Pengontrolan Cairan Dan Jenis Cairan

6
Pengontrolan Cairan dan Jenis Cairan Jumlah Cairan tubuh Pada orang gemuk air lebih sedikit Pada orang kurus air lebih banyak Jumlah cairan sangat dipengaruhi o/ penyakit : o gagal ginjal o gagal jantung o diare/muntah o D H F o Sepsis o Luka bakar, dll Pembagian Cairan Tubuh : o Cairan Intraseluler o Cairan Ekstraseluler : * Plasma Darah * Caiaran Sinovial ( sendi ) * Aquos humor ( mata ) , dll. Kompartemen Intraseluler dan ekstraseluler dipisahkan oleh membran sel yang bersifat Permiabel = bisa dilalui air dan zat terlarut, kecuali protein Istilah yang Berhubungan Dengan Keseimbanagan Cairan :

description

terdapat pengontrolan dan jenis jenis cairan didalam makalah ini

Transcript of Pengontrolan Cairan Dan Jenis Cairan

Page 1: Pengontrolan Cairan Dan Jenis Cairan

Pengontrolan Cairan dan Jenis Cairan

Jumlah Cairan tubuh

Pada orang gemuk air lebih sedikit

Pada orang kurus air lebih banyak

Jumlah cairan sangat dipengaruhi o/ penyakit :

o gagal ginjal

o gagal jantung

o diare/muntah

o D H F

o Sepsis

o Luka bakar, dll

Pembagian Cairan Tubuh :

o Cairan Intraseluler

o Cairan Ekstraseluler :

* Plasma Darah

* Caiaran Sinovial ( sendi )

* Aquos humor ( mata ) , dll.

Kompartemen Intraseluler dan ekstraseluler dipisahkan oleh membran sel yang bersifat

Permiabel = bisa dilalui air dan zat terlarut, kecuali protein

Istilah yang Berhubungan Dengan Keseimbanagan Cairan :

Homeostasis : Suatu mekanisme pengaturan yang memberikan suatu kondisi yg konstan

(tetap) walaupun luar tubuh terjadi perubahan.

Difusi : Perpindahan suatu zat cair dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah

Osmosi : Perpindahan caiaran dari Solut Rendah ( Air tinggi) ke Solut tinggi (air

rendah) dengan energi ( ATP)

Page 2: Pengontrolan Cairan Dan Jenis Cairan

Tonisitas adalah bagaian biologikal yang melepaskan efek aktual ke sel hidup

Infus cairan adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke

dalam tubuh untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

JENIS - JENIS CAIRAN INFUS

1. Cairan hipotonik.

Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi

ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan

osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan

sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai

akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi,

misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia

(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah

perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps

kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.

Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik.

Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum

(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat

pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus

menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit

gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal

saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3. Cairan hipertonik.

Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga

“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu

menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Page 3: Pengontrolan Cairan Dan Jenis Cairan

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan

albumin.

Dari Sisi Cairan

a. Kandungan elektrolit cairan

Elektrolit yang umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+, K+, Cl, Ca2+, laktat atau

asetat. Jadi, dalam pemberian infus, yang diperhitungkan bukan hanya air melainkan juga

kandungan elektrolit ini apakah kurang, cukup, pas atau terlalu banyak. Dalam hal ini pula atau

dalam kandungan cairan ini terkandung osmolaritas cairan dimana

yang dimaksud dengan osmolaritas adalah jumlah total mmol elektrolit dalam kandungan infus.

Untuk pemberian infus ke dalam vena tepi maksimal osmolaritas yang dianjurkan adalah kurang

dari 900mOsmol/L untuk mencegah risiko flebitis (peradangan vena). Jika osmolaritas cairan

melebihi 900 mOsmol/L maka infus harus diberikan melalui vena sentral.

Adapun kandungan lain dalam cairan infuse yaitu seperti disebutkan sebelumnya, selain

elektrolit beberapa produk infus juga mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke dalam sel,

antara lain: glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol, asam amino, trigliserida. Pasien yang

dirawat lebih lama juga membutuhkan unsur-unsur lain seperti Mg2+, Zn2+ dan trace element

lainnya.

Dalam proses sterilitas cairan infuse itu sendiri dapat di lihat dari parameter kualitas

untuk sediaan cairan infus yang harus dipenuhi adalah steril, bebas partikel dan bebas pirogen

disamping pemenuhan persyaratan yang lain. Pada sterilisasi cairan intravena yang

menggunakan metoda sterilisasi uap panas, ada dua pendekatan yang banyak digunakan, yaitu

overkill dan non-overkill (bioburden-based).

a. Overkill

adalah Pendekatan yang dilakukan untuk membunuh semua mikroba, dengan prosedur

sterilisasi akhir pada suhu tinggi yaitu 121oC selama 15 menit. . Dengan cara ini, hanya cairan

infus yang mengandung elektrolit tidak akan mengalami perubahan. Namun cara ini sangat

Page 4: Pengontrolan Cairan Dan Jenis Cairan

berisiko dilakukan pada cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam

amino karena bisa jadi nutrisi tersebut pecah dan pecahannya menjadi racun. Misalnya saja

larutan glukosa konsentrasi tinggi. Pada pemanasan tinggi, cairan ini akan menghasilkan produk

dekomposisi yang dinamakan 5-HMF atau 5-Hidroksimetil furfural yang pada kadar tertentu

berpotensi menimbulkan gangguan hati. Selain suhu sterilisasi yang terlalu tinggi, lama

penyimpanan juga berbanding lurus dengan peningkatan kadar 5-HMF ini.

b. Non-overkill :

Sesuai dengan perkembangan kedokteran yang membutuhkan jenis cairan yang lebih

beragam contohnya cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino

serta obat-obatan yang berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga teknologi sterilisasi

yang lebih mutakhir yaitu metoda Non-Overkill atau disebut juga Bioburden, dimana pemanasan

akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121 derajat, sehingga produk-produk yang

dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas partikel namun

kandungannya tetap stabil serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlampau tinggi.

Dengan demikian infus tetap bermanfaat dan aman untuk diberikan.