PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

24
PENGKAJIAN NUTRISI Status nutrisi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa,2001). Untuk mengetahui keadaan nutrisi seseorang perlu dilakuakan Pengkajian Nutrisi yang tepat. Pengkajian nutrisi digunakan dalam berbagai situasi untuk menentukan kemungkinan seseorang mengalami defisiensi nutriens tertentu. Metode Pengkajian Status Nutrisi oleh Community Nutrition Assessment FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE PENGKAJIAN NUTRISI 1. Tujuan Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, karena merupakan dasar acuan metode apa yang akan dipilh 2. Unit sample yang akan diukur Berbagai jenis unit sample yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status nutrisi. Jenis unit sample Pengukuran Pengukuran Tidak Antropometri Biokimia Clinis Assessment Diet History Statistik Vital Faktor Ekologi Penilaian Status Nutrisi

Transcript of PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Page 1: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

PENGKAJIAN NUTRISI

Status nutrisi merupakan keadaan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa,2001). Untuk mengetahui keadaan nutrisi seseorang perlu dilakuakan Pengkajian Nutrisi yang tepat. Pengkajian nutrisi digunakan dalam berbagai situasi untuk menentukan kemungkinan seseorang mengalami defisiensi nutriens tertentu.

Metode Pengkajian Status Nutrisi oleh Community Nutrition Assessment

FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH METODE PENGKAJIAN NUTRISI

1. Tujuan Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, karena merupakan dasar acuan metode apa yang akan dipilh

2. Unit sample yang akan diukurBerbagai jenis unit sample yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan metode penilaian status nutrisi. Jenis unit sample yang akan diukur meliputi individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi.

3. Jenis Informasi yang DibutuhkanPemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis informasi yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan, berat dan tinggi badan, tingkat hemoglobin dan situasi social ekonomi.

4. Tingkat reabilitas dan akurasi yang dibutuhkanMasing-masing metode penilaian memiliki tingkat yang berbeda.

Pengukuran Langsung Pengukuran Tidak Langsung

AntropometriBiokimia

Clinis AssessmentDiet History

Statistik VitalFaktor Ekologi

Penilaian Status Nutrisi

Page 2: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

5. Tersedia fasilitas dan peralatanFasilitas tersebut ada yang mudah didapat da nada pula yang sangat sulit diperoleh

6. TenagaKetersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi penggunaan metode status gizi.

7. WaktuKetersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode yang akan digunakan. Waktu bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan

8. DanaMasalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status nutrisi. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status nutrisi.

METODE PENGKAJIAN NUTRISI LANGSUNG

1. ANTROPOMETRI

Pengertian antropometri berasal dari kata antropos dan metros. Antrophos artinya tubuh dan

metros artinya ukuran. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi maka antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara

lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

Penggunaan

Antropometri sangat umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

Syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:

1. Alatnya mudah didapat dan digunakan

2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif

3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain

setelah dilatih untuk itu

4. Biaya relative murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya

5. Hasilnya mudah disimpulkan , karena mempunyai ambang batas dan baku rujukan yang sudah

pasti jadi

6. Secara ilmiah diakui kebenarannya

Page 3: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Keunggulan dan Kelemahan Antropometri

Keunggulan antropometri , antara lain:

1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar

2. Relative tidak membutuhkan tenaga ahli

3. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama dan dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat

4. Metode ini tapat dan akurat karena dapat dibakukan

5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau

6. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk karena sudah ada

ambang batas yang jelas

Kelemahan antropometri, antara lain:

1. Tidak sensitive atau metode ini tidak daapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat dan

tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu

2. Faktor diluar gizi (penyakit, genetic, dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan

spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri

3. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas

pengukuran antropometri gizi

4. Kesalahan ini terjadi karena pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun

komposisi jaringan, analisis dan asumsi yang keliru.

5. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan

alat atau alat tidak ditera, kesulitan pengukuran

Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa

parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak

dibawah kulit.

A. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan

menyebabkan interprestasi stastus gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan

yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

Batasan umur yang digunakan (Puslitbang Gizi Bogor, 1980 dalam Susilowati, 2008).:

a. Tahun umur penuh (completed year).

Page 4: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Disini penghitungan dibulatkan kearah tahun Contoh: seorang anak berumur 6 tahun 2

bulan, maka dalam catatan penghitungannya ditulis 6 tahun. Seorang anak dengan umur 5

tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun

b. Bulan usia penuh (completed month)

Penghitungan ini digunakan untuk anak yang berada dalam rentang umur 0 sampai 2tahun

Contoh: balita yang berumur 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan. Balita dengan umur 2 bulan 26

hari, dihitung 2 bulan.

B. Berat badan

BB atau berat badan merupakan antropometri yang penting juga karena pengukuran ini dapat

menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang pada seseorang.

Keadaan BB pada masa bayi atau balita dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik

maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, atau adanya

tumor. Selain tiu BB juga dapat digunakan sebagai dasar atau acuan dalam perhitungan pembuatan

dosis obat dan makanan.

Keadaan tubuh seorang remaja biasanya terdapat kecenderungan peningkatan proporsi lemak

dan keadaan protein otot yang menurun, namun ini sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan

variasi kegiatan sehari-hari.

Pada seorang yang mengalami gangguan atau penyakit, misal klien dengan edema dan asites,

maka terjadi penambahan cairan dalam tubuh sehingga seakan-akan mengalami pertambahan BB (BB

basah) dan pada klien dengan tumor dapat terjadi keadaan menurunkan jaringan lemak dan otot,

khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi, karena konsentrasi pertumbuhan dan metabolis

cenderung terkonsentrasi pada jaringan yang mengalami keganasan.

Alat ukur yang dapat digunakan disini adalah timbangan badan, baik timbangan mucin untuk

balita, timbangan mandi dan digital untuk orang dewasa, maupun timbangan gabungan BB dan TB

yang dapat digunakan pada orang yang dapat berdiri tegak.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-

perubahan konsumsi makanan dan kesehatan

2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan

gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

3. Merupakan ukuran antropomertri yang sudah dipakai secara umum dan luas di indonesia

Page 5: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak di pengaruhi oleh keterampilan pengukur

Penentuan berat badan dilakukan dangan cara menimbang. Alat yang digunakan dilapangan

sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:

1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain

2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya

3. Ketelitian timbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg

4. Skalanya mudah dibaca

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita

a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi

dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai

salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakterisik berat badan yang labil, maka indeks

BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

b) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan ini memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal

perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan dengan

kecepatan tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.

STATUS GIZI Ambang Batas Baku Untuk Keadaan Gizi Berdasarakan Indeks

BB/U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi baik 80 % 85 % 90% 85% 85%

Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%

Gizi buruk < 60 % < 70 % < 80% < 70 % <75%

C. Tinggi Badan

Tinggi badan (TB) merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan

skeletal pada tubuh seseorang.

Page 6: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Pada keadaan normal, pertambahan TB anak akan tumbuh seiring dengan pertambahan

umurnya. Informasi TB bila dikaitkan dengan BB (Berat Badan) memberikan informasi yg bermakna,

namun Pertumbuhan TB tidak seperti BB, yakni pertumbuhannya relatif kurang sensitif terutama

pada saat terjadi masalah kekurangan gizi dalam waktu yang singkat (hitungan hari).

Alat yang adapat digunakan untuk mengukur TB antara lain :

a. Alat Pengukur Panjang Badan Bayi : untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri.

b. Microtoise: untuk anak yang sudah dapat berdiri.

Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pada

keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan

tidak seperti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

pendek.

D. Lingkaran Tubuh

Yang termasuk lingkar tubuh disini antara lain : LILA (lingkar lengan atas), lingkar Kepala, lingkar

dada, lingkar panggul, namun yang akan dibahas disini adalah LILA, lingkar kepala dan lingkar dada.

1. Lingkar Lengan Atas

Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan

status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak alat-alat yang sulit di peroleh dengan harga yang

murah. LILA memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit

selain itu Lila mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:

1. Status KEP (kekurangan energi protein) pada balita

2. KEK (kekurangan energi kalori) pada ibu WUS (wanita usia subur) dan ibu hamil: risiko bayi BBLR

(barat badan lahir rendah).

Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, terutama jika digunakan

sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, karena:

Baku lingkar lengan atas yag digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk

digunakan di Indonesia

Kesalahan pengukuran LLA relative lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan

Page 7: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

LLA sensitive terhadap suatu golongan tertentu, tapi kurang sensitive untuk golongan lain

terutama dewasa.

2. Lingkar Kepala

Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak

meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak

menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimana pun juga ukuran otak dan lapisan tulang

kepala dan tengkorak dapat berfariasi sesuai dengan keadaan gizi.

Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama tumbuh kembang, tetapi besar

lingkar kepala saja tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Lika (lingkar kepala) dapat

digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

Dalam antropometri gizi, rasio Lika dan Lida (lingkar dada) cukup berguna dalam menentukan

kejadian KEP pada anak.

Alat dan Teknik Pengukuran

Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass) dengan lebar kurang dari 1 cm, flesibel,

tidak mudah patah. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Cara nya dengan

melingkarkan pita pada kepala.

3. Lingkar Dada

Biasanya di lakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan

lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan

pertumbuhan dada lebih cepat. dan dapat diaplikasikan kepada orang dewasa, terutama wanita

untuk melihat proporsi bentuk tubuh.Ini dapat di gunakan pada dinding indicator dalam menentukan

kekurangan energi protein pada anak balita.

Alat dan Teknik Pengukuran

Alta yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biaasanya terbuat dari serat kaca

(fiberglass). Pengukuran dilakuakn pada garis putting susu

4. Jaringan Lunak

Otak, hati, jantung dan organ lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan,

tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan

lunak yang sangat berfariasi pada penderita kekurangan energi protein. Antropometri jaringan dapat

di lakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.

Lemak subkutan

Page 8: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Penelitian komposisi tubuh, temasuk informasi mengenai jumlah dan distribusi lemak subkutan,

dapat dilakuakan dengan bermacam metode:

1. Ultrasonik

2. Densitometri (melalui penempatan air pada densitometer atau underwater weighting)

3. Teknik Isotop Dilution

4. Metoda Radiological

5. Total Electrical Body Conduction (TOBEC)

6. Antropometri (pengukuran berbagai tebal lemak menggunakan kaliper: skin-fold calipers)

Diantara metode yang tersebut diatas, metode yang paling sering dan praktis digunakan di

lapangan adalah antropometri fisik yang biasanya menggunakan Harpenden Calipers yang

mempunyai kelebihan standar atau jangkauan jepitan 20-40 mm2, ketelitian 0.1 mm, tekanan

konstan 10 g/ mm2. Jenis alat yang sering digunakan, alat ini memungkinkan jarum diputar ke titik nol

apabila terlihat penyimpangan.

Teknik Pengukuran

Mengukur lipatan kulit (skin-fold) terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak sub

kutan. Untuk tempat pengukuran tergantung dari tujuan penelitian, umur yang akan diperiksa

(distribusi lemak berbeda menurut umur), seks, ketelitian daerah yang akan diukur, ketebalannya

relative sama dari lapisan kulit dan lemak, mudah dilaksanakan dan sopan. Sebaiknya diukur bagian-

bagian tubuh bagian kiri. Total lemak dalam tubuh dapat diukur dari pengukuran beberapa tempat

seperti trisep, bisep, dan subscapular serta suprailiaka.

