PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

7
MAKALAH HASIL PENELITIAN PENGOLAHAN PETAI CINA (Leucaena leucocephala syn. L. Glauca) MENJADI BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR NABATI DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS Disusun Oleh : MARIA ASSUMPTA NOGO OLE 09.14.010 WIKE WAHYUNINGTYAS 09.14.027 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2013

description

Penelitian Mahasiswa Teknik Kimia S1

Transcript of PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

Page 1: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

MAKALAH HASIL PENELITIAN

PENGOLAHAN PETAI CINA (Leucaena leucocephala syn. L. Glauca)

MENJADI BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR NABATI

DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU

HIDROLISIS

Disusun Oleh :

MARIA ASSUMPTA NOGO OLE 09.14.010

WIKE WAHYUNINGTYAS 09.14.027

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

2013

Page 2: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

ii

PENGOLAHAN PETAI CINA (Leucaena leucocephala syn. L. Glauca)

MENJADI BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR NABATI

DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU

HIDROLISIS

Maria Assumpta Nogo Ole dan Wike Wahyuningtyas

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, ITN Malang

Jl. Bendungan Sigura-gura No. 2 Malang 65145

e-mail : [email protected]

Abstrak

Bioetanol adalah cairan tidak berwarna, larut dalam air, eter, aseton, benzene dan semua pelarut

organic, serta memiliki bau khas alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi glukosa dengan bantuan

mikroorganisme. Petai cina (Leucaena leucocephala syn. L. Glauca) merupakan salah satu bahan yang

mengandung pati, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dengan proses

hidrolisa dan fermentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi asam (HCl)

dan waktu hidrolisa untuk proses hidrolisis petai cina menjadi glukosa untuk selanjutnya difermentasi

menjadi etanol. Dalam penelitian variable yang digunakan adalah konsentrasi asam (0,1; 0,15; 0,2; 0,25

dan 0,3 N) dan waktu hidrolisis (70, 80 dan 90 menit). Proses hidrolisa dilakukan pada suhu 120oC

dengan menggunakan labu leher tiga, pendingin balik, hot plate dan magnetic stirrer serta thermometer.

Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 70, 80 dan 90kemudian dianalisa dengan metode Nelson-

Somogy. Hasil glukosa tertinggi selanjurnya difermentasi dengan ragi tape sebanyak 4,5 gram selama 14

hari pada suhu 30oC dan pH 5 dengan pengambilan sampel pada hari ke-8, ke-11 dan ke-14. Pada

penelitian ini didapatkan kadar glukosa tertinggi sebesar 66,18% dengan perlakuan penggunaan HCl 0,3

N dan waktu hidrolisa 80 menit. Hasil etanol tertinggi pada diperoleh pada hari ke 14 sebesar

0,178228%.

Kata kunci: bioetanol, petai cina, ragi tape, hidrolisa, glukosa, fermentasi

Abstract

Bioethanol is a colorless liquid, insoluble in water, ether, acetone, benzene, and all organic solvents, and

has a distinctive odor of alcohol obtained from glucose fermentation process by microorganisms. Petai

cina (Leucaena leucocephala syn. L. glauca) is one of the materials that contain starch, which can be

used as raw material of bioethanol by using hydrolysis and fermentation processes.The purpose of this

study was to determine the concentration of acid (HCl) and hydrolysis time for petai cina into glucose for

further fermented into ethanol. In the study variables used were acid concentration (0,1; 0,15; 0,2; 0,25

and 0,3 N) and the time of hydrolysis (70, 80 and 90 minutes).The process of hydrolysis carried out at a

temperature of 120oC using a three-neck flask, condensor, hot plate and magnetic stirrer and

thermometer. Samples were taken at minute 70, 80 and 90 then analyzed by the Nelson-Somogy

method. The results of the next highest glucose was fermented with yeast as much as 4,5 grams for 14

days at a temperature of 30oC and pH 5 with sampling on 8

th, the 11

th and the 14

th day. In this research,

the highest glucose levels by 66,18% with treatment using 0.3 N HCl and hydrolysis time 80

minutes. Highest ethanol yield obtained at the 14th

day of 0.178228% etanol content.

Keywords: bioethanol, petai cina, tape yeast, hydrolysis, glucose, fermentation

Page 3: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

1

1. Pendahuluan

Latar belakang

Dengan semakin berkurangnya sumber

minyak mentah, pengembangan dan penggunaan

bahan bakar alternatif dari sumber daya alam

terbarukan menjadi salah satu pilihan yang

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan

bakar yang semakin meningkat. Salah satu jenis

bahan bakar alternatif dari sumber daya alam

terbarukan yang saat ini dikembangkan adalah

bahan bakar nabati yang berasal dari tumbuhan.

Bahan bakar nabati (BBN) adalah bahan

bakar dari sumber hayati. Bahan bakar nabati

(BBN) berjenis biodiesel dan bioetanol saat ini

telah menjadi pilihan sumber energi pengganti

minyak bumi. Bahan bakar nabati (BBN)

berperan penting dalam menganekaragamkan

penggunaan energi dan memberikan sumbangan

terhadap peningkatan ketahanan energi.

Beberapa penelitian tentang BBN telah

dilakukan, misalnya biodiesel dari minyak sawit

dan jarak pagar, bioetanol dari singkong dan

tetes tebu, dan sebagainya. Hasil yang diperoleh

juga sudah mampu menyumbangan solusi bagi

masalah kelangkaan minyak. Sayangnya,

keberadaan bahan bakar nabati (BBN) juga

menimbulkan beberapa masalah, seperti

penebangan hutan untuk penanaman tumbuhan

penghasil biodiesel, kenaikan harga bahan

pangan seperti singkong akibat naiknya nilai

jual.

Permasalahan tersebut menimbulkan

pemikiran-pemikiran baru untuk menggunakan

bahan berpati yang bukan termasuk bahan

pangan sebagai bahan baku bioetanol. tanaman

yang dapat dijadikan pilihan adalah petai cina

atau disebut lamtoro gung.

Petai cina (Leucaena leucocephala syn. L.

Glauca) merupakan tanaman kayu yang masih

sedikit pemanfaatannya. Tanaman ini hanya

dimanfaatkan kayunya serta dapat mencegah

erosi. Untuk bijinya sendiri, belum ada

pemanfaatan yang lebih ekonomis selain

dijadikan barang kesenian. Hal ini menimbulkan

gagasan untuk meningkatkan nilai ekonomi biji

petai cina mengingat kandungan karbohidratnya

sebesar 26% yang jika dibandingkan dengan

singkong yang juga digunakan sebagai bahan

makanan memiliki kandungan karbohidrat 35%.

Potensi petai cina juga didukung oleh hasil

panennya sebesar 85-200 kg per ha pada tahun

1983. Hasil ini diperkirakan semakin meningkat

pada beberapa tahun terakhir, sebab penghijauan

dengan tanaman petai cina semakin digalakkan.

Melihat masih kurangnya pemanfaatan petai

cina, maka dalam penelitian ini kami mencoba

mengubah biji petai cina menjadi bahan bakar

alternatif sehingga dapat meningkatkan manfaat

dari petai cina.

Tujuan

Tujuan program ini adalah mencari konsentrasi

HCl dan waktu hidrolisa yang optimum pada

pengolahan petai cina menjadi bioetanol sebagai

bahan bakar nabati.

Kegunaan penelitian

Program ini mempunyai kegunaan sebagai

berikut:

1) Dapat digunakan sebagai acuan dalam proses

pembuatan bioetanol dari bahan yang

mengandung pati.

2) Sebagai gagasan untuk meningkatkan

wawasan mengenai teknologi pemanfaatan

tanaman petai cina.

Penelitian Terdahulu

- Penelitian tentang proses hidrolisis sampah

organik menjadi gula dengan katalis asam

yang dilakukan oleh Dedy Irawan, dkk pada

tahun 2012 menggunakan variasi konsentrasi

HCl 0,25-1% dan waktu hidrolisis 15-120

menit, serta suhu 100oC-180

oC. Hasil terbaik

yang diperoleh adalah pada suhu 120oC

dengan konsentrasi HCl 0,75% dan waktu

hidrolisis 30 menit dengan konsentrasi gula

sebesar 29,34 mg/mL dan yield sebesar

13,09%.

- Penelitian yang dilakukan oleh Sirin Fairus,

dkk tentang pengaruh konsentrasi HCl dan

waktu hidrolisis terhadap perolehan glukosa

yang dihasilkan dari pati biji nangka pada

tahun 2010 menggunakan variabel

perbandingan massa air dan berat biji nangka

1:8; 1:10; dan 1:12. Penelitian ini juga

menggunakan variabel waktu hidrolisis 50,

60, 70 dan 80 menit, serta variabel

konsentrasi HCl 0,02; 0,025 dan 0,03 N.

Hasil yang diperoleh adalah pada waktu

hidrolisis 80 menit dan konsentrasi asam

0,03N dengan glukosa yang diperoleh

82,98%.

- Penelitian konversi pati ganyong menjadi

bioetanol melalui hidrolisis asam dan

fermentasi dilakukan oleh Lily Surayya, dkk,

pada tahun 2008. Proses hidrolisis

menggunakan 3 jenis asam, yaitu HNO3, HCl

dan H2SO4 dengan konsentrasi masing-

masing 3%, 4%, 5%, 6% dan 7%. Fermentasi

menggunakan ragi S. cerevisiae dengan pH 1-

2 selama 12 jam. Hasil optimum yang

diperoleh adalah pada hidrolisis dengan

HNO3 7% (DE= 28,4). Untuk proses

fermentasi, dengan pengambilan glukosa

dengan kadar 14% menghasilkan etanol

8,6%.

- Penelitian pembuatan bioetanol dari singkong

secara fermentasi menggunakan ragi tape

dilakukan oleh Heppy Rikana dkk. Penelitian

ini dilakukan untuk mendapatkan bioethanol

dari singkong secara fermentasi

Page 4: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

2

menggunakan ragi tape. Pada penelitian ini

diperoleh hasil bahwa pada variabel

penambahan ragi 90 gr diperoleh hasil yang

paling tinggi yaitu 5,33 % V/V, sedangkan

untuk variabel lama fermentasi diperoleh

hasil tertinggi pada lama fermentasi 14 hari

yaitu 4,14 % V/V, dengan persen error rata-

rata untuk variabel ragi adalah 96,33%, dan

untuk variabel lama fermentasi adala 97,24%.

- Penelitian tentang kinetika reaksi hidrolisis

tepung sorgum dengan katalis HCl yang

dilakukan oleh Endah Retno, dkk pada tahun

2009 menggunakan variasi HCl 0,1; 0,2; 0,3

N. Kondisi optimum pada konsentrasi HCl

0,3N dan waktu operasi 80 menit dengan

konstanta kecepatan reaksi 0,0179/menit.

2. Metodologi

Variabel Penelitian

Variabel Tetap

- Petai cina

- Berat bahan : 50 g

- Suhu hidrolisa : 120oC

- Jenis asam : HCl

- Volume asam : 250 mL

- Jenis ragi : ragi tape

- Berat ragi : 4,5 gram

- Suhu fermentasi : 30oC

- pH : 5

- Waktu fermentasi : 14 hari

Variabel Berubah

- Konsentrasi asam : 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3 N

- Waktu hidrolisa : 70, 80, 90 menit

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan, yaitu:

- alat destilasi

- beakerglass

- blender

- Erlenmeyer

- gelas arloji

- hot plate dan stirrer

- inkubator

- labu leher tiga

- labu ukur

- pendingin balik

- spatula

- spektrofotometer

- statif

- termometer

- timbangan analitis

- waterbath

Bahan yang digunakan, yaitu:

- alumunium foil

- asam klorida (HCl)

- karet

- kertas label

- minyak goreng

- natrium hidroksida (NaOH)

- petai cina

- plastik penutup

- ragi tape

- reagensia arsenomolibdat

- reagensia Nelson

Prosedur Penelitian

Tahap persiapan

- Menimbang 50 gram petai cina

- Menghancurkan petai cina dengan cara di-

blender sambil menambahkan 300 mL

aquadest sedikit demi sedikit untuk

mempermudah proses penghancuran

- Memindahkan petai cina yang telah hancur

ke dalam beakerglass

Tahap hidrolisis

- Membuat 250 mL HCl 0,1; 0,15; 0,2; 0,25

dan 0,3 N

- Memanaskan larutan hingga suhu 120oC

- Menambahkan HCl sesuai dengan variabel

- Menjaga suhu hidrolisis tetap pada 120oC

- Mengambil hasil hidrolisis setelah waktu

yang ditentukan kemudian dianalisa kadar

glukosanya

Tahap fermentasi

- Menurunkan suhu larutan menjadi 30oC

- Mengecek pH larutan

- Menambahkan NaOH 0,1N hingga pH

menjadi 5

- Menambahkan 4,5 gram ragi tape

- Menginkubasi larutan selama 14 hari pada

suhu 30oC.

Tahap analisa

- Mengambil hasil inkubasi

- Menganalisakan dengan metode GC.

- Mengulangi tahap 3.4.1. – 3.4.4. untuk

Konsentrasi asam 0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3 N

dan waktu sakarifikasi 70, 80, 90 menit.

Page 5: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

3

Kerangka penelitian

Petai cina

Diblender

Sakarifikasi

T=120oC

Fermentasi

T=30oC

pH=5

Ragi tape

HCl (normalitas

sesuai variabel)

500 mL H2O

Etanol

Larutan petai cina

GlukosaAnalisa kadar

glukosa

Analisa kadar

etanol

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil analisa awal kandungan petai cina

Tabel I. Data Hasil Analisa awal petai cina

No Parameter Kandungan (%)

1. Pati 22,2181045

2. Air 59,6605092

Berdasarkan hasil analisa awal petai cina,

kandungan pati alam petai cina 22,22% sehingga

dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan

etanol dengan proses hidrolisa pati dan

fermentasi

Hubungan antara konsentrasi asam terhadap

kadar glukosa pada berbagai waktu hidrolisis

Gambar 4.1. Hubungan antara konsentrasi asam

dengan kadar glukosa hasil proses

hidrolisis

Berdasarkan teori, proses pemecahan pati

menjadi glukosa dapat dilakukan dengan

menggunakan asam kuat misalnya HCl, maka

berdasar teori tersebut penelitian yang kami

lakukan bertujuan untuk mencari konsentrasi

HCl yang optimum untuk mendapatkan kadar

glukosa tertinggi.

Dari hasil penelitian yang kami lakukan,

didapatkan kadar glukosa hasil hidrolisis yang

bervariasi untuk masing-masing variabel

konsentrasi asam yang digunakan. Pada proses

hidrolisis selama 70 menit, didapatkan hasil

secara berturut-turut berdasarkan konsentrasi

HCl adalah 56,66%; 56,17%; 61,96%; 59,56%

dan 66,18%. Sedangkan pada hidrolisis selama

80 didapatkan hasil secara berturut-turut

berdasarkan konsentrasi adalah 57,16%;

57,93%; 61,03%; 61,03% dan 66,18%. Serta

pada hidrolisis selama 90 didapatkan hasil secara

berturut-turut berdasarkan konsentrasi adalah

62,94%; 61,96%; 64,32%; 63,62% dan 64,68%.

Dari hasil tersebut dapat dilihat kadar glukosa

yang didapatkan dari hasil proses hidrolisis

dengan katalis asam HCl cenderung mengalami

peningkatan, seiring dengan kenaikan

konsentrasi katalis asam. Bertambahnya produk

glukosa yang dihasilkan disebabkan karena

penambahan konsentrasi HCl sebagai katalis

menyebabkan tumbukan antara molekul –

molekul air dan molekul pati semakin cepat dan

banyak, akibatnya nilai energi aktivasi reaksi

akan turun sehingga laju reaksi semakin cepat.

Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1. dimana

pada berbagai lama waktu, kenaikan konsentrasi

asam menyebabkan peningkatan kadar glukosa.

Tetapi pada konsentrasi 0,25 N dengan waktu 70,

80 dan 90 menit terjadi penurunan kadar glukosa,

hal ini disebabkan oleh ketidakstabilan suhu pada

saat hidrolisis, selain itu asam (HCl) yang

digunakan sudah lama sehingga mempengaruhi

hasil hidrolisa.

Kadar glukosa yang tertinggi dicapai pada

konsentrasi HCl 0,3 N dan lama hidrolisis 80

menit dengan kadar glukosa sebesar 66,18%.

54

56

58

60

62

64

66

68

0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Ko

nse

ntr

asi

Glu

ko

sa (

%)

Normalitas HCl (N)

70 menit

80 menit

90 menit

Page 6: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

4

Hubungan antara waktu hidrolisis dengan

kadar glukosa pada berbagai konsentrasi

asam

Gambar 4.2. Hubungan antara waktu dengan kadar

glukosa hasil proses hidrolisis

Berdasarkan teori, semakin lama waktu

hidrolisis maka konsentrasi glukosa makin besar,

maka berdasar teori tersebut penelitian yang

kami lakukan bertujuan untuk mencari waktu

hidrolisis yang paling optimum untuk

mendapatkan kadar glukosa tertinggi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan,

diperoleh kadar glukosa hasil hidrolisis yang

berbeda-beda untuk masing-masing variabel

konsentrasi asam. Pada konsentrasi asam 0,1 N

dengan perubahan waktu, diperoleh hasil

56,66%; 57,16% dan 62,94. Pada konsentrasi

asam 0,15 N diperoleh hasil berturut-turut

56,17%; 57,93% dan 61,96%. Pada konsentrasi

asam 0,2 N diperoleh hasil 61,96%; 61,03% dan

64,32%. Pada konsentrasi asam 0,25 N diperoleh

hasil 59,56%; 61,03% dan 63,62%. Serta pada

konsentrasi asam 0,3 N diperoleh hasil 66,18%;

66,18%; 64,68%

Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa

semakin lama proses hidrolisis maka semakin

tinggi kadar glukosa yang dihasilkan.

Bertambahnya produk glukosa yang dihasilkan

dikarenakan semakin lama waktu hidrolisa yang

dilakukan maka terjadinya kecepatan tumbukan

antara molekul-molekul air dengan molekul-

molekul pati akan semakin lama sehingga akan

menghasilkan glukosa yang semakin banyak.

Hal tersebut juga terlihat pada gambar 4.2.

dimana pada konsentrasi asam 0,1 N; 0,15 N; 0,2

N dan 0,25 N, semakin lama waktu hidrolisis

maka semakin tinggi konsentrasi glukosa yang

dihasilkan. Perbedaan terjadi pada konsentrasi

0,3 N, dimana konsentrasi glukosa pada menit ke

70 sama dengan menit 80 dan pada menit 90

konsentrasi glukosa menurun. Hal ini disebabkan

oleh pada waktu 70 menit seluruh bagian pati

telah terkonversi sempurna menjadi glukosa

sehingga kadar glukosa pada menit 80 tidak

mengalami peningkatan. Penurunan kadar

glukosa pada menit ke-90 disebabkan oleh tidak

stabilnya kondisi temperatur pada proses

hidrolisis. Dan bahan impuritis dari petai cina

dapt mempengaruhi atau menghambat reaksi pati

menjadi glukosa.

Hubungan antara lama waktu fermentasi

terhadap konsentrasi etanol yang dihasilkan

Gambar 4.3. Hubungan antara waktu fermentasi

dengan kadar etanol hasil proses

fermentasi

Berdasarkan teori apabila jumlah mikroba

yang ditambahkan dalam proses fermentasi tidak

melebihi dari jumlah substrat yang ada maka

hasil fermentasi akan terus meningkat hingga

pada suatu titik maksimum/optimum (jumlah

mikroba sama dengan substrat) dimana

kemudian terjadi fase stasioner atau hasil

fermentasi berhenti (statis). Jika diihat dari kurva

petumbuhan mikroba maka dapat disimpulkan

bahwa hubungan antara hasil fermentasi dengan

waktu fermentasi (hingga sebelum terjadi fase

stasioner) adalah berbanding lurus dimana

semakin lama waktu fermentasi maka akan

semakin banyak pula jumlah hasil fermentasi.

Pada proses fermentasi ini, yang difermentasi

adalah larutan glukosa hasil hidrolisis dengan

kadar yang paling tinggi, yakni yang

menggunakan HCl 0,3 N dengan lama waktu 80

menit. Kadar glukosa yang dihasilkan adalah

66,18%.

Untuk konsentrasi gula yang tinggi (66,18%)

maka etanol yang dihasilkan juga harus tinggi.

Namun pada penelitian ini, kadar etanol yang

dihasilkan pada lama waktu fermentasi 8, 11 dan

14 hari berturut-turut adalah 0,0742671%;

0,148775%; 0,178228%. Hasil fermentasi yang

rendah disebabkan oleh kadar glukosa yang

tinggi saat fermentasi. Adapun kadar glukosa

yang diijinkan untuk fermentasi adalah 14-16%

sehingga untuk proses fermentasi seharusnya

5456586062646668

70 80 90

Ka

da

r G

luk

osa

(%

)

Waktu (menit)

0,1 N

0,15

0,2

0,25

0,3

0.05

0.07

0.09

0.11

0.13

0.15

0.17

0.19

8 11 14K

on

sen

tra

si E

tan

ol

(%)

