terikat di dalam tanah akan terlarut dan tersedia bagi tanaman. Penelitian pada tanah

Inceptisol Tiga Binanga Sumatera Utara memperlihatkan bahwa serapan P pada

tanaman jagung jauh lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian mikoriza (Musfal

2008). Pemberian 15 g mikoriza memberikan serapan P tertinggi pada tanaman

tanpa pupuk NPK, dengan 50% NPK, atau dengan 100% NPK. Pemberian mikoriza

lebih dari 15 g akan menurunkan serapan P. Penurunan serapan P pada pemberian

mikoriza dosis tinggi diduga berkaitan dengan kompetisi mikoriza itu sendiri dalam

menginfeksi akar dan kemampuan akar untuk menyerap P yang ada dalam larutan

tanah.

Hasil berbagai penelitian pada lahan marjinal di Indonesia menunjukkan

bahwa aplikasi pupuk biologis seperti mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan

berbagai tanaman (jagung, kedelai, kacang tanah, tomat, padi, dan tanaman lainnya)

dan ketersediaan hara bagi tanaman antara 20 hingga 100% (Simarmata dan

Herdiani, 2004). Tanaman jagung sendiri merupakan salah satu jenis tanaman yang

banyak dijadikan objek dalam penelitian mengenai mikoriza. Menurut

Simanungkalit (2004) dosis mikoriza yang dianjurkan dalam budidaya tanaman

jagung adalah sebanyak 50 g spora/pot.

Tujuan akhir dari perbanyakan inokulum Mikoriza Arbuskula adalah

memproduksi inokulum yang bermutu tinggi dan konsisten hasilnya bagi pengguna.

Bermutu tinggi bermakna bahwa inokulum dengan cepat menghasilkan kolonisasi

akar yang tinggi, bebas atau hanya sedikit mengandung jasad renik lainnya

khususnya yang bersifat patogen serta efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman

inang (Feldman dan Idczak, 1992).

Permasalahan baku mutu inokulum Mikoriza Arbuskula adalah belum

adanya kriteria dan indikator inokulum MA di Indonesia maupun Internasional

(Simanungkalit, 2003 dan Douds et al., 2005 dalam Nusantara, 2012). Standarisasi

mutu inokulum merupakan masalah yang paling sulit dipenuhi, hal tersebut karena

belum majunya teknologi produksi inokulum secara aksenik dan karena masih

Page 38: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

24

beragamnya bentuk dan formulasi inokulum yang dipakai sehingga akibatnya sulit

untuk membandingkan efektivitas suatu jenis MA tertentu. Indikatornya juga dapat

bermacam-macam seperti: kolonisasi akar, jumlah propagul infektif atau

infektivitas inokulum, panjang dan massa hifa, alih tempat hara, dan efektivitas

inokulum. Infektivitas merupakan ukuran seberapa cepat dan seberapa banyak

propagul MA menginfeksi akar tanaman inang tertentu pada kondisi tertentu.

Efektif tidaknya inokulum dapat dinilai berdasarkan kemampuan inokulum

menghasilkan efek atau pengaruh tertentu pada tanaman inangnya (Mansur, 2007).

Pupuk biologis Mikoriza Arbuskula dapat diproduksi melalui perbanyakan

inokulum dengan cara yang sederhana serta dapat digunakan untuk meningkatkan

kesuburan lahan marjinal

Page 39: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2015 sampai dengan Desember

2016. Pengambilan sampel tanah untuk isolasi spora Mikoriza Arbuskula dilakukan

di areal bekas tambang batubara PT Kitadin Embalut, Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kalimantan Timur. Ekstraksi spora, identifikasi, dan perhitungan

persentase kolonisasi Mikoriza Arbuskula dilakukan di Laboratorium Biologi

Jurusan Ilmu Tanah FP UB. Dokumentasi spora dan persentasi koloni mikoriza di

Sub Laboratorium Mikologi Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman FP UB.

Pembuatan pupuk kompos granul di UPT Kompos FP UB dan penanaman jagung

dilaksanakan di green house FP UB.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi GPS (Gobal Positioning

System), sekop kecil, garu, saringan (sieve) tanah, beaker glass, cawan petri, kaca

preparat, cover glass, mikroskop binokuler, digital centrifuge, timbangan, pipet

mikro, mesin pencacah, pan granulator, dan kamera digital.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel tanah bekas

tambang batubara, sampel tanah (media perbanyakan), benih jagung, aquades,

formalin 37%, tryplan blue, glukosa 60%, laktofenol, HCl 2%, KOH 10%, dan

pupuk kompos granul.

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Penentuan lokasi

Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode survei berdasarkan

sampling, meliputi 5 lokasi bekas tambang batubara, yaitu lahan revegetasi 0 tahun

dibawah vegetasi Cyperus rotundus, 5 tahun dibawah vegetasi Imperata cylindrica,

9 tahun dibawah vegetasi Samanea saman, dan lahan pertanian terpadu tanpa top

soil pada 2 lokasi, masing-masing dibawah vegetasi Zea mays, dan Hevea

brasiliensis. Kelima lokasi pasca penimbunan tersebut merupakan objek penelitian

Page 40: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

26

untuk mengisolasi spora Mikoriza Arbuskula dengan asumsi bahwa kondisi awal

kelima areal adalah sama.

3.3.2. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel berupa sampel tanah diambil di bawah vegetasi yang

tumbuh alami setelah penimbunan pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah

sebanyak 1 kg per titik pengamatan. Pengambilan sampel tersebut dilakukan

dengan melakukan penentuan titik pengambilan sampel yang dilakukan dengan

metode miliacre sampling dengan mengikuti azimuth 0o atau 360o untuk penentuan

titik-titik pengamatan. Ketiga titik (1, 2, 3) ditentukan menggunakan azimuth 0o

atau 360o, dengan menentukan titik satu sebagai titik pengamatan terluar terlebih

dahulu berdasarkan peta lahan (Tallent-Halsell, 1994 dalam Ulfa et al., 2011) dan

menentukan titik tiga sebagai titik pengamatan yang mewakili bagian tengah lahan

menggunakan GPS berdasarkan koordinat yang terdapat pada peta lahan,

dilanjutkan dengan menentukan titik dua yang terletak di antara titik satu dan titik

tiga. Sampel tersebut merupakan komposit dari tiga kali ulangan di tiap titik

pengamatan.

Gambar 8. Pengambilan Sampel Metode Miliacre Sampling (Tallent

Halsell, 1994 dalam Ulfa et al., 2011)

3.3.3. Ekstraksi spora Mikoriza Arbuskula

Teknik yang digunakan dalam mengekstraksi spora Mikoriza Arbuskula

adalah teknik penyaringan basah menggunakan metode wet-sieving dan akan

dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi dari Brundrett et al. (1996) yang

dimodifikasi. Prosedur kerja teknik tuang saring ini dimulai dengan mencampurkan

tanah sampel sebanyak 50 g dengan 400 ml air dan diaduk sampai butiran-butiran

3 2 1

Page 41: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

27

tanah hancur. Selanjutnya disaring dalam satu set saringan dengan ukuran 2 mm,

500 μm, dan 45 μm secara berurutan dari atas ke bawah. Dari saringan bagian atas

disemprot dengan air kran untuk memudahkan bahan saringan lolos. Kemudian

saringan paling atas dilepas dan saringan kedua kembali disemprot air kran dengan

hati-hati. Setelah saringan kedua dilepas sejumlah tanah sisa yang tertinggal pada

saringan terbawah dipindahkan ke dalam beaker glass dengan bantuan aquades

kemudian dibagi kedalam 12 tabung sentrifuse. Ditambahkan dengan glukosa 60%

sebanyak 10 ml. Kemudian tabung sentrifuse disentrifugasi dengan kecepatan 2700

rpm selama 4 menit. Diambil bagian dekat permukaan (bening) yang merupakan

kumpulan spora Mikoriza Arbuskula dengan menggunakan pipet mikro, disaring,

letakkan pada cawan petri, tambahkan sedikit aquadest dan kemudian diamati di

bawah mikroskop binokuler untuk pengamatan jumlah spora Mikoriza Arbuskula.

3.3.4. Identifikasi Spora Mikoriza Arbuskula

Pembuatan preparat spora Mikoriza dimaksudkan untuk membantu dalam

proses identifikasi. Diharapkan dari preparat tersebut dapat menentukan informasi

morfologi spora Mikoriza untuk tahap genus. Spora dikumpulkan berdasarkan

karakter morfologi spora Mikoriza meliputi bentuk spora, ukuran spora, warna

spora, dan struktur tambahan. Identifikasi spora Mikoriza dibantu dengan panduan

INVAM (2013) dan buku panduan Penerapan Mikoriza FP UB.

3.3.5. Pemerangkapan (trapping culture)

1. Sterilisasi Tanah (Fumigasi)

Sterilisasi dilakukan dengan cara menyemprotkan formalin 5% dengan dosis 25

ml per kg tanah dengan gembor, diaduk hingga merata pada tanah kemudian

ditutup selama 7 hari. Setelah 7 hari tutup tanah dibuka, selanjutnya tanah

dikering anginkan selama 4 hari. Sterilisasi dilakukan pada tanah Inceptisol

sebanyak 40 kg untuk pemerangkapan (Trapping Culture) dan 150 kg untuk

aplikasi pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)

2. Pemerangkapan (Trapping Culture)

Teknik pemerangkapan (trapping culture) digunakan dengan mengikuti metode

Brundret et al. (1996). Setiap contoh tanah terdapat 90 pot kultur mini yang

terdiri dari tiga perlakuan jenis Mikoriza Arbuskula dengan tiga waktu

penanaman yang berbeda. Media tanam pot kultur berupa 400 g tanah, dengan

Page 42: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

28

membuat lubang berbentuk corong dengan berisi 5 spora Mikoriza, selanjutnya

bibit jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) ditanam pada lubang tersebut

dan ditutup dengan tanah. Pemeliharaan kultur meliputi kegiatan penyiraman

dan pengendalian hama secara manual. Setelah kultur berumur 8 minggu

kegiatan penyiraman dihentikan dengan tujuan mengkondisikan kultur pada

keadaan stress kekeringan. Proses pengeringan ini berlangsung secara perlahan

sehingga dapat merangsang pembentukan spora lebih banyak. Periode

pengeringan ini akan berlangsung selama lebih kurang 4 minggu. Setelah itu

dapat dilakukan pemanenan spora dengan menggunakan teknik isolasi spora

yang telah dijelaskan pada bagian ekstraksi dan identifikasi spora Mikoriza

Arbuskula.

3.3.6. Pembuatan pupuk kompos granul dan injeksi spora Mikoriza

Arbuskula

1. Penyiapan bahan baku kompos

Proses awal pembuatan kompos bahan baku berupa sampah organik dari sisa-

sisa sampah kampus. Untuk menghasilkan sampah organik yang bersih

dilakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah non-organik.

2. Pencacahan bahan

Bahan baku kompos dicacah dengan mesin pencacah untuk mendapatkan bahan

baku yang halus untuk mempercepat pengomposan.

3. Pencampuran bahan

Cacahan bahan baku kompos dicampur dengan kapur/dolomit, kotoran ternak

segar, molase, dan EM4 untuk meningkatkan kualitas kompos. Kemudian

ditutup dan diamkan selama 2-3 bulan.

4. Pemantauan suhu

Proses selanjutnya adalah melakukan pengukuran suhu pada tumpukan dengan

termometer kompos. Agar bakteri, patogen, dan bibit gulma mati maka suhu

harus dipertahankan pada kisaran 60-70 oC.

5. Pengayakan

Setelah terlihat tanda-tanda kompos matang, kemudian melakukan pengayakan

untuk memperoleh ukuran butiran yang seragam. Setelah hasil pengayakan

Page 43: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

29

terkumpul, kemudian starter Mikoriza Arbuskula dicampur dengan pupuk

kompos.

6. Pembuatan granul

Optimasi pembuatan campuran pupuk kompos dan starter Mikoriza Arbuskula

dilakukan dengan menghomogenisasi kedua bahan tersebut yang kemudian

dimasukkan ke dalam pan granulator untuk memperoleh butiran granul.

