penggunaan metode quantum teaching untuk meningkatkan ...

94
i PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1 DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA (SUATU PENELITIAN TINDAKAN KELAS) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Minat Utama : Pendidikan Geografi TESIS Oleh : SAPTANTI RAHAYU NIM : S 880907022 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Transcript of penggunaan metode quantum teaching untuk meningkatkan ...

i

PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1

DITINJAU DARI INTELIGENSIA

SISWA DI SMA NEGERI 7

SURAKARTA

(SUATU PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Minat Utama : Pendidikan Geografi

TESIS

Oleh :

SAPTANTI RAHAYU

NIM : S 880907022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2008

ii

PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1

DITINJAU DARI INTELIGENSIA

SISWA DI SMA NEGERI 7

SURAKARTA

(SUATU PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Disusun Oleh :

SAPTANTI RAHAYUNIM : S 880907022

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd ……………. ……… NIP. 130529725

Pembimbing II Dr. Ch. Muryani, M.Si. ……………. ……… NIP. 131270160

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.PdNIP. 130529725

iii

PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS 1

DITINJAU DARI INTELIGENSIA

SISWA DI SMA NEGERI 7

SURAKARTA

(SUATU PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

Disusun Oleh :

SAPTANTI RAHAYUNIM : S 880907022

Telah disetujui oleh Tim penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Soegiyanto, SU. ………….... ………

Sekretaris Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si ……………. ………

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd ……………. ………

Pembimbing II 2. Dr. Ch. Muryani, M.Si. ……………. ………

Surakarta, Januari 2009

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi PKLH

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. NIP. 131472192

Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd NIP. 130529725

iv

PERNYATAAN

Nama : Saptanti RahayuNIM : S 880907022

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “PENGGUNAAN

METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI

INTELIGENSIA SISWA DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA (SUATU

PENELITIAN TINDAKAN KELAS)” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-

hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan

dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak

benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis

dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2009

Yang membuat pernyataan

Saptanti Rahayu

v

MOTTO

“Orang yang tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak

bermahkotakan pengetahuan”

(Amsal 14 : 18)

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk:

Ibunda tercinta dan keluarga besar Sisworaharjo

Almamater

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan

segala karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis Penelitian

Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 7 Surakarta ini sesuai

dengan jadwal.

Tesis ini dapat terselesaikan dengan bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret sekaligus

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan saran yang

sangat berarti dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Dr. Ch. Muryani, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan

sehingga tesis ini dapat selesai dengan baik

4. Prof. Dr. H. Sugiyanto, SU., selaku Sekretaris dan Ketua Minat Pendidikan

Geografi pada Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup

pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

5. Semua penguji tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang

viii

berkenan menguji dan memberi saran juga membimbing dalam

menyempurnakan tesis ini.

6. Drs. Hj. Sri Kusumaningsih, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 7 Surakarta,

yang telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Rekan-rekan guru dan staf tata usaha SMA Negeri 7 Surakarta yang telah

memberikan dukungan dan motivasinya.

8. Teman-teman seangkatan minat utama Pendidikan Geografi pada Program

Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup angkatan tahun 2007.

9. Siswa-siswi kelas XI IPS-1 yang telah membantu terselenggaranya penelitian

tindakan kelas ini.

10. Kepala Kantor Departemen Pendidikan Nasional Kotamadya Surakarta, yang

telah memberikan izin dan kemudahan dalam penyelesaian tesis ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini sampai selesai.

Semoga Tuhan memberikan balasan kebaikan setimpal dengan semua

amal kebaikan mereka. Sebagai penutup penulis berharap, semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Januari 2009

Saptanti Rahayu

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………....i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………....ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………....iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS…………………………………………....iv

MOTTO…………………………………………………………………………...v

PERSEMBAHAN………………………………………………………………..vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..vii

DAFTAR ISI……………………...…………………………………………......ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………....xiii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....xiv

ABSTRAK…………………………………………….……………………......xvi

ABSTRACT………………………………………………………………...….xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 4

C. Tujuan Penelitian.............................................................. 5

D. Manfaat Penelitian............................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ................................................................. 8

1. Belajar dan Prestasi Belajar ........................................ 8

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar....... 13

3. Metode Pembelajaran ................................................. 13

x

4. Quantum Teaching...................................................... 14

5. Taraf Intelegensia ....................................................... 22

6. Karakteristik dan Materi Geografi SMA ..................... 24

7. Silabus dan Sistem Penilaian Geografi........................ 26

8. Materi Pelajaran Geografi Kelas XI ............................ 27

B. Kerangka Berfikir ............................................................. 29

C. Hipotesis Tindakan ........................................................... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian.............................................................. 31

B. Karakteristik Subjek Penelitian......................................... 32

C. Metode Penelitian ............................................................. 32

D. Data dan Sumber Data ...................................................... 33

E. Teknik Pengumpulan Data................................................ 33

F. Instrumen Penelitian ......................................................... 35

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ............................... 36

H. Teknik Analisis Data ........................................................ 36

I. Indikator Kinerja .............................................................. 37

J. Prosedur Penelitian ........................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 7 Surakarta ...................... 44

B. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas .......................... 46

1. Siklus I ....................................................................... 46

2. Siklus II ...................................................................... 53

xi

C. Hasil Penelitian ................................................................ 60

D. Pembahasan...................................................................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 73

B. Implikasi Penelitian .......................................................... 73

C. Saran-Saran ...................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 76

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 78

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Perkembangan Rerata Nilai Ulangan Harian......................... 2

Tabel 2. Distribusi Intelegensia Menurut Stanford Revision............... 25

Tabel 3. Jadwal Penelitian.................................................................. 31

Tabel 4. Ijazah dan Status Kepegawaian Guru SMA Negeri 7 Surakarta 44

Tabel 5. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 7 Surakarta .................... 45

Tabel 6. Data Prestasi Belajar Siswa .................................................. 61

Tabel 7. Kategorisasi Data Prestasi belajar Siswa............................... 62

Tabel 8. Kategorisasi Prestasi Belajar Siswa Menurut Tingkat Intelegensia 63

Tabel 9. Data Aktivitas Siswa ............................................................ 65

Tabel 10. Kategorisasi Data Aktivitas Siswa ........................................ 66

Tabel 11. Kategorisasi Aktivitas Siswa Menurut Tingkat Intelegensia.. 67

Tabel 12. Data Kemampuan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat .... 69

Tabel 13. Kategorisasi Data Kemampuan Siswa Menyampaikan Pendapat 70

Tabel 14. Kategorisasi Kemampuan Siswa Menyampaikan Pendapat ..Menurut Tingkat Intelegensia ............................................... 71

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran .................................................. 29

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa XI IPS-1 SMA Negeri 7 Surakarta....... 78

Lampiran 2. Rencana Pembelajaran........................................................ 79

Lampiran 3. Gambar-Gambar Materi Flora dan Fauna ........................... 84

Lampiran 4. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ................................... 87

Lampiran 5. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa.................................. 88

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Kemampuan Siswa dalam MenyampaikanPendapat. ............................................................................ 89

Lampiran 7. Angket................................................................................ 90

Lampiran 8. Soal Ulangan Harian I ........................................................ 91

Lampiran 9. Soal Ulangan Harian II ....................................................... 93

Lampiran 10.Panduan Wawancara .......................................................... 95

Lampiran 11.Daftar Kelompok Belajar Siklus I....................................... 96

Lampiran 12.Daftar Kelompok Belajar Siklus II...................................... 97

Lampiran 13.Daftar Nilai Ulangan Siklus I dan Siklus II......................... 98

Lampiran 14.Daftar Nilai Angket ............................................................ 99

Lampiran 15.Daftar Nilai Aktivitas Siswa ............................................... 100

Lampiran 16.Daftar Nilai Kemampuan Menyampaikan Pendapat............ 101

Lampiran 17.Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran dengan Quantum Teaching 102

Lampiran 18.Foto SMA Negeri 7 Surakarta............................................. 103

Lampiran 19. Peta SMA Negeri 7 Surakarta ........................................... 104

xv

Lampiran 20.Surat Ijin Penelitian ............................................................ 105

Lampiran 21.Surat Keterangan Penelitian dari SMA Negeri 7 Surakarta . 106

xvi

ABSTRAK

SAPTANTI RAHAYU. NIM. S 880907022. PENGGUNAAN METODE QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS DITINJAU DARI INTELIGENSIA SISWA DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA (SUATU PENELITIAN TINDAKAN KELAS). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi belajar, aktivitas siswa dan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat melalui metode pembelajaran quantum teaching.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dan tes. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, dengan masing-masing siklus dilakukan dalam 2 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan, bahwa: (1) Pembelajaran Geografi dengan mempergunakan metode pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan semua tingkatan intelegensia dalam mata pelajaran Geografi, (2) Pembelajaran Geografi dengan mempergunakan quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa pada semua tingkatan intelegensia, dan (3) Pembelajaran Geografi dengan metode quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa model pembelajaran quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar, aktivitas dan kemampuan menyampaikan pendapat di muka umum pada siswa dalam mata pelajaran Geografi. Daya serap siswa terhadap mata pelajaran Geografi pada akhir siklus I hanya mencapai 66,6 %, sedangkan pada akhir siklus II mencapai 90,9 %.

xvii

ABSTRACT

SAPTANTI RAHAYU. NIM. S 880907022. THE IMPLEMENTATION OF QUANTUM TEACHING METHOD TO IMPROVE STUDENTS ACHIEVEMENT IN GEOGRAPHY IN ACCORDANCE WITH STUDENTS INTELLIGENCE QUOTIENT FOR XI IPS STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA (A CLASS ACTION RESEARCH). Thesis. Surakarta: Post Graduate Program. Sebelas Maret University. 2009.

The aim of this research is finding out the improvement of students’ achievement, students’ activity, and students’ ability in expressing their idea through the use of quantum teaching method.

The methods used to collect the data are observation, questionaire and test.The class action research is conducted in two cycles. Every cycle is done in two meetings.

Based on the result of the research, it can be shown that: (1) the implementation of quantum teaching method can improve students achievement in Geography in accordance with students intelligence quotient, (2) the implementation of quantum teaching method can improve students’ activity in the teaching and learning process, and (3) the implementation of quantum teaching method can improve students ability to express their idea orally.

Based on those result, it can be concluded that quantum teaching strategycan be used to enhance students’ activity and students’ achievement in Geography.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang

hayat dan mendorong peningkatan kehidupan yang bidang kajiannya

memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia

sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari

eksistensi manusia (Depdiknas, 2000 : 533). Pembelajaran Geografi bukan

hanya untuk menguasai tentang pengetahuan belaka, tetapi juga untuk mampu

menggunakan ilmu yang telah dipelajarinya dan membentuk siswa agar

menjadi warga masyarakat yang percaya diri dalam berperan serta secara

produktif (Depdiknas, 2000 : 47).

Berdasarkan rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran

Geografi memiliki makna penting dalam pembentukan manusia yang

produktif. Namun demikian, berdasarkan pengamatan proses pembelajaran

Geografi di kelas berjalan tidak efektif. Guru lebih mendominasi kelas, siswa

lebih bersifat pasif dan tidak berminat atau termotivasi untuk mempelajari

materi-materi Geografi dengan lebih mendalam. Hal ini berpengaruh terhadap

hasil prestasi yang dicapai oleh siswa yang ditunjukkan melalui nilai ulangan

harian.

Ulangan harian siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Surakarta

menunjukkan ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai. Hal ini ditunjukkan

1

2

dari rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada saat ulangan harian. Sebagian

besar siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM = 66)

yang ditetapkan oleh sekolah. Hal ini terlihat dari rendahnya rerata nilai untuk

kelas tersebut, seperti tersaji pada tabel berikut ini.

Tabel 1.

Perkembangan Rerata Nilai Ulangan Harian

Ulangan Harian I Harian II Harian III

58,45 56,65 57,75 Sumber: Hasil Tes Siswa Tahun 2008

Permasalahan rendahnya prestasi belajar siswa tersebut harus segera

diatasi. Ketuntasan belajar klasikal tidak tercapai berarti tujuan pembelajaran

juga tidak akan tercapai. Oleh karena itu diupayakan proses pembelajaran

yang dapat mengaktifkan siswa secara optimal.

Langkah awal yang dapat dilakukan oleh guru dalam memperbaiki

proses pembelajaran adalah dengan mengubah paradigma teaching menjadi

paradigma learning. Dalam hal ini, guru tidak lagi berperan sebagai

penyampai materi dan siswa bukan berperan sebagai kendi kosong yang akan

diisi oleh guru. Guru seharusnya tidak mendominasi kegiatan pembelajaran,

sedangkan siswa hanya duduk, diam, mendengarkan, mencatat, dan mentaati

segala perlakuan guru.

Dalam paradigma learning, pusat pembelajaran adalah siswa. Dalam

hal ini proses pendidikan menjadi proses bagaimana belajar bersama antara

guru dan anak didik (Sidi, 2000: 25). Guru dalam konteks ini juga termasuk

dalam proses belajar.

