BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah...

33
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri atas bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Standar Nasional Indonesia No. 19-3964-1994a). 2.2 Timbulan Sampah Timbulan sampah, adalah banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan di satu wilayah. Hal ini penting, karena untuk merencanakan jumlah peralatan yang diperlukan, merencanakan fasilitas TPA (Tchobanoglous et al, 1993), merencanakan rute pengumpulan dan merencanakan jumlah armada pengangkut. Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah timbulan sampah adalah pengukuran berat dan volume. Volume merupakan ukuran yang penting dalam penentuan kendaraan pengangkut sampah, karena jumlah muatan yang dapat dimuat oleh satu kendaraan dibatasi oleh volume. Menurut SNI, 19-3964-1994a, Berat dapat mengukur timbulan secara langung, dan apabila menggunakan volume sebagai metode penentuan, maka harus diperhatikan kembali derajat kepadatannya, atau berat spesifik sampah penyimpanan. 2.2.1 Definisi Timbulan Sampah Dikutip dari Standar Nasional Indonesia nomor 19-2454-2002 Tahun 2002, timbulan sampah ialah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume atau berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau perpanjang jalan (SNI 19-2454-2002). 2.2.2 Sumber Timbulan Sampah Menurut SNI nomor 19-3983-1995, timbulan sampah terbagi atas dua bagian besar, yaitu sumber timbulan non-perumahan dan sumber timbulan perumahan. Dari dua sumber timbulan tersebut, dapat dibagi lagi menjadi:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah limbah yang bersifat padat yang terdiri atas bahan organik

dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Standar

Nasional Indonesia No. 19-3964-1994a).

2.2 Timbulan Sampah

Timbulan sampah, adalah banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan di

satu wilayah. Hal ini penting, karena untuk merencanakan jumlah peralatan yang

diperlukan, merencanakan fasilitas TPA (Tchobanoglous et al, 1993),

merencanakan rute pengumpulan dan merencanakan jumlah armada pengangkut.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah timbulan sampah adalah

pengukuran berat dan volume. Volume merupakan ukuran yang penting dalam

penentuan kendaraan pengangkut sampah, karena jumlah muatan yang dapat

dimuat oleh satu kendaraan dibatasi oleh volume. Menurut SNI, 19-3964-1994a,

Berat dapat mengukur timbulan secara langung, dan apabila menggunakan

volume sebagai metode penentuan, maka harus diperhatikan kembali derajat

kepadatannya, atau berat spesifik sampah penyimpanan.

2.2.1 Definisi Timbulan Sampah

Dikutip dari Standar Nasional Indonesia nomor 19-2454-2002 Tahun

2002, timbulan sampah ialah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat

dalam satuan volume atau berat per kapita perhari, atau perluas bangunan, atau

perpanjang jalan (SNI 19-2454-2002).

2.2.2 Sumber Timbulan Sampah

Menurut SNI nomor 19-3983-1995, timbulan sampah terbagi atas dua

bagian besar, yaitu sumber timbulan non-perumahan dan sumber timbulan

perumahan. Dari dua sumber timbulan tersebut, dapat dibagi lagi menjadi:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

5

a) Sumber sampah non-perumahan

- Pasar

- Toko

- Sekolah

- Kantor

- Tempat ibadah

- Hotel

- Restoran

- Industri

- Jalan

- Rumah sakit

- Fasilitas umum lainnya

b) Sumber sampah perumahan

- Rumah non-permanen

- Rumah semi permanen

- Rumah permanen

2.2.3 Besar Timbulan Sampah

Besar timbulan sampah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan

klasifikasi kota dan komponen-komponen sumber sampah (SNI, 19-3983-1995

Tahun 1995). Standar besar timbulan dapat dilihat pada tabel 2.1 dan 2.2

Tabel 2.1 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

No. Satuan

Klasifikasi Kota

Volume

(liter/orang/hari)

Berat

(kg/orang/hari)

1. Kota sedang 2,75–3,25 0,70–0,80

2. Kota kecil 2,5–2,75 0,625–0,70

Sumber: SNI,1995

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

6

Tabel 2.2 Besar Timbulan Sampah Berdasarkan Sumber Sampah

No. Komponen Sumber

Sampah

Satuan

Volume (liter)

Berat (kg)

1. Rumah permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400

2. Rumah semi permanen Per orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350

3. Rumah non permanen Per orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300

4.

Kantor Per

pegawai/hari

0,50-0,75

0,025-0,100

5.

Toko/ruko Per

petugas/hari

2,50-3,00

0,150-0,350

6. Sekolah Per murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020

7. Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,020-0,100

8. Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,010-0,050

9. Jalan lokal Per meter/hari 0,05-0,10 0,005-0,025

10.

Pasar Per

meter2/hari

0,20-0,60

0,10-0,30

Sumber: SNI,1995

2.2.4 Standar Timbulan Sampah

Standar timbulan sampah atau bisa disebut juga dengan spesifikasi

timbulan sampah adalah standar hasil timbulan yang diproduksi oleh sumber

sampah. Standar ini disusun, oleh Badan Standar Nasional dengan maksud untuk

memberikan kriteria perencanaan persampahan di kota kecil maupun sedang di

Indonesia, dan untuk kota besar diharuskan melakukan pengukuran serta

pengambilan contoh timbulan sampah (SNI, 19-3983-1995 Tahun 1995).. Adapun

yang dimaksud dengan kota kecil dan kota sedang adalah:

- Kota kecil yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk kurang dari 100.000

jiwa

- Kota sedang adalah kota yang memiliki jumlah penduduk berkirsaran 100.000

dan 500.000 jiwa

- Kota besar yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 500.000 jiwa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

7

Denpasar merupakan masuk kategori kota besar, karena memiliki jumlah

penduduk lebih dari 500.000 jiwa, maka untuk mengetahui banyaknya jumlah

timbulan sampahnya harus dilakukan pengukuran secara langsung.

2.2.5 Jenis Sampah

yaitu:

Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, sampah dibagi menjadi 3,

1. Sampah rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh kegiatan sehari-hari dari

rumah tangga, tidak termasuk tinja,dan sampah spesifik lainnya.

2. Sampah sejenis rumah tangga, yaitu sampah yang berasal dari kawasan

industri, kawasan komersial, kawasan khusus, fasilitas sosisal dan fasilitas

lainnya.

3. Sampah spesifik, sampah yang meliputi:

a. Sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun.

b. Sampah yang timbul akibat bencana.

c. Puing bongkaran bangunan.

d. Sampah yang timbul secara periodik.

e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah.

Selain itu Penggolongan Sampah dapat dibagi atas beberapa kriteria, yaitu

asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenis-jenisnya, yaitu:

1. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya.

Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama,

sehingga, komponen-komponen penyusunannya juga akan sama. Karena itu

berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya

termasuk golongan ini. Sampah dari kantor sering terdiri atas kertas, kertas

karbon, karton, dan masih digolongkan dalam sampah yang seragam.

b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal

dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

2. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya.

Sampah dari rumah makan pada umumnya merupakan sisa air pencuci, sisa

makanan yang bentuknya berupa cairan atau seperti bubur. Sedangkan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

8

beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu atau sampah-

sampah berbentuk padatan. Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada dua

macam sampah, yaitu:

a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng,

plastik, dsb.

b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci,

bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk

cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik tebu.

3. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya.

Baik di kota maupun luar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuk-tumpuk.

Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah, dapat dibedakan:

a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar.

b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di luar perkotaan, misalnya

di desa, permukiman, dan di daerah pantai.

4. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya.

Berdasarkan atas proses terjadinya, dibedakan menjadi 2, yaitu:

a. Sampah alami, adalah sampah yang terjadi karena proses alami, misalnya

rontoknya daun-daun tanaman di pekarangan rumah.

b. Sampah non-alami, adalah sampah yang terjadi karena kegiatan-kegiatan

manusia.

5. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya.

Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan, yaitu:

a. Sampah organik, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton,

tulang, sisa makanan ternak, sayur dan buah. Sampah organik, dan oleh

karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen.

Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikroba.

b. Sampah anorganik, yang terdiri dari kaleng, plastik, besi dan logam-logam

lainnya, gelas, mika, atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-

senyawa organik. Sampah ini tidak didegradasi oleh mikroba.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

9

2.3 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah,

pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, proses dan pembuangan akhir sampah,

dimana seluruh hal tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip terbaik untuk

kesehatan, ekonomi, konservasi, estetika lingkungan, keteknikan/enginering, dan

juga sikap masyarakat.

Dalam menentukan strategi pengelolaan sampah ini diperlukan informasi

mengenai timbulan sampah, laju penimbunan sampah, serta komposisi dan

karakteristik sampah.

2.3.1 Teknik operasional pengelolaan sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah merupakan sebuah proses

kegiatan dalam mengelola sampah mulai dari pewadahan sampah, pengangkutan

hingga pembuangan akhir yang bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan

dari sumber.

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat Skema Teknik Operasional Pengelolaan

Persampahan.

TIMBULAN

SAMPAH

PEMILAHAN, PEWADAHAN, DAN PENGOLAHAN DI SUMBER

PENGUMPULAN

PEMINDAHAN

PENGANGKUTAN

PEMILAHAN DAN

PENGOLAHAN

PEMBUANGAN

AKHIR

Gambar 2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan Sumber: SNI 19-2454-2002

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

10

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah

Menurut SNI nomor 19 - 2454 - 2002 Tahun 2002 dijelaskan ada

beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengolahan sampah,

diantaranya:

1. Karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi;

2. Kepadatan dan penyebaran penduduk;

3. Timbulan dan karakteristik sampah;

4. Budaya sikap dan perilaku masyarakat;

5. Jarak dari sumber ke tempat pembuangan akhir sampah;

6. Rencana tata ruang dan pengembangan kota;

7. Sarana· pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir

sampah;

8. Biaya yang tersedia;

9. Peraturan daerah setempat.

2.3.3 Faktor penentu kualitas operasional pelayanan

Beberapa faktor yang mempengaruhi operasional pelayanan adalah

sebagai berikut:

1. Tipe kota

2. Frekuensi pelayanan

3. Sampah terangkut dari lingkungan

4. Jenis peralatan dan jumlahnya

5. Restribusi

6. Peran aktif masyarakat

7. Timbulan sampah

8. K3 (kesehatan, keamanan, dan keselamatan)

2.3.4 Frekuensi pelayanan

Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan,

frekuensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:

1. Pelayanan intensif antara lain: untuk jalan protokol, pusat kota, dan daerah

komersil.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

11

2. Pelayanan menengah antara lain: untuk kawasan permukiman teratur.

3. Pelayanan rendah antara lain: untuk daerah pinggiran kota.

2.4 Teknik Operasional

Dalam penentuan pemilihan teknik operasional yang akan digunakan,

diperlukan beberapa faktor, yaitu faktor kondisi topografi, lingkungan daerah

pelayanan, kondisi sosial, ekonomi, partisipasi masyarakat, jumlah, dan jenis

timbulan sampah. Berdasarkan SNI 19 - 2454 - 2002, ada beberapa tahapan yang

akan dilalui sampah sebelum sampah tersebut sampai di TPA. Adapun tahapan-

tahapan tersebut diantaranya:

2.4.1 Tahap pewadahan sampah

Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara yang

lakukan oleh penghasil sampah. Aktivitas ini menggunakan tempat sampah atau

kantong plastik yang besarnya disesuaikan dengan tingkat volume sampah yang

dihasilkan oleh masing-masing sumber sampah. Pola pewadahan sampah

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Pewadahan individual adalah proses penampungan sampah sementara dalam

suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu.

2. Pewadahan komunal adalah proses penampungan sampah sementara dalam

suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun sumber umum.

2.4.2 Tahap Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya

mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal

(bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik

dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI, No. 19-2454-2002

Tahun 2002).

Pola pengumpulan sampah berdasarkan SNI No. 19-2454-2002 Tahun 2002

adalah:

1. Pola individual langsung (door to door) adalah kegiatan pengambilan sampah

dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

12

e. Bagi penghuni yang beroperasi di jalan protokol.

eteran

.

pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan, sesuai dengan gambar

2.2, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Kondisi topografi bergelombang (>15-40%), hanya alat pengumpul mesin

yang dapat beroperasi.

b. Kondisi jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pemakai jalan

lainnya.

c. Kondisi dan jumlah alat memadai.

d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3/hari.

. . . . . .

. . . . . Gambar 2.2 Pola Individual Langsung

TPA

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual.

K gan untuk gambar 2.2:

: Gerakan alat pengangkut.

: Gerakan alat pengumpul.

2. Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari

sumber-sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian

diangkut ke tempat pembuangan akhir, sesuai dengan gambar 2.3, dengan

persyaratan sebagai berikut:

a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif, lahan untuk lokasi

pemindahan tersedia.

b. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan

alat pengumpul non-mesin (gerobak, becak).

c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.

d. Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

13

pamakai jalan lainnya.

e. Harus ada organisasi pengumpulan sampah

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

14

eteran

.

TPA

. . . . . .

. . . .

. . . . . . Gambar 2.3 Pola Individual tidak langsung

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual.

K gan untuk gambar 2.3:

: Lokasi Pemindahan.

: Gerakan alat pengangkut.

: Gerakan alat pengumpul.

3. Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-

masing titik komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir, sesuai

dengan gambar 2.4, dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Bila alat angkut terbatas.

b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.

c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual

(kondisi daerah berbukit, gang/jalan sempit).

d. Peran serta masyarakat tinggi.

e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang

mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk).

f. Untuk permukiman tidak teratur.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

15

terang

.

TPA

Gambar 2.4 Pola komunal langsung

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual.

Ke an untuk gambar 2.4:

: Pewadahan Komunal.

: Gerakan alat pengangkut.

: Gerakan alat pengumpul.

: Gerakan penduduk ke arah komunal.

4. Pola komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari

masing-masing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan untuk

diangkut selanjutnya ke tempat pembuangan akhir, sesuai dengan gambar 2.5,

dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Peran serta masyarakat tinggi.

b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.

c. Wadah komunal di tempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang

mudah dijangkau oleh alat pengumpul.

d. Tempat dengan kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat

menggunakan alat pengumpul non-mesin (gerobak, becak), bagi kondisi

topografi > 5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer

kecil beroda dan karung.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

16

e. Kondisi/lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu

pemakai jalan lainnya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

17

eranga

:

:

.

f. Harus ada organisasi pengumpulan sampah.

TPA

Gambar 2.5 Pola Komunal Tidak Langsung

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

Sumber timbulan sampah pewadahan individual.

Ket n untuk gambar 2.5:

Pewadahan Komunal.

: Lokasi Pemindahan.

: Gerakan alat pengangkut.

: Gerakan alat pengumpul.

: Gerakan penduduk ke arah komunal

5. Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan

jalan, khususnya untuk jalan protokol, lapangan parkir, lapangan rumput dan

lain-lain. Hasil penyapuan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian

diangkut ke TPA, penanganan dilakukan berbeda untuk setiap daerah sesuai

fungsi daerah yang dilayani, seperti gambar 2.6.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

18

TPA

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

19

eteran

Gambar 2.6 Pola Penyapuan Jalan

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

. : Sumber timbulan sampah pewadahan individual.

K gan untuk gambar 2.6:

: Pewadahan Komunal.

: Gerakan alat pengangkut.

: Gerakan alat pengumpul.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

17

Gambar 2.7 Jenis–Jenis Pola Pengumpulan Sampah

(Sumber : SNI 19-2454-2002)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

18

2.4.3 Pemindahan Sampah

Pemindahan sampah adalah proses kegiatan memindahkan sampah hasil

pengumpulan ke dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan

akhir. Tipe pemindahan (transfer) ditampilkan dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tipe Pemindahan (Transfer)

No. Uraian Transfer Depo

Tipe I

Transfer Depo

Tipe II

Transfer Depo

Tipe III

1

2.

3.

Luas

lahan

Fungsi

Daerah

pemakai

> 200 m2

tempat pertemuan

peralatan pengumpul

dan pengangkutan

sebelum

pemindahan.

tempat penyimpanan

atau kebersihan.

bengkel sederhana.

kantor wilayah

/pengendali.

tempat pemilahan.

tempat

pengomposan.

baik sekali untuk

daerah yang mudah

mendapat lahan.

60 m2

– 200 m2

tempat

pertemuan

peralatan

pengumpul

dan

pengangkutan

sebelum

pemindahan.

tempat parkir

gerobak.

tempat

pemilahan.

10 m2– 20 m

2

tempat

pertemuan

gerobak dan

kontainer (6-

10 m3).

lokasi

penempatan

kontainer

komunal (1-10

m3).

- daerah yang

sulit mendapat

lahan yang

kosong dan

daerah

protokol.

Sumber: Standar Nasional Indonesia Nomor 19-2454-2002

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

19

2.4.4 Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah adalah proses memindahkan sarnpah dari lokasi

pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke TPA (Tempat

Pembuangan Akhir). Menurut Standar Nasional Indoesia 19 - 2454 – 2002,

pengangkutan sampah dibagi menjadi 3 pola pengangkutan, yaitu:

1. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individu langsung (door

to door), yaitu:

a. Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sarnpah pertama

untuk mengambil sampah;

b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya

sampai truk penuh sesuai dengan kapasitasnya;

c. Selanjutnya diangkut ke TPA sampah;

d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah

berikutnya Sampah terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.

Pada gambar 2.8 adalah tahapan kegiatan dari pola pengangkutan sampah

sistem individual langsung.

Dump Truck

Tong/Bin TPA

Compactor Truck

Gambar 2.8 Pola Pengangkutan Sampah Sistem Individual Langsung

(Sumber : SNI 19-2454-2002)

2. Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo tipe I dan

II, pada pola ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi

pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA.

b. Dari kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada

rute berikutnya.

Pool Kendaraan

Transfer depo

Tipe I dan II TPA

Gambar 2.9 Pola Pengangkutan Sistem Transfer Depo

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

20

Keterangan untuk gambar 2.9

Pengangkutan sampah

Kembali ke transfer depo untuk ritasi berikutnya

3. Pengumpulan sampah dengan sistem kontainer transfer depo tipe (III). Pola

pengangkutan sampah ini dapat dibagi menjadi 4 pola pengangkutan:

(1) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1.

Tahapan kegiatan dari sistem pengosongan container adalah sebagai

berikut:

1. Kendaraan dari pool bergerak menuju lokasi kontainer pertama

yang berisi penuh sampah.

2. Kendaraan membawa kontainer isi dari lokasi awal kontainer

pertama menuju ke TPA.

3. Setelah isi kontainer dikeluarkan, kontainer yang sudah kosong

dikembalikan ke tempat semula.

4. Kendaraan menuju lokasi kontainer yang berisi sampah berikutnya.

5. Kembali kendaran membawa kontainer yang berisi sampah ke

TPA.

6. Setelah isi kontainer dikeluarkan, kontainer yang sudah kosong

dikembalikan ke tempat semula.

7. Proses ini terus berlangsung hingga semua kontainer yang berisi

sampah dikosongkan dan dikembalikan ke tempat asal semula

kontainer.

8. Kendaran kembali ke pool.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

21

ISI KOSONG

A B A B A B

1

POOL

4 7

5 6

8 9

3 2

TPA

Gambar 2.10 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1

Keterangan gambar 2.10:

A = Kontainer isi

B = Kontainer kosong

= Pengangkutan sampah

(2) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara II

Tahapan kegiatan dari sistem pengosongan container adalah sebagai

berikut:

1. Kendaraan dari pool menuju ke lokasi kontainer isi sampah pertama.

2. Kendaraan membawa kontainer yang berisi sampah pertama ke TPA.

3. Dari TPA Kendaraan membawa kontainer kosong menuju lokasi

kedua untuk menukar kontainer kosong dengan container isi.

4. Kendaraan membawa kontainer isi sampah kedua ke TPA.

5. Dari TPA Kendaraan membawa kontainer kosong menuju lokasi

ketiga untuk menukar kontainer kosong dengan container isi.

6. Kendaraan membawa kontainer isi ketiga ke TPA.

7. Kendaraan dari TPA dengan kontainer kosong menuju lokasi pertama

untuk menurunkan kontainer kosong, kemudian kembali ke pool.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

22

Kosong Isi

B A B A B A

7 1

2 POOL

6

4

3 5

6

TPA

Gambar 2.11 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara II

Keterangan gambar 2.11:

A = Kontainer isi

B = Kontainer kosong

=Kembali ke transfer depo untuk ritasi berikutnya

= Pengangkutan sampah

(3) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara III, Adapun

tahapan kegiatannya:

1. Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke

lokasi kontainer isi pertama untuk mengganti / mengambil kontainer

kosong dengan kontainer isi.

2. Kendaraan membawa kontainer isi pertama ke TPA.

3. Kendaraan dari TPA membawa kontainer kosong ke lokasi kedua

untuk mengganti/menukar kontainer kosong dengan kontainer isi

4. Kendaraan membawa kontainer isi kedua ke TPA.

5. Kendaraan dari TPA membawa kontainer kosong ke lokasi ketiga

untuk mengganti/menukar kontainer kosong dengan kontainer isi

6. Kendaraan membawa kontainer isi ketiga ke TPA.

7. Kendaraan dari TPA kembali ke pool.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

23

KOSONG ISI

B A B A B A

1

2 POOL

7

4 3 5

6

TPA

Gambar 2.12 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer

cara III

Keterangan pada gambar 2.12:

A = Kontainer isi

B = Kontainer kosong

= Pengangkutan sampa

Jumlah dan Waktu ritasi yang dapat dilakukan kendaraan sampah per hari

dapat dihitung dengan persamaan (Tchobanoglous,Theisen,Vigil,1993):

THCS = PHCS + S + h………………………………………………(2.1)

dimana:

THCS = Waktu per trip dari sistem kontainer bergerak (jam/trip)

PHCS = Waktu menuju lokasi berikut setelah meletakkan kontainer

kosong di lokasi sebelumnya, waktu mengambil kontainer

penuh dan waktu mengembalikan kontainer kosong

S = Waktu terpakai di lokasi untuk menunggu dan membongkar

sampah di TPA, jam/trip

h = waktu perjalanan menuju TPA dari lokasi kontainer

Untuk hauled container system nilai PHCS dan S relativ konstan,

tetapi waktu perjalanan dari TPS ke TPA tergantung pada jarak dan

kecepatan yang ditempuh oleh kendaraan. Nilai h dapat ditentukan dari

persamaan berikut:

h = a + (b.x) ……………………………………………………(2.2)

dimana:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

24

h = hauled time konstan (jam/trip)

a,b = konstanta, bersifat empiris, a (jam/trip) dan b (jam/km)

x = jarak rata-rata lokasi kontainer/TPS ke TPA, km/trip

Tabel 2.4 Konstanta empiris waktu angkut a dan b

No. Batas kecepatan a B

km/jam mil/jam jam/trip jam/km jam/mil

1. 88 55 0,016 0,011 0,018

2. 72 45 0,022 0,014 0,022

3. 56 35 0,034 0,018 0,029

4. 40 25 0,050 0,025 0,040

Sumber: Tchobanoglous, 1993

Dengan demikian didapat persamaan:

THCS = PHCS + S + a +(b.x)……………………………………...(2.3)

Waktu pick up per trip (PHCS) untuk hauled container system

dirumuskan sebagai berikut:

PHCS = pc + uc + dbc ……………………………………………(2.4)

dimana:

pc = waktu meletakkan sampah dari truk (jam/trip)

uc = waktu mengangkut sampah ke truk (jam/trip)

dbc = waktu tempuh antara kontainer (jam/trip)

Jumlah trip per hari:

Nd = { H (1 – W ) – ( t1 – t2 ) } / THcs …………………………...(2.5)

dimana:

Nd = jumlah trip (trip/hari)

H = waktu kerja per hari (jam/hari)

W = faktor waktu non produktif ( waktu untuk checking pagi dan

sore, perbaikan dan hal tak terduga lainnya diperkirakan )

t1 = waktu dari pool ke lokasi pertama (jam)

t2 = waktu dari lokasi terakhir ke pool (jam)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

25

(4) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer tetap, biasanya

untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump

truk atau truk biasa. Adapun tahapannya sebagai berikut:

1. kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah di dalam

container dituangkan ke dalam truk compactor dan meletakkan

kembali kontainer yang kosong

2. kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh. untuk

kemudian langsung ke TPA

3. `demikian seterusnya sampai pada rit terakhir

Gambar 2.13 Pola pengangkutan dengan sistem kontainer tetap

Keterangan gamabar 2.13:

= Kontainer isi

= Kontainer kosong

= Pengangkutan sampa

= meletakan kembali kontainer

= rute kendaraan

2.5 Jenis Kendaraan Pengangkut Sampah

Kendaraan pengangkutan sampah adalah kendaraan pengumpul sampah

dan mengangkut sampah dari tempat pengumpulan sampah menuju ke TPA

(Tempat Pembuangan Akhir). Di berbagai negara kendaraan pengangkut sampah

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

26

mempunyai standar bentuk konstruksi, ukuran, dan cara kerja yang berbeda. Oleh

karena itu, berdasarkan penggeraknya, kendaraan pengangkut sampah dapat

digolongkan menjadi dua. Yaitu kendaraan konvesional atau kendaraan tradisional

yang digerakkan dengan tenaga manusia atau hewan, seperti gerobak sampah dan

becak sampah. Sadangkan yang kedua adalah kendaraan modern atau kendaraan

yang digerakkan dengan motor atau mesin seperti arm-roll truck. Berikut adalah

penjelasan lebih lengkap dari masing-masing jenis kendaraan pengangkut sampah.

2.5.1 Gerobak

Gerobak adalah alat pengangkut sampah yang menggunakan tenaga

manusia untuk menariknya. Terdapat berbagai macam bentuk dan volume

gerobak pengangkut sampah. Volume gerobak 0,8 m3

sampai dengan 1,5 m3.

Umumnya gerobak terbuat dari bahan plat besi, namun ada juga yang terbuat dari

kayu dan papan. Gerobak dioperasikan sampai dengan 200 kepala keluarga (KK).

Jumlah rit gerobak bervariasi antara 1-4 rit/hari, tergantung jarak perjalanan

pengumpulan sampah.

2.5.2 Mobil Angkutan Bak Terbuka (Pick Up)

Mobil pick up adalah sejenis kendaraan bak terbuka yang digunakan untuk

mengumpulkan dan mengangkut sampah. Kendaraan jenis ini tidak dilengkapi

dengan peralatan hidrolik sehingga proses pembongkaran sampah di TPA

berlangsung secara manual. Konstruksi bak kendaraan jenis ini biasanya terbuat

dari plat besi dengan volume pengangkutanya antara 1,5 sampai 2 m3. Banyak

keunggulan yang dimiliki oleh mobil pick up, mobil jenis ini mampu melewati

jalan-jalan sempit dan biaya operasinya lebih rendah dibandingkan dengan dump

truck. Maka dari itu banyak pengelola sampah swasta yang menggunakan mobil

pick up untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah.

2.5.3 Truk Datar

Truk datar adalah truk pengangkut sampah tanpa dilengkapi peralatan

hidrolik, Sehingga proses pembongkaran sampah di TPA berlangsung secara

manual. Truk datar hampir mirip dengan pick up, bedanya konstruksi bak truk

datar biasanya terbuat dari kayu yang mudah diperbaiki dan murah, dapat

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

27

mengangkut sampah 8-10 m3. Bagian atas terbuka dan selama pengangkutan

ditutup dengan jaring plastik agar sampah tidak berjatuhan.

2.5.4 Truk Hidrolik (Dump Truck)

Dump truck adalah truk dengan bak terbuat dari plat besi/baja yang bisa

ditumpahkan dengan alat hidrolik. Dapat mengangkut sampah sampai dengan 8

m3. Pemuatan sampah di tempat pembuangan sementara lebih lama dibandingkan

dengan arm-roll truck, karna dikerjakan dengan manual, tetapi pembongkaran di

tempat pembuangan akhir lebih cepat dibandingkan dengan truk datar. Dump

truck jauh lebih murah dibandingkan dengan arm roll truck, tetapi lebih mahal

dibandingkan dengan truk datar. Jumlah rit yang dapat ditempuh dump truck

dihitung berdasarkan jarak menuju TPA. Untuk jarak dibawah 20 km jumlah rit

maksimal sebanyak 4 kali, dan 2-3 rit untuk jarak antara 30-40 km. Namun

perhitungan ini juga tergantung dengan waktu memuat sampah.

2.5.5 Truk Lengan Tarik Hidrolik (Arm-Roll Truck)

Arm roll truck adalah truk chasis yang dilengkapi dengan lengan tarik

hidrolik untuk mengangkat kontainer. Kontainer yang dibawa oleh arm roll truck

dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan volumenya, yaitu kontainer bervolume 6

m3

dan kontainer 8 m3. Arm roll truck relatif efektif dan efisien untuk mengangkut

kontainer sampah karena waktu memuat dan membongkar sampah lebih singkat

dibandingkan dengan alat pengangkut sampah yang lainnya sehingga harganya

pun jauh lebih mahal. Jumlah rit arm roll truck dihitung sebanyak 6 kali sehari

untuk jarak dibawah 20 km, dan 3-4 rit untuk jarak 30-40 km.

2.6 Analisis Tingkat Pelayanan Pengangkutan sampah

Yang dimaksud dengan sistem pengankutan sampah adalah sistem

pengumpulan dan pengangkutan sampah secara keseluruhan. Metode sistem

pengankutan barang tidak jauh beda dengan sistem angkutan barang atau sistem

angkutan manusia. Indikator yang di gunakan untuk mengukur tingkat pelayanan

pengangkutan sampah adalah rasio sampah terangkut, kecepatan perjalanan

kecepatan memuat sampah, rasio tenaga kerja dan indeks efisiensi ppengangkutan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

28

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menganalisis tingkat pelayanan

pengangkutan sampah adalah:

a. Jumlah penduduk dan jaumlah timbulan sampah orang per hari.

b. Volume sampah

c. Jarak perjalan mengangkut sampah

d. Waktu perjalan mengangkut sampah

e. Waktu memuat sampah

f. Jenis, dan jumlah rit kendaraan pengankut sampah

g. Jumlah tenaga kerja

2.6.1 Rasio sampah terangkut

Rasio sampah terangkut adalah perbandingan antara jumlah sampah yang

dapat dikumpulkan dan diangkut ke TPA dengan jumlah sampah yang dihasilkan

salam satu daerah tertentu. Untuk daerah yang digunakan dalam penelitian ini

adalah daerah Kecamatan Denpasar Utara. Dalam menghitung rasio sampah

terangkut, digunakan persamaan berikut ini:

RST =

VSt …................................................................................... (2.6) VS

dengan:

RST = Rasio sampah yang terangkut

VSt = Volume sampah yang terangkut ( M3

)

VS = Volume sampah yang dihasilkan pada satu daerah

Jika,

RST < 1 maka dibutuhkan kendaraan/jumlah rit (supply) tampahan

RST = 1 maka volume yang terangkut dan yang dihasilkan seimbang

RST > maka sistem perangkutanya tidak efisien

2.6.2 Kecepatan perjalanan

Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata kendaraan pengumpulan

dan pengangkutan sampah. Nilai ini diperoleh dari perbandigan jarak perjalanan

dan waktu perjalanan. Bila nilai kecepatan semakin besar maka semakin tinggi

pola pengumpulan/pengankutan dan kendaraan. Persamaan yang digunakan

adalah:

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

29

Jp v = …................................................................................... (2.7)

Wp

dengan:

v = Kecepatan rata-rata perjlanan (km/jam)

Jp =jarak perjalanan ( km )

WM= Waktu perjalanan (jam)

2.6.3 Kecepatan Memuat Sampah

Kecepatan memuat sampah (loading time) ialah kecepatan rata-rata

memuat sampah ke kendaraan pengumpul dan pengangkut sampah. Nilai ini di

peroleh dari perbandingan volume bak kendaraan dengan waktu memuat sampah.

Semakin besar nilai kecepatan memuat sampah, maka semakin tinggi efiensi pola

dan kendaraan pengangkutan dan pengupulan. Persamaan rumus yang digunakan

sebagai berikut:

vm =

VB …................................................................................... (2.8) WM

dengan:

vm = Kecepatan rata-rata memuat sampah (m3/jam)

VB= Volume bak/ kontainer ( M3

)

WM= Waktu memuat sampah (jam)

2.6.4 Rasio Tenaga Kerja

Rasio tenaga kerja adalah perbandingan antara jumlah tenaga kerja dalam

satu kendaraan dengan kapasitas kontainer/bak kedaraan yang digunakan.

Semakin kecil nilai rasio tenaga kerja berarti semakin tinggi tingkat efisiensi pola

pengankutan dan kendaraan. Rumus persamaan yang digunakan adalah:

RTK =

dengan:

NTK …................................................................................. (2.9) VB

RTK = Rasio Tenaga Kerja (orang/m3)

VB = Volume bak/ kontainer ( M3

)

NTK = Jumlah Tenaga Kerja dalam satu kendaraan (orang)

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

30

2.6.5 Estimasi Kebutuhan Jumlah Perangkat Sampah

Untuk memperkirakan jumlah kendaraan dan jenis perangkutan sampah

dilakukan perhitungan berdasarkan dengan jumlah timbulan sampah per daerah

dibagi dengan perkalian antara volume kontainer/bak dan jumlah rit kendaraan.

Rumus persamaan yang digunakan untuk estimasi kebutuhan jumlah perangkat

sampah adalah:

NK = VS

NRK .VB

…......................................................................... (2.10)

dengan:

NK = Jumlah kendaraan (unit)

VS = Volume sampah ( m3

)

NRK =Jumlah rit kendaraan dalam satu hari

VB = Volume bak/ kontainer ( m3

)

2.6.6 Metode pengambilan sampel

Sebelum melakukan pengambilan sampel, dilakukan perhitungan dengan

metode standar dari SNI 19-3954-1994, yang bertujuan agar kita mengetahui

berapa sampel yang kita jadikan rata-rata timbulan sampah perharinya. Ada pun

rumus persamaannya sebagai berikut:

Jumlah sampel.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah sebagai berikut

1. Jumlah sampel jiwa dan KK dihitung berdasarkan persamaan 2.11

dan 2.12

S = Cd ……………………………………….(2.11)

Dimana:

S : jumlah sampel ( jiwa )

Cd : Koefisien Perumahan

Dengan

Koefisien kota besar = 1

Koefisien kota kecil sampai sedang = 0.5

Ps : Populasi ( Jiwa )

(Sumber: SNI 19-3954-1994)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

31

K = ………………………………………………(2.12)

Dimana:

K: Jumlah sampel (KK)

N: Jumlah jiwa per keluarga

2. Jumlah timbulan dari perumahan sebagai berikut:

- Sampel dari perumahan semi permanen = (S1xK)keluarga

- Samapel dari perumahan permanen = (S2 x K)keluarga

- Samapel dari perumahan non-permanen = (S3 x K)keluarga

Dimana:

S1 = proporsi jumlah KK semi permanen (%)

S2 = proporsi jumlah KK permanen (%)

S3 = proporsi jumlah KK non-permanen (%)

(Sumber: SNI 19-3954-1994)

3. Perhitungan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini dikarenakan agar

kita dapat mempredikisi jumlah sampah yang diproduksi oleh

penduduk yang tumbuh. Perhitungan pertumbuhan penduduk dapat

dihitung dengan menggunakan dua cara, sebagai berikut:

- Laju pertumbuhan penduduk eksponensial

Laju pertumbuhan penduduk yang menggunakan asumsi bahwa

pertumbuhan penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya

kelahiran dan kematian di setiap waktu. Dengan rumus:

Pt= Poert………………………………………………(2.13)

Atau

r= In( )……………………………………………(2.14)

dimana:

Pt = Jumlah penduduk pada Tahun t

Po = Jumlah penduduk pada Tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

32

- Laju pertumbuhan penduduk geometrik

Laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi bahwa laju

pertumbuhan penduduk sama setiap Tahunnya. Dengan rumus:

……………………………………………(2.15)

Atau

( ) ……………………………………………(2.16)

Dimanan

= jumlah penduduk pada Tahun t

= jumlah penduduk pada Tahun dasar

t = jangka waktu

r = laju pertumbuhan penduduk

(google, rumus pertumbuhan penduduk)

Jumlah sampel timbulan sampah dari non perumahan dihitung berdasarkan

Rumus 2.17

S = Cd Ts ……………………………………………………… (2.17)

(Sumber: SNI 19-3954-1994)

dengan:

S : jumlah sampel masing-masing sumber sampah non perumahan

Cd : koefisien non perumahan

koefisien kota besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) = 1

koefisien kota sedang (jumlah penduduk 100.000-500.000 jiwa)= 0,5

koefisien kota kecil (jumlah penduduk < 100.000 jiwa) = 0,5

Ts : jumlah sumber non perumahan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah II.pdf · 9 2.3 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,

33