Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak...
Transcript of Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak...
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Di Kota
Tangerang Selatan
SKRIPSI
Oleh
Margareth Ros Pratama
1200977941
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2012
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Di Kota
Tangerang Selatan
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar sarjana pada
Fakultas Ekonomi dan Komunikasi
Jurusan Akuntansi dan Keuangan
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh
Margareth Ros Pratama
1200977941
Universitas Bina Nusantara
Jakarta
2012
Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Di Kota
Tangerang Selatan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi, pemahaman peraturan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi , apakah pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mendorong kesadaran wajib pajak orang pribadi tersebut dalam kepatuhan kewajiban perpajakan di Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Simple random sampling dalam pengumpulan sampelnya. Dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik dan dalam bentuk teks yang dikemukakan dalam kesimpulan. Uji Statistik dalam penelitian ini meliputi Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Normalitas, Uji Multikolonieritas, Uji t, dan Uji f. Hasil dari penelitian ini bahwa tingkat pendidikan dan pelayanan kantor pelayanan pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi sedangkan pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib . Karena pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib hendaknya kantor pelayanan pajak memberikan sosialisasi peraturan-peraturan pajak kepada wajib pajak orang pribadi.
Kata kunci : tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi, pemahaman peraturan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi , pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak ( KPP)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia menganut 3 sistem pemungutan pajak yaitu oficial assessment system,
witholding system, dan self assessment system. Oficial assessment system merupakan
pemungutan pajak yang dalam membayar pajak terutang di tetapkan oleh fiskus. Sedangkan
witholding system merupakan pemungutan pajak yang dalam menghitung , membayar, dan
melapor pajak terutang dilakukan oleh pihak ke 3 misalnya perusahaan atau pemberi kerja. Dan
yang terakhir self assessment system merupakan pemungutan pajak yang dilakukan dengan cara
wajib pajak sendiri yang menghitung, membayar, dan melapor pajak terutang. Dari ke tiga sistem
pemungutan pajak tersebut, setiap sistem mempunyai kelebihan, kekurangan ataupun ciri masing
– masing.Dari ke tiga sistem tersebut , self assessment system merupakan salah satu sistem
pemungutan pajak yang unik karena besarnya pajak terutang di hitung sendiri oleh wajib pajak.
self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang yang dengan ciri – ciri sebagai
berikut :
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak ada pada wajib pajak sendiri.
- Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang
- Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
Self assessment system dapat berjalan dengan baik tanpa adanya halangan jika setiap wajib pajak
mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang pentingnya pajak. Dalam self assessment system
wajib pajak harus menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutang. Dalam
hal ini self assessment system membuat setiap wajib pajak secara ikhlas, sukarela, dan terbuka
untuk menghitung dan membayar jumlah pajak secara benar seuai dengan kondisi yang riil
karena dengan menggunakan sistem pemungutan pajak tersebut dapat memberikan kesempatan
yang besar kepada setiap wajib pajak untuk melakukan penggelapan, kecurangan dan
kebohongan dalam menghitung dan melaporkan besarnya jumlah pajak terutang. Adanya setiap
wajib pajak yang patuh maka penerimaan negara menjadi lancar guna membiayai pengeluaran
negara.
Wajib pajak yang terdapat dalam Kota Tangerang Selatan terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Serpong. Kota Tangerang Selatan di resmikan tanggal 26 November
2008 dengan luas 147,19 km2. Penulis memilih Kantor Pelayanan Pajak Serpong karena penulis
ingin mengetahui faktor – faktor apa saja yang mendorong kesadaran wajib pajak orang pribadi
terhadap kepatuhan dalam membayar pajak penghasilan dengan self assessment system karena
Kota Tangerang Selatan sendiri di resmikan baru beberapa tahun kebelakang. Bisa di katakan
kota Tangerang Selatan baru seusia balita.
