pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

23

Click here to load reader

Transcript of pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Page 1: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ Proses Pengolahan Limbah Padat Organik Menjadi Produk Fungsional”

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Makassar, 21 Maret 2016

Penyusun

i

Page 2: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pada saat ini seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, manusia mulai menciptakan teknologi untuk mempermudah aktifitas mereka. Kemajuan teknologi ini berkembang sangat pesat. Masyarakat lebih memilih menggunakan cara modern daripada tradisional karena lebih mudah dan praktis dalam penggunaannya.

Selain banyak dampak positif yang dihasilkan, kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif. Contoh dampak negatifnya yaitu mesin yang digunakan untuk membuat suatu barang pasti akan menghasilkan sampah atau barang sisa yang sudah tidak diperlukan lagi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri dan konsumsi. Sampah menurut sumbernya dapat berasal dari sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, atau sumber lainnya. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dan lain-lain, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dan lain-lain.

Masalah sampah mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan manusia. terutama di daerah perkotaan. Sebagian besar sampah di kota dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Seiring dengan bertambahnya penduduk kota, timbunan sampah ini menimbulkan berbagai masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Di sisi lain, tidak semua sampah yang dibuang akan mudah hancur. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya jika volume sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA.

Sementara itu tidak sedikit warga yang membuang sampah di sembarang tempat, misalnya sungai, saluran drainase atau rawa-rawa. Akibatnya sampah akan menyumbat saluran sehingga menyebabkan banjir pada saat musim hujan. Selain itu ada juga yang menangani sampah dengan cara dibakar. Masalah yang ditimbulkan pun tidak kalah serius, karena sampah yang dibakar akan

ii

Page 3: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

menghasilkan zat atau gas polutan yang tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia. Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker (karsinogenik), bahkan kematian.

Berdasarakan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui cara pengelolaan sampah organik dan anorganik sebagai upaya pelestarian lingkungan hidup.

Sampah adalah semua jenis bahan padat, termasuk cairan dalam kontainer, yang dibuang sebagai barang-barang buangan, tidak bermanfaat, atau barang-barang yang dibuang karena kelebihan (Sarudji, Didik, 2006).

Sedangkan menurut kamus lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian; barang rusak atau cacat selama manufaktur; atau materi berlebihan atau buangan.

A. Jenis Sampah

Pada dasarnya sampah berasal dari a) sampah alam, yaitu sampah yang diproduksi di alam dan dapat diurai melalui proses daur ulang alami, seperti daun kering di hutan yang akan terurai menjadi tanah, b) sampah manusia adalah sampah yang dihasilkan oleh pencernaan manusia, seperti feses dan urin, serta c) sampah konsumsi, yaitu sampah yang sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah yang dihasilkan karena (manusia) penggunaan barang. Sampah konsumsi adalah jenis sampah yang umum menjadi masalah saat ini.

Adapun menurut bentuknya sampah dibedakan menjadi dua

a) Sampah cair

Sampah cair adalah sampah yang bentuknya berupa benda cair. Misalnya air bekas cucian dan sampah cair pabrik. Sampah cair atau yang biasa dikenal dengan limbah cair, apabila dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu, maka akan menimbulkan pencemaran pada tanah sehingga mengakibatkan berkurangnya unsur hara yang terkandung dalam tanah, selain itu juga dapat menimbulkan pencemaran air yang berakibat langsung pada kehidupan biota air dan secara tidak langsung mempengaruhi kualitas air minum.

b) Sampah padat

Sampah padat adalah sampah yang bentuknya  berupa benda padat. Misalnya potongan sayur, buah, sisa makanan, plastik, kaca, besi, kertas, rumput, daun, dan ranting.

iii

Page 4: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

Berdasarkan sifatnya, sampah padat dikelompokkan menjadi:

1.             Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat diurai oleh mikroba atau jasad renik (biodegradable). Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, tepung, sayuran, kulit buah, rumput, daun dan ranting.

2.             Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati, baik berupa produk sintetis maupun hasil pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah detergen, sampah kaca dan keramik. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya dapat diurai dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini umumnya termasuk sampah rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng.

