Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya alam yang mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di dalam konteks perkotaan menjadi sangat penting, khususnya dalam upaya mempertahankan sumber daya air yang berkelanjutan. Pengelolaa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu aspek dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) pada suatu Wilayah Pengembangan Sumber Air (WPSA) yang merupakan upaya pendayagunaan sumber air secara terpadu dengan upaya pengendalian dan pelestariannya. Pengelolaan DAS tidak terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain masalah penurunan sumberdaya alamiah, polusi dari berbagai sumber, serta konflik penggunaan lahan di sekitar DAS. Kondisi DAS saat ini di sebagian besar daerah di Indonesia cenderung menurun. Salah satu DAS yang mengalami penurunan kualitas air sungai adalah DAS Siak. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan longsor, erosi dan pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran. Perubahan ekosistem pada DAS siak diindikasikan dengan kejadian banjir di Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak 1

description

MAKALAH

Transcript of Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Page 1: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya alam yang

mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di dalam konteks perkotaan

menjadi sangat penting, khususnya dalam upaya mempertahankan sumber daya

air yang berkelanjutan. Pengelolaa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah

satu aspek dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) pada suatu Wilayah

Pengembangan Sumber Air (WPSA) yang merupakan upaya pendayagunaan

sumber air secara terpadu dengan upaya pengendalian dan pelestariannya.

Pengelolaan DAS tidak terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain

masalah penurunan sumberdaya alamiah, polusi dari berbagai sumber, serta

konflik penggunaan lahan di sekitar DAS.

Kondisi DAS saat ini di sebagian besar daerah di Indonesia cenderung

menurun. Salah satu DAS yang mengalami penurunan kualitas air sungai adalah

DAS Siak. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan

longsor, erosi dan pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran.

Perubahan ekosistem pada DAS siak diindikasikan dengan kejadian banjir di

Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan anak-anak sungainya. Perubahan

ekosistem tersebut disebabkan oleh wilayah dalam DAS Siak merupakan daerah

yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Di

sepanjang Sungai Siak terutama di Pekanbaru ke arah hilirnya mempunyai

potensi yang sangat tinggi untuk berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi.

Perubahan ekosistem Sungai Siak secara signifikan dipengaruhi oleh

perkembangan penduduk dan ekonomi yang kemudian mendorong

berkembangnya kawasan budi daya dan pemukiman. Sejalan dengan fungsi dan

kegunaan sungai tersebut, maka diperlukan upaya pemantauan untuk menjaga

kuantitas, kontinuitas, dan kualitas badan air tersebut.

Pada saat ini, terjadi kecenderungan bahwa aspek ekonomi lebih

mendapat penekanan dibanding aspek sosial dan lingkungan. Hal ini terkait

dengan kewenangan setiap wilayah kabupaten/kota atau propinsi dalam

1

Page 2: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

mengatur wilayahnya sendiri melalui otonomi daerah dan kecenderungan

untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing. Akibatnya,

setiap daerah dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada tanpa adanya

perencanaan kelestarian lingkungannya. Pengelolaan DAS pun tidak luput

dari kecenderungan ini. Hal ini tentunya menjadi masalah terutama karena

DAS umumnya melintasi beberapa wilayah administrasi, baik kabupaten/kota

ataupun propinsi sehingga pengelolaan yang berbasis otonomi daerah dapat

mengancam kesinambungan DAS. Sementara di lain pihak, DAS yang terdiri

dari wilayah hulu, tengah dan hilir merupakan sebuah kesatuan DAS yang

mempunyai keterkaitan baik secara biofisik maupun hidrologis, sehingga dalam

pengelolaannya harus adanya keterpaduan antar sektor dan wilayah yang

tercakup dalam DAS tersebut .

Berdasarkan uraian ini, terdapat permasalahan keberlanjutan DAS yang

terkait dengan kondisi sosial masyarakat sekitar DAS dan juga pengelolaan

DAS itu sendiri secara kelembagaan. Kedua isu utama inilah yang diangkat

lebih lanjut dalam tulisan ini. Secara khusus, tujuan dari penulisan ini

adalah untuk:

a) membahas sejauh mana peran pengelolaan DAS dalam mengantisipasi

berbagai keadaan yang berbeda-beda di sepanjang DAS;

b) membahas kondisi masyarakat di wilayah sekitar sungai. Hasil

penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan DAS

yang terkait dengan pengelolaan dan perilaku manusia, khususnya dalam

kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir.

Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi

praktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan yang mengutamakan

keterkaitan pada kawasan DAS, serta keterkaitan antara lingkungan fisik DAS

dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penyajian makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak

2. Mengetahui pengelolaan DAS Siak secara terpadu

2

Page 3: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

3. Mengetahui penyebab kerusakan DAS Siak

4. Mengetahui perencanaan pengelolaan secara terpadu yang dapat

dilakukan dalam pemecahan masalah pengelolaan sumber daya air

5. Mengetahui tantangan dalam pengelolaan DAS Siak secara terpadu

3

Page 4: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Analisa Zat Pencemar Sungai Siak

Wilayah Kota Pekanbaru sangat strategis, terletak di tengah-tengah Pulau

Sumatera yang dapat dilalui dengan perhubungan darat ke seluruh kawasan.

Secara geografis Kota Pekanbaru terletak antara 1010 14’-1010 34’ Bujur Timur

dan 00 25’-00 45’ Lintang Utara. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan

oleh BPN Tingkat I Riau, ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru 632,26 km2

(Kasri dan Hendrik, 1993).

