BAB II TINJAUAN PUSTAKA IIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2102020018/...TINJAUAN PUSTAKA II.1...

18
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Sampah Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak mambahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19- 2454-2002). Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Tchobanoglous (1993) mengatakan sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan lagi. Sampah, dihasilkan dari berbagai macam aktivitas dan merupakan produk samping yang sering menimbulkan masalah, apalagi bagi kota yang berpenduduk padat. II.2 Jenis dan Sumber Sampah Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis dan sumber sampah adalah: 1. Sampah rumah tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari- hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan. 2. Sampah sejenis sampah rumah tangga Yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya. 3. Sampah spesifik Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus, meliputi: a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA IIrepo.itera.ac.id/assets/file_upload/SB2102020018/...TINJAUAN PUSTAKA II.1...

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Pengertian Sampah

    Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan

    bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

    mambahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19-

    2454-2002). Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

    Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

    yang berbentuk padat. Tchobanoglous (1993) mengatakan sampah adalah bahan

    buangan padat atau semi padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan

    yang dibuang karena tidak diinginkan atau digunakan lagi. Sampah, dihasilkan

    dari berbagai macam aktivitas dan merupakan produk samping yang sering

    menimbulkan masalah, apalagi bagi kota yang berpenduduk padat.

    II.2 Jenis dan Sumber Sampah

    Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis dan

    sumber sampah adalah:

    1. Sampah rumah tangga

    Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan sehari-

    hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan dari

    proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini

    bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

    2. Sampah sejenis sampah rumah tangga

    Yaitu sampah rumah tangga yang berasal bukan dari rumah tangga dan

    lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti pasar,

    pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan, hotel,

    terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.

    3. Sampah spesifik

    Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang karena

    sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan khusus,

    meliputi:

    a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun.

  • 6

    b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun.

    c. Sampah yang timbul akibat bencana.

    d. Puing bongkaran bangunan.

    e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.

    f. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

    II.3 Timbulan Sampah

    Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), timbulan sampah adalah volume

    sampah atau berat sampah yang dihasilkan dari jenis sumber sampah di wilayah

    tertentu per satuan waktu atau besaran timbulan sampah dapat dilihat pada Tabel

    2.1.Timbulan sampah biasanya dinyatakan dalam:

    1. Satuan berat: kilogram per orang per hari (kg/o/h), kilogram per meter-

    persegi bangunan per hari (kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per

    hari (kg/bed/h).

    2. Satuan volume: liter per orang per hari (l/o/h), liter per meter-persegi

    bangunan per hari (l/m2/h) atau liter per tempat tidur per hari (l/bed/h).

    Tabel 2.1. Besaran timbulan sampah berdasarkan komponen sumber sampah

    No. Komponen sumber

    sampah Satuan

    Volume

    (Liter)

    Berat

    (kg)

    1. Rumah permanen /orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400

    2. Rumah semi permanen /orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350

    3. Rumah non-permanen /orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300

    4. Kantor /pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100

    5. Toko/ruko /petugas/hari 2,50 - 3,00 0,150 - 0,350

    6. Sekolah /murid/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,020

    7. Jalan arteri sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,020 - 0,100

    8. Jalan kolektor sekunder /m/hari 0,10 - 0,15 0,010 - 0,050

    9. Jalan lokal /m/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025

    10. Pasar /m2/hari 0,20 - 0,60 0,1 - 0,3

    Sumber : SNI 19-3983-1995

    Sedangkan untuk besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota dapat

    dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

  • 7

    Tabel 2.2 Besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota

    No Klasifikasi Kota

    Satuan

    Volume

    (L/org.hari)

    Berat

    (Kg/org.hari)

    1 Kota Sedang 2,75 – 3,25 0,7 – 0,8

    2 Kota Kecil 2,5 – 2,75 0,625 – 0,7

    Sumber: SNI 19-3983-1995

    Berikut cara menghitung volume sampah dan berat sampah menurut SNI 19-

    3964-1994:

    Volume sampah (

    ) rata-rata

    (

    ) rata2 = (

    ) (2.1)

    Berat sampah (

    ) rata-rata

    (

    ) rata2 = (

    ) (2.2)

    Dimana :

    = volume timbulan sampah (liter/orang/hari)

    = berat timbulan sampah (kg/orang/hari)

    u = jumlah unit penghasil sampah (5 jiwa)

    n = jumlah contoh

    Dalam memprediksi timbulan sampah dapat dihitung menggunakan

    persamaan sebagai berikut (Damanhuri dan Padmi, 2010):

    Qn = Qt (1+P)n (2.3)

    Dimana:

    Qn = timbulan sampah pada n tahun mendatang

    Qt = timbulan sampah pada tahun awal perhitungan

    P = laju pertumbuhan penduduk

    n = periode waktu

  • 8

    Menurut SNI 19-3964-1994 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota

    Kecil dan Sedang di Indonesia, klasifikasi sumber timbulan sampah yang

    digunakan terbagi menjadi dua yaitu:

    1. Perumahan

    Sumber perumahan terdiri atas rumah permanen, rumah semi permanen, dan

    rumah non permanen.

    Pengertian rumah permanen, rumah semi-permanen, dan rumah non-

    permanen adalah: (Badan Pusat Statistik, 2014)

    a. Rumah Permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari

    tembok/kayu (kualitas tinggi), lantainya terbuat dari ubin/ keramik/kayu

    berkualitas tinggi dan atapnya terbuat dari seng/genteng/sirap/asbes atau

    dapat diliat pada Gambar 2.1 berikut:

    Gambar 2.1 Contoh rumah permanen

    Sumber: Dokumentasi Pribadi

    b. Rumah semi-permanen adalah rumah yang dindingnya setengah

    tembok/bata tanpa plester/kayu (kualitas rendah), lantainya dari

    ubin/semen/kayu berkualitas rendah dan atapnya seng/genteng/asbes atau

    dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

  • 9

    Gambar 2.2 Contoh rumah semi-permanen

    Sumber: Dokumentasi Pribadi

    c. Rumah Non-permanen adalah adalah rumah yang dindingnya sangat

    sederhana (bambu/papan/daun), lantainya dari tanah, dan atapnya dari

    daun-daunan atau atap campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya atau

    dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

    Gambar 2.3 Contoh rumah non-permanen

    Sumber: Dokumentasi pribadi

    2. Non perumahan

    Sumber non perumahan terdiri atas kantor, toko atau ruko, pasar, sekolah,

    tempat ibadah, jalan, hotel, restoran, industri, rumah sakit, dan fasilitas umum

    lainnya.

  • 10

    II.4 Karakteristik Sampah

    Menurut Damanhuri dan Padmi (2010), karakteristik sampah dapat

    dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:

    - Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar

    volatil, kadar abu, nilai kalor

    - Karakteristik kimia: khususnya yang menggambarkan susunan kimia

    sampah tersebut yang terdiri dari unsur C, N, O, P, H, S, dsb.

    Menurut Mardiana (2019), densitas adalah satuan berat dibagi volume (kg/m3).

    Maka densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram

    dibandingkan dengan volume sampah yang diukur. Densitas sampah diperlukan

    untuk menentukan jumlah timbulan sampah dan menentukan luas lahan TPS yang

    diperlukan.

    Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air, kadar

    volatil, dan kadar abu :

    % kadar air =

    (2.4)

    % volatil =

    (2.5)

    Kadar kering = 100% - % kadar air

    Kadar abu = 100% - % kadar volatil

    Keterangan:

    a = berat cawan isi sebelum dioven

    b = berat cawan isi setelah dioven

    c = berat cawan krus isi sebelum difurnace

    d = berat cawan krus isi setelah difurnace

    k = berat cawan kosong

    l = berat cawan krus kosong

    II.5 Komposisi Sampah

    Menurut Tarigan (2016), komposisi sampah yaitu komponen fisik sampah

    pada umumnya dinyatakan dalam % berat atau % volume terhadap kelompok atau

    sejenisnya. Komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, tingkat

    ekonomi masyarakat, karakteristik perilaku masyarakat dan proses penanganan

    sampah di sumber sampah. Menurut SNI 19-3964-1994 tentang metode

  • 11

    pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan,

    komponen komposisi sampah terdiri atas sisa-sisa makanan, kertas karton, kayu,

    kain-tekstil, karet-kulit, plastik, logam besi-non besi, kaca dan lain-lain (misalnya

    tanah, pasir, popok, pembalut).

    Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi sampah yaitu (Damanhuri dan

    Padmi, 2010):

    1. Cuaca, daerah dengan kandungan air tinggi maka sampah akan memiliki

    kelembaban yang tinggi.

    2. Frekuensi pengumpulan, semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin

    tinggi tumpukan sampah. Sampah organik akan terdekomposisi dan sampah

    anorganik akan terakumulasi karena sulit terdegradasi.

    3. Musim, jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang

    berlangsung.

    4. Tingkat sosial ekonomi, daerah ekonomi tinggi umumnya akan menghasilkan

    sampah kaleng, kertas dan plastik.

    5. Pendapatan per kapita, masyarakat ekonomi rendah akan menghasilkan

    sampah yang homogen dibandingkan tingkat ekonomi yang lebih tinggi.

    6. Kemasan produk, negara berkembang banyak menggunakan plastik sebagai

    pengemas sedangkan negara maju menggunakan kertas sebagai pengemas.

    Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk menghitung berat komponen

    sampah (SNI 19-3964-1994):

    % =

    (2.6)

    II.6 Pengelolaan Sampah

    Menurut UU No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan

    sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan

    yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah

    bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan

    serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Mekanisme pengelolaan sampah

    meliputi kegiatan-kegiatan berikut:

  • 12

    1. Pengurangan sampah

    Yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen

    sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya), mengguna ulang sampah dari

    sumbernya dan/atau di tempat pengolahan, dan daur ulang sampah di

    sumbernya dan atau di tempat pengolahan. Kegiatan yang termasuk dalam

    pengurangan sampah ini adalah:

    a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah

    b. Mengembangkan teknologi bersih dan label produk

    c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau digunakan

    ulang

    d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang

    e. Mengembangkan kesadaran program daur ulang

    2. Penanganan sampah

    Yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilahan

    (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),

    pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS),

    pengangkutan (kegiatan memindahkan sampah dari sumber dan TPS),

    pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk, komposisi, karateristik dan jumlah

    sampah agar diproses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan

    pemprosesan aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan

    sebelumnya agar dapat dikembalikan ke media lingkungan.

    Pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga merupakan bagian dari

    sistem pengelolaan sampah. Sistem yang dilakukan dalam pengelolaan

    sampah di tingkat rumah tangga meliputi penanganan limbah dan pemisahan,

    penyimpanan, dan pengolahan di sumber. Pengolahan pada sumbernya dapat

    dilakukan setiap saat sebelum pengumpulan ke tempat pembuangan

    sementara.

    a. Penanganan dan pemisahan sampah pada sumbernya (on-site handling and

    separation), yang meliputi kegiatan pemisahan sampah rumah tangga yang

    dihasilkan. Kegiatan khusus yang terkait dengan penanganan sampah

    disumber timbulan sampah akan bervariasi tergantung pada jenis limbah

  • 13

    yang terpisah untuk pemakaian ulang dan daur ulang dan sejauh mana

    bahan-bahan tersebut dipisahkan dari timbulan sampah.

    b. Penyimpanan sampah pada sumbernya (on-site storage), yang meliputi

    kegiatan penyimpanan sampah dalam wadah yang telah disediakan.

    Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyimpanan sampah

    meliputi :

    - Efek dari penyimpanan pada komponen sampah.

    - Jenis wadah yang akan digunakan.

    - Lokasi wadah.

    - Kesehatan masyarakat dan estetika.

    c. Pengolahan sampah pada sumbernya (on-site processing), bertujuan untuk

    mengurangi volume dengan jalan memanfaatkan kembali sampah yang

    dihasilkan. Pengolahan sampah rumah tangga yang biasa dilakukan antara

    lain mengubah sampah menjadi kompos, pakan ternak, atau dibakar.

    Pengelolaan sampah yang baik dan layak bukan saja dapat meninggalkan

    kebersihan maupun estetika lingkungan, akan tetapi juga dapat

    meniadakan atau menghambat berkembang biaknya vektor berbagai

    penyakit menular yang dapat merugikan kesehatan masyarakat. Hal

    tersebut dikarenakan sampah dapat sebagai sumber makanan,

    sarang/tempat tinggal serta media yang baik untuk perkembangan

    kehidupan makhluk hidup.

    II.7 Pengolahan Sampah

    Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor

    03/PRT/M/2013, pengolahan sampah bertujuan untuk mengurangi volume

    sampah dan/atau mengurangi daya cemar yang akan disebabkan sampah. Proses

    pengolahan sampah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam proses, yaitu:

    1. Proses pengolahan sampah secara fisik merupakan proses awal dari proses

    pengolahan sampah. Berbagai jenis proses untuk pengolahan sampah secara

    fisik adalah:

    a. Proses pencacahan, untuk memperkecil ukuran partikel sampah dan

    memperluas bidang permukaan sentuh sampah. Pencacahan wajib

    dilakukan sebelum sampah diolah lebih lanjut dengan proses kimia,

  • 14

    termal, atau biologi, karena dengan berkurangnya ukuran partikel akan

    selalu meningkatkan kinerja proses lanjut yang akan dipilih.

    b. Proses pemilahan berdasarkan nilai massa jenis/densitas (secara

    gravitasi) untuk sampah plastik.

    c. Proses pemilahan berdasarkan nilai magnetik untuk sampah logam,

    dengan mengikat logam pada magnet berukuran besar, yang dapat berupa

    magnet permanen atau magnet tidak permanen (elektromagnetik).

    Dengan proses ini maka sampah logam yang bersifat ferromagnetic dan

    non-ferromagnetic dapat dipisahkan.

    2. Proses pengolahan sampah secara biologi, memanfaatkan mikroorganisme/

    bioproses untuk mengurangi sampah volume dan daya pencemar sampah.

    Pengolahan ini memiliki khas sistem kontrol yang lebih rumit dan waktu

    detensi yang panjang. Proses ini banyak dipilih karena dianggap lebih

    berwawasan lingkungan dan menimbulkan dampak lingkungan yang relatif

    lebih kecil. Proses pengolahan secara biologis terdiri dari:

    a. Proses aerobik, merupakan proses mengurangi volume dan daya

    pencemar sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam

    kondisi keberadaan oksigen.

    b. Proses anaerobik, merupakan proses mengurangi volume dan daya

    pencemar sampah dengan bantuan mikroorganisme aerobik dalam

    kondisi tanpa oksigen.

    3. Proses pengolahan sampah secara kimia termal, memiliki tujuan untuk

    mengurangi volume sampah dan daya pencemar sampah dengan tingkat

    oksidasi yang lebih tinggi ketimbang proses fisika dan proses biologi.

    Umumnya dilakukan proses pencacahan untuk meningkatkan proses

    pengolahan secara kimia termal. Berdasarkan tingkat oksidasinya, pengolahan

    secara termal terdiri dari:

    a. Proses pengeringan, untuk mengurangi volume dan daya cemar sampah

    melalui penguapan air yang terkandung dalam sampah. Proses ini

    berlangsung pada suhu 105-120 ºC dan waktu tinggal 1-2 jam. Proses ini

    akan menghasilkan sampah dengan volume yang telah menyusut (hingga

    80%). Sampah yang telah mengalami pengurangan volume tersebut,

  • 15

    mengalami peningkatan nilai kalor sampah dan penurunan kadar air serta

    dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif berbentuk padat

    seperti briket.

    b. Proses pirolisis, untuk mengurangi volume (hingga 70%) dan daya cemar

    sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang terkandung

    dalam sampah, tanpa kehadiran oksigen sebagai oksidator. Proses ini

    berlangsung pada suhu 200-550ºC dan waktu tinggal 0,5-2 jam.

    c. Proses gasifikasi, untuk mengurani volume (hingga mencapai 80%) dan

    daya cemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang

    terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen terbatas sebagai

    oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 700-1.000 ºC dan waktu

    tinggal 0,5-1 jam. Sebagai suatu proses oksidasi parsial (namun memiliki

    tingkat oksidasi lebih tinggi ketimbang proses pirolisis), maka proses ini

    akan menghasilkan senyawa berwujud gas yang memiliki nilai

    kalor/syngas (karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen).

    d. Proses insinerasi, untuk mengurangi volume (hingga 90%) dan daya

    pencemar sampah melalui penguapan air dan senyawa volatil yang

    terkandung dalam sampah, dengan kehadiran oksigen berlebih sebagai

    oksidator. Proses ini berlangsung pada suhu 700-1.200 ºC dan waktu

    tinggal 0,51 jam.

    II.7.1 Sampah Organik

    Sampah organik atau sampah basah atau sampah hayati adalah jenis

    sampah yang berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat

    hancur secara alami. Contohnya adalah sampah sisa dapur, daun-daunan, sayur-

    sayuran, buah-buahan, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput/ daun/ ranting dari

    kebun. Salah satu teknologi pengolahan sampah organik adalah diolah menjadi

    pupuk kompos. Menurut Sundari (2009), Kompos akan meningkatkan kesuburan

    tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah

    dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan

    kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.

    Spesifikasi kualitas kompos yang berasal dari sampah organik berdasarkan

    SNI 19-7030-2004 adalah sebagai berikut:

  • 16

    Tabel 2.3 Standar Kualitas Kompos

    No Parameter Satuan Minimum Maksimum

    1 Kadar Air % 50

    2 Temperatur Suhu air tanah

    3 Warna Kehitaman

    4 Bau Berbau tanah

    5 Ukuran Partikel Mm 0,55 25

    6 Kemampuan ikat air % 58

    7 pH 6,80 7,49

    8 Bahan Organik % 27 58

    9 Nitrogen % 0,40

    10 C/N rasio 10 20

    Sumber: SNI 19-7030-2004

    Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R 2019, beberapa teknologi pengomposan

    yang umum dilakukan di lapangan adalah:

    1. Sistem Bata Berongga

    Teknik komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik di dalam

    struktur boks bata berongga. Bata berongga berfungsi mengalirkan udara

    didalam timbunan sampah tersebut melalui pipa-pipa berpori. Konstruksi ini

    mengalirkan udara pada kompos melalui :

    Lubang-lubang di dinding

    Pipa-pipa vertikal dalam tumpukan.

    Sementara lubang antar pipa pada bagian dasar adalah sebagai saluran dari

    air dalam tumpukan sampah di dalam boks.

    2. Teknik Takakura Susun

    Metode komposting ini dilakukan dengan menimbun sampah organik

    kedalam keranjang berongga, (dapat terbuat dari plastik atau bambu). Ukuran

    keranjang takakura fleksibel. Bagian dasar keranjang berlubang sebagai cara

    untuk mengalirkan kelebihan air dari komposting

    3. Komposter Drum

    Teknik komposter menggunakan drum adalah composting yang dilakukan

    secara tertutup untuk mendapatkan kompos dan pupuk cair yang berasal dari

    lindi kompos. Berikut ini alur penggunaan komposter:

  • 17

    1. Rajang/cincang sampah organik hingga ukuran kecil 1 sampai 2 cm.

    2. Kemudian semprotkan cairan Biokaktifator (BOISCA) atau EM4 tepat

    mengenai sampahnya sambil diaduk agar tercampur merata.

    3. Masukkan rajangan sampah-sampah organik tersebut ke dalam tong/

    drum komposter.

    4. Pengisian sampah pada komposter ini bisa setiap saat dan berulang-ulang

    dalam sehari.

    5. Tutup komposter dengan rapat.

    Pada proses pertama kali, pupuk cair (lindi) yang keluar melalui kran plastik

    baru dapat dihasilkan setelah kurang lebih 2 minggu, kemudian setelah itu

    bisa diambil setiap hari. Lindi atau pupuk cair yang dihasilkan dari komposter

    dapat langsung dipergunakan caranya dengan menambah air biasa dengan

    perbandingan 1:5. Lindi dapat dipakai untuk semua jenis tanaman dan akan

    sangat efektif untuk menggemburkan tanah karena akan mengundang cacing

    II.7.2 Sampah Non-Organik

    Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2019), sampah non-organik adalah

    sampah yang sulit dan tidak bisa terurai secara alami, meliputi plastik, kaca, besi,

    sebagian jenis kertas dan lainnya. Berikut beberapa sampah non-organik yang

    dapat di daur ulang antara lain:

    1. Plastik

    Plastik yang dikumpulkan oleh pelaku usaha daur ulang dapat berupa alat-alat

    rumah tangga yang berbahan plastik seperti ember pecah, gayung, tempat

    makanan yang sudah tidak dipakai, kemasan dan lain sebagainya. Sampah

    plastik dapat dilelehkan menjadi biji plastik sebagai bahan dasar produk baru.

    2. Logam

    Logam yang dapat didaur ulang bisa berupa kaleng, potongan besi,

    alumunium, kuningan, tembaga, seng, dll. Sampah logam ini dapat dilelehkan

    menjadi bahan dasar produk baru.

    3. Kertas/kardus

    Sampah kertas atau kardus yang dapat didaur ulang ada bermacam-macam.

    Mulai kertas/kardus yang kecil dan tipis seperti kardus susu bubuk, kardus

  • 18

    tebal seperti duplex, hingga kertas HVS dan tetrapack. Sampah kertas dapat

    dihancurkan dan dibuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru.

    4. Kaca

    Sampah kaca yang dapat dikumpulkan untuk didaur ulang dapat berupa botol

    kaca, gelas kaca atau pun potongan-potongan kaca. Sampah kaca di tangan

    pendaur ulang dapat dihancurkan dan dilebur menjadi bahan bauk untuk

    produk baru.

    II.8 Proyeksi Penduduk

    Dalam memproyeksikan timbulan sampah, maka perlu mengetahui jumlah

    penduduk saat ini, memproyeksikan jumlah penduduk untuk masa yang akan

    datang dan timbulan sampah saat ini. Adapun metode pendekatan yang digunakan

    untuk proyeksi penduduk terdiri dari metode aritmatik, geometrik, dan least

    square (Pedoman Perhitungan Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja).

    a. Metode Aritmatik

    Metode ini digunakan apabila pertambahan penduduk relatif konstan tiap

    tahunnya.

    Pn = Po + Ka (Tn-To) (2.7)

    Dengan Ka =

    Dimana:

    Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n

    Po = jumlah penduduk awal

    Tn = tahun ke-n

    T0 = tahun dasar

    Ka = konstanta aritmatik

    P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke-1

    P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir

    T1 = tahun ke-1 yang diketahui

    T2 = tahun ke-2 yang diketahui

    r = angka pertambahan penduduk/tahun

  • 19

    b. Metode Geometrik

    Metode ini digunakan apabila tingkat pertambahan penduduk naik secara

    berganda atau berubah secara ekuivalen dari tahun sebelumnya.

    Pn = Po (1 + r)n (2.8)

    Dimana :

    Pn = jumalah penduduk pada tahun ke- n

    Po = jumlah penduduk awal

    n = periode perhitungan

    r = angka pertambahan penduduk/ tahun

    c. Metode Least Square

    Metode ini digunakan untuk garis regresi linier yaitu pertambahan penduduk

    masa lalu menggambarkan kecenderungan garis linier, meskipunpertambahan

    penduduk tidak selalu bertambah. Perhitungan proyeksi penduduk dengan

    metode least square dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Y = a + bx (2.9)

    Dimana :

    Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi

    a = konstanta

    b = koefisien arah regresi linier

    x = variabel independen

    a = ( )( ) ( )( )

    ( ( ) )

    b = ( ) ( )( )

    ( ( ) )

    Untuk menentukan metode proyeksi penduduk yang akan digunakan, diperlukan

    perhitungan standar deviasi tiap metode proyeksi. Persamaan standar deviasi

    adalah sebagai berikut:

    SD = √ ( )

    (2.9)

    Dimana:

    SD = Standar deviasi

    Xi = Variabel independen (jumlah penduduk)

    X = Rata-rata

  • 20

    n = Jumlah data

    II.9 Perencanaan TPS 3R

    Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2019), Keberhasilan penyelenggaraan TPS

    3R berbasis masyarakat tergantung kepada hal pemilihan lokasi yang harus

    memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

    a. Kriteria utama:

    Lahan TPS berada dalam batas administrasi yang sama dengan area

    pelayanan TPS 3R berbasis masyarakat.

    Status pemilikan lahan milik pemerintahan dibuktikan dengan akte/surat

    pernyataan hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R

    berbasis masyarakat.

    Ukuran minimal lahan yang disediakan 200 m2.

    Penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah pelayanan.

    b. Kriteria pendukung:

    Berada dalam wilayah pemukiman penduduk, bebas banjir, ada akses

    jalan masuk, dan sebaiknya tidak terlalu jauh dengan jalan raya.

    Cakupan pelayanan minimal 200 KK atau minimal mengolah sampai 3

    m3/hari.

    Masyarakat bersedia membayar iuran pengolahan sampah.

    Sudah memiliki kelompok aktif di masyarakat seperti PKK, kelompok

    atau forum kepedulian terhadap lingkungan, karang taruna, remaja

    masjid, klub jantung sehat, klub manula, pengelola kebersihan/sampah,

    atau KSM yang sudah terbentuk.

    II.9.1 Karakteristik TPS 3R

    Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2019) karakteristik TPS 3R

    berkapasitas minimal 200 KK, dengan luas lahan 200 m2 terdiri dari:

    1. Gapura/prasasti yang memuat logo Pemerintah Kabupaten/Kota dan

    Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

    2. Bangunan (hangar) beratap

    3. Kantor.

    4. Wadah sampah terpilah untuk di sumber.

  • 21

    5. Unit pemilahan sampah tercampur.

    6. Unit pengolahan sampah organik.

    7. Unit pengolahan/penampungan sampah anorganik/daur ulang.

    8. Unit pengolahan/penampungan sampah residu.

    9. Gudang/container penyimpanan kompos padat/cair.

    10. Sampah masuk dalam TPS 3R dapat tercampur atau lebih baik sudah dipilah.

    Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R (2017), tahapan yang dilakukan untuk

    perencanaan desain bangunan TPS 3R, yaitu :

    1. Hasil perhitungan luasan masing-masing area (pemilahan, pengomposan,

    mesin, gudang, dll);

    2. Hasil dari kesepakatan masyarakat tentang rencana pilihan teknologi yang

    akan diterapkan (menyangkut luasan area komposting, tempat residu, lapak,

    dll);

    3. Hasil kesepakatan untuk posisi masing-masing ruangan dalam bangunan TPS

    3R (pemilahan, penggilingan, mesin, komposting, dll);

    4. Desain arsitektural bangunan TPS3R disesuaikan dengan desain arsitektur

    tradisional setempat;

    5. Menentukan spesifikasi mesin pencacah, pengayak dan motor angkut. Berikut

    ini cara menghitung Luas Area di setiap area:

    Luas area = (

    )

    (

    ) (2.10)

    Adapun contoh denah TPS 3R dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut:

    Gambar 2.4 Contoh denah TPS 3R

    Sumber : Petunjuk Teknis TPS 3R (2017)

  • 22

    II.9.2 Fasilitas TPS 3R

    Petunjuk Teknis TPS 3R (2017), selain bangunan TPS 3R, dalam

    pengolahan sampah 3R skala kawasan diperlukan juga peralatan pengolah sampah

    3R yang digunakan untuk membantu proses pengolahan sampah. Berikut

    peralatan pengolah sampah 3R antara lain :

    1. Wadah atau tempat untuk sampah terpilah di rumah tangga, berupa plastik

    sampah, tong/bin sampah yang merupakan tanggung jawab dari warga;

    2. Peralatan untuk pengumpulan dan pengangkutan sampah, berupa gerobak

    sampah, becak sampah, becak motor, kendaraan roda 3 (baik yang

    menggunakan bahan bakar minyak ataupun yang menggunakan listrik)

    dilengkapi bak sampah yang sudah disekat untuk memilah sampah;

    3. Peralatan pengomposan sampah, berupa mesin pencacah sampah organik

    (bertenaga listrik), mesin pengayak/penyaring sampah, starter mikroba, dan

    sebagainya;

    4. Peralatan untuk mengolah sampah anorganik (merupakan tahap

    pengembangan);

    5. Peralatan peraga untuk kampanye/sosialisasi berupa stiker, poster, leaflet, dan

    sebagainya;

    6. Peralatan pendukung untuk petugas di TPS 3R, seperti cangkul, sapu lidi,

    seragam, sarung tangan, masker, sepatu boot dan sebagainya.