1. 2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana pengolahan limbah padat organik menjadi produk fungsional ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah padat organik menjadi :

a). Pupuk Kompos

b). Pakan Ternak

c). Biogas Methane { CH4}

d). Bioethanol { C2H5OH}

e). Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

f). Asap Cair

iv

Page 5: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

BAB II

PEMBAHASAN

I. KOMPOS

1. Pupuk Kompos Alami

Pupuk kompos alami sebenarnya ada di sekitar kita, alam sudah menyediakannya. Untuk mendapatkannya pergilah ke tempat2 pembuangan sampah lalu lakukan hal2 di bawah ini

1. Gali tumpukan sampah yang sudah halus, yang sudah mirip tanah

2. Kemudian lakukan pemisahan antara bahan2 yang mudah lapuk dengan yang tidak mudah lapuk.

3. Setelah kita pisahkan lalu saring dengan menggunakan ayak.

4. terkahir, siapkan sekitar 50 hingga 100 gram belerang lalu taburkan di atas hasil ayakan tadi.

Bahan Pembuatan Pupuk Kompos :

1. Siapkan 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah yang mudah lapuk, sangat di sarankan menggunakan sampah organik basah.

2. Siapkan kulit buah kopi kira2 6,5 m3 (alternatif pengganti kulit kopi bisa menggunakan daun lamtoro)

3. Siapkan kotoran ternak mamah biak sebanyak 750 kg (atau sekitar ± 50 kaleng ukuran 20 liter)

4. Siapkan 30 kg abu kayu atau abu dapur.

Panduan Cara Membuat Pupuk Kompos

1. Langkah pertama siapkan bak dari semen untuk pengomposan. Perlu di perhatikan untuk desain baknya  harus memiliki dasar yang cekung dengan ukuran 2.5 x 1 x 1 m (p x l x t).

2. Selanjutnya campur semua bahan diatas ke dalam box pengomposan lalu aduk hingga merata. Kemudian taburi bagian atas adonan bahan tadi dengan abu kayu.

v

Page 6: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

3. Setelah itu tutup bagian atas bak pengomposan menggunakan plastik transaparan, hal ini juga berfungsi untuk menampung nitrogen yang di hasilkan dari proses pengomposan. Setelah kira2 4-5 hari siramkan hasil tampungan nitrogen tadi, hal ini di maksudkan untuk enambah kandungan nitrogen pada adonan bahan agar proses pengomposan bisa lebih cepat.

4. Lakukan step 3 hingga 2 atau 3 minggu secara rutin, setelah itu aduk kembali adonan agar merata dan ulangi step 3 lagi.

5. Terus lakukan step diatas hingga kira2 2-3 bulan agar adonan benar-benar matang, dalam step ini pupuk seharusnya sedikit berair.

6. Setelah 2-3 buan tadi angkatlah adonan karena sudah siap jadi, dan lakukanlah pengeringan dengan cara menjemur kompos hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.

7. Pupuk kompos siap di gunakan.

2. Kompos Rumah Tangga

Bahan Yang Perlu di siapkan :

1. Siapkan 2 tempat sampah yang berbeda warna (misalnya merah dan putih), hal ini kita gunakan nantinya sebagai wadah pembuatan dan pembeda antara organik dan non organik.

2. Siapkan pula 1 wadah bak plastic atau drum bekas lalu berilah beberapa lubang pada bagian dasarnya untuk menggunakan paku/bor, hal ini berguna untuk mengeluarkan kelebihan air. Agar kelembaban udara tetap terjaga usahakab di bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu sehingga tetap ada sirkulasi udara.

3. Alternatif lain bisa menggunakan dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat meresap ke dalam tanah. Usahakan bak pengomposan tidak kena air hujan, dan sangat di sarankan bak berada di bawah atap.