Lama Fermentasi (hari)

Page 7: PENGOLAHAN PETAI CINA MENJADI BIOETANOL DENGAN VARIASI KONSENTRASI ASAM DAN WAKTU HIDROLISIS

5

dilakukan pengenceran sehingga kadar glukosa

yang difermentasi sesuai dengan yang

disyaratkan. Kadar glukosa yang terlalu tinggi

akan menyebabkan konsentrasi substrat yang

harus diubah trlalu pekat sehingga mikroba akan

kesulitan untuk bekerja secara oprimal. Selain

itu, dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti pH yang sulit dijaga, kondisi fermentor

yang tidak anaerob, serta adanya kandungan lain

dalam petai cina yang dapat mempengaruhi

penguraian glukosa oleh mikroba.

4. Kesimpulan

a) Hasil terbaik pada proses hidrolisis

menggunakan HCl diperoleh pada

konsentrasi asam 0,3 N dengan kadar glukosa

sebesar 66,18%.

b) Hasil terbaik pada proses hidrolisis

menggunakan HCl diperoleh pada lama

hidrolisis 80 menit dengan kadar glukosa

sebesar 66,18%.

c) Hasil terbaik fermentasi adalah pada hari ke

14, dengan kadar etanol yang dihasilkan

0,178228%.

5. Daftar Pustaka 1. Anonim. Lamtoro.

http://id.wikipedia.org/wiki/lamtoro. diakses

tanggal 12 Sepetember 2012.

2. Soerodjotanojo, S., “Membina usaha

perkebunan lamtoro gung”. Balai Pustaka,

Jakarta, 1983.

3. Prihandana, R., Noerwijari, K, dkk.,

“Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa

Depan”, Jakarta: Agro Media.

4. Bustaman, S. 2008. Strategi Pengembangan

Bio-etanol Berbasis Sagu di Maluku. Bogor.

5. Hadiyoso. A., Murdiati, Sari W. 2009.

Inovasi Rancangan Teknologi Produksi

Bioetanol Enceng Gondok Menggunakan

Metode Sakarifikasi Dan Fermentasi Secara

Simultan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

6. Soehardi, Tj. Tanaman Obat.

http://kiathidupsehat.com/tanaman-obat-

manfaat-khasiat-petai-cina-leucaena-

leucocephala. diakses tanggal 13 September

2012.

7. Minah, F. N. 2010. Potensi Ganyong (Canna

edulis Kerr) Dari Malang Selatan Sebagai

Bahan Baku Bioethanol Dengan Proses

Hidrolisa Asam. Teknik Kimia FTI ITN

Malang.

8. Isroi. hidrolisa asam.

http://www.wordpressorg.com. diakses

tanggal 7 Januari 2013.

9. Anonym. Asam Klorida.

http://id.wikipedia.org/wiki/asamklorida.

diakses tanggal 28 Januari 2013.

10. Fessenden, R.J., & Joan, J.F. “Kimia organik

jilid 2”. Erlangga, Jakarta, 1999.

11. Besari, ismail., “Kimia organik untuk

universitas”. Armico, Bandung, 1982.

12. Fairus, S. dkk. 2010. Pengaruh Konsentrasi

HCl Dana Waktu Hidrolisis Terhadap

Perolehan Glukosa Yang Dihasilkan Dari

Pati Biji Nangka. Institut Teknologi

Nasional. Yogyakarta.

13. Hidayat, nur, dkk., “Mikrobiologi industry”.

Andi, Yogyakarta, 2006.

14. Irawan, D. Arifin, Z. 2012. Proses Hidrolisis

sampah Organik Menjadi Gula Dengan

Katalis Asam. Jurusan Teknik Kimia

Politeknik Negeri Samarinda. Kalimantan

Timur.

15. Rikana, H, Adam R. Pembuatan Bioethanol

dari Singkong Secara Fermentasi

Menggunakan Ragi Tape. Universitas

Diponegoro.

16. Retno, E. Sunarto, P. Berta. 2009. Kinetika

Reaksi Hidrolisis Tepung Sorgum Dengan

Katalis Asam Klorida (HCl). Jurusan Teknik

Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

17. Sudarmaji, S., Prosedur Analisa Untuk

Bahan Makanan Dan Pertanian. Liberty,

Yogyakarta, 1997.