PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4
-
Upload
yosi-dwi-saputro-part-ii -
Category
Documents
-
view
291 -
download
0
Transcript of PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4
PENGKAJIAN NUTRISI
Status nutrisi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa,2001). Untuk mengetahui keadaan nutrisi seseorang perlu dilakuakan Pengkajian Nutrisi yang tepat. Pengkajian nutrisi digunakan dalam berbagai situasi untuk menentukan kemungkinan seseorang mengalami defisiensi nutriens tertentu.
Metode Pengkajian Status Nutrisi oleh Community Nutrition Assessment
FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE PENGKAJIAN NUTRISI
1. Tujuan Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, karena merupakan dasar acuan metode apa yang akan dipilh
2. Unit sample yang akan diukurBerbagai jenis unit sample yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status nutrisi. Jenis unit sample yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi.
3. Jenis Informasi yang DibutuhkanPemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi social ekonomi.
4. Tingkat reabilitas dan akurasi yang dibutuhkanMasing-masing metode penilaian memiliki tingkat yang berbeda.
Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung
AntropometriBiokimia
Clinis AssessmentDiet History
Statistik VitalFaktor Ekologi
Penilaian Status Nutrisi
5. Tersedia fasilitas dan peralatanFasilitas tersebut ada yang mudah didapat da nada pula yang sangat sulit diperoleh
6. TenagaKetersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi penggunaan metode status gizi.
7. WaktuKetersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode yang akan digunakan. Waktu bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan
8. DanaMasalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status nutrisi. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status nutrisi.
METODE PENGKAJIAN NUTRISI LANGSUNG
1. ANTROPOMETRI
Pengertian antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antrophos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara
lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Penggunaan
Antropometri sangat umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain
setelah dilatih untuk itu
4. Biaya relative murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya
5. Hasilnya mudah disimpulkan , karena mempunyai ambang batas dan baku rujukan yang sudah
pasti jadi
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya
Keunggulan dan Kelemahan Antropometri
Keunggulan antropometri , antara lain:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar
2. Relative tidak membutuhkan tenaga ahli
3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama dan dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
4. Metode ini tapat dan akurat karena dapat dibakukan
5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau
6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada
ambang batas yang jelas
Kelemahan antropometri, antara lain:
1. Tidak sensitive atau metode ini tidak daapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan
tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu
2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetic, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri
3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas
pengukuran antropometri gizi
4. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun
komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru.
5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan
alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran
Jenis Parameter
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak
dibawah kulit.
A. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interprestasi stastus gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980 dalam Susilowati, 2008).:
a. Tahun umur penuh (completed year).
Disini penghitungan dibulatkan kearah tahun Contoh: seorang anak berumur 6 tahun 2
bulan, maka dalam catatan penghitungannya ditulis 6 tahun. Seorang anak dengan umur 5
tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
b. Bulan usia penuh (completed month)
Penghitungan ini digunakan untuk anak yang berada dalam rentang umur 0 sampai 2tahun
Contoh: balita yang berumur 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan. Balita dengan umur 2 bulan 26
hari, dihitung 2 bulan.
B. Berat badan
BB atau berat badan merupakan antropometri yang penting juga karena pengukuran ini dapat
menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang pada seseorang.
Keadaan BB pada masa bayi atau balita dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik
maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, atau adanya
tumor. Selain tiu BB juga dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam perhitungan pembuatan
dosis obat dan makanan.
Keadaan tubuh seorang remaja biasanya terdapat kecenderungan peningkatan proporsi lemak
dan keadaan protein otot yang menurun, namun ini sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan
variasi kegiatan sehari-hari.
Pada seorang yang mengalami gangguan atau penyakit, misal klien dengan edema dan asites,
maka terjadi penambahan cairan dalam tubuh sehingga seakan-akan mengalami pertambahan BB (BB
basah) dan pada klien dengan tumor dapat terjadi keadaan menurunkan jaringan lemak dan otot,
khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi, karena konsentrasi pertumbuhan dan metabolis
cenderung terkonsentrasi pada jaringan yang mengalami keganasan.