2. BIOKIMIA

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan

antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan

malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali

dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

Pemeriksaan melalui laboratorium atau biokimia terutama digunakan untuk mendeteksi

defisiensi-defisiensi nutrisional yang belum menyebabkan gejala-gejala (yaitu defisiensi-defisiensi

Page 9: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

subklinis) atau untuk mengkonfirmasi temuan-temuan subyektif saat ini. Pengkajian biokimia dari

status nutrisional dapat meliputi status protein serum, penunjuk-penunjuk hematologis, status besi,

status mineral, status vitamin, dan status lemak. Hasil dari tes-tes biokimia dievaluasi dengan

membandingkannya dengan nilai-nilai acuan. Akan tetapi, ketika menginterpretasikan nilai-nilai

abnormal, selalu kecualikan kemungkinan kesalahan laboratorium atau sebab-sebab lain nilai

abnormal .Faktor yang Dapat Mempengaruhi Tes Tes Biokimia‐

Faktor – Faktor yang Dapat Mempengaruhi Tes-Tes Biokimia

Regulasi homeostatis

Variasi diurnal

Kontaminasi sampel

Keadaan fisiologis

Infeksi infeksi‐

Status hormonal

Latihan fisik

Usia, jenis kelamin, dan kelompok etnis

Asupan diet baru baru ini‐

Hemolisis (untuk serum/plasma)

Obat obatan‐

Keadaan penyakit

Interaksi interaksi nutrien‐

Stress terkait inflamasi

Penurunan berat badan

Prosedur prosedur pengambilan dan koleksi sampel‐

Akurasi dan presisi metode analitik

Sensitivitas dan spesifisitas metode analitik

Diadaptasi dari Gibson RS. Nutritional Assessment: A Laboratory Manual. New York: Oxford University

Press, 1993:104

A. Status Protein

Mayoritas protein tubuh terkonsentrasi dalam otot rangka (yaitu pool/kumpulan protein

somatik), dengan selebihnya dalam kumpulan protein viseral. Protein viseral ditemukan dalam

protein-protein serum, eritrosit, granulosit, limfosit, hati, ginjal, pankreas, dan jantung. Ukuran-

ukuran status protein viseral merupakan yang paling umum diperoleh, dan ini meliputi protein serum

Page 10: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

total, albumin, transferin, protein pengikat retinol (retinol-binding protein), prealbumin, fibronektin,

dan somatomedin C. Albumin serum dan transferin merupakan penunjuk-penunjuk pengkajian yang

paling sering digunakan dan palng baik dilakukan untuk memonitor perubahan-perubahan jangka

panjang dalam status nutrisional. Ukuran-ukuran protein pengikat retinol dan pre-albumin dalam

serum lebih baik digunakan untuk memonitor perubahan-perubahan jangka pendek dalam status

protein viseral, karena mereka memiliki total kumpulan tubuh yang kecil, waktu paruh yang lebih

pendek, dan spesifisitas yang relatif tinggi. Somatomedin C atau faktor pertumbuhan I serupa insulin

bahkan lebih sensitif untuk perubahan-perubahan akut dalam status protein. Ukuran yang paling

umum dilakukan untuk mengkaji status protein somatik didasarkan pada kadar kreatinin. Kreatinin

diekskresikan dalam bentuk tidak berubah dalam urin sebagai produk sampingan dari metabolisme

kreatin. Kreatin utamanya terkonsentrasi dalam otot tubuh. Indeks tinggi-kreatinin/creatinine-height

index (CHI), yang dapat dikalkulasikan setelah pengambilan sampel urin 24 jam, adalah persentase

bahwa ukuran kreatinin 24 jam aktual merepresentasikan nilai yang diharapkan:

CHI = (ekskresi kreatinin 24 jam aktual / ekskresi kreatinin 24 jam ideal) x 100%

Namun, ekskresi kreatinin ideal untuk dewasa bervariasi menurut tinggi. Semakin

rendah CHI, semakin parah deplesi protein somatik. Disfungsi ginjal, dehidrasi, asupan diet protein

yang tinggi, penggunaan steroid, usia, stress, akurasi pengambilan 24 jam, dan kesesuaian dari

standard-standard berat terhadap tinggi yang ideal semuanya dapat mempengaruhi, yang dengannya

CHI mencerminkan massa otot dalam subyek. CHI memiliki kegunaan yang terbatas dalam praktek

klinis kecuali untuk memverifikasi keakuratan pengambilan urin 24 jam untuk keseimbangan nitrogen.

