PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP...

8

Click here to load reader

Transcript of PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP...

Page 1: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

372 Unmas

Denpasar

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP PENCUCIAN DAN GOSOKAN

TEKSTIL HASIL PEWARNAAN DENGAN EKSTRAK CURCUMIN INDUK

KUNYIT

Zahra Fona1, Syafruddin2 1,2Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jl. B. Aceh-Medan km.280,3

Buketrata, Lhokseumawe

e-mail penulis korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai ketahanan luntur terhadap

pencucian dan gosokan tekstil yang telah diwarnai dengan pewarna alami dari rimpang

induk kunyit.Curcumin dari rimpang induk kunyit diekstraksi dengan pelarut etanol secara

batch pada temperatur 50, 60, dan 70oC, dengan perbandingan rimpang induk kunyit

terhadap pelarut 1:5, 1: 10, dan 1:15. Ekstrak yang diperoleh diaplikasikan pada kain katun

putih dengan tahapan mordanting, aplikasi pewarnaan, dan fiksasi. Pengujian ketahanan

luntur terhadap pencucian dilakukan dengan laundrymeter dilanjutkan dengan analisa warna

pada kain hasil pencucian grayscale, analisa kelunturan pada kain pelapis dilakukan dengan

staining scale. Selanjutnya, analisa ketahanan luntur terhadap gosokan dilakukan dengan

menggunakan crockmeter dengan 10 kali gosokan basah dan kering. Kain hasil gosokan

diuji dengan staining scale. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa yield curcumin mencapai

25,63 % pada penggunaan rimpang induk kunyit terhadap pelarut etanol 1:5 dan temperatur

ekstraksi 70oC. Hasil pengujian ketahanan luntur terhadap pencucian menggunakan

laundrymeter menunjukkan nilai ketahanan luntur hasil uji grayscale 4 dengan perbedaan

warna 1,5 yang berarti baik. Dari pengujian staining scale menunjukkan nilai tahan luntur 4-

5 dengan perbedaan warna 2,0 yang berarti baik. Pada pengujian tahan luntur terhadap

gosokan menggunakan crockmeter menunjukkan nilai tahan luntur gosokan kering 3-4

dengan perbedaan warna 5,6 (cukup baik), dan nilai tahan luntur gosokan basah 3 dengan

perbedaan warna 8 yang berarti cukup.

Kata Kunci: curcumin, gray scale, induk kunyit, ketahanan luntur, laundrymeter, pewarna

alami, staining scale

PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap

kelestarian lingkungan hidup di Indonesia, penggunaan pewarna tekstil yang menghasilkan

limbah tidak ramah lingkungan telah diminimalisir. Sebagai solusi, penelitian-penelitian

tentang penggunaan pewarna alami dari berbagai sumber telah banyak ditemukan di literatur.

Salah satu tindakan nyata pemerintah dalam hal tersebut adalah pelatihan pemanfaatan

pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh Kementerian Perindustrian (I.

Rahmawati 2016).

Salah satu kendala yang masih perlu penelitian lebih lanjut adalah mendapatkan

keaneragaman warna, dan mempertahankan warna agar tetap sesuai dengan warna yang

dinginkan. Tak dapat dipungkiri bahwa pewarna sintetis memiliki keunggulan ketahanan

warna yang sangat kuat serta variasi warna yang jauh lebih beragam. Dari sisi ekonomi, tentu

Page 2: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

373 Unmas

Denpasar

saja harga pewarna sintetis lebih murah. Atas dasar faktor-faktor tersebut, para pengusaha

saat ini lebih memilih pewarna sintetis daripada pewarna alami. Namun tuntutan terhadap

pelestarian lingkungan akan menjadi perhatian lebih besar dari para pengusaha dengan

adanya peraturan dan pengawasan yang jelas.

Penelitian tentang ekstraksi dan aplikasi zat warna dari berbagai bahan alami telah

banyak didapatkan dalam literatur. Beberapa bahan yang dapat dijadikan bahan pewarna

alami diantaranya adalah daun pepaya, kembang sepatu, daun alpukat, kulit buah manggis,

daun jati, kayu secang, biji mahkota dewa, daun ketela pohon, daun jambu biji, kulit pinang,

kunyit, dan lain-lain. Pada penelitian Kwartiningsih, E, dkk (2009) yang mengekstraksi zat

warna kulit buah manggis menggunakan pelarut etanol, diperoleh pewarnaan kain berwarna

kuning kecoklatan.