Alat ukur yang dapat digunakan disini adalah timbangan badan, baik timbangan mucin untuk
balita, timbangan mandi dan digital untuk orang dewasa, maupun timbangan gabungan BB dan TB
yang dapat digunakan pada orang yang dapat berdiri tegak.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain:
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan
gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
3. Merupakan ukuran antropomertri yang sudah dipakai secara umum dan luas di indonesia
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak di pengaruhi oleh keterampilan pengukur
Penentuan berat badan dilakukan dangan cara menimbang. Alat yang digunakan dilapangan
sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya
3. Ketelitian timbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4. Skalanya mudah dibaca
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita
a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi
dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai
salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakterisik berat badan yang labil, maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
b) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan ini memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan dengan
kecepatan tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.
STATUS GIZI Ambang Batas Baku Untuk Keadaan Gizi Berdasarakan Indeks
BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB
Gizi baik 80 % 85 % 90% 85% 85%
Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%
Gizi buruk < 60 % < 70 % < 80% < 70 % <75%
C. Tinggi Badan
Tinggi badan (TB) merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal pada tubuh seseorang.
Pada keadaan normal, pertambahan TB anak akan tumbuh seiring dengan pertambahan
umurnya. Informasi TB bila dikaitkan dengan BB (Berat Badan) memberikan informasi yg bermakna,
namun Pertumbuhan TB tidak seperti BB, yakni pertumbuhannya relatif kurang sensitif terutama
pada saat terjadi masalah kekurangan gizi dalam waktu yang singkat (hitungan hari).
Alat yang adapat digunakan untuk mengukur TB antara lain :
a. Alat Pengukur Panjang Badan Bayi : untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri.
b. Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri.
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pada
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan
tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
pendek.
D. Lingkaran Tubuh
Yang termasuk lingkar tubuh disini antara lain : LILA (lingkar lengan atas), lingkar Kepala, lingkar
dada, lingkar panggul, namun yang akan dibahas disini adalah LILA, lingkar kepala dan lingkar dada.
1. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak alat-alat yang sulit di peroleh dengan harga yang
murah. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit
selain itu Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
1. Status KEP (kekurangan energi protein) pada balita
2. KEK (kekurangan energi kalori) pada ibu WUS (wanita usia subur) dan ibu hamil: risiko bayi BBLR
(barat badan lahir rendah).
Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, terutama jika digunakan
sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, karena:
Baku lingkar lengan atas yag digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk
digunakan di Indonesia
Kesalahan pengukuran LLA relative lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan
LLA sensitive terhadap suatu golongan tertentu, tapi kurang sensitive untuk golongan lain
terutama dewasa.
2. Lingkar Kepala
Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak
meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimana pun juga ukuran otak dan lapisan tulang
kepala dan tengkorak dapat berfariasi sesuai dengan keadaan gizi.
Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama tumbuh kembang, tetapi besar
lingkar kepala saja tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Lika (lingkar kepala) dapat
digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.
Dalam antropometri gizi, rasio Lika dan Lida (lingkar dada) cukup berguna dalam menentukan
kejadian KEP pada anak.
Alat dan Teknik Pengukuran
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm, flesibel,
tidak mudah patah. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Cara nya dengan
melingkarkan pita pada kepala.
3. Lingkar Dada
Biasanya di lakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan
lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan
pertumbuhan dada lebih cepat. dan dapat diaplikasikan kepada orang dewasa, terutama wanita
untuk melihat proporsi bentuk tubuh.Ini dapat di gunakan pada dinding indicator dalam menentukan
kekurangan energi protein pada anak balita.
Alat dan Teknik Pengukuran
Alta yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biaasanya terbuat dari serat kaca
(fiberglass). Pengukuran dilakuakn pada garis putting susu
4. Jaringan Lunak
Otak, hati, jantung dan organ lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan,
tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan
lunak yang sangat berfariasi pada penderita kekurangan energi protein. Antropometri jaringan dapat
di lakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.
Lemak subkutan
Penelitian komposisi tubuh, temasuk informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak subkutan,
dapat dilakuakan dengan bermacam metode:
1. Ultrasonik
2. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater weighting)
3. Teknik Isotop Dilution
4. Metoda Radiological
5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)
6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-fold calipers)
Diantara metode yang tersebut diatas, metode yang paling sering dan praktis digunakan di
lapangan adalah antropometri fisik yang biasanya menggunakan Harpenden Calipers yang
mempunyai kelebihan standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1 mm, tekanan
konstan 10 g/ mm2. Jenis alat yang sering digunakan, alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol
apabila terlihat penyimpangan.
Teknik Pengukuran
Mengukur lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak sub
kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung dari tujuan penelitian, umur yang akan diperiksa
(distribusi lemak berbeda menurut umur), seks, ketelitian daerah yang akan diukur, ketebalannya
relative sama dari lapisan kulit dan lemak, mudah dilaksanakan dan sopan. Sebaiknya diukur bagian-
bagian tubuh bagian kiri. Total lemak dalam tubuh dapat diukur dari pengukuran beberapa tempat
seperti trisep, bisep, dan subscapular serta suprailiaka.
2. BIOKIMIA
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
Pemeriksaan melalui laboratorium atau biokimia terutama digunakan untuk mendeteksi
defisiensi-defisiensi nutrisional yang belum menyebabkan gejala-gejala (yaitu defisiensi-defisiensi
subklinis) atau untuk mengkonfirmasi temuan-temuan subyektif saat ini. Pengkajian biokimia dari
status nutrisional dapat meliputi status protein serum, penunjuk-penunjuk hematologis, status besi,
status mineral, status vitamin, dan status lemak. Hasil dari tes-tes biokimia dievaluasi dengan
membandingkannya dengan nilai-nilai acuan. Akan tetapi, ketika menginterpretasikan nilai-nilai
abnormal, selalu kecualikan kemungkinan kesalahan laboratorium atau sebab-sebab lain nilai
abnormal .Faktor yang Dapat Mempengaruhi Tes Tes Biokimia‐
Faktor – Faktor yang Dapat Mempengaruhi Tes-Tes Biokimia
Regulasi homeostatis
Variasi diurnal
Kontaminasi sampel
Keadaan fisiologis
Infeksi infeksi‐
Status hormonal
Latihan fisik
Usia, jenis kelamin, dan kelompok etnis
Asupan diet baru baru ini‐
Hemolisis (untuk serum/plasma)
Obat obatan‐
Keadaan penyakit
Interaksi interaksi nutrien‐
Stress terkait inflamasi
Penurunan berat badan
Prosedur prosedur pengambilan dan koleksi sampel‐
Akurasi dan presisi metode analitik
Sensitivitas dan spesifisitas metode analitik
Diadaptasi dari Gibson RS. Nutritional Assessment: A Laboratory Manual. New York: Oxford University
Press, 1993:104
A. Status Protein
Mayoritas protein tubuh terkonsentrasi dalam otot rangka (yaitu pool/kumpulan protein
somatik), dengan selebihnya dalam kumpulan protein viseral. Protein viseral ditemukan dalam
protein-protein serum, eritrosit, granulosit, limfosit, hati, ginjal, pankreas, dan jantung. Ukuran-
ukuran status protein viseral merupakan yang paling umum diperoleh, dan ini meliputi protein serum
total, albumin, transferin, protein pengikat retinol (retinol-binding protein), prealbumin, fibronektin,
dan somatomedin C. Albumin serum dan transferin merupakan penunjuk-penunjuk pengkajian yang
paling sering digunakan dan palng baik dilakukan untuk memonitor perubahan-perubahan jangka
panjang dalam status nutrisional. Ukuran-ukuran protein pengikat retinol dan pre-albumin dalam
serum lebih baik digunakan untuk memonitor perubahan-perubahan jangka pendek dalam status
protein viseral, karena mereka memiliki total kumpulan tubuh yang kecil, waktu paruh yang lebih
pendek, dan spesifisitas yang relatif tinggi. Somatomedin C atau faktor pertumbuhan I serupa insulin
bahkan lebih sensitif untuk perubahan-perubahan akut dalam status protein. Ukuran yang paling
umum dilakukan untuk mengkaji status protein somatik didasarkan pada kadar kreatinin. Kreatinin
diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam urin sebagai produk sampingan dari metabolisme
kreatin. Kreatin utamanya terkonsentrasi dalam otot tubuh. Indeks tinggi-kreatinin/creatinine-height
index (CHI), yang dapat dikalkulasikan setelah pengambilan sampel urin 24 jam, adalah persentase
bahwa ukuran kreatinin 24 jam aktual merepresentasikan nilai yang diharapkan:
CHI = (ekskresi kreatinin 24 jam aktual / ekskresi kreatinin 24 jam ideal) x 100%
Namun, ekskresi kreatinin ideal untuk dewasa bervariasi menurut tinggi. Semakin
rendah CHI, semakin parah deplesi protein somatik. Disfungsi ginjal, dehidrasi, asupan diet protein
yang tinggi, penggunaan steroid, usia, stress, akurasi pengambilan 24 jam, dan kesesuaian dari
standard-standard berat terhadap tinggi yang ideal semuanya dapat mempengaruhi, yang dengannya
CHI mencerminkan massa otot dalam subyek. CHI memiliki kegunaan yang terbatas dalam praktek
klinis kecuali untuk memverifikasi keakuratan pengambilan urin 24 jam untuk keseimbangan nitrogen.
Penentuan keseimbangan nitrogen juga dapat digunakan sebagai penanda kecukupan nutrisi yang
diberikan. Katabolisme asam amino menghasilkan penglepasan nitrogen, yang diekskresikan dalam
urin sebagai urea. Konsentrasi urea-nitrogen dalam urin bergantung pada asupan protein dalam diet,
fungsi renal subyek, dan volume urin. Kisaran normal ekskresi urea-nitrogen urin pada orang sehat
adalah 9.3 hingga 16.2 g/hari. Keseimbangan nitrogen mengindikasikan perubahan bersih dalam
massa protein tubuh total dan, oleh karenanya, dapat menyediakan bukti untuk menentukan apakah
seseorang anabolik (yaitu keseimbangan nirogen positif) atau katabolik (keseimbangan nitrogen
negatif). Keseimbangan nitrogen dapat dikalkulasikan menggunakan formula berikut ini:
Keseimbangan Protein = Asupan protein (g) / 6.25 – Urea-nitrogen urin (g) + 4 g(untuk kehilangan
nitrogen nonurea)
B. Penanda-Penanda Hematologis
Parameter-parameter hematologis yang paling sering digunakan dalam pengkajian nutrisional
termasuk dalam hitung darah lengkap, yang terdiri dari hemoglobin, hematokrit, hitung sel darah
merah, hitung platelet, jumlah dan jenis sel darah putih/white blood cells (WBC; yaitu pembedaan),
dan tiga penanda sel darah merah: (i) rata-rata volume sel, (ii) ratarata hemoglobin sel, dan (iii) rata-
rata konsentrasi hemoglobin sel. Teristimewa, dalam pengkajian komprehensif, penanda-penanda
seperti laju sedimentasi eritrosit, hitung retikulosit, kerapuhan osmotik, penggumpalan darah, dan
karakteristik tulang rawan juga dapat digunakan. Penanda-penanda yang paling umum diperiksa
untuk pengkajian nutrisional adalah hemoglobin dan hematokrit. Nilai hemoglobin bervariasi
menurut usia, jenis kelamin, dan ras. Etnis Afrika- Amerika memiliki nilai hemoglobin yang sedikit
lebih rendah dibandingkan etnis Kaukasia. Kadar hemoglobin normal berkisar dari 13 hingga 18 g/dL
pada laki-laki dan dari 12 hingga 16 g/dL pada perempuan. Kadar hemoglobin yang meningkat dapat
terjadi pada dehidrasi, penurunan kadar dapat mengindikasikan anemia, perdarahan baru-baru ini,
atau pengenceran yang diakibatkan kelebihan cairan. Nilai hematokrit juga bervariasi menurut usia
dan jenis kelamin. Nilai hematocrit normal berkisar mulai dari 37% hingga 53% pada laki-laki dan dari
36% hingga 46% pada perempuan. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi. Akan
tetapi, nilai yang menurun lebih umum, dan dapat terjadi pada beberapa kondisi, termasuk infeksi
kronis, inflamasi kronis, perdarahan, kehamilan, dan hidrasi berlebihan.
C. Status Besi
Setelah penapisan terhadap status besi dilakukan menggunakan penanda-penanda
hematologis, pengujian yang lebih spesifik dapat dilakukan untuk mengisolasi faktor penyebab dari
anemia. Besi dalam serum, kapasitas pengikatan besi tidak jenuh dalam serum, dan ferritin serum
merupakan tes-tes biokimia umum untuk mengkaji status besi pasien. Hitung besi dalam serum
mencerminkan jumlah atom besi terikat pada transferrin. Nilai besi serum normal bervariasi diantara
laki-laki (50 hingga 160 μg/dL) dan perempuan (40 hingga 150 μg/dL). Nilai besi serum yang rendah
dapat dihasilkan dari anemia defisiensi besi, infeksi, inflamasi, malignansi/keganasan, dan
peningkatan eritropoiesis. Nilai besi serum yang tinggi dapat dihasilkan dari penurunan eritropoiesis,
hemokromatosis, anemia hemolitik, kerusakan hati akut, absorpsi besi yang berlebihan dari saluran
cerna, transfusi, dan terapi besi. Berkebalikan dengan konsentrasi besi serum, total kapasitas
pengikatan besi lebih kurang terpengaruh oleh keadaan-keadaan penyakit lain, dan nilai ferritin
serum biasanya rendah hanya pada pasien dengan defisiensi besi.
D. Status Mineral
Komponen mineral utama tubuh manusia adalah kalsium, fosfor, dan magnesium. Mineral-
mineral tersebut berfungsi dalam mempertahankan tulang dan jaringan lunak, dan mereka berfungsi
sebagai agen-agen pengaturan dalam cairan tubuh. Konsentrasi normal dalam serum untuk kalsium,
fosfor, dan magnesium adalah 8.8 hingga 10.3 mg/dL (2.2 hingga 2.6 mmol/L), 2.5 hingga 5 mg/dL
(0.8 hingga 1.6 mmol/L), dan 1.6 hingga 2.4 mEq/L (0.8 hingga 1.2 mmol/L), secara berurutan. Mineral
runut terdapat di tubuh dalam jumlah yang sangat kecil (yaitu “runut”) dan umumnya merupakan
kurang dari 0.01% massa tubuh. Walaupun sebanyak 10 mineral runut telah ditentukan essensial
pada manusia, keadaan defisiensi telah diidentifikasi untuk seng, tembaga, mangan, selenium,
kromium, iodin, molibdenum, dan besi.
Evaluasi dari terapi pengobatan pasien memainkan peran penting dalam mengkaji defisiensi
mineral. Banyak pengobatan telah mengubah keberhasilan atau efek samping dalam keberadaan
defisiensi atau kelebihan mineral Defisiensi-defisiensi klinis mineral runut dihasilkan pada pasien
dengan kehilangan mineral yang abnormal. Defisiensi seng seringkali terjadi pada pasien dengan
penyakit Crohn’s, sindrom-sindrom malabsorpsi, atau kehilangan fistula. Pasien dengan keadaan-
keadaan malabsorpsi, enteropathi kehilangan protein, atau sindrom nefrotik dapat memberi
kecenderungan terhadap defisiensi tembaga. Hampir sama dengan itu, defisiensi molibdenum dapat
terjadi pada pasien-pasien dengan kehilangan yang berlebihan melalui traktus gastrointestinal
(misalnya dengan sindrom short bowel). Nutrisi jangka panjang secara enteral dan parenteral
memberi pasien – pasien kecenderungan terhadap defisiensi seng, tembaga, kromium, mangan,
selenium, dan atau molibdenum.
