Pengibaratan Dunia & Akhirat

9
1 PERJALANAN KE AKHIRAT Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735 Sepanjang apapun usia kehidupan duniawi kita, tetap saja ia tidak memiliki keabadian. Berapa tahun pun kita ingin hidup di dunia ini, ratusan, ribuan, atau jutaan tahun, toh semuanya tetap akan berakhir dengan kepunahan, kematian, kehancuran, atau ketidakabadian. Dunia memang bukan tempat keabadian bagi kita. Keabadian hanya ada di sana, di alam akhirat. Kita semua pasti akan beranjak ke sana, cepat atau lambat. اَ هُ ّ يَ اَ يُ انَ سْ ن ْ ل َ كَ ّ ن ٌ ح ادَ ك ىَ ل َ ك ّ # نَ ر اً حْ دَ ك( ه يِ - قَ لُ مَ ف6 ) - اق- ق6 ش ن ل( ) Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka kamu pasti akan menemuinya. Maksudnya, manusia di dunia ini disadarinya atau tidak adalah sama-sama dalam perjalanan menuju Tuhannya. Ia ibarat satu pintu yang semua orang pasti akan memasukinya. Dia pasti akan menerima balasan amalnya, baik atau buruk. Ketika itu hanya akan berakhir pada dua pilihan; masuk syorga atau neraka. Satu hal yang terpenting kita ketahui bahwa pilihan di negeri abadi itu sangat tergantung kepada bagaimana kita menyiapkannya di sini, di dunia ini. Oleh karena itu, pertanyaan mendasar yang harus selalu kita jawab sebelum ke sana adalah "sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk keabadian itu?" Jangan sampai penyesalan kita datang tidak pada waktunya, sebab hal itu hanya akan sia-sia belaka. Di akhirat kelak, penyesalan sedahsyat apapun tidak akan ada gunanya. ْ وَ لَ و ىَ رَ - ت د َ ونُ م رْ # جُ مْ ل وُ ش ك اَ يْ م ه س وُ ءُ رَ دْ ن عْ م ه ّ # يَ ر اَ نَ ّ # بَ رO اَ يْ رَ صْ # بَ اَ نْ ع مَ سَ و اَ نْ ع # جْ ارَ فْ لَ مْ عَ ن اً ح ل اَ ص اَ ّ ي َ ونُ ^ ن - ق وُ م- دة# ح س ل( : 12 ) Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka meminta), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan beramal shaleh, sesungguhnya kami benar-benar sudah yakin. Maka ketika di akhirat itu, penyesalan tidak ada lagi gunanya. Jangankan sudah di akhirat nanti, ketika di dunia ini juga orang mati kemudian dikuburkan, tidak ada satupun yang kembali lagi ke dunia ini. ً - ةَ رْ سَ ح اَ ي ىَ لَ ع ادَ # ن عْ ل اَ مْ م ه يِ - بْ اَ يْ ن مٍ ولُ سَ ر َ ّ ل وُ ن اَ ك ه # ب( َ ونُ ن زْ هَ - يْ سَ ن30 ْ مَ لَ ) ْ وَ رَ تْ مَ ك اَ نْ كَ لْ هَ ْ مُ هَ لْ # بَ - قَ ن م ونُ رُ - قْ ل ْ مُ هَ ّ يَ ْ م هْ يَ ل َ ل( َ ونُ ع # جْ رَ ت31 ) س ن( )

description

artikel

Transcript of Pengibaratan Dunia & Akhirat

PERJALANAN KE AKHIRAT

5

PERJALANAN KE AKHIRATOleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Sepanjang apapun usia kehidupan duniawi kita, tetap saja ia tidak memiliki keabadian. Berapa tahun pun kita ingin hidup di dunia ini, ratusan, ribuan, atau jutaan tahun, toh semuanya tetap akan berakhir dengan kepunahan, kematian, kehancuran, atau ketidakabadian. Dunia memang bukan tempat keabadian bagi kita. Keabadian hanya ada di sana, di alam akhirat. Kita semua pasti akan beranjak ke sana, cepat atau lambat.

(6) ()Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka kamu pasti akan menemuinya.

Maksudnya, manusia di dunia ini disadarinya atau tidak adalah sama-sama dalam perjalanan menuju Tuhannya. Ia ibarat satu pintu yang semua orang pasti akan memasukinya. Dia pasti akan menerima balasan amalnya, baik atau buruk.Ketika itu hanya akan berakhir pada dua pilihan; masuk syorga atau neraka. Satu hal yang terpenting kita ketahui bahwa pilihan di negeri abadi itu sangat tergantung kepada bagaimana kita menyiapkannya di sini, di dunia ini.

Oleh karena itu, pertanyaan mendasar yang harus selalu kita jawab sebelum ke sana adalah "sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk keabadian itu?" Jangan sampai penyesalan kita datang tidak pada waktunya, sebab hal itu hanya akan sia-sia belaka. Di akhirat kelak, penyesalan sedahsyat apapun tidak akan ada gunanya.

( : 12)

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka meminta), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan beramal shaleh, sesungguhnya kami benar-benar sudah yakin.

Maka ketika di akhirat itu, penyesalan tidak ada lagi gunanya. Jangankan sudah di akhirat nanti, ketika di dunia ini juga orang mati kemudian dikuburkan, tidak ada satupun yang kembali lagi ke dunia ini.

(30) (31) ()Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada seorang rasulpun yang datang kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokannya (30) Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelumnya yang telah Kami binasakan, bahwa mereka yang dibinasakan itu tidak bisa lagi kembali kepada keluarga atau kaumnya? (31)Untuk itu, mari kita bangkitkan semangat beramal dengan mengingat mati. Hiikmah mengingat mati itu bagi yang sedang ditimpa bencana atau kesempitan hidup, maka dengan mengingat mati akan menjadikannya terasa ringan menghadapinya, karena ia tahu bahwa hal itu tidak akan kekal, mati lebih berat dari semua itu. Jika manusia dalam keadaan dapat nikmat atau kelapangan hidup, maka dengan mengingat mati itu akan mencegahnya dari kesombongan atau terperdaya olehnya, karena ingat bahwa semua itu akan ia tinggalkan.

Semua orang tahu bahwa kematian itu pasti akan dialaminya dan mati itu tidak mengenal usia, waktu, tempat, atau penyakit tertentu. Hal itu agar siapapun selalu waspada dan bersiap-siap menghadapinya kapan dan bagaimanapun juga.

Umar bin Abdul Aziz pernah mengumpulkan para ulama, mereka saling mengingatkan kematian, kiamat, dan akhirat. Lalu mereka menangis, seakan-akan jenazah hadir di hadapan mereka. Inilah yang saat ini kita sebut dengan muhasabah.

Al-Daqaq berkata, " Barangsiapa yang sering mengingat mati, maka dia akan diberi 3 macam kemuliaan; segera bertaubat, kepuasan hati dengan nikmat yang diterimanya, dan semangat beribadah. Sebaliknya, barangsiapa yang melupakan mati, dia akan diberi 3 macam kehinaan; menunda-nunda taubat, tidak puas dengan rezki yang cukup, dan malas beribadah."

Kematian merupakan sebuah janji yang pasti akan ditepati, sebuah hakim yang sangat adil. Begitu lebar nganga hati yang dilukai oleh maut, dan begitu kering air mata yang dikurasnya. Dia pisahkan orang-orang yang berhimpun dalam satu keluarga atau persatuan lainnya. Suami tidak akan bisa lagi bercanda dengan isterinya, anak tidak bisa lagi bermanja dengan orang tuanya.

Dia putuskan segala kelezatan, dan dia patahkan segala angan-angan. Tidakkan kita fikirkan di saat kita terbujur kaku, ke mana kita akan pindah? Kita dipindahkan dari tempat yang lapang ke tempat yang sempit, keluarga dan teman-teman tidak akan mau lagi bersama kita. Kita akan segera diselenggarakan; dimandikan, kemudian dibungkus dengan kain kafan, dishalatkan, akhirnya dimasukkan ke dalam kubur ditutup rapat-rapat dengan tanah dan pusara. Itulah pengganti kasur dan selimut yang empuk kita kenakan selama ini.

Orang-orang sekaya apapun, ketika itu tidak punya kekayaan apapun lagi, kecuali hanya kain kafan. Bahkan demi Allah, kain kafan yang secarik itupun sebentar lagi akan hancur dan musnah, tubuh akan kembali ke asalnya. Di manakah harta yang kita kumpulkan selama ini? Dapatkah ia menyelamatkan kita setelah ia mati? Semuanya akan ditinggalkan untuk orang-orang yang belum tentu akan mendo'akan kita yang ia sendiri tidak taat, sementara kita menghadap Allah dengan membawa dosa-dosa.

( : 77)Dan carllah melalui karunia yang Allah berikan kepadamu kampung akhirat, (yaitu syorga).Wajib bagi orang yang beriman mengelola dunia ini untuk hal-hal yang bermanfaat di akhirat, bukan untuk hal-hal yang akhirnya hanya akan menjadi tanah dan air, atau untuk bermegah-megahan dan berbuat aniaya. Seolah-olah harta itu berpesan, "Jangan lupa bahwa kamu akan meninggalkan kami semua, kecuali yang benar-benar menjadi jatahmu saja, yaitu kain kafan.

UTAMAKANLAH AKHIRAT DARIPADA DUNIA

Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Surat al-Qashash ayat 77

Ada beberapa alasan kenapa kita harus mengutamakan akhirat daripada dunia, di antaranya:

1. Lewat ayat yang telah dibacakan tadi Allah memerintahkan agar kita mencari kurnia-Nya untuk bekal keselamatan dan kebahagiaan hidup di kampung akhirat.

2. Dalam ayat lain Allah menjelaskan di antara penyebab ada orang masuk neraka, yaitu karena ia lebih mengutamakan dunia, maka tempat kembalinya adalah neraka Jahim.

3. Sejarah telah membuktikan bahwa Yahudi dan Nasrani di Madinah baru mendapatkan keamanan hidup ketika Madinah dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, namun ketika Madinah dipimpin oleh kalangan mereka sendiri, mereka juga ikut tidak aman. Kenapa bisa aman? Karena Nabi dan kaum Muslimin hidup jadi rahmat bagi lingkungan, oleh karena mereka lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Begitulah berlangsung sampai kepada puncak kejayaan Islam, ketika dunia Islam dipimpin oleh Umar bin Abdul 'Aziz.

4. Ketika umat Islam tidak lagi mengutamakan akhirat daripada dunia, jangankan kepada non-Muslim, sesama muslimpun tidak bisa memberikan keamanan. Betapa banyaknya perbuatan jahat dan keji yang terjadi saat ini tidak terlepas dari peran serta umat Islam juga. Sudah malu kita ini, kita katanya mayoritas di Indonesia, tapi kita pula yang lebih banyak tidak baik. Semuanya itu tidak lain adalah karena umumnya umat Islam tidak lagi mengutamakan akhirat daripada dunia.

Beberapa bukti bahwa umumnya umat Islam tidak lagi mengutamakan akhirat daripada dunia, di antaranya:

1. Cobalah teliti orang-orang yang masuk penjara saja misalnya, kalau didata agamanya, umat kita paling banyak, bahkan mungkin ada di suatu daerah tingkat 2, isi penjara penuh, tapi semuanya umat Islam, karena memang di daerah itu tidak ada non-muslim.

2. Ketika orang tua mencari menantu, apa yang terlebih dahulu mereka tanyakan; di mana kerjanya, bukan bagaimana agamanya.

3. Begitu juga ketika memasukkan anak sekolah, ke mana orang lebih banyak memasukkan anaknya?

4. Kalau ada acara pergelaran drum band, mau seisi rumah pergi menonton, tapi ketika diadakan pengajian atau shalat berjamaah di masjid, tidak berapa yang datang.

5. Begitu juga waktu pemilu legislatif kemarin, kalau umat Islam mengutamakan akhirat daripada dunia, maka pemenangnya pasti partai Islam, seperti PKS, PPP, PBB, PBR, dan PBNU, tapi umat Islam tidak mengutamakan akhirat daripada dunia, sehingga pemenangnya adalah partai sekuler.

6. Kemudian sewaktu pemilihan capres/cawapres, kalau umat Islam mengutamakan akhirat daripada dunia, maka pasti pemenang I-nya adalah Hamzah Haz, karena beliau satu-satunya calon yang berasal dari partai Islam, pemenang II adalah Amien Rais, karena walaupun partai beliau bukan partai Islam, tapi berbasis Islam. Namun karena umat Islam tidak mengutamakan akhirat daripada dunia, maka pemenangnya calon yang tidak jelas ke-Islamannya.

PERSIAPAN BEKAL KE AKHIRAT

Oleh : Al-Ustadz Siril Firdaus, M.Ag Telp. (0751) 442387 HP. 081363400735

Dalil al-Baqarah : 197

Seseorang yang ingin menempuh hidup berumah tangga, jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri dan bekal, ya untuk melangsungkan aqad nikah dan biaya pesta, juga untuk kelanjutan pelayaran bahtera rumah tangga tersebut. Setelah ada tanda-tanda akan dapat anak, calon ayah dan calon ibu juga akan mempersiapkan diri dan bekal menunggu saat-saat persalinan; berupa mental, ilmu, biaya melahirkan, dan pakaian bayi. Begitu pula selanjutnya, orang tua mempersiapkan diri dan bekal untuk sekolah dan kuliah anak-anak mereka sampai mereka berumah tangga pula.

Bila kita kaitkan dengan persiapan bekal menuju akhirat, maka ibaratnya relatif sama dengan persiapan menunggu kelahiran anak. Kalau selain itu, bisa diundur dulu kalau belum siap/belum mampu. Tapi kalau anak yang akan lahir, kalau sudah datang saatnya, ketuban sudah pecah, tidak bisa ditunda lagi. Mau-mau tidak mau, siap tidak siap, harus dihadapi.

Begitulah mati sebagai pintu memasuki alam akhirat, kalau sudah datang ajal seseorang, sukatan umur sudah penuh, harus berangkat, tidak bisa minta undur. Hanya bedanya kalau melahirkan, yang melayani bidan/dokter, tapi kalau kematian, yang melayani malaikat maut. Kalau melahirkan, persiapan yang utama adalah materi, tapi kalau kematian, persiapan yang utama adalah amal ibadah.

Buat menempuh perjalanan pendek dan sementara di dunia ini saja, misalnya ke Jakarta, kita sudah dituntut harus mempersiapkan dan membawa bekal yang cukup agar lancar dan selamat dalam perjalanan tersebut. Padahal setelah itu kita akan kembali lagi ke tempat semula. Apalagi untuk menempuh perjalanan panjang ke akhirat buat selama-lamanya, di mana kita tidak mungkin akan kembali lagi ke dunia, tentu kita harus lebih mempersiapkan bekal yang sangat banyak.

Oleh karena perjalanan ke akhirat itu, cepat atau lambat, pasti akan kita tempuh, maka senantiasalah merenung sudah seberapa banyak persiapan bekal ke akhirat, jangan sia-siakan waktu hanya untuk memburu dunia yang fana dan pasti akan ditinggalkan ini! Mana tahu umur kita yang masih tersisa, tinggal lebih sedikit lagi dari yang sudah kita pakai.

Bahkan kalau kita berpedoman kepada umur umat terdahulu, dapat disimpulkan bahwa umur manusia itu sekitar umur Nabi yang hidup di zaman, begitulah kalau ada kita dengar umat terdahulu ada umurnya yang sampai ratusan bahkan ribuan tahun, hal itu karena memang umur Nabinya sekitar itu pula. Kita ditakdirkan oleh Allah SWT hidup pada zaman Nabi akhir zaman yang umurnya hanya 63 tahun, kita pun umatnya berumur sekitar itu pula, kalau ada yang lebih tidak akan banyak lebihnya dan kondisinya juga tidak akan segar lagi. Malah kalau kita hitung-hitung, kalau tahun 2004 ini berjalan sampai 2100, berarti 96 tahun lagi, mungkin semua kita yang hidup saat ini mulai dari yang sudah tua sampai yang masih bayi sekalipun, tidak akan hidup lagi. Apakah tidak akan ada lagi kehidupan manusia waktu itu? Kalau kiamat besar belum terjadi, tetap akan ada manusia, tapi tidak kita lagi, melainkan generasi yang akan lahir sesudah kita. Mana tahu, ada di antara kita umurnya yang tinggal lebih sedikit lagi dari yang sudah dipakainya, tidak terkecuali kita yang masih muda bahkan yang masih kecil sekalipun saat ini.Ada beberapa kejadian kematian yang mengejutkan dan harus jadi pelajaran bagi kita semua, di antaranya:

Seorang murid MTsN Gunung Pangilun Padang kelas II, sewaktu olah raga classmeeting sehabis ujian semester I TP 2003/2004, pusing, kawan-kawannya menduga kalau ia tadi tidak makan pagi, lalu diajak membeli batagor (bakso, tahu, goreng), sehabis makan batagor itu ia muntah-muntah, lalu diberi pertolongan sekolah, namun kondisinya semakin lemah, kepada orang tuanya ia minta dibawa pulang saja, karena khawatir dengan kondisinya, lalu orang tuanya membawa ke rumah sakit, dalam perjalanan meninggal.

Seorang murid MAN Gunung Pangilun Padang kelas III yang baru saja selesai dari Ujian Akhir Nasional (UAN) ketika pulang dari bepergian dengan naik ojek, kaki celananya tersangkut di jari-jari honda terjantuh dan terseret sampai sekitar 500 meter, kepalanya terbentur ke aspal, ia meninggal di tempat.

Kemudian ada pula kejadian, bus ALS dari Medan menuju Padang, di Rao Panti Pasaman jatuh ke jurang, dari 54 penumpang, mati sebanyak 45 orang, 9 orang lagi patah-patah dan luka-luka.

Siapa yang menyangka sebelumnya bahwa hal itu akan terjadi pada mereka? Jangankan orang lain, merekapun tidak tahu kalau itu yang akan terjadi. Begitu pulalah kita dan keluarga kita nanti, tanpa disangka -sangka, ee kiranya ajal sudah tiba saja. Ini bukan menakut-nakuti, hanya sekedar mengingat-ingatkan kematian yang pasti akan kita hadapi. Sebenarnya kata Nabi kita, kematian yang diketahui itu saja sudah cukup untuk menyadarkan-nya bahwa hidup hanya untuk taat kepada Allah sebagai bekal keselamatan dan kebahagiaan di akhirat. Namun sayangnya belum banyak orang yang menyadarinya. Bahkan ada di antaranya yang belum lebih pintar lagi dari hewan qurban.

Lihatlah hewan qurban, sudah duluan kawannya, leher diputus, kulit dikelupas, daging dipotong, dan tulang dicincang, dia yang belum dipotong berdiri di sebelahnya masih enak juga makan rumput. Sudah banyak orang disaksikannya meninggal, bahkan sudah ada teman, saudara, dan orang tuanya, namun ia yang belum datang gilirannya masih juga mengabaikan kewajiban, melanggar larangan. Shalat sering lalai, bahkan hanya karena kesibukan dunia, shalat tinggal, jahat, dan sebagainya.Pernah Abdullah bin Umar melihat kawan-kawan yang sedang berkumpul ketawa-ketawa, lalu ia berkomentar, kalian begitu gembira, mana ada di antara kita ini yang kain kafannya sedang dipersiapkan, kiranya sore, seorang dari mereka meninggal.

Untuk itu isilah waktu-waktu yang akan datang dengan amal kebajikan dan ketaatan sebanyak-banyaknya agar kita mendapatkan mati yang Husnul Khatimah, siapa dan bagaimanapun amal kita sebelum ini tidak menentukan betul. Tidak ada jaminan bahwa orang yang semenjak baligh sudah taat pasti mendapatkan prediket Husnul Khatimah itu, bisa jadi ada di antaranya karena pengaruh kawan atau jabatan ia melenceng dari ketaatan, kiranya ketika itu ajal menjemput, Su'ul Khatimah jadinya.

Sebaliknya belum tentu pula orang yang durhaka selama ini pasti Su'ul Khatimah, bisa jadi suatu saat ia mencari dan mendapatkan hidayah, lalu ia wafat saat itu, maka ia pun Husnul Khatimah jadinya.Untuk itu, bagaimanapun amal kita sebelum ini, mari sama-sama berjuang setelah ini agar semuanya memperoleh Husnul Khatimah.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

Artinya: Demi Allah yang tidak Tuhan selain Dia, sungguh sekalipun ada di antara kamu yang telah beramal dengan amalan ahli syorga, sehingga jaraknya dengan syorga itu tidak sejengkal lagi, tapi pada saat ini ia beramal dengan ahli neraka, dan mati ketika, maka ia akhirnya masuk neraka. Sebaliknya, bisa jadi ada di antara kamu yang telah beramal dengan amal ahli neraka, sehingga jarak antara ia dengan neraka itu tinggal sejengkal lagi, tapi pada saat itu ia beramal dengan amalan ahli syorga, dan mati ketika itu, maka iapun akhirnya masuk syorga.Luqmanul Hakim pernah menasehati anaknya, hai anakku, juallah duniamu untuk membeli akhiratmu, maka kamu akan mendapatkan sedua-duanya, bahagia dunia akhirat. Tapi jangan kamu jual akhiratmu untuk membeli dunia, karena kamu akan kehilangan kedua-duanya, celaka dunia akhirat.

KH. Zaainudin MZ juga dengan cerdas mengibaratkan, tanamlah padi, maka rumput pasti akan ikut tumbuh, tapi jangan menanam rumput kalau yang diharapkan tumbuh padi. Artinya kejarlah akhirat, maka dunia pasti terbawa, tapi dunia yang dikejar, maka akhirat akan ketinggalan.

Oleh karena itu, siapapun kita dan berapapun umur kita saat ini kita mempersiapkan bekal dengan sebanyak-banyaknya sebelum menempuh perjalanan panjang ke akhirat. Perjalanan pendek di dunia ini saja, misalnya suatu kali pergi ke Jakarta, seseorang sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari agar perjalanannya selamat dan lancar pulang pergi. Menurut ulama ahli hikmah, hari-hari yang disediakan oleh Allah SWT di dunia ini, dapat dibagi menjadi 3 bahagian saja, yaitu:

1. Hari yang telah berlalu

Hari yang telah berlalu yang tidak akan dapat diulangi lagi. Kenangan manis atau pahit tidak akan bisa dijemput. Amal baik atau buruk sudah tercatat. Seorangpun tidak tahu apakah amal shalehnya sudah diterima dan diberi pahala atau belum, begitu juga amal jeleknya apakah sudah diampuni atau belum.

2. Hari yang sedang dijalani

Hari yang sedang dijalani harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Diharapkan kurangnya amal shaleh dulu bisa ditingkatkan sekarang, banyaknya amal jelek kemarin dapat diperbaiki dengan mengisi waktu seefesien mungkin dengan beribadah ibadah dan aktifitas yang berguna.

3. Hari yang akan datang.Hari yang akan datang yang kita sendiri tidak tahu apakah akan dapat menikmatinya atau tidak. Dia tidak mau menunda-nunda taat kepada Allah, karena dia tidak tahu apakah setelah ini masih akan hidup atau sudah wafat. Telah sering terjadi, di mana tanpa disangka-sangka oleh siapapun, kiranya ajal telah tiba. Kedatangannya ternyata tidak selalu menunggu seseorang sampai tua, yang masih mudapun dijemputnya.