7. Pengemasan dan penyimpanan

Proses selanjutnya ialah pengemasan dan penyimpanan masing-masing selama

1-3 bulan. Dalam penyimpanan pupuk perlu diperhatikan hal-hal seperti:

a. Suhu gudang

Suhu di dalam gudang didak boleh terlalu tinggi, karena dalam suhu tinggi

pupuk N yang mengandung ikatan amonium akan kehilangan N dalam bentuk

amoniak yang berbau sangat tajam.

b. Kelembaban

Dalam keadaan udara yang lembab pupuk-pupuk yang higroskopis akan

mencair atau bahkan menjamur (meleleh dan pupuk Superfosfat tunggal yang

mengandung asam yang tajam seperti ES (Engkel Superfosfat) akan merusak

tempat (pembungkusnya).

c. Banyak tumpukan

Bila terlalu tinggi tumpukan, karung-karung pupuk bagian bawah akan

mengeras.

3.3.7. Analisis pupuk kompos granul

Analisa pupuk kompos granul meliputi pH, kadar air, N-Total, P, K, dan C-Organik

di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

3.3.8. Analisis kimia tanah awal

Analisa meliputi analisa dasar kimia tanah Inceptisol meliputi pH (H2O), C-

Organik, P-Tersedia, N-Total, P, K, dan C-Organik di Laboratorium Kimia Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Page 44: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

30

3.3.9. Aplikasi pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)

1. Persiapan media tanam

Sampel tanah untuk top soil diambil secara komposit. Kemudian tanah

ditimbang dan dimasukkan ke dalam pot dengan berat 5 kg/polybag.

2. Pemberian pupuk kompos granul dan penanaman

Setelah benih jagung berkecambah, ditanam ke dalam polybag, dan inokulasi

pupuk kompos granul bermikoriza dengan metode corong (Rao, 1993) sebanyak

400 gram/gelas kultur.

3. Penyulaman, penjarangan, dan pemeliharaan

Penyulaman dilakukan apabila tanaman jagung ada yang mati/tidak tumbuh.

Penyiangan apabila terdapat gulma yang mengganggu, serta dilakukan

penjarangan tanaman yang baik pertumbuhannya sehingga setiap polybag

terdapat satu tanaman jagung. Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga kadar air

tanah sampai kapasitas lapang dengan volume tertentu.

4. Pemanenan

Pemanenan tanaman jagung dilakukan saat tanaman telah mencapai fase

vegetatif kira-kira berumur 50-60 hari. Penyiraman dihentikan dan dianalisis

tanaman serta analisa kimia tanah.

3.3.10. Pengamatan spora Mikoriza Arbuskula

Proses ekstraksi dan perhitungan jumlah spora untuk setelah panen sama dengan

langkah-langkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada sub-sub-bab 3.3.3.

Kemudian dilakukan pengamatan persentase koloni Mikoriza Arbuskula dengan

langkah sebagai berikut:

1. Cuci contoh akar tanaman dengan bersih untuk melepaskan semua kotoran dan

misellium luar.

2. Potong menjadi segmen-segmen sepanjang 1 cm sebanyak 10 – 30 potong.

3. Rendam dalam KOH 10% pada suhu 90o C selama 1-2 jam.

4. Bilas contoh tersebut dengan air sebanyak 4 kali, untuk menghilangkan

kelebihan KOH yang menempel.

5. Masukkan ke dalam HCl 2% selama 2 menit.

6. Tuangkan asam (dipisahkan dari akar) dan tambahkan zat pewarna (0,05%

trypan blue dalam laktofenol).

Page 45: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

31

7. Rebus akar dalam zat pewarna tersebut selama 3 menit.

8. Tuangkan (pisahkan) kembali pewarna dan laktofenol, biarkan semalam.

9. Periksa melalui mikroskop dengan meletakkan akar yang telah diberi warna ke

dalam gelas preparat sebanyak 10 potongan akar. Potongan-potongan akar pada

kaca preparat diamati untuk setiap bidang pandang. Bulatan-bulatan berwarna

gelap (biru jika digunakan trypan blue dan merah jika digunakan acid fuchsin)

adalah vesikel yang saling bersambungan satu sama lain, atau misellium-

misellium yang beda warnanya dari sel-sel akar atau arbuskular. Perhitungan

infeksi akar dapat menggunakan rumus (Giovannety dan Mosse, 1980 dalam

Anggraeny et al., 2017):

% koloni = ∑ akar yang terinfeksi

∑ akar yang diamati x 100%

3.4. Rancangan Percobaan dan Parameter Pengamatan

3.4.1. Rancangan percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan

tiga kali ulangan. Perlakuan diacak mengikuti cara pengacakan dengan telaah

bilangan acak (Gomez and Gomez, 1995). Perlakuan merupakan jenis pupuk

kompos granul berdasarkan jenis mikoriza yang terkandung, yakni Acaulospora,

Glomus, dan kombinasi keduanya, dan usia penyimpanan pupuk. Berikut 10

perlakuan yang digunakan untuk rancangan percobaan (Tabel 1).

Page 46: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

32

Tabel 1. Perlakuan pada Rancangan Percobaan

No. Perlakuan Keterangan

1. 0 Pupuk Kompos Granul (Kontrol)

2. A1 Mikoriza jenis Acaulospora dengan penyimpanan PKG 1

bulan

3. C1 Mikoriza jenis Acaulospora + Glomus dengan penyimpanan

PKG 1 bulan

4. G1 Mikoriza jenis Glomus dengan penyimpanan PKG 1 bulan

5. A2 Mikoriza jenis Acaulospora dengan penyimpanan PKG 2

bulan

6. C2 Mikoriza jenis Acaulospora + Glomus dengan penyimpanan

PKG 2 bulan

7. G2 Mikoriza jenis Glomus dengan penyimpanan PKG 2 bulan

8. A3 Mikoriza jenis Acaulospora dengan penyimpanan PKG 3

bulan

9. C3 Mikoriza jenis Acaulospora + Glomus dengan penyimpanan

PKG 3 bulan

10. G3 Mikoriza jenis Glomus dengan penyimpanan PKG 3 bulan

Keterangan: PKG: Pupuk Kompos Granul

3.4.2. Parameter pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi tanah, tanaman, dan spora Mikoriza

Arbuskula. Pengamatan pada tanah meliputi analisis dasar (sifat kimia tanah) serta

analisa akhir (pH (H2O), C-Organik, N-Total, dan P-Tersedia). Pengamatan pada

pupuk kompos granul meliputi pH (H2O), N-Total, P, K, dan C-Organik.

Pengamatan pada tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering

tajuk tanaman, bobot kering akar tanaman, dan serapan-P tanaman. Pengamatan

pada spora Mikoriza Arbuskula meliputi jumlah spora dan persentase koloni

Mikoriza Arbuskula (Tabel 2).

Page 47: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

33

Tabel 2. Parameter, Metode, dan Waktu Pengamatan

Bahan Parameter Metode Analisis Waktu Pengamatan

Tanah

pH (H2O) Glass Electrode

Pra-tanam dan 43

HST

C-Organik (%) Walkley dan Black

P-Tersedia (mg kg-1) Bray 1 dan 2

N-Total (%) Kjeldahl

KTK (cmol kg-1) NH4OAc 1 N pH 7 Pra-tanam

K (cmol kg-1) Amonium Asetat

Pupuk Kompos

Granul

Jumlah Spora MA Wet-sieving dan

sentrifugasi

Bulan ke-3 pasca

pembuatan pupuk

pH (H2O) Glass Elektrode

Kadar Air Gravimetri

N-Total (%) Kjeldahl

P (mg kg-1) Spectrophotometri

K (cmol kg-1) Asam Asetat

C-Organik (%) Walkley dan Black

Tanaman

Tinggi Tanaman (cm) Non-Destruktif

14, 21, 28, 35 dan

42 HST

Jumlah Daun Non-Destruktif

Bobot kering Akar Metode Oven

(Destruktif)

Bobot kering Tajuk Metode Oven

(Destruktif)

Serapan-P Spectrophotometri

(Destruktif)

Spora Mikoriza

Arbuskula

Identifikasi Spora

INVAM dan buku

panduan Mikoriza

FP UB oleh Budi

Prasetya

Trapping culture

Jumlah Spora MA

(spora 50 g-1 tanah)

Wet-sieving dan

Sentrifugasi 42 HST

Persentase Koloni

MA (%) Pewarnaan Akar

Keterangan: HST: Hari Setelah Tanam

Page 48: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

34

3.5. Analisis Data

Analisis data dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) dianalisis

dengan uji F pada taraf 5%. Untuk mengetahui keeratan hubungan antar parameter

pengamatan, dilakukan pengujian dengan analisis korelasi menggunakan SPSS.

Apabila terjadi korelasi antar parameter pengamatan dilanjutkan dengan uji regresi.

Page 49: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi dan Populasi Spora Mikoriza Arbuskula Sebelum dan

Sesudah Pemerangkapan (trapping)

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa kepadatan spora sebelum

dilakukan trapping rata-rata pada lahan reklamasi 0 tahun sebanyak 7 spora/50 g

tanah pada rhizosfer Cyperus rotundus, lahan reklamasi 5 tahun sebanyak 9

spora/50 g tanah pada rhizosfer Imperata cylindrica, lahan reklamasi 9 tahun

sebanyak 20 spora/50 g tanah pada rhizosfer Samanea saman, lahan pertanian

terpadu pada tanaman jagung (Zea mays) sebanyak 18 spora/50 g tanah dan lahan

pertanian terpadu pada tanaman karet (Hevea brasiliensis) sebanyak 25 spora/50 g

tanah. Hasil ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Widiastuti (2004) yang

mendapatkan 3 – 103 spora/100 g tanah pada rhizosfer kelapa sawit, serta Delfian

dan Elfiati (2012) yang menemukan 1120 spora/100 g tanah pada rhizosfer gambut

tanaman nanas di Kecamatan Pollung Sumatera Utara. Rendahnya kepadatan spora

dimungkinkan saat pengambilan sampel tanah, Mikoriza Arbuskula belum

bersporulasi sehingga sampel tanah tersebut mengandung propagul yang lain

seperti hifa.

Selanjutnya kepadatan spora pada lahan bekas tambang hasil trapping

selama 3 bulan rata-rata pada lahan reklamasi 0 tahun sebanyak 10 spora/50 g tanah

pada rhizosfer Cyperus rotundus, lahan reklamasi 5 tahun sebanyak 17 spora/50 g

tanah pada rhizosfer Imperata cylindrica, lahan reklamasi 9 tahun sebanyak 41

spora/50 g tanah pada rhizosfer Samanea saman, lahan pertanian terpadu pada

tanaman jagung (Zea mays) sebanyak 35 spora/50 g tanah, dan lahan pertanian

terpadu pada tanaman karet (Hevea brasiliensis) sebanyak 43 spora/50 g tanah

(Tabel 3). Hasil ini lebih rendah dibandingkan kepadatan spora hasil trapping

Widiastuti (2004) yang menemukan 474 spora/100 g tanah serta Kartika (2006)

yang menemukan 161 – 173 spora/50 g tanah pada rhizosfer kelapa sawit.

Page 50: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

36

Tabel 3. Populasi spora Mikoriza Arbuskula per sampel tanah

Sampel Vegetasi

Rata-rata jumlah spora (spora/50 g tanah)

Sampel dari lahan

reklamasi

Setelah ditanami

jagung (Zea mays)

LR (0 tahun) Cyperus rotundus 7 10

LR (5 tahun) Imperata cylindrica 9 17

LR (9 tahun) Samanea saman 20 41

Lahan

Pertanian

Terpadu

Zea mays 18 35

Hevea brasiliensis 25 43

Keterangan: LR: Lahan Reklamasi

Pada lahan reklamasi tambang batubara ditemukan tiga genus Mikoriza

Arbuskula yaitu Glomus, Acaulospora, dan Gigaspora. Mikoriza dari genus

Glomus ditemukan pada semua lokasi penelitian, diikuti genus Acaulospora yang

ditemukan di dua lokasi penelitian, yakni lahan reklamasi 9 tahun (Samanea saman)

dan lahan pertanian terpadu di bawah vegetasi tanaman karet (Hevea brasilliensis).