Berdasarkan uraian keadaan yang telah dijelaskan diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk tugas akhir skripsi yang di beri judul “Analisis
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Di Kota Tangerang Selatan”
I.2Tujuan penelitian
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh
tingkat pendidikan, pemahaman yang di miliki oleh wajib pajak tentang peraturan perpajakan,
dan pelayanan yang diberikan oleh kantor pelayanan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1.1. Definisi pajak
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN memberikan definisi pajak sebagai
berikut : “ kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sementara itu, Mardiasmo (2006:1) memberikan definisi pajak sebagai berikut : “Pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari 2 definisi diatas dapat ditarik kesimpulan :
1. Pajak dibayarkan oleh orang pribadi atau badan
2. Bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang
3. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung
4. Digunakan untuk kemakmuran rakyat
Lembaga pemerintah yang membantu mengurusi kewajiban kewajiban wajib pajak di Indonesia
adalah Direktorat Jendral Pajak ( DJP ) yang berada dibawah Kementrian Keuangan Republik
Indonesia.
II.1.2. Fungsi pajak
pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
A. Fungsi mengatur (regulerend)
Dalam mengatur pertumbuhan ekonomi pemerintah bisa menggunakan kebijaksanaan
pajak sebagai alat untuk mencapai pertumbuhan tersebut. Misalnya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi negara yang dilakukan melalui perusahaan – perusahaan yang ada
di Indonesia, pemerintah dapat meringankan pajak yang rendah bagi seseorang yang
ingin berinvestasi.
B. Fungsi anggaran ( budgetair )
Suatu negara pasti mempunyai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut pastinya
memerlukan dana yang besar untuk menjalankan tugas rutin negara, membiayai
pengeluaran negara, membiayai pembangunan. Dana ini diperoleh dari penerimaan pajak
yang dibayarkan oleh warga negara dari negara tersebut.
C. Fungsi redistribusi pendapatan
Fungsi ini lebih menekankan pada unsur pemerataan pada masyarakat. Dana yang didapat
negara digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum termasuk untuk
membiayai pembangunan yang dapat membuka kesempatan kerja. Dengan terciptanya
kesempatan kerja dapat meningkatkan pendapatan warga negara.
D. Fungsi stabilitas
Stabilitas dalam negeri dapat dikendalikan melalui pajak. Jika negara sedang mengalami
inflasi, pemerintah dapat menaikkan pajak untuk mengurangi kelebihan permintaan
dalam masyarakat dan mengurangi peredaran uang.
II.1.3. Tata Cara Pemungutan Pajak
A. Stelsel Anggapan
Dalam stelsel anggapan, Pajak yang dikenakan didasarkan pada suatu anggapan yang
diatur oleh Undang-Undang. Penghasilan dalam satu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya. Besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan sudah dapat ditentukan diawal
tahun.
B. Stelsel Campuran
Dalam Stelsel campuran merupakan kombinasi antara stelsel anggapan dan stelsel nyata.
Besarnya pajak pada awal tahun ditentukan berdasarkan suatu anggapan dan pada akhir
tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
C. Stelsel Nyata
Dalam stelsel nyata, pajak yang dikenakan didasarkan pada objek (penghasilan) yang
nyata. Setalah penghasilan sesungguhnya diketahui pemungutan pajak baru dapat
dilakukan. Pemungutan pajak ini dilakukan pada akhir tahun.
II.1.4. Sistem Pemungutan Pajak
A. Official Assessment System
Dalam official assessment system, pemerintah ( fiskus ) mempunyai wewenang dan
berperan aktif dalam penghitungan dan penetapan besarnya pajak terutang.
B. Self Asessment System
Dalam self assessment system besarnya pajak terutang dihitungan, disetor, dan dilapokan
oleh wajib pajak. Pemerintah ( fiskus ) hanya sebagai pengawas apakah surat
pemberitahuan ( SPT ) sudah diisi dengan lengkap dan benar.
C. Witholding Assessment System
Dalam witholding assessment system yang melakukan penghitungan, penetapan,
penyetoran, dan pelaporan dilakukan oleh pihak ke tiga selain pemerintah ( fiskus ) dan
wajib pajak bersangkutan.
II.1.5. Tarif Pajak Orang Pribadi
Tabel 2.1
Tabel lapisan penghasilan kena pajak
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15%
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25%
Diatas Rp. 500.000.000,- 30%
Sumber : Undang-Undang No. 36 tahun 2008
II.1.6 Teori Kesadaran
Kesadaran yang dimiliki manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri
sesuai dengan yang diyakininya. Kesadaran menunjukkan bagaimana cara kita bertindak untuk
menyikapi realita yang ada.
Menurut Sigmund Freud “Bahwa kehidupan individu terdiri dari 2 bagian, yaitu alam sadar dan
alam tidak sadar. Alam sadar merupakan bagian terbesar dari individu sedangkan alam tidak
sadar hanya bagian terkecil aja dari individu.”
Teori kesadaran Carl Gustav Jung. Menurutnya Kesadaran terdiri dari 3 sistem yang saling
berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego, ketidasadaran pribadi (personal
unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconscious).
- Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-
perasaan sadar. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya.
- Personal Unconscious
Struktur psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengan
cara repression atau suppression.
- Collective Unconscious
Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang
yang tidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi
juga leluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious
terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran
universal yang diturunkan dari generasi ke generasi.
II.1.7 Fungsi kesadaran (Shallice)
- Dapat digunakan dalam membuat keputusan.
- Dapat digunakan dalam mengendalikan, merencanakan,memulai dan mengarahkan
tindakan.
- Dapat digunakan dalam pemantauan perilaku.
- Memungkinkan terhadap penyesuaian perilaku.
II.1.8 Kepatuhan Pajak
Dengan adanya kepatuhan maka secara tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan dengan
lancer karena kepatuahn wajib pajak telah menunjukan bahwa wajib pajak telah melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan baik.
Kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya.
II.1.9. Jenis Kepatuhan Wajib Pajak
A. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah keadaan dimana wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakanya sesuai dengan ketentuan dalam undang – undang perpajakan yang sedang
berlaku.Kepatuhan formal dapat dilihat apabila wajib pajak telah melaporkan SPT
sebelum batas waktu berakhir.
B. Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah keadaan dimana waib pajak memenuhi ketentuan material
perpajakan yang sesuai dengan isi undang – undang perpajakan. Kepatuhan material
dapat di lihat apabila wajib pajak telah mengisi SPT dengan jujur, benar, lengkap dan
melaporkannya ke KPP setempat sebelum batas waktu berakhir.
II.1.10. Pengertian Wajib Pajak Patuh
Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak.
Setiap tahun pada akhir bulan Januari dilakukan penetapan Wajib Pajak Patuh. Fasilitas
pelayanan sebagai Wajib Pajak Patuh baru dapat diberikan setelah Wajib Pajak ditetapkan
sebagai Wajib Pajak Patuh. Penetapan WP Patuh berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
II.1.11.Syarat Wajib Pajak Patuh
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunnan dalam 2 (dua) tahun
terakhir;
2. Dalam tahun terakhir, penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga)
masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
3. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam huruf b telah disampaikan tidak
lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya;
4. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak :
o Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak;
o Tidak termasuk tunggakan pajak Sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk
2 (dua) masa pajak terakhir; dan
5. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
6. Dalam hal laporan Keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau
dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal.
o Dalam 2 (dua) tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007; dan
o Apabila dalam dua tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan
pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang
tidak lebih dari 10 % (sepuluh persen).
II.1.12 Keuntungan Wajib Pajak Patuh
Wajib Pajak Patuh berhak mendapatkan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk jenis
pajak :
1. Untuk PPh paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima
2. Untuk PPN paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima
II.1.13. Hambatan pemungutan pajak
Hambatan pemungutan pajak di bedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. perlawanan pasif terhadap pajak
perlawanan pasif adalah perlawanan karena adanya keadaan di sekitar wajib pajak
itu sendiri. Perlawanan pasif berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi
masyarakat di suatu negara.
a. Struktur ekonomi
b. Perkembangan intelektual dan moral penduduk
c. Cara hidup masyarakat di suatu negara
d. Teknik pemungutan pajak itu sendiri
2. Perlawanan aktif terhadap pajak
Perlawanan aktif adalah perlawanan yang berasal dari wajib pajak itu sendiri.
Perlawanan aktif dapat dilakukan melalui cara berikut :
a. Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance )
Tax avoidance merupakan usaha yang dilakukan oleh wajib pajak dalam
rangka upaya penghindaran pajak atau upaya efisiensi beban pajak yang
dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan perundang – undangan yang
berlaku. Tax avoidance ini memanfaatkan suatu celah dari suatu peraturan
perundang – undangan dalam hal memenuhi kewajiban perpajakan.
b. Pengelakan pajak ( Tax Evasion )
Tax evasion merupakan usaha penghindaran pajak yang dilakukan secara
ilegal atau melanggar ketentuan perundang – undangan dengan cara tidak
melaporkan penjualan atau penghasilan yang sebenarnya atau juga dengan
memperbesar biaya yang terjadi.
c. Melalaikan pajak
Perlawanan pajak yang di lakukan oleh wajib pajak untuk menolak
membayar pajak dan menolak untuk memenuhi kewajiban perpajakan
yang lainnya.
II.1.14 Kaitan Wajib Pajak Patuh terhadap Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi
Jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan
penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Wajib Pajak akan patuh ( karena
tekanan), mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk
menyelundupkan pajak. Kepatuhan wajib pajak dihubungkan dengan pajak, maka kepatuhan
pajak dapat digambarkan sebagai derajat tingkat yang mana wajib pajak mematuhi atau gagal
untuk mematuhi ketentuan peraturan pajak dinegaranya.
BAB IV
HASIL PENGUJIAN
IV.2.1 Uji Validitas
Dasar pengambilan keputusan :
Suatu item dikatakan VALID jika Corrected Item-Total Correlation ( r hitung ) lebih besar
daripada r tabel.
Kesimpulan :
Berdasarkan tabel 4.6 semua pertanyaan untuk variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dinyatakan valid karena total Corrected Item-Total Correlation ( r hitung ) lebih besar daripada r
tabel.
IV.2.2 Uji Reliabilitas
Dasar pengambilan keputusan : Suatu kuesioner dikatakan RELIABLE jika nilai Cronbach's
Alpha > 0,60
Sumber: data diolah dengan SPSS 20.00
Kesimpulan : Dengan melihat tabel Reliability Statistics diketahui bahwa nilai Cronbach's Alpha
adalah 0,831 dengan jumlah item pertanyaan 19. Kuesioner yang dibuat reliable karena 0,831 >
0,60
Tabel 4.9
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .831 19
IV.2.3 Uji Normalitas .
Dasar pengambilan keputusan :
1. Angka signifikansi uji Kolmogrof-Smirnov Sig. > 0,05 menunjukkan data berdistribusi
normal.
2. Angka signifikansi uji Kolmogrof-Smirnov Sig. < 0,05 menunjukkan data berdistribusi
tidak normal.
Tabel 4.10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 270
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 5.19732708
Most Extreme Differences
Absolute .060
Positive .060
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z .992
Asymp. Sig. (2-tailed) .278
Sumber: data diolah dengan SPSS 20.00
Kesimpulan :
Dengan melihat tabel Tabel 4.13 nilai sig sebesar 0.278 > 0.05 menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.
IV.2.4 Uji Heterokedatisitas
Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika probalitasnya (nilai sig) > 0.05 maka tidak terjadi heterokedatisitas
2. Jika probalitasnya (nilai sig) < 0.05 maka terjadi heterokedatisitas
Kesimpulan :
berdasarkan tabel diatas nilai VIF tingkat pendidikan 1.026 < 10 dan nilai tolerance tingkat
pendidikan 0.975 > 0.1, nilai VIF pemahaman peraturan pajak 1.080 < 10 dan nilai tolerance
pemahaman peraturan pajak 0.926 > 0.1, nilai VIF pelayanan kantor pelayanan pajak 1.079 <
10 dan nilai tolerance pelayanan kantor pelayanan pajak 0.927 > 0.1, maka disimpulkan tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel independen.
Kesimpulan :
Dari tabel 4.11 diketahui nilai sig variabel tingkat pendidikan 0.032 < 0.05 maka
variabel tersebut terjadi heterokedatisitas, nilai sig variabel pemahaman peraturan
perpajakan 0.128 > 0.05 maka variabel tersebut tidak terjadi heterokedatisitas, dan
nilai sig variabel pelayanan kantor pelayanan pajak 0.31 > 0.05 maka variabel
tersebut tidak terjadi heterokedatisitas.
IV.2.5 Uji Multikolinearitas
Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1 maka dapat dikatakan tidak terjadi
gejala multikolinearitas diantara variabel bebas.
2. Jika nilai VIF > 10 dan nilai tolerance < 0.1 maka dapat dikatakan terjadi
gejala multikolinearitas diantara variabel bebas.
