BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

28
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Quantum Teaching Kerangka TANDUR 2.1.1.1. Pengertian Quantum Teaching Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr. Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Quantum Teaching dimulai di Super Camp, lembaga pendidikan yang menekankan ketrampilan akademis dan ketampilan pribadi. Super Camp berhasil meningkatkan potensi siswa. Antara lain meningkatkan motivasi 68%, meningkatkan nilai 73%, meningkatkan rasa percaya diri 81%, meningkatan harga diri 84%, dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98% (DePorter, 2003: 4). Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep fisika quantum, yaitu: E= mc 2 . Keterangan dari konsep tersebut ialah: E adalah energi, antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat; M adalah massa, semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik; dan c adalah interaksi (hubungan yang tercipta di kelas). Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada siswa. Kata quantum sendiri mempunyai arti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching pengubahan belajar yang menciptakan lingkungan belajar efektif, meriah dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Quantum Teaching bersandar pada asas “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Quantum Teaching Kerangka TANDUR

2.1.1.1. Pengertian Quantum Teaching

Quantum Teaching, dikembangkan oleh seorang guru dalam

pembelajaran. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya

Dr. Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen

dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi

hasil belajar. Quantum Teaching dimulai di Super Camp, lembaga

pendidikan yang menekankan ketrampilan akademis dan ketampilan

pribadi. Super Camp berhasil meningkatkan potensi siswa. Antara lain

meningkatkan motivasi 68%, meningkatkan nilai 73%, meningkatkan

rasa percaya diri 81%, meningkatan harga diri 84%, dan melanjutkan

penggunaan keterampilan 98% (DePorter, 2003: 4). Persamaan

Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep fisika quantum,

yaitu: E= mc2. Keterangan dari konsep tersebut ialah: E adalah energi,

antusiasme, efektivitas belajar-mengajar, semangat; M adalah massa,

semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik; dan c adalah

interaksi (hubungan yang tercipta di kelas). Berdasarkan persamaan ini

dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan

berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar

pada siswa. Kata quantum sendiri mempunyai arti interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching pengubahan

belajar yang menciptakan lingkungan belajar efektif, meriah dengan

cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan

belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Quantum Teaching bersandar pada asas “Bawalah dunia mereka ke

dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Hal ini

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

8

menunjukkan, setiap bentuk interaksi dengan siswa, setiap rancangan

kurikulum, dan setiap metode pembelajaran harus dibangun di atas

prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk

memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama pembelajaran selain

juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik

memasuki kehidupan mereka. Untuk itu, guru dapat memanfaatkan

pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa sebagai bekal masa

depannya. Guru akan mudah mengajarkan siswa melalui langkah ini,

baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan belajar

menuju kesadaran yang lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan,

maka baik siswa maupun guru akan memperoleh pemahaman baru. Di

samping dunia siswa diperluas, hal ini juga berarti dunia guru diperluas.

Di sinilah dunia kita menjadi dunia bersama guru dan siswa.

Quantum Teaching dengan demikian dapat dipahami suatu

pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya di dalam dan

di sekitar momen belajar. Belajar yang meriah ditekankan pada kegiatan

pembelajaran yang mudah, menyenangkan, tidak membosankan, dan

memberdayakan. Setiap siswa yang belajar dikondisikan untuk saling

mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan

bekerjasama guna mencapai kompetensi yang diharapkan demi

kesuksesan bersama. Pembelajaran Quantum Teaching lebih

menekankan pada kerangka belajar TANDUR (Tumbuhkan, Alami,

Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).

2.1.1.2. Kerangka TANDUR dalam Pembelajaran

Pembelajaran TANDUR merupakan metode pembelajaran yang

dirancang untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam

memahami pelajaran. Rancangan ini mengutamakan penanaman dasar

materi yang akan dipelajari kepada siswa. Penanaman dasar ini tidak

hanya bersumber dari guru saja melainkan siswa yang mengalami

sendiri dari objek yang mereka pelajari dan lebih interaktif dalam

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

9

memahami objek yang mereka pelajari. Menurut DePorter (2003: 10)

kerangka belajar TANDUR dan maknanya adalah:

1) Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan

“Apakah Manfaat bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan

kehidupan pelajar.

2) Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang

dapat dimengerti semua pelajar.

3) Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus,

strategi sebuah “masukan”.

4) Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk

„menunjukkan bahwa mereka tahu”.

5) Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi

dan menegaskan, “Aku tahu dan memang tahu ini”.

6) Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan

pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

Kerangka TANDUR terbagi menjadi enam tahapan pembelajaran,

yaitu: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan.

Tahap tumbuhkan adalah langkah untuk menciptakan kemampuan

untuk saling memahami apa yang dipelajarinya. Tumbuhkan minat

dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKu” (AMBAK) dan

manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari siswa. Tugas guru dalam tahap

ini adalah menumbuhkan kembangkan kreativitas siswa dengan cara

memberikan dan membangkitkan motivasinya. Motivasi ini dikaitkan

dengan minat, konsep diri, dan sikap dalam menampakkan kreativitas

berfikir dalam pembelajaran matematika. Dengan kreativitas ini akan

menjajikan manfaatnya bagi siswa di masa sekarang atau masa yang

akan datang.

Tahap alami adalah kegiatan yang merupakan usaha untuk

memberikan peserta didik pengalaman umum agar mereka dapat

menggali dan membangun pengetahuan yang dimilikinya serta

memunculkan rasa keingintahuan yang tinggi.

Tahap namai merupakan langkah pemberian nama merupakan

kelanjutan dari kegiatan yang membuat siswa penasaran dari apa yang

sedang mereka pelajari. Penamaan akan memuaskan hasrat alami otak

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

10

untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan dasar

materi yang dipelajari. Penamaan dibangun diatas sejumlah

pengetahuan dan keingintahuan siswa, membuat mereka penasaran,

penuh pertanyaan, dan disinilah saatnya mengajarkan konsep,

keterampilan berfikir dan strategi belajar.

Tahap demonstrasikan merupakan langkah yang memberikan

kesempatan siswa untuk mengaitkan dan berlatih dari pengetahuan baru

yang mereka dapatkan ke dalam pembelajaran. Sehingga siswa mampu

menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.

Mendemonstrasikan sama maksudnya dengan memberi peluang seluas-

luasnya kepada siswa untuk menerjemahkan apa yang diterimanya

dalam pengajaran. Kemudian dengan beberapa percobaan, akhirnya

kesuksesan itu dapat diraih. Semuanya itu menunjukkan satu penjelasan

bahwa latihan dengan praktik menjaga keadaan fisik dan emosi terus

bergerak sehingga bermanfaat sebagai sebuah pengalaman yang penuh

makna.

Tahap ulangi adalah langkah yang menumbuhkan rasa “Aku tahu

dan memang tahu ini”. Belajar dengan menggulangi dapat dibantu

dengan menunjukkan cara-cara mengulang yang tepat untuk

memudahkan peningkatan kualitas pemahaman. Pengulangan dapat

memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan kemampuan siswa bahwa

mereka sebenarnya tahu. Maka pengulangan harus dilakukan dengan

mengikutsertakan multi kecerdasan (Multiple Intelegence) disatu pihak

dan multi modalitas (Multiple Modality) dipihak lain, mengeksplorasi

multi kecerdasan termasuk didalamnya kecerdasan spasial-visual,

verbal linguistik, interpersonal, musical-ritmik, naturalisasi, kinestetik,

intrapersonal, dan logis matematik, menggunakan kecerdasan berganda

dalam pembelajaran membantu siswa mendapatkan lebih banyak makna

dan rangsangan otak dalam proses belajar, sekaligus memberi mereka

lebih banyak variasi dan kesenangan, serta mengembangkan dan

memperkuat kecerdasan mereka.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

11

Tahap rayakan merupakan pengakuan untuk penyelesaian,

partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

Perayaan memberikan rasa menghormati dan menghargai, ketekukan,

dan kesuksesan atas usaha yang dilakukan siswa. Perayaan dapat berupa

pujian, bernyanyi dan lain sebagainya yang membuat siswa senang.

Perayaan itu merupakan sesuatu yang sangat berharga dan perlu

diberikan pujian dengan merayakannya, tidak harus dengan wujud

kegiatan perayaan yang perlu kemegahan, dapat juga dalam bentuk

ungkapan perasaan, baik secara individual maupun bersama-sama.

Maksud dari ganjaran itu adalah supaya dengan ganjaran itu siswa lebih

giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan mempertinggi prestasi yang

telah dapat dicapainya. Dengan kata lain, siswa menjadi lebih keras

kemauannya untuk bekerja dan berbuat lebih baik lagi.

Pemahaman langkah-langkah TANDUR dalam pembelajaran maka

metode ini cocok diimplementasikan dalam pembelajaran matematika

untuk meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini disebabkan dalam

kerangka belajar TANDUR memberi kesempatan siswa untuk

menerjemahkan apa yang diterimanya dalam pengajaran melalui

percobaan yang berawal dari penanaman dasar materi.

2.1.1.3. Prinsip–prinsip Pembelajaran Tandur

Dalam Quantum Teaching ada lima prinsip dasar yang dapat

mempengaruhi terciptanya lingkungan belajar TANDUR yang kondusif

(DePorter, 2003: 7), yaitu:

1) Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh,

dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan

tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan

mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.

3) Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru

dan siswa diperoleh banyak konsep.

4) Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil

apapun.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

12

5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus

memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada

pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk

tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip

pembelajaran TANDUR dalam Quantum Teaching ada 5, yaitu:

segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum

pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari, maka

layak pula dirayakan.

1) Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan

pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar. Prinsip

segalanya berbicara berarti seluruh lingkungan kelas membawa

pesan kepada siswa dan guru dalam melakukan kegiatan

pembelajaran.

2) Segalanya bertujuan

Siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang

diajarkan. Tujuan dalam pembelajaran yang akan dicapai harus

disampaikan dengan jelas kepada siswa.

3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Dalam proses belajar siswa perlu mendapatkan pengalaman

terlebih dahulu, sebelum mereka mengetahui apa yang sebenarnya

sedang mereka pelajari. Berarti sebelum kegiatan pembelajaran

seperti mendefinisikan, membedakan, atau menggolongkan, siswa

terlebih dahulu telah memiliki atau telah diberikan pengalaman

informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.

Dengan pengalaman ini dapat membangun keingintahuan siswa

lebih tinggi.