3

Paradigma learning juga secara jelas terlihat dalam empat visi

pendidikan menuju abad 21 versi UNESCO. Keempat visi tersebut adalah

(1) learning to think, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan

(4) learning to be.

Keempat visi pendidikan tersebut dapat disimpulkan menjadi learning

how to learn. Dalam hal ini pendidikan tidak hanya berorientasi pada nilai

akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, tetapi juga

berorientasi pada bagaimana seorang siswa bisa belajar dari lingkungan, dari

pengalaman, dan dari alam, sehingga mereka bisa mengembangkan sikap-

sikap kreatif dan daya pikir yang imajinatif.

Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan paradigma

learning adalah pembelajaran dengan quantum teaching. Pembelajaran

quantum teaching merupakan pembelajaran yang berlangsung secara meriah

dengan segala suasananya. Pembelajaran ini lebih terpusat kepada siswa,

dengan metode pembelajaran yang menyenangkan. Pemakaian berbagai alat

bantu seperti penataan bangku yang berbeda-beda, dan musik mampu

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menarik minat siswa untuk

terus mengikuti pembelajaran.

Selain metode pembelajaran, keberhasilan siswa dalam mencapai

prestasi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik faktor dari dalam maupun

faktor dari luar. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah

taraf inteligensia.

4

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa taraf inteligensia seseorang

berpengaruh terhadap kemampuannya menyerap pelajaran atau mengikuti

proses pembelajaran. Hamalik (1992:89) mendefinisikan inteligensia sebagai

kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap berbagai

segi dari keseluruhan lingkungan seseorang. Dalam hubungan ini

dikemukakan konsep yang lebih jauh tentang fungsi inteligensia, yaitu

kemampuan-kemampuan untuk belajar di dalam situasi-situasi yang beraneka

ragam, memahami dan membandingkan fakta-fakta yang luas dan abstrak

dengan cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap masalah-

masalah dan menunjukkan fleksibelitas dan kecerdikan dalam upaya mencari

cara-cara penyelesaian

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa taraf

inteligensia yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda

pula. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa siswa dengan taraf inteligensia

yang rendah akan mencapai prestasi belajar yang berbeda dengan siswa yang

memiliki taraf inteligensia yang tinggi.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memperbaiki proses

pembelajaran di kelas pada mata pelajaran Geografi dan dapat meningkatkan

presatasi belajar siswa. Selain itu, penelitian tindakan kelas ini diharapkan

dapat mengetahui faktor taraf inteligensia terhadap prestasi belajar, aktivitas,

dan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan

prestasi belajar Geografi siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Surakarta dilihat

dari taraf inteligensianya?

2. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan

aktivitas siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Surakarta dalam kegiatan belajar

dilihat dari taraf inteligensianya?

3. Apakah penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan

kemampuan siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Surakarta dalam

menyampaikan pendapat di muka umum dilihat dari taraf inteligensianya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar Geografi siswa kelas XI di SMA

Negeri 7 Surakarta dengan metode quantum teaching dilihat dari taraf

inteligensianya.

2. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas XI di SMA Negeri 7

Surakarta dalam kegiatan belajar dengan mempergunakan metode

quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa kelas XI di SMA Negeri 7

Surakarta dalam menyampaikan pendapat di muka umum dengan metode

quantum teaching dilihat dari taraf inteligensianya.

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat

secara teoretis maupun manfaat praktis sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis.

a. Bagi akademik

Pelaksanaan dan hasil penelitian ini dapat menambah atau

memperkaya kajian teori di bidang ilmu pengetahuan khususnya

mengenai metode pembelajaran.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan atau referensi bagi

peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis baik

bagi guru, maupun siswa, sebagai berikut.

a. Bagi guru

1) Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, guru dapat

mengetahui strategi pembelajaran bervariasi yang lebih baik, lebih

praktis dan hemat waktu, sehingga dapat memperbaiki dan

meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.

2) Guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentunya akan

sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karier guru itu

sendiri.

7

3) Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam upaya untuk

menciptakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.

4) Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan keunikan dan

juga taraf inteligensia masing-masing siswa yang berbeda-beda.

b. Bagi siswa

1) Memberi suasana belajar yang menyenangkan

2) Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan penalaran sehingga

akan meningkatkan pemahaman mereka.

3) Siswa diberi kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat terekam

dengan lebih baik.

4) Siswa diberi kesempatan untuk berani mengemukakan pendapat

sehingga meningkatkan rasa percaya diri mereka.

5) Prestasi belajar siswa dapat meningkat.

6) Sebagai model acuan dalam memberikan pengalaman belajar kepada

siswa dalam menghadapi kurikulum berbasis kompetensi.

8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Prestasi Belajar Geografi

Tirtaraharja (2005: 51) mendefinisikan belajar sebagai aktivitas

pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri

belajar di bawah bimbingan pengajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang telah

dikenal dan bahkan sadar atau tidak boleh dilakukan manusia untuk

mengembangkan pengetahuan dirinya tentang banyak hal. Dengan adanya

perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar.

Proses belajar ini merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan di

luar.

Hilgard dan Bower (dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 12)

menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas atau kegiatan dan penguasaan

tentang sesuatu. Sedangkan menurut ahli lain disebutkan bahwa ”belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku pada

diri seseorang” (Purwanto, 2003: 5). Perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, pemahaman,

sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, serta aspek-aspek lain yang

ada dalam individu yang belajar.

Baharudin dan Wahyuni (2008: 12) menyatakan bahwa belajar adalah

aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam

8

9

dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Dengan

demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Proses belajar akan terjadi apabila siswa melakukan kegiatan untuk

mempelajari segala seasuatu yang ada di lingkungannya, mulai dari manusia,

hewan, tumbuhan, maupun benda-benda lain yang dijadikan bahan belajar.

Setiap aktivitas belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan, yang dapat

berupa tingkah laku, kecakapan, sikap, minat, nilai maupun pola beraktivitas.

Perubahan sebagai hasil belajar biasanya merupakan peningkatan, menjadi

lebih baik.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang definisi belajar tersebut dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan

individu di mana menghasilkan perubahan tingkah laku (dalam pengetahuan

dan pemahaman) tentang suatu hal.

Adapun kata prestasi menurut Zainal Arifin (1990:2:3) berasal dari

bahasa Belanda yaitu ”prestatie”. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi

”prestasi” yang berarti ”hasil usaha”. Menurut Zainal Arifin (1990:2) bahwa

prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perrenial. Dalam

sejarah dan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang

dan kemampuannya masing-masing.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa, berupa pengetahuan,

keterampilan, dan perubahan sikap setelah siswa tersebut mengalami proses

10

belajar. Pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan penilaian hasil

belajar secara menyeluruh. Penilaian adalah suatu proses uintuk mengambil

keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran

hasil belajar baik yang melalui instrumen tes maupun non tes.

Menurut Bloom dalam Arikunto (1998:112) prestasi belajar dibagi

dalam tiga kategori yaitu : kognitif, afektif, dan psikomotorik. Lebih lanjut

Winkel (1996: 245) menguraikan ketiga aspek tersebut sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif meliputi :

1) Pengetahuan. Pengetahuan mencakup ingatan terhadap hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2) Pemahaman. Pemahaman mencakup kemampuan mengungkap makna

atau arti bahan yang sedang dan telah dipelajari.

3) Penerapan. Penerapan mencakup kemampuan menggunakan

ketentuan-ketentuan, prinsip-prinsip, konsep-konsep yang telah

diterimanya.

4) Analisis. Analisis meliputi kemampuan untuk merinci suatu kesatuan

ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami

dengan baik.

5) Sintesis. Sintesis meliputi kemampuan untuk membentuk suatu

kesatuan atau pola yang baru.

6) Evaluasi. Evaluasi merupakan kemampuan kognitif yang tertinggi

tingkatannya. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

11

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, beserta dengan

pertimbangan pendapat berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu.

b. Aspek Afektif meliputi:

1) Penerimaan. Penerimaan adalah kesediaan untuk memperhatikan

rangsangan. Kesediaan ini dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu.

2) Partisipasi. Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara

aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan. Keaktifan ini dinyatakan dalam

memberikan sesuatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

3) Penilaian atau penentuan sikap. Penilaian atau penentuan sikap

meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu

atau membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Kemampuan ini

dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan.

4) Organisasi. Organisasi meliputi kemampuan untuk membentuk suatu

sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

Kemampuan ini dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat

nilai.

5) Pembentukan pola hidup. Pembentukan pola hidup mencakup

kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa

sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas

dalam mengatur kehidupan sendiri. Kemampuan ini dinyatakan dalam

pengaturan hidup di berbagai bidang.

12

c. Aspek Psikomotorik meliputi:

1) Persepsi. Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan

diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan

perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing

perangsang.

2) Kesiapan. Kesiapan meliputi kemampuan untuk menempatkan diri

dalam keadaan akan memulai suatu gerakan, kemampuan ini

dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

3) Gerakan terbimbing. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan

untuk melakukan suatu serangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh

yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan

anggota tubuh.

4) Gerakan yang terbiasa. Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan

untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar.

5) Gerakan kompleks. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk

melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas berbagai

komponen dengan lancar, tepat, dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerakan. Penyesuaian pola gerakan mencakup

kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola

gerak-gerik dengan kondisi setempat.

7) Kreativitas. Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan

pola-pola gerak-gerik baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan

inisiatif sendiri.

13

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 19) membedakan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dalam dua kategori, yaitu (1) faktor internal dan

(2) faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

individu terdiri atas dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, terdiri atas dua, yaitu

faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

Dimyati dan Mudjiono (2002: 238-246) menyatakan proses belajar

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern tersebut adalah (1) sikap terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3)

konsentrasi belajar, (4) mengolah bahan belajar, (5) menyimpan perolehan

hasil belajar, (6) menggali hasil belajar yang tersimpan, (7) kemampuan

berprestasi dan unjuk hasil belajar, (8) rasa percaya diri siswa, (9) inteligensia,

(10) kebiasaan belajar, dan (11) cita-cita siswa.

Faktor ekstern yag mempengaruhi belajar adalah: (1) guru sebagai

pembina siswa belajar, (2) prasarana dan sarana pembelajaran, (3) kebijakan

penilaian, (4) lingkungan sosial siswa di sekolah, dan (5) kurikulum sekolah.

3. Metode Pembelajaran

Mengajar menurut Tirtaraharja (2005: 51) adalah aktivitas

mengarahkan, memberikan kemudahan bagaimana cara menemukan sesuatu

(bukan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar.

Menurut Surakhmad (1982) metode mengajar adalah cara untuk

mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik

14

bagi guru maupun bagi siswa. Langkah memilih metode pembelajaran yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah merupakan hal yang sangat

penting, yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan prestasi belajar

siswa.

Menurut Dahar Wilis (1996: 106) metode pembelajaran merupakan

perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian materi pelajaran,

peralatan, dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran,

guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang

tepat. Kemampuan tersebut sebagai sarana serta usaha dalam menentukan dan

memilih metode pembelajaran untuk menyajikan materi pembelajaran yang

tepat dan sesuai dengan program pembelajaran. Suatu metode pembelajaran

dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan

dengan waktu yang lebih singkat dari metode yang lain.

4. Quantum Teaching

a. Pengertian Quantum Teaching

Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah

dengan segala nuansanya (DePorter et al., 2007: 3). Quantum teaching

menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar melalui

perpaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Quantum

teaching pada awalnya adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi

yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi Super Camp.

15

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Semua kehidupan adalah energi, sedangkan learning artinya belajar.

Belajar bertujuan untuk meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi,

hubungan, dan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Dengan

demikian quantum teaching adalah cara penggubahan bermacam-macam

interaksi, hubungan, dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar

kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar

efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. interaksi ini akan mengubah

kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan

bermanfaat bagi mereka maupun bagi orang lain (DePorter et al., 2007: 5).

Quantum teaching menggabungkan suggestologi, teknik

pemercepatan belajar atau accelerated learning, dan neurolinguistik

dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu (DePorter et al., 2007: 10).

Quantum teaching mengasumsikan bahwa siswa, jika mampu

mempergunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu, akan mampu

membuat loncatan prestasi yang tidak terduga sebelumnya. Dengan

metode belajar yang tepat, siswa dapat meraih prestasi belajar secara

berlipat ganda. Salah satu dari metode ini adalah bahwa belajar harus

mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu

masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan baik.

b. Asas Utama Quantum Teaching

Asas utama atau alasan dasar dari segala strategi, model, dan

keyakinan quantum teaching adalah ”bawalah mereka ke dunia kita, dan

16

antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Dalam hal ini, setiap interaksi

dengan siswa, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode

instruksional dibangun dan dilakukan berdasarkan asas utama tersebut.

Asas utama quantum teaching tersebut menegaskan bahwa pada

pada dasarnya belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia, yaitu

pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh, di samping juga pengetahuan, sikap,

dan keyakinan yang sudah dimiliki atau dianut dan persepsi atau harapan

masa depan.

c. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Quantum teaching memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya

berbicara, (2) segalanya bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian

nama, (4) akui setiap usaha, dan (5) jika layak dipelajari, maka layak pula

dirayakan.

Prinsip tersebut menegaskan bahwa semua hal yang berkaitan

dengan pembelajaran, seperti ruang kelas, buku, kertas, pakaian, bahasa

tubuh, ucapan, dan rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru

memiliki makna dan menyampaikan pesan tentang belajar. Suasana kelas

yang berantakan, buku yang sobek, kertas yang berserakan, dan pakaian

kotor yang dikenakan oleh guru menyampaikan pesan bahwa proses

pembelajarn tidak akan menyenangkan dan menjadi beban.

Lingkungan kelas sangat berpengaruh terhadap proses dan

keberhasilan belajar. Dorothy dalam DePorter et al. (2007: 66)

menyatakan bahwa segala sesuatu dalam lingkungan kelas menyampaikan

17

pesan yang memacu atau menghambat belajar. Penataan meja dan bangku,

pemasangan poster, kebersihan kelas, susunan buku di rak yang rapi, dan

sebagainya memberikan pesan yang dapat memacu atau bahkan

menghambat belajar.

Kegiatan belajar adalah satu hal yang mengandung resiko oleh

karena itu guru perlu memberikan pengakuan atas keberanian siswa dalam

belajar. Setelah melakukan usaha atau kegiatan belajar, maka harus

dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan

meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

d. Delapan Kunci Keunggulan dalam Quantum Teaching

Delapan kunci keunggulan dalam quantum teaching adalah:

1) Integritas

2) Kegagalan awal kesuksesan.

3) Bicaralah dengan niat baik.

4) Hidup di saat ini.

5) Komitmen.

6) Tanggung jawab.

7) Sikap luwes dan fleksibel.

8) Keseimbangan.

Kunci-kunci tersebut dapat ditulis dengan huruf besar dan dipasang

di dinding kelas. Kunci tersebut bukan hanya bermakna sebagai pengingat

atau penyemangat untuk siswa dan guru, tetapi juga sebagai landasan

dalam pembelajaran di kelas. Hal ini berarti bahwa kunci tersebut harus

18

dimasukkan dalam kurikulum, diterapkan dalam pelajaran dan permainan.

Pada akhirnya kunci tersebut akan menjadi kosa kata umum antara guru

dan siswa.

Agar siswa menerapkan kunci-kunci tersebut dalam kegiatan

pembelajaran dan dalam kegiatan sehari-hari, maka guru juga harus

melakukan hal yang sama. Dengan kata lain, guru harus menjadi teladan

dalam penerapan kunci-kunci tersebut. Selain memberikan teladan, guru

dapat mengajarkan kunci-kunci tersebut melalui cerita-cerita atau

perumpamaan yang berkaitan. Kunci-kunci tersebut juga dapat diajarkan

dengan cara disisipkan dalam atau diintegrasikan dengan mata pelajaran

yang sedang dipelajari.

Misalnya adalah dalam menjelaskan materi lingkungan sekitar atau

flora fauna, kunci tersebut dapat disisipkan dengan tangung jawab untuk

memelihara alam semesta, untuk menjaga pepohonan dan

keberlangsungan hewan dan sumber daya alam lainnya sehingga

keseimbangan kehidupan dapat terjaga.

e. Kerangka Perancangan Quantum Teaching

Kerangka perancangan quantum teaching memiliki 5 unsur, yaitu

”TANDUR.” T adalah akronim untuk Tumbuhkan, A adalah Alami, N

adalah Namai, D adalah Demonstrasikan, U adalah Ulangi, dan R adalah

Rayakan. Kerangka ini dimaksudkan untuk menarik siswa dalam belajar

dan berminat pada setiap pelajaran.

19

Unsur pertama adalah Tumbuhkan. Dalam unsur ini terdapat tiga

aktivitas, yaitu melibatkan siswa, menarik siswa, dan memuaskan dengan

memberikan manfaat bagi mereka. Keikutsertaan atau keterlibatan siswa

menciptakan jalinan dan kemampuan saling memahami.

Unsur kedua adalah Alami. Unsur ini memberikan pengalaman

kepada siswa. Guru perlu melakukan permainan atau kegiatan sehingga

siswa mengalami secara langsung dengan memanfaatkan pengetahuan

yang sudah mereka miliki, misalnya adalah pengalaman menanam pohon,

mengidentifikasi tanaman atau hewan. Hal yang penting adalah guru harus

mampu mengkaitkan antara konsep dengan pengalaman atau kehidupan

sehari-hari. Untuk melaksanakan unsur kedua ini, guru dapat memberikan

tugas kelompok atau kegiatan penelitian kepada kelompok untuk

mengaktifkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah mereka miliki

sebelumnya.

Unsur ketiga adalah Namai. Unsur pengalaman harus dilakukan

sebelum pemberian nama. Pengalaman dapat menciptakan ikatan

emosional. Pengalaman juga memberikan pertanyaan mental yang harus

dijawab seperti mengapa dan bagaimana. Pengalaman menciptakan

pertanyaan, membuat siswa penasaran dan kemudian baru dilakukan

pemberian nama. Penamaan dapat dilakukan dengan membuat

perumpamaan atau metafora, misalnya laporan tulisan terdiri dari tiga hal,

pendahuluan, isi dan penutup. Hal ini dapat diumpamakan dengan biskuit

isi seperti Oreo.

20

Unsur keempat adalah Demonstrasikan. Siswa perlu diberi

kesempatan untuk mendemonstrasikan pengetahuan mereka dengan

menerapkannya. Misalnya dengan membuat laporan. Penerapan ini

dilakukan dengan bertahap, latihan demi latihan. Melalui latihan siswa

mengetahui dan mengalami sendiri cara pembuatan laporan yang baik, dan

pada akhirnya siswa akan menguasai cara pembuatan laporan tersebut.

Unsur kelima adalah Ulangi. Unsur ini berkaitan dengan unsur

terdahulu, yaitu demonstrasikan. Pengulangan pembelajaran dapat

memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa ”aku tahu bahwa aku

tahu ini.”

Unsur keenam adalah Rayakan. Setelah pembelajaran usai dan

siswa mampu menjalankan proses pembelajaran dengan baik maka hal

tersebut perlu dirayakan. Perayaan dapat dilakukan dengan bertepuk

tangan, meneriakkan yel-yel atau bernyanyi bersama. Perayaan ini

memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan

kesuksesan.

f. Alat Bantu dalam Pembelajaran dengan Quantum teaching

Pembelajaran dengan quantum teaching membutuhkan berbagai

alat bantu. Namun demikian, alat bantu yang dibutuhkan dalam

pembelajaran adalah alat bantu yang dapat dikreasikan sendiri oleh guru.

Guru harus kreatif dalam memakai alat bantu. Alat bantu tersebut misalnya

adalah tumbuhan, aroma wangi, hewan peliharaan, dan musik. Pemakaian

musik di dalam pembelajaran memiliki pengaruh yang positif, yaitu

21

(1) menata suasana hati, (2) meningkatkan hasil belajar yang diinginkan,

dan (3) menyoroti hal-hal yang penting.

Musik dipakai untuk menata hati. Oleh karena itu pemakaian

musik harus mempertimbangkan aspek yang diinginkan, misalnya musik

dengan nada yang cepat dan riang dipergunakan pada waktu pergantian

jam atau memulai jam pelajaran yang baru. Musik instrumentalia yang

lembut dan nada lambat dapat dipakai untuk menumbuhkan keadaan

refleksi. Jenis musik ini dapat dimainkan pada waktu siswa sedang

membuat jurnal atau menulis esai.

Musik juga dapat dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar.

Misalnya, pada awal diskusi kelas, musik yang keras dapat merangsang

siswa untuk berbicara. Hal ini disebabkan karena suara musik yang keras

membebaskan siswa untuk berbicara tanpa menarik perhatian terhadap diri

mereka. Setelah beberapa saat musik dapat dikecilkan volumenya.

Pergantian antara tugas kelompok dengan tugas individu juga dapat

diiringi dengan musik yang riang. Suara musik yang riang mendorong

siswa untuk segera bangun dan berpindah.

Musik juga dapat dipergunakan untuk menyoroti hal-hal penting.

Misalnya, lagu tema kuis di televisi dapat dipakai untuk menambah kesan

permainan dan ketegangan. Guru dapat memakai beragam efek suara

untuk meningkatkan semangat, merangsang pengalaman, menumbuhkan

relaksasi, dan lain sebagainya.

22

5. Taraf Inteligensia

a. Arti Inteligensia

Kata kecerdasan merupakan padanan kata inteligensia. Kolensik dalam

Slameto (1995:128) melalui Learning Educational Application menyatakan

”In most cases there isa fairly a person’s IQ, the higher the grades he

receives.” Kalimat tersebut mengandung pengertian bahwa pengetahuan

mengenai tingkat kemampuan intelektual atau inteligensia siswa akan

membantu pengajaran yang diberikan, serta meramalkan keberhasilan atau

gagalnya siswa yang bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran yang

diberikan.

Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono (2002: 245)

inteligensia adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk

dapat betindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan

lingkungan secara efisien. Hamalik (1992: 89) mendefinisikan inteligensia

adalah kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap

berbagai ksegi dari keseluruhan lingkungan seseorang.

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 20) mengartikan kecerdasan sebagai

kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan melalui cara yang tepat.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

inteligensia adalah kemampuan yang berisikan kecakapan menyeluruh dari

seseorang untuk bertindak secara bertujuan, berpikir secara rasional dan

23

beradaptasi dengan lingkungan secara efektif di berbagai segi kehidupannya

untuk memecahkan masalah yang muncul dari lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inteligensia

Bayley dikutip oleh Slameto (1995:131) mengemukakan faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan inteligensia individu, yaitu:

1) Keturunan

2) Latar belakang sosial ekonomi

Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor sosial ekonomi

lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan

individu mulai usia tiga tahun hingga remaja.

3) Lingkungan hidup

Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual

yang kurang baik pula..

4) Kondisi fisik

Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik

yang lambat menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.

5) Iklim emosi

Iklim emosi di mana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan

mental individu yang bersangkutan.

c. Tingkatan dan Pengukuran Inteligensia

Masing-masing individu memiliki tingkatan inteligensia yang berbeda-

beda. Para ahli membagi tingkatan inteligensia bermacam-macam, salah

24

satunya adalah menurut Stanford Revisions sebagai berikut (dalam

Baharuddin dan Wahyuni, 2008: 21).

Tabel 2.

Distribusi Inteligensia menurut Stanford Revision

Taraf Inteligensia Klasifikasi

140 – 169 Amat superior

120 – 139 Superior

110 – 119 Rata-rata tinggi

90 – 109 Rata-rata

80 – 89 Rata-rata rendah

70 – 79 Batas lemah mental

20 - 69 Lemah mental

Untuk mengetahui taraf inteligensia seseorang maka diperlukan

pengukuran atau tes yang dikenal dengan tes inteligensia.

6. Karakteristik dan Materi Geografi SMA

Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang

hayat dan mendorong peningkatan kehidupan yang bidang kajiannya

memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia

sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari

eksistensi manusia (Depdiknas, 2000 : 533). Pembelajaran Geografi bukan

hanya untuk menguasai tentang pengetahuan belaka, tetapi juga untuk mampu

menggunakan ilmu yang telah dipelajarinya dan membentuk siswa agar

menjadi warga masyarakat yang percaya diri dalam berperan serta secara

produktif (Depdiknas, 2000 : 47).

25

Standar Kompetensi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang harus

dicapai oleh siswa SMA adalah sebagai berikut.

a. Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi

secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

b. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara

mandiri.

c. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk

pemberdayaan diri.

d. Menunjukkan sikap kompetitif, sportif, dan etos kerja untuk mendapatkan

hasil yang terbaik dalam bidang IPTEK.

e. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah

kompleks.

f. Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai

dengan kekhasan daerah masing-masing.

g. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab.

h. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai

cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi.

i. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis.

j. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

k. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

tinggi.

26

7. Silabus dan Sistem Penilaian Geografi

Menurut Wilson (2001: 24) paradigma pendidikan berbasis kompetensi

mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar

atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik

melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar.

Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada

hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.

Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya

pengembangan silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta mampu

mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan standar yang

ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill.

Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian materi

pelajaran. Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan prinsip yang

berorientasi pada tujuan sampai kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut

maka silabus dan sistem penilaian Geografi dimulai dengan identifikasi,

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan uraian materi pokok,

pengalaman belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk

instrumen, dan contoh instrumen, serta alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.

Silabus dan sistem penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui

kamajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan

balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan

memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Prinsip-prinsip yang harus

27

dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil, dan

objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

8. Materi Geografi di SMA Kelas XI semester 1

Mata pelajaran Geografi kelas XI yang diajarkan pada semester 1

(satu), terdiri dari : (a) Flora dan fauna, (b) penduduk, (c) sumber daya alam,

dan (d) lingkungan hidup. Materi yang dibahas dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah materi flora dan fauna yang terdiri dari : (a) sebaran flora dan

fauna di permukaan bumi, (b) sebaran flora dan fauna di Indonesia, dan (c)

kerusakan flora dan fauna serta dampaknya terhadap kehidupan.

Materi penyebaran flora dan fauna di permukaan bumi terdiri dari (1)

sebaran flora, (2) sebaran fauna, (3) faktor yang mempengaruhi persebaran

flora dan fauna, (4) faktor yang mempengaruhi keberadaan fauna.

Faktor yang mempengaruhi persebaran flora dan fauna adalah: (a)

tanah, (b) relief, (c) iklim, (d) air, (e) biotik, dan (f) kondisi geologi masa lalu.

Jenis flora dunia yang hidup didaratan antara lain adalah (a) hutan

ekuador atau hutan tropik, (b) hutan musim, (c) hutan berdaun jarum, (d)

hutan sabana, (e) hutan stepa, (f) gurun, (g) tundra. Jenis flora yang hidup di

air tawar misalnya adalah eceng gondok, ganggang, dan lumut. Jenis flora

yang hidup di air asin misalnya adalah ganggang biru dan gangang merah.

Fauna di dunia terbagi dalam beberapa region yaitu (a) Region

Palearktik : Wilayah benua Eropa, Uni Sovyet, Jepang, Laut Mediterania, (b)

Region Neotropik: Amerika selatan, Amerika tengah, Meksiko, (c) Region

Nearktik: Amerika utara, Meksiko tengah, Greenland, (d) Region Etiopia:

28

Benua Afrika, gurun sahara, Saudi Arabia, (e) Oriental : India, Indocina,

Malaysia, dan Indonesia, (f) Region Australia : Austalia, Tasmania, Irian, dan

(g) Region Selandia Baru.

Fauna Palearktik yang masih bertahan di lingkungan aslinya misalnya

adalah beruang kutub dan panda. Region Etiopia misalnya adalah unta dan

zebra. Region nearktik misalnya adalah serigala. Region oriental misalnya

adalah harimau dan beruang. Region australia misalnya adalah kanguru.

Region Selandia baru misalnya adalah kiwi dan burung unta.

Materi sebaran flora dan fauna di Indonesia terdiri dari (1) persebaran

flora (2) persebaran fauna, (3) usaha pelestarian flora dan fauna di Indonesia.

Kepulauan Indonesia dibagi menjadi 3 subregion Fauna, yaitu: (1)

Bagian barat (landas kontinen Asia), (2) Bagian Timur (landas kontinen

Australia), dan (3) Bagian Tengah.

Jenis Flora Persebaran berdasarkan faktor Geologi adalah: (1) Flora di

daerah Paparan Sunda misalnya adalah: Flora Endemic ( bunga rafflesia

Arnoldi ), Flora di Pantai timur (Manggrove dan rawa gabut ), dan Flora di

Pantai barat ( Meranti, kemuning, rotan )., (2) Flora di daerah Paparan Sahul

misalnya adalah: hutan hujan tropik di Irian Jaya, jenis PO Metia Pinnata (

metea), dan Pohon sagu serta pohon nipah, dan (3) Flora di daerah Peralihan.

Materi kerusakan flora dan fauna serta dampaknya terhadap kehidupan

terdiri dari (1) kerusakan akibat manusia, (2) kerusakan akbiat bencana alam,

(3) evolusi, dan (4) seleksi alam. Beberapa tindakan manusia yang dapat

merusak flora dan fauna misalnya adalah penebangan hutan, penggunaan

29

teknologi tinggi, penggunaan pupuk dan pestisida, penangkapan ikan dengan

bahan peledak, dan pembuangan limbah industri ke sungai. Kerusakan flora

dan fauna yang disebabkan oleh bencana alam misalnya adalah banjir, angin

taupan, dan gempa bumi.

B. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran konvensional menyebabkan proses pembelajaran

lebih didominasi oleh guru, sehingga siswa menjadi tidak berminat atau

kurang termotivasi untuk belajar. Hasil pembelajaran yang didapat kurang

maksimal atau tidak mencapai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu

diperlukan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada diri siswa,

berjalan secara menyenangkan dan menarik minat siswa. Salah satu metode

pembelajaran tersebut adalah pembelajaran quantum, atau quantum teaching.

Pembelajaran dengan quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas

siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, juga dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

Taraf inteligensia juga berpengaruh terhadap pencapaian belajar

seseorang. Dalam hal ini, semakin tinggi taraf inteligensia semakin besar

kemungkinan individu tersebut untuk berhasil dalam belajar. Namun

demikian, selain taraf inteligensia, proses dan metode pembelajaran juga

berperan penting dalam menciptakan keberhasilan belajar. Dalam hal ini,

proses dan metode pembelajaran mempermudah individu dalam mencapai

keberhasilan belajar, baik individu yang memiliki taraf inteligensia rendah

30

maupun individu yang memiliki taraf inteligensia tinggi. Alur kerangka

pemikiran tersebut dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Tentang Penerapan Pembelajaran

Quantum Teaching

C. Hipotesis Tindakan

1. Metode quantum teaching dapat meningkatkan prestasi belajar Geografi

siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Surakarta dilihat dari taraf

inteligensianya.

2. Metode quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas XI di

SMA Negeri 7 Surakarta dilihat dari taraf inteligensianya.

3. Metode quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI

di SMA Negeri 7 Surakarta dalam menyampaikan pendapat di muka

umum dilihat dari taraf inteligensianya.

Pembelajaran konvensional

Siswa pasifMotivasi belajar rendahPrestasi belajar rendah

Kemampuan menyampaikan pendapat rendah

Metode quantum teaching

Siswa aktifMotivasi belajar tinggiPrestasi belajar tinggi

Kemampuan menyampaikan pendapat meningkat

Taraf inteligensia

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang praktis dan

dilakukan oleh guru pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung

dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar yang

menjadi tanggung jawabnya.

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 7

Surakarta yang terletak di jalan Muh. Yamin Panularan Laweyan Surakarta.

Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu empat bulan, yaitu bulan Agustus

sampai dengan Nopember 2008. Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan

penelitian.

Tabel 3. Jadwal Penelitian

No Tahap Kegiatan Waktu Penelitian

Agustus

September Oktober Nopember

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Penulisan proposal x x

Seminar proposal x x x

Penyusunan bab 1 – 3 x x x x x

Pelaksanaan tindakan kelas x x x x x x

Penyusunan bab 4 – 5 dan bimbingan penulisan

x x x x x x x x

31

32

B. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri

7 Surakarta yang berjumlah 38 orang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 16

siswa laki-laki.

Siswa kelas XI IPS 1 masih mengalami kesulitan dalam belajar

geografi. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas yang tergolong rendah dan

belum mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal. Kesulitan siswa

dalam belajar ini dikarenakan pada penggunaan metode yang kurang sesuai

sehingga sangat berpengaruh pada prestasi siswa.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan-

permasalahan riil yang muncul di kelas selama kegiatan pembelajaran

berlangsung, dengan cara memberikan suatu tindakan. Metode penelitian ini

adalah “Classroom Action Research” atau penelitian tindakan kelas. Dalam

hal ini, tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran dengan mempergunakan

metode quantum teaching.

Penelitian tindakan terdiri atas dua siklus. Materi yang diajarkan dalam

semua siklus adalah sama, yaitu materi flora fauna. Sebelum dilakukan

tindakan terlebih dahulu diberikan pre tes. Setelah tindakan pembelajaran

selesai diberikan tes penguasaan materi dan angket respon siswa terhadap

penggunaan metode quantum teaching.

33

D. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu

siswa, guru, kepala sekolah, peneliti,dan kolaboran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Menurut Marzuki (2001 : 58) dengan metode observasi orang yang

melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

atau fenomena yang diselidiki. Metode ini memiliki kebaikan sebagai

berikut :

a. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu terjadinya peristiwa atau

terlihat gejala tertentu

b. Tidak tergantung pada jawaban responden, maka lebih objektif dan

lebih teliti

Observasi yang dilakukan yaitu melalui cara pengamatan berperan

serta. Artinya peneliti mengadakan pengamatan sekaligus berperan serta

sebagai guru. Pengamatannya dilakukan secara terbuka dengan diketahui

oleh subyek, sedangkan sebaliknya para subyek dengan suka rela

memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa

yang terjadi.

Alat yang digunakan dalam metode observasi ini adalah catatan

lapangan. Pengamatan dalam hal ini relatif bebas membuat catatan apa

saja yang dikehendaki. Catatan yang dibuat dalam pengamatan berupa

34

laporan langkah-langkah peristiwa dan catatan tentang gambaran yang

singkat. Hal yang diamati di antaranya adalah aktivitas siswa di dalam

kelas, aktivitas guru atau pelaku peneliti, kondisi kelas, dan aktivitas siswa

di dalam kerja kelompok.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban (Moleong,

2001 : 63).

Melalui wawancara ini diharapkan data yang diungkap lebih

mendalam. Wawancara dilakukan secara terbuka, artinya para subyek tahu

bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud

wawancara tersebut. Selama wawancara pencatatan data adalah hal

penting yang harus dilakukan peneliti. Pencatatan tersebut merupakan

dasar yang akan dianalisis dari hasil wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara informal di luar

jam pelajaran. Wawancara hanya dilakukan pada siswa tertentu, misalnya

siswa yang sangat aktif, siswa yang tidak aktif, siswa yang suka

mengganggu teman yang lain, siswa yang suka membuat gaduh.

Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui alasan-alasan atau latar

belakang tindakan yang mereka lakukan, misalnya siswa yang tidak aktif

dalam diskusi kemungkinan karena takut atau rendah diri. Pemahaman

karakteristik masing-masing siswa melalui wawancara tersebut diharapkan

35

dapat memberikan acuan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

3. Angket

Angket dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai respon siswa

terhadap pembelajaran Geografi dengan mempergunakan metode quantum

teaching. Siswa dianggap suka atau tertarik dengan penerapan metode

quantum teaching jika 85 % siswa menyatakan menyukai metode

pembelajaran quantum teaching. Angket ini diberikan kepada siswa untuk

diisi pada akhir siklus II.

4. Tes

Instrumen tes dipergunakan untuk mengetahui perkembangan prestasi

siswa dalam mata pelajaran Geografi pada siklus I dan siklus II. Tes

ulangan harian tersebut dilaksanakan pada akhir siklus I dan akhir siklus

II.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa

2. Lembar pengamatan aktivitas guru

3. Lembar pengamatan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di

muka umum

4. Angket

5. Soal tes

36

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipercaya kebenarannya,

maka dilakukan uji validitas terhadap data yang terkumpul. Teknik pengujian

validitas data dilakukan dengan mempergunakan teknik triangulasi data.

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding data (Wiriatmadja, 2007: 168). Teknik triangulasi yang

akan dilakukan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber data

lainnya, misalnya membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil

pengamatan, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

H. Teknik Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dalam penelitian baik melalui angket,

observasi, tes, dan wawancara selanjutnya dianalisis dengan mempergunakan

teknik analisis data interaktif dalam tiga tahap.

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data ini

berlangsung terus menerus selama pelaksanaan penelitian sampai

penelitian berakhir.

37

2. Sajian data

Sajian data dapat diartikan sebagai penyajian dari sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Pada tahap ini informasi-informasi yang telah

diperoleh selama pendidikan disusun untuk mempermudah dalam

penarikan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan

Merupakan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Dari awal

pengumpulan data sudah ada pernyataan yang digunakan sebagai arahan-

arahan untuk mengambil suatu kesimpulan sementara.

Reduksi data, penyajian data penarikan kesimpulan/verifikasi

sebagai sesuatu yang berinteraksi pada saat sebelum, selama dan sesudah

pengumpulan data. Ketiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan

data merupakan analisis interaktif.

I. Indikator Kinerja

1. Bagi siswa

Pelaksanaan tindakan dapat dikatakan berhasil jika memenuhi

target yang telah ditentukan yaitu siswa yang mengalami ketuntasan

belajar. Belajar siswa dikatakan tuntas yaitu lebih dari 65% untuk individu

dan lebih dari 75% untuk klasikal. Dengan kata lain belajar dalam tes

formatif dikatakan tuntas jika 75% dari jumlah siswa dalam satu kelas

mendapat nilai lebih dari 65 atau 65%.

38

2. Pada aspek proses

a. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan

metode quantum teaching dapat meningkat.

b. Kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum

dapat meningkat.

J. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ada langkah-langkah yang

harus dilaksanakan yaitu penetapan fokus masalah, perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi analisis dan refleksi. Masing-

masing dari langkah-langkah tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penetapan Masalah

Penetapan fokus masalah berawal dari permasalahan yang dianggap

menghalangi tujuan pembelajaran, sehingga berdampak tidak baik

terhadap kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar. Peneliti

menetapkan fokus permasalahan yang tepat berdasarkan observasi yang

telah dilakukan.

2. Perencanaan Tindakan

Menetapkan kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan,

terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut :

a. Menetapkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang digunakan

untuk kegiatan penelitian yaitu pokok bahasan flora dan fauna.

b. Membuat rencana pembelajaran

c. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu:

39

1) Lembar kerja siswa Geografi kelas XI

2) Buku paket Geografi kelas XI

3) Buku Geografi kelas XI yang relevan

4) Kaset-kaset dengan berbagai jenis musik

5) Gambar-gambar dan majalah (lampiran 3 )

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar

mengajar yang sedang dilaksanakan (lampiran 4, 5, dan 6)

e. Menyiapkan lembar angket untuk mendapatkan informasi pendapat

siswa tentang penggunaan metode quantum teaching (lampiran 7)

f. Menyiapkan alat evaluasi berupa soal-soal tes untuk keperluan

penelitian hasil atau prestasi belajar siswa (lampiran 8 dan 9)

3. Implementasi Tindakan

a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan menggunakan

metode quantum teaching.

1) Pembukaan

(a) Mengingatkan kembali materi terdahulu

(b) Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran

(c) Memberikan pre tes

(d) Membentuk kelompok secara heterogen.

2) Kegiatan Inti

(a) Guru memberikan penjelasan tentang garis besar materi dan

kegiatan yang akan dilaksanakan.

(b) Guru menyampaikan materi melalui VCD.

40

(c) Guru meminta siswa melakukan diskusi secara berkelompok

dan membuat rangkuman materi.

(d) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa.

3) Penutup

(a) Guru bersama peserta didik merangkum hasil kegiatan diskusi

(b) Guru memberikan penilaian kepada masing-masing kelompok

dan memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

(c) Guru memberikan kuis

(d) Guru menyampaikan tugas mempelajari meteri lanjutan

(e) Guru memberikan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa.

(f) Guru memberikan angket untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran Geografi.

4. Pengamatan dan Evaluasi

a. Pemantauan

Pemantauan tindakan penelitian menggunakan dua alat yaitu observasi

dan angket siswa.

1) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam observasi sebagai

berikut :

a) Pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru Geografi

b) Mencatat semua hasil pengamatan kedalam lembar observasi

c) Mendiskusikan dengan guru Geografi yang lain terhadap hasil

pengamatan setelah proses belajar mengajar selesai

d) Membuat kesimpulan hasil pengamatan

41

2) Langkah-langkah yang harus dilakukan terhadap angket yang telah

diisi oleh siswa sebagai berikut :

a) Membagikan lembar angket untuk diisi siswa setelah

pertemuan selesai dilaksanakan

b) Mengumpulkan lembar angket yang telah diisi oleh siswa

c) Membuat kesimpulan hasil angket siswa

b. Evaluasi

1) Menyiapkan alat-alat evaluasi soal-soal tes

2) Melaksanakan evaluasi dilakukan setelah kegiatan belajar

mengajar

3) Melaksanakan analisis hasil evaluasi

5. Analisis dan Refleksi

a. Analisa

Langkah-langkah dalam kegiatan analisis dapat dilakukan sebagai

berikut :

1) Menganalisis motivasi siswa pada lembar angket

Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar dinyatakan menarik apabila ada 85 % dari seluruh siswa

menyatakan tertarik dengan metode quantum teaching.

2) Memasukkan hasil pengamatan oleh guru pada lembar monitoring.

Apabila hasil pengamatan siswa mengikuti pelajaran dengan baik,

yaitu siswa aktif dalam mengerjakan tugas kelompok maupun

fokus aktif mengerjakan tugas yang diberikan baik tugas kelompok

42

maupun individu dan siswa merespon dengan baik pembelajaran

Geografi kelas XI.

b. Refleksi

Refleksi dalam penelitian tindakan ini adalah memikirkan ulang untuk

mencari dan menemukan kekurangan-kekurangan yang dilakukan

mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan tindakan kelas.

Refleksi dilaksanakan agar tidak terjadi kesalahan yang terulang pada

tindakan kelas berikutnya.

6. Perencanaan tindak lanjut

Dari keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan yang

ada dalam refleksi maka peneliti dengan guru mitra mengadakan diskusi

untuk mengambil tindakan perbaikan berikutnya dalam proses kegiatan

belajar mengajar yang dilaksanakan peneliti. Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa yang

lebih optimal dari proses pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian

dapat diketahui sampai mana respon siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran dengan metode quantum teaching dalam pembelajaran

Geografi kelas XI IPS 1 SMA Negeri 7 Surakarta.

7. Perencanaan Siklus I

Satu siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dalam siklus I pokok bahasan

yang akan dibahas adalah flora fauna dengan waktu dua jam pelajaran (2 x

45 menit). Tindakan pertama, guru membagi siswa menjadi 8 kelompok

dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 orang. Guru memberikan

43

tugas baca secara berpasangan kepada kelompok. Setelah tugas baca

selesai guru memberikan tugas merangkum materi secara berkelompok

dengan mengambil dari berbagai bahan, buku paket, majalah, maupun dari

koran dan kliping. Setelah tugas merangkum selesai, dilakukan diskusi

kelompok untuk memilih topik makalah yang akan ditulis oleh kelompok

tersebut sebagai tugas pada pertemuan selanjutnya.

8. Perencanaan Siklus II

Satu siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dalam siklus II dibahas pokok

bahasan flora fauna dengan waktu dua jam pelajaran (2 x 45”) dengan

melihat hasil refleksi dari pembelajaran yang pertama, selanjutnya

diadakan perencanaan pembelajaran dengan perbaikan guna meningkatkan

kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada proses pembelajaran.

Dengan perbaikan-perbaikan ini diharapkan pada siklus kedua ini dapat

diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siklus pertama.

Tindakan pada siklus kedua ini sangat memperhatikan kekurangan dan

kelemahan yang ada pada siklus pertama serta diusahakan cara

mengatasinya, misalnya memberikan bimbingan terbatas dalam masalah

penyusunan laporan penelitian dan dalam tata cara berdiskusi.

Dengan perbaikan-perbaikan ini diharapkan pada siklus kedua ini dapat

diperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan siklus pertama. Pada siklus

ini guru menyampaikan kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran

pada siklus pertama dan mengharapkan dan mengusulkan perbaikan-

perbaikan sehingga jalannya siklus II dapat lebih baik.

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 7 Surakarta

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMU Negeri 7 Surakarta

di Jalan Mr. Muh. Yamin 79 Surakarta. Kondisi fisik SMA Negeri 7 Surakarta

termasuk dalam kategori bagus. SMA ini terletak pada lokasi yang strategis

dan mudah dijangkau dengan sarana transportasi umum.

Sekolah ini didukung oleh tenaga pengajar dengan tingkat pendidikan

Sarjana S-1 dan latar belakang pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang

diampu. Jumlah keseluruhan guru 68 delapan orang yaitu guru Pegawai

Negeri Sipil (PNS) sebanyak 58 orang dan guru Calon Pegawai Negeri Sipil

(CPNS) sebanyak 10 orang seperti tercantum dalam tabel 4 sebagai berikut.

Tabel 4.

Ijazah dan Status Kepegawaian Guru SMA Negeri 7 Surakarta

No IjazahStatus Kepegawaian

Guru PNS Guru CPNS1 S3/S2 6 -

2 S1 52 10

3 D3 - -

4 SLTA - -

Jumlah 58 10

Sumber: Dokumen SMA Negeri 7, Tahun 2008

Selain dukungan sumber daya manusia yang berkualitas, SMA ini juga

didukung oleh sarana dan prasarana yang baik seperti dalam tabel 5 berikut.

44

45

Tabel 5.

Sarana dan Prasarana SMA Negeri 7 Surakarta

No Sarana/Ruang JumlahLuas(m2)

Kondisi Baik Rusak

1 Ruang Teori/Kelas 27 1896 √ -

2 Laboratorium

a. Laboratorium Biologi 1 70 √ -

b. Laboratorium Fisika 1 60 √ -

c. Laboratorium Kimia 1 90 √ -

d. Laboratorium IPS 1 90 √ -

e. Laboratorium Bahasa 1 90 √ -

f. Laboratorium Komputer 2 180 √ -

3 Ruang Perpustakaan 1 90 √ -

4 Ruang Tata Usaha 1 90 √ -

5 Ruang Guru 1 270 √ -

6 Ruang Kepala Sekolah 1 30 √ -

7 Ruang BK/BP 1 90 √ -

8 Ruang UKS 1 24 √ -

9 Ruang Koperasi Siswa 1 20 √ -

10 Ruang Kamar Mandi/WC Guru 3 45 √ -

11 Ruang Kamar Mandi/WC Murid 12 120 √ -

12 Ruang Kantin 3 60 √ -

13 Ruang Ibadah 2 132 √ -

14 Ruang OSIS 1 12 √ -

15 Ruang Serba Guna 1 200 √ -

16 Ruang Gudang 1 35 √ -

17 Rumah penjaga sekolah 1 45 √ -

Sumber: Dokumen SMA Negeri 7, Tahun 2008

46

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa seluruh fasilitas primer

sudah tersedia bagi kelancaran proses belajar mengajar, seperti ruang kelas,

laboratorium, perpustakaan, tempat ibadah, ruang olah raga, dan lain

sebagainya. Keberadaan berbagai sarana dan prasarana tersebut

mempermudah guru menjalankan tugasnya dalam menyelenggarakan proses

pembelajaran.

B. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus I ini guru selaku peneliti telah

melakukan perencanaan dan persiapan. Hal pertama yang dilakukan

oleh peneliti adalah mengamati proses pembelajaran di kelas untuk

mengetahui permasalahan yang terjadi dan perlu diperbaiki melalui

penelitian tindakan kelas. Setelah dilakukan pengamatan, peneliti

menetapkan tiga permasalahan yang perlu segera diperbaiki, yaitu (1)

prestasi belajar, (2) aktivitas siswa, dan (3) kemampuan dalam

menyampaikan pendapat.

Setelah menetapkan permasalahan yang akan diteliti, peneliti

mempersiapkan berbagai peralatan, bahan, dan sarana yang diperlukan

di antaranya adalah:

1) Menetapkan materi yang akan dipelajari.

2) Menyusun rencana pembelajaran.

3) Mempersiapkan lembar kegiatan untuk siswa.

47

4) Mempersiapkan peralatan yaitu:

(a) buku Geografi kelas XI,

(b) media pembelajaran Video Cassette Disk (VCD),

(c) gambar-gambar flora dan fauna baik flora fauna Indonesia

maupun flora fauna dunia,

(d) kaset musik instrumentalia untuk penghantar pembelajaran

(e) buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

5) Membuat lembar pengamatan aktivitas siswa.

6) Membuat lembar pengamatan kemampuan siswa dalam

menyampaikan pendapat

7) Membuat soal ulangan untuk siklus I.

8) Menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

melaksanakan tindakan pembelajaran dengan quantum teaching.

9) Menyusun jadwal kegiatan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan quantum teaching

pada siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama pada hari

Rabu tanggal 10 September 2008 pada jam pelajaran ke 3 dan 4 atau

mulai pukul 08.00 sampai dengan 09.30 WIB. Pertemuan kedua dalam

siklus I adalah pada hari Rabu tanggal 17 September 2008 pada jam

pelajaran ke 3 dan 4 atau mulai pukul 08.00 sampai dengan 09.30

WIB. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam 2 x 45 menit. Masing-

masing pertemuan terdiri dari tiga tahap yaitu pembukaan, kegiatan

48

inti, dan penutup. Letak dan posisi kursi dirubah-rubah sesuai dengan

jenis kegiatan, misalnya pada waktu penjelasan dari guru, posisi kursi

berjajar seperti biasa, pada waktu belajar berkelompok posisi kursi

lingkaran sesuai dengan kelompok masing-masing.

1) Pertemuan 1

(a) Pembukaan

Guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai pentingnya

mempelajari Geografi bagi kehidupan semesta. Selanjutnya

guru menjelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa dan indikator-indikatornya.

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

pertemuan tersebut. Guru memberikan pre test untuk

mengetahui pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan

dipelajari.

(b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi tentang flora dan fauna dunia dengan

mempergunakan media VCD. Siswa membuat kelompok yang

terdiri dari 8 orang. Masing-masing kelompok belajar bersama,

saling memberi pertanyaan dan jawaban. Guru memberikan

pertanyaan secara acak kepada siswa dari berbagai kelompok.

49

(c) Penutup

Guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya jika ada materi yang belum dipahami.

2) Pertemuan 2

(a) Pembukaan

Guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai pentingnya

mempelajari Geografi bagi kehidupan semesta. Selanjutnya

guru menjelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa dan indikator-indikatornya.

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

pertemuan tersebut.

(b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi tentang flora dan fauna dunia dengan

mempergunakan media VCD.

Siswa secara berkelompok mendiskusikan mengenai materi,

membuat rangkuman dan mempresentasikan hasilnya di depan

kelas. Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa

dari masing-masing kelompok.

(c) Penutup

Guru mengajak siswa menyimpulkan materi yang telah

dipelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang belum dipahami. Guru

50

membagikan soal post test. Guru memberikan penghargaan

kepada kelompok terbaik.

c. Observasi

Guru selaku peneliti bersama guru kolaboran mengamati

jalannya proses pembelajaran dengan mempergunakan quantum

teaching. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut.

1) Siswa terlihat antusias meskipun sebagian masih terlihat bingung

dengan kegiatan kelompok.

2) Sebagian besar siswa tampak mencatat penjelasan dan keterangan

yang diberikan oleh guru melalui media VCD.

3) Terdapat 5-7 siswa laki-laki yang sering mondar-mandir

mengganggu teman dari kelompok lain.

4) Pemberian musik yang berbeda-beda pada setiap kegiatan

ditanggapi antusias oleh siswa.

5) Pada kegiatan diskusi suasana kelas sangat gaduh. Karena berisik,

masing-masing siswa harus bersuara keras agar teman dalam

kelompoknya dapat mendengar.

6) Terdapat satu kelompok diskusi yang tidak aktif. Meskipun guru

sudah banyak mendorong atau memfasilitasi berjalannya diskusi,

tetapi diskusi dalam kelompok tersebut tidak dapat berjalan baik.

7) Siswa yang mau atau berani dengan suka rela ikut dalam diskusi,

mengajukan pendapat atau menyanggah pendapat teman yang lain

masih terbatas.

51

8) Kegiatan diskusi banyak didominasi oleh siswa yang termasuk

pintar.

9) Siswa masih belum memahami atau hafal dengan peraturan yang

dibuat.

10) Siswa masih belum memahami langkah atau kegiatan yang harus

dilakukannya.

11) Hasil post test prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan dari

hasil pre test.

12) Hasil post test atau ulangan harian pada akhir siklus I menunjukkan

masih terdapat 7 orang siswa yang memperoleh nilai di bawah

standar ketuntasan belajar minimal, yaitu 65.

13) Aktivitas siswa terlihat meningkat dibandingkan dengan kondisi

sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran quantum teaching.

Tetapi sebagian siswa laki-laki cenderung lebih pasif dibandingkan

dengan siswa perempuan. Siswa laki-laki lebih banyak hanya

mendengarkan dan tidak bersuara atau berpartisipasi dalam

kegiatan kelompok.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil pengamatan selama proses pembelajaran selanjutnya

dianalisis dan dilakukan refleksi. Hasil analisis dan refleksi adalah

sebagai berikut.

1) Guru perlu menekankan agar siswa memanfaatkan penjelasannya

untuk memahami dan menjalankan kegiatan selanjutnya.

52

2) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bebas

berbicara tetapi tetap dengan aturan agar suasana kelas tidak terlalu

gaduh atau bising. Guru dapat membuat aturan sinyal kebisingan

nol dan mengaitkannya dengan penghargaan kelompok.

3) Guru perlu membuat daftar aturan dan daftar urutan atau langkah

kegiatan dan ditempel di depan kelas sehingga masing-masing

siswa dapat dengan mudah melihat jika diperlukan.

4) Untuk mengatasi siswa yang suka gaduh dan mengganggu teman

yang lain, guru perlu memberikan dorongan atau tindakan tertentu

agar semua siswa mengetahui kewajiban dan melaksanakan

kewajibannya.

5) Pemberian musik Koes Plus dengan volume yang sedang pada

kegiatan diskusi pada awalnya membantu siswa yang kurang

percaya diri dalam mengungkapkan gagasan, tetapi juga

memberikan efek gaduh, karena masing-masing siswa dituntut

untuk bersuara keras. Pemakaian musik perlu mempertimbangkan

volumenya. Guru perlu mengganti jenis musik dengan yang lebih

lembut misalnya lagu Bengawan Solo atau lagu Jembatan Merah.

6) Untuk mendorong siswa mau berpartisipasi dalam diskusi, guru

perlu memberikan insentif bagi siswa yang berani mengajukan

pendapat, bertanya atau menyanggah pendapat teman.

7) Kelompok diskusi yang tidak aktif merupakan kelompok diskusi

dengan semua anggota laki-laki. Guru perlu mengubah

53

keanggotaan kelompok tersebut dengan mengurangi sebagian

anggota dan menggantinya dengan siswa perempuan.

8) Untuk mengatasi siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran

secara keseluruhan maupun dalam kelompok belajar, guru perlu

memberikan dorongan dan memotivasi siswa untuk lebih aktif.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II ini guru melakukan perencanaan tindakan

pembelajaran dengan quantum teaching dengan berdasarkan pada hasil

analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hal

ini dimaksudkan untuk memperbaiki pelaksanaan siklus I, sehingga

kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diperbaiki dan

disempurnakan pada siklus II. Hal-hal yang perlu diperbaiki pada

siklus II adalah:

1) Tingkat kegaduhan agar dapat dikurangi dengan mempergunakan

sinyal kebisingan nol

2) Meningkatkan kesadaran siswa terhadap kewajiban dan tugas

masing-masing.

3) Mempersiapkan musik instrumentalia yang bersifat semangat tetapi

tidak terlalu gaduh.

4) Membuat daftar aturan yang ditempel di depan kelas

Selain itu, peneliti melakukan persiapan pelaksanaan tindakan

pada siklus II di antaranya adalah:

54

1) Mempersiapkan materi yang akan dipelajari, bahan, dan peralatan

yang dibutuhkan seperti buku dan media VCD.

2) Menyusun rencana pembelajaran.

3) Mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas dan lembar

pengamatan kemampuan dalam menyampaikan pendapat.

4) Mempersiapkan lembar kegiatan untuk siswa

5) Mempersiapkan soal ulangan untuk siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Seperti pada siklus I, siklus II juga dilaksanakan dalam 2 pertemuan.

Pertemuan pertama adalah pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2008

jam ke 3 – 4 atau mulai pukul 08.00 – 09.30 WIB. Pertemuan kedua

dalam siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 29 Oktober 2008

jam ke 3 – 4 atau mulai pukul 08.00 – 09.30 WIB.

1) Pertemuan 1

(a) Pembukaan

Guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai pentingnya

mempelajari Geografi bagi kehidupan semesta. Selanjutnya

guru menjelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa dan indikator-indikatornya.

Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada

pertemuan tersebut. Guru menjelaskan kekurangan yang ada

pada siklus I dan memberikan jalan keluar dan harapan kepada

siswa untuk bersama-sama memperbaiki kekurangan tersebut.

55

Guru mengubah susunan keanggotaan kelompok, yaitu dengan

mengganti sebagian anggota pada kelompok 2 dengan siswa

perempuan.

(b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi tentang flora dan fauna dunia dengan

mempergunakan media VCD.

Siswa belajar di dalam kelompok, mengerjakan lembar

kegiatan siswa secara bersama-sama dalam kelompok,

membuat rangkuman materi untuk didiskusikan di kelas.

Selanjutnya siswa berdiskusi dalam diskusi kelas. Pada

kegiatan diskusi kali ini, guru memberikan insentif berupa

penghargaan kepada kelompok dengan jumlah siswa yang

paling banyak berpartisipasi dalam diskusi baik mengajukan

pendapat, bertanya, menyanggah atau menjawab pertanyaan

teman. Insentif tersebut dimaksudkan untuk mendorong siswa

yang lain berpartisipasi dalam diskusi, dan bukan hanya

didominasi oleh siswa yang pintar.

(c) Penutup

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang

telah dipelajari. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya materi yang belum jelas atau belum dipahami. Guru

memberi tugas untuk dikerjakan di rumah. Guru memberikan

penghargaan kepada kelompok terbaik.

56

2) Pertemuan 2

(a) Pembukaan

Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari

Geografi. Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi

dasar yang harus dicapai oleh siswa setelah mempelajari materi

tersebut beserta indikator-indikatornya. Guru menjelaskan

kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari tersebut.

(b) Kegiatan Inti

Siswa masih tetap belajar di dalam kelompok masing-masing.

Guru menjelaskan materi tentang flora dan fauna dunia dengan

mempergunakan media VCD. Siswa masih tetap mengulangi

kegiatan pada pertemuan pertama pada siklus kedua, yaitu

siswa belajar di dalam kelompok, mengerjakan lembar kegiatan

siswa secara bersama-sama dalam kelompok, membuat

rangkuman materi untuk didiskusikan di kelas. Selanjutnya

masing-masing kelompok mempresentasikan rangkuman yang

telah dibuat di depan kelas. Siswa dari kelompok lain

diperbolehkan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada

kelompok yang sedang mempresentasikan laporannya di depan

kelas. Pada kegiatan diskusi kali ini, guru juga masih

memberikan insentif berupa penghargaan kepada kelompok

dengan jumlah siswa yang paling banyak berpartisipasi dalam

57

diskusi baik mengajukan pendapat, bertanya, menyanggah atau

menjawab pertanyaan teman.

(c) Penutup

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang

telah dipelajari. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

bertanya materi yang belum jelas atau belum dipahami. Guru

memberikan soal ulangan untuk dikerjakan oleh siswa untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

sudah dipelajari pada siklus II.

c. Observasi

Guru bersama guru kolaboran mengamati proses pembelajaran

yang sedang berlangsung dan melakukan pencatatan hal-hal yang

penting yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas. Hasil

pengamatan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Siswa sudah semakin memahami cara bekerja atau belajar dalam

kelompok. Aturan atau tertib kerja yang ditempel di depan kelas

banyak membantu siswa memahami aturan kerja atau langkah-

langkah kegiatan.

2) Tingkat kegaduhan pada waktu diskusi sudah semakin berkurang.

3) Pemakaian jenis musik yang lembut pada waktu pelaksanaan

diskusi cukup mengurangi tingkat kegaduhan kelas.

58

4) Pada waktu guru memberikan sinyal tanda kebisingan nol,

sebagian siswa masih berbisik-bisik atau hanya mengurangi

volume suaranya.

5) Kelompok diskusi yang pada siklus I tidak aktif, setelah melalui

pergantian anggota dengan penambahan anggota siswa perempuan

sudah menjadi aktif.

6) Jumlah siswa yang mau atau berani ikut serta dalam diskusi kelas

secara suka rela sudah bertambah banyak, tetapi masih terdapat

beberapa siswa yang tidak mau berbicara meskipun sudah dipaksa

oleh guru atau teman.

7) Hasil post test mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil

pre test.

8) Hasil post tes pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan hasil

post test pada siklus I. Hanya terdapat 3 orang siswa yang

memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan belajar minimal.

9) Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus pertama.

Sebagian besar siswa sudah semakin aktif dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya duduk dan diam mendengarkan,

tetapi juga aktif menjadi pendengar dan menelaah penjelasan guru

yang disampaikan melalui media VCD, selanjutnya siswa

mencatat, mengerjakan latihan bersama kelompok, berdiskusi,

mencari bahan dan merangkumnya untuk didiskusikan dalam

59

diskusi kelas. Pada prinsipnya, siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran.

d. Analisis dan Refleksi

Hasil pengamatan selama proses pembelajaran tersebut

selanjutnya dianalisis dan dilakukan refleksi. Hasil analisis dan refleksi

tersebut adalah sebagai berikut.

1) Guru perlu terus mengulang jenis-jenis kegiatan yang dapat

mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, seperti kegiatan

merangkum secara berkelompok dan kegiatan diskusi.

2) Agar pelaksanaan diskusi kelompok berjalan secara seimbang

antara siswa dengan inteligensia rendah maupun tinggi, maka guru

perlu menetapkan anggota kelompok sehingga masing-masing

kelompok lebih heterogen baik dari tingkat kepandaian maupun

dari segi jenis kelamin.

3) Pemakaian musik perlu diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari,

selain untuk memberikan suasana yang berbeda, juga untuk

merangsang minat belajar siswa. Musik menimbulkan rasa nyaman

pada diri siswa sehingga siswa siap belajar tanpa rasa terpaksa atau

terbebani.

4) Pembelajaran dengan quantum teaching telah menunjukkan adanya

peningkatan prestasi belajar.

60

C. Hasil Penelitian

1. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan setelah dilakukan

pembelajaran dengan quantum teaching. Keterlibatan siswa dalam

mengamati dan menemukan sendiri materi yang dipelajari secara langsung

baik melalui diskusi, tanya jawab dengan teman maupun melalui

pengamatan di alam menyebabkan pengetahuan yang diperoleh tersebut

menjadi lebih bermakna dan lebih tahan lama mengendap dalam pemikiran

siswa, sehingga pemahaman siswa terhadap materi menjadi semakin kuat.

Peningkatan prestasi belajar dapat diamati pada waktu siswa

menjawab kuis yang diajukan oleh guru baik kepada kelompok maupun

kepada individu siswa. Pembelajaran dengan quantum teaching telah

berhasil mengurangi jumlah kuis yang tidak dapat dijawab oleh siswa baik

secara berkelompok maupun individual. Secara umum siswa dengan

tingkat intelegensia yang tinggi, sedang, maupun rendah mengalami

peningkatan prestasi belajar, meskipun peningkatan tersebut dalam kadar

yang berbeda-beda.

Peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Geografi

juga diperkuat dengan hasil tes yang dilakukan pada akhir setiap siklus.

Dua tes pada akhir siklus I dan akhir siklus II menunjukkan terjadinya

peningkatan prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan sebelum

dilakukannya proses pembelajaran dengan quantum teaching. Berikut ini

61

adalah statistik deskriptif data hasil belajar siswa sesudah mengikuti

pembelajaran dengan quantum teaching pada siklus I dan siklus II.

Tabel 6.

Data Prestasi Belajar Siswa

No Nama IQ Kategori Nilai I Nilai II

1 Adila Nur Heriyani 119 B Cerdas 65 852 Agachi Satria Betanuari 125 B Cerdas 60 703 Agam Anggono 107 C Rata-rata + 40 604 Ahmad Bahar Sidiq 125 B Cerdas 80 955 Argo Sri Hutomo 115 B Cerdas 80 856 Arif Latif Al Aziz 107 C Rata-rata + 85 907 Baskoro Adi Prakoso 114 C Rata-rata + 90 958 Brian Dadang Mulya P 120 B Cerdas 60 809 Sikal Pupangga Prima 119 B Cerdas 85 9510 Desy Hidayati 122 B Cerdas 90 8011 Dhimas Muh Yasin 122 B Cerdas 90 9512 Dimas Shendy Muckhlis 114 C Rata-rata + 45 6013 Elha Linuar Shima DP 119 B Cerdas 90 7014 Eri Kiswanto 114 C Rata-rata + 60 6515 Fajar Febriana 114 C Rata-rata + 75 9016 Fatchurrochman Alchoeri 114 C Rata-rata + 60 7017 Fitri Cinta Utami 115 B Cerdas 80 8518 Hartiyani Sadu Budianti 115 B Cerdas 80 9519 Ika Trisnawati Kusuma 120 B Cerdas 70 8520 Kunaefi Irfan Nur Rosyid 115 B Cerdas 85 9521 Louis Mahendra Putra 113 C Rata-rata + 60 8022 Lusy Nanda 107 C Rata-rata + 55 7023 Marina Devi Aprilani 113 C Rata-rata + 60 6524 Muhammad Arsyad 120 B Cerdas 75 8525 Okky Nanda Kurniawan 116 B Cerdas 70 9026 Radita Pujiastuti 112 C Rata-rata + 50 4527 Rahmat Perkasa 107 C Rata-rata + 65 8028 Rica Pramita 122 B Cerdas 80 8529 Rosita Nur Anggraini 115 B Cerdas 85 9030 Septiyani Hidayat 115 B Cerdas 85 9031 Venty Choirunnisa 113 C Rata-rata + 75 6532 Wanny 115 B Cerdas 55 6533 Wijayanti Setyo Utami 122 B Cerdas 80 70

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

62

Keterangan:1. Siswa yang memperoleh nilai rendah atau kurang dari 6 pada siklus I

adalah 5 orang.2. Siswa yang mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 65 adalah 22

orang.3. Daya serap terhadap materi pelajaran pada siklus I adalah (22/33x100)

66,6 %.4. Pada siklus II jumlah siswa yang memiliki nilai kurang dari 6 adalah 1

orang.5. Daya serap terhadap materi pelajaran pada siklus II adalah 90,9 %.

Tabel 6 tersebut di atas memperkuat hasil pengamatan mengenai

prestasi belajar siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan quantum

teaching. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa prestasi belajar siswa

mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan

pembelajaran dengan quantum teaching.

Nilai prestasi belajar siswa selanjutnya dapat dikategorikan ke

dalam 3 kategori, yaitu (1) sangat baik, (2) cukup baik, dan (3) kurang

baik. Hasil pengkategorian data motivasi siswa tersebut dapat dilihat

dalam tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7.

Kategorisasi Data Prestasi Belajar Siswa

Interval Nilai Kategori Siklus I Siklus II

Frek. % Frek %

81 – 100 Sangat Baik 9 27,3 17 51,5

61 – 80 Cukup Baik 13 39,4 13 39,4

40 – 60 Kurang baik 11 33,3 3 9,1

Jumlah 33 100 33 100

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

63

Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan prestasi

belajar dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I jumlah siswa dengan

prestasi belajar sangat baik sejumlah 9 siswa atau 27,3 % pada siklus II

meningkat menjadi 17 siswa atau 51,5 %. Siswa dengan prestasi belajar

yang kurang baik mengalami penurunan dari 11 siswa atau 33,3 % pada

siklus I menjadi 3 siswa atau 9,1 % pada siklus II.

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada siklus I dan II jumlah siswa

dengan prestasi belajar cukup baik adalah sama yaitu 13 siswa atau

39,4 %. Namun demikian, 13 siswa pada siklus II tersebut sebagian tidak

sama dengan 13 siswa pada siklus I. Sebagian dari 13 siswa yang pada

siklus I termasuk dalam kategori cukup baik mengalami peningkatan

prestasi belajar menjadi sangat baik, dan sebagian siswa yang pada siklus I

adalah kurang baik meningkat menjadi cukup baik sehingga jumlah siswa

dengan kategori cukup baik pada siklus II tetap sama dengan siklus I, yaitu

13. Berikut ini adalah data berdasarkan tingkat intelegensia siswa.

Tabel 8.

Kategorisasi Prestasi Belajar Siswa Menurut Tingkat Intelegensia

Interval Nilai

Kategori Siklus I Siklus IICerdas Rata-rata Cerdas Rata-rata

Frek. % Frek % Frek. % Frek %81 – 100 Sangat baik 7 35 2 15,4 14 70 3 23,1

61 – 80 Cukup baik 10 50 3 23,1 6 30 7 53,8

40 – 60 Kurang baik 3 15 8 61,5 - - 3 23,1

Jumlah 20 100 13 100 20 100 13 100

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

64

Tabel 8 tersebut di atas menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat

intelegensia cerdas maupun rata-rata mengalami peningkatan prestasi

belajar. Pada siklus I jumlah siswa dengan tingkat intelegensia cerdas yang

memiliki prestasi belajar sangat baik meningkat dari 7 siswa atau 35 %

menjadi 14 siswa atau 70 %, sedangkan siswa dengan tingkat intelegensia

rata-rata yang memiliki peringkat sangat baik meningkat dari 2 siswa atau

15,4 % menjadi 3 siswa atau 23,1 %. Untuk siswa dengan intelegensia

cerdas yang memiliki prestasi kurang baik mengalami penurunan dari 3

siswa atau 15 % menjadi tidak ada pada siklus II, sedangkan siswa dengan

tingkat intelegensia rata-rata yang memiliki prestasi kurang baik menurun

dari 8 siswa atau 61,5 % menjadi 3 siswa atau 23,1 % pada siklus II.

Pada akhir siklus II, daya serap terhadap materi pelajaran mencapai

90,9 % atau sudah lebih besar dari nilai standar ketuntasan belajar secara

klasikal yaitu 75 %. Dengan demikian penelitian tindakan kelas dengan

mempergunakan metode quantum teaching ini telah berhasil dilaksanakan.

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terus

mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini dapat

diamati selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa dituntut untuk

ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga nilai

aktivitas siswa juga terus mengalami peningkatan. Nilai aktivitas siswa

secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel 9 sebagai berikut.

65

Tabel 9.

Data Aktivitas Siswa

No Nama IQ Kategori Siklus I Siklus II1 Adila Nur Heriyani 119 Cerdas 15 182 Agachi Satria Betanuari 125 Cerdas 17 183 Agam Anggono 107 Rata-rata + 14 174 Ahmad Bahar Sidiq 125 Cerdas 10 145 Argo Sri Hutomo 115 Cerdas 10 126 Arif Latif Al Aziz 107 Rata-rata + 16 187 Baskoro Adi Prakoso 114 Rata-rata + 11 158 Brian Dadang Mulya P 120 Cerdas 12 139 Cikal Pupangga Prima 119 Cerdas 9 1410 Desy Hidayati 122 Cerdas 15 1511 Dhimas Muh Yasin 122 Cerdas 12 1412 Dimas Shendy Muckhlis 114 Rata-rata + 10 1613 Elha Linuar Shima DP 119 Cerdas 18 1814 Eri Kiswanto 114 Rata-rata + 18 1815 Fajar Febriana 114 Rata-rata + 16 1716 Fatchurrochman Alchoeri 114 Rata-rata + 10 1517 Fitri Cinta Utami 115 Cerdas 15 1618 Hartiyani Sadu Budianti 115 Cerdas 15 1519 Ika Trisnawati Kusuma 120 Cerdas 14 1520 Kunaefi Irfan Nur Rosyid 115 Cerdas 11 1421 Louis Mahendra Putra 113 Rata-rata + 10 1422 Lusy Nanda 107 Rata-rata + 11 1623 Marina Devi Aprilani 113 Rata-rata + 16 1824 Muhammad Arsyad 120 Cerdas 14 1425 Okky Nanda Kurniawan 116 Cerdas 10 1526 Radita Pujiastuti 112 Rata-rata + 12 1527 Rahmat Perkasa 107 Rata-rata + 11 1328 Rica Pramita 122 Cerdas 17 1829 Rosita Nur Anggraini 115 Cerdas 11 1530 Septiyani Hidayat 115 Cerdas 14 1631 Venty Choirunnisa 113 Rata-rata + 14 1832 Wanny 115 Cerdas 12 1633 Wijayanti Setyo Utami 122 Cerdas 17 18 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

Berdasarkan tabel 9 tersebut di atas dapat dilihat bahwa secara

umum aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami

peningkatan. Sebagian siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata

66

justru sangat aktif, tetapi sebagian siswa yang cerdas justru tidak aktif.

Namun demikian, tabel 9 tersebut mendukung hasil pengamatan yang

dilakukan oleh guru yakni menunjukkan bahwa secara umum aktivitas

siswa mengalami peningkatan sesudah dilakukan tindakan pembelajaran

dengan quantum teaching pada siklus I dan siklus II. Siswa dengan

berbagai tingkatan inteligensia yang pada siklus I belum cukup aktif pada

siklus II mengalami peningkatan menjadi cukup aktif atau sangat aktif.

Sementara siswa yang sudah cukup aktif juga mengalami peningkatan

aktivitas sehingga menjadi lebih aktif lagi.

Data aktivitas siswa tersebut dapat dikategorikan dalam tiga

kategori, yaitu (1) sangat aktif, (2) cukup aktif, dan (3) kurang aktif seperti

dalam tabel 10 sebagai berikut.

Tabel 10.

Kategorisasi Data Aktivitas Siswa

Interval Nilai Kategori Siklus I Siklus II

Frek. % Frek %

15 – 18 Sangat aktif 12 36,4 24 72,7

12 – 14 Cukup aktif 9 27,2 9 27,3

9 – 11 Kurang aktif 12 36,4 -

Jumlah 33 100 33 100

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

Tabel 10 tersebut memperlihatkan bahwa siswa yang sangat aktif

meningkat dari 12 siswa atau 36,4 % menjadi 24 siswa atau 72,7 %,

sedangkan siswa yang kurang aktif menurun dari 12 siswa atau 36,4 %

67

menjadi tidak ada. Jumlah siswa dengan kategori cukup aktif pada siklus I

dan siklus II adalah sama yaitu 9 siswa. Namun demikian, ke-9 siswa pada

siklus II tidak sama dengan 9 siswa pada siklus I. Ke-9 siswa yang pada

siklus I termasuk dalam kategori cukup aktif, pada siklus II sudah meningk

menjadi sangat aktif, sedangkan 9 siswa yang pada siklus I kurang aktif,

meningkat menjadi cukup aktif, sehingga jumlah siswa yang cukup aktif

pada siklus II tetap sama dengan pada siklus I yaitu 9 siswa. Selanjutnya

data aktivitas siswa tersebut dapat dilihat berdasarkan tingkat

intelegensianya seperti dalam tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11.

Kategorisasi Aktivitas Siswa Menurut Tingkat Intelegensia

Interval

Nilai

Kategori Siklus I Siklus II

Cerdas Rata-rata Cerdas Rata-rata

Frek. % Frek % Frek. % Frek %

15 – 18 Sangat aktif 7 35 5 38,5 14 70 10 76,9

12 – 14 Cukup aktif 5 25 4 30,75 6 30 3 23,1

9 – 11 Kurang aktif 8 40 4 30,75 - - - -

Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

Tabel 11 menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat intelegensia

rata-rata justru menunjukkan aktivitas yang lebih baik dibandingkan siswa

dengan tingkat intelegensia cerdas. Pada siklus I jumlah siswa dengan

tingkat intelegensia cerdas yang mencapai nilai sangat aktif meningkat dari

7 siswa atau 35 % menjadi 14 siswa atau 70 %, yang cukup aktif

68

meningkat dari 5 siswa atau 25 % menjadi 6 siswa atau 30 %, sedangkan

yang kurang aktif menurun dari 8 siswa atau 40 % menjadi tidak ada.

Siswa dengan intelegensia rata-rata yang mencapai nilai sangat aktif

meningkat dari 5 siswa atau sebesar 38,5 % menjadi 10 siswa atau 76,9,

yang cukup aktif menurun dari 4 siswa atau 30,75 % menjadi 3 siswa atau

23,1 %, dan yang kurang aktif menurun dari 4 siswa atau 30,75 % menjadi

tidak ada.

3. Kemampuan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat

Kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat mengalami

peningkatan dari siklus ke siklus. Kemampuan ini terlihat banyak

berkembang dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan tindakan dengan

quantum teaching. Secara umum kemampuan mengungkapkan pendapat di

muka umum tidak berkaitan dengan tingkat intelegensia siswa. Hal ini

dapat dilihat dari hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa siswa

dengan intelegensia cerdas maupun rata-rata, sama-sama mempunyai

wakil. Sebagian siswa tersebut ada yang berani berbicara di depan umum,

ada yang lebih suka diam dan mendengarkan, dan ada juga yang harus

dipaksa oleh guru atau teman untuk mau berbicara di depan umum.

Kebiasaan berbicara di depan kelas kemungkinan merupakan satu

faktor yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan tingkat intelegensia.

Siswa dengan intelegensia rata-rata, misalnya, lebih berani berbicara di

depan umum dibandingkan dengan siswa dengan intelegensia cerdas.

Tetapi, terdapat juga siswa dengan intelegensia cerdas yang sangat

69

antusias mengikuti diskusi dan sering mengajukan gagasan-gagasan

disertai dengan argumentasi-argumentasi. Berikut ini adalah hasil nilai

kemampuan berbicara.

Tabel 12.

Data Kemampuan Siswa dalam Menyampaikan Pendapat

No Nama IQ Kategori Siklus I Siklus II1 Adila Nur Heriyani 119 Cerdas 18 182 Agachi Satria Betanuari 125 Cerdas 15 173 Agam Anggono 107 Rata-rata + 16 164 Ahmad Bahar Sidiq 125 Cerdas 12 155 Argo Sri Hutomo 115 Cerdas 14 176 Arif Latif Al Aziz 107 Rata-rata + 16 187 Baskoro Adi Prakoso 114 Rata-rata + 10 158 Brian Dadang Mulya P 120 Cerdas 10 169 Cikal Pupangga Prima 119 Cerdas 11 1710 Desy Hidayati 122 Cerdas 15 1511 Dhimas Muh Yasin 122 Cerdas 13 1512 Dimas Shendy Muckhlis 114 Rata-rata + 10 1513 Elha Linuar Shima DP 119 Cerdas 14 1514 Eri Kiswanto 114 Rata-rata + 13 1715 Fajar Febriana 114 Rata-rata + 10 1516 Fatchurrochman Alchoeri 114 Rata-rata + 14 1717 Fitri Cinta Utami 115 Cerdas 10 1418 Hartiyani Sadu Budianti 115 Cerdas 12 1419 Ika Trisnawati Kusuma 120 Cerdas 14 1520 Kunaefi Irfan Nur Rosyid 115 Cerdas 10 1221 Louis Mahendra Putra 113 Rata-rata + 10 1422 Lusy Nanda 107 Rata-rata + 14 1423 Marina Devi Aprilani 113 Rata-rata + 13 1524 Muhammad Arsyad 120 Cerdas 15 1525 Okky Nanda Kurniawan 116 Cerdas 18 1826 Radita Pujiastuti 112 Rata-rata + 14 1627 Rahmat Perkasa 107 Rata-rata + 14 1428 Rica Pramita 122 Cerdas 10 1229 Rosita Nur Anggraini 115 Cerdas 15 1630 Septiyani Hidayat 115 Cerdas 18 1831 Venty Choirunnisa 113 Rata-rata + 12 1332 Wanny 115 Cerdas 15 1633 Wijayanti Setyo Utami 122 Cerdas 14 15 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

70

Tabel 12 tersebut menunjukkan bahwa semua sebagian besar siswa

mengalami peningkatan kemampuan dalam berbicara atau menyampaikan

pendapat di muka umum. Selanjutnya data tersebut dapat dikategorikan

dalam tiga kategori, yaitu (1) sangat baik, (2) cukup baik, dan (3) kurang

baik seperti dalam tabel 13 sebagai berikut.

Tabel 13.

Kategorisasi Data Kemampuan Siswa Menyampaikan Pendapat

Interval Nilai Kategori Siklus I Siklus II

Frek. % Frek %

16 – 18 Sangat baik 5 15,1 14 42,4

13 – 15 Cukup baik 16 48,5 17 51,5

10 – 12 Kurang baik 12 26,4 2 6,1

Jumlah 33 100 33 100

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

Tabel 13 tersebut memperlihatkan bahwa siswa mengalami

peningkatan kemampuan dalam menyampaikan pendapat dari siklus I ke

siklus II. Jumlah siswa dengan kemampuan menyampaikan pendapat yang

sangat baik meningkat dari 5 siswa atau 15,1 % menjadi 14 siswa atau

42,4 %, siswa dengan kemampuan cukup baik meningkat dari 16 siswa

atau 48,5 % menjadi 17 siswa atau 51,5 %, dan siswa yang kurang baik

menurun dari 12 siswa atau 26,4 % menjadi 2 siswa atau 6,1 %. Data

selanjutnya dapat dilihat berdasarkan tingkat intelegensia siswa.

71

Tabel 14.

Kategorisasi Kemampuan Siswa Menyampaikan Pendapat Menurut Tingkat Intelegensia

Interval

Nilai

Kategori Siklus I Siklus II

Cerdas Rata-rata Cerdas Rata-rata

Frek. % Frek % Frek. % Frek %

16 - 18 Sangat baik 4 20 1 7,7 8 40 6 46,2

13 – 15 Cukup baik 8 40 8 61,5 10 50 7 53,8

10 – 12 Kurang baik 8 40 4 30,8 2 10 - -

Jumlah 20 100 13 100 20 100 13 100

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2008

Tabel 14 tersebut menunjukkan jumlah siswa dengan intelegensia

cerdas yang mempunyai kemampuan sangat baik meningkat dari 4 siswa

atau 20 % menjadi 8 siswa atau 40 %, yang cukup baik meningkat dari 8

siswa atau 40 % menjadi 10 siswa atau 50 %, dan yang kurang baik

menurun dari 8 siswa atau 40 % menjadi 2 atau 10 %. Sedangkan siswa

dengan intelegensia rata-rata yang mencapai nilai sangat baik meningkat

menjadi 1 siswa atau 7,7 % menjadi 6 siswa atau 46,2 %, yang cukup baik

menurun dari 8 siswa atau 61, 5 % menjadi 7 siswa atau 53,8 %, yang

kurang baik menurun dari 4 siswa atau 40,38 % menjadi tidak ada.

Tabel 14 juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode

quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan siswa dengan

intelegensia rata-rata. Tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa dengan

intelegensia rendah mampu melebihi siswa dengan intelegensia cerdas,

72

yaitu pada akhir siklus II masih terdapat 2 siswa dengan intelegensia

cerdas yang memiliki nilai kurang baik, sedangkan siswa dengan

intelegensia rata-rata mencapai nilai cukup dan sangat baik.

D. Pembahasan

Penerapan pembelajaran quantum teaching terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar, aktivitas dan kemampuan siswa dalam

mengungkapkan pendapat. Pelaksanaan tindakan telah dapat memberikan

proses pembelajaran dan menghasilkan perubahan prestasi yang positif.

Pembelajaran quantum teaching sarat dengan upaya untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar ini diperlukan baik

oleh siswa yang berinteligensia tinggi, sedang, maupun rendah. Semakin besar

motivasi belajar yang dimiliki maka semakin besar upaya yang akan

dilakukannya untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Penerapan pembelajaran quantum teaching tampak memberikan

semangat tersendiri bagi siswa untuk mampu berbicara di depan umum. Salah

satu unsur pembelajaran quantum teaching adalah penghargaan. Penghargaan

bagi siswa atau kelompok terbaik tersebut mampu memotivasi siswa untuk

aktif dalam mempelajari materi dan bersaing mengungkapkan pendapatnya.

Melalui pembelajaran dengan quantum teaching siswa yang semula

lebih banyak diam dan mendengarkan guru berubah menjadi lebih aktif, lebih

memiliki inisiatif untuk belajar, lebih berani mengemukakan pendapat dalam

diskusi, bertanya pada guru maupun teman yang lain, dan berbagai aktivitas

belajar lainnya.

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV di atas

dapat dikemukakan kesimpulan penelitian sebagai berikut.

1. Penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan prestasi

belajar Geografi siswa kelas XI IPS-1 di SMA Negeri 7 Surakarta

ditinjau dari tingkat inteligensianya. Daya serap siswa pada akhir siklus

II sebesar 90,9 % atau lebih besar dari standar ketuntasan belajar klasikal

yaitu 75%, sehingga penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil.

2. Penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan aktivitas siswa

kelas XI IPS-1 di SMA Negeri 7 Surakarta dalam kegiatan belajar. Semua

siswa dengan semua tingkatan inteligensia mengalami peningkatkan

aktivitas dalam proses pembelajaran Geografi dengan menggunakan

metode quantum teaching.

3. Penggunaan metode quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan

siswa kelas XI IPS-1 di SMA Negeri 7 Surakarta dalam menyampaikan

pendapat di muka umum.

B. Implikasi Penelitian

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian di atas memiliki

sejumlah implikasi penting terhadap upaya peningkatan prestasi belajar siswa

sebagai berikut:

73

74

1. Hasil penelitian terhadap prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa

prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan diterapkannya metode

pembelajaran quantum teaching. Pembelajaran dengan quantum teaching

memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk aktif menjadi subjek

belajar, sehingga timbul kesadaran mengenai pentingnya belajar bagi diri

mereka sendiri. Dalam hal ini, guru perlu menerapkan metode

pembelajaran quantum teaching untuk memotivasi siswa agar giat belajar,

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajarnya.

2. Aktivitas siswa dalam mempelajari materi Geografi ternyata mengalami

peningkatan setelah diterapkan metode pembelajaran quantum teaching.

Hal ini mengimplikasikan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran

quantum teaching yang memberikan kesempatan kepada setiap siswa

untuk aktif dan merasa dihargai dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk

aktif belajar.

3. Kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat atau berbicara di depan

umum meningkat cukup baik. Hal ini mengimplikasikan bahwa metode

pembelajaran quantum teaching memberikan kesempatan kepada setiap

siswa dan mendorong setiap siswa untuk aktif belajar dan saling

membelajarkan melalui kegiatan diskusi. Aktivitas siswa yang tinggi

dalam mengikuti proses pembelajaran Geografi dan dalam melakukan

diskusi materi dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berbicara

di depan umum.

75

C. Saran-saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti

mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan quantuam teaching terbukti dapat meningkatkan

prestasi, aktivitas, dan kemampuan siswa pada semua tingkatan

intelegensia dalam mengungkapkan gagasan. Oleh karena itu peneliti

menyarankan agar guru dapat menerapkan pembelajaran quantum teaching

secara berkala disesuaikan dengan materi yang dipelajari, sehingga siswa

dapat termotivasi untuk belajar dan mencapai prestasi yang lebih baik.

2. Pembelajaran quantum teaching yang dilakukan dengan mempergunakan

musik, pemberian yel-yel, dan juga perayaan terbukti dapat menggugah

semangat siswa untuk lebih giat belajar. Guru disarankan agar memakai

metode pembelajaran yang bervariasi dan menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa, sehingga siswa

tidak merasa terbebani dalam belajar. Proses pembelajaran yang

menyenangkan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih baik.

3. Untuk mempermudah pelaksanaan pembelajaran quantum teaching dan

menjaga agar suasana kelas yang cukup semarak dan meriah tidak

mengganggu pelaksanaan pembelajaran di kelas lain, guru dianjurkan

untuk tetap memberikan aturan-aturan yang dibuat dan disepakati bersama

oleh kelas, sehingga masing-masing siswa merasa memiliki andil dan

kewajiban yang sama dalam menciptakan suasana kelas yang supportif dan

tetap tertib.

76

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Keterangan Singkat Tes Aptitude. Yogyakarta: Yayasan Jasa Prikologi Bina Asih.

Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instruksional Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1990. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

__________. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. . Jakarta : Rhineka Cipta.

__________. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Dahar, Ratna Wilis. 1996. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Airlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. 1994. Kurikulum 1994 (GBPP) SMU/MA Mata Pelajaran Geografi, Jakarta : Depdiknas.

___________. 2000. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar SMA, Jakarta:Direktorat Pendidikan Menengah Umum

DePorter, Bobbi, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie. 2007. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 1992. Mengajar Azas, Metode, dan Teknik. Bandung: Pustaka Martiana.

Marzuki. 2001. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII.

Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa.

Moleong, Lexy. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2003. Ilmu Pendidikan, Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.

77

Sidi, Indra Djati. 2001. Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sujanto. 2000. Beberapa Konsep Teori Kepribadian dan Aplikasinya dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Harapan Masa.

Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung : Tarsito.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. 2005. Pengantar Pendidikan. Bandung: PT Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. 2000. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wiriatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.