Kota Pekanbaru dialiri oleh Sungai Siak yang membelah kota menjadi dua

wilayah, yaitu sebelah utara Sungai Siak dan sebelah selatan Sungai Siak. Sungai

Siak merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Riau yang mempunyai

fungsi sangat strategis sebagai sumber air minum, jalur transportasi dan sumber

air bagi industri dengan kedalaman rata-rata 15-20 meter dan lebar 100-150

meter. Secara geografis DAS Siak membentang melalui ibu kota Provinsi

Riau yaitu Pekanbaru dengan DAS seluas 1.061.577 ha.

Perairan sangat dipengaruhi oleh pasang surut dari muaranya dan juga

dipengaruhi oleh anak-anak sungai yang berasal dari daerah rawa dan gambut

sekitarnya. Hal ini menyebabkan warna air Sungai Siak agak coklat kekuning-

kuningan sehingga pH perairan Sungai Siak umumnya bersifat asam (pH 4,5-6).

Perairan Sungai Siak yang berada di Kota Pekanbaru merupakan bagian dari

Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang menjadi salah satu daerah tampungan

yang penting dari daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan perkotaan,

industri, pertanian, pertambangan, perkebunan/kehutanan, dan lain sebagainya.

Keadaan ini membawa konsekuensi pada beban lingkungan yang diterima oleh

DAS Siak juga semakin besar. Kegiatan industri yang berada di sekitar DAS Siak

antara lain, meliputi industri penambangan minyak bumi PT. CPI, industri Pulp

and Paper Indah Kiat, industri kelapa sawit, industri crumb rubber, industri

plywood, dan industri lem.

Perkembangan yang pesat di Kota Pekanbaru yang merupakan Ibukota

Provinsi menimbulkan aktivitas kegiatan produksi dan industri yang sangat tinggi,

4

Page 5: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

selain itu menyebabkan pula daya tarik yang sangat kuat bagi seluruh masyarakat

di Provinsi Riau sehingga menimbulkan tingkat laju urbanisasi yang sangat tinggi.

Secara historis masyarakat Riau (daratan) adalah merupakan tipikal

“masyarakat Sungai” yang artinya dalam kehidupan sehari-harinya dan

perkembangan sangat menggantungkan hidupnya pada sungai (terutama Sungai

Siak), masyarakat sungai memilih lokasi permukiman di pinggir (bantaran)

sepanjang sungai. Dengan perkembangan dan daya tarik Pekanbaru yang

sangat luar biasa, maka dampak terhadap masyarakat adalah timbulnya ledakan

populasi (urbanisasi) yang menyebabkan kepadatan penduduk yang sangat tinggi,

dan pada akhirnya akan menghasilkan limbah cair dan padat (domestik) dalam

jumlah besar yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi hidrologi dan

kualitas air sungai.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, bahwa pencemaran yang terjadi

pada Sungai Siak sebesar 60 % dari total limbah yang mencemari sungai

disebabkan oleh limbah domestik. Pencemaran limbah Rumah Tangga dan

pencemaran lain yang diakibatkan dari peningkatan dan perluasan kegiatan

produksi, industri dan perubahan tata guna lahan (perkebunan besar,

perkebunan rakyat dan pertanian lahan kering) banyak ditemukan di sepanjang

sungai (Bapedal Propinsi Riau, 2002).

Perairan Sungai Siak yang berada di Kota Pekanbaru merupakan bagian dari

Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang menjadi salah satu daerah tampungan

yang penting dari daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan perkotaan,

industri, pertanian, pertambangan, perkebunan/kehutanan, dan lain sebagainya.

Keadaan ini membawa konsekuensi pada beban lingkungan yang diterima oleh

DAS Siak juga semakin besar. Kegiatan industri di sekitar DAS Siak meliputi

industri penambangan minyak bumi PT. CPI, industri Pulp and Paper Indah Kiat,

industri kelapa sawit, industri crumb rubber, industri plywood, dan industri lem.

Tingginya aktivitas yang terdapat di sekitar daerah sungai akan

menyebabkan besarnya volume limbah yang dihasilkan. Bahan pencemar ini

berasal dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian dan sebagainya

yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak

langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik,

5

Page 6: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

kimia dan biologi pada perairan sungai yang pada akhirnya menimbulkan

pencemaran. Pencemaran pada badan air yang terjadi secara kontinu akan

mengakibatkan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu dan tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang terdapat di

sepanjang aliran Sungai Siak antara lain:

1. Limbah Organik, dapat bersumber dari limbah pasar, rumah tangga,

restoran/rumah makan, industri perkayuan dan sebagainya. Kandungan

limbah organik yang tinggi pada perairan sungai dapat meyebabkan

terjadinya proses eutrofikasi (penyuburan perairan)

2. Limbah anorganik (logam berat), dapat memberikan kontribusi yang

besar terhadap penurunan kualitas sumberdaya air seperti Cu, Zn, Hg,

Cd, Cr, Pb dan sebagainya. Polutan yang masuk ke perairan sungai juga

mengalami proses pengendapan pada sedimen dasar yang dapat bersifat

toksik sehingga berpotensi untuk mencemari sumber-sumber air yang ada

bila tidak dikelola secara bijaksana.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air sungai Siak diperoleh

sebagai berikut :

6

Page 7: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Sumber : BLH Kota Pekanbaru, 2011

Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa : nilai pH di sebagian lokasi pemantauan

dapat dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat, karena tidak

memenuhi standar baku mutu yang di tetapkan. Dari hasil analisi kelima

lokas nilai BOD dan COD sangat tinggi, pengambilan sampel semuanya

telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga memerlukan

penganan yang serius agar limbah yang dibuang ke badan sungai tidak

membahayakan kehidupan organisme di perairan tersebut, berdasarkan hasil

analisis minyak dan lemak dapat diketahui bahwa kandungan minyak dan lemak

sangat tinggi yaitu dari 1,3- 13,6 mg/L sedangkan ambang batas baku mutu

menurut PP No.82 Tahun 2001 hanya 1,0 mg/L, sehingga dapat disimpulkan

7

Page 8: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

bahwa kandungan minyak dan lemak telah melewati baku mutu yang ditetapkan,

amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 mg/L memberikan

bau yang menyengat. Konsentrasi amoniak tertinggi ditemukan pada ST 2

(Jembatan Siak II) dengan kandungan 0,503 mg/L. Parameter Nitrat masih

sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan pada parameter

Fosfat konsentrasi tertinggi ditemukan pada ST 4 (pelita Pantai) dengan

kandungan mencapai 1,304 mg/L, sedangkan ambang batas baku mutu menurut

PP No.82 Tahun 2001 hanya 0,2. Dengan demikian untuk parameter Fosfat telah

melewati baku mutu, padatan tersusupensi adalah padatan yang menyebabkan

kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.

Hasil analisis Total Padatan Tersuspensi (TSS) dengan konsentrasi

58,0-76,0mg/L, sedangkan baku mutu hanya 50 mg/L. Sehingga untuk parameter

TSS telah melewati ambang batas dan tidak layak digunakan sebagai bahan baku

air minum, hasil pengukuran kandungan logam berat di sepanjang sungai siak

memperlihatkan bahwa logam arsen, selenium, dan merkuri belum terdeteksi.

Sedangkan logam – logam yang lain seperti seng, krom, kadmium, timbal dan

tembaga telah melewati ambang batas baku mutu, dari hasil analisis yang

dilakukan terhadap coliform dapat diketahui bahwa pada semua tempat

pengambilan sampling telah melebihi ambang batas baku mutu yang telah

ditetapkan dengan jumlah kandungan 1800-5200 MPN, sedangkan baku mutu

hanya 1000 MPN. Berdasarkan hasil analisis pada semua parameter, maka

dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan Sungai Siak ruas Kota Pekanbaru

dalam kondisi yang memprihatinkan, sehingga diperlukan penanganan serius

agar kelestarian sungai tersebut tetap terjaga.

Berdasarkan visualisasi keadaan air sungai pada umumnya berwarna kuning

kecoklatan dan semakin pekat warnanya sampai kearah hilir dengan bau air yang

menyengat. Walaupun tidak dirasa akan tetapi dapat dipastikan bahwa kualitas air

pada sungai ini sangat tidak mungkin dikatakan baik untuk kesehatan. Sepanjang

sungai terlihat banyak sampah-sampah organik seperti sisa-sisa makanan, daun-

daunan, kayu, tinja dan bangkai hewan dan juga banyak terlihat sampah-sampah

anorganik seperti plastik, kaca, kaleng dan minyak-minyak. Keadaan ini hampir

8

Page 9: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

merata dan terus meningkat jumlah kearah hilir sungai. Hal ini disebabkan oleh

semakin padat dan meningkatnya aktivitas manusia di sekitar sungai tersebut.

Kondisi seperti ini, apabila terus dibiarkan maka akan berefek buruk

terhadap kesehatan manusia, biota-biota, air sungai serta lingkungan di sekitar

sungai. Limbah-limbah yang dibuang ke sungai apabila mengandung bahan-bahan

pencemar maka akan menjadikan lingkungan tersebut tidak bagus lagi bagi

kehidupan hewan alami air seperti ikan, plankton dan organism lainnya. Selain

itu, manusia yang hidup di sekitar sungai, kesehatannya menjadi terancam

disebabkan karena adanya wabah penyakit sebagai akibat daripada pencemaran

lingkungan.

2.2 Potensi Sumber Daya Air Sungai Siak melalui Analisa Kualitas,

Kuantitas dan Kontiniutas

Undang Undang No 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air merupakan

upaya dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang

cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sehingga sumber

daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup

dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk

mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antarsektor,

dan antar generasi. Sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan

keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air.

Pada UU No.7 Tahun 2004 Bab 3 telah diatur tentang konservasi sumber

daya air, yang bertujuan untuk melindungi ketersediaan sumber daya air secara

berkelanjutan.Daerah-daerah yang masuk dalam UU ini adalah danau, rawa,

sungai, waduk, cekungan, kawasan suaka alam,cagar alam.

Keberadaan sumber daya air mengikuti siklus yang tidak pernah berhenti.

Siklus tersebut kemudian dinamai siklus hidrologi. Berdasarkan fakta

tersebut,maka teknologi pengelolaannya pun tidak terlepas dari sifat kodrati SDA.

Karena itu lingkup wilayah pengelolaan SDA harus berdasarkan wilayah

hidrografis yang kemudian dikenal dengan sebutan Daerah Aliran Sungai (DAS).

9

Page 10: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Keberadaan sebuah DAS ada yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah

kabupaten/kota, bisa juga lintas kab/kota ataupun lintas provinsi dan lintas negara.

Konsepsi pengelolaan terpadu SDA yang berbasis DAS ataupun wilayah

sungai dikenal oleh masyarakat internasional dengan istilah Integrated Water

Resources Management (IWRM) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

sebutan Pengelolaan Terpadu SDA dan terkadang disebut juga Pengelolaan SDA

Terpadu bahkan ada pula yang menyebut Pengelolaan SDA Menyeluruh dan

Terpadu.

Posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di sekitar

garis khatulistiwa mendapatkan sebaran curah hujan yang variatif dari yang paling

basah sampai dengan yang kering. Variasi curah hujan tahunan di berbagai

wilayah kepulauan di Indonesia tergolong ekstrim ada pulau-pulau yang curah

hujannya kurang dari 800 mm/tahun, dan ada pula pulau yang curah hujannya

sampai dengan 4000 mm/tahun. Curah hujan sebesar ini terkonsentrasi selama

kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan November s/d Maret sehingga banjir sering

terjadi pada bulan-bulan tersebut. Sedangkan pada 7 (tujuh) bulan yang lainnya

curah hujan sangat kecil dan jarang sehingga mengakibatkan ketersediaan air

terbatas dan di lain pihak kebutuhan air tidak berkurang sehingga bencana

kekeringan sering terjadi selama musim kemarau.

Rerata ketersediaan air diatas daratan Indonesia saat ini lebih dari 15.000

m3/kapita/tahun. Angka tersebut memang terasa sangat besar, yaitu hampir 25 kali

lipat dari rata-rata ketersediaan air per kapita dunia yang besarnya 600

m3/kapita/tahun. Untuk wilayah Riau memiliki rata – rata curah hujan berkisar

antara 1300 – 3500 mm pertahun. Dimana Kota Pekanbaru adalah daerah yang

paling sering ditimpa hujan selama tahun 2010 yaitu 230 kali. Jumlah curah hujan

Kota Pekanbaru merupakan curah hujan tertinggi di wilayah Riau yaitu sebesar

3.592,3 mm. Analisa kualitas, kuantitas dan kontinuitas (K-3) dapat dilihat pada

analisa fish bone berikut :

10

Page 11: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Gambar 1. Analisa Fish Bone

Dari gambar diatas dapat diuraikan beberapa aspek yang mempengaruhi K-3

pada Sungai Siak, yaitu :

2.2.1 Sumber Daya Manusia

Pola perilaku masyarakat di sekitar daerah aliran sungai mempengaruhi

kondisi sungai. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan

sungai masih sangat minim. Tidak sedikit warga yang membuang sampah ke

sungai, hal ini terpaksa dilakukan warga karena masyarakat di wilayah pinggiran

sungai yang rata – rata berpenghasilan rendah belum mendapatkan akses untuk

pengangkutan sampah dari dinas terkait. Selain itu tidak sedikit masyarakat yang

memanfaatkan air sungai untuk keperluan MCK. Untuk keperluan mandi

masyarakat di sepanjang aliran sungai biasanya langsung mandi di sungai ataupun

dialirkan melalui kran menuju tempat mandi mereka. Begitupun untuk kegiatan

mencuci dan buang air besar ataupun kecil dilakukan masyarakat secara langsung

diatas badan air.

Masyarakat yang menggunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari seperti

mencuci dan mandi juga menjadi salah satu penyebab pencemaran air sungai Siak.

Karena sabun yang digunakan mengandung berbagai macam zat kimia yang bisa

mengganggu biota air sungai Siak. Kegiatan BAB di sungai juga menjadi

penyebab utama pencemaran air karena e-coli, sebab sungai Siak sudah beralih

fungsi menjadi WC terpanjang.

11

Page 12: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Beberapa kegiatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

1.

2.

3.

4.

Gambar 1. Pengunaan sungai untuk MCK oleh masyarakat

Selain penggunaan untuk keperluan MCK, beberapa masyarakat setempat

yang membuka usaha di sepanjang sungai seperti tempat makan juga

menggunakan air sungai secara langsung, baik untuk keperluan cuci piring

12

Page 13: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

ataupun untuk pembuangan limbah hasil cucian seperti yang dapat dilihat pada

gambar berikut :

Gambar 2. Penggunaan air untuk keperluan usaha tempat makan

masyarakat setempat

Kebiasaan masyarakat ini menjadi ‘budaya lokal’ bagi sebagian

masyarakat yang tinggal dibantaran sungai. Pendidikan yang minim pun turut

andil dalam pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya air

bersih bagi kehidupan sehari-hari.

Selain itu pertambahan jumlah penduduk yang sebarannya tidak merata

menjadi salah satu faktor penyebab ketimpangan neraca air di berbagai pulau.

Berdasarkan profil Kota Pekanbaru, wilayah Kota Pekanbaru sendiri terdapat

897.767 jiwa atau sekitar 16,21% dari seluruh penduduk Riau. Sehingga

kebutuhan akan air bersih sebesar 121.198.545 liter/hari. Jumlah ini didapatkan

dari jumlah penduduk x 135 liter/orang/hari. Namun PDAM Kota Pekanbaru baru

dapat memproduksi sebanyak 53.568.000 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan

kapasitas produksi sebanyak 67.630.545 liter/hari, atau 783 liter/detik.

Masyarakat miskin dikawasan pinggiran sungai harus berjuang untuk

mendapatkan air bersih dengan harga lebih mahal dibanding kelompok yang lebih

mampu di perkotaan. Dimana penduduk setempat harus membeli air kemasan isi

ulang untuk keperluan air minum, ataupun kegiatan memasak.

Untuk pelayanan air bersih di tahun 2011 baru mencukupi sekitar 8% dari

total penduduk dengan fokus area pelayanan disekitar Pusat Kota Pekanbaru,

13

Page 14: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

sedangkan pelayanan untuk wilayah Pekanbaru bagian selatan masih sangat

minim.

2.2.2 Sarana dan Prasarana

Sejak dulu Sungai Siak merupakan urat nadi ekonomi di dataran Riau.