4) Akui Setiap Usaha

Belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh perubahan yang

baru dari hasil pengalamannya sendiri. Pada saat siswa melakukan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

13

suatu usaha baik kecil atau besar mereka patut mendapat

pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.

5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan

Perayaan merupakan umpan balik atas usaha yang dilakukan

siswa dalam setiap perubahan tingkah lakunya. Dengan perayaan

pula dapat memberikan perasaan positif dengan belajarnya dan

membangun keinginan untuk sukses. Perayaan itu misalnya:

tepuk tangan, Hore! Hore!, catatan pribadi, kejutan, dan lain-lain.

Prinsip-prinsip pembelajaran kerangka TANDUR terdapat

delapan keunggulan pembelajaran. Keunggulan ini bermanfaat untuk

mendapatkan suatu keselarasan dalam proses belajar. Delapan kunci

keunggulan dalam TANDUR adalah mengupayakan penciptaan suasana

pembelajaran yang menantang dan menyenangkan sehingga siswa dapat

lebih nyaman, aktif, bersemangat, mampu bekerjasama saat belajar

kelompok, lebih menghargai siswa lain dan bertanggung jawab dalam

pembelajaran. Delapan kunci tersebut adalah : integritas (kejujuran),

bersikap jujur dan tulus dalam melakukan pembelajaran; Kegagalan

awal kesuksesan bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi

yang dibutuhkan untuk sukses; Bicaralah dengan niat baik, yaitu

berbicaralah dengan pengertian positif, dan bertanggung jawablah untuk

berkomunikasi yang jujur dan lurus; Hidup di saat ini, yaitu pusatkan

perhatian pada saat ini dan kerjakan dengan sebaik-baiknya; Komitmen

dengan memenuhi janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa

yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan; Tanggung Jawab atas

tindakan; Sikap luwes dan fleksibel adalah bersikap terbuka terhadap

perubahan atau pendekatan baru yang dapat membantu guru

memperoleh hasil yang diinginkan; Keseimbangan merupakan menjaga

keselarasan pikiran, tubuh, dan jiwa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

14

2.1.1.4. Penerapan TANDUR dalam Pembelajaran

Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang

standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa

rencana pelaksanaan pembelajaran terbagi dalam tiga kegiatan, yaitu:

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan ini merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan

motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru:

a. menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti

pembelajaran. b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian

kegiatan sesuai silabus

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi.

Tabel 2.1. Proses Kegiatan Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Pembelajaran

Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

melibatkan peserta didik

mencari informasi yang luas dan dalam tentang

topik/tema materi yang akan

dipelajari dengan menerapkan prinsip alam

takambang jadi guru dan

belajar dari aneka sumber

membiasakan peserta

didik membaca dan menulis yang beragam

melalui tugas-tugas

tertentuyang bermakna

memberikan umpan

balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,

isyarat, maupun

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,

media pembelajaran, dan

sumber belajar lain

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian

tugas, diskusi, dan lain-

lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara

lisan maupun tertulis

hadiah terhadap keberhasilan peserta didik

memfasilitasi terjadinya memberi kesempatan memberikan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

15

interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik

dengan guru, lingkungan,

dan sumber belajar lainnya

untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah,

dan bertindak tanpa rasa takut

konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui

berbagai sumber

melibatkan peserta didik

secara aktif dalam setiap

kegiatan pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta

didik dalam pembelajaran

kooperatif dan kolaboratif

memfasilitasi peserta

didik melakukan refleksi

untuk memperoleh pengalaman belajar yang

telah dilakukan

memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan

di laboratorium, studio, atau

lapangan

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara

sehat untuk

meningkatkan prestasi

belajar

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh

pengalaman yang

bermakna dalam mencapai

kompetensi dasar

Kutipan: Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan

dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan

refleksi, umpan balik dan tindak lanjut.

Berdasarkan rencana pembelajaran di atas dapat diuraikan bahwa

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan TANDUR merupakan

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada tahap-tahap tumbuhkan,

alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan. Selain itu TANDUR

juga menekankan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu: segalanya

berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama,

akui setiap usaha, dan perayaan. Langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran TANDUR yang disesuaikan standar proses meliputi

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari elaborasi,

eksplorasi, dan konfirmasi, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran TANDUR

meliputi kegiatan;

a. Guru menumbuhkan motivasi dengan menyebutkan manfaat

dan akibat dari apa yang siswa pelajari;

b. Melakukan apersepsi dari pembelajaran sebelumnya;

c. Menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

16

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran TANDUR yang terdiri dari

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, yaitu:

1. Guru memberikan pengalaman umum dengan

mengintegrasikan suatu materi pelajaran dengan

pengalaman dan aktivitas sehari-hari siswa;

2. Guru menanamkan konsep dasar dari suatu materi agar

rasa ingin tahu siswa lebih tinggi;

3. Guru meminta siswa untuk mendefinisikan,

membedakan, atau menggolongkan benda atau gambar

berdasarkan klasifikasi dari sifat bangun ruang.

4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

menerjemahkan apa yang diterimanya dalam

pembelajaran dengan mengamati demonstrasi atau

melakukan percobaan sederhana.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, yaitu;

1. Guru memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi sifat

atau menghasilkan bentuk baru dari bangun ruang

dengan cara menggabungkan dua bangun ruang secara

sederhana;

2. Guru memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi contoh

dari ide yang dibuatnya;

3. Guru memfasilitasi siswa untuk membuat laporan hasil

diskusi siswa;

4. Guru memfasilitasi siswa untuk mendemonstrasikan dan

mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, yaitu:

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

17

1. Guru memberi penguatan dari hasil diskusi mengenai

bantuk bangun dan sifat-sifat bangun;

2. Guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar hasil

diskusi;

3. Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi.

3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup dalam pembelajaran TANDUR, yaitu:

a. Guru dan siswa mengulang materi yang sudah dipelajari agar

pemahaman siswa lebih tinggi;

b. Guru memberikan refleksi mengenai karakter bangsa yaitu:

Kreatif (membuat bangun atau menemukan sifat baru dari

bangun ruang); Komunikatif (memberikan pendapat dalam

kerja kelompok, mendengarkan pendapat dari teman); Kerja

keras (menyelesaikan tugas tepat waktu, bekerja sungguh-

sungguh atas tugas yang diberikan);

c. Guru memberikan penghargaan atau perayaan.

Berdasarkan penjelasan di atas pembelajaran TANDUR yang sudah

disesuaikan dengan standar proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun

2007 menghasilkan beberapa kegiatan pembelajaran yang dapat

dilaksanakan guru dengan tuntutan adanya kegiatan EEK (eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi) dalam kegiatan inti pembelajaran.

Penambahan kegiatan pembelajaran tersebut dapat membantu guru

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mudah dan

terperinci sehingga indikator yang akan tercapai akan lebih jelas.

2.1.2. Kreativitas

2.1.2.1. Pengertian Kreativitas

Menurut Utami Munandar (2004: 25) kreativitas adalah sebagai

kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai

kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat

diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

18

melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada

sebelumnya.

Slameto (2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas

berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang

menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang

telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah

laku, bangunan, dan lain-lain.

Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam

kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui

orang sebelumnya,melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan

sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu

yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang

guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah

ia pakai.

Berdasarkan pengertian kreativitas di atas kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru dalam

pemecahan problem, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan,

seni sastra atau seni lainnya, yang mengandung suatu hasil yang baru

bagi dirinya sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi

orang lain. Penemuan sesuatu yang baru dapat berupa ide, perbuatan,

tingkah laku, karya seni dan lain-lain dimana penemuan ini diperoleh

dari pengalamannya baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari

lingkungan masyarakat.

2.1.2.2. Ciri-Ciri Kreativitas

Orang kreatif memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai orang

yang kreatif. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat orang ahli

tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Menurut Munandar (1992: 88-90)

menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif seperti berikut ini:

1) Keterampilan berpikir lancar, yaitu: (a) mencetuskan banyak

gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, (b)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

19

memberikan banyak memberikan banyak cara atau saran untuk

melakukan berbagai hal, (c) selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban.

2) Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel), yaitu: (a) menghasilkan

gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat

melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c)

mencari banyak alternatif atauarah yang berbeda-beda, (d)

mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.

3) Keterampilan berpikir rasional, yaitu: (a) mampu melahirkan

ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak

lazim untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau

unsur-unsur.

4) Keterampilan memperinci atau mengelaborasi, yaitu: (a) mampu

memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b)

menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,

gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.

5) Keterampilan menilai (mengevaluasi): yaitu, (a) menentukan

patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu

pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan

bijaksana, (b) mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang

terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan, tetapi juga

melaksanakannya.

Sedangkan menurut Slameto (2003: 147-148) menyatakan bahwa

individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-

ciri sebagai berikut ini:

1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar;

2) Besikap terbuka terhadap pengalaman baru;

3) Panjang akal;

4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti;

5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

20

6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan;

7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan

tugas;

8) Berpikir fleksibel;

9) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi

jawaban lebih banyak;

10) Kemampuan membuat analisis dan sitesis;

11) Memiliki semangat bertanya serta meneliti;

12) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;

13) Memililki latar belakang membaca yang cukup luas.

2.1.2.3. Pengertian Anak Kreatif

Anak kreatif yaitu anak yang mampu memperdayakan pikirannya

untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang

mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak

mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta,

berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, maka kita dapat

mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif. Munandar

(1992: 52) mengatakan bahwa kreativitas dapat terwujud dimana saja

dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada jenis kelamin, sosial-

ekonomi, atau tingkat pendidikan tertentu. Individu kreatif dengan

sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau motivasi intrinsik yang

kuat untuk menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan diri bukan

karena tekanan dari luar. Motivasi dalam diri atau intrinsik tercipta

dengan sendirinya yang mendorong timbulnya kreativitas dan itu akan

berlangsung dalam kondisi-kondisi mental tertentu.

Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai

cara seperti bereksplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan

pertanyaan pada orang lain. Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk

dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan

memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

21

Fenomena yang ada selama ini kreativitas yang dimiliki oleh

masyarakat pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui

dengan masih banyaknya orang–orang yang belum mampu

menghasilkan karyanya sendiri, mereka masih meniru karya milik

orang lain. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya

pengembangan kreativitas sejak usia awal sekolah. Anak–anak usia

awal sekolah juga masih memiliki daya kreativitas yang rendah. Hal ini

dapat dilihat dari kegiatan anak sehari-hari dimana anak cepat

mengatakan tidak bisa dan sulit dalam memecahkan suatu masalah

dalam pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika.

Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru.

Pengalaman yang berkesan akan diperoleh secara langsung melalui

eksperimen yang dilakukan. Anak harus diberikan banyak bekal

pengalaman melalui kegiatan pembelajaran. kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada diri anak akan meningkatkan kreativitas anak

dalam menghasilkan sesuatu karya yang baru. Misalnya anak dapat

mengidentifikasi ciri-ciri baru dari bangun prisma segi tiga,

membangun bentuk dari gabungan bangun ruang.

Pengetahuan dan pengalaman yang dialami anak akan lebih

bermakna dan akan bertahan lama jika dapat diperoleh secara langsung.

Untuk itu diperlukan berbagai macam kegiatan eksperimen dan

eksplorasi yang dapat dilakukan anak. Guru, orang tua dan orang-orang

yang dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi

anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan nyata yang sangat

diperlukan bagi kehidupannya kelak.

2.1.2.4. Kreativitas Berfikir Divergen

Kreativitas melibatkan berfikir divergen yang merupakan

kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan

bervariasi. Melalui ciri-ciri kreativitas, indikator berpikir divergen

yaitu: fluence (kemampuan menghasilkan banyak ide); flexibility

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

22

(kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi); originality

(kemapuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada);

dan elaboration (kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-

ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail). Siswa yang kreatif,

jika mempunyai pribadi dan lingkungan yang menunjang atau

lingkungan yang memberi kesempatan untuk dapat menghasilkan

sesuatu secara individu secara kreatif maka diprediksi produk

kreativitasnya akan muncul. Pemikir divergen mampu menggabung

suatu unsur dengan cara yang kreatif. Dengan adanya produk yang

dihasilkan maka kita dapat melihat kreativitas anak.

Proses berfikir divergen hanya mengolah bahan berupa figural dan

simbolik. Berfikir divergen sendiri adalah kemampuan untuk

mengadakan gagasan baru yang menghasilkan sebanyak mungkin

penyelesaian untuk masalah tertentu. Berfikir divergen sebagai operasi

mental yang menuntut penggunaan kemampuan berfikir kreatif, yang

meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi.

Menurut Guilford (Purwanto, 2008: 859) tes untuk mengukur

kreativitas berfikir akan berbentuk figural dan simbolik dengan jenis tes

unit, kelas, hubungan, sistem, dan transformasi. Dalam pengukuran

kreativitas berfikir secara visual/ figural, kreativitas berfikir diukur

menggunakan butir-butir yang berisi gambar-gambar visual, sedangkan

dalam pengukuran kreativitas berfikir simbolik dilakukan dengan

menghadapkan peserta didik dengan pertanyaan masalah berupa simbol.

Simbol dapat berupa angka, huruf, kata, dan sebagainya.

Menurut Purwanto (2008: 860) pengukuran kreativitas berfikir

secara visual/ figural dan simbolik mempunyai jenis produk yaitu: unit,

kelas, hubungan, sistem, transformasi dan implikasi.

1) Unit adalah pertanyaan tugas yang dilakukan dengan memberi

bahan dasar yang darinya sebanyak mungin objek nyata diminta

dibuat.Dalam bentuk figural pertanyaan dapat dilakukan dengan

meminta siswa membuat sebanyak mungkin objek nyata dari

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

23

sebuah benda dalam waktu tertentu. Dalam bentuk simbolik,

kemampuan ini diukur dengan meminta siswa membuat sebanyak

mungkin kata dengan aturan tertentu.

2) Kelas adalah kemampuan membuat perubahan dari satu kelas atau

golongan ke kelas atau golongan lain. Secara figural kemapuan ini

dapat diukur dengan memberikan dua atau lebih garis dan meminta

siswa membuat kombinasi gambar sebanyak mungkin. Dalam

bentuk simbol, kemampuan ni diukur dengan memasangkan

beberapa bangun ruang dengan sifat-sifatnya sebanyak mungkin

dalam waktu tertentu.

3) Hubungan dilakukan dengan melengkapi struktur dan hubungan

dari dua hal. Misalnya dari angka 1, 2, 3, 4, dan 5 kombinasikan

dengan sebanyak cara sehingga hasil jumlahnya 7.

4) Sistem melibatkan urutan rasional dari langkah-langkah yang

bermakna. Mengukur kemampuan secara figural dapat dilakukan

dengan mengorganisasikan beberapa gambar visual sehingga

membentuk objek nyata. Pengukuran secara simbolik dapat

dilakukan dengan menyusun kalimat sebanyak mungkin

denagnkata-kata yang ditentukan huruf awalnya.

5) Transformasi melibatkan kemamuan mengubah strategi ketika

suatu strategi mengalami jalan buntu. Kemampuan ini dapat diukur

dengan memanipulasi objek yang diberikan dari berbagai cara.

6) Implikasi adalah kemampuan membuat antisipasi dan prediksi

terhadap keadaan-keadaan tertentu di masa yang akan datang.

Implikasi diukur secara figural dengan membuat dekorasi

tambahan dari suatu bangun. Secara simbolik kemampuan

implikasi diukur dengan menghadapkan dua persamaan matematika

dan memintanya membuat kombinasi sebanyak mungkin yang

menjadi persamaan baru.

Pembelajaran untuk mengukur kreativitas berfikir divergen siswa

dapat menggunakan indikator berfikir divergen yaitu kemampuan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

24

menghasilkan banyak ide, kemampuan menghasilkan ide-ide yang

bervariasi, kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang

sebelumnya tidak ada, dan kemampuan mengembangkan atau

menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang rinci atau detail.

Melalui indikator tersebut maka penyusunan produk kreativitas berfikir

divergen dapat mengacu pada tes kreativitas dalam bentuk figural atau

simbolik. Hasil dari tes kreativitas ini berupa nilai. Nilai dari tes ini

merupakan salah satu hasil prestasi belajar siswa dalam bentuk nilai

karakter.

2.1.3. Gender

2.1.3.1. Pengertian Gender

Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin.

Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara

laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.

Menurut Jhon W. Santrock (2007: 84) bahwa gender adalah

dimensi psikologis dan sosiokultural yang dimiliki karena seseorang

adalah lelaki atau perempuan.

Ada dua aspek dalam gender yaitu: identitas gender dan peran

gender. Identitas gender adalah perasaan menjadi laki-laki atau

perempuan, yang biasanya dicapai ketika anak berusia 3 tahun. Peran

gender adalah gambaran bagaimana pria atau wanita berfikir, bertindak,

atau merasa.

Berdasarkan pengertian di atas gender merupakan perbedaan jenis

kelamin (laki-laki dan perempuam) berdasarkan identitas gender,

konstruksi sosial atau konstruksi masyarakat. Hubungan laki-laki dan

perempuan secara sosial dalam pergaulan hidup sehari-hari dapat

dibentuk dan dirubah sesuai faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

Gender dalam penelitian ini hanya terbatas pada identitas gender, yaitu:

perbedaan jenis kelamin antara laki-laki atau perempuan berdasarkan

prestasi.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

25

2.1.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Gender

Ada tiga faktor yang mempengaruhi gender diantaranya adalah:

pengaruh biologis, pengaruh sosial, dan pengaruh kognitif (Santrock,

2007: 85).

1) Pengaruh Biologis

Faktor biologis tidak terlepas dari hormon. Hormon yang paling

mempengaruhi gender adalah hormon androgen dan estrogen.

Kedua hormon ini ada pada laki-laki dan perempuan.

2) Pengaruh Sosial

Banyak ilmuwan sosial, seperti Alice Eagly; Eagly & Diekman;

Wood & Eagly (Santrock, 2007: 90), menyatakan bahwa

perbedaan psikologis antara jenis kelamin bukan disebabkan

oleh disposisi evolusi biologis, tetapi adanya perbedaan peran

dan posisi sosial antara laki-laki dan perempuan. Pernyataan ini

sepaham dengan teori gender kognitif-sosial yang menekankan

bahwa perkembangan gender anak-anak terjadi melalui

observasi dan imitasi dari perilaku gender, dan melalui proses

pemberian imbalan dan hukuman yang dialami oleh anak untuk

perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dengan gender tertentu

(Santrock, 2007: 92). Perkembangan gender tidak terjadi secara

pasif karena perkembangan ini dipengaruhi dari observasi dan

imitasi yang didapat dari teman bermain di rumah, sekolah, dan

lingkungan sekitar.

3) Pengaruh Kognitif

Teori perkembangan kognitif gender menyatakan bahwa

pembagian gender anak terjadi setelah anak berfikir bahwa

dirinya laki-laki atau perempuan. Setelah mereka mengetahui

bahwa dirinya laki-laki atau perempuan, anak akan memilih

aktivitas, objek, dan sikap yang sesuai dengan identitas dirinya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

26

Berdasarkan pengertian dan faktor yang telah diurakan di atas dapat

dipahami bahwa pandangan mengenai gender dipengaruhi oleh faktor

biologis, sosial, dan kognitif.

2.1.3.3. Perbedaan Kognitif

Pembahasan klasik mengenai perbedaan gender, laki-laki memiliki

kemampuan matematika dan visuospasial yang lebih baik, sedangkan

perempuan lebih baik dalam kemampuan verbalnya. Beberapa ahli di

bidang gender, percaya bahwa perbedaan kognitif pada laki-laki dan

perempuan adalah hal yang terlalu dilebih-lebihkan. Meskipun

demikian, penelitian menunjukkan bahwa laki-laki memiliki

kemampuan visual-spasial yang lebih baik dibandingkan dengan

perempuan. Penelitian nasional oleh departemen pendidikan AS 2000

(Santrock, 2007: 99), anak laki-laki sedikit lebih baik dibandingkan

perempuan dalam matematika dan sains. Meskipun begitu, secara rata-

rata, anak perempuan adalah pelajar yang lebih baik dan mereka secara

signifikan lebih baik dari anak laki-laki dalam membaca.

2.1.3.4. Perbedaan Sosioemosional

Dalam sosioemosional akan dibahas mengenai perbedaan prestasi

laki-laki dan perempuan. Meskipun perempuan sudah membuat

kemajuan yang pesat dalam pencapaian status yang tinggi di berbagai

bidang, mereka masih kurang memiliki perwakilan di bidang teknologi,

matematika, dan sains (Wigfield, dkk dalam buku Santrock, 2007: 102).

Meskipun begitu, beberapa pengukuran perilaku yang berhubungan

dengan prestasi tidak menunjukkan adanya perbedaan gender. Bisa

dilihat, meskipun banyak anak laki-laki yang berada pada tingkat rata-

rata maupun di atas, tetapi anggota kelompok 50 persen ke bawah

dalam bidang akademis kebanyakan terdiri dari laki-laki. Anak laki-laki

lebih mungkin untuk diharuskan mengikuti kelas pendidikan tambahan

atau perbaikan. Anak perempuan lebih merasa terlibat dengan materi

akademis, lebih memperhatikan di kelas, berusaha lebih giat dalam

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

27

bidang akademis, dan lebih berpartisispasi di dalam kelas dibandingkan

anak laki-laki (Dezolt & Hull dalam buku Santrock, 2007: 102). Dari

uraian di atas maka dalam penelitian ini akan diteliti gender siswa yang

berpengaruh terhadap kreativitas siswa kelas V dalam mata pelajaran

matematika.

2.1.4. Matematika

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Suherman (2003)

mengatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang

lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam tiga bidang

yaitu aljabar, analisis, geometri matematika tumbuh dan berkembang

karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk

terbentuknya matematika.

Pembelajaran matematika menurut Ruseffendi (1988) adalah

suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam

matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat dimengerti bahwa

pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar mengajar untuk

memperoleh pengetahuan yang berhubungan tentang konsep-konsep

dan struktur-struktur abstrak serta hubungan diantara berhubungan satu

dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi dalam

tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

28

2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan mata pelajaran matematika yang sesuai dengan

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran

matematika agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model

dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika yang begitu penting oleh karena

itu pembelajaran matematika khususnya di tingkat SD perlu

ditingkatkan. Padahal dalam kenyataannya pembelajaran matematika

merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Oleh sebab

itu, perlu adanya perubahan dalam pembelajaran matematika, yaitu

dengan menekankan output yang tidak semata-mata hanya nilai

akademis melainkan kreativitas melalui pembelajaran yang inovatif dan

menyenangkan dengan kerangka belajar TANDUR.

2.1.4.3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika SD

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI

meliputi aspek-aspek, yaitu: bilangan, geometri dan pengukuran, dan

pengolahan data. Pembelajaran matematika dalam penelitian ini lebih

menekankan pada ruang lingkup geometri di kelas V SD. Pokok

bahasan yang dijadikan penelitian adalah bangun ruang yang dipelajari

di semester 2 tahun pelajaran 2011/2012. Standar kompetensi (SK) dari

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

29

bahasan tersebut adalah memahami sifat-sifat bangun dan hubungan

antar bangun.

2.1.4.4. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang memiliki

obyek kajian abstrak. Siswa memerlukan alat bantu dan alat peraga

yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga

lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Pembelajaran

matematika di mulai dari yang konkrit, ke semi konkrit, dan berakhir

pada yang abstrak.

Konsep yang abstrak perlu diberi penguatan ke bentuk yang

kongkrit, agar apa yang dipelajarinya dapat bertahan lama dalam

memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan

tindakannya. Pembelajaran yang dimulai dari konsep yang sederhana

menuju ke konsep yang lebih sukar dapat membantu memperjelas dan

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5. Belajar dan Pembelajaran

2.1.5.1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 23).

Belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung

dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan,

dan nilai sikap.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa belajar

adalah suatu proses aktivitas baik mental atau psikis yang berinteraksi

secara aktif dilakukan untuk mendapatkan perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, tingkah laku dan nilai sikap.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

30

2.1.5.2. Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal

dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada

orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan

akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan,

cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif

permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar

dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik.

Pembelajaran adalah serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal dimana perubahan

perilaku sebagai hasil dari belajar dan pembentukan karakteristik siswa.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Tatik Harwining dengan penelitian yang berjudul penerapan model

Quantum Teaching pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil

belajara siswa kelas IV Semeseter II Kecamatan Mojotengah Kabupaten

Wonosobo Tahun Ajaran 2010/2011 mampu meningkatkan hasil belajar IPS

siswa kelas IV. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi

peningkatan ketuntasan hasil evaluasi dari tiap siklus. Peningkatan

ketuntasan belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada

kondisi awal dengan KKM 60, ketuntasan siswa hanya mencapai 22,72%

yaitu dari 22 siswa hanya terdapat 5 siswa yag tuntas dalam belajar dengan

rata-rata nilai 53. Pelaksanaan siklus I ketuntasan siswa dapat mencapai

86,36% dengan rata-rata nilai 80,45. Pada siklus II, ketuntasan belajar

mencapai 100% dengan rata-rata nilai 82,95.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

31

Penelitian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum

Teaching terbukti dapat mempengaruhi dan meningkatkan hasil belajar

peserta didik, karena pembelajaran ini memusatkan perhatian pada

pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan

prestasi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti merasa perlu

untuk mengembangkan penelitian supaya Quantum Teaching dapat

digunakan sebagai metode pembelajaran yang inovatif guna

mengembangkan potensi siswa.

Hasratuddin dengan penelitian yang berjudul meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa SMP melalui

pembelajaran matematika realistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)

terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa antara

yang diberi pembelajaran matematika realistik dengan pembelajaran biasa,

2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa

berdasarkan peringkat sekolah, 3) terdapat perbedaan peningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gender, 4) tidak terdapat

interaksi antara pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap

peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, 5) tidak terdapat interaksi

antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan kemampuan

berpikir kritis siswa, 6) terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan

emosional siswa berdasarkan pembelajaran, 7) tidak terdapat perbedaan

peningkatan kecerdasan emosional siswa berdasarkan peringkat sekolah, 8)

tidak terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan emosional siswa

berdasarkan gender, 9) tidak terdapat interaksi antara pendekatan

pembelajaran dengan peringkat sekolah terhadap peningkatan kecerdasan

emosional, 10) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran

dengan gender terhadap kecerdasan emosional, 11) tidak terdapat korelasi

antara kemampuan berpikir kritis dengan kecerdasan emosional, dan 12)

siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika

realistik. Secara umum, melalui pembelajaran matematika realistik dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kecerdasan emosional siswa.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

32

Dari hasil penelitian di atas terutama hasil yang pertama, ketiga, dan kelima

dapat dilihat bahwa ada peningkatan berpikir kritis yang menunjukkan

kreativitas lebih baik dengan pembelajaran matematika realistik,

terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis berdasarkan

gender dan tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian di atas terdapat perbedaan antara penelitian yang sudah

dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sekarang ini,

diantaranya adalah perbedaan variabel yang dipengaruhi, pembelajaran yang

dikenai pengaruh, dan metode penelitiannya. Variabel yang dipengaruhi

dalam penelitian terdahulu adalah variabel hasil belajar dan berfikir kritis,

sedangkan yang akan diteliti adalah kreativias berfikir siswa. Kreativitas

dipengaruhi oleh pembelajaran Quantum Teaching kerangka TANDUR

pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan bangun ruang. Hasil

kreativitas ini akan ditinjau dari identitas gender (laki-laki dan perempuan)

siswa SD kelas V. Penelitian ini akan menggunakan penelitian eksperimen.

Jadi, dalam penelitian ini penulis lebih menekankan kreativitas berfikir

siswa pada pembelajaran matematika berdasarkan gender siswa SD kelas V

melalui pembelajaran Quantum Teaching kerangka TANDUR.

2.3. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan

oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai

kompetensi yang diinginkan. Kompetensi yang diinginkan dalam penelitian

ini adalah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan siswa menemukan

cara-cara baru atau memberikan ide-ide baru dalam pemecahan suatu

masalah.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

Variabel ini adakan digambarkan dalam model kerangka berfikir sebagai

berikut.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

33

Tabel 2.2. Data Kreativitas Berdasarkan Pembelajaran dan Gender

Siswa SD Kelas V Gugus Diponegoro Tahun 2011/2012

Pembelajaran

Konvensional

(K)

TANDUR

(T)

Gender Laki-laki (l) Kl Tl

Perempuan (p) Kp Tp

Tabel 2.2 menunjukkan model kerangka 2 x 2 faktorial desain. Model

kerangka tersebut merupakan interaksi pembelajaran dan gender siswa

terhadap kreativitas. Terdapat dua interaksi dalam model diatas, yaitu

pembelajaran dan gender. Pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu

pembelajaran konvensional (K) dan pembelajaran TANDUR (T). Gender

siswa dibedakan menjadi kelompok siswa laki-laki (l) dan kelompok siswa

perempuan (p). Interaksi antar keduanya akan berpengaruh terhadap

kreativitas siswa baik laki-laki atau perempuan yaitu Kl, Kp, Tl dan Tp.

Kreativitas siswa diperoleh ketika pembelajaran matematika materi

bangun ruang di kelas V. Model kerangka diatas ingin mengetahui

perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dan perempuan yang

menggunakan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran TANDUR,

mengetahui perbedaan kreativitas antara kelompok siswa laki-laki dan

perempuan serta untuk mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran

TANDUR pada pembelajaran matematika kelas V berdasarkan gender siswa

terhadap kreativitas.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, hipotesis

penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Hipotesis : Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran

kerangka TANDUR terhadap kreativitas pada matematika

berdasarkan gender siswa SD kelas V di Gugus Diponegoro Kota

Salatiga semester 2 tahun 2011/2012.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. Quantum Teaching ...

34

Ho : tidak ada perbedaan pengaruh pembelajaran kerangka

TANDUR terhadap kreativitas pada matematika berdasarkan

gender siswa SD kelas V di Gugus Diponegoro Kota Salatiga

semester 2 tahun 2011/2012.

H1 : ada perbedaan pengaruh pembelajaran kerangka TANDUR

terhadap kreativitas pada matematika berdasarkan gender siswa

SD kelas V di Gugus Diponegoro Kota Salatiga semester 2

tahun 2011/2012.

2) Hipotesis : Ada perbedaan kreativitas pada kelompok siswa

yang menggunakan pembelajaran melalui kerangka TANDUR

dengan kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

Ho : tidak ada perbedaan kreativitas pada kelompok siswa yang

menggunakan pembelajaran kerangka TANDUR dengan

kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

H1 : ada perbedaan kreativitas pada kelompok siswa yang

menggunakan pembelajaran kerangka TANDUR dengan

kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional.

3) Hipotesis : Ada perbedaan hasil kreativitas yang signifikan

antara kelompok siswa laki-laki dan perempuan.

Ho : tidak ada perbedaan hasil kreativitas yang signifikan antara

kelompok siswa laki-laki dan perempuan.

H1 : ada perbedaan hasil kreativitas yang signifikan antara

kelompok siswa laki-laki dan perempuan.