Penghasilan Tidak Kena Pajak

6
I. Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ) Dengan diundangkannya undang – undang Pajak Penghasilan pada tahun 2008, maka Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar : a. Rp 15.840.000,- untuk diri wajib pajak orang pribadi b. Rp 1.320.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin c. Rp 15.840.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sperti dalam UU PPh pasal 8 ayat 1 d. Rp 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga Perhitungan besar PKP untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dihitung dengan penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah PTKP. Disamping untuk dirinya, kepada wajib pajak yang sudah kawin diberikan tambahan PTKP. Bagi wajib pajak yang istrinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilannya, maka wajib pajak tersebut mendapat tambahan PTKP untuk seorang istri sebesar Rp 15.840.000,-. Wajib pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti orang tua, mertua, anak angkat, diberikan tambahan PTKP untuk paling banyak 3 orang. Perhitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun pajak atau pada bagian tahun pajak. II. Tarif pajak Penghasilan Besar tarif pajak penghasilan diatur dalam UU PPh pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan yang diterapkan atas PKP bagi wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut : 1. Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Samapai dengan Rp 50.000.000,00 5% Diatas Rp 50.000.000,00 15%

Transcript of Penghasilan Tidak Kena Pajak

Page 1: Penghasilan Tidak Kena Pajak

I. Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP )

Dengan diundangkannya undang – undang Pajak Penghasilan pada tahun 2008, maka Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar :

a. Rp 15.840.000,- untuk diri wajib pajak orang pribadib. Rp 1.320.000,- tambahan untuk wajib pajak yang kawin c. Rp 15.840.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami sperti dalam UU PPh pasal 8 ayat 1d. Rp 1.320.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam

garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga

Perhitungan besar PKP untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri, dihitung dengan penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah PTKP. Disamping untuk dirinya, kepada wajib pajak yang sudah kawin diberikan tambahan PTKP. Bagi wajib pajak yang istrinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilannya, maka wajib pajak tersebut mendapat tambahan PTKP untuk seorang istri sebesar Rp 15.840.000,-.

Wajib pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya seperti orang tua, mertua, anak angkat, diberikan tambahan PTKP untuk paling banyak 3 orang.

Perhitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal tahun pajak atau pada bagian tahun pajak.

II. Tarif pajak Penghasilan

Besar tarif pajak penghasilan diatur dalam UU PPh pasal 17 ayat 1, tarif pajak penghasilan yang diterapkan atas PKP bagi wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, sebagai berikut :

1. Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif PajakSamapai dengan Rp 50.000.000,00 5%Diatas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00

15%

Diatas Rp 250.000.000,00 samapi dengan Rp 500.000.000,00

25%

Diatas Rp 500.000.000,00 30%Tarif tertinggi tersebut dapat diturunkan menjadi paling rebdah 25% yang pengaturannya melalui Peraturan Pemerintah. Perubahan tarif akan diberlakukan secara nasional, dimulai per 1 Januari dan diumumkan selambat – lambatnya 1 bulan sebelum tarif baru berlaku efektif. Hal tersebut dikemukakan oleh pemerintah kepada DPR RI untuk dibahas dalam penyusunan RAPBN.

2. Untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditetapkan dengan tarif 28%. Tarif tersebut menjadi 25% mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

Page 2: Penghasilan Tidak Kena Pajak

III. Penghasilan Kena Pajak (PKP )Dasar yang digunakan menghitung besarnya pajak terutang adalah penghasilan kena pajak atau

PKP. Tetap berlandaskan laporan keuangan perusahaan setelah dilakukan koreksi fiscal positif/negatif dapat diperoleh penghasilan neto setelah koreksi. Khusus untuk wajib pajak orang pribadi, dalam

mendapatkan PKP harus terlebih dahulu penghasilan neto setelah koreksi dikurangi dengan PTKP.Bagi wajib pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk menentukan besarnya PKP,

yaitu perhitungan dengan cara biasa dan perhitungan dengan norma perhitungan. Disamping itu terdapat cara perhitungan dengan menggunakan norma perhitungan khusus, yang diperuntukan bagi wajib pajak tertentu yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan. Bagi wajib pajak luar negeri penentuan besarnya PKP dibedakan antara :

1. Wajib pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, cara penghitungan PKP pada dasarnya sama dengan cara penghitungan PKP bagi wajib pajak badan dalam negeri. Oleh karena bentuk usaha tetap berkewajiban untuk menyelenggarakan pembukuan, maka PKP dihitung dengan cara perhitungan biasa.

2. Wajib pajak luar negeri lainnya

IV. Penggabungan / Pemisahan Penghasilan Penggabungan PenghasilanSistem pengenaan PPh di Indonesia menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis,

artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu kesatuan yang dikenakan pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala keluarga. Oleh karena itu, mengacu pada pasal 8 UU PPh, seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu pula kerugiannya yang berasal dari tahun – tahun sebelumnya yang belum dikompensasi, dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya dan dikenakan PPh sebagai satu kesatuan.