Cara Membuat :

1. Campur 1 bagian sampah merah dan 1 bagian sampah putih.

2. Selanjutnya campurlah dengan kompos yang sudah jadi untuk memancing penyampuran agar lebih merata. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .

vi

Page 7: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

3. Pembuatan pupuk kompos ini bisa dilakukan sekaligus, atau bisa juga selapis demi selapis dan bertahap setiap 2 hari sekali, namun pastikan setiap 7 hari selalu mengaduknya agak merata,

4. Proses pengomposan bisa dikatakan selesai jika campuran sudah tidak berbau dan mulai berubah warna menjadi kehitaman. Jika step demi step di lakukan dengan benar maka perkiraan sekitar minggu ke-5 dan ke-6 suhu sudah kembali normal, dan kompos sudah jadi.

5. Kunci dari berhasil atau tidaknya pengomposan ini terletak pada bagaimana kita mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen. Hal ini di tujukan agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak.

6. Sampah organik sebaiknya di ayak untuk memisahkan bagian yang halus dan kasar, FYI bagian yang kasar bisa kita gunakan lagi sebagai aktivator jika ingin melakukan pengomposan lagi nantinya. Untuk mempercepat proses pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang bisa kita beli di toko pertanian

3 .Bagan Pembuatan Kompos

vii

Page 8: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

II. Pakan Ternak Proses Pembuatan Pakan Ternak

Membuat pakan dari sampah di mulai dengan pemisahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan pencacahan, fermentasi, pengeringan, penepungan, pencampuran, dan pembuatan pelet.

Pemisahan sampah organik dari sampah anorganik dimaksudkanagar sampah yang diolah hanya yang dapat dicerna oleh ternak serta menghindarkan ternak dari mengonsumsi bahan-bahan beracun.

Pemisahan sebaiknya dapat dilakukan di tingkat produsen sampah (pasar atau rumah tangga). Oleh karena itu, untuk program massal perlu disedikan tempat sampah organik dan anorganik di tingkat produsen sampah. Sampah dari rumah sakit dan pabrik yang banyak mengandung logam berat atau bahan beracun dihindari. Sampah organik yang telah terpisah dari bahan lain selanjutnya dicacah dengan alat atau mesin pencacah agar bentuknya lebih kecil dan untuk memudahkannya. Fermentasi dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan gizi dan nilai cerna sampah karena kandungan gizi sampah umumnya rendah tetapi serat

i

Page 9: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

kasarnya. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan inokulan bakteri dan cara yang tepat agar diperoleh produk yang bermutu tinggi.Setelah difermentasi, sampah dikeringkan dengan dijemur lalu digiling hingga menjadi tepung. Selanjutnya tepung sampah ditambah bahan lain termasuk enzim dan diaduk dalam mesin pencampur, sehingga diperoleh pakan komplit yang sesuai dengan kebutuhan ternak. Apabila diperlukan, semua bahan yang sudah tercampur dibentuk pelet. Pelet pakan ternak dapat disimpan hingga 6 bulan. Idealnya ransum komplit diberikan sekitar 3% dari bobot hidup ternak per hari. Dengan jumlah pakan tersebut, sapi tidak lagi memerlukan HMT atau rumput. Namun sebagian petani ternyata masih memberikan rumput. Sebagai contoh,jika ternak diberi pakan komplit 1,5% dari bobot hidup per hari,peternak tinggal memberi rumput 50% dari kebutuhan semestinya.

III. Biogas Methane { CH4 }

Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik oleh bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara (bakteri anaerob) terhadap limbah-limbah organik baik di digester (pencerna) anaerob maupun di tempat pembuangan akhir sampah (sanitary landfill). Gas ini sering dimanfaatkan untuk pemanas, memasak, pembangkit listrik dan transportasi. Biogas dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenesis pada bahan-bahan organik seperti kayu/tumbuhan, buah-buahan, kotoran hewan dan manusia merupakan gas campuran gas Metana (60-70%), CO2 dan gas lainnya. Komposisi biogas bervariasi tergantung pada limbah organik dan proses fermentasi anaerob, dengan komposisi lengkap sebagai berikut: Komposisi Kandungan Biogas [1] Komponen % Metana (CH4) 55-75 Karbon dioksida (CO2) 25-45 Nitrogen (N2) 0-0.3 Hidrogen (H2) 1-5 Hidrogen sulfida (H2S) 0-3 Oksigen (O2) 0.1-0.5

ii

Page 10: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

Proses Pembuatan Biogas dengan Metode DigesterDalam pembangunan biodigester, ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan, yaitu:1. Lingkungan abiotis

Biodigester harus tetap dijaga dalam keadaan abiotis (tanpa kontak langsung dengan Oksigen (O2). Udara (O2) yang memasuki biodigester menyebabkan penurunan produksi metana, karena bakteri berkembang pada kondisi yang tidak sepenuhnya anaerob.