E. Status Vitamin
Status vitamin adalah keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan vitamin pada pasien
tertentu pada suatu titik tertentu dalam waktu. Defisiensi vitamin adalah kekurangan suatu vitamin
relatif terhadap kebutuhannya dari subyek tertentu. Defisiensi vitamin primer diakibatkan oleh
kegagalan untuk mengasup vitamin dalam jumlah yang mencukupi. Sebab – sebab potensial dari
defisiensi vitamin primer meliputi kebiasaan-kebiasaan makanan yang buruk, kemiskinan,
ketidaktahuan, kekurangan makanan total, kekurangan makanan-makanan kaya vitamin, anoreksia
(misalnya: lansia yang terpaksa tinggal di rumah, pasien-pasien yang lemah, orang-orang dengan
permasalahan gigi), tabu dan kegemaran sementara makanan (misalnya: puasa), dan kelesuan.
Sebaliknya, defisiensi sekunder diakibatkan oleh kegagalan menyerap atau sebaliknya menggunakan
vitamin. Sebab-sebab potensial untuk defisiensi sekunder meliputi pencernaan yang buruk (misalnya:
achlorhydria), malabsorpsi (misalnya: diare, infeksi bakteri, operasi bariatric), penggunaan yang
dilemahkan (misalnya: terapi obat), kebutuhan-kebutuhan yang meningkat (misalnya: kehamilan,
laktasi, infeksi, pertumbuhan yang cepat), pengrusakan vitamin (misalnya: penyimpanan, proses
memasak), dan peningkatan ekskresi vitamin (misalnya: berkeringat secara berlebihan, diuresis,
laktasi). Serupa dengan defisiensi mineral, tanda-tanda klinis dari sebagian besar defisiensi vitamin
tidak terlalu spesifik. Beberapa dari manifestasi defisiensi besi yang paling umum defisiensi vitamin
meliputi anemia (misalnya: vitamin B6, vitamin B12, asam folat), neuropati perifer (misalnya: vitamin
B6, vitamin B12), perubahan-perubahan pada kulit dan membran mukosa (misalnya: vitamin B2 ,
niasin, vitamin A , vitamin C, dan perubahan-perubahan pada formasi atau komposisi tulang (vitamin
C dan D). Defisiensi vitamin A dapat terjadi dengan beragam perubahan pada mata, termasuk Bitot’s
spots, exoftalmia (yaitu: mata kering), keratomalasia (yaitu: pelembutan kornea), dan rabun senja.
F. Status Lipid
Pengkajian status lipid dalam darah dapat memberikan evaluasi dari metabolisme lemak.
Kolesterol serum total dan tingkat trigliserida serum paling umum digunakan untuk menapis status
nutrisional sebagaimana juga resiko kardiovaskular. Bab ini berpusat pada pengkajian status
nutrisional; untuk diskusi lebih lengkap dari pengkajian kardiovaskular Kolesterol merupakan
prekursor untuk sintesis asam empedu dan hormon-hormon steroid. Konsentrasi kolesterol normal
bervarasi menurut usia dan jenis kelamin, berkisar dari 120 hingga 200 mg/dL. Nilai kolesterol
cenderung meningkat dengan usia dan sedikit lebih rendah pada perempuan hingga menopause, dan
setelahnya melampaui nilai normal untuk lakI- laki. Sampel darah puasa harus digunakan ketika
menentukan nilai kolesterol oleh karena variasi-variasi yang luas (≤20%) diakibatkan oleh komposisi
asam lemak dan kandungan kolesterol dalam diet. Tingkat trigliserida serum digunakan untuk
menapis hiperlipidemia dan untuk menentukan resiko pasien terhadap penyakit arteri koroner.
Pengukuran ini juga dapat membantu untuk menentukan jenis spesifik dari hiperlipidemia yang ada.
Konsentrasi trigliserida mencapai tingkat normal dewasa pada hari ketiga kehidupan, dan secara
berangsurangsur meningkat setelah 30 tahun usia. Perempuan cenderung memiliki tingkat trigliserida
serum yang lebih tinggi daripada laki-laki. Tingkat trigliserida normal berkisar dari 10 hingga 190
mg/dL. Pasien dengan diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan hiperlipidemia primer tertentu
seringkali memiliki tingkat trigliserida serum yang tinggi.
G. Penunjuk Penunjuk Fungsi Imun
Uji-uji fungsi imun yang paling umum digunakan dalam status nutrisional adalah hitung total
limfosit/total lymphocyte count (TLC) dan uji kulit. Kehilangan immunocompetence sangat berkaitan
erat dengan malnutrisi. TLC mencerminkan jumlah total limfosit yang bersirkulasi, mayoritas
daripadanya adalah sel-sel T. TLC dapat dihitung dari WBC dan diferensial WBC:
TLC (sel/mm3) = WBC X (% Limfosit / 100)
3. KLINIS
Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
Keunggulan dan Keterbatasan Pemeriksaan Clinis
Keunggulan:
1. pemeriksaan clinis relative murah tidak memerlukan biaya terlalu besar
2. dalam pelaksanaannya, pemeriksaan tidk memerlukan tenaga khusus tetapi, tanaga paramedic
bisa dilatih
3. sederhana, cepat dan mudah diinterprestasikan
4. tidak memerlukan peralatan yang rumit
Keterbatasan
1. Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, sehingga perlu orang-orang yang ahli dalam
menentukan gejala klinis rersebut. Namun demikian, para tenaga medis dapat dilatih untuk
melakukan pemeriksaan klinis
2. Gejala klinis tidak bersifat spesifik
3. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple
4. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga terjadi pada
saat sembuh. Hepatomegali (pembesaran hati) sebagai contoh dapat terjadi pada keadaan
malnutrisi awal dan terjadi juga pada masa penyembuhannya
5. Adanya fariasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena satu gejala klinis bisa dipengaruhi
beberapa factor seperti genetik, lingkungan, kebiasaan dll.
TANDA – TANDA DAN GEJALA KLINIS DEFISIENSI NUTRISI
No Bagian Tubuh Tanda klinik Kemungkinan kekurangan
1 Tanda umum Penurunan berat badan dehidrasi, haus pertumbuhan terhambat
Kalori,Air, dan vitamin A
2 Rambut Kekuningan
kekurangan pigmen,kusut
Protein
3 Kulit Deatitis
Dermatosis pada bayi
Petechial hemorrhages
Eksema
Niasin, riboflavin, biotin
Lemak
Asam askorbat
4 Mata Photopobia
Rabun senja
Riboflavin
Vitamin A
5 Mulut Stomatitis
Glositis
Riboflavin
Niasin, asam folik, vitamin B12,zat besi
6 Gigi Karies Flour
7 Neuromoskuler Kejang otot
Lemah otot
Vitamin D
8 Tulang Riketsia Vitamin D
9 Gastrointestinal Anoreksia Mual dan muntah Thiamin, garam dapur, NaCl
10 Endokrin Gondok Iodium
11 Kardipovaskuler Pendarahan peny, Jantung, anemia Vitamin K, thiamin, pyridoxine, zat besi
12 Sistem saraf Kelainan mental dan saraf Vitamin B12
4. DIET
Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu populasi penduduk.
Sedangkan diet seimbang adalah diet yang memberikan semua nutrien dalam jumlah yang memadai,
tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit.
Asupan makanan dikalkulasi dan juga perlu evaluasi dari faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kondisi
pasien, misalnya masalah malabsorpsi dan juga obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Pada anak-anak penyandang cacat
atau yang sedang menderita penyakit kronis, sangat penting untuk mengetahui asupan makanan apa saja yang sedang
dikonsumsi. Tiga metode yang tersedia untuk mengumpulkan data pola diet, yaitu food list, food record,dan family food
account .
TIDAK LANGSUNG
1. STATISTIK VITAL
Pengertian :
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dari beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaan :
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.
2. FAKTOR EKOLOGI
Pengertian :
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Penggunaan :
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab manutrisi
di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi ( Schrimshaw, 1964).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsir. Sunita. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
E. Beck, Mary. 1993. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Doenges,Marilynn E.1999.Rencana asuhan keperawatan.Jakarta:EGC.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Potter,Patricia A.2005.Buku fundamental keperawatan.Jakarta:EGC.
Supariasa, I Dewa Nyoman, et all. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Raylene M Rospond, 2008. Nutrition Assesment for Dietation. Mosby
Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi Dengan Antropometri Gizi.
(http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/antropometri-gizi.pdf, diakses 23 juli 2012).