IV.2.6 Uji t
Dasar Pengambilan Keputusan :
1. Jika probalitasnya (nilai sig) > 0.05 atau - t tabel < t hitung < t tabel maka variabel
independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probalitasnya (nilai sig) < 0.05 atau t hitung < - t tabel atau t hitung > t tabel maka
variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Kesimpulan :
1. Pada tabel diatas nilai Sig. tingkat pendidikan 0.609 > 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan ( variabel independen ) tidak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak orang pribadi ( variabel dependen ).
2. Pada tabel diatas nilai Sig. pemahaman peraturan perpajakan 0.000 > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa pemahaman peraturan perpajakan ( variabel independen )
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi ( variabel dependen ).
3. Pada tabel diatas nilai Sig. pelayanan kantor pelayanan pajak 0.510 > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa pelayanan kantor pelayanan pajak ( variabel independen ) tidak
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi ( variabel dependen ).
IV.2.7 Uji f
Dasar Pengambilan Keputusan :
1. Jika probalitasnya (nilai sig) > 0.05 atau F hitung < F tabel maka variabel - variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika probalitasnya (nilai sig) < 0.05 atau F hitung > F tabel maka variabel - variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.14
ANOVA a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 790.323 3 263.441 9.644 .000b
Residual 7266.284 266 27.317
Total
8056.607 269
a. Dependent Variable: Tingkat Kepatuhan
a. Predictors: (Constant), Pelayanan KPP, Tingkat Pendidikan, Pemahaman Peraturan Perpajakan
Sumber: data diolah dengan SPSS 20.00
Kesimpulan :
Pada tabel di atas nilai sig = 0.000 < 0.05, sehingga disimpulkan variabel-variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikant terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.15
Tingkat Kepatuhan
Tukey HSD
Tingkat Pendidikan N Subset for alpha = 0.05
1
D4 3 27.33
D1 12 28.17
D3 32 28.72
SMA 124 29.92
S1 91 29.96
D2 8 31.13
Sig. .629
Grafik 1.1
Tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib pajak
Kesimpulan :
Dari grafik diatas dapat disumpulkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Variabel tingkat pendidikan dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Tidak ada
pengaruh antara tingkat pendidikan wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan.
Variabel pemahaman peraturan perpajakan disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Ada
pengaruh pemahaman pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi
terhadap kepatuhan dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
Variabel pelayanan kantor palayanan pajak disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
Tidak ada pengaruh pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Suandy, Erli (2002).Perencanaan Pajak.Jakarta:Salemba Empat.
Hia Sinta ,Tiodora (2010). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak penghasilan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.Thesis D3 yang dipublikasikan.Medan: Universitas Sumatera Utara
Ilyas,Wirawan & Waluyo (2003).Perpajakan Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo (2006).Perpajakan.Yogyakarta: Andi.
Marsyahrul, Tony (2005). Pengantar Perpajakan.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Pratisto,Arif (2004).Cara mudah mengatasi masalah statistik dan rancangan
percobaan dengan SPSS 12.Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000
tentang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
Sarjono,Haryadi & Winda Julianita ( 2011 ). SPSS VS LISREL. Jakarta: Salemba
Empat.
Sarwono, Jonathan (2006).Metode penelitian kuantitatif &kualitatif.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sugiyono. (2003). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima: Bandung: Alfabeta.
Sugiono (2012).Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R &D.Bandung:
Alfabeta.
Sulaiman, Wahid (2002).Statistik non-parametrik contoh kasus dan pemecahannya
Dengan SPSS.Yogyakarta:Andi.
Susanti,Novi (2011).Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam
pemenuhan Kewajiban PPH pemilik online shop disitus jejaring sosial facebook wilayah Jakarta Barat.Thesis S1 yang tidak dipublikasikan.Jakarta:Universitas Bina Nusantara.
GIRI AGUNG W ( 2011 ). Teori kesadaran Carl Gustav Jung for mengenal
tipe kepribadian dan kesadaran manusia. http://www.scribd.com/doc/53163069/22/Teori-kesadaran-Carl-Gustav-Jung. Diakses Agustus 2012.
Rida Dwi Astuti (2011). KESADARAN DAN TINGKATANNYA . http://reedha
dhori.blogspot.com/2011/11/kesadaran-dan-tingkatannya.html. Diakses Agustus 2012.
Pajak online.com. Wajib Pajak Patuh
II.http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=217. Diakses
Agustus 2012
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA