PENGOLAHAN LIMBAH KROM

11
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH KROM UNTUK DAUR ULANG SECARA TIDAK LANGSUNG A. TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak langsung ini adalah agar praktikan dapat mengetahui prinsip pengolahan limbah krom untuk daur ulang dengan cara tidak langsung dengan baik dan benar serta mampu melakukan control terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. B. DASAR TEORI Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit adalah limbah tanning yang berupa limbah krom. Pada umumnya industri penyamakan kulit menggunakan krom sebagai bahan penyamak. Tapi krom yang digunakan sebagai bahan penyamak merupakan krom trivalen yang sifatnya stabil. Krom trivalen ini apabila teroksidari akan menjadi krom heksavalen yang bersifat karsinogenik. Contoh akibat atau b ahaya dari krom adalah kanker kulit, dapat merusak habitat kehidupan air. Maka untuk mengatasi hal tersebut limbah yang dibuang dari industri penyamakan kulit harus kurang dari 2 ppm sesuai dengan baku mutu yang ada . data baku mutu limbah penyamakan kulit dapat dilihat dari tabel berikut: Daur ulang krom sangat penting. Karena dengan daur ulang secara atomatis akan mengurangi kadar krom yang terkandung dalam limbah buangan. Disamping itu dengan daur ulang juga

Transcript of PENGOLAHAN LIMBAH KROM

Page 1: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN LIMBAH KROM UNTUK DAUR ULANG SECARA TIDAK

LANGSUNG

A. TUJUAN

Adapun tujuan dari praktikum pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak

langsung ini adalah agar praktikan dapat mengetahui prinsip pengolahan limbah krom untuk

daur ulang dengan cara tidak langsung dengan baik dan benar serta mampu melakukan

control terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan.

B. DASAR TEORI

Salah satu limbah yang dihasilkan dari industri penyamakan kulit adalah limbah

tanning yang berupa limbah krom. Pada umumnya industri penyamakan kulit menggunakan

krom sebagai bahan penyamak. Tapi krom yang digunakan sebagai bahan penyamak

merupakan krom trivalen yang sifatnya stabil. Krom trivalen ini apabila teroksidari akan

menjadi krom heksavalen yang bersifat karsinogenik.

Contoh akibat atau b ahaya dari krom adalah kanker kulit, dapat merusak habitat

kehidupan air.

Maka untuk mengatasi hal tersebut limbah yang dibuang dari industri penyamakan

kulit harus kurang dari 2 ppm sesuai dengan baku mutu yang ada . data baku mutu limbah

penyamakan kulit dapat dilihat dari tabel berikut:

Daur ulang krom sangat penting. Karena dengan daur ulang secara atomatis akan

mengurangi kadar krom yang terkandung dalam limbah buangan. Disamping itu dengan daur

ulang juga dapat menguntungkan jika dilihat dari segi ekonomi karena dapat menghemat

biaya poduksi penyamakan kulit.

Untuk mengurangi kadar krom dapat dilakukan hal sebagai berikut:

1. Limbah krom didaur ulang secara tidak langsung

Pada daur ulang ini menggunakan bahan koagulan yang berfungsi menggumpalkan

limbah krom. Koagulan-koagulan yang digunakan adalah : NaOH, MgO, Ca(OH)2,

NaHCO3, Na2CO3, NH4(OH), dan MgCO3. Pada mulanya limbah krom diendapkan dengan

koagulan diatas setelah krom mengendap beningan dan padatan dipisahkan. Beningan inilah

yang akan dibuang industri. Untuk padatan kemudian dipress dengan filter press, kemudian

dilarutkan dengan H2SO4 pekat. Krom yang sudah dilarutkan dengan H2SO4 dianalisa

Page 2: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

basisitasnya. Jika basisitas yang ada ternyata dibawah basisitas yang kita inginkan maka

basisitas dapat dinaikkan dengan mengggunakan sada abu (Na2CO3). Tapi jika basisitas yang

kita dapatkan ternyata lebih tinggi dari yang kita harapkan maka basisitas dapat diturunkan

dengan H2SO4.