Sedangkan Gigaspora hanya ditemukan pada lahan reklamasi 9 tahun (Samanea

saman) (Tabel 3). Hal ini menunjukkan Glomus memiliki penyebaran yang cukup

luas. Hasil ini serupa dengan penelitian Nurhalisyah dan Rahmad (2012) yang

melakukan eksplorasi mikoriza pada lahan tebu di PG Arasoe dan PG Camming,

dimana mikoriza dari genus Glomus mempunyai penyebaran yang cukup luas,

kemudian diikuti dengan genus Gigaspora. Sedangkan genus Acaulospora dan

Scutellospora penyebarannya terbatas.

4.2. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Hayati Granul Terhadap

Persentase Koloni Mikoriza

Hasil analisis ragam pada pengamatan persentase koloni mikoriza pada akar

tanaman menunjukkan adanya pengaruh berbeda nyata dari pemberian pupuk

kompos hayati granul. Pengambilan sampel akar untuk pengamatan persentase

koloni tanaman dilakukan pada 43 HST. Perlakuan pupuk G1 dan G2 yang berperan

optimal terhadap persentase koloni mikoriza pada akar tanaman dibandingkan

perlakuan lainnya sebesar masing-masing 90,0% dan 73,3% (Gambar 9.).

Perlakuan G1 merupakan perlakuan pupuk dengan kandungan mikoriza genus

Glomus dengan penyimpanan pupuk 1 bulan, sedangkan G2 dengan penyimpanan

pupuk 2 bulan, dimana Glomus memiliki persebaran yang lebih banyak

Page 51: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

37

dibandingkan jenis lainnya dan juga memiliki tingkap adaptasi yang cukup tinggi

pada beberapa tingkat keasaman tanah sehingga jenis ini lebih mudah melakukan

perannya bersimbiosis dengan tanaman secara optimal. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Resti et al. (2015) dalam Herlina et al. (2016) bahwa dari beberapa

penelitian mikoriza arbuskula menunjukkan Glomus mempunyai tingkat adaptasi

yang tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan ekstrim, serta Glomus mampu

hidup pada kondisi tanah asam (Puspitasari et al., 2012) dan kondisi tanah netral

(Sundari et al., 2011). Semakin lama penyimpanan pupuk kompos granul mikoriza,

persentase koloni mikoriza semakin rendah.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%;

A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora (campuran); G: Glomus; 1: penyimpanan

pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3: penyimpanan pupuk 3 bulan.

Gambar 9. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Persentase Koloni Mikoriza

pada Tanaman Jagung Manis

Perlakuan terendah terdapat pada perlakuan kontrol, hal ini dikarenakan

kontrol tidak terpengaruh adanya pemberian mikoriza. Namun, ditemukan hifa

pada perlakuan kontrol dengan persentase koloni sebesar 1,7%. Hal ini dikarenakan

masih adanya sisa-sisa berupa propagul lain dalam bentuk hifa yang dimungkinkan

berasal dari spora indigenous.

(a)1.7

(b)45.0

(bc)50.0

(c)90.0

(b)43.3

(bc)58.3

(c)73.3

(b)41.7

(b)40.0

(b)43.3

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Kontrol A1 C1 G1 A2 C2 G2 A3 C3 G3

Per

sen

tase

Ko

lon

i (%

)

Perlakuan

Page 52: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

38

4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Hayati Granul terhadap N-Total,

dan P-Tersedia dalam Tanah

Sifat kimia tanah merupakan salah satu indikator kesuburan tanah. Beberapa

parameter yang diamati pada sifat kimia tanah antara lain: pH tanah, C-Organik, N-

Total, dan P-tersedia. Pemberian pupuk kompos hayati granul pada jagung untuk

meningkatkan kesuburan tanah memberikan hasil yang tidak berbeda nyata pada

parameter pH tanah dan C-Organik dan berbeda nyata pa da parameter N-Total dan

P-Tersedia.

4.3.1. N-Total

Hasil analisis ragam pada pengamatan N-Total tanah menunjukkan adanya

pengaruh berbeda nyata dari pemberian pupuk kompos hayati granul. Pengambilan

sampel N-Total tanah dilakukan pada 43 HST. Perlakuan pupuk G1 yang berperan

optimal terhadap N-Total tanah dengan nilai rerata 0,103% (Gambar 10.).

Disamping nilai rerata N-Total pada perlakuan G1 tertinggi dibandingkan dengan

rerata lainnya, jenis spora Glomus, penyimpanan pupuk selama 1 bulan, serta bahan

organik yang terkandung dalam pupuk, berkontribusi dalam peningkatan N-Total

tanah. Mikoriza memiliki kemampuan untuk mengakumulasi dan memobilisasi N

dari sumber organik (Barrett et al., 2011 dalam Nurmasyitah et al., 2013). Kondisi

spora jenis Glomus masih segar dengan kurun waktu penyimpanan 1 bulan. Jenis

glomus memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dibandingkan jenis lainnya,

disamping itu terjadi penurunan jumlah koloni mikoriza pada tanaman jagung

sejalan dengan semakin lama penyimpanan pupuk.

Page 53: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

39

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%;

A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora (campuran); G: Glomus; 1: penyimpanan

pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3: penyimpanan pupuk 3 bulan.

Gambar 10. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap N-Total Tanah

Peningkatan N-Total tanah ini berasal dari mineralisasi bahan organik yang

diberikan meskipun peningkatan tidak terlalu signifikan. Mukhlis dan Fauzi (2003)

menyatakan bahwa ketidaktersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses

pencucian NO3-, denitrifikasi NO3

- menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3,

terfiksasi oleh mineral liat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah.

4.3.2. P-Tersedia

Hasil analisis ragam pada pengamatan P-Tersedia tanah menunjukkan

adanya pengaruh berbeda nyata dari pemberian pupuk kompos hayati granul.

Perlakuan pupuk G1 yang berperan optimal terhadap P-Tersedia tanah dengan nilai

rerata 4,39 mg kg-1, sedangkan nilai P-Tersedia terendah terjadi pada perlakuan G3

dengan nilai rerata 1,06 mg kg-1. Rerata hasil yang didapatkan nilai P-Tersedia

masih tergolong rendah-sangat rendah. Tetapi pada dasarnya kandungan P-Tersedia

dalam tanah mengalami peningkatan (Gambar 11.).

(bc)0.096

(bc)0.099

(bc)0.101

(c)0.103 (b)

0.094

(bc)0.100

(a)0.083

(bc)0.099

(bc)0.097

(bc)0.100

0.00

0.02

0.04

0.06

0.08

0.10

0.12

Kontrol A1 C1 G1 A2 C2 G2 A3 C3 G3

Rer

ata

N-T

ota

l (%

)

Perlakuan Pupuk

Page 54: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

40

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%;

A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora (campuran); G: Glomus; 1: penyimpanan

pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3: penyimpanan pupuk 3 bulan.

Gambar 11. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap P-Tersedia Tanah

Hal ini sesuai dengan penelitian Musafa (2015), bahwa hasil Analisa P-

Tersedia pada 50 HST menunjukkan bahwa setiap perlakuan menunjukkan hasil

berbeda nyata, nilai P-Tersedia tertinggi terdapat pada perlakuan M3P3 (30 spora

MA dan 109 cfu mL-1 bakteri P. fluorescens) yakni sebesar 24,40 ppm. Raiesi dan

Ghollarata (2006) menunjukkan bahwa simbiosis mikoriza memberikan kontribusi

terhadap peningkatan kegiatan fosfatase. Fosfatase merupakan enzim yang akan

dihasilkan apabila ketersediaan fosfat rendah. Fosfatase diekskresikan oleh akar

tanaman dan mikroorganisme, dari keduanya tersebut mikroorganisme lebih

dominan dalam menghasilkan fosfat (Joner et al., 2000). Pada proses mineralisasi

bahan organik, senyawa fosfat organik diuraikan menjadi bentuk fosfat anorganik

yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase (Gaur et al., 1980).

4.4. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Hayati Granul terhadap

Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis

Parameter pertumbuhan tanaman diperlukan untuk mengetahui pengaruh

pemberian pupuk kompos hayati granul terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati terdiri dari tinggi tanaman, jumlah

daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, serapan-P tanaman, serta persentase

koloni mikoriza arbuskula pada tanaman.

(ab)2.06

(ab)2.57

(ab)2.58

(c) 4.39

(ab)2.30 (ab)

2.07

(b)3.00

(ab)2.30 (ab)

2.06

(a)1.06

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

4.50

Kontrol A1 C1 G1 A2 C2 G2 A3 C3 G3

Rer

ata

P-T

erse

dia

(m

g kg

-1)

Perlakuan Pupuk

Page 55: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

41

4.4.1. Tinggi tanaman

Hasil analisi ragam pada pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman jagung

menunjukkan adanya pengaruh berbeda nyata dari pemberian pupuk kompos granul

hayati. Tinggi tanaman jagung diperoleh dengan cara menghitung tinggi tanaman

mulai dari permukaan tanah hingga lengkungan daun tertinggi. Berdasarkan hasil

rerata tinggi tanaman jagung (Tabel 4), perlakuan pupuk G1 yang berperan optimal

terhadap peningkatan tinggi tanaman jagung dari pengamatan 14 HST hingga 42

HST. Pada pengamatan 14 dan 21 HST, perlakuan yang memiliki hasil optimal

yaitu perlakuan pupuk A3 dengan tinggi 59,0 cm dan 63,5 cm. Pada pengamatan

28 HST, perlakuan yang memiliki hasil optimal yaitu perlakuan pupuk G1 dengan

tinggi 93,4 cm dan pupuk G2 dengan tinggi 91,9 cm. Pada pengamatan 35 HST dan

42 HST, perlakuan yang memiliki hasil optimal yaitu perlakuan pupuk G1 masing-

masing dengan tinggi 114,5 cm dan 139,9 cm. Tinggi tanaman pada perlakuan

pupuk G1 menunjukkan hasil yang optimal dibandingkan dengan perlakuan lain.

Hal ini sesuai dengan parameter persentase koloni mikoriza dimana perlakuan G1

menginfeksi akar tanaman sebesar 90%.

Tabel 4. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Tinggi Tanaman Jagung Manis

Perlakuan

(pupuk)

Rerata Tinggi Tanaman (cm)

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

Kontrol 52,9 abcd 54,7 abcd 75,1 a 92,3 ab 112,7 abc

A1 45,8 a 56,6 a 86,7 bc 97,7 bcd 114,6 abc

C1 53,7 bcd 64,0 bcd 85,5 bc 97,4 bcd 118,8 bc

G1 55,4 cd 69,9 cd 93,4 c 114,5 d 139,9 d

A2 49,8 abc 56,6 abc 79,5 abc 87,8 abc 108,1 abc

C2 52,9 abcd 61,4 abcd 85,2 bc 101,7 cd 126,7 cd

G2 47,6 ab 59,6 ab 91,9 c 105,9 cd 127,5 cd

A3 59,0 d 63,5 d 67,8 a 81,7 a 96,7 a

C3 54,7 bcd 62,8 bcd 75,2 ab 79,9 a 101,0 ab

G3 53,9 bcd 61,5 bcd 77,1 ab 88,2 ab 112,7 abc Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji DMRT 5%. A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora (campuran); G:

Glomus; 1: penyimpanan pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3: penyimpanan pupuk 3

bulan.

Menurut Talanca (2010), akar yang telah bermikoriza dapat menyerap P

dari larutan tanah pada konsentrasi dimana akar tanaman mempunyai metabolisme

energi lebih besar sehingga aktif dalam pengambilan P pada konsentrasi 10-7-10-6

Page 56: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

42

di dalam larutan tanah menjadi 10-3-10-2 di dalam akar tanaman. Ditambahkan oleh

Halis et al. (2008), bahwa Glomus dengan berbagai dosis memberikan pengaruh

yang lebih tinggi terhadap tinggi tanaman dibandingkan dengan tanpa pemberian

atau pemberian dosis mikoriza dari jenis lainnya. Hasil dari pengamatan tinggi

tanaman berdasarkan (Tabel 4), menunjukkan bahwa perlakuan optimal terdapat

pada perlakuan G1 yang merupakan pupuk kompos granul yang mengandung jenis

mikoriza Glomus dengan usia penyimpanan pupuk 1 bulan.

4.4.2. Jumlah daun

Hasil analisis ragam pada pengamatan jumlah daun menunjukkan adanya

pengaruh berbeda nyata dari aplikasi pupuk kompos hayati granul. Pengamatan

jumlah daun dilakukan mulai 14 HST hingga 42 HST. Namun, pada pengamatan

14 HST, menunjukkan adanya pengaruh tidak berbeda nyata pada jumlah daun

tanaman jagung. Berdasarkan hasil rerata jumlah daun tanaman jagung (Tabel 5),

perlakuan pupuk G1 yang berperan optimal terhadap peningkatan jumlah daun

tanaman jagung manis dari pengamatan 14 HST hingga 42 HST. Pada pengamatan

14 HST, perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah daun

tanaman jagung. Pada pengamatan 21 HST, perlakuan yang memiliki hasil optimal

yaitu perlakuan pupuk G1 dengan rerata jumlah daun 5 helai. Pada pengamatan 28

HST, perlakuan yang memiliki hasil optimal yaitu perlakuan pupuk G1 dengan

rerata jumlah daun 6 helai dan G3 dengan rerata jumlah daun 6 helai. Pada

pengamatan 35 HST, perlakuan yang memiliki hasil optimal yaitu perlakuan pupuk

G1 dan C3 dengan rerata jumlah daun masing-masing 7 helai.

Page 57: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

43

Tabel 5. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Jumlah Daun Tanaman Jagung

Manis

Perlakuan

(pupuk)

Rerata Jumlah Daun

14 HST 21 HST 28 HST 35 HST 42 HST

Kontrol 3,3 3 ab 4 ab 6 abc 7 b

A1 3,3 4 bc 6 bc 6 ab 7 bc

C1 3,3 4 abc 5 abc 6 abc 8 bc

G1 3,3 5 c 6 c 7 c 9 c

A2 3,3 4 bc 5 abc 6 ab 7 b

C2 3,3 4 bc 5 abc 7 c 9 bc

G2 3,3 4 bc 5 abc 7 bc 9 bc

A3 3,3 4 abc 4 a 5 ab 6 a

C3 3,3 3 a 4 a 5 a 7 b

G3 3,3 4 abc 6 c 6 abc 7 bc Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji DMRT 5%. Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora

(campuran); G: Glomus; 1: penyimpanan pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3:

penyimpanan pupuk 3 bulan.

Jumlah daun tanaman pada perlakuan pupuk G1 menunjukkan hasil optimal

dibandingkan dengan perlakuan lain. Menurut Ningrum et al. (2013), aplikasi

bokashi, mikoriza dan perbedaan dosis pupuk anorganik berbeda nyata pada

pengamatan 14 dan 28 HST, dimana adanya penambahan bokashi dan mikoriza

mempunyai jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan hanya

menggunakan pupuk anorganik. Sedangkan menurut Wahyu et al. (2013), dosis

mikoriza 30 g per tanaman memberikan hasil optimal terhadap jumlah daun pada

tanaman kedelai. Mikoriza mampu meningkatkan penyerapan unsur hara pada

tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangan vegetatif seperti panjang batang

dan jumlah daun (tajuk) juga meningkat.

Hasil dari pengamatan jumlah daun berdasarkan (Tabel 5), menunjukkan

bahwa perlakuan optimal terdapat pada perlakuan G1 yang merupakan pupuk

kompos granul yang mengandung jenis mikoriza Glomus dengan usia penyimpanan

pupuk 1 bulan. Hasil ini menunjukkan perlakuan G1 memberikan pengaruh berbeda

nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun.

4.4.3. Bobot kering akar dan tajuk

Hasil analisis ragam pada pengamatan bobot kering akar dan tajuk

menunjukkan adanya pengaruh berbeda nyata dari aplikasi pupuk kompos hayati

Page 58: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

44

granul. Gambar 11 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk G1 dan G2 yang berperan

optimal terhadap bobot kering akar tanaman jagung dengan bobot kering rerata 1,1

g/tanaman. Menurut Rainiyati et al. (2009), bahwa unsur P termasuk salah satu

unsur yang mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman dengan arah translokasi

ditentukan oleh konsentrasi P larutan tanah yang selanjutnya menentukan

akumulasi P dibagian tanaman tertentu. Bila terjadi kahat P, maka translokasi P

yang berasal dari larutan tanah dan bagian daun yang lebih tua (retranslokasi) akan

menuju pada bagian akar untuk digunakan dalam pembentukan akar. Oleh karena

itu, selama masa tersebut akumulasi P akan lebih banyak terjadi pada bagian akar.

Kedua perlakuan tersebut merupakan perlakuan pupuk yang mengandung

jenis Glomus, namun dengan usia penyimpanan yang berbeda, masing-masing 1

bulan dan 2 bulan. Berdasarkan grafik, bobot kering rerata perlakuan A3, C3, dan

G3 cenderung rendah, bahkan lebih rendah dari kontrol. Hal ini menunjukkan

menurunnya peran mikoriza dalam berbagai jenis selama 3 bulan penyimpanan

pupuk.

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%;

A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora (campuran); G: Glomus; 1: penyimpanan

pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3: penyimpanan pupuk 3 bulan. BKa: bobot kering

akar; BKt: bobot kering tajuk.

Gambar 12. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Bobot Kering Akar dan

Tajuk Tanaman Jagung Manis

Perlakuan G1 yang berperan optimal terhadap bobot kering tajuk dengan

rerata 10,6 g/tanaman. Menurut Musfal (2010) bahwa tanaman yang terinfeksi

(abcd)0.7

(bcd)0.8

(abcd)0.7

(d)1.1 (abcd)

0.7

(cd)0.9

(d)1.1 (a)

0.3

(ab)0.4

(abc)0.5

(bcd)5.9

(bcd)5.9

(ef)9.3

(f)10.6

(abc)4.9

(cde)7.3

(def)8.4

(ab)3.3 (a)

2.4

(ab)3.4

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

Kontrol A1 C1 G1 A2 C2 G2 A3 C3 G3

Bo

bo

t ke

rin

g (g

/tan

aman

)

Perlakuan

Berat Kering Akar Berat Kering Batang

Page 59: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

45

mikoriza mampu menyerap unsur P yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang

tidak terinfeksi. Tingginya serapan P oleh tanaman yang terinfeksi mikoriza

disebabkan hifa mikoriza mengeluarkan enzim fosfatase sehingga P yang terikat di

dalam tanah akan terlarut dan tersedia bagi tanaman. Salah satu kemampuan

mikoriza adalah membantu pertumbuhan tanaman dengan mempertinggi

pengambilan unsur hara P.

Namun perlakuan pupuk A3, C3, dan G3 menunjukkan rerata bobot kering

akar dan tajuk tanaman masing-masing bobot kering akar 0,3 g/tanaman, 0,4

g/tanaman, 0,5 g/tanaman dan bobot kering tajuk 3,3 g/tanaman, 2,4 g/tanaman dan

3,4 g/tanaman yang lebih rendah dari perlakuan kontrol. Hal ini diduga daya tahan

dan fungsi mikoriza pada pupuk kompos granul hayati menurun dikarenakan usia

penyimpanan pupuk mencapai 3 bulan. Handayani (2008) menyatakan tanah yang

defisiansi P, tanaman yang bermikoriza akan tumbuh lebih baik dibanding tanaman

non-mikoriza dan akan terjadi juga sebaliknya. Berkurangnya fungsi mikoriza pada

tanaman membuat pathogen dengan mudah berkembang dan menginfeksi tanaman

dengan baik. Selanjutnya, pathogen menginfeksi dan mengambil karbohidrat dari

tanaman sehingga daya tahan tanaman menjadi lemah dan proses pertumbuhan

selanjutnya menjadi terhambat.

4.3.4. Serapan-P

Hasil analisis ragam pada pengamatan serapan-P tanaman menunjukkan

adanya pengaruh berbeda nyata dari pemberian pupuk kompos hayati granul.

Pengambilan sampel dan pengamatan serapan-P tanaman dilakukan pada 43 HST.

Gambar 13 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk G1 yang berperan optimal

terhadap serapan-P tanaman sebesar 6,52 mg/tanaman. Serapan-P tanaman

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya mikoriza. Mikoriza mampu

meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama unsur P. Hal ini sesuai dengan

penelitian Nasution (2014), pemberian mikoriza sebanyak 20 g/polybag mampu

meningkatkan tinggi tanaman, serapan-P dan bobot 100 biji tanaman lebih tinggi

daripada tanpa pemberian mikoriza maupun dengan aplikasi mikoriza 20

g/polybag.

Page 60: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

46

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%;

A: genus Acaulospora; C: genus Glomus dan Acaulospora (campuran); G: Glomus; 1: penyimpanan

pupuk 1 bulan; 2: penyimpanan pupuk 2 bulan; 3: penyimpanan pupuk 3 bulan.

Gambar 13. Pengaruh Pupuk Kompos Hayati terhadap Serapan-P Tanaman Jagung

Manis

Hasil penelitian Raiesi dan Ghollarata (2006) menunjukkan bahwa

simbiosis mikoriza memberikan kontribusi terhadap peningkatan kegiatan

fosfatase. Hal ini disebabkan karena kontribusi secara langsung oleh miselium

eksternal dan efek tidak langsung terhadap peningkatan status P tanaman. Menurut

Bolan (1991) dalam Hasanudin (2003) bahwa peningkatan serapan-P oleh tanaman

karena 1) adanya perluasan volume tanah yang dapat dijelajahi oleh akar tanaman,

dan 2) adanya percepatan gerakan P ke dalam hifa. Selanjutnya Smith et al. (1993)

dalam Hasanudin (2003) menyatakan bahwa P yang diambil oleh hifa eksternal

ditransfer ke arbuskul melalui hifa internal sehingga serapan-P tanaman dapat

meningkat.

4.5. Hubungan Antar Parameter Pengamatan

Hubungan antar parameter pengamatan dilakukan dengan menggunakan uji

korelasi dan regresi antar parameter pengamatan. Uji korelasi digunakan untuk

menentukan tingkat keeratan hubungan antar variable yang dinyatakan dengan

koefisien korelasi (r), dimana hubungan antar variable dapat bersifat positif dan

negatif. Kemudian setiap variable hasil uji korelasi akan dianalisis uji regresi untuk

menguji pengaruh satu variable bebas terhadap variable terikat.

(abc)3.42

(bcd)4.38

(d)5.69

(d)6.52

(ab)3.29

(cd)5.51

(d)5.78

(a)2.12 (a)

1.66

(ab)2.51

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Kontrol A1 C1 G1 A2 C2 G2 A3 C3 G3

Sera

pan

-P (

mg/

tan

aman

)

Perlakuan

Page 61: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

47

4.5.1. Hubungan persentase koloni mikoriza terhadap P-Tersedia tanah

Jumlah persentasi koloni mikoriza sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

lingkungan di sekitar. Hal ini sesuai dengan Fakuara (1998) yang menyatakan

bahwa intensitas infeksi mikoriza dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,

meliputi pemupukan, nutrisi tanaman, pestisida, intensitas cahaya, iklim,

kelembapan tanah, pH, kepadatan inokulum, dan tingkat kerentanan tanaman.

Jumlah spora dapat dihubungkan dengan jumlah infeksi akar, pada umumnya pada

waktu spora membentuk miselium disekeliling akar yang menghambat

perkembangan miselium bagian luar atau pertumbuhan akar dihambat oleh

miskinnya suplai hara. Spora lebih banyak pada tingkat fosfat sedang daripada

tingkat fosfat rendah, jika kekurangan fosfat akan membatasi pertumbuhan dan

mempengaruhi keseluruhannya.

Hasil uji ketepatan model regresi kuadratik menunjukkan bahwa koefisien

determinasi (R2) = 0,755. Artinya model regresi kuadratik mampu menjelaskan

keragaman ketersediaan P dalam tanah sebesar 75,5%, sedangkan sisanya 24,5%

disebabkan oleh pengaruh lain. Persamaan (1) y = 0,001x2 – 0,025x + 2,115 dapat

digunakan untuk pendugaan nilai minimum y. Hasil diferensiasi menghasilkan

persamaan y = 0,002x – 0,025. Titik minimum didapat bila nilai y = 0. Maka akan

didapat nilai x = 12,5. Artinya nilai cohesiveness minimum didapat saat x = 12,5,

yaitu pada persentase koloni mikoriza 12,5%. Kemudian untuk mengetahui nilai y

pada x minimum, nilai x = 12,5 digunakan pada persamaan kuadratik awal (1).

Maka didapat y = 1,96. Artinya pada persentase koloni mikoriza 12,5% mencapai

nilai ketersediaan P minimum sebesar 1,96 mg kg-1 (Gambar 14.).

Page 62: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

48

Gambar 14. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan P-Tersedia Tanah

Menurut Novriani dan Madjid (2009), mikoriza adalah salah satu mikroba

yang dapat menghasilkan enzim fosfatase sehingga dengan enzim tersebut hifa-hifa

cendawan mampu melepaskan ikatan P dari mineral liat pada tanah dan merombak

P bentuk ion fosfor sehingga dapat dimanfaatkan bagi tanaman. Struktur yang

terbentuk dari asosiasi ini tersusun secara beraturan dan memperlihatkan spektrum

yang sangat luas, baik dalam hal tanaman inang, jenis cendawan maupun

penyebarannya.

Menurut Subiksa (2002), spora Mikoriza Arbuskula mengekstrak sumber

ion P dari pool fosfat yang solubel dalam tanah, bentuk P yang diserap yaitu H2PO4-

selain fosfat hifa eksternal mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur-unsur

nutrien lain seperti N (NH4+ atau NO3

-, K+, dan Mg+ yang bersifat mobil dan juga

unsur-unsur mikro seperti Zn, Cu, Mn, B, dan Mo (Sieverding, 1991). Musfal

(2008) dan Kabirun (2002) melaporkan bahwa tanaman yang terinfeksi mikoriza

mampu menyerap unsur P yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang tidak

terinfeksi. Tingginya serapan P oleh tanaman yang terinfeksi mikoriza disebabkan

hifa mikoriza mengeluarkan enzim fosfatase sehingga P yang terikat di dalam tanah

akan terlarut dan tersedia bagi tanaman.

4.5.2. Hubungan persentase koloni mikoriza terhadap Serapan-P tanaman

Hasil uji ketepatan model regresi kuadratik menunjukkan bahwa koefisien

determinasi (R2) = 0,566. Artinya model regresi kuadratik mampu menjelaskan

y = 0.001x2 - 0.025x + 2.115R² = 0.755

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

4.0

4.5

5.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

P-T

erse

dia

Tan

ah (

mg

kg-1

)

Persentase Koloni (%)

Page 63: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

49

keragaman serapan P tanaman sebesar 56,6%, sedangkan sisanya 43,4%

disebabkan oleh pengaruh lain. Persamaan (1) y = 0,001x2 – 0,020x + 2,960 dapat

digunakan untuk pendugaan nilai minimum y. Hasil diferensiasi menghasilkan

persamaan y = 0,002x – 0,020. Titik minimum didapat bila nilai y = 0. Maka akan

didapat niali x = 10. Artinya nilai cohesiveness minimum didapat saat x = 10, yaitu

pada persentase koloni mikoriza 10%. Kemudian untuk mengetahui nilai y pada x

minimum, nilai x = 10 digunakan pada persamaan kuadratik awal (1). Maka didapat

y = 2,86. Artinya pada persentase koloni mikoriza 10% mencapai nilai serapan-P

tanaman sebesar 2,86 mg kg-1 (Gambar 15.).

Gambar 15. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan Serapan-P Tanaman

Douds et al (1990) dalam Muzakkir et al. (2010) telah membuktikan bahwa

aktivitas enzim pada akar dan rhizosfir tanaman gandum yang terinfeksi FMA

(Glomus mossae dan Glomus geosporium) lebih tinggi dibading dengan kontrol dan

secara nyata meningkatkan pertumbuhan (bobot kering) dan kandungan P tanaman.

Aktivitas enzim phosphatase telah diketahui secara positif berkorelasi dengan

penyerapan P dan pertumbuhan tanaman pada tanah yang kekurangan fosfor.

Peran agronomis yang paling utama mikoriza yang diterima hingga saat ini

adalah kemampuannya untuk meningkatkan serapan hara tanaman. Penyerapan P

pada permukaan akar lebih cepat dari pergerakan fosfat ke permukaan akar,

sehingga zona terkurasnya fosfat terjadi di sekitar akar. Hifa yang meluas dari

permukaan akar membantu tanaman melintasi zona ini, sehingga dapat menyerap

y = 0.001x2 - 0.020x + 2.960R² = 0.566

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Sera

pan

-P (

mg/

tan

aman

)

Persentase Koloni (%)

Page 64: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

50

fosfat dari zona yang tidak dapat dicapai oleh akar yang tidak bermikoriza

(Simanungkalit, 2009 dalam Rahmi et al., 2017). Smith dan Gianinazzi-Pearson

(1988) dalam Simanungkalit (2006) mencatat panjang hifa ini pada beberapa

tanaman berkisar antara 0,71-14,20 m cm-1 akar.

4.5.3. Hubungan persentase koloni mikoriza terhadap jumlah daun

Hasil uji ketepatan model regresi kuadratik menunjukkan bahwa koefisien

determinasi (R2) = 0,631. Artinya model regresi kuadratik mampu menjelaskan

keragaman serapan P tanaman sebesar 63,1%, sedangkan sisanya 36,9%

disebabkan oleh pengaruh lain. Persamaan (1) y = 0,000x2 – 0,012x + 6,796 dapat

digunakan untuk pendugaan nilai minimum y. Hasil diferensiasi menghasilkan

persamaan y = 0,000x – 0,012. Titik minimum didapat bila nilai y = 0. Maka akan

didapat niali x = 24. Artinya nilai cohesiveness minimum didapat saat x = 24, yaitu

pada persentase koloni mikoriza 24%. Kemudian untuk mengetahui nilai y pada x

minimum, nilai x = 24 digunakan pada persamaan kuadratik awal (1). Maka didapat

y = 6,796. Artinya pada persentase koloni mikoriza 24% mencapai nilai serapan-P

tanaman sebesar 7 helai (Gambar 16.).

Gambar 16. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan Jumlah Daun

Menurut Gardner et al. (2008) dalam Hapsoh (2008) bahwa pemberian

mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara terutama fosfat sehinga

pertumbuhan dan perkembangan organ seperti jumlah daun dan luas daun juga

meningkat; dengan demikian pada daun yang luas daun yang lebih besar, hasil

y = 0.000x2 - 0.012x + 6.796R² = 0.631

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Jum

lah

Dau

n (

hel

ai)

Persentase Koloni (%)

Page 65: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

51

proses fotosintesis dan pertumbuhan lebih baik. Hasil penelitian Handayani (2008),

bahwa perlakuan inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap luas daun, dimana

luas daun tertinggi pada perlakuan 3 gr mikofer (mikoriza beserta bahan pembawa)

mencapai 841,14 cm2 dan terendah pada perlakuan 0 gr mikofer, yaitu 775,86 cm2.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tirta (2006) perlakuan mikoriza

berpengaruh nyata pada taraf uji F 5% terhadap jumlah daun. Mikoriza mampu

meningkatkan fungsi dan peranan akar dalam memanfaatkan air dan unsur hara,

juga mempermudah tanaman dalam menyerap unsur hara.

4.5.3. Hubungan persentase koloni mikoriza terhadap tinggi tanaman

Hasil uji ketepatan model regresi kuadratik menunjukkan bahwa koefisien

determinasi (R2) = 0,726. Artinya model regresi kuadratik mampu menjelaskan

keragaman tinggi tanaman sebesar 72,6%, sedangkan sisanya 27,4% disebabkan

oleh pengaruh lain. Persamaan (1) y = 0,008x2 – 0,367x + 110,947 dapat digunakan

untuk pendugaan nilai minimum y. Hasil diferensiasi menghasilkan persamaan y =

0,016x – 0,367. Titik minimum didapat bila nilai y = 0. Maka akan didapat niali x

= 22,94. Artinya nilai cohesiveness minimum didapat saat x = 22,94, yaitu pada

persentase koloni mikoriza 22,94%. Kemudian untuk mengetahui nilai y pada x

minimum, nilai x = 10 digunakan pada persamaan kuadratik awal (1). Maka didapat

y = 106,74. Artinya pada persentase koloni mikoriza 22,94% mencapai nilai tinggi

tanaman sebesar 106,74 cm (Gambar 17.).

Gambar 17. Hubungan % Koloni Mikoriza dengan Tinggi Tanaman

y = 0.008x2 - 0.367x + 110.947R² = 0.726

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Tin

ggi T

anam

an (

cm)

Persentase Koloni (%)

Page 66: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

52

Pertumbuhan vegetatif jagung manis lebih dipengaruhi oleh ketersediaan

unsur N pada tanaman. Unsur N pada tanaman berfungsi membentuk asam amino

dan protein yang dimanfaatkan dalam memacu pertumbuhan fase vegetatif

(Novizan, 2002). Hal ini sesuai dengan pengamatan sebelumnya terjadi

peningkatan kandungan N-Total dalam tanah. Menurut Gardner (1991) dalam

Hartanti (2014), bahwa kemampuan mikoriza dalam membantu akar untuk

menyerap unsur hara, dimana hifa eksternal dari mikoriza yang menjulur ke dalam

tanah akan berperan membantu sistem perakaran tanaman. Unsur hara yang diserap

oleh akar tanaman akan dimanfaatkan untuk memacu proses fotosintesis di daun.

Hasil fotosintesis tersebut akan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Husin (1997) dalam Hartanti (2014)

menyatakan bahwa mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, dimana

akar yang bermikoriza dapat meningkatkan penyerapan fosfat dan unsur hara

lainnya sehingga dapat meningkatkan perkembangan akar-akar halus yang

mengakibatkan serapan hara menjadi tinggi dan secara keseluruhan pertumbuhan

tanaman meningkat.

Page 67: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan pupuk

kompos granul bermikoriza, viabilitas spora mikoriza dalam pupuk kompos granul

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays saccharata

Sturt.). Viabilitas spora mikoriza dalam pupuk kompos granul hingga penyimpanan

pupuk 2 bulan. Perlakuan pupuk G1 (Glomus + penyimpanan pupuk 1 bulan)

memberikan hasil yang optimal terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan

tanaman jagung manis dengan parameter persentase koloni (90%), N-Total

(0,103%), P-Tersedia (4,39 mg kg-1), tinggi tanaman (139,9 cm) dengan jumlah

daun (9 helai), bobot kering akar dan tajuk (10,6 g dan 1,1 g), dan serapan-P

tanaman (6,52 mg/tanaman). Dengan demikian hipotesis (H0) ditolak.

5.2 Saran

Apabila melakukan penelitian yang serupa, diperlukan penambahan

perlakuan seperti penambahan pupuk kompos, kombinasi kompos dan pupuk

kimia, serta kombinasi pupuk kompos bermikoriza dan pupuk kimia. Kemudian

perlu adanya formulasi baru dalam proses granulasi kompos yang dikombinasikan

dengan mikoriza untuk menguji viabilitas spora, dan daya dukung bahan pembawa

mikoriza.

Page 68: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu D. N., B, Yudhy Harini, M. Irdika. 2012. Berkerja Dengan Fungi

Mikoriza Arbuskula. SEAMEO BIOTROP. Southeast Asian Regional Centre

for Tropical Biology. Bogor. Indonesia.

Ames, R. N. and R. W. Schneider. 1979. Entrophospora, a new genus in the

Endogonaceae. Mycotaxon 8: 347-352.

Anggraeny, Y., Nazip, K., Santri, D. J. 2017. Identifikasi Fungi Mikoriza

Arbuskula (FMA) pada Rhizosfer Tanaman di Kawasan Revegetasi Lahan

Penambangan Timah di Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka dan

Sumbangannya pada Pembelajaran Biologi SMA. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan SAINS IPA 391-403.

APPI, 2018. Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia. http://www.appi.or.id/?statistic.

Diakses pada tanggal 29 Agustus 2018.

Atmaja, I Wayan Dana. 2001. Bioteknologi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas

Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Baon, J. B. 1998. Peranan Mikoriza VA pada Kopi dan Kakao. Makalah

disampaikan dalam workshop Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskular pada

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Oktober 1998. Bogor.

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, dan N. Malajczuk. 1996. Working

with mycorrhizas in forestry and agriculture. Australian Centre for

International Agricultural Research. Canberra. Australia. 374 p.

________. 2008. Working with mycorrhizas in forestry and agriculture. ACIAR

Monograph 32. Australian Centre for International Agricultural Research,

Canberra.