2. TemperaturSecara umum, ada 3 rentang temperatur yang disenangi oleh bakteri, yaitu:a. Psicrophilic (suhu 4° – 20° C) - biasanya untuk negara-negara subtropis

atau beriklim dingin;b. Mesophilic (suhu 20° – 40° C);c. Thermophilic (suhu 40° – 60° C) - hanya untuk men-digesti material,

bukan untuk menghasilkan biogas.Untuk negara tropis seperti Indonesia, digunakan unheated

digester (digester tanpa pemanasan) untuk kondisi temperatur tanah 20° – 30° C.Model Biodigester yang Digunakana. Floating domePada tipe ini terdapat bagian pada konstruksi reaktor yang bisa bergerak untuk menyesuaikan dengan kenaikan tekanan reaktor. Pergerakan bagian reaktor ini juga menjadi tanda telah dimulainya produksi gas dalam reaktor biogas.Pada reaktor jenis ini, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor tersebut.b. Bak (batch)Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik.

3. Seluruh tangki biodigester di bawah permukaan tanahModel ini merupakan model yang paling popular di Indonesia, dimana

seluruh instalasi biodigester ditanam di dalam tanah dengan konstruksi yang

iii

Page 11: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

permanen, yang membuat suhu biodigester stabil dan mendukung perkembangan bakteri methanogen.

Bagan Pembuatan Biogas Methan

IV. Bioethanol { C2H5OH }

Tahap-tahap dalam pembuatan bioetanol ini adalah sebagai berikut:

1. Fermentasi: Merupakan proses terjadinya dekomposisi gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Proses fermentasi ini dimanfaatkan oleh para pembuat bir, roti, anggur, para ibu rumah tangga dan lain-lain. Alkohol dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi oleh khamir.

2. Destilasi: Merupakan proses pemurnian dengan cara memisahkan senyawa berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi juga merupakan metode operasi

iv

Page 12: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

yang digunakan pada proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan panas sebagai tenaga pemisah berdasarkan titik didih masing-masing komponen (Brown, 1987).

3. Dehidrasi: Yakni proses pemurnian dengan cara mengurangi kadar air bioetanol

Bagan Pembuatan Bioethanol { C2H5OH }

v

Page 13: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

V. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

CARA KERJA PLTSa

Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).

Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :

Pemilahan sampah

Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.

Pembakaran sampah

Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.

Pemanfaatan panas

Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.

vi

Page 14: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

Bagan PLTSa

VI. Asap Cair

Bahan baku untuk pembuatan asap cair bisa apapaun yang termasuk bahan organik yang mempunyai selulosa, tetap saat ini yang lazim digunakan sebagai bahan baku untuk asap cair adalah tempurung kelapa karena pohon kelapa terdapat dimana-mana dan penggunaan tempurung kelapa sangat luas di masyarakat seperti pliku, kopra, arang, dan olahan kelapa lainnya. Oleh karena itu untuk proses pembuatan asap cair menggunakan contoh tempurung kelapa yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Sebelum dimasukkan ke reaktor pirolisis, terlebih dahulu tempurung kelapa itu dibersihkan dari kotoran dan sabut yang tertinggal. Kemudian tempurung kelapa dipecah menjadi beberapa bagian agar luas permukaan pembakaran menjadi lebih luas sehingga proses dapat berjalan lebih cepat.

2) Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan cara penjemuran, untuk mengurangi kadar air pada tempurung kelapa.

3) Kemudian dilanjutkan dengan metode Pirolisis yang merupakan proses reaksi penguraian senyawa-senyawa penyusun kayu keras menjadi beberapa senyawa organik melalui reaksi pembakaran kering pembakaran tanpa oksigen. Reaksi ini

vii

Page 15: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

berlangsung pada reaktor pirolisator yang bekerja pada temperatur 300-650oC selama 8 jam pembakaran.

4) Asap hasil pembakaran dikondensasi dengan kondensor yang berupa koil melingkar. Hasil dari proses pirolisis diperoleh tiga produk yaitu asap cair, tar, dan arang. Kondensasi dilakukan dengan koil melingkar yang dipasang dalam bak pendingin. Air pendingin dapat berasal dari air hujan yang ditampung dalam bak penampungan, air sumur, air sungai maupun PDAM.

5) Proses Pemurnian Asap Cair untuk mendapatkan asap cair yang tidak mengandung bahan berbahaya sehingga aman bagi bahan pengawet makanan. Asap cair yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses pirolisis diendapkan selama seminggu.

6) Kemudian cairannya diambil dan dimasukkan ke dalam alat destilasi. Suhu destilasi sekitar 150oC, hasil destilat ditampung. Destilat ini masih belum bisa digunakan sebagai pengawet makanan karena ada lagi proses lain yang harus dilewati.

7) Proses Filtrasi Destilat dengan Zeolit Aktif ditujukan untuk mendapatkan zat aktif yang benar-benar aman dari zat berbahaya. Caranya, zat destilat asap cair dialirkan ke dalam kolom zeolit aktif dan diperoleh filtrat asap cair yang aman dari bahan berbahaya dan bisa dipakai untuk pengawet makanan non karsinogenik.

8) Proses Filtrasi Filtrat Zeolit Aktif dengan Karbon Aktif Proses filtrasi filtrat zeolit aktif dengan karbon aktif dimaksudkan untuk mendapatkan filtrat asap cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Caranya, filtrat dari filtrasi zeolit aktif itu dialirkan ke dalam kolom yang berisi karbon aktif sehingga filtrat yang diperoleh berupa asap cair dengan bau asap ringan dan tak menyengat. Maka sempurnalah asap cair sebagai bahan pengawet makanan yang aman, efektif dan alami.

BAB III

viii

Page 16: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

PENUTUP

KESIMPULAN

Masalah sampah mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan manusia. terutama di daerah perkotaan. Sebagian besar sampah di kota dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Seiring dengan bertambahnya penduduk kota, timbunan sampah ini menimbulkan berbagai masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Di sisi lain, tidak semua sampah yang dibuang akan mudah hancur. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya jika volume sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA.

Berkembangnya ilmu pengetahuan atas pengolahan limbah padat organik dapat di manfaat menjadi berbagai produk fungsional selain di buang e lingkungan jika tidak dapat diolah kembali seperti:

a). Pupuk Kompos

b). Pakan Ternak

c). Biogas Methane { CH4}

d). Bioethanol { C2H5OH}

e). Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

f). Asap Cair

DAFTAR PUSTAKA

ix

Page 17: pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional

Zuhriah As’ad / Teknik kimia/PNUP

http://dinarsaputri.weblog.esaunggul.ac.id

http://marjuki.lecture.ub.ac.id/files/2013/04/METODE-PEMANFAATAN-LIMBAH-SEBAGAI-PAKAN.pdf http://idanisa.blogspot.co.id/2013/11/cara-pembuatan-pakan-ternak-dari-sampah.html http://www.alpensteel.com/article/56-110-energi-sampah--pltsa/2594--pltsa-pembangkit-listrik-tenaga-

http://abr26-k1m14.blogspot.co.id/2011/04/pltsa-pembangkit-listrik-tenaga-sampah.html

http://lucasmafiastudy.blogspot.co.id/2015/01/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-tenaga.htmlhttps://desimulyanto.wordpress.com/2012/02/07/pembangkit-listrik-tenaga-sampah-pltsa/

http://nadhidayat.blogspot.co.id/2015/02/contoh-karya-tulis-tentang-penglolaan.htmlhttp://latifahkhairina.blogspot.co.id/2010/01/sampah-organik-sebagai-sumber-biogas.html

x