Penentuan keseimbangan nitrogen juga dapat digunakan sebagai penanda kecukupan nutrisi yang

diberikan. Katabolisme asam amino menghasilkan penglepasan nitrogen, yang diekskresikan dalam

urin sebagai urea. Konsentrasi urea-nitrogen dalam urin bergantung pada asupan protein dalam diet,

fungsi renal subyek, dan volume urin. Kisaran normal ekskresi urea-nitrogen urin pada orang sehat

adalah 9.3 hingga 16.2 g/hari. Keseimbangan nitrogen mengindikasikan perubahan bersih dalam

massa protein tubuh total dan, oleh karenanya, dapat menyediakan bukti untuk menentukan apakah

seseorang anabolik (yaitu keseimbangan nirogen positif) atau katabolik (keseimbangan nitrogen

negatif). Keseimbangan nitrogen dapat dikalkulasikan menggunakan formula berikut ini:

Keseimbangan Protein = Asupan protein (g) / 6.25 – Urea-nitrogen urin (g) + 4 g(untuk kehilangan

nitrogen nonurea)

B. Penanda-Penanda Hematologis

Page 11: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Parameter-parameter hematologis yang paling sering digunakan dalam pengkajian nutrisional

termasuk dalam hitung darah lengkap, yang terdiri dari hemoglobin, hematokrit, hitung sel darah

merah, hitung platelet, jumlah dan jenis sel darah putih/white blood cells (WBC; yaitu pembedaan),

dan tiga penanda sel darah merah: (i) rata-rata volume sel, (ii) ratarata hemoglobin sel, dan (iii) rata-

rata konsentrasi hemoglobin sel. Teristimewa, dalam pengkajian komprehensif, penanda-penanda

seperti laju sedimentasi eritrosit, hitung retikulosit, kerapuhan osmotik, penggumpalan darah, dan

karakteristik tulang rawan juga dapat digunakan. Penanda-penanda yang paling umum diperiksa

untuk pengkajian nutrisional adalah hemoglobin dan hematokrit. Nilai hemoglobin bervariasi

menurut usia, jenis kelamin, dan ras. Etnis Afrika- Amerika memiliki nilai hemoglobin yang sedikit

lebih rendah dibandingkan etnis Kaukasia. Kadar hemoglobin normal berkisar dari 13 hingga 18 g/dL

pada laki-laki dan dari 12 hingga 16 g/dL pada perempuan. Kadar hemoglobin yang meningkat dapat

terjadi pada dehidrasi, penurunan kadar dapat mengindikasikan anemia, perdarahan baru-baru ini,

atau pengenceran yang diakibatkan kelebihan cairan. Nilai hematokrit juga bervariasi menurut usia

dan jenis kelamin. Nilai hematocrit normal berkisar mulai dari 37% hingga 53% pada laki-laki dan dari

36% hingga 46% pada perempuan. Hematokrit yang meningkat dapat terjadi pada dehidrasi. Akan

tetapi, nilai yang menurun lebih umum, dan dapat terjadi pada beberapa kondisi, termasuk infeksi

kronis, inflamasi kronis, perdarahan, kehamilan, dan hidrasi berlebihan.

C. Status Besi

Setelah penapisan terhadap status besi dilakukan menggunakan penanda-penanda

hematologis, pengujian yang lebih spesifik dapat dilakukan untuk mengisolasi faktor penyebab dari

anemia. Besi dalam serum, kapasitas pengikatan besi tidak jenuh dalam serum, dan ferritin serum

merupakan tes-tes biokimia umum untuk mengkaji status besi pasien. Hitung besi dalam serum

mencerminkan jumlah atom besi terikat pada transferrin. Nilai besi serum normal bervariasi diantara

laki-laki (50 hingga 160 μg/dL) dan perempuan (40 hingga 150 μg/dL). Nilai besi serum yang rendah

dapat dihasilkan dari anemia defisiensi besi, infeksi, inflamasi, malignansi/keganasan, dan

peningkatan eritropoiesis. Nilai besi serum yang tinggi dapat dihasilkan dari penurunan eritropoiesis,

hemokromatosis, anemia hemolitik, kerusakan hati akut, absorpsi besi yang berlebihan dari saluran

cerna, transfusi, dan terapi besi. Berkebalikan dengan konsentrasi besi serum, total kapasitas

pengikatan besi lebih kurang terpengaruh oleh keadaan-keadaan penyakit lain, dan nilai ferritin

serum biasanya rendah hanya pada pasien dengan defisiensi besi.

D. Status Mineral

Page 12: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Komponen mineral utama tubuh manusia adalah kalsium, fosfor, dan magnesium. Mineral-

mineral tersebut berfungsi dalam mempertahankan tulang dan jaringan lunak, dan mereka berfungsi

sebagai agen-agen pengaturan dalam cairan tubuh. Konsentrasi normal dalam serum untuk kalsium,

fosfor, dan magnesium adalah 8.8 hingga 10.3 mg/dL (2.2 hingga 2.6 mmol/L), 2.5 hingga 5 mg/dL

(0.8 hingga 1.6 mmol/L), dan 1.6 hingga 2.4 mEq/L (0.8 hingga 1.2 mmol/L), secara berurutan. Mineral

runut terdapat di tubuh dalam jumlah yang sangat kecil (yaitu “runut”) dan umumnya merupakan

kurang dari 0.01% massa tubuh. Walaupun sebanyak 10 mineral runut telah ditentukan essensial

pada manusia, keadaan defisiensi telah diidentifikasi untuk seng, tembaga, mangan, selenium,

kromium, iodin, molibdenum, dan besi.

Evaluasi dari terapi pengobatan pasien memainkan peran penting dalam mengkaji defisiensi

mineral. Banyak pengobatan telah mengubah keberhasilan atau efek samping dalam keberadaan

defisiensi atau kelebihan mineral Defisiensi-defisiensi klinis mineral runut dihasilkan pada pasien

dengan kehilangan mineral yang abnormal. Defisiensi seng seringkali terjadi pada pasien dengan

penyakit Crohn’s, sindrom-sindrom malabsorpsi, atau kehilangan fistula. Pasien dengan keadaan-

keadaan malabsorpsi, enteropathi kehilangan protein, atau sindrom nefrotik dapat memberi

kecenderungan terhadap defisiensi tembaga. Hampir sama dengan itu, defisiensi molibdenum dapat

terjadi pada pasien-pasien dengan kehilangan yang berlebihan melalui traktus gastrointestinal

(misalnya dengan sindrom short bowel). Nutrisi jangka panjang secara enteral dan parenteral

memberi pasien – pasien kecenderungan terhadap defisiensi seng, tembaga, kromium, mangan,

selenium, dan atau molibdenum.

E. Status Vitamin

Status vitamin adalah keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan vitamin pada pasien

tertentu pada suatu titik tertentu dalam waktu. Defisiensi vitamin adalah kekurangan suatu vitamin

relatif terhadap kebutuhannya dari subyek tertentu. Defisiensi vitamin primer diakibatkan oleh

kegagalan untuk mengasup vitamin dalam jumlah yang mencukupi. Sebab – sebab potensial dari

defisiensi vitamin primer meliputi kebiasaan-kebiasaan makanan yang buruk, kemiskinan,

ketidaktahuan, kekurangan makanan total, kekurangan makanan-makanan kaya vitamin, anoreksia

(misalnya: lansia yang terpaksa tinggal di rumah, pasien-pasien yang lemah, orang-orang dengan

permasalahan gigi), tabu dan kegemaran sementara makanan (misalnya: puasa), dan kelesuan.

Sebaliknya, defisiensi sekunder diakibatkan oleh kegagalan menyerap atau sebaliknya menggunakan

vitamin. Sebab-sebab potensial untuk defisiensi sekunder meliputi pencernaan yang buruk (misalnya:

achlorhydria), malabsorpsi (misalnya: diare, infeksi bakteri, operasi bariatric), penggunaan yang

Page 13: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

dilemahkan (misalnya: terapi obat), kebutuhan-kebutuhan yang meningkat (misalnya: kehamilan,

laktasi, infeksi, pertumbuhan yang cepat), pengrusakan vitamin (misalnya: penyimpanan, proses

memasak), dan peningkatan ekskresi vitamin (misalnya: berkeringat secara berlebihan, diuresis,

laktasi). Serupa dengan defisiensi mineral, tanda-tanda klinis dari sebagian besar defisiensi vitamin

tidak terlalu spesifik. Beberapa dari manifestasi defisiensi besi yang paling umum defisiensi vitamin

meliputi anemia (misalnya: vitamin B6, vitamin B12, asam folat), neuropati perifer (misalnya: vitamin

B6, vitamin B12), perubahan-perubahan pada kulit dan membran mukosa (misalnya: vitamin B2 ,

niasin, vitamin A , vitamin C, dan perubahan-perubahan pada formasi atau komposisi tulang (vitamin

C dan D). Defisiensi vitamin A dapat terjadi dengan beragam perubahan pada mata, termasuk Bitot’s

spots, exoftalmia (yaitu: mata kering), keratomalasia (yaitu: pelembutan kornea), dan rabun senja.

F. Status Lipid

Pengkajian status lipid dalam darah dapat memberikan evaluasi dari metabolisme lemak.

Kolesterol serum total dan tingkat trigliserida serum paling umum digunakan untuk menapis status

nutrisional sebagaimana juga resiko kardiovaskular. Bab ini berpusat pada pengkajian status

nutrisional; untuk diskusi lebih lengkap dari pengkajian kardiovaskular Kolesterol merupakan

prekursor untuk sintesis asam empedu dan hormon-hormon steroid. Konsentrasi kolesterol normal

bervarasi menurut usia dan jenis kelamin, berkisar dari 120 hingga 200 mg/dL. Nilai kolesterol

cenderung meningkat dengan usia dan sedikit lebih rendah pada perempuan hingga menopause, dan

setelahnya melampaui nilai normal untuk lakI- laki. Sampel darah puasa harus digunakan ketika

menentukan nilai kolesterol oleh karena variasi-variasi yang luas (≤20%) diakibatkan oleh komposisi

asam lemak dan kandungan kolesterol dalam diet. Tingkat trigliserida serum digunakan untuk

menapis hiperlipidemia dan untuk menentukan resiko pasien terhadap penyakit arteri koroner.

Pengukuran ini juga dapat membantu untuk menentukan jenis spesifik dari hiperlipidemia yang ada.

Konsentrasi trigliserida mencapai tingkat normal dewasa pada hari ketiga kehidupan, dan secara

berangsurangsur meningkat setelah 30 tahun usia. Perempuan cenderung memiliki tingkat trigliserida

serum yang lebih tinggi daripada laki-laki. Tingkat trigliserida normal berkisar dari 10 hingga 190

mg/dL. Pasien dengan diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan hiperlipidemia primer tertentu

seringkali memiliki tingkat trigliserida serum yang tinggi.

G. Penunjuk Penunjuk Fungsi Imun

Uji-uji fungsi imun yang paling umum digunakan dalam status nutrisional adalah hitung total

limfosit/total lymphocyte count (TLC) dan uji kulit. Kehilangan immunocompetence sangat berkaitan

Page 14: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

erat dengan malnutrisi. TLC mencerminkan jumlah total limfosit yang bersirkulasi, mayoritas

daripadanya adalah sel-sel T. TLC dapat dihitung dari WBC dan diferensial WBC:

TLC (sel/mm3) = WBC X (% Limfosit / 100)

3. KLINIS

Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit.