Berbagai alat angkutan sungai dengan berbagai ukuran dan kecepatan, hilir mudik

setiap harinya di Sungai ini. Intensitas transporatsi yang tinggi tersebut telah

menimbulkan berbagai masalah. Ukuran kapal, kecepatan kapal dan jumlah kapal

yang lewat adalah penyebab terjadinya kerusakan tebing dan bantaran sungai.

Demikian pula dengan dibangun pelabuhan-pelabuhan untuk kebutuhan industri

kayu dan perkebunan sawit, peningkatan fungsi kota Pekanbaru semakin

meningkatkan volume lalu lintas terutama dari kota Pekanbaru ke arah hilirnya.

Jembatan Siak setinggi 23 meter yang melintasi sungai Siak dibangun oleh

Pemerintah Kabupaten Siak sejak 31 Desember 2002, selain dimaksudkan untuk

menghubungkan ibukota Siak dengan daerah seberangnya, juga untuk membatasi

kapal yang melintasi sungai karena pencemaran dan abrasi di sungai Siak sudah

sangat parah, telah menjadi polemik pro dan kontra. Untuk jangka panjang,

keberadaan jembatan Siak secara tidak langsung akan mengurangi tekanan

terhadap lingkungan sekitar.

Kegiatan bongkar muat barang yang menggunakan transportasi berupa kapal

barang, bunker, speed boat, dan lain-lain juga menyebabkan pencemaran karena

tumpahnya bahan bakar pada saat pengisian BBM dan bocornya tangki minyak.

Gambar 3. Sarana dan Prasarana di sekitar sungai

2.2.3 Pemerintah

14

Page 15: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Institusi pemerintah baik di Pusat maupun di daerah yang sehari-hari

memiliki kaitan wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pengelolaan

SDA, masih lebih dominan berperan pada tugas-tugas pembangunan dan

rehabilitasi prasarana SDA. Sedangkan untuk hal-hal yang menyangkut urusan

pengaturan dan pelayanan air, serta urusan monitoring dan evaluasi kondisi SDA

masih belum cukup memadai baik dari segi kapasitas kelembagaannya maupun

kualitas personilnya.

Lembaga pengelola sumber daya air pada wilayah sungai yang menjadi

tanggung jawab pemerintah pusat pun sudah mulai terbentuk melalui Per. Men.

PU No.12/ PRT/ M/ 2006 dan Per.Men.PU No.15/ PRT/ M/ 2006 (sebanyak 30

Balai Wilayah Sungai) sebagai Unit Pelaksana Teknis Pusat yang merupakan

kepanjangan tangan Direktorat Jenderal SDA, disamping Perum Jasa Tirta. UPT

Pusat ini melaksanakan fungsi operasi, pemeliharaan, rehabilitasi, sekaligus

fungsi pembangunan di bidang SDA (menggantikan satuan kerja pelaksana

proyek yang ada sekarang). UPT Pusat ini baru mulai berfungsi pada tahun 2007,

dan tantangannya saat ini adalah mempersiapkan personil yang handal.

Sedangkan untuk pemerintah Kota Pekanbaru sendiri terdapat beberapa

instansi terkait pengelolaan sumber daya air seperti Badan Wilayah Sungai

(BWS), PDAM Tirta Siak, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan

Hidup dan dinas – dinas terkait lainnya. Namun dalam pelaksanaannya masih

kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar pemerintah provinsi dan

pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan

sumber daya air dan keterbatasan dana membuat pengelolaan sumber daya air di

Kota Pekanbaru masih belum maksimal.

Pemerintah Provinsi Riau telah menetapakan program pengendalian

pencemaran air Sungai Siak terdiri dari 12 program. Berdasarkan hasil penelitian

dilapangan dari 12 Program yang dilaksanakan ternyata hanya 9 program yang

terlaksana dan 3 Program tidak terlaksana sampai dengan batas waktu yang telah

ditentukan, adapun waktu pelaksanaan dari program pengendalian pencemaran air

sungai siak ini dimulai pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

Adapun 9 Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang

terlaksana yaitu:

15

Page 16: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

1. Program pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal,

2. Penyediaan sarana sanitasi pedesaan,

3. Pelatihan pengelolaan lingkungan untuk masyarakat,

4. Pengembangan tempat pengolahan samah terpadu,

5. Peningkatan kinerja pengolahan air limbah industri,

6. Pengembangan dan penerapan Teknik Produksi Bersih untuk industri,

7. Pengendalian limbah cair dan sludge kegiatan pertambangan,

8. Pengembangan sistem informasi lingkungan,

9. Pengawasan dan evaluasi implementasi program dan revisi program

Tiga Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang tidak

terlaksana yaitu :

1. Program pengembangan Instalasi pengolahan air limbah terpadu untuk

industri kecil/ menengah,

2. Evaluasi dan penyempurnaan implementasi pemantauan kualitas air yang

telah berjalan,

3. Pemantauan rutin kualitas limbah cair dan Pengembangan sarana dan

prasarana pemantauan kualitas air dan limbah cair, serta laboratorium

terakreditasi.

2.2.4 Manajemen

Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai mempunyai andil

besar terhadap kelangsungan aliran air sepanjang waktu serta kualitasnya. Tingkat

kekritisan DAS sangat berpengaruh terhadap distribusi aliran permukaan bulanan.

DAS kritis yang semula berjumlah 22 DAS pada tahun 1984 secara dramatis

makin meningkat jumlahnya yaitu menjadi 39 DAS pada tahun 1992, dan

meningkat lagi menjadi 282 DAS kritis dimana 62 DAS dinyatakan sebagai DAS

kritis prioritas I pada tahun 1998.

DAS Siak pada saat sekarang ini juga telah tercatat sebagai DAS kritis.