Danesh, Y. R., E. M. Goltapeh, A. Alizadek, A. Varma and K. G. Mukerji. 2007.

Arbuscular-Mycorrhizal Fungi Associated Wit Alfafa Rizhosphere in Iran.

American-Eurasian Journal of Agriculture and Environment Science 2(5):

574-580.

Delvian dan Elfiati, D. 2012. Jenis MVA di Lahan Gambut Desa Aek Nauli

Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan, Universitas Sumatra

Utara, Medan.

Delvian, 2006. Dinamika Sporulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula. Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Page 69: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

55

Dewi, N. S., Wirawan, G. P., Sritamin, M. 2014. Identifikasi Mikoriza Arbuskula

Secara Mikroskopis pada Rizhosfer Beberapa Jenis Rumput-rumputan dan

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.

Pp. 259-268.

Elfiati, Deni dan Siregar, E.B.M. 2010. Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong

Sawit Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Pemberian Mikoriza pada Bibit

Mindi (Melia Azedarach L.). Jurnal Hidrolitan. p:12.

Fakuara, M.Y. 1988. Mikoriza, Teori dan Kegunaan dalam Praktek. Pusat Antar

Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Feldman, F. dan E, Idczak. 1992. Inoculum production of vesicular arbuscula

mycorhizal fungi for use tropical nurseries. Methode in Microbiol. 24:339-

357.

Gaur, A.C., R. S. Mathur, and K. V. Sadasivam. 1980. Effect of organik materials

and phosphatedissolving culture on the yield of wheat and greengram. Indian

Journal of Agronomy 25. pp:501-503.

Gaur, A. C. 1981. Improving Soil Fertility through Organik Recycling : A Manual

of Rural Composting. FAO/UNDP. Region Project RAS/75/004. Project

Field.

Goenadi, D. H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Berbasis Hayati dari

Cawan Petri ke Lahan Petani. Yayasan John HiTech. Idetama. Jakarta.

Gomez, K. A. and Gomez. A. A. 1995. Statistical Procedures For Agricultural

Research. John Wiley & Sons, Inc. p:8

Handayani, E. 2008. Respon Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.)

terhadap pemberian fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan Perbedaan Waktu

Tanam. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. 80

hal.

Hapsoh. 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Budidaya Kedelai di

Lahan Kering. Makalah Pengukuhan Guru Besar. 14 Juni 2008. Kampus

USU. Medan. pp 35.

Harlis, P. Murni, dan A. B. Fitria. 2008. Pengaruh Jenis dan Dosis Cendawan

Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Cabai (Capsicum annuum L.)

Pada Tanah Ultisol. Biospecies.pp: 59-62.

Page 70: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

56

Hartanti, I. 2014. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Mikoriza dan Rock Phosphate

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays

Saccharata Sturt). Prosiding Seminar Nasional BKS PTN Barat: 193-200.

Hartatik, W., L. Husnanin, dan R. Widowati. 2015. Peranan Pupuk Organik dalam

Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Balai Penelitian Tanah.

Bogor. p:109

Hasanudin. 2003. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P serta Hasil

Tanaman Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza, Azotobacter, dan Bahan

Organik pada Ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. ISSN 1411-

0067. pp:83-89.

Herlina, C. N., Syafruddin, dan Zaitun. 2016. Efektivitas Dosis Vermikompos dan

Jenis Mikoriza terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine

max L. Merril) pada Tanah Ultisol Jantho. Jurnal Floratek 11. pp: 1-9.

Idwar dan Ali M. 2000. Pengaruh Mikoriza Vesikel Arbuskular terhadap

Keefisienan Penggunaan Pupuk P oleh Tanaman Jagung (Zea mays L.).

Jurnal Natur Indonesia II (2): 168-178.

Indriyati, L. T. 2006. Transformasi Nitrogen dalam Tanah Tergenang: Aplikasi

Jerami Padi dan Urea serta Hubungannya dengan Serapan Nitrogen dan

Pertumbuhan Tanaman Padi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.p:48

INVAM. 2013. http://www.invam.cat.wvu.edu. International Culture Collection of

Vesicular and Arbuscular Mycorrhizal Fungi, Morgantown, West Virginia

Agriculture and Foresty Experimental Station. [diakses tanggal 18 Juni 2015].

Isroi. 2008. Kompos. Peneliti pada Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan

Indonesia. Dari http://isroi.files.wordpress.com/2008/02/kompos.pdf. Bogor.

[diakses 17 Juni 2015].

Joner, E.J., Aarle, I.M. and Vosatka, M. 2000. Phosphatase activity of extraradical

arbuscular mycorrhiza hyphae: a review. Plant and Soil 226, 199-210.

Kabirun, S. 1990. Peranan Endomikoriza dalam Pertanian. PAU Bioteknologi IPB

kerjasama PAU Bioteknologi UGM. Bogor.

_____. 2002. Tanggapan Padi Gogo terhadap Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskula

dan Pemupukan P Di Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.pp 49-56.

Page 71: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

57

Kartika, E. 2006. Tanggap Pertumbuhan, Serapan Hara, dan Karakter

Morfofisiologi terhadap Cekaman Kekeringan pada Bibit Kelapa Sawit yang

Bersimbiosis dengan MA. Disertasi. Pascasarjana IPB, Bogor. 188p.

Kramadibrata, K. 2008. Glomeromycota Recovered From Cacao Soil.

REINWARDTIA. (12):357-371.

Lestari, Y. 1998. Interaksi MA dengan Mikroba Tanah Selektif. Makalah

disampaikan dalam Workshop Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada

Tanaman Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. 5-10 Oktober 1998, Bogor.

Mansur, I. 2007. Prospek dan Potensi Pemanfaatan Simbiosis Mikoriza. Makalah

disampaikan dalam Workshop Mikoriza: Kongres Mikoriza Indonesia II

“Percepatan Sosialisasi Teknologi Mikoriza untuk Mendukunng Revitalisasi

Kehutanan, Pertanian, dan Perkebunan” pada tanggal 17-18 Juli 2007. Bogor.

Morton, J. B. and Redecker D. 2001. Two new families of Glomales,

Archaeosporaceae and Paraglomaceae, with two new genera Archaeospora

and Paraglomus, based on concordant molecular and morphological

characters. Mycologia 93:181-195.

Mosse, B. 1981. Vesicular mycorrhyza research for tropical agriculture. Rer Bull,

94. Hawaii Inst. Of Trop. Agric and human resources. Univ. of Hawaii,

Honolulu.

Mukhlis dan Fauzi. 2003. Pergerakan Unsur Hara Nitrogen Dalam Tanah. Ilmu

Tanah FP – USU, Medan. repository.usu.ac.id.bitstream.

Murbandono. 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Musafa, M. K. 2015. Peran Mikoriza Arbuskula dan Bakteri Pseudomonas

fluorescens dalam Meningkatkan Serapan-P dan Pertumbuhan Tanaman

Jagung pada Andisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fak. Pertanian,

Universitas Brawijaya. pp: 191-197

Musfal. 2008. Efektivitas cendawan mikoriza arbuskula (MA) terhadap pemberian

pupuk spesifik lokasi tanaman jagung pada tanah Inceptisol. Thesis.

Universitas Sumatera Utara. 79 hlm.

_____. 2010. Potensi cendawan mikoriza arbuskula untuk meningkatkan hasil

tanaman jagung. Jurnal litbang pertanian, 29 (4): 154-157

Muzakkir, E. F. Husin, Agustian, dan A. Syarif. 2010. Efektivitas Berbagai Fungi

Mikoriza Arbuskular Indigenus Terhadap Serapan Hara P Dan Pertumbuhan

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Solum. ISSN: 1829-7994.

Page 72: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

58

Muzar, A. 2006. Respons tanaman jagung (Zea mays L.) kultivar Arjuna dengan

populasi tanaman bervariasi terhadap mikoriza vesikular arbuskular (MVA)

dan kapur pertanian superfosfat (KSP) pada Ultisol. Jurnal Akta Agrosia 9(2):

75−85.

Nasution, R. M. 2014. Pemanfaatan Jamur Pelarut Fosfat dan Mikoriza untuk

Meningkatkan Ketersediaan dan Serapan-P Tanaman Jagung pada Tanah

Alkalin. Jurnal online Agroekoteknologi. ISSN No. 2337-6597.pp: 1003 –

1010.

Ningrum, D. P., A. Muhibuddin, dan T. Sumarni. 2013. Aplikasi Cendawan

Mikoriza Arbuskular (CMA) Dan Bokashi Dalam Meminimalisir Pemberian

Pupuk Anorganik Pada Produksi Benih Tanaman Jagung Ketan (Zea mays

ceratina). Jurnal Produksi Tanaman. ISSN: 2338-3976. pp:398-407.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Novriani dan A. Madjid. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah: Prospek Pupuk Hayati

Mikoriza. Bahan kuliah online untuk mahasiswa Fakultas Pertanian,

Universitas Sriwijaya.

Nurhalisyah dan D. Rahmad, 2012. Identifikasi fungi mikoriza arbuskular di lahan

tebu PTPN XIV serta efektifitasnya untuk meningkatkan serapan fosfat dalam

menunjang produksi tebu. Jurnal Agrisistem seri hayati 8 (2): 62-69

Nurmasyitah, Syafruddin, dan M. Sayuthi. 2013. Pengaruh Jenis Tanah Dan Dosis

Fungi Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Kedelai Terhadap Sifat Kimia

Tanah. Jurnal Agrista. pp: 103-110.

Nusantara, A. D., Y. H. Bertham, I. Mansur. 2012. Bekerja dengan Fungi Mikoriza

Arbuskula. SEAMEO BIOTROP. Bogor. p:63.

Pattimahu, D. V. 2004. Restorasi lahan kritis pasca tambang sesuai kaidah ekologi.

Makalah Mata Kuliah Falsafah Sains, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Pujianto. 2001. Pemanfaatan jazad mikro, jamur mikoriza, dan bakteri dalam sistem

pertanian berkelanjutan di Indonesia: Tinjauan Dari Perspektif Falsafah

Sains. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Puspitasari, D., K. I. Purwani, dan A.Muhibuddin. 2012. Eksplorasi Vesicular

Arbuscular Mycorrhiza (VAM) Indigenousous pada

Page 73: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

59

Lahan Jagung di Desa Torjun, Sampang Madura. Jurnal Sains dan Seni ITS.

Pp:19-22, (Sep, 2013). ISSN: 2301-928X.

Rahmi, N., R. Dewi, R. Maretalina, dan M. Hidayat. Keanekaragaman Fungi

Mikoriza di Kawasan Hutan Desa Lamteuba Droe Kecamatan Seulimum

Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik. ISBN: 978-602-

60401-3-8. pp:227-236.

Raiesi, F., dan M. Ghollarata. 2006. Interactions Between Phosphorus Availability

and An AM Fungus (Glomus intraradices) and Their Effects on Soil

Microbial Respiration, Biomass and Enzyme Activities in A Calcareous Soil.

Pedobiologia 50:413-425.

Rainiyati, Chozin, Sudarsono, dan Mansur. 2009. Pengujian efektivitas beberapa

isolate cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap bibit pisang (Musa

AAB Raja Nangka) asal kultur jaringan. J. Berk Venel. Hayati, 15: 63-69.

Ramdani. 1985. Pengaruh Perbedaan Pengomposan dan Pemberian Aktivator

Kotoran Sapi Terhadap Kecepatan Dekomposisi Sampah Organik, Produksi,

dan Kualitas Kompos. Laporan Masalah Khusus. Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian IPB. Bogor.

Rao, N.S. 1993. Biofertilizer in Agriculture and Forestry, 3th ed. International

Science Publisher, New York.

Rodale, J. I., R. Rodale, J., Olds M. C. Goldman, M. Franz and J. Minnich. 1975.

The Complete Book of Composting. Rodale Books, Inc., Emmaus. Penna.

Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta,

sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005.

Rusman, B. 2004. Pertanian Organik dan Peranannnya dalam Pengembangan

Pertanian Berkelanjutan. Kerjasma Fakultas Pranian Universitas Andalas

dengan proyek peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi. DEPDIKNAS.

Schrader, Stephen F. Moore, Gary R. Chirlin, Charles J. Puccia, Bradley P. 1974.

Potential biological effects of hypothetical oil discharges in the Atlantic Coast

and Gulf of Alaska. Report no. MITSG 74-19. Massachusetts Institute of

Technology.

Setiadi, Y. 2001. Peranan Mikoriza Arbuskula Dalam Rehabilitasi Lahan Kritis di

Indonesia. Disampaikan dalam Rangka Seminar Penggunaan Cendawan

Mikoriza dalam Sistem Pertanian Organik dan Rehabilitasi Lahan Kritis.

Bandung 23 April 2001

Page 74: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

60

Sieverding, E. 1991. Vesicular Arbuscular Mycorrizha Management in Tropical

Agrosystem. Deutche Gessellsschaft fur Tecnosche Zusmmenourheit (GTZ)

Gmbh, Federal Republic Germany.

Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Kiat Mengatasi

Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka.

Simanungkalit, R. D. M. 2003. Teknologi cendawan Mikoriza Arbuskuler:

Produksi inokulan dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar

dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-

Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. p:11.

_____. 2004. Cendawan Mikoriza Arbuskula di Bidang Pertanian. Balai Penelitian

Tanah Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah. Bogor. p:163.

_____. 2006. Pupuk Organik dan Hayati. Bab VIII. Cendawan Mikoriza Arbuskula.

Balai Penelitian Tanah Bogor. pp:162-163.

Simarmata T. dan E. Herdiani. 2004. Efek pemberian inokulan MA dan pupuk

kandang terhadap P tersedia, retensi P dalam tanah dan hasil tanaman bawang

merah (Allium ascalonicum L.). Dalam Prosiding: Teknologi Produksi dan

Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan dan

Kehutanan. Asosiasi Mikoriza Indonesia-Jawa Barat. ISBN 979-98255-0-4.

Smith, S. E. And D. J. Read. 1997. Mychorrhizal Symbiosis. (2nd edition).

Academic Press, London. 605 pp.

Smith, S. E., E. Facelli, S. Pope, F. A. Smith. 2010. Plat Performance in stressfull

environment: interpreting new and established knowledge of the roles of

arbuscular mycorrizhas. Plant Soil 326:3-20.

Subiksa, IGM. 2002. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Penanggulangan Lahan Kritis.

Makalah Falsafah Sains (PPs 702). Edisi April 2002. Program Pasca Sarjana.

Institut Pertanian Bogor.

Sumarni. 2001. Pewarnaan Akar pada Cendawan Mikoriza Arbuskular. Fakultas

Pertanian UNPAD, Bandung.

Sundari, S., T. Nurhidayati, dan I,Trisnawati. 2011. Isolasi dan Identifikasi

Mikoriza Indigenous dari Perakaran Tembakau Sawah (Nicotianatabacum L)

di areal persawahan Kabupaten Pamekasan Madura. Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam Institut Teknologi Sepuluh

November.p: 2.

Page 75: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

61

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan

Berkelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. pp:39-48.

Talanca, H. 2010. Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) pada

Tanaman. Prosiding Pekan Serelia Nasional. Balai Penelitian Tanaman

Serelia. ISSN:978-979-89-40-29-3.

Tirta, I. G. 2006. Pengaruh Kalium dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit

Panili (Vanilla planifolia Andrew). Jurnal. Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI). Bali.

Tridarmanto, A. 1985. Pengaruh Pemberian Aktivator Kotoran Kerbau Terhadap

Kecepatan Dekomposisi dan Kualitas Kompos. Laporan Masalah Khusus.

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Ulfa, M., K. Agus, Sumardi, S. Irnayuli. 2011. Populasi Fungi Mikoriza Arbuskula

(FMA) Lokal pada Lahan Pasca Tambang Batubara. Jurnal Balai Penelitian

Kehutanan Palembang dan Fakultas Kehutanan UGM. (30) 301-309.

Wahyu, E. R., K. I. Purwani, dan S. Nurhatika. 2013. Pengaruh Glomus

fasciculatum Pada Pertumbuhan Vegetatif Kedelai yang Terinfeksi

Sclerotium rolfsii. Jurnal Sains dan Semi Pomits. 2337-3520 (2301-928X

Print).

Walker, C. Cuenca, G. Sanchez, F. 1998. Scutellospora spinosissima sp. nov., A

Newly Described Glomalean Fungus from Acidic, Low Nutrient Plant

Communities in Venezuela. Annals of Botany 82: 721-725.

Widiastuti, H. 2004. Biologi Interaksi Cendawan Mikoriza Arbuskula Kelapa Sawit

pada Tanah Masam sebagai Dasar Pengembangan Teknologi Aplikasi Dini.

Thesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Widyastuti, S. M., Sumardi, dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Wirawan, G. N. dan W. Ismail. 1999. Balitbangtan (0107): Teknologi Budidaya

Jagung. IPPT Wonocolo. Surabaya. Pp:1-4

Page 76: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

LAMPIRAN

Page 77: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

63

Penentuan lokasi

(purposive sampling) Pengambilan sampel Ekstraksi spora MA

Identifikasi spora MA

Pemerangkapan

(trapping culture)

Pembuatan Pupuk

Kompos Granul

Aplikasi pada tanah Inceptisol

dengan menggunakan

tanaman jagung (Zea mays)

1. Lahan reklamasi 0 th (Cyperus rotundus)

2. Lahan reklamasi 5 th (Imperata cylindrica)

3. Lahan reklamasi 9 th (Samanea saman)

4. Lahan pertanian terpadu (Zea mays)

5. Lahan pertanian terpadu (Hevea brasiliensis) Populasi dan

genus MA

Analisis kimia tanah

Campuran bahan pupuk kompos dan

starter mikoriza berdasarkan

perbandingan bahan 1:1 untuk

memperoleh butiran granul sesuai

standar.

Penyimpanan pupuk

Analisis kimia tanah

Perhitungan populasi

MA dalam pupuk

kompos granul

Pemerangkapan

menggunakan tanaman

jagung (Zea mays)

Setelah 3 bulan panen

dan dilakukan

perhitungan populasi

MA

Stressing

Tanah Tanaman Spora Mikoriza Arbuskula

pH (H2O), C-

Organik, P-

Tersedia dan

N-Total

Tinggi tanaman,

jumlah daun, bobot

kering akar dan tajuk

tanaman dan serapan-P

Identifikasi spora,

populasi spora dan

persentasi koloni MA

Fumigasi media perbanyakan

Pengayakan pupuk kompos dan

media perbanyakan untuk

diperoleh butiran yang lebih halus

Analisis kimia dan

populasi spora pada

pupuk kompos granul

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Page 78: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

64

U

Lampiran 2. Denah Percobaan Pemerangkapan (Trapping Culture)

3 Bulan

2 Bulan

1 Bulan

(G3)

(C3)

(A3)

: Glomus (G)

: Glomus + Acaulospora (C)

: Acaulospora (A)

(G2)

(C2)

(A2)

(G3)

(C3)

(A3)

Keterangan:

Page 79: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

65

U

Lampiran 3. Denah Percobaan Aplikasi Pupuk Kompos Granul Hayati

G3(III)

530 cm

45

0 c

m

G1(III)

C1(I)

Ktrl(III)

G2(III)

A2(III)

A3(I)

G1(I)

A3(III)

C2(I)

G3(I)

C2(II)

G3(III)

A2(II)

G2(II)

A2(I)

C1(II)

Ktrl(II)

C3(I)

A1(I)

C3(III)

A1(III)

G1(II)

A3(II)

C3(II)

Keterangan:

= Polybag

A2(III) C2(I) G2(II) A1(I) C3(II)

Page 80: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

66

Lampiran 4. Perhitungan Pengenceran Formalin 37% untuk Fumigasi Sampel

Tanah dan Trapping Culture

Diketahui: (1) 25 ml formalin 5% per kg tanah

(2) M1 = 37% (3) M2 = 5%

Ditanya: Berapa volume formalin 37% yang dibutuhkan?

Jawab: Misal V1 = 100 ml

V1.M1 = V2.M2

100 ml.0,37 = V2.0,05

V2 = 740 ml

Sehingga 100 ml formalin 37% = 740 ml formalin 5%

Tanah yang tersedia 15 kg sehingga membutuhkan,

25 ml/kg x 15 kg = 375 ml formalin 5%

Cara 1:

V1.M1 = V2.M2

V1.0,37 = 375 ml .0,05

V2 = 50,68 ml (formalin 37%)

Cara 2 (perbandingan):

100 ml (37%) = 740 ml (5%)

x = 375 ml (5%)

Maka, 375 ml/740 ml x 100 ml = 50,68 ml (37%)

Page 81: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

67

Lampiran 5. Perhitungan Kebutuhan Air

Diketahui:

• KA pF 2 (kapasitas lapang) (KaKL) : 0,37 cm3 cm-3

• KA pF 4,2 (titik layu permanen) (KaTLP) : 0,26 cm3 cm-3

• Berat Tanah Perpolibag : 5000 g

• Berat jenis air : 1 g cm-3

Ditanya: Kebutuhan air?

Jawab:

Kadar air per polibag 5000 gr = (KaKL – KaTLP) x berat perpolibag

= (0,37 cm3 cm-3 - 0,26 cm3 cm-3) x 5000 g

= 550 g

Kebutuhan air per polybag 5000 gr = KA per polybag / BJ Air

= 550 g / 1 g cm-3

= 550 cm3 = 550 ml

Page 82: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

68

Lampiran 6 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kompos

Diketahui:

• N = 1,6% (kompos)

• P = 1,4% (kompos)

• K = 0,66% (kompos)

• BI tanah = 1,14 g cm-3

• Berat polybag = 5 kg

• Dosis anjuran (Wirawan dan Wahab, 1999)

- 300 kg Urea/Ha (N = 46%)

- 150 kg SP-36/Ha (P2O5 = 36%)

- 300 KCl/Ha (K2O = 60%)

Ditanya:

Berapa dosis pupuk kompos yang diperlukan untuk tanaman jagung?

Jawab:

Menganalisa dosis pupuk kompos = pupuk kimia dengan melihat dari kandungan

hara.

1. Pupuk kompos mengandung 1,6% N (100 kg), sedangkan pupuk Urea 46%

N (100 kg). Maka dibutuhkan 46 / 1,6 = 28,75x N pupuk kompos atau 28,75

x 100 kg = 2875 kg pupuk kompos untuk memperoleh dosis yang sama 46%

N (100 kg) pada Urea. Dosis rekomendasi Urea, 300 kg/Ha, sehingga

dibutuhkan 2875 kg kompos x 3 = 8625 kg kompos/Ha (N)

2. Pupuk kompos mengandung 1,4% P (100 kg), sedangkan pupuk SP-36 36%

P (100 kg). Maka dibutuhkan 36 / 1,4 = 25,71x P pupuk kompos atau 25,71

x 100 kg = 2571 kg pupuk kompos untuk memperoleh dosis yang sama 36%

P (100 kg) pada SP-36. Dosis rekomendasi SP-36, 150 kg/Ha, sehingga

dibutuhkan 2571 kg kompos x 1,5 = 3857,14 kg kompos/Ha (P)

3. Pupuk kompos mengandung 0,66% K (100 kg), sedangkan pupuk KCl 60%

K (100 kg). Maka dibutuhkan 60 / 0,66 = 90,91x K pupuk kompos atau

90,91 x 100 kg = 9091 kg pupuk kompos untuk memperoleh dosis yang

Page 83: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

69

sama 60% K (100 kg) pada KCl. Dosis rekomendasi KCl, 300 kg/Ha,

sehingga dibutuhkan 9091 kg kompos x 3 = 27272 kg kompos/Ha (K)

Sehingga rekomendasi pupuk kompos untuk memenuhi kebutuhan unsur hara

tanaman jagung 27272,73 kg/Ha

Hektar Lapisan Olah (HLO) = Luas Ha x kedalaman tanah x BI tanah

= 108 cm2 x 30 cm x 1,14 g cm-3

= 22,8 x 108 g

= 2,28 x 106 kg

Kebutuhan pupuk kompos/polybag (5 kg)

= 5 𝑘𝑔

2280000 𝑘𝑔 x 27272,73 kg

= 0,06 kg = 60 gram

Page 84: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

70

Lampiran 7. Perhitungan Pengenceran Formalin 37% untuk Sterilisasi 150 kg

Tanah

Diketahui: (1) 25 ml formalin 5% per kg tanah

(2) M1 = 37% (3) M2 = 5%

Ditanya: Berapa volume formalin 37% yang dibutuhkan?

Jawab: Misal V1 = 100 ml

V1.M1 = V2.M2

100 ml.0,37 = V2.0,05

V2 = 740 ml

Sehingga 100 ml formalin 37% = 740 ml formalin 5%

Tanah yang tersedia 150 kg sehingga membutuhkan,

25 ml/kg x 150 kg = 3750 ml formalin 5%

Cara 1:

V1.M1 = V2.M2

V1.0,37 = 3750 ml .0,05

V2 = 506,8 ml (formalin 37%)

Cara 2 (perbandingan):

100 ml (37%) = 740 ml (5%)

x = 3750 ml (5%)

Maka, 3750 ml/740 ml x 100 ml = 506,8 ml (37%)

Page 85: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

Lampiran 8. Hasil Analisis Laboratorium

a. Hasil analisis contoh tanah awal

Kode

pH 1:1 C.Organik

(%)

N Total

(%) C/N

P Bray

(mg Kg-1)

K KTK Pasir Debu Liat

H2O NH4OAC 1 N pH 7

(me/100g) ……%...

Tanah 4.8 0.57 0.22 2.59 2.43 0.42 8.4 13 46 42

b. Hasil analisis pupuk kompos UPT Kompos UB dan pupuk kompos granul hayati

Kode

pH

1:2,5 C.Organik

(%)

N Total

(%) C/N

P (%) K (%) KA

(%)

Jumlah

spora/50 g H2O HNO3 + HCL

Kompos UPT UB 5 18.03 1.5 12.02 1.4 0.63 30

Kompos granul hayati 5.7 20.4 1.6 14.74 1.4 0.71 37 73

Page 86: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

Keterangan: LR: Lahan Reklamasi

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Populasi Mikoriza Setelah Pengambilan Sampel dan Setelah Dilakukan Pemerangkapan Menggunakan

Media Awal (tanah bekas tambang)

Sampel Vegetasi Ulangan

Jumlah spora (spora/50 g tanah)

Genus Spora Mikoriza Setelah

pengambilan

sampel

rerata

Setelah

ditanami

jagung

rerata

LR (0 tahun) Cyperus rotundus 1 9 7 12 10 Glomus

2 2 3 Glomus

3 10 15 Glomus

LR (5 tahun) Imperata cylindrica 1 13 9 24 17 Glomus

2 2 11 Glomus

3 11 15 Glomus

LR (9 tahun) Samanea saman 1 6 20 13 41 Glomus

2 42 62 Glomus, Acaulospora

3 11 48 Glomus, Gigaspora

Lahan

Pertanian

Terpadu

Zea mays 1 19 18 44 35 Glomus, Gigaspora

2 23 37 Glomus

3 12 24 Glomus

Hevea brasiliensis 1 24 25 49 43 Glomus

2 34 57 Glomus

3 17 24 Glomus, Acaulospora

Page 87: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

73

Lampiran 10. Karakteristik Morfologis Mikoriza Arbuskula per Sampel Tanah

No. Sampel Tanah Dokumentasi Keterangan Genus

1 LR (0 tahun)

(Cyperus

rotundus)

Berbentuk bulat.

Warna coklat, coklat

kekuningan. Hifa

berbentuk straight.

Diameter 37,9 µm x

36,1 µm. Perbesaran

40x.

Glomus

2 LR (5 tahun)

(Imperata

cylindrica)

Berbentuk bulat.

Warna coklat, coklat

kehitaman. Hifa

berbentuk straight.

Diameter 55,4 µm x

54,9 µm. Perbesaran

40x.

Glomus

3 LR (9 tahun)

(Samanea

saman)

Spora pecah.

Berbentuk bulat.

Warna transparan

(hialin). Diameter

68,1 µm x 62,6 µm.

Perbesaran 40x.

Glomus

Berbentuk bulat.

Warna coklat

kekuningan.

Berornamen seperti

kulit jeruk. Diameter

50,8 µm x 52,4 µm.

Perbesaran 40x.

Acaulospora

Berbentuk bulat.

Warna coklat

bening. Berornamen

kulit jeruk. Memiliki

bulbous suspensor.

Diameter 213,1 µm

x 206,3 µm.

Perbesaran 10x.

Gigaspora

Page 88: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

74

No. Sampel Tanah Dokumentasi Keterangan Genus

4 LPT (Zea mays)

Berbentuk bulat

lonjong. Berwarna

coklat kemerahan.

Memiliki hifa

berbentuk straight.

Diameter 268,9 µm x

252,1 µm. perbesaran

10x.

Glomus

Berbentuk bulat.

Berwarna transparan

(hialin). Berornamen

kulit jeruk. Memiliki

bulbous suspensor.

Diameter 212,4 µm x

213,1 µm. perbesaran

10x.

Gigaspora

5 LPT (Hevea

brasiliensis)

Spora pecah.

Berwarna coklat

kekuningan. Memiliki

hifa berbentuk

recurved. Diameter

94,1 µm x 94,4 µm.

Perbesaran 40x.

Glomus

Berbentuk bulat.

Berwarna coklat

kekuningan. Diameter

45,6 µm x 46,3 µm.

Perbesaran 40x.

Acaulospora

Keterangan: LR: Lahan Reklamasi; LPT: Lahan Pertanian Terpadu.

Page 89: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

75

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Populasi Mikoriza Arbuskula Setelah

Pemerangkapan Menggunakan Media Tanah Inceptisol

No. Penanaman

Populasi Mikoriza Arbuskula/50 g tanah

*Keterangan Acaulospora

Glomus +

Acaulospora* Glomus

1 1 41 73 104 14

2 2 15 62 87 4

3 3 32 52 96 7

Page 90: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

76

Lampiran 12. Hasil Analisis Ragam Indikator Kimia Tanah dan Serapan-P

a. pH

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9.00 0.09 0.01 1.86 2.39 3.46

Galat 20.00 0.11 0.01

Total 29.00 0.21

b. C-Organik

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9.00 0.17 0.02 1.20 2.39 3.46

Galat 20.00 0.31 0.02

Total 29.00 0.49

c. N-Total

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9.00 0.00 0.00 6.26 2.39 3.46

Galat 20.00 0.00 0.00

Total 29.00 0.00

**) Berbeda sangat nyata

d. P-Tersedia

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9.00 19.60 2.18 3.41 2.39 3.46

Galat 20.00 12.78 0.64

Total 29.00 32.38

*) Berbeda nyata

e. Serapan-P Tanaman

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9.00 80.40 8.93 6.49 2.39 3.46

Galat 20.00 27.51 1.38

Total 29.00 107.91

**) Berbeda sangat nyata

Page 91: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

77

Lampiran 13. Hasil Analisis Ragam Indikator Tinggi Tanaman Jagung Manis

a. Hasil analisis ragam tinggi tanaman 14 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 408.63 45.40 3.01* 2.39 3.46

Galat 20 301.25 15.06

Total 29 709.88

*) Berbeda nyata

b. Hasil analisis ragam tinggi tanaman 21 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 536.95 59.66 4.13** 2.39 3.46

Galat 20 289.07 14.45

Total 29 826.01

**) Berbeda sangat nyata

c. Hasil analisis ragam tinggi tanaman 28 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 1794.82 199.42 3.74** 2.39 3.46

Galat 20 1065.67 53.28

Total 29 2860.49

**) Berbeda sangat nyata

d. Hasil analisis ragam tinggi tanaman 35 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 3203.53 355.95 3.71** 2.39 3.46

Galat 20 1917.30 95.86

Total 29 5120.83

**) Berbeda sangat nyata

e. Hasil analisis ragam tinggi tanaman 42 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 4520.23 502.25 4.29** 2.39 3.46

Galat 20 2339.14 116.96

Total 29 6859.37

**) Berbeda sangat nyata

Page 92: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

78

Lampiran 14. Hasil Analisis Ragam Indikator Jumlah Daun Tanaman Jagung

Manis

a. Hasil analisis ragam jumlah daun 14 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 0.53 0.06 0.22 2.39 3.46

Galat 20 5.33 0.27

Total 29 5.87

b. Hasil analisis ragam jumlah daun 21 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 7.33 0.81 2.44* 2.39 3.46

Galat 20 6.67 0.33

Total 29 14.00

*) Berbeda nyata

c. Hasil analisis ragam jumlah daun 28 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 17.37 1.93 2.52* 2.39 3.46

Galat 20 15.33 0.77

Total 29 42.70

*) Berbeda nyata

d. Hasil analisis ragam jumlah daun 35 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 18.80 2.09 3.92* 2.39 3.46

Galat 20 10.67 0.53

Total 29 29.47

*) Berbeda nyata

e. Hasil analisis ragam jumlah daun 42 HST

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 33.20 3.69 2.84* 2.39 3.46

Galat 20 26.00 1.30

Total 29 59.20

*) Berbeda nyata

Page 93: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

79

Lampiran 15. Hasil Analisis Ragam Indikator Bobot kering Akar dan Tajuk

Tanaman Jagung Manis

a. Hasil analisis ragam bobot kering akar

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 2.21 0.25 4.63** 2.39 3.46

Galat 20 1.06 0.05

Total 29 3.27

**) Berbeda sangat nyata

b. Hasil analisis ragam bobot kering tajuk

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 203.13 22.57 9.22** 2.39 3.46

Galat 20 48.94 2.45

Total 29 252.07

**) Berbeda sangat nyata

Lampiran 16. Hasil Analisis Ragam Indikator Persentase Koloni Mikoriza pada

Tanaman Jagung Manis

a. Hasil analisis ragam derajat infeksi akar

Sumber

Keragaman db JK KT F Hitung

F Tabel

5% 1%

Perlakuan 9 14446.67 1605.19 8.45** 2.39 3.46

Galat 20 3800.00 190.00

Total 29 18246.67

**) Berbeda sangat nyata

Page 94: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

Lampiran 16. Tabel analisis korelasi semua parameter pengamatan dan pedoman interpretasi koefisien korelasi

Persentase

Koloni pH C-Organik N-Total P-Tersedia Serapan-P

Jumlah

Daun

Tinggi

Tanaman

Bobot

kering

Akar

Bobot

kering

Tajuk

Derajat Infeksi 1

pH -0.359 1

C-Organik -0.500 0.565 1

N-Total -0.036 0.374 0.138 1

P-Tersedia .704* -0.309 -0.087 0.000 1

Serapan-P .668* -0.231 0.069 -0.039 .693* 1

Jumlah Daun .711* -0.329 -0.019 -0.051 0.542 .848** 1

Tinggi Tanaman .692* -0.366 0.039 0.001 .651* .920** .953** 1

Bobot kering Akar 0.621 -0.369 0.109 -0.212 .680* .932** .902** .945** 1

Bobot kering Tajuk 0.610 -0.262 0.071 0.010 .754* .974** .779** .890** .889** 1

Keterangan : *: Correlation is significant at the 0.05 level; **:Correlation is significant at the 0.01 level

Tingkat hubungan : (0,00-0,19) Sangat rendah; (0,20-0,39) Rendah; (0,40-0,59) Sedang; (0,60-0,799) Kuat; (0,80-1,00) Sangat kuat (Sugiyono, 2013).

Page 95: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

81

Lampiran 17. Dokumentasi Pemerangkapan (Trapping Culture) pada Tanaman

Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt)

(a)

(b)

(c)

Gambar : Pemerangkapan (trapping culture). (a) Penanaman 3 untuk

penyimpanan 3 bulan pupuk hayati; (b) Penanaman 2 untuk

penyimpanan 2 bulan pupuk hayati; (c) Penanaman 1 untuk

penyimpanan 1 bulan pupuk hayati.

Page 96: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

82

Lampiran 18. Dokumentasi Tinggi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata

Sturt)

Gambar 1. Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung 14 HST

Gabar 2. Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung 21 HST

Gambar 3. Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung 28 HST

Gambar 4. Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung 35 HST

Page 97: UJI VIABILITAS DAN KOLONISASI MIKORIZA ARBUSKULA …repository.ub.ac.id/13128/1/DWI AGUSTIYANTO.pdf · Judul Proposal : Uji Viabilitas dan ... (tanah menjadi asam dan ... Perhitungan

83

Gambar 5. Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung 42 HST