Kunyit memberikan warna kuning terang pada kain. Rimpang kunyit terdiri dari

rimpang induk kunyit atau umbi kunyit yang berbentuk silindris dengan ukuran yang semakin

besar seiring pertambahan umur tanaman, dan rimpang cabang atau tunas yang lonjong dan

lebih kecil, yang tumbuh ke segala arah. Rimpang induk kunyit memiliki warna yang lebih

pekat dibandingkan dengan rimpang cabang. Rimpang kunyit memberikan warna kuning

cerah, dengan intensitas warna yang lebih kuat diperoleh dari induk kunyit. Dalam kehidupan

sehari-hari, rimpang induk kunyit kurang disukai untuk digunakan dalam masakan karena

warnanya yang terlalu pekat serta aroma yang lebih menyengat, sehingga tidak akan bersaing

dengan produk konsumsi.. Selama ini, rimpang induk kunyit hanya digunakan sebagai obat-

obatan tradisional yang digunakan pada skala kecil.

Penelitian ini menitikberatkan pada pengujian ketahanan penodaan (staining scale) dan

pengujian ketahanan luntur kain yang telah diaplikasi dengan pewarna alami curcumin induk

kunyit, terhadap pencucian dan gosokan.

Pada penelitian ini zat pewarna alami dari bahan baku rimpang induk kunyit diekstraksi

menggunakan pelarut etanol. Menurut Anggarwal, dkk (2003), curcumin tidak larut dalam air

tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO). Oleh karena itu, ekstraksi curcumin

dalam penelitian ini menggunakan pelarut etanol. Pewarna yang dihasilkan diharapkan dapat

menjadi alternatif pewarna tekstil sehingga dapat menggantikan pewarna sintetis yang tidak

ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh perbandingan bahan

baku berupa rimpang induk kunyit dengan etanol terhadap yield pewarna alami yang

diperoleh. Selanjutnya, dilakukan pewarnaan terhadap kain, dan dilakukan pengujian

ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosokan menggunakan metode pengujian gray scale

dan staining scale.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang induk kunyit

(curcuma longa linn) yang diperoleh dari pasar lokal. Pelarut digunakan etanol 96% untuk

mengekstrak curcuma. Bahan lainnya adalah adalah kapur tohor, soda abu, tawas, detergent,

aquades dan kain katun berwarna putih.

Peralatan yang diperlukan berupa seperangkat alat ekstraksi soxhlet untuk

mengekstraksi curcumin dari induk kunyit. Analisa ketahanan luntur terhadap pencucian dan

Page 3: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

374 Unmas

Denpasar

ketahanan luntur warna terhadap gosokan dilakukan dengan menggunakan laundrymeter dan

crockmeter di Laboratorium Uji dan Kalibrasi Industri Kerajinan dan Batik, Yogyakarta.

Prosedur Penelitian

Ekstraksi zat warna curcumin dari induk kunyit

Rimpang induk kunyit sebanyak 30 gr dihaluskan dan dimasukkan ke dalam labu leher

tiga alat soxhlet, kemudian diisi etanol sesuai rasio tertentu. Ekstraksi dilakukan pada

temperatur didih etanol, dengan pengadukan 500 rpm. Larutan hasil ekstraksi berupa zat

warna, didistilasi untuk menguapkan pelarut dari zat warnanya sehingga zat warna berbentuk

larutan pekat (pasta).

Perwarnaan Pada Kain

Proses mordanting

Kain sampel dipotong ukuran 10 x 10cm sebanyak tiga lembar, direndam dengan

larutan 2 ml deterjen dalam 100 ml aquades. Larutan dibuat dengan 8 g tawas (A12(SO4)3)

dan 2 g oda abu (Na2CO3) dalam 1 l aquadest, direbus sampai mendidih, kemudian kain

dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan merebusnya selama 15 menit. Selanjutnya kain

dibilas, dikeringkan, dan disetrika.