Indikator kritis DAS Siak dicirikan dengan adanya penurunan kualitas dan

kuantitas sungai Siak yang sudah berada di bawah ambang batas ketentuan sungai

yang lestari dan tingginya sendimentasi.

Dari data peta pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2001 – 2015 menunjukkan bahwa

16

Page 17: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

pemanfaatan ruang di wilayah DAS Siak bagian hulu sebagian besar merupakan

kawasan budidaya dalam bentuk peruntukan perkebunan besar dan kawasan hutan

produksi, kawasan perkebunan rakyat, kawasan permukiman, kawasan pertanian

lahan kering, dan kawasan pertanian lahan basah hanya sebagian kecil kawasan

Hutan lindung. Di bagian hilir sungai sebagian besar berupa kawasan hutan

produksi, perkebunan besar dan sebagian lagi berupa kawasan perkotaan

(Pekanbaru, Perawang dan Siak Sri Indrapura). Pemanfaatan lainnya berupa

kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan

hutan resapan air. Data peta ini cukup memberikan gambaran perlunya penataan

kembali penggunaan lahan di kawasan DAS Siak, dalam arti perlu arahan-arahan

yang lebih jelas, agar kawasan-kawasan budidaya yang ada di DAS Siak apabila

memungkinkan dapat dikonversi sebagai kawasan lindung atau arahan – arahan

agar usaha budidaya di kawasan tersebut dapat berfungsi lindung. Namun dalam

pelaksanaannya masih kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar

pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya

manusia yang sadar terhadap lingkungan dan keterbatasan dana membuat

pengelolaan tata ruang di Kota Pekanbaru masih belum maksimal.

Dalam Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai agar selalu memperhatikan

peraturan dan Perundangan yang terkait dengan penataan wilayah sungai yaitu

Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang

No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 25 tahun

2000 tentang Kewenangan Pemerintah Propinsi serta petunjukan pelaksanaannya.

Melihat kenyataan bahwa DAS - DAS di Riau semakin kritis, maka sudah

sepatutnya pengelolaan wilayah sungai mendapat perhatian yang memadai dengan

membentuk wadah kordinasi tersendiri. Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 maka

pemerintah Provinsi Riau mempunyai kewenangan membentuk dewan sumber

daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi. Dewan sumber daya air ini

bertugas untuk mensinkronkan program penataan ruang, reboisasi dan

penghijauan, pencegahan pembalakan, pengendalian pencemaran serta

pendayagunaan air sungai Siak. Dengan di bentuknya Forum Daerah Aliran

Sungai Siak, selanjutnya dapat dijadikan embrio sebagai Dewan Sumber Daya Air

sebagaiman dimaksud dalam Undang-Undang

17

Page 18: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

2.2.5 Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar pada kualitas, kuantitas, dan

kontinuitas suatu wilayah sungai. Pengaruh iklim seperti curah hujan yang turun

mempengaruhi pasang surut di daerah sungai siak, ketika musim kemarau, sungai

siak lebih dangkal dan sampah-sampah yang dibuang kesungai oleh masyarakat

sekitar menumpuk dipinggiran sungai. Hal ini tentu berpengaruh terhadap

masyarakat yang tinggal dibantaran sungai.

Jenis vegetasi yang tumbuh disekitar bantaran sungai juga mempengaruhi

kapasitas infiltrasi terhadap curah hujan. Dimana laju peresapan air ke dalam

tanah amat dipengaruhi oleh tingkat

kelebatan vegetasi pada tanah tersebut.

Oleh sebab itu vegetasi pada kawasan

hutan harus dijaga dengan cara reboisasi

pada kawasan hutan yang gundul serta

pencegahan pembalakan pada hutan

yang telah lebat. Pada kawasan

perkebunan serta lahan-lahan kosong lainnya dilakukan penghijauan sehingga

peresapan air ke dalam tanah dapat berlangsung optimal.

Gambar 4. Kondisi Lingkungan

sekitar sungai Siak

2.2.6 Industri

Penyebab utama penurunan

kualitas Sungai Siak adalah limbah

industri baik industri besar, menengah

maupun kecil yang berada di

sepanjang alur sungai Siak. Selain itu tingginya erosi yang disebabkan semakin

intensif pengelolaan sumberdaya alam yang ada di hulu, seperti adanya

penebangan liar (illegal logging), penebangan hutan berdasarkan Hak

Pengusahaan Hutan (HPH), konversi hutan menjadi kawasan perkebunan (besar

dan kecil), kegiatan pertambangan dan kegiatan budidaya lainnya juga

menyebabkan DAS Siak semakin kritis.

18

Page 19: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Pembuangan air limbah hasil industri secara langsung ke badan air. Seperti

yang dapat dilihat, disepanjang kawasan sungai Siak yang melintasi Kota

Pekanbaru terdapat berbagai pabrik yang bergerak dalam pengelolaan sawit

ataupun karet. Dimana limbah hasil pabrik ini dialirkan langsung ke lingkungan.

Selain itu proses transportasi yang dilakukan di sepanjang bantaran sungai Siak

juga mencemari sungai. Hal ini disebabkan adanya tumpahan minyak ke bagian

aliran sungai. Menurut keterangan penduduk setempat, tidak jarang mereka

menemui kondisi air yang berminyak dan berbau. Bahkan masyarakat telah

memaklumi dan mengetahui jam – jam pembuangan limbah oleh pabrik ke badan

sungai, yaitu sekitar jam 01.00 WIB (malam). Kondisi air yang berminyak

disebabkan oleh pembuangan air limbah yang dilakukan oleh beberapa industru

kecil pengelola minyak dan bahan bakar. Akibatnya, banyak ikan yang mati

keesokan harinya, dan air sungai menjadi berminyak. Ada beberapa pabrik yang

kami ketahui berdasarkan informasi dari warga yaitu pabrik kayu yang bernama

RGM dan RWS, pabrik karet, dan pabrik sawit.

2.3 Rencana perwujudan IWRM di DAS SIAK

Dalam perwujudan rencana IWRM dan menjaga keberlanjutan ketersediaan

air di Sungai Siak, maka dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek sebagai

berikut:

2.3.1 Dari segi teknis

2.3.1.1 Konservasi DAS Siak

Daerah disepanjang pinggiran sungai saat ini banyak digunakan

untuk perkebunan sawit. Banyak dari petani yang memiliki perkebunan

sawit tidak mengetahui dampak negatif dari usaha perkebunan mereka

terhadap ketersediaan air sungai. Jika dilakukan konversi perkebunan sawit

untuk dihutankan kembali sebesar 30% dari luas DAS, maka dapat berguna

untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas air disekitar sungai Siak

serta meminimalisasi dampak pencemaran oleh limbah industri.

Konservasi DAS Siak dan pengembalian fungsi menjadi fungsi yng

sebenarnya dapat menciptakan kontiniutas ketersediaan air di Sungai Siak,

dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya

19

Page 20: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

2.3.1.2 Tempat pembuangan sampah

Masyarakat di pinggiran sungai masih membuang sampahnya ke

aliran sungai. Maka dengan disediakannya tempat pembuangan sampah

secara komunal jadi masyarakat bisa mengumpulkan sampah mereka di satu

wadah dan membuangnya di tempat sampah yang telah di sediakan di

masing-masing gang perumahan mereka, supaya masyarakat tidak lagi

membuang sampah rumah tangga yang mereka hasilkan ke sungai Siak. Dan

dilakukan pemungutan retribusi bagi masyarakat untuk mengelola

persampahannya.

2.3.2 Dari Segi Sosial

2.3.2.1 Penyuluhan masyarakat

Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan

wilayah sungai dapat ditanggulangi dengan melakukan penyuluhan kepada

masyarakat. Penyuluhan ini dapat diadakan atas kerjasama antara

Pemerintah dan LSM. Penyuluhan kepada masyarakat dapat berfungsi untuk

meningkatkan pelayanan air bersih disekitar DAS Siak serta subsidi dari

pemerintah untuk membangun MCK umum guna meminimalisasi

pencemaran sungai Siak sehingga dapat meningkatkan kualitas air sungai

Siak.

2.3.3 Dari Segi Kelembagaan

2.3.3.1 Kelembagaan Masyarakat

Demi keberlanjutan ketersediaan sumber daya air, maka pemerintah

ataupun masyarakat dapat membentuk lembaga – lembaga yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan DAS Siak .Sehingga dengan adanya

partisipasi dari berbagai pihak diharapkan pengelolaan sumber daya air di

Kota Pekanbaru dapat berjalan lancar dan memenuhi kebutuhan seluruh

masyarakat perkotaan.

2.3.3.2 Pemantauan sumber daya air ,penggunaannya dan pencemarannya.

Menerapkan sistem pengawasan yang efektif yang menyediakan

informasi pengelolaan yang penting dan mengidentifikasi dan merespon

atas pelanggaran terhadap hukum, peraturan dan izin.

2.3.3.3 Sistem informasi

20

Page 21: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

Masih minimnya informasi terhadap kualitas dan kuantitas Sungai

Siak juga mempengaruhi dalam keberlanjutan ketersediaan airnya. Dimana

fenomena yang ditemukan di masyarakat, mereka masih menggunakan air

sebagai sumber daya alam yang tiada batas. Dengan kurangya sistem

penginformasian kepada masyarakat dan pihak – pihak terkait akan dapat

menimbulkan miskomunikasi dan kurangnya koordinasi dan partisipasi

masyarakat dan dinas terkait untuk pengelolaan DAS.

Sehingga diharapkan dengan adanya sistem informasi yang baik

akan membantu masyarakat untuk lebih cermat dalam penggunaan air dan

pihak – pihak yang ingin membantu dalam pengembangan DAS Siak dapat

dengan mudah mengetahui hal apa yang harus dibantu dalam pengelolaan

air secara terpadu.

2.3.4 Dari Segi Ekonomi

2.3.4.1 Retribusi masyarakat

Untuk menunjang aspek ekonomi atau financial dalam keberlanjutan

pengelolaan sumber daya air secara terpadu maka pemerintah dapat

melakukan pemungutan retribusi bagi masyarakat sekitar hilir untuk

masyarakat yang tinggal di hulu sungai agar keberlangsungan air bersih

tetap terjaga. Pemungutan retribusi ini dilaksanakan dengan sistem subsidi

silang, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan pihak pengelola

sumber daya air juga tidak mengalami kerugian.

2.3.5 Dari Segi Lingkungan

2.3.5.1 Pengendalian daya rusak

Adanya berbagai aktifitas yang dilakukan di sepanjang aliran sungai

tentunya akan memberikan dampak terhadap kualitas dan kuantitas air

sungai. Sehingga diperlukan perencanaan terhadap kegiatan – kegiatan

yang menimbulkan dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap

lingkungan. Untuk perlindungan kerusakan lingkungan bantaran sungai,

diusulkan adanya pembatasan kecepatan maksimum kapal serta

pembatasan bobot/jenis kapal agar transportasi sungai tersebut dapat

21

Page 22: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

berfungsi sebagaimana mestinya, selain itu juga diperlukan pengelolaan

limbah oleh industri sebelum dibuang ke lingkungan.