Keunggulan dan Keterbatasan Pemeriksaan Clinis

Keunggulan:

1. pemeriksaan clinis relative murah tidak memerlukan biaya terlalu besar

2. dalam pelaksanaannya, pemeriksaan tidk memerlukan tenaga khusus tetapi, tanaga paramedic

bisa dilatih

3. sederhana, cepat dan mudah diinterprestasikan

4. tidak memerlukan peralatan yang rumit

Keterbatasan

1. Beberapa gejala klinis tidak mudah dideteksi, sehingga perlu orang-orang yang ahli dalam

menentukan gejala klinis rersebut. Namun demikian, para tenaga medis dapat dilatih untuk

melakukan pemeriksaan klinis

2. Gejala klinis tidak bersifat spesifik

3. Adanya gejala klinis yang bersifat multiple

Page 15: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

4. Gejala klinis dapat terjadi pada waktu permulaan kekurangan zat gizi dan dapat juga terjadi pada

saat sembuh. Hepatomegali (pembesaran hati) sebagai contoh dapat terjadi pada keadaan

malnutrisi awal dan terjadi juga pada masa penyembuhannya

5. Adanya fariasi dalam gejala klinis yang timbul. Hal ini karena satu gejala klinis bisa dipengaruhi

beberapa factor seperti genetik, lingkungan, kebiasaan dll.

TANDA – TANDA DAN GEJALA KLINIS DEFISIENSI NUTRISI

No Bagian Tubuh Tanda klinik Kemungkinan kekurangan

1 Tanda umum Penurunan berat badan dehidrasi, haus pertumbuhan terhambat

Kalori,Air, dan vitamin A

2 Rambut Kekuningan

kekurangan pigmen,kusut

Protein

3 Kulit Deatitis

Dermatosis pada bayi

Petechial hemorrhages

Eksema

Niasin, riboflavin, biotin

Lemak

Asam askorbat

4 Mata Photopobia

Rabun senja

Riboflavin

Vitamin A

5 Mulut Stomatitis

Glositis

Riboflavin

Niasin, asam folik, vitamin B12,zat besi

6 Gigi Karies Flour

7 Neuromoskuler Kejang otot

Lemah otot

Vitamin D

8 Tulang Riketsia Vitamin D

9 Gastrointestinal Anoreksia Mual dan muntah Thiamin, garam dapur, NaCl

Page 16: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

10 Endokrin Gondok Iodium

11 Kardipovaskuler Pendarahan peny, Jantung, anemia Vitamin K, thiamin, pyridoxine, zat besi

12 Sistem saraf Kelainan mental dan saraf Vitamin B12

4. DIET

Diet adalah pilihan makanan yang lazim dimakan seseorang atau suatu populasi penduduk.

Sedangkan diet seimbang adalah diet yang memberikan semua nutrien dalam jumlah yang memadai,

tidak terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit.

Asupan makanan dikalkulasi dan juga perlu evaluasi dari faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kondisi

pasien, misalnya masalah malabsorpsi dan juga obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Pada anak-anak penyandang cacat

atau yang sedang menderita penyakit kronis, sangat penting untuk mengetahui asupan makanan apa saja yang sedang

dikonsumsi. Tiga metode yang tersedia untuk mengumpulkan data pola diet, yaitu food list, food record,dan family food

account .

TIDAK LANGSUNG

1. STATISTIK VITAL

Pengertian :

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dari beberapa

statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan :

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat.

2. FAKTOR EKOLOGI

Pengertian :

Page 17: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Penggunaan :

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab manutrisi

di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi ( Schrimshaw, 1964).

Page 18: PENGKAJIAN NUTRISI KELOMPOK 4

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir. Sunita. 2006. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

E. Beck, Mary. 1993. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

Doenges,Marilynn E.1999.Rencana asuhan keperawatan.Jakarta:EGC.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.

Potter,Patricia A.2005.Buku fundamental keperawatan.Jakarta:EGC.

Supariasa, I Dewa Nyoman, et all. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Raylene M Rospond, 2008. Nutrition Assesment for Dietation. Mosby

Susilowati. 2008. Pengukuran Status Gizi Dengan Antropometri Gizi.

(http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/antropometri-gizi.pdf, diakses 23 juli 2012).