Pewarnaan

Sebanyak 50 ml aquades ditambahkan 0,5 g zat warna (larutan pekat). Kain yang telah

dimordanting dimasukkan ke dalam larutan zat warna, dan direbus selama 15 menit. Kain

selanjutnya diangin-anginkan sampai kering.

Fiksasi dengan Kapur Tohor (CaCO3)

Kapur tohor 70 g dilarutkan dalam 1 l aquades dan dibiarkan mengendap, larutan

beningnya (larutan fixer)digunakan untuk merendam kain yang sudah diwarnai selama 10

menit, lalu kain dikeringkan dan dicuci bersih kemudian dikeringkan lagi di tempat yang

teduh, lalu disetrika.

Pengujian Zat Warna pada Kain

Uji Ketahanan Luntur terhadap Pencucian

Uji ketahanan luntur terhadap pencucian dilakukan dengan Mesin laundrymeter dengan

suhu operasi diatur 40 oC selama 45 menit. Setelah 45 menit laundrymeter dihentikan,

bejana-bejana diambil dan isinya dikeluarkan. Kain dicuci dengan air bersih kemudian jahitan

dilepas lalu disetrika. Kain pelapis dianalisan dengan Stainning Scale dan kain berzat warna

yang telah melalui proses pencucian dianalisa dengan GrayScale.

Uji Ketahanan Luntur terhadap Gosokan

Pengujian ketahanan luntur terhadap gosokan dilakukan menggunakan Crockmeter

dengan mengoperasikan alat sehingga menggosok kain uji sampai 10 kali gosokan. Kain

yang dinodai pada alat dibandingkan dengan kain putih sebagai pembandingnya. Kain dari

Page 4: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

375 Unmas

Denpasar

hasil uji gosokan yang meliputi gosokan basah dan gosokan kering dianalisa dengan

menggunakan Stainning Scale.

Hasil dan Pembahasan

Ekstraksi zat pewarna dari rimpang induk kunyit dilakukan dengan menggunakan

metode tangki berpengaduk secara batch. Perbandingan antara induk kunyit dan pelarut

adalah 1 : 5 , 1 : 10 , 1 : 15 dan suhu ekstraksi 50oC, 60oC, 70oC, dengan kecepatan

pengadukan 500 rpm. Zat warna yang dihasilkan yang berbentuk cairan kental (pasta).

Ekstraksi dilakukan selama 2 jam, dengan pertimbangan bahwa dalam 2 jam, pelarut

telah mengekstraksi curcumin dengan baik. Berdasarkan penelitian Kwartiningsih, E, dkk

(2009), pelarut telah melarutkan antosianin dari kulit buah manggis dengan sempurna selama

2 jam ekstraksi.

Pengaruh Temperatur Terhadap Yield Zat Pewarna

Gambar 1. Pengaruh suhu ekstraksi (oC) dan rasio bahan baku terhadap yield zat

pewarna (%)

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu ekstraksi, zat warna yang

diperoleh semakin banyak. Hal ini disebabkan semakin tinggi temperatur ekstraksi maka

kecepatan perpindahan massa dari solut ke solven semakin tinggi akibat driving force

temperatur mempengaruhi koefisien transfer massa dari suatu komponen (Mardiah, 2010).

Namun demikian, temperatur yang terlalu tinggi kurang baik bagi proses ekstraksi karena

dapat menyebabkan pelarut teruapkan dengan cepat, dan kualitas ekstrak menjadi kurang

baik. Temperatur didih etanol adalah 78,37 oC, sehingga ekstraksi sebaiknya dilakukan di

bawah temperatur didih tersebut untuk menghindari penguapan etanol dengan cepat.

Proses ekstraksi adalah suatu aplikasi dari proses perpindahan massa. Dalam proses

ektraksi, suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan perpindahan

massa. Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan solubilitas pelarut dan dapat

memperbesar pori padatan, sehingga pelarut masuk melalui pori-pori padatan dan melarutkan

komponen padatan yang terjerap. Zat terlarut selanjutnya berdifusi keluar permukaan partikel

padatan dan bergerak ke lapisan film sekitar padatan sehingga masuk ke larutan (Phaza dan

Ramadhan, 2010).

Page 5: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

376 Unmas

Denpasar

Temperatur ekstraksi sangat menentukan yield zat warna yang diperoleh, seperti yang

dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa yield zat warna pada ketiga variasi temperatur jauh

berbeda. Pada temperatur 50 oC, rata-rata yield curcumin 4,45%, sedangkan pada temperatur

60oC, dan 70 oC masing-masing yield curcumin lebih besar, yaitu 13,06%, dan 22,9%.

Ekstraksi curcumin dari rimpang induk kunyit memberikan yield yang lebih banyak pada

temperatur 70oC. Hal ini sesuai dengan penelitian Kwartiningsih, E, dkk (2009), yang

menggunakan zat pewarna dari kulit buah manggis menggunakan pelarut etanol dengan yield

13,15% pada temperatur ekstraksi 70 oC, zat warna yang diperoleh kuning kecoklatan. Pada

penelitian Puryanto, dkk (2012), diperoleh rendemen sebesar 19,6 g/l larutan zat warna dari

biji kesumba pada proses perlakuan ekstraksi dengan NaOH selama 180 menit dan

temperatur ekstraksi 90 oC.

Pengaruh Rasio Bahan Baku dengan Pelarut Terhadap Yield Zat Pewarna

Distribusi pelarut ke dalam padatan sangat berpengaruh terhadap perolehan curcumin.

Perbandingan antara padatan dengan pelarut akan mempengaruhi yield yang dihasilkan.

Gambar 1 menunjukkan pada rasio rimpang induk kunyit dengan pelarut 1 : 5, yield yang

diperoleh mencapai 25,63% pada suhu ekstraksi 70 oC. Sementara itu, pada rasio rimpang

induk kunyit dengan pelarut 1 : 10 dan 1 : 15, diperoleh yield mencapai 22,91% dan 20,26%.

Banyaknya pelarut mempengaruhi luas kontak padatan dengan pelarut, semakin banyak

pelarut luas kontak akan semakin besar, sehingga distribusi pelarut ke padatan akan semakin

besar. Meratanya distribusi pelarut akan mengurangi tingkat kejenuhan pelarut, sehingga

komponen curcumin dalam rimpang induk kunyit dapat diekstrak dengan baik. Meskipun

demikian, penambahan jumlah pelarut yang terlalu banyak juga kurang efektif terhadap

proses ekstraksi. Pada penelitian ini, rasio bahan baku dengan pelarut 1 : 5 dapat mengekstrak

yield curcumin sebesar 25,63 %, penambahan jumlah pelarut tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap yield curcumin. Seperti halnya penelitian Jayanudin, dkk (2014), yang

mendapatkan bahwa penambahan jumlah pelarut yang lebih besar dari 1 : 20 tidak

meningkatkan yield natrium alginat dari rumput laut.

Hasil Uji ketahanan Luntur Zat Warna Terhadap Pencucian dan Gosokan

Sebelum dilakukan pengujian ketahanan luntur zat warna terhadap pencucian, terlebih

dahulu dilakukan fiksasi. Fiksasi zat warna dilakukan untuk meningkatkan ketahanan luntur

zat warna terhadap kain. Proses pengikatan dan penguatan zat warna alami pada kain semakin

kuat dengan fiksasi. Fiksasi dapat mengunci zat warna yang telah masuk ke dalam serat.

Proses fiksasi pada prinsipnya adalah mengkondisikan zat pewarna yang telah terserap dalam

waktu tertentu agar terjadi reaksi antara bahan yang digunakan untuk fiksasi (T. Pujilestari,

2014). Pada penelitian ini, fiksasi dilakukan menggunakan kapur tohor (CaCO3). Dengan

adanya fiksasi zat warna curcumin dari rimpang induk kunyit diharapkan memiliki ketahanan

luntur lebih besar.

Ketahanan luntur zat warna terhadap pencucian dan gosokan merupakan faktor yang

sangat menentukan kualitas tekstil yang diwarnai. Pengujian ketahanan luntur warna terhadap

pencucian dilakukan menggunakan laundrymeter dengan kondisi pencucian komersial.

Page 6: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

377 Unmas

Denpasar

Pengujian ketahanan luntur terhadap gosokan dilakukan dengan menggunakan crockmeter.

Kedua pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas zat warna dari curcumin.

Zat warna yang diaplikasikan pada kain sebagai contoh uji diambil sampel

yang memiliki yield yang paling besar. Warna yang paling pekat yang dapat dilihat secara

visual setelah aplikasi pada kain dipilih untuk dianalisa. Dari hasil analisa diperoleh bahwa

ekstraksi rimpang induk kunyit pada temperatur 70 oC menghasilkan pewarna curcumin yang

lebih baik pada setiap perlakuan dengan perbedaan rasio penggunaan rimpang induk kunyit

terhadap pelarut.

Nilai perubahan warna adalah nilai perbedaan warna pada contoh uji sebelum dan

sesudah mengalami pencucian. Nilai penodaan warna adalah nilai kecerahan warna kain putih

pelapis pada contoh uji sesudah mengalami pencucian (Wedyatmo dan Nugroho, 2013). Nilai

perubahan warna pada kain diuji menggunakan gray scale. Sementara nilai penodaan pada

kain pelapis dianalisa menggunakan staining scale. Kualitas ketahanan luntur warna

terhadap pencucian bernilai baik apabila nilai perubahan warna (%R) bahan tekstil sebelum

dan sesudah dicuci kecil, dan nilai %R kain putih pelapis pada penodaan warna lebih besar.

Tabel 1. Hasil pengujian menggunakan laundrymeter.

Kunyit : Pelarut Suhu (oC) Gray

Scale

Perbedaan

Warna (CD)

Stainning

Scale

Perbedaan Warna

(CD)

1 : 5 70 4 1,5 4 4,0

1 : 10 70 4 1,5 4-5 2,0

1 : 15 70 3-4 2,1 4-5 2,0

Dari Tabel 1 dapat diketahui hasil analisa Gray Scale atau Standar Skala Abu-abu yang

digunakan untuk menilai perubahan warna contoh uji tahan luntur warna. Hasil uji ketahanan

terhadap pencucian kain yang telah diaplikasi zat warna yang diperoleh dari ekstraksi

curcumin dari rimpang induk kunyit dengan rasio terhadap pelarut 1 : 5 dan 1 : 10 diperoleh

nilai tahan luntur 4 dengan perbedaan warna (CD) 1,5 yang berarti “baik”. Sementara itu,

penggunaan rimpang induk kunyit dengan pelarut pada rasio 1 : 15 menghasilkan zat warna

yang memiiki nilai tahan luntur 3-4 dengan perbedaan warna (CD) 2,1 yang berarti “cukup

baik”.

Analisa Stainning Scale atau Standar Skala Penodaan yang digunakan untuk menilai

penodaan warna pada kain putih yang digunakan dalam menentukan tahan luntur warna

didapatkan bahwa dari rasio 1 : 5 nilai tahan luntur 4 dengan perbedaan warna (CD) 4,0 yang

berarti “baik”, sedangkan penggunaan rimpang induk kunyit dan pelarut 1 : 10, dan 1 : 15

menghasilkan curcumin yang nilai tahan lunturnya 3-4 dengan perbedaan warna (CD) 2,0

yang berarti “cukup baik”.

Page 7: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

378 Unmas

Denpasar

Tabel 2. Hasil pengujian zat warna menggunakan Crockmeter.

Kunyit : Pelarut Suhu (oC) Gosokan

Kering

Perbedaan

Warna (CD)

Gosokan

Basah

Perbedaan

Warna (CD)

1 : 5 70 2-3 11,3 2-3 11,3

1 : 10 70 3-4 5,6 3 8,0

1 : 15 70 3-4 5,6 3 8,0

Pengujian terhadap gosokan dilakukan dengan menggunakan Crockmeter yang meliputi

gosokan basah dan gosokan kering yang dapat dilihat pada Tabel 2. Setelah pengujian

ketahanan zat warna terhadap gosokan selesai, selanjutnya dilakukan analisa terhadap kain

penggosok dengan menggunakan stainning scale. Hasil analisa untuk gosokan kering

diketahui bahwa curcumin yang dihasilkan dari ekstrak rimpang induk kunyit dan pelarut

pada rasio 1 : 5 memperoleh nilai tahan luntur 2-3 dengan perbedaan warna (CD) 11,3 yang

berarti “kurang”. Rasio rimpang induk kunyit dan pelarut 1 : 10 dan 1: 15 menghasilkan nilai

tahan luntur curcumin 3-4 dengan perbedaan warna (CD) 5,6 yang berarti “cukup baik”. Pada

pengujian ketahanan terhadap gosokan basah dapat dilihat bahwa pada perlakuan

perbandingan rimpang induk kunyit dengan pelarut 1 : 5 dihasilkan nilai tahan luntur

curcumin 2-3 dengan perbedaan warna (CD) 11,3 yang berarti “kurang”, sedangkan pada

rasio 1 : 10 dan 1: 15 nilai tahan lunturnya 3 dengan perbedaan warna (CD) 8,0 yang berarti

“cukup”.

KESIMPULAN

1. Ekstraksi rimpang induk kunyit menggunakan pelarut etanol dengan temperatur

ekstraksi 70 oC menghasilkan yield mencapai 25,63%.

2. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dengan menggunakan

laundrymeter dengan analisa Gray Scale diperoleh nilai tahan luntur 4 dengan

perbedaan warna 1,5 yang berarti “baik” dan Stainning Scale nilai tahan luntur 4-5

dengan perbedaan warna 2,0 yang berarti “baik”.

3. Pada pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan dengan menggunakan Crockmeter

dan hasil analisa Gray Scale pada gosokan kering nilai tahan luntur 3-4 dengan

perbedaan warna (CD) 5,6 yang berarti “cukup baik” dan gosokan basah nilai tahan

luntur 3 dengan perbedaan warna (CD) 8,0 yang berarti “cukup” untuk curcumin dari

ekstraksi rimpang induk kunyit dan pelarut dengan rasio 1 : 10 dan 1 : 15,

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Politeknik Negeri Lhokseumawe yang

telah menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian, dan kepada Astried Tanya yang

telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA Jayanudin., Ayu, Z., dan Feni, N. 2014. Pengaruh Suhu dan Rasio Pelarut Ekstraksi Terhadap

Rendemen dan Viskositas Natrium Alginat dari Rumput Laut Cokelat (Sargassum

sp). J. Integrasi Proses, Vol. 5, No.1. Hal:

Page 8: PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR TERHADAP …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/47.-Penelitian_zahrafo... · pewarna alami bagi perajin batik di Banyuwangi oleh ... Tak dapat dipungkiri

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

379 Unmas

Denpasar

Kurniastuti, F., dan Susanti, E.L.D. 2010. Pembuatan Zat Warna Alami Tekstil dari Biji Buah

Mahkotadewa. Laporan Penelitian Teknik Kimia. UNS. Surakarta.

Kwartiningsih, E., Setyawardani, D. A., Wiyatno, A., dan Triyono, A, 2009. Zat Pewarna

Alami Tekstil dari Kulit Buah Manggis. J. Ekuilibrium Vol. 8. No. 1, Januari. Hal:

41-47.

Mardiah, 2010, “Ekstraksi Kelopak Bunga dan Batang Rosella (Hibicus SabdariffaL) Sebagai

Pewarna Alami’, Fakultas Agribisnis, Universitas Juanda.

Nugroho, A.S, dan Wedyatmo, D.A. 2013. Studi Eksperimental Ketahanan Luntur Warna

Kain. Majalah Online Politeknosains, vol.XI no.2.

Phaza., dan Ramadhan., 2010, “Ekstraksi dan Kajian dari Bagian Tanaman, Lama Ekstraksi

dan Konsentrasi Isopropanol. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 2, No. 1. Hal: 10-27.

Puryanto., Purwanto, A., Kwartiningsih, E., dan Mastuti, E. 2012. Pembuatan Zat Warna

Alami dalam Bentuk Serbuk untuk Mendukung Industri Batik di Indonesia. J.

Rekayasa Proses, vol 6, no. 1. Hal: 26-29.

Rachmawati, I. 2016. Banyuwangi jadi tuan rumah Festival Busana Pewarna alam 2016.

http://regional.kompas.com/read/2016/03/15/08133131/Banyuwangi.Jadi.Tuan.Rum

ah.Festival.Busana.Pewarna.Alam.2016 diakses: 28 maret 2016.