Pengolahan Limbah Padat1
-
Upload
dwiiilestari -
Category
Documents
-
view
24 -
download
6
description
Transcript of Pengolahan Limbah Padat1
Pengolahan Limbah Padat
Pada dasarnya usaha-usaha pengolahan limbah guna mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan sebagian besar bersifat transformasi materi yang dianggap berbahaya sehingga
dihasilkan materi lain yang lebih tidak mengganggu. Di bawah ini akan dibahas secara umum
pengolahan yang biasa diterapkan pada sampah, yaitu pengomposan dan insinerasi.
Beberapa teknologi secara termal dapat digunakan untuk mengolah limbah, namun yang
biasa digunakan adalah insinerasi, yaitu menggunakan oksidasi termal untuk mengkonversi
limbah organik menjadi limbah anorganik dengan pengurangan massa, bakteri, virus serta
materi toksik yang terkandung sebelumnya. Teknologi ini biasa digunakan untuk menangani
sampah kota maupun limbah B3 (padat atau cair).
Pemusnahan/pengolahan limbah padat dapat dikelompokkan dalam tiga metode utama, yaitu:
Pengolahan limbah agar lebih memudahkan dalam pengelolaannya, atau agar
mengurangi dampak negatif bila diolah lebih lanjut, seperti:
o penghalusan (shredding)
bertujuan untuk mengecilkan ukuran sampah dan menyeragamkan ukuran
sampah dan melibatkan proses pencampuran sampah.
o pemadatan timbunan
pemanfaatan limbah selulosik halus yang melibatkan kegiatan pemanasan dan halus yang
melibatkan kegiatan pemanasan danpemadatan dengan tujuan untuk meningkatkan
pemadatan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai kalor per satuan volum.nilai kalor per
satuan volum.
o solidifikasi/pengkapsulan
teknik yang secara luas diterapkan untu remediasi limbah yang mengandung
konstituen berbahaya
digunakan untuk mengubah limbah menjadi bentuk fisik yang sesuai dan tahan
yang lebih kompatibel untuk penyimpanan, landfill, atau reuse yaitu bentuk
padat yang memiliki interitas tinggi
Pengolahan limbah agar dihasilkan sebuah produk yang bermanfaat, seperti:
o pengomposan (dihasilkan humus)
Pengomposan:
Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah yang biodegradabel (dapat
diuraikan oleh mikroorganisme). Fungsi kompos adalah selain sebagai pupuk organik, akan
berfungsi pula untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air serta zat hara yang lain.
Menurut prosesnya, pengomposan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pengomposan secara
aerobik dan secara anaerobik. Pengomposan yang sering dilakukan adalah secara aerobik
(tersedia oksigen dalam prosesnya), karena berbagai kelebihan, seperti:
tidak menimbulkan bau,
waktu lebih cepat,
temperatur tinggi, sehingga dapat membunuh bakteri patogen an telur cacing
Kompos yang dihasilkan disebut kompos higienis
Proses pengomposan (composting) adalah dekomposisi materi organik limbah secara biologis
dibawah kontrol kondisi proses yang berlangsung. Dalam produk akhir, materi organik
belumlah dapat dikatakan stabil, namun dapat disebut stabil sementara secara biologis, karena
disini dibedakan dengan cara kimia-fisik seperti insinerasi dan pirolisis. Penggunaan kata
‘kontrol’ disini untuk membedakan dengan dekomposisi yang terjadi secara alamiah, seperti
dalam sebuah landfill.
Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan
bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak enak. Pengomposan sampah kota
dalam hal ini bersasaran ganda, yaitu menangani sampah kota dan sekaligus memperoleh
bahan untuk menunjang pertanian.
Klasifikasi pengomposan:
didasarkan atas prinsip penggunaan
oksigen : aerob dan anaerob
didasarkan atas temperatur yang terjadi : mesofilik dan thermofilik
didasarkan atas teknologinya : lambat (open/windrow) dan cepat (accelerated
composting).
Pengomposan secara aerob mengikut sertakan aktivitas mikroba aerobik, dengan demikian
membutuhkan kehadiran oksigen selama proses berlangsung. Sedang pengomposan secara
anaerob tidak membutuhkan kehadiran mikroba aerob selama prosesnya. Pengomposan aerob
ditandai dengan temperatur tinggi, tidak menimbulkan bau dan lebih cepat dibanding
anaerob. Keuntungan dari proses anaerob adalah tidak dibutuhkan perhatian yang terlalu
banyak selama proses berlangsung. Pengomposan cepat adalah dengan cara mempercepat
pembuatan kompos setengah matang, misalnya dengan suplai udara atau kelembaban.
Sedangkan pematangan komposnya dilakukan secara diangin-angin.
Guna berlangsungnya kondisi yang baik bagi degradasi biokomiawi dari materi organik
diperlukan :
ketersediaan udara, yaitu dengan menjamin sirkulasi udara segar (kaya akan oksigen)
untuk menggantikan udara dalam media (kaya akan CO2)
kehomogenan sampah, misalnya dengan pengadukan, pemotongan sampah sebelum
dikomposkan dsb.
o insinerasi/pembakaran (dihasilkan enersi panas)
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah
berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi
menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk
pemanas ruangan.
Insinerator:
Sasaran dari sebuah insinerator adalah bagaimana mengurangi volume limbah dengan gas
yang terbuang dan residu yang tak berbahaya. Suatu insinerator yang baik akan dapat
mengurangi volume limbah sampai 80-95 %, sedang pengurangan berat dapat mencapai 70-
80 %, yang semuanya tergantung pada kualitas dan tipe tungku yang digunakan. Untuk itu
dibutuhkan suatu pembakaran yang sempurna.
Guna menjamin pembakaran sempurna perlu diperhatikan tiga hal yaitu waktu kontak,
kehomogenan dan temperatur. Komponen-komponen ini saling bergantung, tetapi masing- m
asing dapat dipertimbangkan secara
individual guna mengevaluasi
pengaruhnya terhadap pembakaran.
Sebuah insinerator biasanya terdiri dari
elemen-elemen dasar, seperti:
ruang pembakaran (tungku) dan
suplai udara
sistem cerobong gas
sistem pembuangan abu
pengontrol pencemaran udara
sistem penangkap panas yang dihasilkan (recovery)
o metanisasi (dihasilkan gasbio)
Pembuangan limbah ke suatu tempat guna menghindari kontak dengan manusia, dapat
juga dilakukan dengan dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu
metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill.
1. Penimbunan Terbuka
Pada metode penimbunan terbuka, . Di
lahan penimbunan terbuka, berbagai
hama dan kuman penyebab penyakit
dapat berkembang biak. Gas metan
yang dihasilkan oleh pembusukan
sampah organik dapat menyebar ke
udara sekitar dan menimbulkan bau
busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengansampah dapat merembes
ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2. Sanitary Landfill
Pada metode sanitary
landfill, sampah
ditimbun dalam
lubang yang dialasi
iapisanlempung dan
lembaran plastik
untuk mencegah
perembesan limbah
ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan ganda
(plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan
cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Pemilihan lokasi lahan urug :
lahan bukan merupakan daerah bajir lahan bukan merupakan daerah bajir
permeabilitas tanah maksimum 10permeabilitas tanah maksimum
10--77cm/detikcm/detik
sesuai dengan rencana tata ruangsesuai dengan rencana tata ruang
merupakan daerah yang stabil secara geologimerupakan daerah yang stabil secara
geologi
bukan merupakan daerah resapan air tanahbukan merupakan daerah resapan air tanah
ketebalan lapisan tanah liat minimum 1 meter ketebalan lapisan tanah liat minimum 1 me