2.4 Tantangan dan kendala dalam menerapkan pengelolaan sumber daya air

terpadu

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan sungai,

meliputi:

1. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang antara kebupaten, kota, propinsi,

dan pusat dalam penanganan, pengelolaan dan pembiayaan sungai.

2. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah dan

wilayah\sungai.

3. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai sehingga

menurunkan fungsi bangunan pengambilan air.

4. Sedimentasi tinggi akibat rusaknya daerah hulu/catchment area .

5. Makin cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air sungai dan bangunan

pengendali banjir

6. Makin besarnya perbedaan aliran dasar sungai pada musim hujan dan musim

kemarau (Qmax-Qmin).

7. Makin menurunnya kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan

hilir

8. Tidak terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai sehingga

meningkatkan risiko banjir.

9. Belum memadainya database sungai.

Sehingga didapatkan bahwa faktor-faktor penghambat pelaksanaan program

pengendalian pencemaran air Sungai Siak adalah sebagai berikut :

1. Koordinasi tidak berjalan lancar antara pemerintah Propinsi dengan

Kabupaten/Kota.

2. Rapat koordinasi tidak berjalan lancar antar pemerintah kabupaten/kota dengan

pihak propinsi.

3. Ketidaktahuan pemerintah daerah tentang program yang dibuat propinsi.

4. Kurangnya sumber daya manusia.

5. Kurangnya dana.

22

Page 23: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

6. Sumber daya alam untuk penempatan IPAL yang belum tersedia

23

Page 24: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak sudah sangat tinggi.

Ini dapat dilihat dari nilai pH, BOD-COD, minyak dan lemak, amoniak,

Fosfat, Total Padatan Tersuspensi (TSS), coliform, dan kandungan

logam – logam seperti seng, krom, kadmium, timbal dan tembaga yang

telah melewati ambang batas baku mutu. Sehingga kondisi perairan

Sungai Siak ruas Kota Pekanbaru dalam kondisi yang

memprihatinkan, sehingga diperlukan penanganan serius agar

kelestarian sungai tersebut tetap terjaga.

2. Penyebab kerusakan DAS Siak dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

a. Sumber Daya Manusia

b. Pemerintahan

c. Lingkungan

d. Sarana dan prasarana

e. Manajemen

f. Industri

3. Perencaan pengelolaan sumber daya air secara terpadu dapat ditinjau dari

aspek :

1. Teknis

a. Konservasi DAS Siak

b. Tempat pembuangan sampah

2. Sosial

a. Penyuluhan masyarakat

3. Kelembagaan

a. Kelembagaan Masyarakat

b. Pemantauan sumber daya air, penggunaan nya dan pencemarannya

c. Sistem informasi

4. Ekonomi

24

Page 25: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

a. Retribusi masyarakat

5. Lingkungan

a. Pengendalian daya rusak

4. Tantangan dalam penerapan pengelolaan sumber daya terpadu :

a. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang wilayah sungai

b. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah

dan wilayah\sungai.

c. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai

sehingga menurunkan fungsi bangunan pengambilan air.

d. Sedimentasi tinggi akibat rusaknya daerah hulu/catchment area

e. Cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air sungai dan bangunan

pengendali banjir

f. Besarnya perbedaan aliran dasar sungai pada musim hujan dan musim

kemarau (Qmax-Qmin).

g. Menurunnya kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan

hilir

h. Tidak terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai

sehingga meningkatkan risiko banjir.

i. Belum memadainya database sungai.

3.2 Saran

a. Perlunya peningkatan koordinasi antara pihak – pihak terkait dalam

pengelolaan sumber daya air Sungai Siak

b. Perlunya implementasi yang nyata dari peraturan – peraturan yang telah

dibuat.

25

Page 26: Pengolahan Sumber Daya Air Terpadu Sungai Siak

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Imam. 2009. Konsepsi Pengelolaan Sumber Daya Air Menyeluruh dan Terpadu. Diakses melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=& esrc =s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F% dsdan.go.id%2Findex.php%3Foption%3Dcom_rokdownloads%26view%3Dfile%26task%3Ddownload%26id%3D58%253Akonsepsi-psdamenyeluru h-dan-terpadu%26Itemid%3D59&ei=GT9UUtL7DIyJrAfB-oCgDA&usg= AF QjCNGzFz4O8_lu41Frp3V71A9PbwXELg&bvm=bv.53760139,d.bmk. Diakses tanggal 3 Oktober 2013

BPS Riau. 2011. Pekanbaru dalam Angka. Badan Pusat Statistik: Pekanbaru

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak Provinsi Riau. Diakses melalui http:// www. penataanruang .net/ taru /Makalah/050806.pdf . Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013

Putri, N.A Dwi . 2011. Kebijakan Pemerintah dalam Pengendalian Pencemaran Air Sungai Siak (Studi pada daerah aliran sungai siak bagian hilir). Diakses melalui http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web &cd=1&cad=rja&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Ffisip.umrah.ac id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F03%2FJURNAL-ILMU-PEME RINTAHAN-BARU-KOREKSIlast_74_85.pdf&ei=C0FUUv7AG4nqrQeq q4HgCw&usg=AFQjCNGGPec7nbpn_6uWSm-g01i_Wnyt3w&bvm=bv. 53760139,d.bmk. Diakses tanggal 3 Oktober 2013

Profil Kota Pekanbaru

Kodoatie, Robert J dan M Basoeki. 2005. Kajian Undang – Undang Sumber Daya Air. Andi Offset : Yogyakarta

26