BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah Kata pengelolaan adalah proses atau cara mengolah, sedangkan sampah adalah benda yang berbentuk padat dari bahan basah (organik) maupun kering (an-organik) yang sudah tidak terpakai lagi. Pengelolaan sampah juga dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak awal ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Pengolahan sampah dapat melalui beberapa kegiatan diantaranya yaitu pengumpulan, pengangkutan, pemerosesan, pendaur ulangan, atau pembuagan dari material sampah (TPST-3R Kertalangu, 2014). Material sampah yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan manusia dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan, lingkungan, dan keindahan. Pengolahan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung dari tipe zat sampah, dan tanah yang digunakan untuk mengolah sampah serta ketersediaan area tempat pengolahan. Pengolahan sampah merupakan proses dengan dua tujuan yaitu proses mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengubah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup (Subarna, 2014).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sampah

Kata pengelolaan adalah proses atau cara mengolah, sedangkan sampah adalah

benda yang berbentuk padat dari bahan basah (organik) maupun kering (an-organik) yang

sudah tidak terpakai lagi. Pengelolaan sampah juga dapat diartikan sebagai seluruh

kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak awal ditimbulkan sampai dengan

pembuangan akhir. Pengolahan sampah dapat melalui beberapa kegiatan diantaranya yaitu

pengumpulan, pengangkutan, pemerosesan, pendaur ulangan, atau pembuagan dari

material sampah (TPST-3R Kertalangu, 2014).

Material sampah yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan manusia dan biasanya

dikelola untuk mengurangi dampak terhadap kesehatan, lingkungan, dan keindahan.

Pengolahan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Metode

pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung dari tipe zat sampah, dan tanah yang

digunakan untuk mengolah sampah serta ketersediaan area tempat pengolahan. Pengolahan

sampah merupakan proses dengan dua tujuan yaitu proses mengubah sampah menjadi

material yang memiliki nilai ekonomis atau mengubah sampah agar menjadi material yang

tidak membahayakan bagi lingkungan hidup (Subarna, 2014).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

9

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda

atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus

dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menganggu kelangsungan hidup. Sampah

merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Secara

umum jenis sampah dapat dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan an-organik.

Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makluk hidup seperti daun-daunan dan

sampah dapur dan sampah jenis ini dapat membusuk atau hancur secara alami sedangkan

sampah kering (an-organik) seperti kertas, plastik, dan kaleng sulit untuk dapat

terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami.

Menurut Subarna (2014) sampah secara spesifik dibagi menjadi duabelas

karakteristik yaitu sebagai berikut :

1. Garbage

Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran

dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk,

lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

2. Rubbish

Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang

berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak

termasuk garbage.

3. Ashes (Abu)

Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik dirumah,

dikantor, dan industri.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

10

4. Street Sweeping (Sampah Jalanan)

Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik

dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas,

dan dedaunan.

5. Dead Animal (Bangkai Binatang)

Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam,

penyakit atau kecelakaan.

6. Houshold Refuse (Sampah Rumah Tangga)

Houshhold Refuse (Sampah Rumah Tangga) yaitu sampah yang terdiri dari Rubbish,

garbage, ashes, yang berasal dari perumahan.

7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan)

Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truck, kreta

api dan alat transportasi lainnya yang sudah tidak dapat digunakan kembali.

8. Industry Waste (Limbah Industri)

Industry Waste (Limbah Industri) yaitu terdiri dari sampah padat yang berasal dari

industry-industri pengolahan hasil bumi.

9. Demolition Wastes (Limbah Pembongkaran)

Demolition Wastes (Limbah Pembongkaran) yaitu sampah yang berasal dari

pembongkaran gedung.

10. Construction Waste (Limbah Konstruksi)

Construction Waste (Limbah Konstruksi) yaitu sampah yang berasal dari sisa

pembangunan, perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

11

11. Sewage Solid (Limbah Padat)

Sewage Solid (Limbah Padat) terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organic

hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.

12. Specific Trash (Sampah Khusus)

Specific Trash (Sampah Khusus) yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus

misalnya kaleng-kaleng cat, zat radioaktif.

Dari berbagai kriteria sampah yang telah diuraikan diatas, tentunya sampah terlebih

dahulu akan melalui beberapa proses dan sistem pengolahan sampah. Proses pengolahan

sampah penting dilakukan agar dapat memanfaatkan kembali sampah sebagai produk jadi

atau sebagai bahan produksi sehingga menghasilkan nilai ekonomis. Pengolahan sampah

juga bermanfaat untuk mengurangi dampak buruk yang dihasilkan dari sampah terhadap

kesehatan lingkungan.

Menurut Subarna (2014) sistem pengelolaan sampah dibagi menjadi lima metode

yaitu sebagai berikut :

1. Metode Daur Ulang

Metode daur ulang merupakan suatu proses pengambilan kembali barang yang

masih memiliki nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan untuk digunakan kembali

sebagaimana yang diinginkan oleh pengolahnya. Umumnya metode daur ulang ini

digunakan untuk mengambil bahan baku dari sampah untuk diproses kembali atau

mengambil kalori dari bahan-bahan yang masih berfungsi dari sampah tersebut dan

bermanfaat untuk proses produksi produk baru lainnya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

12

2. Metode Pengolahan Kembali Secara Fisik

Metode pengolahan kembali secara fisik sebenarnya memiliki spesifikasi yang

sama dengan metode daur ulang namun yang berbeda yaitu metode pengolahannya.

Metode pengolahan sampah kembali secara fisik hanya melakukan kegiatan

pembersihan ataupun memanfaatkan kembali sampah tersebut sebagaimana fungsinya

sebelumnya.

3. Metode Pengolahan Biologis

Metode pengolahan biologis yang dimaksud yaitu pengolahan sampah dilakukan

secara alamiah dan umunya dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat pupuk

kompos atau mengambil zat-zat yang terkandung dalam sampah tersebut sebagai energi

alternatif pembangkit listrik ataupun pengganti energi pokok rumah tangga. Sampah

yang dapat dimanfaatkan hanya sampah dengan jenis organik dan sampah non-organik

yang tidak dapat dimanfaatkan dengan metode daur ulang maupun berbagai

pengolahan kembali secara fisik, dapat menggunakan sistem penimbunan secara alami

dengan media tanah dan menunggu waktu untuk dapat terurai.

4. Metode Pemulihan Energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan

cara menjadikannya bahan bakar atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya

menjadi bahan bakar tipe lain dan daur ulang melalui cara perlaukan panas. Pirolisa

dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan ketika sampah

dipanaskan pada suhu yang tinggi. Keadaan pengolahan yang memiliki kadar oksigen

yang rendah maka pirolisa dari sampah padat akan mengubah sampah menjadi produk

berzat padat, gas dan cair. Zat cair dan gas yang dihasilkan dari sampah dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

13

dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan

menjadi produk lain dan padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk

seperti karbon aktif. Penggunaan gasifikasi busur plasma yang canggih dapat

memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah menjadi konversi material organik

langsung menjadi gas sintetis yang dibakar dan akan menghasilkan listrik maupun

energi uap.

5. Metode Penghindaran dan Pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengolahan sampah adalah pencegahan zat

sampah terbentuk atau dikenal juga dengan pengurangan sampah. Kegiatan

pengurangan sampah meliputi penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki

barang yang rusak, mendesain produk agar dapat diisi ulang atau digunakan kembali

dan mendesain produk menggunakan bahan yang lebih sedikit dengan fungi yang sama.

Secara skematik, sistem pengolahan sampah dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sistem Pengolahan Sampah

Sumber : Subarna (2014)

2.2 Konsep Dasar Pengelolaan Sampah Terpadu 3R Desa Kesiman Kertalangu

Tumpukan

Sampah

Proses

Pemilahan/

Pengambilan

barang yang

dapat digunakan

kembali

Proses

pengolahan /

Pemanfaatan

kembali dengan

metode yang

dibutuhkan

Produk jadi

bernilai

ekonomis

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

14

Pengolahan sampah terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan

pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat,

direncanakan, dilaksankanan, dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Dalam

pengertian ini pemeran utama dalam pengelolaan sampah adalah masyakat dan bukan

pemerintah maupun lembaga lainnya seperti LSM dan lain-lain. Pemerintah dan lembaga

lainnya hanyalah berperan sebagai fasilitator maupun motivator (Subarna, 2014).

Fungsi fasilitator adalah memfasilitasi masyarakat untuk mencapai pengelolaan

sampah secara baik dan berkesinambungan sedangkan fungsi motivator adalah

memberikan dorongan agar masyarakat siap memikirkan serta aktif mencari solusi

terhadap permasalahan sampah dilingkungannya. Jika masyarakat dalam kegiatan

penerapan program belum mampu melaksanakan semua sistem secara berkesinambungan,

maka tugas fasilitator adalah mengupayakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam program yang direncankan salah satu caranya yaitu dengan

cara penyuluhan , demonstrasi maupun pelatihan dan pembinaan kader dilingkungan

tersebut. Berikut penerapan sistem 3R yang dilakukan di TPST-3R Desa Kesiman

Kertalangu Denpasar :

1. Reduce (Mengurangi/Pembatasan)

Reduce (mengurangi/pembatas) sampah merupakan kegiatan mengurangi sesuatu

yang mengakibatkan sampah, kegiatan awal yang dilakukan untuk meminimalisir

jumlah volume sampah yang ditimbulkan yaitu dengan mengatasi sampah dari

sumbernya seperti sampah dari pemukiman penduduk, tempat umum, tempat

perdagangan, industri, dan pertanian. TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar

melakukan serangkaian kegiatan untuk dapat mengolah sampah yang dihasilkan dari

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

15

sumbernya sebagai produk yang dapat bermanfaat kembali bagi lingkungan. Kegiatan

mengurangi timbulnya sampah dari sumbernya dilakukan dengan kegiatan penyuluhan,

demonstrasi pelatihan bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan kembali sampah

dan menginformasikan bagaimana teknik pengelolaan sampah.

2. Reuse (Menggunakan Kembali)

Reuse (menggunakan kembali) sampah merupakan kegitan memanfaatkan sampah

yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau bermanfaat sebagai bahan

baku pembuatan produk jadi lainnya. TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar

terlebih dahulu melakukan proses pemilahan agar dapat mengambil sampah-sampah

yang dapat digunakan seperti mebedakan sampah organik dan non-organik. Sampah

organik akan dimanfaatkan sebagai pengasil gas metana maupun pupuk kompos

sedangkan sampah non-organik akan diberikan perlakuan khusus untuk dapat

digunakan kembali.

3. Recycle (Mengolah Kembali)

Recycle (mengolah kembali) merupakan kegiatan mendaur ulang sampah menjadi

produk baru yang lebih bermanfaat. Sampah organik akan melalui beberapa proses daur

ulang seperti pencacahan, pengumpulan pada block cell, pengeringan dan

dimanfaatkan sebagai penghasil gas metana maupun pupuk kompos sedangkan sampah

non-organik tidak dapat didaur ulang langsung di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu

Denpasar karena keterbatasan sarana dan prasarana dilokasi sehingga sampah non-

organik dijual ke pengepul sampah non-organik dan membawa sampah berbahaya

lainya untuk diolah ke tempat pengolahan yang tepat dan dapat dimanfaatkan dengan

baik.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

16

Kegiatan yang dilakukan oleh TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar untuk

mengolah sampah warga Desa Kesiman Kertalangu dibagi menjadi Sembilan kegiatan

diantaranya yaitu :

1. Proses Pengangkutan

Tahap pengangkutan ini dilakukan oleh Supir pengangkut sampah dari Desa

Kesiman Kertalangu Denpasar dengan Dump Truck bantuan dari Dinas Kebersihan dan

Pertamanan Kota Denpasar dan 2 Truck Disel pengangkut sampah lainnya untuk

mengangkut sampah warga. Sampah yang sudah diangkut selanjutnya akan dibawa ke

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar untuk

dilakukan pemerosesan selanjutnya.

2. Proses Pembongkaran Sampah

Tahap pembongkaran sampah ini dilakukan di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu

Denpasar dengan menurunkan sampah warga yang sudah diangkut menggunakan

transportasi pengangkut sampah kemudian ditumpahkan di area zona pemilahan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

17

3. Proses Pemilahan Sampah

Tahap pemilahan sampah dilakukan menggunakan tenaga pemilah sampah manual

dengan memanfaatkan tenaga kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar

untuk memilahkan sampah di zona pemilahan. Terdapat 10 orang pekerja khusus untuk

menangani proses pemilahan sampah. Proses pemilahan ini dilakukan dengan

mengklasifikasikan sampah sesuai kriteria yang ada. Terdapat beberapa kriteria

klasifikasi sampah yaitu limbah plastik, limbah organik, limbah kertas, limbah B3 , dan

limbah logam besi.

Setelah proses pemilahan terlaksana, sampah-sampah yang sudah ditampung sesuai

kriteria akan dilakukan pemerosesan selanjutnya. Limbah non-organik yang dihasilkan

melalui proses pemilahan akan dijual ke bank sampah yang ada di Kecamatan Denpasar

Timur dan limbah B3 akan diolah khusus dengan dibawa ke Rumah Sakit Umum

Sanglah untuk dilakukan proses lebih lanjut. Sedangkan limbah organik akan dibagi

kembali menjadi 2 klasifikasi yaitu limbah daun dan limbah sisa makanan atau biasa

dikatakan limbah organik campuran.

4. Proses Pemindahan sampah Organik ke Block Cell

Tahap pemindahan ini dilakukan dengan mengangkut sampah organik ke dalam

block cell . Block cell yang dimaksud adalah sejenis kolam berbentuk persegi panjang

dengan ukuran 4x6x2 meter yang sudah diplester dengan semen dan dicat dengan cat

tahan air. Sampah sisa makanan atau sampah campuran akan dimasukkan kedalam

Block Cell 1 dan Sampah daun akan diletakkan di Block Cell 2.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

18

5. Tahap Pemerosesan di Block Cell 1 dan Block Cell 2

Tahap pemerosesan ini terlebih dahulu menggunakan seperangkat alat dan desain

khusus untuk dapat menghasilkan gas metana dari timbunan sampah. Terlebih dahulu

block cell akan ditanamkan 2 buah pipa PPC berdiameter 10 cm untuk dapat

menyalurkan gas metana ke kompor. Pipa tersebut didesain dengan lubang-lubang

kecil pada bagian bawah pipa agar gas metana dapat masuk ke dalam pipa dan dapat

disalurkan . Bagian dasar block cell terdapat juga pipa untuk menyalurkan air lindi atau

air yang dihasilkan dari timbunan sampah ke dalam bak atau sumur penampungan air

lindi.

Proses pengelolaan sampah organik dilakukan dengan mengumpulkan sampah

organik dari sisa makanan atau sampah campuran yang kemudian dicacah terlebih

dahulu dan ditumpuk sampai ketinggian 2 meter. Timbunan sampah yang ada di block

cell ini akan ditimbun kembali dengan tanah hingga mencapai ketebalan 20 cm untuk

mempercepat proses sampah dapat mengeluarkan gas. Setiap harinya timbunan sampah

di block cell ini akan disiram sebanyak 2 kali pagi dan sore hari, hal ini dilakukan agar

sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan gas. Setelah sampah ditutup hingga

kurang lebih 3-4 bulan , sampah yang ada di block cell 1 akan di bongkar kembali

karena sudah tidak efektif lagi menghasilkan gas metana.

Tahap pemerosesan pada block cell 2 dilakukan dengan memanfaatkan sampah

daun yang dihasilkan dari proses pemilahan setiap harinya. Pada block cell 2 terdapat

sistem perpipan yang sama pada block cell 1 namun perbedaanya hanya terletak pada

proses pemanasan. Proses pemansaan pada block cell 2 hanya menggunakan sinar

matahari langsung.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

19

6. Proses Komposting

Proses komposting dilakukan dengan terlebih dahulu mencacah sampah dari

bongkaran block cell dan mendiamkan sampah tersebut selama 10 hari. Dalam proses

mendiamkan sampah akan diselingi proses membulak-balikan sampah dan menyiram

sampah dengan air. Setalah kompos matang, kompos akan disaring dan dilakukan

proses pengemasan dengan memanfaatkan karung beras bekas untuk mengemas

kompos sehingga kompos siap digunakan dan diedarkan.

7. Proses Pemanfaatan Air Lindi dari Timbunan Sampah

Air lindi dari timbunan sampah ini terlebih dahulu akan melalui beberapa proses

untuk dapat di manfaatkan menjadi pupuk cair. Tahap pemerosesan ini dilakukan

dengan terlebih dahulu mencampur air lindi dengan air dan air gula merah. Komposisi

pencampuran ini yaitu 1 liter air lindi akan dicampur dengan 10 liter air dan 10 liter air

gula merah yang kemudian difermentasi selama 2 minggu. Setelah selesai difermentasi

air lindi tersebut tidak langsung dapat digunakan namun harus mencampur kembali

dengan air. Komposisi pencampuran tersebut yaitu 1 liter air lindi yang sudah

difermentasi dicampurkan dengan 10 liter air.

8. Proses Pelestarian Lingkungan

Tahap pelestarian lingkungan dilakukan dengan sistem tumpang sari dimana

Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar

menanam lebih kurang sebelas macam sayuran dan memelihara sekitar 2.000 ekor ikan

lele , dan 3 ekor kelinci. Untuk memberi makan ikan lele biasanya tenaga kerja yang

ada di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar mengumpulkan ulat belatung dari

timbunan sampah warga yang sedang dipilah dan dari block cell 2 untuk memberi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

20

makan ikan lele. Sayuran yang tumbuh subur di kebun TPST-3R Desa Kesiman

Kertalangu Denpasar dipetik untuk dijual dan sebagaian digunakan untuk memberi

makan kelinci. Pupuk kompos dan pupuk yang dihasilkan dari sampah digunakan

kembali untuk menyiram tanaman agar menjadi subur. Hasil dari panen tanaman

biasanya dijual ke masyarakat yang datang untuk membeli sayuran dan uang yang

dihasilkan akan digunakan untuk biaya perawatan kebun TPST-3R Desa Kesiman

Kertalangu Denpasar.

9. Proses Pemasaran Gas Metana

Proses pemasaran gas metana distribusikan secara gratis oleh Dinas Kebersihan dan

Pertamana Kota Denpasar kepada masyarakat sekitar TPST-3R Desa Kesiman

Kertalangu Denpasar. Gas metana yang didistribusikan secara gratis ini menggunakan

beberapa desain sarana dan prasarana secara khusus untuk menyalurkan gas metana

agar dapat digunakan dengan mudah pada kompor-kompor milik warga. Penyaluran

gas metana ke masyarakat dilakukan melalui pipa-pipa PPC yang ditanam dibawah

tanah yang sebelumnya gas tersebut sudah melalui beberapa proses pemurnian agar gas

yang diterima merupakan gas metana dengan kualitas baik.

2.3 Gas Metana

Metana adalah gas yang molekulnya tersusun dari satu atom karbon dan empat

atom hidrogen. Metana merupakan gas rumah kaca yang dihasilkan dari proses penguraian

bahan organic oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa udara). Metana

terdapat secara alami dan merupakan unsur utama biogas dan gas bumi. Metana adalah gas

rumah kaca lain yang terdapat secra alami. Metana dihasilkan ketika jenis-jenis

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

21

mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organic pada kondisi tanpa udara

(Badrussalam, 2008).

Gas metana ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomasa.

Metana mudah terbakar dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.

Secara ilmiah, gas yang mampu dihasilkan dari hasil pengolahan sampah organic ini

merupakan gas yang mudah terbakar (Flammable), sebagai hasil dari proses fermetasi oleh

bakteri anaerob, yaitu bakteri yang mampu hidup dalam ruangan kedap udara / kondisi

tanpa udara. Pada umumnya, semua jenis bahan organic dapat menhasilkan biogas, melalui

proses anaerob ini. Namun, hanya bahan organic homegen, dalam bentuk padat atau cair

(Badrussalam, 2008)

Apabila sampah organik itu mengalami pembusukan maka akan menghasilkan gas

yang disebut dengan metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Dari kedua bahan yang

dihasilkan itu, hanya metana saja yang dapat dimanfaatkan untuk energy atau bahan bakar.

Dari hasil pengolohan sampah organic didalam sebuah reactor (alat pengolah) pada

umumnya akan mengalamin perbedaan presentase. Presentase komposisi gas yang hasilkan

oleh sebuah reactor biogas dapat dilihat dalam table berikut ini :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

22

No. Komponen Persentase (%)

1. Metana (CH4) 55 – 75

2. Karbon dioksida (CO2) 25 – 45

3. Hidrogen (H2) 1 – 5

4. Nitrogen (N2) 0 – 0,3

5. Oksigen (O2) 0,1 - 0,5

6. Hidrogen Sulfida (H2S) 0 – 3

Tabel 2.1 Persentase Komposisi Komponen Gas yang Dihasilkan Dari Sebuah Reaktor

Biogas

Sumber : Badrussalam (2008)

Proses pemanfaatan gas metana dari timbunan sampah ini dilaksanakan oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Denpasar yang berlokasi pada TPST-3R di Desa

Kesiman Kertalangu Denpasar. TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu Denpasar merupakan

tempat pembuangan sampah sementara sekaligus tempat pemerosesan dan pemanfaatan

sampah menjadi produk yang dapat digunakan dan bermanfaat bagi lingkungan. Sampah

yang bersifat organik akan diproses menjadi pupuk kompos, pupuk cair, dan

memanfaatkannya sebagai penghasil gas metana sedangkan sampah non-organik

dimanfaatakan menjadi lapak bernilai jual tinggi dengan menjualnya ke bank sampah

maupun kepengepul barang bekas lainnya.

Proses pemanfaatan timbunan sampah di TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu

Denpasar dapat digambarkan dalam skema berikut ini :

SAMPAH PROSES DALAM BLOCK CELL

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

23

Gambar 2.2 Proses Pemanfaatan Gas Metana

Sumber : Selayang Pandang TPST-3R Desa Kesiman Kertalangu 2014

Skema dari proses pemanfaatan gas metana yang dilakukan di TPST-3R Desa

Kesiman Kertalangu Denpasar secara singkat dijelaskan sebagai berikut : (1) sampah dari

warga Desa Kesiman Kertalangu Denpasar dikumpulkan pada zona pemilahan; (2) proses

pemilahan dilakukan dengan memisahkan sampah organik menjadi dua katagori yaitu

sampah daun dan sampah campuran sedangkan sampah non-organik akan dibagi menjadi

lima kategori menurut jenisnya; (3) sampah organik daun yang telah dipisah akan dicacah

sebelum di masukan pada block cell sedangkan sampah organik campuran langsung

dimasukan tanpa melalui proses pencacahan; (4) sampah organik campuran pada block cell

akan ditimbun dengan tanah setebal 20 cm; (5) gas yang dihasilkan dari proses pembusukan

pada block cell terlebih dahulu dimurnikan dan disalurkan menggunakan sistem perpipaan.

PROSES PEMILAHAN

SAMPAH ORGANIK GAS DIMURNIKAN DAN

DISALURKAN

DITIMBUN DENGAN TANAH

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

24

2.4 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah ikutsertanya seluruh anggota masyarakat dalam

memecahkan permasalahan-permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Dalam hal ini,

masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi program-program tersebut (Notoatmodjo, 2007). Partisipasi masyarakat

seringkali dianggap sebagai bagian yang tidak terlepas dalam upaya pemberdayaan

masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masayarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah, pengidentifikasian, pemilihan dan pengambilan keputusan

alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga

keterlibatan dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Keikutsertaan masyarakat

dalam berbagai tahap perubahan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan

dapat memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan (Rukminto, 2008). Dalam

partisipasi masyarakat keikutsertaan masyarakat dalam suatu program maupun suatu

kegiatan dapat dilihat dari kontribusi atau yang umumunya disebut sebuah dukungan dan

sumbangan. Dukungan dan sumbangan dari masyarakat tersebut tidak hanya terbatas pada

tenaga maupun sumbangan dana akan tetapi mencakup banyak aspek seperti daya (tenaga)

dan ide (pemikiran).

Notoatmodjo (2007) mengemukakan partisipasi masyarakat dapat diwujudkan

didalam empat macam kontribusi yaitu sebgai berikut :

1. Manpower (Tenaga)

Kontribusi masyarakat dalam pelaksanaan program salah satunya yang terpenting

yaitu tenaga. Tenaga yang dimaksud adalah siapa yang melaksnaakan program tersebut

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

25

baik jumlah (kuantitas) yang terlibat maupun kemampuan (kualitas) dari orang yang

terlibat. Dalam melaksanakan program, jika sumber daya manusia yang terlibat

mencukupi dan memiliki keahlian yang memadai maka akan berpengaruh terhadap

pelaksanaan dan tingkat keberhasilan program tersebut.

2. Money (Uang)

Money atau uang merupakan sesuatu yang umunya menjadi penghambat dari

pelaksanaan suatu program dan salah satu penentu dalam keberhasilan program. Dalam

pelaksanaan program, jika kontribusi dana yang dibutuhkan tercukupi maka umunya

program atau kegiatan akan berjalan lebih mudah, namun jika dana tidak tercukupi

maka hambatan pelaksanaan program akan muncul.

3. Material (Benda-benda)

Kontribusi dalam material atau benda-benda yang dimaksud adalah berupa alat dan

bahan serta fasilitas-faislitas pendukung lainnya terhadap pelaksanaan program. Hal

tersebut penting dalam menunjang keberlangsungan dari kegiatan program seperti

mesin, alat bagunanan dan bahan-bahan yang dibutuhkan dan digunakan dalam

kegiatan pelaksanaan program.

4. Mind (Ide/gagasan)

Bagian terpenting dalam perencanaan dan pelaksanaan program adalah kontribusi

dalam hal pemberian ide maupun gagasan. Ide dan gagasan yang disumbangkan oleh

masyarakat dapat membantu dalam kesinambungan program. Tanggapan dan masukan

serta gagasan dari masyarakat nantinya dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan,

perbaikan kesalahan program dan meningkatkan kualitas program.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

26

Secara skematik, macam-macam kontribusi digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Macam-Macam Kontribusi

Sumber : Disesuaikan dari gambar macam-macam kontribusi oleh Notoadtmodjo (2007)

2.5 Persepsi Masyarakat

Proses pembentukan persepsi biasanya terjadi akibat beberapa faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk memberikan makna dari suatu obyek pengamatan yang

dirasakannya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa dorongan dari pikiran maupun

rangsangan dalam diri seseorang tersebut. Faktor luar yang biasanya memperngaruhi

seseorang terhadap suatu obyek yaitu lingkungannya, dimana lingkungan akan mendorong

seseorang untuk merasakan obyek tersebut. Sebagai salah satu contoh faktor luar yang

mempengaruhi persepsi yaitu jika obyek pengamatan tersebut masuk kedalam lingkungan

seseorang dan menimbulkan keuntungan serta tidak menganggu lingkungannya maka

seseorang tersebut akan nyaman dengan kondisi tersebut maupun sebaliknya (Hasymi,

1995).

Manpower

Money

Material

Mind

Pelaksanaan

Kegiatan

Program

Status Keberhasilan Program

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

27

Dari pengalaman yang dirasakan dalam diri seseorang maupun yang masuk dalam

lingkungannya akan timbul pendapat-pendapat yang menggambarkan perasaan yang

dirasakan seseorang tersebut. Perasaan yang timbul akibat dari efek obyek dan

dikemukakan maupun diungkapkan seseorang tersebutlah yang biasanya dikatakan sebagai

suatu persepsi seseorang terhadap suatu obyek. Persepsi juga dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan seorang untuk mengorganisir suatu pengamatan. Kemampuan tersebuat antara

lain yaitu kemampuan membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan

kemampuan untuk memfokuskan suatu obyek yang dilihat maupun dirasakan oleh

seseorang pada suatu kondisi tertentu. Kemampuan seseorang terhadap suatu pengamatan

ini dapat saja memiliki pendapat berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.

Persepsi merupakan proses dimana individu memilih, mengorganisasikan serta

mengartikan stimulus yang diterima melalui inderanya menjadi suatu makna. Menurut

Damayanti (2000) dalam Fauzi (2009), proses pembentukan persepsi dapat digambarkan

dalam suatu skema pembentukan persepsi dibawah ini :

Proses

Pengorganisasian Seleksi Input Rangsangan /

Sensasi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

28

Gambar 2.4 Skema Pembentukan Persepsi

Sumber : Damayanti (2000) dalam Fauzi (2009)

Skema proses pembentukan persepsi diatas dihasilkan dari beberapa factor-faktor

baik dari dalam diri individu maupun dari luar individu. Faktor-faktor tersebut dapat

diuraikan secara singkat sebagai berikut :

A. Faktor Internal (faktor yang timbul dalam diri individu)

1. Rangsangan atau sensasi

Persepsi seseorang terhadap suatu obyek pengamatan dapat timbul dimulai

dengan rangsangan dari sumber pancaindra. Rangsangan-rangsangan tersebut akan

menghantarkan stimulus-stimulus ke otak untuk memberikan arti dan

menyimpulkan suatu makna terhadap proses pengindraan individu terhadap suatu

obyek tersebut. Stimulus-stimulus yang sudah disimpulkan sebagai suatu makna

akan menghasilkan sensasi-sensasi yang mengakibatkan seseorang merasakan

suatu reaksi.

2. Seleksi Input

Interpretasi

Proses Belajar Pengalaman

Lingkungan

PERSEPSI

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

29

Reaksi yang timbul dari sensasi-sensasi yang dihantarkan melalui stimulus-

stimulus akan diseleksi kembali oleh otak menjadi suatu keluraan. Keluaran yang

dihasilkan oleh otak akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu

obyek. Keluaran yang dihasilkan tersebut biasanya akan timbul sebagai beberapa

makna yang menunjukan keadaan individu yang dihadapkan oleh sebuah obyek

pengamatan.

3. Proses Pengorganisasian

Beberapa makna yang timbul terhadap suatu obyek pengamatan yang

dirasakan oleh individu akan dikumpulkan menjadi beberapa kelompok.

Pengumpulan dan pengelompokkan tersebut bertujuan mempermudah daya respon

tubuh terhadap suatu rangsangan dari seleksi input yang sudah disimpulkan sebagai

makna. Makna yang timbul dari suatu obyek dari proses pengorganisasian ini

merupakan kesimpulan akhir terhadap suatu obyek yang dirasakan melalui panca

indra individu (Hasymi, 1995).

4. Interpretasi

Interpretasi merupakan salah satu respon berupa ungkapan lisan maupun tulis

yang dikemukakan individu terhadap suatu obyek pengamatan yang dirasaknnya.

Ungkapan-ungkapan itu dapat timbul dan mewakili seseorang untuk

menyampaikan suatu pengalaman yang diraskaan individu ketika merasakan

sebuah efek yang diakibatkan oleh obyek tersebut pada dirinya. Interpretasi timbul

bukan dari jenis maupun bentuk stimulus melainkan respon individu terhadap

stimulus. Kumpulan-kumpulan interpretasi individu tersebut akan menghasilkan

sebuah persepsi yang jika digali lebih dalam akan menghasilkan sebuah

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

30

pernyataan-pernyataan yang disimpulkan sebagai keadaan individu terhadap efek

dari suatu obyek penelitian.

B. Faktor Eksternal (Faktor yang timbul dari luar diri individu)

1. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu factor eksternal yang timbul dari luar

individu untuk yang menjadikan sebuah obyek bermakna berbeda namun juga

dapat bermakna sama dalam lingkungannya. Lingkungan akan mempengaruhi

makna dari suatu obyek, seperti contoh jika dalam lingkungannya obyek A

bermakna sesuatu yang sudah dianggap makna sesungguhnya maka persepsi orang

akan memiliki pemahaman yang sama terhadap obyek tersebut. Biasanya yang

sangat mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek adalah lingkungan sekitar

seperti keluarga dan teman-temanya.

2. Pengalaman

Pengalaman dapat diartikan sebagai bagaimana individu dapat merespon

obyek penelitian dan merasakan sesuatu efek terhadap obyek dalam waktu tertentu.

Dengan melewati beberapa waktu dengan obyek penelitian, maka interpretasi-

interpretasi yang timbul dalam diri individu akan menjadi lebih kuat dan dapat

dengan spesifik mendeskripsikan keadaan individu sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan yang mendekati perasaan sesungguhnya individu menghadipi suatu

obyek penelitian. Selain dapat mendeskripsikan keadaan individu terhadap obyek

penelitian, individu juga dapat secara cepat menghadapi respon-respon yang

dihasilkan oleh obyek pengamatan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sampah · 2017. 4. 1. · 10 4. Street Sweeping (Sampah Jalanan) Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar

31

Respon tersebut dapat berupa postif maupun negative. Sebagai contoh yaitu

pengalaman individu terhadap program pelestarian lingkungan, jika memberikan

efek yang postif maka individu akan nyaman dan merasakan manfaat terhadap

program, namun jika memberikan efek yang negative maka individu tersebut akan

memberikan respon berupa penolakan maupun menghindari efek negatif yang

menghasilkan kerugian maupun gangguan bagi individu tersebut. Interpretasi dari

individu yang mengalami pengalaman beberapa waktu dengan obyek akan

menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda pula.

3. Proses Belajar

Seiring dengan bertambahnya usia umumnya bertambah tinggi pula tingkat

pendidikan maupun pengetahuan yang dilalui oleh individu. Peningkatan

pengetahuan individu biasanya ditimbulkan melalui proses belajar individu.

Pengetahuan tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap suatu obyek

pengamatan yang dirasakan oleh individu dan umumnya dari pengalaman masa lalu

dan memalui proses belajar maka individu tersebut memiliki interpretasi dan makna

yang berbeda-beda terhadap obyek pengamatan yang dirasakan.