Penggabungan istri tersebut tidak dilakukan dalam hal penghasilan istri diperoleh dari pekerjaan sebagai pegawai yang telah dipotong pajak (pasal21) oleh pemberi kerja, dengan ketentuan bahwa :

1. Penghasilan istri tersebut semata - mata diperoleh dari satu pemberi kerja2. Penghasilan istri tersebut berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha

atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya. Pemisahan PenghasilanPajak penghasilan atas penghasilan suami – istri dapat dilakukan secara terpisah apabila :1. Suami – istri telah hidup terpisah

Apabila suami – istri telah hidup terpisah, penghitungan PKP dan pengenaan pajak penghasilannya dilakukan sendiri - sendiri

2. Dikehendaki secara tertulis oleh suami – istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilanApabila suami – istri mengadakan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis, maka penghitungan pajak penghasilannya dilakukan berdasarkan penjumlahan penghasilan neto suami – istri dan besarnya pajak penghasilan yang harus dilunasi oleh masing – masing suami – istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto mereka.

V. Hubungan IstimewaHubungan istimewa dianggap ada apabila :1. Wajib pajak mempunyai pernyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah

sebesar 25% pada wajib pajak lain, atau hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir

Page 3: Penghasilan Tidak Kena Pajak

2. Wajib pajak menguasai wajib pajak lainnya, atau dua/lebih wajib pajak berada dibawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung

3. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/kesamping stu derajat.

VI. Fasilitas Perpajakan Atas Penanaman Modal di Bidang Usaha / Daerah TertentuPemungutan pajak terutama mempunyai fungsi untuk mengisi kebutuhan dana untuk membiayai

pembangunan nasional. Namun selaras dengan fungsinya tersebut, fungsi pajak sebagai sarana untuk menunjang kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan menjadi semakin meningkat. Sehubungan dengan hal itu, sesuai dengan ketentuan pasal 31A UU PPh Jo. Peraturan Pemerintah No.148 tahun 2000, kepada wajib pajak yang melakukan penanaman modal baru atau perluasan penanaman modal di bidang – bidang usaha tertentu, diatur sebagai berikut :

A. Pengertian1. Bidang – bidang usaha tertentu adalah bidang - bidang usaha di sector – sector kegiatan

ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional khususnya dalam rangka peningkatan ekspor

2. Daerah – daerah tertentu adalah terpencil yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi prasarana ekonomis pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 meter, yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral termasuk gas bumi

B. Fasilitas PerpajakanWajib pajak dalam negeri berbentuk perseroan terbatas yang melakukan penanaman modal baru atau perluasan di bidang – bidang usaha tertentu dan/atau daerah – daerah tertentu diberikan fasilitas pajak penghasilan berdasarkan Keputusan Presiden berbentuk :1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal yang dilakukan2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat3. Kompensasi kerugian yang lebih lama tetapi tidak labih dari 10 tahun; kerugian fiscal

yang dapat dikompensasikan dengan keuntungan dalam 5 tahun berikutnya sesuai ketentuan pasal 6 ayat 2 UU PPh

4. Pengenaan pajak penghasilan atau deviden yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10%, atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku

VII. Perlakuan PPh Atas Stock OptionSurat edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 13/Pj.43/1999 tanggal 22 Maret 1999 telah

memberikan petunjuk pelaksanaan perpajakan atas Stock Option :1. Stock option adalah janji atau penawaran yang diberikan oleh suatu perusahaan di luar negeri

yang telah menjual sahamnya di bursa efek luar negeri, kepada karyawan atau orang pribadi kalangan terbatas dan suatu perusahaan di Indonesia yang mempunyai hubungan istimewa dengan perusahaan di luar negeri, untuk membeli sahamnya dengan harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

2. Penawaran tersebut akan dicabut kembali setelah melewati jangka waktu yang ditentukan tersebut

3. Apabila karyawan menggunakan haknya atas penawaran tersebut dan kemudian terjadi kenaikan harga pasar, atas saham tersebut, maka karyawan yang bersangkutan dapat memilih :a. Menjual kembali saham pada saat itub. Menyimpan saham sebagai investasi untuk dijual kembali pada masa mendatang untuk

mendapat keuntungan lebih besar

Page 4: Penghasilan Tidak Kena Pajak

4. Selisih harga pasar dengan harga tertentu yang lebih rendah dari harga pasar yaitu merupakan potongan harga perolehan saham

5. Harga tertentu adalah harga jual saham yang ditawarkan oleh suatu perusahaan luar negeri kepada karyawan atau orang pribadi kalangan terbatas, dari suatu perusahaan Indonesia yang mempunyai hubungan istimewa dengan perusahaan di luar negeri.

6. Penghasilan pemegang saham berupa deviden dan/atau capital gain7. Apabila saham tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan harga perolehan merupakan

penghasilan yang terutang pajak penghasilan

Page 5: Penghasilan Tidak Kena Pajak

REFERENSI

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat