PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK...

127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : FRIDANI SIJABAT K7108040 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Transcript of PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK...

Page 1: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG

PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS

PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh :

FRIDANI SIJABAT

K7108040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 2: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG

PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS

PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

FRIDANI SIJABAT

K7108040

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan

Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

Page 6: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

ABSTRAK

Fridani Sijabat. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA SAMPAI HASIL SERATUS PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO JATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012 melalui penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dan juga untuk mendeskripsikan cara mengatasi kendala-kendala yang menghambat penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus yang terbagi menjadi 6 kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, studi dokumentasi, dan observasi. Untuk validitas data, menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode, sedangkan untuk teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif, teknik analisis kritis, dan analisis data model interaktif. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten yang berjumlah 47 siswa..

Hasil penelitian ini menunjukkan jumlah siswa yang nilainya ≥ 75 (KKM) pada siklus I meningkat menjadi 65,96% (31 siswa) dari prasiklus yang hanya mencapai 42,55% (20 siswa). Siklus II meningkat menjadi 91,49% (43siswa), dan siklus III meningkat menjadi 97,87% (46 siswa). Selain itu, aktivitas siswa dan kinerja guru juga mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa yang aktif sebanyak 40 siswa, siklus II sebanyak 43 siswa, dan siklus III sebanyak 46 siswa. Kinerja guru pada siklus I mencapai nilai 3,4, siklus II meningkat menjadi 3,5, dan siklus III mencapai nilai 3,6. Untuk kendala mengenai biaya yang tinggi dalam hal pengadaan media pembelajaran, dapat diatasi dengan membuat media sederhana dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, dan untuk kendala mengenai waktu dapat diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal keterampilan mengelola kelas.

Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan Model Pembelajaran Kuantum meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.

Kata kunci: model pembelajaran kuantum, kemampuan menghitung, perkalian

Page 7: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

ABSTRACT

Fridani Sijabat. THE USE OF QUANTUM MODEL LEARNING TO IMPROVE THE COUNTING CAPABILITIES OF MULTIPLICATION TWO NUMBERS UNTIL THE RESULT OF A HUNDRED FOR GRADE II STUDENTS IN SDN 06 NGRINGO JATEN 2011/2012. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University Surakarta. July 2012.

The objectives of this research are to improve the counting capabilities of multiplication two numbers until the result of a hundred for grade II in SDN 06 Ngringo Jaten 2011/2012 through the use of quantum model learning and also to describe how to overcome obstacles that have been inhibits in the use of quantum model learning in order to improve the ability to calculate multiplication two numbers until the result of a hundred for grade II in SDN 06 Ngringo Jaten 2011/2012.

The form of this research is class room action research by using cyclemodel. Every cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. This research was done about three cycles that was divided into six times meeting. Data collection techniques in this research used the test, the documentation study, and the observation. The validity of data used triangulation source technique and triangulation method. Meanwhile, technical analysis of data used the technique of descriptive comparative, the technique of critical analysis, and the analysis of data model interactive. As a subject of the study is grade II students of SDN 06 Ngringo Jaten which consisted of 47 students.

The results of this research concluded that the number of students whose value ≥ 75 (Minimum criteria of completeness/KKM) in cycle I increased to 65,96% (31 students) from precycle which just reached 42,55% (20 students). In cycle II, it increased to 91,49% (43 students). Then, it increased to 97,87% (46 students) in cycle III. Besides, student’s activities and teacher’s performance also increased. In cycle I, there were 40 active students. In cycle II, there were 43 active students. Then, there were also 46 active students in cycle III. Teacher’s performance in cycle I reached 3,4. Then, teacher’s performance also increased to 3,5 in cycle II. In cycle III, teacher’s performance reached to 3,6. To due to high costs in terms of learning, procurement media can be overcome by making simple media with materials that were around, and to the obstacles of time can be overcome by training exercises as much as possible in terms of managing skills class.

The conclusion of this research is used of quantum model learning improve the counting capabilities of multiplication two numbers until the result of a hundred for grade II students in SDN 06 Ngringo Jaten 2011/2012

Keywords: quantum learning model, the ability to calculate, multiplication

Page 8: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

MOTTO

Habiskanlah dulu semua kegagalanmu, hingga yang tersisa

hanyalah keberhasilan.

(Mario Teguh)

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah

segala rencanamu.

(Amsal 16 : 3)

Jangan membenarkan yang biasa, tapi biasakanlah yang benar.

(M. Sijabat)

Page 9: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk :

Ayah (pak jabat), Ibu (bu jabat), dan adik-adikku (benni calon menantu idaman, arman

calon musisi ternama, andi calon peternak sukses), serta keluarga besar penulis yang

menjadi sumber motivasi bagi penulis.

Keluarga besar SDN 06 Ngringo Jaten Karanganyar yang selalu sabar melayani

permintaan penulis.

Rekan-rekan mahasiswa S1 PGSD angkatan 2008 dan almamaterku yang telah

melahirkan calon-calon guru yang inovatif, kreatif, berkarakter kuat, dan cerdas

(termasuk penulis hahaa!).

Che-com.

TVXQ & 2PM yang selalu menjadi tombo ngantuk disaat penulis begadang sampai

pagi (hwaiting!!).

Arere, ubur-ubur, dan menyelwati selaku fans penulis yang selalu membantu penulis

dalam pelaksanaan penelitian.

Dek Ine, koncone Arman yang telah bersedia meminjamkan camdignya selama dua

bulan, saranghaeyo!

Anisa Nurulita, my best translater forever ^^

Note book ku Hp mini 110 – 3505 white series

Para Pecinta Korea ^.^

Page 10: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,

yang memberi ilmu, inspirasi, dan motivasi. Atas kehendaknya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN BILANGAN DUA ANGKA

SAMPAI HASIL SERATUS PADA SISWA KELAS II SDN 06 NGRINGO

JATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.

Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

3. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Siti Kamsiyati, M. Pd. selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SDN 06 Ngringo Jaten, yang telah memberi kesempatan dan tempat

guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Sutarni, S.Pd. SD, selaku guru kelas II SDN 06 Ngringo Jaten, yang telah

memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.

8. Siswa-siswi kelas II SDN 06 Ngringo Jaten, yang telah bersedia berpartisipasi

dalam pelaksanaan penelitian ini.

Page 11: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 12: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN….………………………………… ii

HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………………. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iv

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. v

ABSTRAK ………………………………………………………………….. vi

ABSTRACT ………………………………………………………………… vii

MOTTO ……………………………………………………………………… viii

PERSEMBAHAN …………………………………………………………… ix

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. x

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiv

DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xvi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………... 1

B. Perumusan Masalah …………………………………………. 3

C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 4

D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 6

B. Penelitian yang Relevan ……………………………………… 31

C. Kerangka Pemikiran ………………………………………….. 32

D. Hipotesis Tindakan …………………………………………… 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………... 35

Page 13: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

B. Subjek Penelitian …………………………………………….. 36

C. Data dan Sumber Data ……………………………………….. 36

D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 36

E. Validitas Data ………………………………………………… 38

F. Teknik Analisis Data …………………………………………. 39

G. Indikator Kinerja ……………………………………………… 41

H. Prosedur Penelitian …………………………………………… 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan ………………………………………… 47

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ……………………….. 49

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus …………………… 92

D. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………. 99

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ……………………………………………………… 103

B. Implikasi ……………………………………………………… 104

C. Saran …………………………………………………………. 105

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 109

LAMPIRAN ………………………………………………………………... 111

Page 14: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tahap Enaktif ………………………………………………………. 19

2.2. Tahap Ikonik …………………………………………………………. 19

2.3. Penerapan Konsep 2 x 3 pada Karton Berbentuk Bintang ………….. 20

2.4. Penerapan Konsep 3 x 2 pada Karton Berbentuk Bintang ………….. 21

2.5. Perkalian sebagai Penjumlahan Berulang pada Soal Bergambar …… 25

2.6. Perkalian dengan Menggambar Garis Vertikal dan Horisontal ……... 26

2.7. Perkalian dengan Jarimatika ………………………………………… 26

2.8. Permainan Ular Tangga Perkalian …………………………………… 27

2.9. Kerangka Berpikir……………………………………………………. 33

3.1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ……………………………….. 35

3.2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif …………….. 40

3.3. Siklus Penelitian……………………………………………………… 42

4.1. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian

Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Prasiklus ………………. 48

4.2. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ……………. 55

4.3. Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I………………………… 56

4.4. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I ………………… 57

4.5. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter

Siklus I ……………………………………………………………….. 59

4.6. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial

Siklus 1 ………………………………………………………………. 60

4.7. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian

Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus I ………………… 61

4.8. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus I………………………………… 63

4.9. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II …………… 69

4.10. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II …………………. 71

4.11. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II ……………….. 72

Page 15: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

4.12. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter

Siklus II………………………………………………………………. 74

4.13. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial

Siklus II………………………………………………………………. 75

4.14. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian

Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus II ……………….. 76

4.15. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus II ……………………………….. 78

4.16. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ………….. 84

4.17. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III ……………….. 86

4.18. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III ………………. 87

4.19. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter

Siklus II ……………………………………………………………… 88

4.20. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial

Siklus III……………………………………………………………… 89

4.21. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian

Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus III ………………. 90

4.22. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus III ………………………………. 92

4.23. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus …. 94

4.24. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Psikomotor

Antarsiklus …………………………………………………………… 95

4.25. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku Berkarakter

Antarsiklus ………….………………………………………………. 96

4.26. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan

Sosial Antarsiklus ……………………………………………………. 97

4.27. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa

Antarsiklus …………………………………………………………… 98

4.28. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus … 99

Page 16: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tabel Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus ……….. 24

4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Prasiklus …………………….. 47

4.2. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ……………………. 55

4.3. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I ………………………….. 56

4.4. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I ….. 57

4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku

Berkarakter Siklus I …………………………………………………. 58

4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan

Sosial Siklus I………………………………………………………… 60

4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus 1………………………. 61

4.8. Data Hasil Penelitian Siklus I………………………………………… 62

4.9. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II …………………… 69

4.10. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II ………………………… 71

4.11. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II …. 72

4.12. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku

Berkarakter Siklus II…………………………………………………. 73

4.13. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan

Sosial Siklus II ……………………………………………………….. 75

4.14. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus II ……………………… 76

4.15. Data Hasil Penelitian Siklus II……………………………………….. 77

4.16. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III ………………….. 84

4.17. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III………………………… 85

4.18. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III… 86

4.19. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku

Berkarakter Siklus III………………………………………………… 88

4.20. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan

Sosial Siklus III………………………………………………………. 89

4.21. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus III …………………….. 90

Page 17: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

4.22. Data Hasil Penelitian Siklus III …………………………………….... 91

4.23. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus ………… 94

4.24. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Psikomotor Antarsiklus ……… 95

4.25. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku

Berkarakter Antarsiklus ……………………………………………… 96

4.26. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan

Sosial Antarsiklus …………………………………………………… 97

4.27. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus ……… 98

4.28. Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus ………… 99

Page 18: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus ………………………………………………………………….. 111

2 RPP Siklus I Pertemuan 1 ………………………………………………. 114

3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ………………………………………………. 126

4 RPP Siklus II Pertemuan 1 ……………………………………………… 138

5 RPP Siklus II Pertemuan 2 ……………………………………………… 150

6 RPP Siklus III Pertemuan 1 …………………………………………….. 162

7 RPP Siklus III Pertemuan 2 …………………………………………….. 175

8 Daftar Nilai Siswa Prasiklus ……………………………………………. 188

9 Daftar Nilai Siswa Siklus I ……………………………………………… 190

10 Daftar Nilai Siswa Siklus II ……………………………………………. 192

11 Daftar Nilai Siswa Siklus III …………………………………………… 194

12 Pedoman Pengamatan Penggunaan Media Sedotan ……………………. 196

13 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus I Pertemuan 1 ………………… 199

14 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus I Pertemuan 2 ………………… 202

15 Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I …………………………… 205

16 Pedoman Pengamatan Penggunaan Media Jarimatika …………………. 206

17 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus II Pertemuan 1 ……………….. 209

18 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus II Pertemuan 2 ……………….. 212

19 Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II …………………………... 215

20 Pedoman Pengamatan Penggunaan Media Ular Tangga ……………….. 216

21 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus III Pertemuan 1 ………………. 218

22 Lembar Pengamatan Psikomotor Siklus III Pertemuan 2 ……………… 221

23 Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III …………………………. 224

24 Pedoman Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter …………………… 225

25 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I

Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 227

26 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I

Pertemuan 2 …………………………………………………………….. 230

Page 19: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

27 Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I …………. 233

28 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II

Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 234

29 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II

Pertemuan 2 ……………………………………………………………... 237

30 Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II ………… 240

31 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III

Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 241

32 Lembar Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III

Pertemuan 2 ……………………………………………………………... 244

33 Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III ……….. 247

34 Pedoman Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial ……………………. 148

35 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I

Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 250

36 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I

Pertemuan 2 …………………………………………………………….. 253

37 Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I ………….. 256

38 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II

Pertemuan 1 ……………………………………………………………... 257

39 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II

Pertemuan 2 ……………………………………………………………... 260

40 Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II ………… 263

41 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III

Pertemuan 1 …………………………………………………………….. 264

42 Lembar Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III

Pertemuan 2 …………………………………………………………….. 267

43 Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III ……….. 270

44 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa …………………………………… 271

45 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ………………. 272

46 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ………………. 274

Page 20: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xx

47 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ……………... 276

48 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 …………….. 278

49 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 ……………. 280

50 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 2 ……………. 282

51 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa …………………………………. 284

52 Lembar Penilaian Guru Siklus I Pertemuan 1…………………………… 285

53 Lembar Penilaian Guru Siklus I Pertemuan 2 …………………………... 287

54 Lembar Penilaian Guru Siklus II Pertemuan 1 …………………………. 289

55 Lembar Penilaian Guru Siklus II Pertemuan 2 …………………………. 291

56 Lembar Penilaian Guru Siklus III Pertemuan 1 ………………………… 293

57 Lembar Penilaian Guru Siklus III Pertemuan 2 ………………………… 295

58 Data Hasil Penilaian Guru ……………………………………………… 297

59 Peta Konsep …………………………………………………………….. 298

60 Kisi –Kisi Soal Evaluasi Prasiklus ……………………………………… 299

61 Data Riil Siswa …………………………………………………………. 301

62 Dokumentasi Tindakan Penelitian ……………………………………… 307

Page 21: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

tingkat pendidikan dasar. Muhsetyo (2009) berpendapat, “Sebagai pengetahuan

matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara lain abstrak, deduktif, konsisten,

hirarkis, dan logis” (hlm. 12). Muhsetyo (mengutip simpulan Soedjadi, 1999) juga

manyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu

fakta, konsep, operasi, dan prinsip (2009:12). Ciri keabstrakan matematika beserta

ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk

dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap

matematika. Padahal, matematika merupakan bekal yang sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari, karena tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang lepas

dari matematika.

Salah satu kompetensi Mata Pelajaran Matematika pada kelas II sekolah

dasar adalah kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus. Kemampuan menghitung merupakan salah satu kemampuan yang penting

dalam kehidupan sehari-hari (Aisyah, 2007). Karena dapat dikatakan bahwa

dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia memerlukan kemampuan ini,

sehingga kompetensi ini begitu penting untuk diberikan kepada siswa. Oleh

karena itu, semua manusia hendaknya menguasai kemampuan menghitung

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus. Namun hal ini berbanding

terbalik dengan apa yang diharapkan. Sebagian besar dari siswa kelas II SDN 06

Ngringo masih belum menguasai kemampuan menghitung perkalian bilangan dua

angka sampai hasil seratus. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada Mata

Pelajaran Matematika kompetensi perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus yang masih cukup rendah. Terbukti dari hasil evaluasi ulangan harian yang

telah dilakukan pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten, dari 47 siswa kelas II

yang mengikuti ulangan harian hanya 20 siswa yang nilainya dapat memenuhi

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75 yang ditentukan, yaitu sekitar 42,55%.

Sementara siswa yang belum tuntas jumlahnya mencapai 27 siswa, yaitu sekitar

Page 22: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

57,45%. Hasil ulangan harian ini menunjukkan bahwa siswa kelas II masih

banyak yang belum menguasai kompetensi ini.

Data awal yang telah didapatkan yang berupa nilai siswa, kemudian

peneliti melakukan refleksi dan diperoleh informasi bahwa penyebab dari

sedikitnya jumlah siswa yang nilainya dapat mencapai KKM adalah dikarenakan

pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional.

Perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus yang diajarkan dengan Model

Pembelajaran Konvensional tidak berjalan efektif dan kurang bermakna, sebab

model pembelajaran ini hanya mengalirkan pengetahuan dari guru kepada siswa,

sehingga mengakibatkan peranan guru menjadi sangat dominan, sedangkan

peranan siswa sangat pasif.

Dalam penerapannya Model Pembelajaran Konvensional juga tidak

mengenal adanya interaksi, sebab hanya gurulah sumber segala informasi,

sedangkan siswa bertugas untuk duduk diam di kursi, mendengarkan penjelasan

dari guru, dan kemudian mencatatnya di buku. Model pembelajaran seperti ini

tentulah sangat membosankan dan sama sekali tidak menarik bagi siswa. Hal

inilah yang akan membuat minat siswa terhadap pembelajaran matematika

menurun. Dan jika dibiarkan berlanjut, maka akan menyebabkan merosotnya hasil

belajar matematika siswa dan juga dapat berdampak buruk bagi kehidupan sehari-

hari siswa. Dalam kehidupan sehari-harinya kelak siswa tidak akan mampu

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan menghitung

perkalian. Hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlarut-larut dan harus segera

diatasi dengan cara mengganti model pembelajaran konvensional dengan model-

model pembelajaran yang jauh lebih inovatif, kreatif, efektif, berpusat pada siswa,

dan menggembirakan siswa. Salah satu dari model pembelajaran tersebut adalah

Model Pembelajaran Kuantum.

Model Pembelajaran Kuantum merupakan model pembelajaran yang menarik, dimana guru diibaratkan berperan sebagai seorang maestro atau konduktor, dan suasana di dalam ruangan kelas diibaratkan sebagai suasana sebuah konser musik, sedangkan setiap siswa adalah alat-alat musik seperti seruling dan gitar, yang memiliki suara yang berbeda, sebagaimana setiap siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda (De Porter, 2010).

Page 23: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dari uraian di atas diketahui bahwa Model Pembelajaran Kuantum

merupakan model pembelajaran yang sangat menarik, sebab model pembelajaran

ini menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar. Dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kuantum, guru dapat menggabungkan

keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang

akan melejitkan prestasi siswa. Model Pembelajaran Kuantum adalah

penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Selain itu, Model

Pembelajaran Kuantum juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan

yang memaksimalkan momen belajar.

Dalam pelaksanaannya Model Pembelajaran Kuantum menerapkan

langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah yang tercermin dalam istilah

TANDUR, yaitu : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan

Rayakan yang diharapkan akan mampu menarik perhatian siswa, menjadikan

siswa selalu aktif dalam pembelajaran yang secara tidak langsung akan

membangun interaksi yang multi arah, menyenangkan dan bermakna bagi siswa,

serta memunculkan kreativitas dari dalam diri siswa, sehingga guru hanya

berfungsi sebagai fasilitator saja dan bukan sebagai pusat pembelajaran.

Penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada Mata Pelajaran Matematika kompetensi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus pada siswa kelas II. Oleh karena itu, berdasarkan latar

belakang tersebut di atas, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul

“Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum untuk Meningkatkan Kemampuan

Menghitung Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus pada Siswa

Kelas II SDN 06 Ngringo Jaten Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan

kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus

pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012?

Page 24: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

2. Kendala-kendala apa sajakah yang menghambat penggunaan Model

Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan kemampuan menghitung

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06

Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus melalui penggunaan Model Pembelajaran Kuantum pada

siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mendeskripsikan cara mengatasi kendala-kendala yang menghambat

penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan

kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus

pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Adapun manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis,

yaitu: memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika khususnya perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dan

dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini selain memiliki manfaat secara teoritis juga memiliki

manfaat praktis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:

a. Bagi Guru

1) Bertambahnya pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran

matematika.

2) Meningkatnya kinerja guru yang profesional.

Page 25: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

3) Bertambahnya kepercayaan diri guru dalam menggunakan model

pembelajaran yang inovatif.

b. Bagi Siswa

1) Meningkatnya kemampuan Matematika siswa dalam menghitung

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.

2) Meningkatnya hasil belajar pada mata pelajaran Matematika kompetensi

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.

3) Bertambahnya motivasi siswa untuk belajar Matematika.

c. Bagi Sekolah

1) Mampu menjadi acuan untuk selalu mengadakan inovasi pembelajaran

ke arah yang lebih baik khususnya bagi sekolah dasar tempat penelitian

ini dilaksanakan.

2) Memperbaiki dan meningkatnya proses pembelajaran Matematika di

kelas II SDN 06 Ngringo Jaten.

Page 26: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Model Pembelajaran Kuantum

a. Pengertian Model Pembelajaran

Hakikat mengajar menurut Sugiyanto (mengutip simpulan Joyce

dan Weil, 1986) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide,

keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan

cara-cara belajar bagaimana belajar (2009: 3). Tujuan jangka panjang

kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan

secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa

mendatang. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan adanya kerangka

pembelajaran secara konseptual yang disebut dengan model pembelajaran.

Ada beberapa definisi model pembelajaran menurut para ahli, diantaranya

Anitah (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan “Suatu

kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan

kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu” (hlm. 45). Pakar

pendidikan yang lain mengemukakan bahwa

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Sugiyanto (mengutip simpulan Winataputra, 2001), 2009).

Sementara itu Abimanyu (mengutip simpulan Joyce & Weil, 1986),

menyatakan bahwa

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (2008).

Dari berbagai pengertian model pembelajaran di atas dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu kerangka berpikir

Page 27: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

yang menggambarkan prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Seiring berkembangnya jaman, ada banyak model pembelajaran

baru yang dikembangkan oleh para ahli sebagai inovasi dan reformasi dari

model pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tantangan dimasa

sekarang dan dimasa mendatang. Diantaranya, menurut Sugiyanto model

pembelajaran terdiri dari Model Pembelajaran Kontekstual, Model

Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Kuantum, Model

Pembelajaran Terpadu, dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (2009),

sedangkan Anitah menyatakan jenis-jenis model pembelajaran terdiri dari

belajar kolaboratif, pembelajaran kontekstual, belajar memecahkan masalah

dan penemuan, belajar melalui pengalaman, pembelajaran terpadu, quantum

learning, dan resource-based learning (2009).

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abimanyu (mengutip simpulan Joyce & Weil, 1986) dalam mengklasifikasikan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun model, yaitu rumpun model pengolahan informasi, rumpun model personal, rumpun model interaksi sosial, dan rumpun model sistem perilaku (2008).

Dari berbagai jenis model pembelajaran yang telah disebutkan di

atas, yaitu Model Pembelajaran Kontekstual, Model Pembelajaran

Kooperatif, Model Pembelajaran Kuantum, Model Pembelajaran Terpadu,

Model Pembelajaran Berbasis Masalah, belajar memecahkan masalah dan

penemuan, belajar melalui pengalaman, resource-based learning, rumpun

model pengolahan informasi, rumpun model personal, rumpun model

interaksi sosial, dan rumpun model sistem perilaku, model pembelajaran

yang diterapkan dan diteliti oleh peneliti dalam penelitian kali ini adalah

Model Pembelajaran Kuantum. “Sesuai dengan paradigma yang

mendasarinya (konstruktivistik), maka pembelajaran kuantum

mengedepankan unsur-unsur: kebebasan, santai, menakjubkan,

Page 28: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menyenangkan, dan menggairahkan” (Anitah, 2009:76). Model

pembelajaran ini sangat tepat jika diterapkan pada Mata Pelajaran

Matematika. Mengingat bahwa, “Ciri keabstrakan matematika beserta ciri

lainnya yang tidak sederhana, menyebabkan matematika tidak mudah untuk

dipelajari, dan pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap

matematika (membenci atau alergi terhadap matematika)” (Muhsetyo, 2009:

12). Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti memilih Model Pembelajaran

Kuantum sebagai jembatan untuk mengatasi permasalahan matematika pada

siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam menghitung perkalian bilangan dua

angka sampai hasil seratus.

b. Pengertian Model Pembelajaran Kuantum

Kuantum berasal dari bahasa Inggris “quantum”. A’la (2011)

berpendapat bahwa, “Kata quantum ini berarti interaksi yang mengubah

energi menjadi cahaya” (hlm. 21). Jadi, Model Pembelajaran Kuantum

adalah model pembelajaran yang menciptakan lingkungan belajar yang

efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan

lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Sementara itu, pembelajaran kuantum menurut De Porter adalah

penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar

momen belajar (2010), sedangkan menurut Sugiyanto pembelajaran

kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat

umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah

(2009). Pakar pendidikan yang lain menyatakan bahwa,

“In quantum learning students are required to think, explore, and construct knowledge from their experiences with the guide question given by the teacher. Students should solve a problem through discussion and present their solution. The teacher only facilitates, guide, and encourage enjoyable and cheerful learning (Kusno & Purwanto J, 2011: 85).”

Yang atinya, dalam pembelajaran kuantum, siswa dituntut untuk berpikir,

menyelidiki, dan membangun pengetahuan dari pengalaman siswa dengan

pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru. Siswa harus memecahkan

Page 29: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

masalah melalui diskusi dan memberikan jawabannya. Guru hanya

memfasilitasi, memandu, dan memberi kenyamanan dan pembelajaran yang

menyenangkan.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa Model Pembelajaran Kuantum adalah model pembelajaran yang

menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan, dengan

cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya

melalui penggubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi di dalam

kelas atau di sekitar momen belajar. Menurut Janzen, Perry & Edwards

(2011), “The quantum perspective of learning environments often consist of

virtual classrooms that can be designed to accommodate the quantum

learner”. Maksudnya dalam pandangan pembelajaran kuantum,

lingkungannya sering kali berupa kelas sungguhan yang dapat disesuaikan

untuk melengkapi kebutuhan siswa. Dalam artian untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan, guru terlebih dahulu harus menciptakan

suasana yang kondusif yang merangsang minat siswa untuk belajar sehingga

siswa selalu bergairah dalam mengikuti pembelajaran dengan cara

menggubah interaksi-interaksi yang terjadi di dalam kelas, sehingga

diharapkan interaksi-interaksi ini nantinya dapat meningkatkan kemampuan

dan bakat alamiah siswa.

Interaksi yang dimaksudkan di sini ialah penyampaian pesan

pembelajaran. “Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas

yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya

mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran

tersebut” (A’la, 2011: 29). Jadi semua anggota tubuh bisa dijadikan alat

untuk pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru. Selain itu, dalam

sebuah kelas bukan hanya guru yang berhak berbicara, namun semua yang

ada di dalam kelas memiliki hak yang sama untuk saling berargumentasi

dan menyatakan apa yang ada dalam benak pikiran. Dan ini tentu sangat

efektif dalam pembelajaran karena tidak ada yang merasa menguasai forum.

Page 30: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Dengan kata lain dapat diartikan bahwa interaksi yang dimaksudkan dalam

pembelajaran kuantum adalah interaksi yang multiarah.

c. Karakteristik Umum Model Pembelajaran Kuantum

Model Pembelajaran Kuantum memiliki karakteristik umum yang

dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik

umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran Kuantum sebagai

berikut:

1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum yang dipakai.

2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya.

3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivitas empiris, behavioristis. Karena itu, nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat.

4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.

8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material.

10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.

11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran (Dwijiastuti (2008); Sugiyanto, 2009).

Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan

fisika kuantum. Pembelajaran kuantum dengan fisika kuantum memang

memiliki kemiripan dalam konsep kuantum, yaitu perubahan energi menjadi

Page 31: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

cahaya, namun yang menjadi perbedaanya adalah kuantum yang melekat

pada kata pembelajaran memiliki interaksi-interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya. Psikologi kognitif berpendapat bahwa “Anak akan belajar

mandiri secara aktif apabila menerima rangsang-rangsang dari luar dirinya”

(Kurnia, 2007: 68). Dengan demikian pembelajaran kuantum bukan

merupakan perununan dari fisika kuantum, melainkan hanya sebuah analogi.

Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, yang menganggap semua

usaha yang dilakukan manusia patut dihargai dan kesalahan dipandang

sebagai gejala manusiawi. Pembelajaran kuantum lebih bersifat

konstruktivistik. Dalam artian, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran

atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh

stimulan yang simbang agar pembelajaran berhasil baik. Pembelajaran

kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna,

bukan sekedar transaksi makna, sehingga dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kuantum sangat mementingkan adanya komunikasi.

Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Pendeknya, menurut

pembelajaran kuantum proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan

keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat

melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan. Pembelajaran

kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses

pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat, sebab

kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat,

rileks, santai, dan menyenangkan, sedangkan keartifisialan dan kepura-

puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan.

Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan

proses pembelajaran sebab proses pembelajaran yang tidak bermutu

membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi

pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang

memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan

Page 32: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran

meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan

belajar untuk belajar dan keterampilan hidup. Antara konteks dan isi tidak

terpisahkan, sebab keduanya saling mendukung. Pembelajaran kuantum

memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis,

keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. Dikatakan

demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya dari segi

terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal siswa, namun yang

lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup siswa.

Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses

pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, siswa harus memiliki nilai dan

keyakinan positif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kuantum

mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan

ketertiban, sehingga dapat dikatakan keberagaman dan kebebasan

merupakan kata kunci selain interaksi. Pembelajaran kuantum

mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa

berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Karakteristik-karakteristik Model Pembelajaran Kuantum di atas

sangat membantu peneliti dalam menerapkan Model Pembelajaran Kuantum

di dalam kelas, sebab karakteristik-karakteristik tersebut memperjelas

batasan-batasan yang membedakan antara Model Pembelajaran Kuantum

dengan model pembelajaran yang lainnya, sehingga dalam penerapannya

tidak terjadi kekeliruan.

d. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kuantum

Model Pembelajaran Kuantum dibangun atas prinsip-prinsip

mengenai pembelajaran dan pebelajar. De Porter berpendapat bahwa segala

hal yang dilakukan dalam kerangka quantum teaching, setiap rancangan

kurikulumnya, dan setiap metode instruksional dibangun atas dasar prinsip

Page 33: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia

mereka (2010). Prinsip ini ingin mengingatkan guru pada pentingnya

memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama, sebab mengajar adalah hak

yang harus diberikan oleh siswa itu sendiri sebagai tanda bahwa guru telah

diberi ijin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan siswa

menuju ke ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Prinsip di atas didukung oleh beberapa prinsip pembelajaran

kuantum yang lain. Prinsip pembelajaran kuantum menurut Anitah ialah:

segalanya berbicara, segalanya bertujuan, berangkat dari pengalaman, hargai

setiap usaha, dan rayakan setiap usaha (2009). Segalanya berbicara artinya,

segala sesuatu di lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas

yang dibagikan sampai rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan

tentang belajar. Segalanya bertujuan, artinya semua yang terjadi dalam

penggubahan mempunyai tujuan. Berangkat dari pengalaman, dalam artian

proses belajar paling baik terjadi ketika peserta didik telah mengalami

informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari. Hargai

setiap usaha, sebab belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah

keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, siswa

patut mendapat pengakuan atas kecakapan atau kepercayaan dirinya.

Rayakan setiap keberhasilan, sebab perayaan memberikan umpan balik

tentang kemauan belajar dan mengingatkan asosiasi emosi positif

e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kuantum

Dalam penelitian ini bukanlah tanpa alasan mengapa Kuantum

dipilih oleh peneliti untuk dijadikan objek penelitian. Kuantum dijadikan

sebagai objek penelitian dikarenakan model pembelajaran ini memiliki

beberapa kelebihan atau ciri khas jika dibandingkan dengan model-model

pembelajaran yang lain. Kelebihan-kelebihan atau ciri khas tersebut

diantaranya:

1) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran. Hal ini terlihat sekali dalam penerapan Quantum Teaching terdapat unsur-unsur kesempatan

Page 34: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

yang luas kepada seluruh para siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran.

2) Adanya kepuasan pada diri si anak. Hal ini sangat terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh si anak sehingga secara proporsional anak akan mampu memahami dan mengerti akan apa yang telah disampaikan dengan cepat tanpa adanya hambatan yang besar.

3) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai si anak, sehingga jika seandainya ada materi yang kurang begitu dipahami, maka dengan sendirinya si anak akan paham karena materi yang diberikan memungkinkan untuk diulang agar kesemuanya mampu untuk diserap.

4) Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak, dalam membentuk konsep, teori, model, dan sebagainya. Ini sangat penting karena antara sang guru dan anak didik akan mampu terjalin ikatan emosional yang begitu kuat antara keduanya (A’la, 2011: 41).

Selain dari pendapat ahli di atas, selama penelitian dilaksanakan

peneliti juga menemukan beberapa kelebihan Model Pembelajaran

Kuantum, diantaranya dengan Model Pembelajaran Kuantum siswa dapat

belajar dari mana saja, tidak terbatas hanya pada sumber dari buku atau

penjelasan dari guru saja tetapi juga melalui pengalamannya sendiri. Selain

itu, Model Pembelajaran Kuantum membentuk siswa yang aktif, karena

dengan model ini siswa bukan hanya sebagai objek yang hanya menerima

melainkan juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran, sehingga dapat

menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Kelebihan yang terakhir ialah,

Model Pembelajaran Kuantum mempercepat pemahaman siswa karena

siswa mengalami apa yang dipelajari secara langsung.

Model Pembelajaran Kuantum selain memiliki kelebihan juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya memerlukan biaya yang cukup

tinggi dalam hal pengadaan media pembelajaran yang menunjang proses

pembelajaran dengan Model Pebelajaran Kuantum. Selain itu Model

Pembelajaran Kuantum juga membutuhkan waktu yang relatif lama dalam

penerapannya. Namun demikian, kelemahan-kelemahan tersebut dapat

teratasi. Untuk mengatasi permasalahan mengenai biaya yang cukup tinggi

Page 35: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dalam pengadaan media, guru dapat membuat media yang sederhana sendiri

dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, sehingga dapat mengurangi biaya

yang cukup tinggi. Dan untuk masalah waktu yang cukup lama, dapat

diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal keterampilan

mengelola kelas, sehingga waktu yang tersedia dapat dipergunakan seefektif

mungkin.

Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa Model Pembelajarn

Kuantum lebih banyak memiliki kelebihan dibandingkan kelemahan. Dan

kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Model Pembelajaran Kuantum

pun masil dapat diatasi. Oleh karena itulah peneliti memutuskan untuk

mengunggulkan model pembelajaran ini dalam penelitian.

f. TANDUR Sebagai Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran Kuantum

Proses pembelajaran yang menerapkan kuantum sebagai model

pembelajarannya mengenal langkah-langkah atau kerangka perencanaan

pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR. Menurut De Porter

langkah-langkah tersebut disingkat menjadi akronim TANDUR untuk

memudahkan mengingatnya (2010). TANDUR merupakan akronim dari

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Unsur-

unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi Model Pembelajaran

Kuantum. TANDUR menurut De Porter (2010) :

1) TumbuhkanTumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK), dan manfaat kehidupan pelajar.

2) AlamiCiptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.

3) NamaiSediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”.

4) DemonstrasikanSediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.

5) UlangiTunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

Page 36: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

6) RayakanPengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan (hlm. 39).

Kerangka TANDUR ingin menegaskan bahwa hal pertama yang

harus dilakukan guru dalam pembelajaran adalah menumbuhkan suasana

yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati setiap siswa dalam

suasana rileks, guru berinteraksi dengan siswa, masuk ke alam pikiran

siswa, dan meyakinkan siswa mengapa harus mempelajari materi. Langkah

kedua, guru harus memberikan siswa pengalaman belajar, sebab

pengalaman membangun rasa keingintahuan siswa, menciptakan

pertanyaan-pertanyaan dalam benak siswa, membuat siswa penasaran dan

akhirnya akan membawa siswa pada langkah selanjutnya, yaitu penamaan.

Penamaan merupakan informasi, fakta perumusan fikiran, tempat dan

sebagainya. Selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah memberi

kesempatan atau peluang pada siswa untuk menunjukkan tingkat

pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Kemudian setelah itu, guru mengajak siswa untuk mengulang apa yang baru

saja mereka pelajari. Dan yang terakhir, guru mengajak siswa untuk

merayakan pembelajaran yang telah berakhir untuk menghormati setiap

usaha dan ketekunan siswa selama proses pembelajaran dengan cara

bersorak, bertepuk tangan, bernyanyi, atau menari.

Kerangka TANDUR dapat membawa siswa menjadi tertarik dan

berminat pada pembelajaran, karena kerangka ini memastikan bahwa siswa

mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi pelajaran nyata bagi

siswa itu sendiri, dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan dalam belajar.

2. Hakikat Kemampuan Menghitung Perkalian bilangan Dua angka Sampai

Hasil Seratus

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan berbeda halnya dengan keterampilan. “Kemampuan

adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau

pekerjaan yang dibebankan kepadanya” (Mulyasa, 2008:29). Sedangkan

Page 37: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Sunarto (2008) menyatakan bahwa, “Kemampuan adalah daya untuk

melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (hlm.

120). Sementara itu Karim (mengutip simpulan Gagne) mendefinisikan,

“Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

kondisi yang telah ditentukan” (1997:26). Dari uraian pendapat para ahli di

atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau

kecakapan yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu tugas,

tindakan, atau pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya sebagai hasil dari

pembawaan dan latihan dalam kondisi yang telah ditentukan. Salah satu

contoh dari kemampuan tersebut adalah kemampuan menghitung perkalian.

b. Pengertian Kemampuan Menghitung Perkalian

Kemampuan menghitung merupakan salah satu kemampuan yang

penting dalam kehidupan sehari-hari (Aisyah, 2007). Karena dapat

dikatakan bahwa dalam semua aktivitas kehidupan semua manusia

memerlukan kemampuan ini, sehingga kompetensi ini begitu penting untuk

diberikan kepada siswa. Dan dalam penelitian ini peneliti akan meneliti

tentang kemampuan menghitung perkalian. Kemampuan menghitung

perkalian merupakan salah satu materi dari Mata Pelajaran Matematika, oleh

karena itu akan diulas mengenai matematika terlebih dahulu.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

tingkat pendidikan dasar merupakan mata pelajaran yang dianggap paling

menakutkan bagi sebagian besar siswa sekolah dasar. Hal ini terjadi karena

siswa belum memahami apa tujuan diajarkannya matematika di sekolah

dasar. Namun sebelum membahas tentang tujuan matematika di sekolah

dasar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai arti dari matematika itu

sendiri. Van De Walle berpendapat, “Matematika merupakan ilmu tentang

pola dan urutan” (2008:12), sedangkan menurut Heruman (mengutip

simpulan Russefendi, 1991) menyatakan, “Matematika adalah bahasa

simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif,

ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi mulai dari

Page 38: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau

postulat, dan akhirnya ke dalil” (2008:1). Sementara itu menurut

Abdurrahman (mengutip simpulan Kline, 1981), “Matematika merupakan

bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar

deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif” (2009:252).

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah

ilmu tentang pola dan urutan yang merupakan bahasa simbol dengan

menggunakan cara bernalar deduktif dan induktif tentang pola keteraturan

dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke

unsur yang didefinisikan.

Matematika di pendidikan dasar diajarkan berdasarkan teori-teori

yang melandasinya. Teori-teori matematika tersebut antara lain adalah Teori

Belajar Bruner dan Teori Belajar Richard Skemp.

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner seorang ahli

psikologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori

aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan

memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berpikir. Dasar

pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir,

dan pencipta informasi. Bruner menyatakan bahwa belajar merupakan suatu

proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru

diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

Aisyah (mengutip simpulan Bruner, 1990) berpendapat belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-strukturmatematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Menurut Bruner, agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual siswa dalam mempelajari sesuatu pengetahuan, diperlukan adanya tiga model tahapan, yaitu model tahap enaktif, model tahap ikonik, dan model tahap simbolis (2007:15).

Model tahap yang pertama adalah model tahap enaktif. Dalam

tahap ini siswa belajar sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu

dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau

menggunakan situasi yang nyata, tanpa menggunakan imajinasinya atau

Page 39: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

kata-kata. Misalnya saja guru ingin mengajarkan perkalian 3 x 7. Hal ini

dapat diajarkan dengan cara meminta siswa mengambil setangkai daun yang

telah disediakan guru. Setangkai daun terdiri dari 7 helai daun, dan guru

meminta siswa untuk mengambil tangkai daun sebanyak 3 kali. Kemudian

siswa diminta untuk menghitung jumlah helai daun keseluruhan, seperti

pada gambar 2.1.

+ +

Gambar 2.1. Tahap Enaktif

Dari percobaan tersebut siswa diharapkan akan memperoleh jumlah

helai daun keseluruhan sebanyak 21 helai. Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa 3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21.

Model tahap yang selanjutnya ialah model tahap ikonik. Pada tahap

ini pembelajaran suatu pengetahuan diwujudkan dalam bentuk bayangan

visual, gambar, atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau

situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Misalnya guru ingin

mengajarkan perkalian 3x4 guru dapat mengajarkannya dengan

menggunakan media berupa gambar mobil seperti di bawah ini. Satu mobil

memiliki empat roda, jika ada tiga buah mobil, maka jumlah roda

seluruhnya ada 4 + 4 + 4, seperti pada gambar 2.2.

+ +

Gambar 2.2. Tahap Ikonik

Page 40: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Dan diharapkan nantinya siswa akan memperoleh jumlah roda sebanyak 12.

Sehingga siswa dapat menyimpulkan bahwa 3 x 4 = 12.

Model tahap yang terakhir adalah model tahap simbolis. Pada tahap

ini siswa tidak lagi terikat pada objek-objek seperti pada tahap sebelumnya.

Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa

ketergantungan terhadap objek riil. Pembelajaran pada tahap ini diwujudkan

dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik itu simbol verbal, lambang-

lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

Misalnya untuk mengajarkan 2 x 3 guru dapat mengajarkannya dengan

langsung menuliskan simbol berupa angka-angka tersebut di papan tulis,

yaitu 2 x 3 = . . . Dan diharapkan siswa dapat melanjutkan perkalian tersebut

dengan menjawab 2 x 3 = 3 + 3 = 6 tanpa guru harus menunjukkan benda

nyata ataupun sebuah gambar.

Teori belajar yang selanjutnya ialah Teori Belajar Richard Skemp.

Richard Skemp adalah seorang ahli matematika dan psikologi yang berasal

dari Inggris.

Mengenai belajar, Karim (mengutip simpulan Richard Skemp) menyatakan bahwa, “Belajar terpisah menjadi dua tahap. Tahap pertama dengan memanipulasi benda-benda akan memberikan basis bagi siswauntuk belajar lebih lanjut dan menghayati ide-ide. Richard Skemp mendukung interaksi siswa dengan objek-objek fisik selama tahap-tahap awal mempelajari konsep. pengalaman awal ini akan membentuk dasar bagi belajar berikutnya, yaitu pada tingkat yang abstrak atau disebut tahap kedua” (1997:23).

Misalkan guru akan mengenalkan salah satu sifat perkalian, yaitu

2x3=3x2 dapat diajarkan dengan menggunakan benda-benda konkret berupa

potongan-potongan karton berbentuk bintang seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Penerapan Konsep 2 x 3 pada Karton Berbentuk Bintang

Page 41: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Di sini terdapat dua baris dan pada tiap baris terdapat 3 karton

bintang. Dalam matematika, model seperti ini dapat dinyatakan sebagai 2x3.

Karena banyaknya karton seluruhnya ada 3 + 3 = 6, maka 2 x 3 = 6. Dan

setelah itu, siswa dapat diminta untuk menyusun 6 karton bintang yang lain

menjadi 3 baris dan pada tiap baris terdapat 2 karton bintang. Dan siswa

diharapkan dapat menunjukkan model yang dihasilkan siswa mirip seperti

pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Penerapan Konsep 3 x 2 pada Karton Berbentuk Bintang

Model ini menunjukkan 3 x 2 yang hasilnya adalah 2+2+2 = 6.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 2 x 3 = 3 x 2. Berdasarkan

percobaan itu dapat disimpulkan bahwa sifat perkalian, yaitu axb = bxa.

Pengajaran Mata Pelajaran Matematika di sekolah dasar bukanlah

tanpa alasan. Terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai melalui

pembelajaran matematika. Aisyah (2007) menyatakan adapun tujuan

matematika sekolah, khususnya di sekolah dasar (SD) atau Madrasah

Ibtidiyah (MI) agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Menyelesaikan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

Page 42: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (hal. 14).

Berdasarkan tujuan-tujuan di atas jelaslah mengapa matematika

perlu diajarkan di tingkat pendidikan dasar. Oleh karena itu, matematika

merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah dasar.

Mengajar harus diarahkan agar peristiwa belajar terjadi. Peristiwa

belajar yang kita kehendaki dapat tercapai bila faktor-faktornya dapat

dikelola dengan sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pembelajaran matematika adalah siswa, pengajar, sarana dan prasarana,

serta penilaian (Nyimas Aisyah, 2007).

a) SiswaFaktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yang pertama ialah siswa. Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung kepada siswa, misalnya saja bagaimana kemampuan dan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana sikap dan minat siswa terhadap matematika, dan bagaimana kondisi siswa, misalnya terkait dengan kondisi fisiologisnya. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan lelah. Demikian pula terhadap kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, dan sebagainya. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap kegiatan belajarseseorang.

b) PengajarFaktor berikutnya yang mempengaruhi proses pembelajaran metematika setelah siswa adalah pengajar. Pengajar melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar dalam menyampaikan matematika sekaligus menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian, pengalaman, dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika juga berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar.

c) Sarana dan PrasaranaPrasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya proses belajar. Demikian juga terhadap sarana yang lengkap seperti adanya buku teks, dan alat bantu belajar. Penyediaan sumber belajar yang lain, seperti majalah tentang pembelajaran matematika, laboratorium matematika, dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar siswa.

d) PenilaianFaktor terakhir yang mempengaruhi proses pembelajaran matematikaialah penilaian. Penilaian digunakan disamping untuk melihat

Page 43: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

bagaimana hasil belajar siswa juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya interaksi antara pengajar dan siswa. Selain itu fungsi penilaian dapat meningkatkan kegiatan belajar sehingga diharapkan dapat memperbaiki hasil belajar. Apabila hasil penilaian menunjukkan proses baik, maka hasil belajarnya pun baik.

Uraian-uraian di atas tadi telah membahas betapa pentingnya

faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran matematika. Oleh

karena itu dalam pembelajaran metematika guru tidak boleh mengabaikan

faktor-faktor tersebut di atas agar tujuan pembelajaran dapat benar-benar

tercapai.

Materi dari Mata Pelajaran Matematika yang akan dijadikan objek

penelitian oleh peneliti adalah perkalian. Perkalian menurut Heruman

merupakan penjumlahan secara berulang (2008). Sedangkan Karim

berpendapat perkalian pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai

penjumlahan berulang (1997). Sementara itu menurut Wirasto perkalian

merupakan penjumlahan dengan suku-suku yang sama (1975). Dari

beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkalian

merupakan penjumlahan secara berulang dengan suku-suku yang sama.

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah kemampuan menghitung

perkalian hanya pada perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus

saja, yaitu perkalian 1 hingga perkalian 10 yang hasilnya sampai 100.

Sebagai contoh, definisi dari 2x3 adalah jumlah anggota himpunan

sebanyak 3 yang diambil sebanyak 2 kali, sehingga jumlahnya ada 3+3=6.

Jadi 2x3 = 6. Perkalian terdiri dari tiga unsur, yaitu pengali, terkali, dan

hasil kali. Dalam hal ini 2 disebut sebagai pengali, 3 disebut sebagai terkali,

sedangkan 6 disebut sebagai hasil kali.

c. Perkalian di Kelas II SD

Materi perkalian di kelas II berdasarkan silabus matematika kelas II

semester 2 terdiri dari satu standar kompetensi saja, yaitu melakukan

perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka. Dari satu standar

kompetensi itu kemudian dijabarkan menjadi tiga kompetensi dasar, yaitu

Page 44: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

melakukan perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus, melakukan

pembagian bilangan dua angka, dan melakukan operasi hitung campuran.

Yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian adalah hanya pada

kompetensi dasar yang pertama, yaitu menghitung perkalian bilangan dua

angka sampai hasil seratus, karena disesuaikan dengan judul penelitian.

Perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus yang dimaksudkan di sini

adalah perkalian dengan faktor pengali 1 hingga faktor pengali 10 dengan

hasil perkalian yang hanya mencapai 100 saja seperti yang ditunjukkan pada

tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tabel Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus

PERKALIAN1 2 3 4 5

1 x 1 = 1 2 x 1 = 2 3 x 1 = 3 4 x 1 = 4 5 x 1 = 51 x 2 = 2 2 x 2 = 4 3 x 2 = 6 4 x 2 = 8 5 x 2 = 101 x 3 = 3 2 x 3 = 6 3 x 3 = 9 4 x 3 = 12 5 x 3 = 151 x 4 = 4 2 x 4 = 8 3 x 4 = 12 4 x 4 = 16 5 x 4 = 201 x 5 = 5 2 x 5 = 10 3 x 5 = 15 4 x 5 = 20 5 x 5 = 251 x 6 = 6 2 x 6 = 12 3 x 6 = 18 4 x 6 = 24 5 x 6 = 301 x 7 = 7 2 x 7 = 14 3 x 7 = 21 4 x 7 = 28 5 x 7 = 351 x 8 = 8 2 x 8 = 16 3 x 8 = 24 4 x 8 = 32 5 x 8 = 401 x 9 = 9 2 x 9 = 18 3 x 9 = 27 4 x 9 = 36 5 x 9 = 451 x 10 = 10 2 x 10 = 20 3 x 10 = 30 4 x 10 = 40 5 x 10 = 50

PERKALIAN6 7 8 9 10

6 x 1 = 6 7 x 1 = 7 8 x 1 = 8 9 x 1 = 9 10 x 1 = 106 x 2 = 12 7 x 2 = 14 8 x 2 = 16 9 x 2 = 18 10 x 2 = 206 x 3 = 18 7 x 3 = 21 8 x 3 = 24 9 x 3 = 27 10 x 3 = 306 x 4 = 24 7 x 4 = 28 8 x 4 = 32 9 x 4 = 36 10 x 4 = 406 x 5 = 30 7 x 5 = 35 8 x 5 = 40 9 x 5 = 45 10 x 5 = 506 x 6 = 36 7 x 6 = 42 8 x 6 = 48 9 x 6 = 54 10 x 6 = 606 x 7 = 42 7 x 7 = 49 8 x 7 = 56 9 x 7 = 63 10 x 7 = 706 x 8 = 48 7 x 8 = 56 8 x 8 = 64 9 x 8 = 72 10 x 8 = 806 x 9 = 54 7 x 9 = 63 8 x 9 = 72 9 x 9 = 81 10 x 9 = 906 x 10 = 60 7 x 10 = 70 8 x 10 = 80 9 x 10 = 90 10 x 10 = 100

(Sumber: Senang Matematika, 2008: 143)

Page 45: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Kompetensi dasar perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus diuraikan menjadi beberapa indikator, yang meliputi mengenal arti

perkalian sebagai penjumlahan berulang-ulang, mengingat fakta dasar

perkalian dengan berbagai cara, menghitung perkalian bilangan dengan sifat

pertukaran, mengenal sifat perkalian bilangan dengan bilangan 1, mengenal

sifat perkalian bilangan dengan bilangan 0, mengenal sifat perkalian

bilangan dengan bilangan 10, dan menyelesaikan soal cerita yang

mengandung perkalian. Dari indikator-indikator di atas peneliti

menggunakan semua indikator untuk menentukan apakah tujuan

pembelajaran sudah tercapai atau belum.

Indikator yang pertama, yaitu mengenal arti perkalian sebagai

penjumlahan berulang-ulang contohnya:

2 x 8 = 8 + 8 =16

3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15, atau bisa juga dicontohkan dengan soal

seperti pada gambar 2.5.

3 + 3 + 3 + 3 = 4 x 3 = 12

Gambar 2.5. Perkalian sebagai Penjumlahan Berulang pada Soal Bergambar (Sumber: Senang Matematika, 2008: 123)

Indikator selanjutnya, yaitu mengingat fakta dasar perkalian dengan

berbagai cara. Dalam penelitian ini peneliti mengajarkan perkalian dengan

cara menjumlahkan, menggambar garis vertikal dan horisontal, dengan

jarimatika, dan dibantu dengan permainan ular tangga perkalian. Perkalian

dengan menjumlahkan, contohnya:

4 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 = 4

6 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 18

(Sumber: Senang Matematika, 2008: 123)

Page 46: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Perkalian dengan cara menggambar garis vertikal dan horizontal

adalah cara lain dalam menghitung perkalian. Perkalian memiliki tiga unsur,

yaitu pengali, terkali dan hasil kali. Dalam perkalian menggunakan garis

vertikal dan horizontal, pengali dilambangkan dengan garis yang horisontal,

terkali dilambangkan dengan garis yang vertikal, sedangkan hasil kali

dilambangkan dengan jumlah pertemuan antara garis yang horisontal

dengan garis yang vertikal, seperti pada gambar 2.6.

3 x 4 =

x =

Jadi, 3 x 4 = jumlah pertemuan antara garis vertikal dan horizontal = 12.

Gambar 2.6. Perkalian dengan Menggambar Garis Vertikal dan Horisontal(Sumber: Karim, 1997)

Cara menghitung perkalian yang selanjutnya ialah dengan

jarimatika. Perkalian dengan menggunakan jarimatika aturannya adalah jari

yang tegak sebagai puluhan, jari yang ditekuk sebagai satuan, pengali di

tangan kiri dan terkali di tangan kanan, jari yang tegak di kedua tangan

dijumlahkan, jari yang ditekuk di kedua tangan dikalikan. Hasil

perkaliannya adalah jumlah antara penjumlahan jari yang tegak dengan

perkalian jari yang ditekuk, seperti pada gambar 2.7.

9 x 8 = . . . .

Gambar 2.7. Perkalian dengan Jarimatika (Sumber: Senang Matematika, 2008: 135)

1 x 2 = 2 satuan = 2

4 + 3 = 7 puluhan = 70

Hasil perkaliannya adalah 70 + 2 = 72.

Jadi, 9 x 8 = 72

Page 47: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Cara-cara menghitung perkalian di atas dibantu dengan permainan ular

tangga perkalian agar kebosanan dan kejenuhan tidak dirasakan oleh siswa.

Permainan ular tangga perkalian dapat dilihat seperti pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Permainan Ular Tangga Perkalian

Permainan ular tangga perkalian ini sama halnya dengan permainan

ular tangga pada umumnya. Yang membedakannya adalah di dalam tiap

petak ular tangga terdapat soal-soal perkalian yang harus dijawab oleh siswa

terlebih dahulu sebelum menempati nomor petak yang ingin dituju. Jika

siswa tidak dapat menjawab soal perkalian tersebut dengan benar maka

siswa tidak dapat maju ke nomor petak yang dituju melainkan tetap di

tempat semula. Permainan ini dilakukan secara berkelompok dimana tiap

kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa yang pertama kali mencapai nomor

petak ke-100 adalah pemenangnya. Kemudian setelah itu permainan

diulangi kembali dari awal hingga waktu yang ditentukan oleh guru.

Indikator yang ke-3, yaitu menghitung perkalian bilangan dengan

sifat pertukaran. Pada perkalian menurut Wirasto berlaku sifat-sifat

Page 48: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

perkalian yang meliputi sifat penukaran, sifat pengelompokan, dan sifat

penyebaran (1975). Sifat penukaran perkalian adalah suatu perkalian tidak

berubah hasilnya walaupun kedua faktornya saling ditukarkan. Sifat

penukaran ini sering ditulis dengan rumusan a x b = b x a, contohnya:

3 x 7 = 7 + 7 + 7 = 21

7 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 21, Jadi terbukti 3 x 7 = 7 x 3

Sifat perkalian berikutnya adalah sifat pengelompokan. Sifat

perkalian ini biasanya digunakan untuk menghitung perkalian berulang

dengan faktor pengali yang sama maupun faktor pengali yang berbeda,

misalnya saja perkalian tiga faktor. Sifat pengelompokan maksudnya ialah

jika pengelompokan faktor-faktor itu diubah, hasilnya akan tetap sama. Sifat

ini biasanya ditulis dengan rumusan (a x b) x c = a x (b x c), contohnya:

(1 x 2) x 3 = 1 x (2 x 3)

2 x 3 = 1 x 6

6 = 6

Sifat perkalian yang terakhir ialah sifat penyebaran. Sifat

penyebaran dalam perkalian terbagi menjadi dua jenis, yaitu sifat

penyebaran perkalian terhadap penjumlahan yang dirumuskan dengan a ( b

+ c ) = (a x b) + (a x c) dan sifat penyebaran perkalian terhadap

pengurangan yang dirumuskan dengan a ( b - c ) = (a x b) - (a x c),

contohnya:

(i) 2 ( 3 + 1 ) = ( 2 x 3 ) + ( 2 x 1 )

2 x 4 = 6 + 2

8 = 8

(ii) 2 ( 3 - 1 )= ( 2 x 3 ) - ( 2 x 1 )

2 x 2 = 6 – 2

4 = 4

Dari ketiga sifat-sifat perkalian di atas yang diajarkan di kelas II

semester kedua hanyalah sifat komutatif atau sifat pertukaran saja. Untuk

sifat-sifat yang lain akan diajarkan pada kelas selanjutnya.

Page 49: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Indikator berikutnya ialah mengenal sifat perkalian bilangan

dengan bilangan 1, dimana nantinya dalam pembelajaran siswa akan

dibimbing untuk menemukan bahwa setiap bilangan yang dikalikan dengan

bilangan 1 hasilnya adalah bilangan itu sendiri, contohnya:

3 x 1 = 1 + 1 + 1 = 3

4 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 = 4

5 x 1 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5

(Sumber: Senang Matematika, 2008: 129)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan dengan 1,

maka hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri.

Untuk indikator selanjutnya, yaitu mengenal sifat perkalian

bilangan dengan bilangan 0 siswa akan dibimbing untuk menyimpulkan

bahwa perkalian bilangan dengan 0 hasilnya pasti 0, contohnya:

3 x 0 = 0 + 0 + 0 = 0

5 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0

6 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0

7 x 0 = 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 = 0

(Sumber: Senang Matematika, 2008: 130)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan dengan nol

(0), maka hasilnya sama dengan nol, sedangkan untuk indikator mengenal

sifat perkalian bilangan dengan bilangan 10 siswa akan digiring untuk

menyimpulkan bahwa bilangan yang dikalikan dengan 10 hasilnya adalah

bilangan itu sendiri dan ditambah nol di belakangnya, contoh:

4 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 = 40

7 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 70

8 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 80

9 x 10 = 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 + 10 = 90

(Sumber: Matematika untuk Kelas 2, 2007: 69)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan dengan 10,

maka hasilnya sama dengan bilangan itu sendiri ditambah satu angka nol di

belakang bilangan itu, dan untuk indikator terakhir, yaitu menyelesaikan

Page 50: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

soal cerita yang mengandung perkalian guru akan menyediakan soal cerita

yang berhubungan dengan perkalian dan perserta didik bertugas untuk

menyelesaikan soal tersebut dengan memilih salah satu cara yang telah

diajarkan oleh guru sebelumnya, contoh:

Nia membeli 4 bungkus kue.

Setiap bungkus berisi 5 kue.

Berapa kue yang dibeli Nia?

Penyelesaian dengan menjumlahkan : 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 = 20

Jadi, banyaknya kue yang dibeli Nia adalah 20 buah.

(Sumber: Senang Matematika, 2008: 142)

Seluruh materi perkalian kelas II di atas diajarkan melalui Model

Pembelajaran Kuantum dengan menggunakan kerangka pembelajaran

TANDUR, sehingga siswa dibuat aktif dan tertarik dengan pembelajaran

dan kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus dapat meningkat.

d. Penerapan TANDUR dalam Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai

Hasil Seratus pada Siswa Kelas II SD

Penerapan Model Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran

matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada

siswa kelas II adalah sesuai dengan kerangka pembelajaran kuantum yang

disingkat dengan istilah TANDUR, yang merupakan singkatan dari

Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

Pada tahap Tumbuhkan, guru menumbuhkan perhatian atau rasa

ketertarikan siswa pada materi perkalian yang akan diajarkan dengan

bernyanyi, bercerita, atau dengan memberi tahu siswa tentang KKM yang

harus dicapai dan memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran. Tahap

selanjutnya, yaitu Alami beberapa siswa diminta maju membawa kursi

masing-masing ke depan kelas menghitung jumlah kaki kursi, kemudian

siswa juga diminta untuk menghitung kaki siswa yang maju untuk

mengidentifikasi pengertian perkalian. Melalui pengalaman pada tahap

Page 51: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

alami, siswa diajak untuk menamai. Penamaan meliputi bahwa penjumlahan

yang berulang-ulang disebut perkalian. Selain itu, tahap namai juga

diterapkan pada sifat-sifat perkalian dan cara-cara mengitung perkalian.

Pada tahap demonstrasi siswa diminta untuk mengerjakan soal perkalian

dengan cara menjumlahkan, dengan menggambar garis vertikal dan

horisontal dan dengan menggunakan media jarimatika yang telah disediakan

oleh guru. Tahap ulangi dilaksanakan melalui tes evaluasi untuk mengecek

apakah siswa sudah benar-benar paham atau belum. Dan tahap yang

terakhir, yaitu rayakan dilaksanakan dengan cara mengumumkan hasil tes

evaluasi siswa, dengan bernyanyi dan menari, serta dengan bertepuk tangan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Sudarwati yang berjudul upaya meningkatkan kemampuan

menulis huruf Jawa dengan Model Pembelajaran Kuantum pada siswa kelas IV

SDN randu Cepogo Boyolali tahun pelajaran 2010/2011 menghasilkan simpulan

bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan menulis

huruf Jawa. Hal ini dapat dibuktikan dari persentase ketuntasan belajar klasikal

yang semula (pra siklus) hanya sebesar 26,9%, pada siklus I naik menjadi 57%

dengan nilai rata-rata kelas mencapai 63,9 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

sebanyak 15 siswa dari 26 siswa. Dan pada siklus II hasil rata-rata kelas

meningkat menjadi 72,5 dengan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 23

siswa atau 88% dari 26 siswa.

Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian dari Eti Riniastuti yang

berjudul penggunaan Model Pembelajaran Kuantum sebagai upaya meningkatkan

kemampuan menghitung bilangan bulat siswa kelas IV SDN 1 Ngargosari

Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian Eti

Riniastuti membuktikan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat

meningkatkan kemampuan menghitung bilangan bulat. Hal ini terbukti dari

peningkatan kemampuan siswa dari pra siklus yang hanya sebesar 40%, pada

siklus I meningkat menjadi 56,25% dengan banyaknya siswa tuntas sebanyak 9

dari 16 siswa memperoleh nilai ≥ 68 dan nilai rata-rata kelas mencapai 65,73.

Page 52: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Pada siklus II nilai siswa mengalami peningkatan menjadi 81,25% dimana rata-

rata kelas mencapai 76,77 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 dari 16

siswa memperoleh nilai ≥ 68.

Persamaan dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti adalah menerapkan variabel bebas yang sama, yaitu sama-

sama menggunakan Model Pembelajaran Kuantum di dalam penelitian. Dalam

kedua penelitian yang relevan di atas hasil penelitiannya membuktikan bahwa

Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk menerapkan Model Pembelajaran Kuantum

tersebut, namun dengan variabel terikat yang berbeda.

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan

masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teori. Kerangka berpikir ini

digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik, selaras dengan judul

penelitian yang diambil, yaitu “ Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum untuk

meningkatkan Kemampuan menghitung Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai

HAsil Seratus pada Siswa Kelas II SDN 06 Ngringo Jaten Tahun Pelajaran

2011/2012.”

Pada kondisi awal, pembelajaran matematika yang diterapkan oleh guru

masih menggunakan model pembelajaran konvensional dan terkesan monoton

dimana pembelajaran hanya berpusat pada guru. Dalam Model Pembelajaran

Konvensional guru adalah sumber segala ilmu dan siswa hanya bertugas untuk

duduk diam di kursi, mendengarkan penjelasan dari guru, dan kemudian

mencatatnya di buku. Model pembelajaran seperti ini tentulah sangat

membosankan dan sama sekali tidak menarik bagi siswa. Hal tersebut

menyebabkan hasil belajar siswa kelas II SDN 06 Ngringo pada materi perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus masih rendah. Hal ini tidak boleh

dibiarkan terus-menerus dan harus segera diatasi dengan cara mengganti model

pembelajaran konvensional dengan model pembelajaran yang lebih inovatif,

kreatif, dan menyenangkan, yaitu Model Pembelajaran Kuantum.

Page 53: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Peneliti melaksanakan tindakan dengan menerapkan Model Pembelajaran

Kuantum pada pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus dalam tiga siklus, yang masing-masing siklusnya ditargetkan

dapat mencapai indikator yang telah ditentukan, yaitu 85% dari jumlah siswa

nilainya dapat mencapai KKM (75).

Pada kondisi akhir diharapkan kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo

dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dapat

meningkat dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditentukan.

Alur pemikiran atau kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan dan seperti

pada gambar 2.9.

Gambar 2.9. Kerangka Berpikir

KondisiAwal

Guru masih menggunakan Model Pembelajaran Konvensional ceramah

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus rendah

Tindakan

Penerapan Model Pembelajaran

Kuantum(TANDUR)

Siklus I (85%)

Siklus II (85%)

Siklus III (85%)

Kondisi AkhirPenerapan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo

Page 54: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa

kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.

2. Terdapat kendala-kendala yang menghambat penggunaan Model

Pembelajaran Kuantum dalam upaya meningkatkan kemampuan menghitung

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN

06 Ngringo Jaten tahun pelajaran 2011/2012.

Page 55: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Page 56: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Ngringo yang berada di

Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Alasan pemilihan sekolah ini

sebagai lokasi penelitian adalah karena terdapat permasalahan dalam

pembelajaran matematikanya, terutama pada materi perkalian bilangan dua

angka sampai hasil seratus dan dikarenakan sekolah ini merupakan lokasi

peneliti dalam melaksanakan program PPL (Praktik Pengalaman Lapangan).

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan, yang dimulai pada

bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2012 seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

Jenis Kegiatan BulanJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Penyusunan proposala. Pengajuan proposal dan revisib. Seminar proposal

2. Persiapan penelitiana. Mengurus perijinanb. Koordinasi dengan kepala sekolah dan guru kelas

3. Pelaksanaan penelitiana. Siklus I pertemuan ke-1b. Siklus I pertemuan ke-2c. Siklus II pertemuan ke-1d. Siklus II pertemuan ke-2e. Siklus III pertemuan ke-1f. Siklus III Pertemuan ke-2

4. Penyusunan laporan/skripsi dan revisi

5. Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi

Page 57: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru kelas II SDN

06 Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012

dalam pembelajaran matematika dengan materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus. Siswa kelas II berjumlah 47 anak, dengan jumlah siswa laki-

laki sebanyak 25 anak dan siswa perempuan sebanyak 22 anak, serta tidak ada

anak yang berkebutuhan khusus.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang dikumpulkan ialah berupa informasi tentang

kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus. Data penelitian tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu berupa data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumber data. Data primer pada penelitian ini diperoleh antara lain dari:

a. Guru kelas II SDN 06 Ngringo, Jaten, Karanganyar. Data yang diperoleh

dari guru kelas ialah data yang berupa informasi mengenai permasalahan-

permasalahan yang terdapat di dalam pembelajaran matematika.

b. Siswa kelas II SDN 06 Ngringo, Jaten, Karanganyar, yaitu berupa nilai atau

hasil dari tes evaluasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah kebalikan dari data primer, yaitu diperoleh

secara tidak langsung dari sumber data. Data sekunder dalam penelitian ini

diperoleh antara lain dari arsip atau dokumen, yang antara lain berupa Silabus,

RPP, dan daftar nilai sebelum dilakukan tindakan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Kualitas suatu data ditentukan oleh kualitas teknik pengumpulan datanya.

Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang cukup

reliabel dan valid. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini

Page 58: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

juga disesuaikan dengan bentuk penelitian dan jenis sumber data yang dibutuhkan,

maka dari itu teknik pengumpulan data yang digunakan dikelompokkan menjadi

dua jenis yaitu teknik tes dan teknik non tes. Untuk teknik tes yang digunakan

adalah tes hasil belajar, sedangkan untuk teknik non tes teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah studi dokumentasi dan observasi.

1. Tes

Tes digunakan untuk memperolah data tentang nilai Mata Pelajaran

Matematika kompetensi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus

yang diperoleh dari siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran

2011/2012. Arikunto menyatakan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul

informasi yang berfungsi ganda, yaitu untuk mengukur kemampuan siswa dan

untuk mengukur keberhasilan program pengajaran (1991). Tes yang akan

digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah tes isian.

2. Studi Dokumentasi

Studi atau kajian juga perlu dilakukan terhadap berbagai dokumen

atau arsip yang ada di kelas II SDN 06 Ngringo Jaten tahun pelajaran

2011/2012. Fathoni (2006) menyatakan, “Studi dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data pribadi

responden, seperti yang dilakukan oleh psikolog dalam meneliti perkembangan

seorang klien melalui catatan pribadinya” (hlm. 112). Namun, selain data

pribadi di dalam dokumen juga terdapat data resmi. Dan pada penelitian ini

peneliti hanya menggunakan dokumen yang berisi data resmi tersebut.

Di dalam dokumen yang berisi data resmi tersebut peneliti akan

mengumpulkan data awal yang berupa silabus dan daftar nilai Mata Pelajaran

Matematika siswa kelas II pada materi perkalian bilangan dua angka sampai

hasil seratus. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan anak dalam

pembelajaran peneliti akan mengumpulkan data berupa rencana pelaksanaan

pembelajaran, foto kegiatan pembelajaran, dan hasil evaluasi siswa. Dokumen

ini berguna sebagai bukti awal tentang kondisi siswa, yang kemudian akan

dilaksanakan tindakan kelas.

Page 59: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3. Observasi

Observasi berdasarkan pendapat dari Fathoni (2006) adalah, “Teknik

pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai

pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran” (hlm.

104). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi

langsung, yaitu observasi dilakukan pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo Jaten

tahun pelajaran 2011/2012 dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran

Matematika kompetensi perkalian dua bilangan. Selain itu, observasi juga

dilakukan oleh observer yang mengamati kinerja guru dalam melaksanakan

perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.

E. Validitas Data

Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa

validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat

dijadikan sebagai dasar dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk

memeriksa validitas data antara lain dengan triangulasi. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Suwandi (mengutip simpulan Lexy J. Moleong, 1995) bahwa,

“Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan

sarana di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau perbandingan data”

(2009:60). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi sumber dan trianggulasi metode pengumpulan data.

Teknik triangulasi sumber menurut Arikunto adalah teknik dengan

mengambil data dari berbagai nara sumber, sedangkan teknik triangulasi metode

adalah teknik dengan menggunakan berbagai metode dalam pengumpulan data

(2008). Teknik ini dilakukan agar mendapatkan data yang lebih sesuai dengan

kondisi siswa, yaitu dengan membandingkan hasil pembelajaran dalam

menyelesaikan soal dengan hasil observasi guru dan dokumen lainnya. Dengan

demikian data akan teruji dengan tepat dan benar walaupun dari sumber yang

berbeda.

Page 60: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan usaha atau proses memilih, memilah,

membuang, dan menggolongkan data sesuai dengan yang diharapkan. Analisis

data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Proses

analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, yaitu hasil tes, observasi, dokumen resmi, dan gambar foto. Menurut

Suwandi (2009), “Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data

yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif

dan teknik analisis kritis” (hlm. 61). Teknik deskriptif komparatif digunakan

untuk data kuantitatif, sedangkan teknik analisis kritis berkaitan dengan data

kualitatif.

Data berupa hasil tes dalam menyelesaikan soal kompetensi perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus pada Mata Pelajaran Matematika

diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Sehingga data tersebut dianalisis secara

deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan nilai tes dalam

menyelesaikan soal kompetensi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus

pada Mata Pelajaran Matematika.

Peneliti membandingkan kondisi awal dengan hasil pada akhir setiap

siklus. Kemudian, data yang berupa nilai dalam menyelesaikan soal kompetensi

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada Mata Pelajaran

Matematika antara siklus satu dengan siklus berikutnya dibandingkan hingga

hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan.

Data hasil tes dianalisis secara deskriptif komparatif, selanjutnnya data

hasil observasi dan studi dokumentasi dianalisis dengan teknik analisis kritis.

Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan

kelebihan kinerja guru dan siswa, serta kendala dan pemecahan masalah yang

terjadi selama proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam

menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus

yang ada.

Selain dengan deskriptif komparatif dan dengan teknik analisis kritis

peneliti juga menggunakan teknik analisis data model interaktif. Disebut interaktif

Page 61: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

sebab antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data tak mungkin dipisahkan

satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung

serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles

melukiskan siklusnya seperti gambar 3.1.

Gambar 3.1. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif(Bungin, 2003:69)

Berdasarkan gambar di atas hal pertama yang dilakukan peneliti adalah

pengumpulan data atau data collection. Data-data yang diperoleh dari berbagai

sumber data dikumpulkan. Setelah data dikumpulkan langkah selanjutnya ialah

menuju ke display data (penyajian data) atau boleh langsung ke langkah data

reduction (reduksi data) karena antara penyajian data dengan reduksi data

memiliki kedudukan yang sama. Penyajian data adalah sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan, sedangkan reduksi data adalah proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Setelah reduksi data

dan penyajian data, kemudian dilanjutkan ke langkah berikutnya, yaitu conclution

drawing & verifying atau yang biasa disebut penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Data-data dari langkah sebelumnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji

kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari

DATA COLECTION

DATA DISPLAY

DATA REDUCTION

CONCLUTION DRAWING & VERIFYING

Page 62: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama

penelitian berlangsung, sedangkan verifikasi data adalah pemeriksaan tentang

benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Sesuai dengan gambar siklus

analisis data yang disebutkan di atas prosesnya tidaklah sekali jadi, melainkan

berinteraktif, secara bolak-balik. Perkembangannya bersifat sekuensial dan

interaktif, yang pada dasarnya melingkar.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang menjadi acuan dalam

menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Adapun indikator kinerja

dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan siswa kelas II SDN 06

Ngringo Jaten dalam menyelesaikan soal evaluasi materi perkalian bilangan dua

angka sampai hasil seratus dengan penerapan Model Pembelajaran Kuantum.

Penelitian dikatakan berhasil dan mengalami peningkatan apabila rata-

rata nilai tiap siklus yang diperoleh siswa di kelas adalah ≥75. Capaian target pada

siklus pertama, kedua, dan ketiga adalah 85% dari jumlah siswa (40 anak)

mendapat nilai ≥ 75 (KKM). Jadi apabila dalam kelas tersebut hasil yang

diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan terus dilakukan sampai

target tersebut dicapai.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, yang setiap

siklus meliputi kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran disetiap siklusnya yang

masing-masing terdiri dari dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu masing-

masing 2 x 35 menit. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

ingin dicapai, seperti pada RPP. Prosedur penelitian tindakan kelas yang

dirancang peneliti dapat digambarkan seperti pada gambar 3.3.

Page 63: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 3.3. Siklus Penelitian (Mulyasa, 2010:73)

Penjelasan secara garis besar mengenai masing-masing langkah tersebut

diuraikan sebagai berikut.

Siklus I

1. Rencana

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan

Model Pembelajaran Kuantum

b. Mempersiapkan media pembelajaran yang terbuat dari sedotan dan

mempersiapkan peralatan-peralatan yang dibituhkan.

2. Tindakan

Pelaksanaan tindakan diwujudkan dalam tahap-tahap yang sistematis sesuai

dengan langkah-langkah pembelajaran kuantum yang tercermin dalam

TANDUR seperti berikut ini:

a. Tumbuhkan: guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa dengan berkata,

“Anak-anak, hari ini kita tidak akan belajar. Hari ini kita akan bermain-main

di daerah persungaian.”

b. Alami: guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas dengan

membawa kursi masing-masing.

c. Namai: guru membimbing siswa untuk menyimpulkan bahwa perkalian

merupakan penjumlahan berulang.

1. Rencana

4. Refleksi

1. Rencana

3. Observasi

1. Rencana2. Tindakan

2. Tindakan

2. Tindakan 3. Observasi

3. Observasi

4. Refleksi

4. Refleksi

Page 64: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

d. Demonstrasikan: siswa bersama kelompoknya menghitung perkalian dengan

menggunakan sedotan.

e. Ulangi: siswa dibantu guru menyimpulkan materi yang telah dipelari dan

kemudian melaksanakan tes evaluasi.

f. Rayakan: siswa dan guru mengakhiri pelajaran dengan tepuk tangan yang

meriah dan menari “chicken dance” bersama-sama.

3. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika

dengan Model Pembelajaran Kuantum materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus dan kemudian melakukan pengamatan terhadap

kemampuan siswa bekerja sama dengan kelompoknya dalam menyelesaikan

soal-soal perkalian dengan menggunakan sedotan. Kegiatan observasi berupa

kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan

selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan refleksi kolaboratif

antara peneliti dengan guru kelas secara kritis mengenai hal-hal yang sudah

dilakukan, yaitu dengan mengkaji antara hasil tes dengan indikator

ketercapaian pada siklus I, dan diperoleh data bahwa jumlah siswa yang

nilainya ≥ 75 (KKM ) mencapai 65,96% (31 siswa). Pada siklus I telah terjadi

peningkatan, akan tetapi belum mencapai indikator yang telah ditargetkan,

yaitu 85%, oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II

1. Rencana

a. Masalah yang telah teridentifikasi pada siklus I dicari alternatif pemecahan

masalah yang terjadi.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) baru masih dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang baru, yaitu dengan media

jarimatika yang terbuat dari kertas duplek dan mempersiapkan peralatan-

peralatan pendukung.

Page 65: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Tindakan

Peneliti memperbaiki tindakan sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan

berdasarkan refleksi pada siklus I, kemudian guru menerapkannya dalam

pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kuantum dengan kerangka

TANDUR yang meliputi:

a. Tumbuhkan: guru menarik perhatian dan menumbuhkan minat siswa

dengan mengajak siswa menyanyi dan menari “saya sadar saya siap”.

b.Alami: guru menulis soal di papan tulis dan mengajak siswa menghitung

perkalian dengan menggunakan jari masing-masing.

c. Namai: siswa dibantu guru menyimpulkan bahwa menghitung perkalian

dapat dilakukan dengan menggunakan jari, yang disebut jarimatika.

d.Demonstrasikan: beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk

menghitung perkalian dengan menggunakan media jarimatika yang telah

disediakan oleh guru.

e. Ulangi: guru menanyai siswa mengenai materi yang baru saja dipelajari

untuk menyimpulkan pembelajaran.

f. Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi dan mengakhiri pembelajaran

dengan “Tepuk The Best”

3. Observasi

Peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar dengan Model

Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran matematika materi perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus dan melakukan pengamatan terhadap

kemampuan siswa dalam menyelesaikan materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus. Kegiatan observasi berupa kegiatan pemantauan,

pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan

pembelajaran.

4. Refleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan refleksi kolaboratif

antara peneliti dengan guru kelas secara kritis mengenai hal-hal yang sudah

dilakukan, yaitu dengan mengkaji antara hasil tes dengan indikator

ketercapaian pada siklus II, dan diperoleh data bahwa jumlah siswa yang

Page 66: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

nilainya ≥ 75 (KKM ) mencapai 91,49% (43 siswa). Pada siklus II telah terjadi

peningkatan, dan telah mencapai bahkan melebihi indikator yang telah

ditetapkan, yaitu 85%. Akan tetapi untuk memastikan apakah peningkatan

yang terjadi reliabel atau tidak, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan

penelitian ke siklus III.

Siklus III

1. Rencana

a. Masalah yang telah teridentifikasi pada siklus II dicari alternatif pemecahan

masalah yang terjadi.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) baru masih dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang baru, yaitu dengan media ular

tangga perkalian yang terbuat dari kertas dan mempersiapkan peralatan-

peralatan pendukung.

2. Tindakan

Peneliti memperbaiki tindakan sesuai dengan RPP yang telah disempurnakan

berdasarkan refleksi pada siklus II, kemudian guru menerapkannya dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran Kuantum dengan langkah-langkah

pembelajaran yang tercermin dalam TANDUR seperti berikut ini:

a. Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat siswa dengan membahas soal

evaluasi yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya.

b. Alami: beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal

evaluasi yang ditulis guru di papan tulis.

c. Namai: setelah mengerjakan soal di papan tulis siswa dapat mengerti cara

yang tepat untuk mengerjakan soal evaluasi.

d. Demonstrasikan: siswa dengan kelompoknya bersama-sama bermain ular

tangga perkalian dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru.

e. Ulangi: siswa dan guru bersama-sama mengulang materi yang baru saja

dipelajari kemudian siswa melaksanakan tes evaluasi.

f. Rayakan: guru mengumumkan hasil tes evaluasi siswa dan

mengapresiasinya dengan tepuk tangan yang meriah.

Page 67: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

3. Observasi

Peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran model Kuantum dalam

pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus dan melakukan pengamatan terhadap kemampuan siswa dalam

menyelesaikan materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus yang

berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala

kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran.

4. Refleksi

Pada akhir setiap putaran penelitian tindakan dilakukan refleksi kolaboratif

antara peneliti dengan guru kelas secara kritis mengenai hal-hal yang sudah

dilakukan, yaitu dengan mengkaji antara hasil tes dengan indikator

ketercapaian pada siklus III, dan diperoleh data bahwa jumlah siswa yang

nilainya ≥ 75 (KKM ) mengalami peningkatan kembali hingga mencapai

97,87% (46 siswa) dan peningkatan yang terjadi melebihi indikator yang telah

ditetapkan, yaitu 85%. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peningkatan

yang terjadi adalah reliabel, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk

menghentikan penelitian pada siklus III.

Page 68: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti telah melakukan kegiatan

observasi awal dan studi dokumentasi dengan guru kelas terhadap proses

pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

Kegiatan observasi dan studi dokumentasi ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian dan untuk

mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan. Hasil observasi ini antara lain

rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus yang ditandai dengan masih banyaknya siswa yang nilainya

di bawah KKM, yaitu 75. Dari 47 siswa kelas II, sebesar 42,55% siswa nilainya di

atas KKM, yaitu sejumlah 20 siswa. Sedangkan siswa yang nilainya di bawah

KKM mencapai 57,45%, yaitu sejumlah 27 siswa seperti yang terdapat pada

lampiran 8. Berdasarkan lampiran tersebut diperoleh data seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Prasiklus

Interval Nilai Tepi Interval Kelas

Titik Tengah Frekuensi Persentase

30 – 38 29,5 – 38,5 34 1 2,13%39 – 47 38,5 – 47,5 43 2 4,26%48 – 56 47,5 – 56,5 52 2 4,26%57 – 65 56,5 – 65,5 61 12 25,53%66 – 74 65,5 – 74,5 70 10 21,28%75 – 83 74,5 – 83,5 79 17 36,16%84 – 92 83,5 – 92,5 88 3 6,38%

Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.1 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.1.

Page 69: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Gambar 4.1. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Prasiklus

Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1, diperoleh data mengenai

kemampuan siswa kelas II dalam menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus sebelum diterapkannya Model Pembelajaran Kuantum

sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai 30 – 38 sebanyak 1 siswa atau

2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 47 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa

yang memperoleh nilai 48 – 56 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang

memperoleh nilai 57 – 65 sebanyak 12 siswa atau 25,53%. Siswa yang

memperoleh nilai 66 – 74 sebanyak 10 siswa atau 21,28%. Siswa yang

memperoleh nilai 75 – 83 sebanyak 17 siswa atau 36,16%. Siswa yang

memperoleh nilai 84 – 92 sebanyak 3 siswa atau 6,38%. Berdasarkan tabel 4.1

siswa yang mendapat nilai di bawah 75 (KKM) yaitu sebanyak 27 siswa atau

57,45%, dan siswa yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 20 siswa

atau 42,55%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 42,55%

masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 85%

siswa mendapat nilai ≥ 75 (KKM), dengan kata lain kemampuan siswa kelas II

SDN 06 Ngringo dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus masih rendah.

Page 70: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Rendahnya hasil belajar atau ketidaktuntasan tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, diantaranya: (1) Materi Mata Pelajaran Matematika sangat sulit

dimengerti karena sifatnya yang abstrak, sehingga membuat siswa merasa jenuh

dan menganggapnya sebagai momok; (2) Guru dalam melakukan pembelajaran

masih bersifat konvensional, artinya dalam pembelajaran semua interaksi hanya

terjadi secara searah dan hanya gurulah sumber segala ilmu. Hal inilah yang

menyebabkan proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna (menarik

minat belajar siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi). Dari

hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan antara peneliti dengan guru,

faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II

SDN 06 Ngringo, Jaten, Karanganyar adalah guru belum menerapkan model

pembelajaran yang lebih inovatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu model

pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan

penerapan Model Pembelajaran Kuantum. Dengan penggunaan Model

Pembelajaran Kuantum diharapkan kemampuan siswa kelas II dalam menghitung

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus akan mengalami peningkatan

sehingga target ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus

1. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua minggu, mulai dari tanggal

8 Maret 2012 sampai dengan 15 Maret 2012 (dua kali pertemuan). Deskripsi

hasil tindakan siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan tindakan prasiklus terhadap proses pembelajaran dan

hasil belajar matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo diperoleh informasi sebagai

data awal, yaitu dari 47 jumlah siswa, 27 diantaranya masih belum

menguasai perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus. Oleh karena

Page 71: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

itu sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran

matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus, maka

disusun rencana tindakan siklus I. Kegiatan perencanaan yang dilakukan

pada hari Senin, 5 Maret 2012 dalam siklus I ini meliputi:

1) Mengkonsultasikan jadwal penelitian siklus I dengan guru kelas II dan

disepakati bahwa siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

8 Maret 2012 dan pertemuan ke-2 pada tanggal 15 Maret 2012.

Keduanya dilaksanakan setiap hari Kamis.

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan cara membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Kuantum. Untuk RPP siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 2,

sedangkan untuk RPP siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 3.

3) Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dan mempersiapkan

peralatan yang dibutuhkan. Untuk siklus ini peneliti menggunakan media

sedotan untuk menghitung perkalian. Dan peralatan yang dibutuhkan

adalah berupa sedotan warna-warni, gunting, dan solasi.

4) Menyusun alat observasi yang digunakan untuk merekam segala aktifitas

siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung dan soal

evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.

Pengamatan yang dilakukan meliputi penggunaan media sedotan

(lampiran 13 dan 14), perilaku berkarakter (lampiran 25 dan lampiran

26), dan keterampilan sosial siswa (lampiran 35 dan 36).

5) Menyiapkan kamera digital untuk pendokumentasian proses

pembelajaran matematika.

b. Tindakan

Dalam tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kuantum pada pelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Page 72: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(RPP) yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Peneliti disini bertindak

sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat. Pembelajaran

pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Maret

2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada

lampiran 2. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa

dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Tumbuhkan: sebagai kegiatan awal (apersepsi) siswa ditanyai

beberapa pertanyaan yang menarik perhatian siswa. Pertama-tama

guru berkata, “Anak-anak, hari ini kita tidak akan belajar. Hari ini kita

akan bermain-main.” Dan dengan gembira siswa bertanya, “Bermain

ke mana bu?” Guru menjawab, “Hari ini kita akan bermain ke

Persungaian” (anak-anak bersorak kegirangan). Kemudian guru

berkata lagi, “Akan tetapi, karena akhir-akhir ini di persungaian itu

arusnya deras dan tidak semua anak kelas II bisa berenang, maka

bermainnya kita pindah ke persungaian yang lebih kecil. Sungai yang

kecil di sebut apa anak-anak? (anak-anak menjawab kali). Iya, betul

sekali! Sungai yang kecil adalah kali. Jadi, bermainnya kita pindah

dari persungaian ke PERKALIAN”.

Kegiatan Inti Pembelajaran:

a) Alami: Tiga orang siswa diminta maju ke depan kelas secara berturut-

turut dengan membawa kursi masing-masing. Siswa ditanyai berapa

jumlah kursi yang dibawa maju (siswa menjawab 3), berapa jumlah

kaki kursi yang dimiliki masing-masing kursi (siswa menjawab 4),

dan berapa jumlah seluruh jumlah kaki- kaki kursi (siswa menjawab

4+4+4=12). Selain itu siswa juga diminta menghitung berapa jumlah

Page 73: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

masing-masing kaki siswa yang maju (siswa menjawab 2), kemudian

siswa diminta menghitung jumlah kaki siswa secara keseluruhan

(siswa menjawab 2+2+2=6). Kemudian empat orang siswa yang lain

diminta maju ke depan kelas. Siswa yang tidak maju menghitung

jumlah kaki keempat siswa yang maju (siswa menjawab 2+2+2+2=8).

Selanjutnya guru mengambil 2 buah kursi dan siswa diminta

menghitung jumlah seluruh kaki kursi (siswa menjawab 4+4=8).

b) Namai: dari kegiatan pada tahap alami siswa dibantu guru

menyimpulkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang.

Kemudian siswa dan guru juga bersama-sama menyimpulkan bahwa

suatu perkalian walaupun posisi pengali dan terkalinya dibolak-balik

hasilnya tetap sama. Sifat perkalian ini disebut sifat pertukaran.

c) Demonstrasikan: siswa dibagi menjadi 12 kelompok. Masing-masing

kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Tiap kelompok bertugas

menghitung soal perkalian yang telah diberikan guru dengan

menggunakan sedotan yang telah disediakan oleh guru.

d) Ulangi: siswa dan guru menyimpulkan apa yang baru saja dipelajari

bahwa perkalian merupakan penjumlahan berulang, perkalian

memiliki sifat pertukaran, dan selain dengan menjumlahkan, perkalian

juga dapat dihitung hasilnya dengan cara membuat garis vertikal dan

horisontal.

Kegiatan Akhir Pembelajaran

a) Ulangi: siswa melaksanakan tes evaluasi.

b) Rayakan: siswa dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan

bertepuk tangan.

2) Pertemuan Kedua

Siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 15 Maret

2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada

lampiran 3. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

Page 74: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa

dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat siswa untuk belajar dengan

cara memanggil kelompok terbaik yang pada pertemuan minggu

sebelumnya mengerjakan tugas dengan baik dan mengajak para siswa

untuk memberikan tepuk tangan pada kelompok tersebut. Kemudian

setelah itu guru menyampaikan materi yang akan dipelajari.

Kegiatan Inti Pembelajaran

a) Alami: Kelompok terbaik yang sudah maju ke depan kelas diminta

mengerjakan soal perkalian dengan menggunakan sedotan untuk

mengecek apakah mereka masih ingat dengan pembelajaran minggu

lalu atau tidak, sementara siswa yang tidak maju mengerjakan di buku

masing-masing. Siswa menghitung perkalian 1, perkalian 0 dan

perkalian 10 dengan cara menjumlahkan.

b) Namai: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa perkalian

merupakan penjumlahan berulang. Siswa juga dibimbing untuk

menyimpulkan bahwa bilangan yang dikalikan dengan 1 hasilnya

adalah bilangan itu sendiri, bilangan yang dikalikan dengan 0 hasilnya

pasti nol, dan bilangan yang dikalikan dengan 10 hasilnya adalah

bilangan itu sendiri dengan ditambah nol di belakangnya.

c) Demonstrasikan: beberapa siswa maju ke depan kelas untuk

mengerjakan soal perkalian 1, perkalian 0, dan perkalian 10 sesuai

dengan kesimpulan yang telah disimpulkan bersama-sama sementara

siswa yang tidak maju mengerjakan di buku masing-masing.

Kegiatan Akhir Pembelajaran

a) Ulangi: siswa melaksanakan tes evaluasi dan setelah itu guru dan

siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.

b) Rayakan: siswa dan guru menari chicken dance bersama-sama.

Page 75: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

c. Observasi

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang

meliputi: observasi terhadap aktivitas siswa, observasi terhadap kinerja

guru, dan observasi yang meliputi ketiga aspek, yaitu penggunaan media

sedotan, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa. Selain itu juga

mengamati atau mengobservasi hasil tes evaluasi siswa disetiap akhir

pertemuan atau pembelajaran. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya

digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus I.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa, penilaian guru,

dan ketiga aspek dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:

1) Hasil observasi aktivitas siswa

Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus I sebanyak

2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 45 dan pertemuan 2 lihat

lampiran 46), diperoleh data sebagai berikut:

a) Sebanyak 45 siswa dapat melaksanakan perintah guru.

b) Sebanyak 34 siswa dapat mengerjakan tugas dari guru.

c) Sebanyak 43 siswa membawa buku catatan dan buku paket.

d) Sebanyak 33 siswa memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan guru.

e) Sebanyak 34 siswa memperhatikan petunjuk guru.

f) Sebanyak 42 siswa tidak membuat gaduh atau tidak mengganggu

siswa lain.

g) Sebanyak 43 siswa bertanya pada guru saat pembelajaran.

h) Sebanyak 39 siswa menulis catatan pembelajaran.

i) Sebanyak 45 siswa mengerjakan soal latihan dari guru.

Hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat diperjelas melalui tabel 4.2

dan grafik seperti pada gambar 4.2.

Page 76: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4. 2. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

No. Aspek yang DiamatiJumlah Siswa

1 Siswa melaksanakan perintah guru (a) 452 Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 343 Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 434 Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 335 Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 346 Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 427 Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 438 Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 399 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 45

Rata-rata 40

Gambar 4. 2. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

2) Hasil observasi penilaian guru

Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus I sebanyak

2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 52 dan pertemuan 2 lihat

lampiran 53), diperoleh data sebagai berikut:

a) Guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya,

hal ini perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan siklus II.

b) Penguasaan siswa kurang merata, hal ini perlu diperbaiki pada

tindakan siklus II agar perhatian siswa pada saat proses

pembelajaran lebih meningkat.

Page 77: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

c) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang

memperhatikan pelajaran.

d) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum

menyeluruh), dalam pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya guru

harus lebih merata dalam menunjuk siswa untuk mengemukakan

gagasannya.

Data hasil penilaian kinerja guru di atas dapat diperjelas melalui tabel 4.3

dan grafik seperti pada gambar 4.3.

Tabel 4. 3. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I

Aspek yang DiamatiSkor Siklus I

Pert. 1 Pert. 2Pra Pembelajaran 3,5 3,5Membuka Pembelajaran 3,0 3,5Kegiatan Inti PembelajaranA. Penguasaan materi pembelajaran 3,6 3,3B. Pendekatan / strategi pembelajaran 3,3 3,5C. Pemanfaatan media / sumber pembelajaran 4,0 4,0D. Melaksanakan evaluasi belajar 4,0 3,6E. Penggunaan bahasa 3,0 3,0Penutup 3,0 3,5Rata-Rata Tiap Pertemuan 3,4 3,4Rata-Rata Siklus I 3,4

Gambar 4. 3. Grafik Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus I

Page 78: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3) Hasil Pengamatan ketiga aspek meliputi psikomotor, afektif, dan kognitif

yang berupa hasil tes evaluasi.

a) Aspek psikomotor penggunaan media sedotan. Aspek yang diamati

meliputi: (1) menentukan jumlah dan posisi sedotan sebagai pengali,

(2) menentukan jumlah dan posisi sedotan sebagai terkali, (3)

menghitung jumlah titik perpotongan antara sedotan pengali dan

terkali, dan (4) menentukan hasil kali antara pengali dan terkali.

Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 13

(pertemuan pertama) dan lampiran 14 (pertemuan kedua).

Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat seperti pada

tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan PsikomotorSiklus I

Interval Nilai

Tepi IntervalKelas

Titik Tengah Frekuensi Persentase

30 – 38 29,5 – 38,5 34 1 2,13%39 – 47 38,5 – 47,5 43 1 2,13%48 – 56 47,5 – 56,5 52 2 4,26%57 – 65 56,5 – 65,5 61 5 10,64%66 – 74 65,5 – 74,5 70 11 23,40%75 – 83 74,5 – 83,5 79 12 25,52%84 – 92 83,5 – 92,5 88 5 10,64%93 – 101 92,5 – 101,5 97 10 21,28%Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.4 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus I

Page 79: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan gambar 4.4, nilai hasil pengamatan penggunaan media

sedotan siklus I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 30 –

38 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 47

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 48 – 56

sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 65

sebanyak 5 siswa atau 10,64%. Siswa yang memperoleh nilai 66 – 74

sebanyak 11 siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 83

sebanyak 12 siswa atau 25,52%. Siswa yang memperoleh nilai 84 – 92

sebanyak 5 siswa atau 10,64%. Siswa yang memperoleh nilai 93 – 101

sebanyak 10 siswa atau 21,28%.

b) Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian siklus I

meliputi: (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3)

berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti atau cermat, dan (6) tanggung jawab

Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 25 (pertemuan

1) dan lampiran 26 (pertemuan 2). Berdasarkan hasil pengamatan

perilaku berkarakter siklus I pada lampiran tersebut dapat dibuat tabel

seperti pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus I

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

20 - 30 19,5 – 30,5 25 1 2,13%31 – 41 30,5 – 41,5 36 0 0%42 – 52 41,5 – 52,5 47 0 0%53 – 63 52,5 – 63,5 58 1 2,13%64 – 74 63,5 – 74,5 69 11 23,40%75 – 85 74,5 – 85,5 80 12 25,53%86 – 96 85,5 – 96,5 91 18 38,30%97 – 107 96,5 – 107,5 102 4 8,51%Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.5 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.5.

Page 80: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 4.5. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku BerkarakterSiklus I

Berdasarkan gambar 4.5, nilai hasil pengamatan afektif perilaku

berkarakter siklus I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai

20 – 30 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh

nilai 31 – 41 dan nilai 42 – 52. Siswa yang memperoleh nilai 53 – 63

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 74

sebanyak 11 siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 85

sebanyak 12 siswa atau 25,53%. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 96

sebanyak 18 siswa atau 38,30%. Dan siswa yang memperoleh nilai 97 –

107 sebanyak 4 siswa atau 8,51%.

c) Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian ini

meliputi: (1) bertanya, (2) menyumbang ide atau pendapat, (3) menjadi

pendengar yang baik, dan (4) bekerja sama. Adapun hasil yang diperoleh

dapat dilihat pada lampiran 35 (pertemuan pertama) dan lampiran 36

(pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat

tabel seperti pada tabel 4.6.

Page 81: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus I

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

30 – 38 29,5 – 38,5 34 1 2,13%39 – 47 38,5 – 47,5 43 1 2,13%48 – 56 47,5 – 56,5 52 2 4,26%57 – 65 56,5 – 65,5 61 5 10,63%66 – 74 65,5 – 74,5 70 11 23,40%75 – 83 74,5 – 83,5 79 11 23,40%84 – 92 83,5 – 92,5 88 9 19,15%93 – 101 92,5 – 101,5 97 7 14,89%

Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.6 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.6.

Gambar 4.6. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus 1

Berasarkan gambar 4.6, nilai hasil pengamatan keterampilan sosial siklus

I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 30 – 38 sebanyak 1

siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 39 – 47 sebanyak 1

siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 48 – 56 sebanyak 2

siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 57 – 65 sebanyak 5

siswa atau 10,63%. Siswa yang memperoleh nilai 66 – 74 sebanyak 11

Page 82: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 83 sebanyak 11

siswa atau 23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 84 – 92 sebanyak 9

siswa atau 19,15%. Siswa yang memperoleh nilai 93 – 101 sebanyak 7

siswa atau 14,89%.

4) Aspek kognitif diamati dari hasil tes evaluasi siswa setelah pembelajaran

selesai. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 9.

Berdasarkan hasil nilai kognitif siklus I tersebut dapat diperjelas seperti

pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus 1

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik

TengahFrekuensi Persentase

25 – 34 24,5 – 34,5 29,5 1 2,13%35 – 44 34,5 – 44,5 39,5 0 0%45 – 54 44,5 – 54,5 49,5 0 0%55 – 64 54,5 – 64,5 59,5 6 12,77%65 – 74 64,5 – 74,5 69,5 9 19,15%75 – 84 74,5 – 84,5 79,5 14 29,78%85 – 94 84,5 – 94,5 89,5 13 27,66%95 – 104 94,5 – 104,5 99,5 4 8,51%

Jumlah 47 100 %

Dari tabel 4.7 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus I

Page 83: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.7, nilai kognitif siswa kelas II siklus

I diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 25 – 34 sebanyak 1

siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35 – 44 dan

45 – 54. Siswa yang memperoleh nilai 55 – 64 sebanyak 6 siswa atau

12,77%. Siswa yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 9 siswa atau

19,15%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 84 sebanyak 14 siswa atau

29,78%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 94 sebanyak 13 siswa atau

27,66%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 104 sebanyak 4 siswa atau

8,51%.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi, studi dokumentasi, dan

observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi,

studi dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan

tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan data dari

pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian

dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja

siklus I yaitu dari aspek psikomotor penggunaan media sedotan siswa yang

dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dari aspek afektif perilaku

berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40

siswa atau 85%, dan dari aspek kognitif siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak

40 siswa atau 85%. Adapun data yang diperoleh adalah dapat disajikan seperti

pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Data Hasil Penelitian Siklus I

No. AspekSiswa Tuntas

Jumlah Persentase1. Psikomotor 27 57,45%2. Afektif Perilaku Berkarakter 34 72,34%3. Afektif Keterampilan Sosial 27 57,45%4. kognitif 31 65,96%

Page 84: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Dari tabel 4.8 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus I

Berdasarkan gambar 4.8 dan indikator kinerja, dapat diuraikan informasi

sebagai berikut:

1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 27 siswa

atau 57,45%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.

2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif perilaku berkarakter

sebanyak 34 siswa atau 72,34%, belum sesuai dengan target capaian yang

ditentukan.

3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial

sebanyak 27 siswa atau 57,45%, belum sesuai dengan target capaian yang

ditentukan.

4) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 31 siswa atau

65,96%, lebih rendah dari target capaian yang ditentukan.

Dari data hasil penelitian siklus I di atas, maka peneliti mengulas secara cermat

bahwa dilihat dari nilai evaluasi yang diperoleh siswa dengan menggunakan

media sedotan sudah cukup berhasil. Dalam artian, penelitian ini menunjukan

bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus jika

Page 85: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dibandingkan dengan hasil prasiklus. Namun, peningkatan tersebut masih

belum memenuhi indikator ketercapaian siklus I, yaitu 85%. Oleh karena itu,

peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, yaitu

siklus II.

2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama dua minggu, mulai dari

tanggal 22 Maret 2012 sampai dengan 29 Maret 2012 (dua kali pertemuan).

Deskripsi hasil tindakan siklus II terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada pelaksanaan tindakan

siklus I diketahui bahwa penerapan Model Pembelajaran Kuantum dapat

meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus pada siswa kelas II. Akan tetapi, peningkatan tersebut

masih belum memenuhi target ketercapaian. Oleh karena itu, disusun

rencana penelitian pada tanggal 19 Maret 2012 yang meliputi :

1) Mengkonsultasikan jadwal penelitian siklus II dengan guru kelas II dan

diperoleh bahwa siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

22 Maret 2012 dan pertemuan ke-2 pada tanggal 29 Maret 2012.

Keduanya dilaksanakan setiap hari Kamis.

2) Merencanakan langkah-langkah pembelajaran matematika materi

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan cara membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Kuantum. Untuk siklus II pertemuan pertama RPP dapat dilihat pada

lampiran 4 dan untuk RPP siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada

lampiran 5.

3) Membuat media pembelajaran yang akan digunakan dan mempersiapkan

peralatan yang dibutuhkan. Untuk siklus ini peneliti menggunakan media

jarimatika dari kertas karton untuk menghitung perkalian. Dan peralatan

yang dibutuhkan adalah berupa lakban, gunting, dan kawat.

Page 86: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

4) Menyusun alat observasi yang digunakan untuk merekam segala aktifitas

siswa selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung dan soal

evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa

dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.

Pengamatan yang dilakukan meliputi penggunaan media jarimatika,

perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa.

5) Menyiapkan kamera digital untuk pendokumentasian proses

pembelajaran matematika.

b. Tindakan

Dalam tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kuantum pada pelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Peneliti disini masih

bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.

Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22

Maret 2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera

pada lampiran 4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa

dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran dengan cara menanyai siswa tentang

pengertian perkalian yang telah dipelajari pada minggu sebelumnya

untuk mengecek apakah siswa masih ingat atau tidak. Kemudian guru

juga menumbuhkan perhatian siswa dengan berkata bahwa selain

Page 87: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

dengan menjumlahkan, perkalian juga dapat dihitung dengan

menggunakan jari-jari.

Kegiatan Inti Pembelajaran

a) Alami: siswa diajak untuk mengubah soal perkalian menjadi bentuk

penjumlahan dengan bimbingan guru. Kemudian siswa juga

dibimbing untuk menghitung perkalian dengan menggunakan jari

tangan masing-masing.

b) Namai: siswa dibimbing guru menyimpulkan bahwa perkalian

merupakan penjumlahan berulang dan penyelesaian perkalian dengan

menggunakan jari-jari disebut jarimatika.

c) Demonstrasikan: beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk

mengerjakan soal perkalian dengan media jarimatika yang telah

disediakan guru. Kemudian dua meja di deretan sebelah kanan diminta

menghitung 9x8 dan dua meja di deretan sebelah kiri diminta

menghitung perkalian 8x9 dengan menggunakan jarimatika (siswa di

dua deret sebelah kanan dan siswa yang duduk di dua deret sebelah

kiri akan menghasilkan hasil perkalian yang sama, yaitu 72). Setelah

itu siswa dibimbing untuk menyimpulkan bahwa perkalian memiliki

sifat pertukaran.

d) Ulangi: siswa dibimbing guru menyimpulkan bahwa perkalian

berulang, cara menghitung perkalian dengan jari disebut jarimatika,

dan yang terakhir perkalian memiliki sifat pertukaran.

Kegiatan Akhir Pembelajaran

a) Ulangi: siswa melaksanakan tes evaluasi untuk mengetahui apakah

siswa sudah benar-benar paham atau belum.

b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan

minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi

siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan

motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM.

Page 88: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

2) Pertemuan Kedua

Siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Maret

2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada

lampiran 5. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa

dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat dan rasa ketertarikan siswa

terhadap pembelajaran dengan cara mengajak siswa menyanyi dan

menarikan lagu yang berjudul “saya sadar”.

Kegiatan Inti Pembelajaran:

a) Alami: siswa diajak untuk mengerjakan perkalian bilangan dengan

angka 1, 0, dan 10 dengan cara meminta beberapa siswa maju ke

depan kelas melalui teknik menjumlahkan.

b) Namai: dari beberapa siswa yang maju mengerjakan soal perkalian 1,

0, dan 10 siswa dibimbing untuk menyimpulkan bahwa perkalian

bilangan dengan angka 1 hasilnya adalah bilangan itu sendiri,

perkalian bilangan dengan angka 0 hasilnya pasti nol, dan bilangan

yang dikalikan dengan angka 10 hasilnya adalah bilangan itu sendiri

dengan ditambah nol di belakangnya.

c) Demonstrasikan: siswa diminta maju ke depan kelas untuk

mengerjakan soal perkalian 1, 0, dan 10 dengan sifat-sifat yang telah

disimpulkan bersama. Siswa yang tidak maju mengerjakan di buku

masing-masing.

Kegiatan Akhir Pembelajaran:

a) Ulangi: siswa dan guru menyimpulkan bahwa perkalian merupakan

penjumlahan berulang. Siswa dibimbing guru juga menyimpulkan

perkalian bilangan dengan angka 1 hasilnya adalah bilangan itu

sendiri, perkalian bilangan dengan angka 0 hasilnya pasti nol, dan

Page 89: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

bilangan yang dikalikan dengan angka 10 hasilnya adalah bilangan itu

sendiri dengan ditambah nol di belakangnya. Kemudian siswa

melaksanakan tes evaluasi.

b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan

minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi

siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan

motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Siswa dan

guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan “tepuk the best”.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang

meliputi: observasi terhadap aktivitas siswa, observasi terhadap kinerja

guru, dan observasi yang meliputi ketiga aspek, yaitu penggunaan media

jarimatika, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa. Selain itu

juga mengamati atau mengobservasi hasil tes evaluasi siswa disetiap akhir

pertemuan atau pembelajaran. Hasil pengamatan atau observasi selanjutnya

digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus II.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa, penilaian guru,

dan ketiga aspek dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:

1) Hasil observasi aktivitas siswa

Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus II sebanyak

2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 47 dan pertemuan 2 lihat

lampiran 48), diperoleh data sebagai berikut:

a) Sebanyak 46 siswa dapat melaksanakan perintah guru.

b) Sebanyak 41 siswa dapat mengerjakan tugas dari guru.

c) Sebanyak 46 siswa membawa buku catatan dan buku paket.

d) Sebanyak 37 siswa memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan guru.

e) Sebanyak 43 siswa memperhatikan petunjuk guru.

f) Sebanyak 44 siswa tidak membuat gaduh atau tidak mengganggu

siswa lain.

Page 90: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

g) Sebanyak 46 siswa bertanya pada guru saat pembelajaran.

h) Sebanyak 45 siswa menulis catatan pembelajaran.

i) Sebanyak 46 siswa mengerjakan soal latihan dari guru.

Data hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat diperjelas seperti pada

tabel 4.9 dan grafik seperti pada gambar 4.9.

Tabel 4. 9. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

No. Aspek yang DiamatiJumlah Siswa

1 Siswa melaksanakan perintah guru (a) 462 Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 413 Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 464 Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 375 Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 436 Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 447 Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 468 Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 459 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 46

Rata-Rata 43

Gambar 4. 9. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

Page 91: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2) Hasil observasi penilaian guru

Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus II sebanyak

2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 54 dan pertemuan 2 lihat

lampiran 55), diperoleh data sebagai berikut:

a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat

baik.

b) Guru telah menyiapkan media pembelajaran / alat peraga dengan

baik sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi yang diajarkan.

c) Guru telah melakukan kegiatan apersepsi dengan baik.

d) Guru kurang mengaitkan materi pelajaran dengan realita kehidupan.

e) Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sudah baik.

f) Penyampaian materi sesuai dengan alokasi waktu.

g) Pengelolaan kelas sudah baik, suasana kelas pada saat proses

pembelajaran berlangsung sudah kondusif, sehingga siswa dapat

belajar dengan baik, nyaman, dan menyenangkan.

h) Guru dapat memanfaatkan media/alat peraga dengan baik, sebagian

besar siswa sudah dilibatkan dalam memanfaatkan media/alat

peraga.

i) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.

j) Guru telah memberikan bimbingan kepada individu maupun

kelompok yang mengalami kesulitan.

k) Guru kurang memberikan teguran secara tegas kepada siswa yang

kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.

l) Guru menggunakan bahasa lisan maupun bahasa lisan dengan baik.

m) Guru melibatkan siswa dalam membuat rangkuman pelajaran.

Data hasil penilaian kinerja guru di atas dapat diperjelas seperti pada

tabel 4.10 dan grafik seperti pada gambar 4.10.

Page 92: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.10. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II

Aspek yang DiamatiSkor Siklus II

Pert. 1 Pert. 2Pra Pembelajaran 3,5 4,0Membuka Pembelajaran 3,5 3,0Kegiatan Inti PembelajaranA. Penguasaan materi pembelajaran 3,3 3,3B. Pendekatan / strategi pembelajaran 3,3 3,5C. Pemanfaatan media / sumber pembelajaran 3,6 3,6D. Melaksanakan evaluasi belajar 3,4 3,4E. Penggunaan bahasa 3,0 3,5Penutup 3,0 4,0Rata-Rata Tiap Pertemuan 3,5 3,6Rata-Rata Siklus II 3,5

Gambar 4.10. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus II

3) Hasil Pengamatan ketiga aspek meliputi psikomotor, afektif, dan kognitif

yang berupa hasil tes evaluasi.

a) Aspek psikomotor penggunaan media jarimatika. Aspek yang diamati

meliputi: (1) menentukan jumlah dan posisi jari sebagai pengali, (2)

dapat menentukan jumlah dan posisi jari sebagai terkali, (3) dapat

menghitung jumlah antara jari yang berdiri dan hasil kali antara jari

Page 93: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yang ditekuk, dan (4) menentukan hasil kali antara jari pengali dan jari

terkali. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 17

(pertemuan pertama) dan lampiran 18 (pertemuan kedua).

Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat tabel seperti

pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

54 – 60 53,5 – 60,5 57 2 4,26%61 – 67 60,5 – 67,5 64 2 4,26%68 – 74 67,5 – 74,5 71 1 2,13%75 – 81 74,5 – 81,5 78 0 0%82 – 88 81,5 – 88,5 85 9 19,14%89 – 95 88,5 – 95,5 92 15 31,91%96 – 102 95,5 – 102,5 99 18 38,30%Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.11. dapat perjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.11.

Page 94: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Gambar 4.11. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus II

Berdasarkan gambar 4.11, nilai hasil pengamatan penggunaan media

jarimatika siklus II diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai

54 – 60 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 61 –

67 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 68 – 74

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 75

– 81 sebanyak. Siswa yang memperoleh nilai 82 – 88 sebanyak 9 siswa

atau 19,14%. Siswa yang memperoleh nilai 89 – 95 sebanyak 15 siswa

atau 31,91%. Dan siswa yang memperoleh nilai 96 – 102 sebanyak 18

siswa atau sebesar 38,30%.

b) Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian siklus II

meliputi: (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3)

berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti atau cermat, dan (6) tanggung jawab

Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 28 (pertemuan

pertama) dan lampiran 29 (siklus kedua). Berdasarkan lapiran-lampiran

tersebut dapat dibuat seperti pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

20 - 30 19,5 – 30,5 25 1 2,13%31 – 41 30,5 – 41,5 36 0 0%42 – 52 41,5 – 52,5 47 0 0%53 – 63 52,5 – 63,5 58 1 2,13%64 – 74 63,5 – 74,5 69 2 4,26%75 – 85 74,5 – 85,5 80 0 0%86 – 96 85,5 – 96,5 91 23 48,93%97 – 107 96,5 – 107,5 102 20 42,55%Jumlah 47 100%

Page 95: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dari tabel 4.12 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.12.

Gambar 4.12. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus II

Berdasarkan gambar 4.12, nilai hasil pengamatan afektif perilaku

berkarakter siklus II diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai

20 – 30 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh

nilai 31 – 41 dan 42 – 52. Siswa yang memperoleh nilai 53 – 63

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 74

sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai

75 – 85. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 96 sebanyak 23 siswa atau

48,93%. Dan siswa yang memperoleh nilai 97 – 102 sebanyak 20 siswa

atau 42,55%.

c) Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian ini

meliputi: (1) bertanya, (2) menyumbang ide atau pendapat, (3) menjadi

pendengar yang baik, dan (4) bekerja sama. Adapun hasil yang diperoleh

dapat dilihat pada lampiran 38 (pertemuan pertema) dan lampiran 39

Page 96: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

(pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat

seperti pada tabel 4.13.

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

25 – 34 24,5 – 34,5 29,5 1 2,13%35 – 44 34,5 – 44,5 39,5 0 0%45 – 54 44,5 – 54,5 49,5 0 0%55 – 64 54,5 – 64,5 59,5 2 4,26%65 – 74 64,5 – 74,5 69,5 1 2,13%75 – 84 74,5 – 84,5 79,5 2 4,26%85 – 94 84,5 – 94,5 89,5 19 40,42%95 – 104 94,5 – 104,5 99,5 22 46,80%

Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.13 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.13.

Gambar 4.13. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus II

Berasarkan gambar 4.13, nilai hasil pengamatan keterampilan sosial

siklus II diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 25 – 34

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 35

– 44 dan 45 – 54. Siswa yang memperoleh nilai 55 – 64 sebanyak 2 siswa

Page 97: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 65 – 74 sebanyak 1 siswa atau

2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 84 sebanyak 2 siswa atau

4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 94 sebanyak 19 siswa atau

40,42%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 104 sebanyak 22 siswa atau

46,80%.

d) Aspek kognitif diamati dari hasil tes evaluasi siswa setelah pembelajaran

selesai. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 10.

Berdasarkan hasil nilai kognitif siklus II tersebut dapat diperjelas seperti

pada tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus II

Interval Nilai Tepi Interval Titik Tengah Frekuensi Persentase 20 – 30 19,5 – 30,5 25 1 2,13%31 – 41 30,5 – 41,5 36 0 0%42 – 52 41,5 – 52,5 47 0 0%53 – 63 52,5 – 63,5 58 2 4,26%64 – 74 63,5 – 74,5 69 1 2,13%75 – 85 74,5 – 85,5 80 11 23,40%86 – 96 85,5 – 96,5 91 24 51,06%97 – 107 96,5 – 107,5 102 8 17,02Jumlah 47 100 %

Dari tabel 4.14 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.14

Gambar 4.14. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus II

Page 98: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.14, nilai kognitif siswa kelas II

siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 20 - 30

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 31

– 41dan 42 – 52. Siswa yang memperoleh nilai 53 – 63 sebanyak 2 siswa

atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 64 – 74 sebanyak 1 siswa atau

2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 85 sebanyak 11 siswa atau

23,40%. Siswa yang memperoleh nilai 86 – 96 sebanyak 24 siswa atau

51,06%. Dan siswa yang memperoleh nilai 97 – 107 sebanyak 8 siswa

atau 17,02%.

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi, studi dokumentasi, dan

observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi,

studi dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan

tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan data dari

pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian

dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator

kinerja siklus II yaitu dari aspek psikomotor penggunaan media jarimatika

siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dari aspek

afektif perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang dinyatakan

tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dan dari aspek kognitif siswa yang

dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%. Adapun data yang diperoleh

seperti pada tabel 4.15.

Tabel 4.15. Data Hasil Penelitian Siklus II

No. AspekSiswa Tuntas

Jumlah Persentase1. Psikomotor 42 89,36%2. Afektif Perilaku Berkarakter 43 91,49%3. Afektif Keterampilan Sosial 43 91,49%4. kognitif 43 91,49%

Page 99: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dari tabel 4.15 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.15.

Gambar 4.15. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus II

Berdasarkan gambar 4.15 dan indikator kinerja, dapat diuraikan informasi

sebagai berikut:

1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 42 siswa

atau 89,36%, lebih dari target capaian yang ditentukan.

2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif perilaku berkarakter

sebanyak 43 siswa atau 91,49%, sudah sesuai dengan target capaian yang

ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.

3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial

sebanyak 43 siswa atau 91,49%, sudah sesuai dengan target capaian yang

ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.

4) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 43 siswa

atau 91,49%, lebih dari target capaian yang ditentukan.

Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa

dilihat dari nilai evaluasi yang diperoleh siswa dengan menggunakan media

jarimatika sudah cukup berhasil. Hal ini menunjukan bahwa terjadi

peningkatan kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam menghitung

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus jika dibandingkan dengan

Page 100: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

siklus I dan peningkatan tersebut telah mencapai target yang telah

ditentukan. Namun, peneliti ingin membuktikan apakah peningkatan dan

ketercapaian indikator tersebut reliabel atau tidak. Oleh karena itu, peneliti

memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya, yaitu siklus

III.

3. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus III

Tindakan siklus III dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 sampai

dengan 26 April 2012 (dua kali pertemuan). Deskripsi hasil tindakan siklus III

terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada pelaksanaan tindakan

siklus II diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kuantum dapat

meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus pada siswa kelas II. Peningkatan tersebut sudah

memenuhi target ketercapaian, akan tetapi peneliti ingin mengetahui apakah

peningkatan tersebut reliabel atau tidak. Selain itu, pada siklus II juga masih

ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh

karena itu disusun rencana penelitian yang meliputi :

1) Pengkonsultasian jadwal penelitian siklus II dengan guru kelas II dan

diperoleh bahwa siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

5 April 2012 dan pertemuan kedua pada tanggal 26 April 2012.

Keduanya dilaksanakan setiap hari Kamis. Jarak antara pertemuan

pertama dengan pertemuan kedua sangat jauh dikarenakan adanya

kegiatan uji coba UAN, UAS, dan UAN di SD tempat peneliti

mengadakan penelitian.

2) Perencanaaan langkah-langkah pembelajaran matematika materi

perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan cara membuat

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Kuantum. Untuk RPP siklus III pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran

6 dan untuk RPP siklus III pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 7.

Page 101: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

3) Pembuatan media pembelajaran yang akan digunakan dan

mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Untuk siklus ini peneliti

menggunakan media permainan ular tangga perkalian. Peneliti

menggunakan media permainan sebagai usaha untuk mengantisipasi

agar siswa tidak mengalami kebosanan karena hanya mempelajari materi

yang sama. Dan peralatan yang dibutuhkan adalah berupa kertas untuk

menggambar ular tangga, dadu, dan bidak ular tangga.

4) Menyusun alat observasi dan soal evaluasi yang akan digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa dalam menghitung perkalian bilangan dua

angka sampai hasil seratus.

5) Menyiapkan kamera digital untuk pendokumentasian proses

pembelajaran matematika.

b. Tindakan

Dalam tahap ini peneliti yang berkolaborasi dengan guru

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kuantum pada pelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Peneliti disini masih

bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau pengamat.

Pembelajaran pada siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.

1) Pertemuan Pertama

Siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 April

2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada

lampiran 6. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa

dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan rasa ketertarikan siswa untuk

mengikuti proses pembelajaran dengan cara menyampaikan bahwa

Page 102: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

masih ada siswa yang belum bisa memperoleh nilai di atas KKM.

Oleh karena itu guru akan membahas soal-soal yang ada di tes

evaluasi pada pertemuan minggu lalu.

Kegiatan Inti Pembelajaran:

a) Alami: siswa bersama-sama dengan guru menyelesaikan soal

mengubah perkalian menjadi bentuk penjumlahan. Siswa juga

dibimbing untuk mengerjakan soal-soal bergambar dan soal sifat

pertukaran perkalian yang sering kali siswa kurang teliti

mengerjakannya.

b) Namai: siswa diajak untuk menyimpulkan bahwa perkalian

merupakan penjumlahan berulang. Dan selain itu perkalian juga

memiliki sifat perkalian. Untuk soal bergambar, siswa harus

mengerjakan soal tersebut sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh

gambar.

c) Demonstrasikan: siswa kembali mengerjakan soal lain dalam bentuk

permainan ular tangga perkalian yang berkaitan dengan penjumlahan

berulang, sifat pertukaran perkalian, dan soal bergambar untuk

membuktikan bahwa siswa telah memahami apa yang baru saja

disimpulkan bersama.

Kegiatan Akhir Pembelajaran:

a) Ulangi: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang

baru saja mereka pelajari, dan kemudian siswa melaksanakan tes

evaluasi.

b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan

minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi

siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan

motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM agar lebih

memperhatikan lagi saat guru menjelaskan.

2) Pertemuan Kedua

Siklus III pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 April

2012 dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator sesuai

Page 103: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tertera pada

lampiran 7. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut.

Kegiatan awal pembelajaran:

a) Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu siswa

dikondisikan agar siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

b) Tumbuhkan: guru menumbuhkan minat dan rasa ketertarikan siswa

terhadap pembelajaran dengan cara bertanya pada siswa siapa yang

sampai pertemuan kali ini belum bisa menghitung perkalian.

Kegiatan Inti Pembelajaran:

a) Alami: siswa bersama-sama dengan guru mengerjakan contoh soal

perkalian dengan cara menjumlahkan, menggambar garis vertikal dan

horisontal, dan dengan jarimatika untuk mengingatkan siswa tentang

cara mengerjakan perkalian.

b) Namai: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa ada

beberapa cara untuk mengerjakan perkalian, yaitu dengan

menjumlahkan, dengan menggambar garis vertikal dan garis

horisontal, dan dengan jarimatika, dan siswa dapat memilih cara yang

manapun untuk mengerjakan soal perkalian.

c) Demonstrasi: siswa diminta maju ke depan kelas untuk mengerjakan

soal perkalian dengan cara menjumlahkan, menggambar garis vertikal

dan horisontal, dan dengan jarimatika secara mandiri. Siswa lain yang

tidak maju mengerjakan di buku masing-masing.

Kegiatan Akhir Pembelajaran:

a) Ulangi: siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan bahwa

mengerjakan soal perkalian dengan tiga cara, yaitu dengan

menjumlahkan, jarimatika, dan dengan menggambar garis vertikal dan

horisontal. Dan setelah itu siswa melaksanakan tes evaluasi.

b) Rayakan: guru membacakan hasil tes evaluasi yang telah dilakukan

minggu lalu dan siswa memberikan tepuk tangan yang meriah bagi

siswa yang berhasil mendapat nilai di atas KKM. Guru memberikan

Page 104: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

motivasi bagi siswa yang nilainya belum mencapai KKM agar lebih

giat lagi dalam belajar.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang

meliputi: observasi terhadap aktivitas siswa, observasi terhadap kinerja

guru, dan observasi yang meliputi ketiga aspek, yaitu penggunaan media

ular tangga perkalian, perilaku berkarakter, dan keterampilan sosial siswa.

Selain itu juga mengamati atau mengobservasi hasil tes evaluasi siswa

disetiap akhir pertemuan atau pembelajaran. Hasil pengamatan atau

observasi selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus III.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran

berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa, penilaian guru,

dan ketiga aspek dalam pembelajaran dengan rincian sebagai berikut:

1) Hasil observasi aktivitas siswa

Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus III

sebanyak 2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 49 dan pertemuan 2

lihat lampiran 50), diperoleh data sebagai berikut:

a) Sebanyak 47 siswa dapat melaksanakan perintah guru.

b) Sebanyak 41 siswa dapat mengerjakan tugas dari guru.

c) Sebanyak 47 siswa membawa buku catatan dan buku paket.

d) Sebanyak 42 siswa memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan guru.

e) Sebanyak 42 siswa memperhatikan petunjuk guru.

f) Sebanyak 46 siswa tidak membuat gaduh atau tidak mengganggu

siswa lain.

g) Sebanyak 47 siswa bertanya pada guru saat pembelajaran.

h) Sebanyak 46 siswa menulis catatan pembelajaran.

i) Sebanyak 47 siswa mengerjakan soal latihan dari guru.

Data hasil observasi aktivitas siswa di atas dapat diperjelas dengan tabel

4.16 dan grafik seperti pada gambar 4.16.

Page 105: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 4.16. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III

No. Aspek yang DiamatiJumlah Siswa

1 Siswa melaksanakan perintah guru (a) 472 Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 463 Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 474 Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 455 Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 446 Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 467 Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 478 Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 469 Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 47

Rata-Rata 46

Gambar 4. 16. Grafik Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III

2) Hasil observasi penilaian guru

Dari data hasil observasi dalam pelaksanaan penelitian siklus III

sebanyak 2 pertemuan (pertemuan 1 lihat lampiran 56 dan pertemuan 2

lihat lampiran 57), diperoleh data sebagai berikut:

a) Guru telah melaksanakan kegiatan pra pembelajaran dengan sangat

baik.

b) Guru memeriksa kesiapan belajar siswa dengan baik.

Page 106: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

c) Apersepsi sangat sesuai dengan materi yang akan diajarkan, guru

juga telah menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

d) Guru menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik.

e) Pembelajaran yang dilaksanakan sangat sesuai dengan kompetensi /

tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

f) Guru dapat menguasai kelas dengan baik.

g) Guru telah melibatkan semua siswa mendemonstrasikan cara

menghitung perkalian dengan berbagai cara.

h) Guru dapat membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan

baik.

i) Guru telah menggunakan bahasa lisan dengan jelas, lancar, dan

dapat dipahami oleh siswa.

j) Guru melaksanakan penilaian setelah proses pembelajaran dengan

baik.

k) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran sudah baik dan sesuai dengan

alokasi waktu.

l) Siswa terlibat dalam menyusun rangkuman pembelajaran.

Data hasil penilaian kinerja guru di atas dapat diperjelas melalui tabel

4.17 dan grafik seperti pada gambar 4.17.

Tabel 4. 17. Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III

Aspek yang DiamatiSkor Siklus III

Pert. 1 Pert. 2Pra Pembelajaran 4,0 4,0Membuka Pembelajaran 3,0 3,5Kegiatan Inti PembelajaranA. Penguasaan materi pembelajaran 3,3 3,6B. Pendekatan / strategi pembelajaran 3,5 3,5C. Pemanfaatan media / sumber pembelajaran 3,6 3,6D. Melaksanakan evaluasi belajar 3,4 3,6E. Penggunaan bahasa 3,5 3,5Penutup 4,0 3,5Rata-Rata Tiap Pertemuan 3,6 3,6Rata-Rata Siklus III 3,6

Page 107: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Gambar 4. 17. Grafik Data Hasil Penilaian Kinerja Guru Siklus III

3) Hasil Pengamatan ketiga aspek meliputi psikomotor, afektif, dan kognitif

yang berupa hasil tes evaluasi.

a) Aspek psikomotor penggunaan media ular tangga perkalian. Aspek

yang diamati meliputi: (1) dapat melempar dadu ular tangga perkalian,

(2) menjalankan bidak ular tangga perkalian, (3) mengerjakan soal

perkalian dalam kotak ular tangga, dan (4) mencapai kotak game pada

ular tangga perkalian. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada

lampiran 21 (pertemuan pertama) dan lampiran 22 (pertemuan kedua).

Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat tabel 4.18.

Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

75 – 78 74,5 – 78,5 76,5 2 4,26%79 – 82 78,5 – 82,5 80,5 2 4,26%83 – 86 82,5 – 86,5 84,5 2 4,26%87 – 90 86,5 – 90,5 88,5 13 27,65%91 – 94 90,5 – 94,5 92,5 3 6,39%95 – 98 94,5 – 98,5 96,5 12 25,53%99 – 102 98,5 – 102,5 100,5 13 27,65%Jumlah 47 100%

Page 108: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Dari tabel 4.18 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.18.

Gambar 4.18. Grafik Data Hasil Pengamatan Psikomotor Siklus III

Berdasarkan grafik 4.18, nilai hasil pengamatan penggunaan media ular

tangga perkalian siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh

nilai 75 – 78 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai

79 – 82 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 83 –

86 sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 87 – 90

sebanyak 13 siswa atau 27,65%. Siswa yang memperoleh nilai 91 – 94

sebanyak 3 siswa atau 6,39%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 98

sebanyak 12 siswa atau 25,53%. Siswa yang memperoleh nilai 99 – 102

sebanyak 13 siswa atau 27,65%.

b) Aspek afektif perilaku berkarakter yang diamati dalam penelitian siklus

III meliputi: (1) kejujuran, (2) membantu teman yang membutuhkan, (3)

berkreasi, (4) tepat waktu, (5) teliti atau cermat, dan (6) tanggung jawab

Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 31 (pertemuan

pertama) dan lampiran 32 (pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-

lampiran tersebut dapat diperjelas seperti pada tabel 4.19.

Page 109: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

70 – 74 69,5 – 74,5 72 1 2,13%75 – 79 74,5 – 79,5 77 1 2,13%80 – 84 79,5 – 84,5 82 2 4,26%85 – 89 84,5 – 89,5 87 8 17,02%90 - 94 89,5 – 94,5 92 9 19,15%95 - 99 94,5 – 99,5 97 7 14,89%

100 -104 99,5 – 104,5 102 19 40,42%Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.19 dapat disajikan seperti pada gambar 4.19.

Gambar 4.19. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Perilaku Berkarakter Siklus III

Berdasarkan gambar 4.19, nilai hasil pengamatan afektif perilaku

berkarakter siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai

70 – 74 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 –

79 sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 84

sebanyak 2 siswa atau 4,26%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 89

sebanyak 8 siswa atau 17,02%. Siswa yang memperoleh nilai 90 – 94

sebanyak 9 siswa atau 19,15%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 99

Page 110: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

sebanyak 7 siswa atau 14,89%. Siswa yang memperoleh nilai 100 – 104

sebanyak 19 siswa atau 40,42%.

c) Aspek afektif keterampilan sosial yang diamati dalam penelitian ini

meliputi: (1) bertanya, (2) menyumbang ide atau pendapat, (3) menjadi

pendengar yang baik, dan (4) bekerja sama. Adapun hasil yang diperoleh

dapat dilihat pada lampiran 41 (pertemuan pertama) dan lampiran 42

(pertemuan kedua). Berdasarkan lampiran-lampiran tersebut dapat dibuat

tabel seperti pada tabel 4.20.

Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

75 – 78 74,5 – 78,5 76,5 1 2,1379 – 82 78,5 – 82,5 80,5 3 6,3883 – 86 82,5 – 86,5 84,5 4 8,5187 – 90 86,5 – 90,5 88,5 11 23,4091 – 94 90,5 – 94,5 92,5 3 6,3895 – 98 94,5 – 98,5 96,5 13 27,6799 – 102 98,5 – 102,5 100,5 12 25,53

Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.20 dapat disajikan grafik seperti pada gambar 4.20.

Gambar 4.20. Grafik Data Hasil Pengamatan Afektif Keterampilan Sosial Siklus III

Page 111: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Berasarkan gambar 4.20, nilai hasil pengamatan afektif keterampilan

sosial siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 65 –

68 sebanyak 8 siswa atau 28%. Siswa yang memperoleh nilai 69 – 72

sebanyak 13 siswa atau 45%. Siswa yang memperoleh nilai 73 – 76

sebanyak 4 siswa atau 14%. Siswa yang memperoleh nilai 77 – 80

sebanyak 4 siswa atau 14%.

d) Aspek kognitif diamati dari hasil tes evaluasi siswa setelah pembelajaran

selesai. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 11.

Berdasarkan hasil nilai kognitif siklus III tersebut dapat diperjelas seperti

pada tabel 4.21.

Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Siklus III

Interval NilaiTepi Interval

KelasTitik Tengah Frekuensi Persentase

70 – 74 69,5 – 74,5 72 1 2,13%75 – 79 74,5 – 79,5 77 4 8,51%80 – 84 79,5 – 84,5 82 1 2,13%85 – 89 84,5 – 89,5 87 14 29,78%90 – 94 89,5 – 94,5 92 4 8,51%95 – 99 94,5 – 99,5 97 15 31,92%

100 – 104 99,5 – 104,5 102 8 17,02%Jumlah 47 100%

Dari tabel 4.21 dapat disajikan dengan grafik seperti pada gambar 4.21.

Gambar 4.21. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas II Materi Perkalian Bilangan Dua Angka Sampai Hasil Seratus Siklus III

Page 112: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Berdasarkan tabel 4.21 dan gambar 4.21, nilai kognitif siswa kelas II

siklus III diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh nilai 70 - 74

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 75 – 79

sebanyak 4 siswa atau 8,51%. Siswa yang memperoleh nilai 80 – 84

sebanyak 1 siswa atau 2,13%. Siswa yang memperoleh nilai 85 – 89

sebanyak 14 siswa atau 29,78%. Siswa yang memperoleh nilai 90 – 94

sebanyak 4 siswa atau 8,51%. Siswa yang memperoleh nilai 95 – 99

sebanyak 15 siswa atau 31,92%. Dan siswa yang memperoleh nilai 100 –

104 sebanyak 8 siswa atau 17,02%

d. Refleksi

Data yang diperoleh melalui tes evaluasi, studi dokumentasi, dan

observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil tes evaluasi,

studi dokumentasi, dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan

tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara mengumpulkan data dari

pertemuan 1 dan 2 selanjutnya dibuat rata-rata, setelah dirata-rata kemudian

dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator

kinerja siklus III yaitu dari aspek psikomotor penggunaan media ular tangga

perkalian siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dari

aspek afektif perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa yang

dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%, dan dari aspek kognitif

siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 40 siswa atau 85%. Adapun data

yang diperoleh seperti pada tabel 4.22.

Tabel 4.22. Data Hasil Penelitian Siklus III

No. AspekSiswa Tuntas

Jumlah Persentase1. Psikomotor 47 100%2. Afektif Perilaku Berkarakter 46 97,87%3. Afektif Keterampilan Sosial 47 100%4. kognitif 46 97,87%

Page 113: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Dari tabel 4.22 dapat diperjelas dengan grafik seperti pada gambar 4.22.

Gambar 4.22. Grafik Data Hasil Penelitian Siklus III

Berdasarkan gambar 4.22 dan indikator kinerja, dapat diuraikan informasi

sebagai berikut:

1) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek psikomotor sebanyak 47 siswa

atau 100%, lebih tinggi dari target capaian yang ditentukan.

2) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif perilaku berkarakter

sebanyak 46 siswa atau 97,87%, sudah sesuai dengan target capaian yang

ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.

3) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek afektif keterampilan sosial

sebanyak 47 siswa atau 100%, sudah sesuai dengan target capaian yang

ditentukan, bahkan lebih tinggi dari target capaian.

4) Siswa yang dinyatakan tuntas dalam aspek kognitif sebanyak 46 siswa

atau 97,87%, lebih tinggi dari target capaian yang ditentukan.

Dari hasil penelitian siklus III, maka peneliti mengulas secara cermat bahwa

dilihat dari hasil pengamatan dan nilai evaluasi yang diperoleh siswa dengan

menggunakan media ular tangga perkalian sudah cukup berhasil. Hal ini

menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan siswa kelas II SDN 06

Page 114: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Ngringo dalam menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus dan peningkatan tersebut sudah memenuhi indikator ketercapaian

siklus III, yaitu 85%. Kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dari siklus I

sampai dengan siklus III selalu mengalami peningkatan dan berhasil

mencapai target indikator yang telah ditentukan, oleh karena itu, peneliti

memutuskan untuk menghentikan penelitian pada siklus III.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus

Hasil tindakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam enam jenis, yang

meliputi hasil tindakan dari aspek kognitif, hasil pengamatan dari aspek

psikomotor, hasil pengamatan dari aspek afektif perilaku berkarakter, hasil

pengamatan dari aspek afektif keterampilan sosial, hasil pengamatan aktivitas

siswa, dan hasil pengamatan kinerja guru. Jenis hasil tindakan dan pengamatan di

atas akan dibandingkan per siklusnya seperti berikut ini.

1. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus

Pada siklus I dari aspek kognitif, siswa yang nilainya ≥ 75 (KKM)

adalah sejumlah 31 siswa atau sekitar 65,96%, pada siklus II jumlahnya

berubah menjadi 43 siswa atau sekitar 91,49%, dan pada siklus III berubah

kembali menjadi 46 siswa atau sekitar 97,87%. Untuk lebih jelasnya,

perbandingan hasil tindakan aspek kognitif antarsiklus dapat dilihat pada tabel

4.23 dan grafik seperti pada gambar 4.23.

Tabel 4.23. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus

Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 31 65,96 %II 43 91,49%III 46 97,87%

Page 115: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Gambar 4.23. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Kognitif Antarsiklus

Dari tabel 4.23 dan gambar 4.23 dapat diketahui bahwa aspek kognitif

pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan

aspek kognitif siswa yang dianalisis melalui hasil tes evaluasi siswa kelas II

dengan materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.

2. Perbandingan Hasil Pengamatan Aspek Psikomotor Antarsiklus

Pada siklus I dari aspek psikomotor, siswa yang nilainya ≥ 75 (KKM)

adalah sejumlah 27 siswa atau sekitar 57,45%, pada siklus II jumlahnya

berubah menjadi 42 siswa atau sekitar 89,36%, dan pada siklus III berubah

kembali menjadi 47 siswa atau sekitar 100%. Untuk lebih jelasnya,

perbandingan hasil tindakan aspek psikomotor antarsiklus dapat dilihat pada

tabel 4.24 dan grafik seperti pada gambar 4.24.

Tabel 4. 24. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Psikomotor Antarsiklus

Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 27 57,45%II 42 89,36%III 47 100%

Page 116: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Gambar 4.24. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek PsikomotorAntarsiklus

Dari tabel 4.24 dan gambar 4.24 dapat diketahui bahwa aspek

psikomotor pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat

meningkatkan aspek psikomotor siswa yang dianalisis melalui hasil

pengamatan pada siswa kelas II saat pembelajaran matematika materi perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus berlangsung.

3. Perbandingan Hasil Pengamatan Aspek Afektif Perilaku BerkarakterAntarsiklus

Pada siklus I dari aspek afektif perilaku berkarakter, siswa yang

nilainya ≥ 75 (KKM) adalah sejumlah 34 siswa atau sekitar 72,34%, pada

siklus II jumlahnya berubah menjadi 43 siswa atau sekitar 91,49%, dan pada

siklus III berubah kembali menjadi 46 siswa atau sekitar 97,87%. Untuk lebih

jelasnya, perbandingan hasil tindakan aspek afektif perilaku berkarakter

antarsiklus dapat dilihat pada tabel 4.25 dan grafik seperti pada gambar 4.25.

Tabel 4. 25. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku BerkarakterAntarsiklus

Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 34 72,34%II 43 91,49%III 46 97,87%

Page 117: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Gambar 4. 25. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Perilaku Berkarakter Antarsiklus

Dari tabel 4.25 dan gambar 4.25 dapat diketahui bahwa aspek afektif

perilaku berkaraker pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum

dapat meningkatkan aspek afektif perilaku berkaraker siswa yang dianalisis

melalui hasil pengamatan pada siswa kelas II saat pembelajaran matematika

materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus berlangsung.

4. Perbandingan Hasil Pengamatan Aspek Afektif Keterampilan Sosial Antarsiklus

Pada siklus I dari aspek afektif keterampilan sosial, siswa yang

nilainya ≥ 75 (KKM) adalah sejumlah 27 siswa atau sekitar 57,45%, pada

siklus II jumlahnya berubah menjadi 43 siswa atau sekitar 91,49%, dan pada

siklus III berubah kembali menjadi 47 siswa atau sekitar 100%. Untuk lebih

jelasnya, perbandingan hasil tindakan aspek afektif perilaku berkarakter

antarsiklus dapat dilihat pada tabel 4.26 dan grafik seperti pada gambar 4.26.

Tabel 4. 26. Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan SosialAntarsiklus

Siklus Jumlah siswa Tuntas PersentaseI 27 57,45%II 43 91,49%III 47 100%

Page 118: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Gambar 4. 26. Grafik Perbandingan Hasil Tindakan Aspek Afektif Keterampilan Sosial Antarsiklus

Dari tabel 4.26 dan gambar 4.26 dapat diketahui bahwa aspek afektif

keterampilan sosial pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum

dapat meningkatkan aspek afektif keterampilan sosial siswa yang dianalisis

melalui hasil pengamatan pada siswa kelas II saat pembelajaran matematika

materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus berlangsung.

5. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus

Pengamatan aktivitas siswa kelas II dilakukan pada saat proses belajar

mengajar matematika materi perkalian bilangan sampai hasil seratus

berlangsung. Pengamatan dilakukan selama tiga siklus dengan hasil yang

diperjelas pada tabel 4.27 dan grafik seperti pada gambar 4.27.

Tabel 4. 27. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus

Aspek yang diamati Jumlah siswaSiklus 1 Siklus 2 Siklus 3

Siswa melaksanakan perintah guru (a) 45 46 47Siswa mengerjakan tugas dari guru (b) 34 41 46Siswa membawa buku catatan dan buku paket (c) 43 46 47Siswa memperhatikan penjelasan materi (d) 33 37 45Siswa memperhatikan petunjuk guru (e) 34 43 44Siswa tidak membuat gaduh/mengganggu teman (f) 42 44 46Siswa bertanya pada guru saat pembelajaran (g) 43 46 47Siswa menulis catatan pembelajaran (h) 39 45 46Siswa mengerjakan soal latihan dari guru (i) 45 46 47Rata-Rata 40 43 46

Page 119: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Gambar 4. 27. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Antarsiklus

Dari tabel 4.27 dan gambar 4.27 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa

pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan aktivitas

siswa.

6. Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus

Pengamatan kinerja guru dilakukan pada saat proses belajar mengajar

matematika materi perkalian bilangan sampai hasil seratus berlangsung.

Pengamatan dilakukan selama tiga siklus dengan hasil yang diperjelas pada

tabel 4.28 dan grafik seperti pada gambar 4.28.

Tabel 4. 28. Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus

Siklus Nilai kinerja guruI 3,4II 3,5III 3,6

Page 120: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Gambar 4. 28. Grafik Perbandingan Hasil Pengamatan Kinerja Guru Antarsiklus

Dari tabel 4.28 dan gambar 4.28 dapat diketahui bahwa kinerja guru

pada tiap siklus hasilnya selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan

kenerja guru.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus

dapat dinyatakan bahwa kemampuan siswa kelas II SDN 06 Ngringo dalam

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan

menggunakan Model Pembelajaran Kuantum meningkat. Selain dapat

meningkatkan kemampuan siswa dari segi kognitif, Model Pembelajaran

Kuantum juga dapat meningkatkan aspek psikomotor dan afektif siswa, aktivitas

siswa, serta dapat meningkatkan kinerja guru.

1. Peningkatan kemampuan siswa dari aspek kognitif

Kemampuan siswa dari aspek kognitif dilihat berdasarkan nilai hasil

tes evaluasi siswa. Siklus pertama, jumlah siswa yang nilainya berhasil

mencapaiatau melebihi KKM 75 ada sebanyak 31 siswa. Pada siklus kedua,

Page 121: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

jumlah siswa tuntas meningkat menjadi 43 siswa, dan pada siklus ketiga

meningkat lagi hingga sebanyak 46 siswa. Dari data-data hasil penelitian ini,

maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-benar dapat

meningkatkan kemampuan siswa dari segi kognitif, yaitu kemampuan dalam

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus.

2. Peningkatan kemampuan siswa dari aspek psikomotor

Selama proses pembelajaran matematika materi perkalian bilangan

dua angka sampai hasil seratus dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kuantum berlangsung, guru juga mengamati siswa dari segi psikomotornya.

Kemampuan psikomotor siswa diamati saat siswa menghitung perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus dengan menggunakan media

pembelajaran berupa sedotan pada siklus I, jarimatika pada siklus II, dan

dengan media ular tangga perkalian pada siklus III. Dan hasilnya, ternyata

selama tiga siklus kemampuan psikomotor siswa selalu mengalami

peningkatan. Pada siklus I ketuntasan psikomotor yang dihitung secara klasikal

mencapai 57,45%. Pada siklus II meningkat menjadi 89,36%. Dan pada siklus

III kembali mengalami peningkatan hingga mencapai persentase 100%. Dari

data-data hasil penelitian ini, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran

Kuantum benar-benar dapat meningkatkan kemampuan siswa dari segi

psikomotor.

3. Peningkatan kemampuan siswa dari aspek afektif

Selama proses pembelajaran matematika materi perkalian bilangan

dua angka sampai hasil seratus dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kuantum berlangsung, guru juga mengamati siswa dari segi afektifnya. Pada

penelitian ini aspek afektif dibedakan menjadi dua, yaitu afektif perilaku

berkarakter dan afektif keterampilan sosial. Kemampuan siswa jika dilihat dari

segi afektif baik perilaku berkarakter maupun keterampilan sosial mengalami

peningkatan tiap siklusnya. Kemampuan siswa secara klasikal dari aspek

afektif perilaku berkarakter pada siklus I mencapai 72,34%. Kemudian pada

siklus II meningkat menjadi 91,49%. Dan pada siklus III ketuntasan klasikal

kembali meningkat hingga mencapai 97,87%. Demikian juga hal nya dengan

Page 122: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

aspek afektif keterampilan sosial. Aspek ini juga mengalami peningkatan tiap

siklusnya. Siklus I tuntas 57,45%, siklus II meningkat menjadi 91,49%, dan

siklus III juga meningkat hingga mencapai 100%. Dari data-data hasil

penelitian ini, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-benar

dapat meningkatkan kemampuan siswa dari segi afektif.

4. Peningkatan aktivitas siswa

Aktivitas siswa juga tidak luput dari pengamatan guru. Karena hal ini

juga dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menghitung perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus. Jumlah siswa yang aktif pada siklus I

sebanyak 40 siswa, siklus II meningkat menjadi 43 siswa, dan pada siklus III

kembali mengalami peningkatan hingga mencapai jumlah 46 siswa.

5. Peningkatan kinerja guru

Aktivitas siswa tidak luput dari pengamatan, demikian juga hal nya

dengan kinerja guru. Kinerja guru perlu diamati sebab akan mempengaruhi

proses belajar mengajar matematika materi perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus dengan menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.

Kinerja guru selama penelitian sebanyak tiga siklus juga mengalami

peningkatan tiap siklusnya. Pada siklus I nilai kinerja guru mencapai nilai 3,4.

Pada siklus II meningkat menjadi 3,5 dan pada siklus III nilai kinerja guru

mengalami peningkatan kembali hingga mencapai nilai 3,6. Dari data-data

hasil penelitian ini, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-

benar dapat meningkatkan kinerja guru.

Penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran

matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus tidaklah

tanpa halangan. Ada beberapa kendala yang menghambat terlaksananya proses

pembelajaran. Diantaranya, memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal

pengadaan media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran dengan

Model Pebelajaran Kuantum. Selain itu Model Pembelajaran Kuantum juga

membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerapannya. Namun demikian,

kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Untuk mengatasi permasalahan mengenai

biaya yang cukup tinggi dalam pengadaan media, guru dapat membuat media

Page 123: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

yang sederhana sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, sehingga dapat

mengurangi biaya yang cukup tinggi. Dan untuk masalah waktu yang cukup

lama, dapat diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal

keterampilan mengelola kelas, sehingga waktu yang tersedia dapat dipergunakan

seefektif mungkin. Dengan adanya cara-cara untuk mengatasi kendala-kendala

tersebut menjadikan Model Pembelajaran Kuantum tetap diterapkan dalam upaya

meningkatkan kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo

adalah dengan penggunaan Model Pembelajaran Kuantum. Hal ini terjadi karena

penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat menjadikan pembelajaran

matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus menjadi

lebih bermakna, sehingga kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka

sampai hasil seratus pada siswa kelas II SDN 06 Ngringo dapat meningkat.

Tindakan pada siklus terakir menyisakan 1 siswa yang nilainya belum

mencapai KKM. Peneliti menindaklanjuti hal ini dengan menyediakan bimbingan

khusus untuk siswa tersebut sepulang sekolah bertempat di perpustakaan sekolah.

Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan meminta anak tersebut

menyelesaikan sebuah soal perkalian dan peneliti mengamati bagaimana anak

tersebut mengerjakannya. Setelah diamati ternyata siswa terebut belum begitu

mengerti bagaimana cara menghitung perkalian. Oleh karena itu, peneliti

memutuskan untuk menjelasakan kembali cara menghitung perkalian yang paling

mudah, yaitu dengan menggambar garis vertikal dan garis horisontal. Setelah

berlatih mengerjakan beberapa soal perkalian, akhirnya siswa tersebut dapat

menghitung perkalian dengan benar walaupun membutuhkan waktu yang agak

lama. Peneliti berpesan kepada siswa tersebut untuk rajin berlatih agar semakin

lancar dalam menghitung perkalian.

Page 124: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 103

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam tiga

siklus selama enam kali pertemuan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

aspek kognitif meningkat dari siklus I 65,96% atau sebanyak 31 siswa, siklus II

sebesar 91,49% (43 siswa) dan siklus III mencapai 97,87 (46 siswa). Aspek

selanjutnya yang mengalami peningkatan ialah aspek psikomotor siswa. Pada

siklus I mencapai 57,45% (27 siswa), siklus II mencapai 89,36% (42 siswa), dan

siklus III mencapai 100% (47 siswa). Aspek afektif siswa juga mengalami

peningkatan. Dalam penelitian ini aspek afektif siswa terbagi menjadi menjadi dua

jenis, yaitu afektif perilaku berkarakter dan afektif keterampilan sosial.

Peningkatan aspek afektif perilaku berkarakter terlihat dari hasil penelitian pada

siklus I 72,34% (34 siswa), siklus II 91,49% (43 siswa), dan siklus III 97,87% (46

siswa). Peningkatan aspek afektif keterampilan sosial terlihat dari hasil penelitian

siklus I, 57,45% (27 siswa), siklus II 91,49% (43 siswa), dan pada siklus III 100%

(47 siswa). Aktivitas siswa juga tidak luput dari pengamatan guru. Jumlah siswa

yang aktif pada siklus I sebanyak 40 siswa, siklus II 43 siswa, dan siklus III 46

siswa. Sama halnya dengan aktivitas siswa, kinerja guru juga mengalami

peningkatan. Peningkatan terlihat dari hasil penelitian pada siklus I nilai kinerja

guru mencapai nilai 3,4, siklus II 3,5 dan siklus III 3,6. Dari data-data hasil

penelitian tersebut, maka terbukti bahwa Model Pembelajaran Kuantum benar-

benar dapat meningkatkan aspek kognitif, psikomotor, afektif, aktivitas siswa, dan

juga kinerja guru, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan kemampuan

menghitung perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus padasiswa kelas II

SDN 06 Ngringo tahun pelajaran 2011/2012.

Model Pembelajaran Kuantum dalam penggunaannya memiliki beberapa

kendala, diantaranya memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan

media pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran dengan Model

Page 125: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Pebelajaran Kuantum. Selain itu Model Pembelajaran Kuantum juga

membutuhkan waktu yang relatif lama dalam penerapannya. Namun demikian,

kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Untuk mengatasi permasalahan mengenai

biaya yang cukup tinggi dalam pengadaan media, guru dapat membuat media

yang sederhana sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, sehingga dapat

mengurangi biaya yang cukup tinggi. Dan untuk masalah waktu yang cukup

lama, dapat diatasi dengan latihan-latihan sebanyak mungkin dalam hal

keterampilan mengelola kelas, sehingga waktu yang tersedia dapat dipergunakan

seefektif mungkin.

B. Implikasi

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kuantum dalam

pembelajaran matematika materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil

seratus. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah model siklus. Prosedur

penelitiannya terdiri dari tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari dua

kali pertemuan. Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2012

sedangkan siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2012. Siklus

II pertemuan 1 dilaksanakan pada 22 Maret 2012 dan pertemuan 2 pada tanggal

29 Maret 2012. Siklus III pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 April

2012, sedangkan pertemuan ke-2 nya dilaksanakan pada tanggal 26 April 2012.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan dalam tiga siklus di atas

terbukti bahwa penggunaan Model Pembelajaran Kuantum dapat meningkatkan

kemampuan menghitung perkalian bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN

06 Ngringo. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan

implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Model

Pembelajaran Kuantum dapat dijadikan alternatif bagi guru dalam upaya

meningkatkan kemampuan menghitung siswa pada pembelajaran matematika

materi perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus, sehingga penelitian

Page 126: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya yang

sejenis.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk menentukan model

pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu,

pengalaman guru dalam mengelola pembelajaran matematika juga bertambah

sehingga meningkatkan kinerja guru dan menambah rasa kepercayaan diri guru

karena telah menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang mampu

melejitkan kemampuan siswa.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan Model

Pembelajaran Kuantum, tentunya ditemukan beberapa kendala atau hambatan-

hambatah tertentu. Oleh karena itu, kreativitas dan keaktifan guru sangat

diperlukan guna mengatasi beberapa kendala atau hambatan tesebut, sehingga

memungkinkan kemampuan siswa khususnya dalam menghitung perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus akan lebih meningkat.

C. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama enam kali pertemuan

yang terbagi menjadi tiga siklus, ada beberapa saran yang dapat dipergunakan

sebagai bahan pertimbangan, antara lain:

1. Bagi Guru

Guru hendaknya meningkatkan kompetensi keprofesionalannya

dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga

siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan

bermakna, salah satunya dengan menggunakan Model Pembelajaran Kuantum.

Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk

mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan

kemampuan siswa. Dalam penyampaian materi guru hendaknya menggunakan

media pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan

terhadap siswa untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan

Page 127: PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK … filePENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM UNTUK MENINGKATKAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

tertentu, serta mampu memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Guru

hendaknya juga harus lebih menghargai segala aktivitas siswa, misalnya

dengan cara memberi nilai dan memberitahukannya pada siswa. Karena dengan

demikian siswa akan merasa bahwa kerja kerasnya dihargai, sehingga siswa

juga akan lebih termotivasi dalam belajar.

2. Bagi Siswa

Siswa hendaknya selalu aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan

keberanian dalam menyampaikan gagasan pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Khususnya pada pembelajaran matematika materi perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus, siswa harus mengikuti petunjuk-

petunjuk guru dan lebih teliti lagi dalam menghitung, sehingga akan

menghasilkan nilai yang maksimal.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran berupa benda

konkret misalnya sedotan atau jari buatan yang dapat digunakan siswa untuk

mempelajari perkalian bilangan dua angka sampai hasil seratus. Dengan

adanya media, akan lebih membantu siswa dalam menghitung perkalian

bilangan dua angka sampai hasil seratus.