Dari sekian koagulan yang dapat digunakan sebagi pengendap krom, magnesium

oksida merupakan koagulan paling baik untuk digun akan dalam proses daur ulang limbah

krom karena beningan yang dihasilkan mengandung krom kurang dari 2 ppm.

2. Limbah krom didaur ulang secara langsung

Lombah krom yang telah digunakan untuk proses tanning langsung digunakan

kembali sebagai bahan retenning.

3. Limbah krom dicampur dengan cairan limbah liming

Limbah liming mengandung banyak kapur.limbah liming yang telah mengalami

penyaringan dicampur dengan limbah krom. Tapi pengolahan ini tidak bisa digunakan untuk

mendaur ulang krom. Karena disaat krom yang telah mengendap dilarutkan dengan H2SO4

maka H2SO4 akan bereaksi dengan ion kalisuim membentuk gips yang sulit larut dalam air.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan adalah:beker gelass 100 ml, glas ukur 100 ml, gelas beker

100 ml, corong, labu ukur 100 ml, penyaring, pipet ukur 10 ml, pro pipet, timbangan analitik,

gelas arloji, botol semprot dan pengaduk kaca.

Bahan-bahan yang digunkan adalah: larutan NaoH 10 %, larutan MgO 10%, larutan

Na2CO3 10%, larutan Na4OH 10%, limbah krom.

D. CARA KERJA

1. Dibuat larutan NaoH 10 %, larutan MgO 10%, larutan Na2CO3 10%, larutan Na4OH

10%,

2. Disiapkan 4 beker gass 100 ml masing-masing diisi dengan limbah penyamakan krom

600 ml. Limbah I didisi dengan 30 ml larutan NaoH 10 %, limbah 2 ditambahkan ml

larutan MgO 10%,limbah 3 ditambahkan dengan larutan Na2CO3 10%, limbah 4

ditambahkan 30 mllarutan Na4OH 10%,

3. Ke empat limbah di uji jar test, dan dilakuakan pengamatan

4. Setelah uji limbah didiamkan agar terjadi endapan

5. Larutan disaring kemudian diperas

Page 3: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

6. Bafian cair diuji kadar kromnya dengan spektrofotometer dan bagian yang padat

(endapan yang telah disaring) ditimbang bertanya kemudian dilarutkan dengan H2SO4

pekat dan dihitung basisitasnya.

7. Pengujian kadar krom denga spektofotometri dilakuan sebagai berikut:

a. Dibuat larutan K2Cr2O7 1000 ppm dengan cara 1,413 K2Cr2O7 diencerkan dalam labu

ukur 250 ml

b. Dibuat larutan K2Cr2O7 100 ppm dengan cara larutan K2Cr2O7 1000 ppm diambil 10

ml kemudian diencerkan menjadi 100 ml

c. Dibuat larutan K2Cr2O7 10 ppm dengan cara larutan K2Cr2O7 100 ppm diambil 10 ml

kemudian diencerkan menjadi 100 ml

d. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 2 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 10 ml

kemudian diencerkan menjadi 50 ml

e. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 1 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 5 ml

kemudian diencerkan menjadi 50 ml

f. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 0,2 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 2,5 ml

kemudian diencerkan menjadi 50 ml

g. Dibuat larutan standart K2Cr2O7 0,1 ppm dengan cara larutan 10 ppm diambil 1 ml

kemudian diencerkan menjadi 50 ml

h. Sampel (limbah beningan ) diambil 1 ml kemudian diencerka menjadi 100 ml,

kemudian disaring dan diambil 50 ml dimasukkan dalm labu ukur 50 ml dan

ditambahkan 3-5 tetes diphenil karbazid dan 3-5 tetes H5PO4.

i. Sampel dan larutan standart siap di ukur kosentrasi kromnya dengan spektrofotometer.

Page 4: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Karakteristik bahan dan pHnya masing-masing

No Koagulant Bentuk zatWarna larutan

koagulantpH

larutan1

2

3

4

5

NaOH (natrium hidroksida)

MgO (magnesium Hidroksida)

Na2CO3 (natrium karbonat)

NH4OH (amonium hidroksida)

Limbah Krom

Pellet putih

Kristal putih

Serbuk

Cair bening

Cair hijau

Cair, bening

Cair, putih susu

Cair bening

Cair bening

10

10

12

11

4

Tabel 2. Hasil pengamatan pada saat proses koagulasi

No KoagulantWarna

Pengadukan cepat Pengadukan lambat Sesudah 30 menit1.

2.

3

4.

MgO 10%

NaOH 10%

Na2CO3 10%

NH4OH 10%

Hijau tua ada endapan putihBiru ada endapan putihBiru ada endapan putihBiru ada endapan putih

Hijau ada endapan putihBiru ada endapan putihBiru ada endapan putihBiru ada endapan putih

Biru keruh dan cepat mengendapBiru pekat keruh

Biru keruh

Biru keruh

Tabel 3. Hasil pengamatan kondisi pH limbah sebelum dan sesudah pengadukan

No koagulantpH limbah

awal akhir1.2.3..4.

MgO 10%NaOH 10%

Na2CO3 10%NH4OH 10%

10141112

1010108

Tabel 4. Berat endapan limbah krom yang telah disaring dan banyaknya volum H2SO4 untuk

melarutkan padatan limbah krom

No Koagulant Berat endapan Volum H2SO4

1.

2.

3.

3.

MgO 10%

NaOH 10%

Na2CO3 10%

NH4OH 10%

13,630 gr

11,567 gr

15,590 gr

16,308 gr

12 ml

21 ml

6,5 ml

4 ml

Page 5: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Absorbansi dengan menggunakan Spektrofotometer

Konsentrasi (ppm) Abs 1 Abs 2 Abs 3

Limbah

MgO

NaOH

NH4OH

Na2CO3

2 ppm

1 ppm

0,5 ppm

0,2 ppm

-0,006

-0,008

0,016

-0,023

0,025

0,443

0,805

0,240

0,217

0,037

-0,038

-0,006

-0,006

0,015

0,452

0,777

0,274

0,220

0,020

-0,005

0,034

-0,022

-0,008

0,488

0,790

0,259

0,210

F. PEMBAHASAN

Page 6: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

Dari hasil pengamatan pada kecepatan pengendapan dari bahan-bahan koagulant yang

digunakan dapat dilihat bahwa koagulant MgO yang paling cepat membentuk endapan

kemudian NaOH, Na2CO3 dan terakhir NH4OH. Limbah krom yang ditambahkan koagulant

MgO pada proses pengadukan cepat telah terbentuk endapan berwarna putih dan terlihat telah

tebentuk 2 fase pada larutan yaitu fase agak jernih dan fase agak pekat pada bagian dasar

wadah, dan pada saat pengadukan lambat fase tersebut makin terlihat jelas dan terlihat

gumpalan molekul melayang dalam larutan dan hal ini menunjukkan bahan koagulant telah

bereaksi dengan molekul krom didalam larutan dan mengikat molekul kecil-kecil sehingga

menjadi molekul besar dan pada akhirnya pada saat didaiamkan molekul-molekul besar

tersebut jatuh kedasar wadah dan menjadi endapan atau yang dikenal dengan proses

sedimentasi dan cairan diahasilakan berwarna biru keruh dan warna biru ini dihasilkan dari

efek terjadinya reaksi asam basa antara MgO yang besifat basa (pH 10) dan limbah krom

bersifat asam (pH 4) dan karena MgO atau basa yang dominan dibandingkan limbah krom

atau asam sehingga campuran larutan menjadi bersifat basa pada pH 10.

Sedangkan koagulant lainnya pengendapannya lebih lambat dibandingkan MgO dan

menghasilkan cairan berwarna biru lebih pekat dibandingkan MgO.dan pH larutan campuran

setelah pengadukan rata mengalami penurunan dari pH sebelum pengadukan dan penurunan

pH inilah yang membuat larutan menjadi berwarna lebih pekat karena terjadi reaksi antara ion

H+ dengan ion OH- sehingga akibat reaksi ini ada sebagian partikel krom yang tidak terikat

oleh koagulant yang ditambahkan dan masih melayang-layang didalam larutan.

Sedangkan dari hasil pengamatan menggunakan alat spetrofotometer yang melihat

panjang gelombag dari masing-masing larutan didapat hasil bahwa larutan limbah dari ketiga

kali percobaan memiliki rata – rata panjang gelombang yang lebih tinggi dari larutan bahan

lainnya (koagulant yang digunakan) dan ini membuktikan bahwa partikel yang terdapat

dalam larutan limbah krom lebih banyak dibandingkan partikel yang ada pada larutan

koagulant lainya karena semakin banyak partikel yang menghalangi sinar maka panjang

gelombangnya akan semakin tinggi dan semakin tinggi gelombangnya berarti larutan tersebut

memiliki konsentrasi yang lebih pekat dibandingkan larutan lainya.

Dalam pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak langsung banyak

memiliki kelebihan dibandingkan cara pengolahan limbah krom dengan cara yang lainya,

kelebihan-kelebihan tersebut meliputi cairan yang dihasilkan dari proses pengendapan dapat

langsung dibuang kelingkungan karena memiliki kadar krom sebanyak 2 ppm serta endapan

yang dihasilkan dapat didaur ulang dan dijadikan sebagai krom aktif lagi dan bisa dipakai

Page 7: PENGOLAHAN LIMBAH KROM

untuk penyamakan kulit dengan mereaksikan endapan tersebut dengan H2SO4 dan dengan

begitu dapat menghemat biaya dalam produksi, namun hal ini tidak dapat dilakukan pada

pengendapan yang menggunakan kapur hal ini dikarenakan endapan yang mengandung kapur

apabila direaksikan dengan H2SO4 akan menghasilkan endapan giff berwarna putih sehingga

tidak dapat digunakan sebagai krom aktif. Dan dari volum endapan yang dihasilkan dapat

dilihat bahwa koagulant NH4OH menghasilkan endapan yang paling banyak dan

menggunakan H2SO4 lebih sedikit untuk melarutkan endapan kembali yaitu sebesar 4 ml

kemudian Na2CO3 yang menghasilkan endapan sebanyak 15,9 gram dan membutuhkan

H2SO4 sebanyak 6,5 ml sedangkan MgO dan NaOH menghasilkan endapan masing-masing

sebanyak 13,6 dan 11,5 gram dan menggunakan H2SO4 masing-masing sebesar 12 dan 21 ml.

G. KESIMPULAN

Dari praktikum pengolahan limbah krom untuk daur ulang secara tidak langsung

dapat disimpulkan bahwa untuk mengolah limbah krom bahan koagulant yang dugunakan

adalah koagulant yang bersifat basa dan dapat dijadikan krom aktif kembali dengan cara

ditambahkan atau direaksikan dengan H2SO4.

H. DAFTAR PUSTAKA

Iswahyuni, 2009, “Buku Panduan Praktikum Pengolahan Limbah” Akademi Teknologi

Kulit; Yogyakarta.

[email protected] Industri Penyamakan Kulit dan Dampak Terhadap

Lingkungan

Yogyakarta, 13 Juli 2009

Mengetahui

Asisten Dosen Praktikan

Eko Nuraini, A.Md Hidayatullah