Penggunaan Metode Blended Learning dengan Media ......pada pelajaran simulasi digital. Blended...

20
PENGGUNAAN METODE BLENDED LEARNING DENGAN MEDIA SCHOOLOGY UNTUK MENINGKATKAN SELF REGULATED LEARNING SISWA X RPL 1 SMKN 1 TENGARAN Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer Oleh : Dias Febryastuti Susanto 702011025 Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Transcript of Penggunaan Metode Blended Learning dengan Media ......pada pelajaran simulasi digital. Blended...

  • PENGGUNAAN METODE BLENDED LEARNING DENGAN MEDIA

    SCHOOLOGY UNTUK MENINGKATKAN SELF REGULATED

    LEARNING SISWA X RPL 1 SMKN 1 TENGARAN

    Artikel Ilmiah

    Diajukan Kepada

    Fakultas Teknologi Informasi

    Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

    Oleh :

    Dias Febryastuti Susanto

    702011025

    Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    2016

  • PENGGUNAAN METODE BLENDED LEARNING DENGAN MEDIA

    SCHOOLOGY UNTUK MENINGKATKAN SELF REGULATED

    LEARNING SISWA X RPL 1 SMKN 1 TENGARAN

    1)Dias Febryastuti Susanto

    2) Mila C Paseleng, S.Si., M.Pd.

    Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

    Email : 1)

    [email protected], 2)

    [email protected]

    Abstract

    Problems that arise in the classroom X RPL 1 in both computer assembly found that the learning

    still centered on teacher. In this case teacher used as a major source of students in get any

    information. This prompted a lack of Self Regulated Learning students became less , because students

    solely teachers alone in get information. In accordance with the problems is applied the method

    Blended Learning to the media Schoology to register matter. The research is class action research

    take place in two cycle consisting of 4 meeting. Data collection using sheets observation and the

    survey. The result of this research showed that the use of method blended learning to the media

    schoology in both assembly computers in class X RPL 1 SMKN 1 Tengaran can increase self

    regulated learning students seen of sheets observation of pre cycle of 44,79 % low criteria , in cycle 1

    is 58,33 % low criteria and at the end of cycle 2 to 75,17 % high criteria.

    Keywords: Blended Learning, Schoology, Self Regulated Learning, LMS.

    Abstrak

    Masalah yang terjadi di dalam kelas X RPL 1 dalam pelajaran perakitan komputer ditemukan

    bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam hal ini guru dijadikan sebagai sumber utama

    siswa dalam mendapatkan berbagai informasi. Hal ini memicu kurangnya Self Regulated Learning

    siswa menjadi kurang, karena siswa hanya mengandalkan guru saja dalam mendapatkan informasi.

    Sesuai dengan permasalahan yang ada dilakukan penerapan metode Blended Learning dengan media

    Schoology dalam menyampaikan materi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas

    berlangsung dalam dua siklus yang terdiri dari 4 pertemuan. Pengumpulan data menggunakan lembar

    observasi dan angket. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunan metode Blended Learning

    dengan media Schoology dalam pelajaran perakitan komputer pada kelas X RPL 1 SMKN 1 Tengaran

    dapat meningkatkan Self Regulated Learning siswa dilihat dari lembar observasi dari pra siklus

    sebesar 44,79% dengan kriteria rendah, pada siklus 1 sebesar 58,33% dengan kriteria Rendah dan

    pada akhir siklus 2 menjadi 75,17% dengan kriteria Tinggi.

    Keywords: Blended Learning, Schoology, Self Regulated Learning, LMS

    1. Pendahuluan

    Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam

    merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali

    guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan

    mengajar terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran dua arah antara guru dengan

    peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Sebagai proses belajar dan mengajar

    memerlukan perencanaan yang seksama, yakni mengkoordinasikan unsur-unsur tujuan,

  • bahan pengajaran, kegiatan belajar-mengajar, pendekatan dan alat bantu mengajar serta

    penilaian/evaluasi [1]. Maka dengan demikian untuk menciptakan pembelajaran dua arah

    antara guru dan siswa, hendaknya guru menyusun aktifitas pembelajaran dengan seksama

    agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui pembelajaran dua arah akan menciptakan

    kemandirian belajar yang menjadikan siswa dapat belajar secara mandiri sehingga siswa

    dapat mencari berbagai informasi untuk menambah pemahaman siswa dalam

    pembelajaran selain informasi yang diberikan guru.

    Berdasarkan observasi dan diskusi dengan guru perakitan komputer di SMK Negeri 1

    Tengaran ditemukan bahwa pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered

    learning). Padahal pelajaran perakitan komputer seharusnya dibutuhkan waktu lebih

    banyak untuk melakukan praktik. Hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang

    didominasi oleh metode ceramah di dalam kelas, sehingga siswa kurang aktif dalam

    pembelajaran dua arah yang menyebabkan penguasaan konsep siswa masih kurang. Dalam

    kegiatan ini guru dijadikan sebagai sumber utama yang diandalkan para siswa, padahal di

    dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih beperan aktif dalam pembelajaran dan

    mencari informasi untuk kebutuhan peserta didik itu sendiri. Kemandirian belajar sangat

    penting untuk dikembangkan pada kegiatan pembelajaran, karena tuntutan belajar di

    sekolah mengharuskan peserta didik untuk belajar lebih mandiri, disipin dalam mengatur

    waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang lebih terarah dan intensif sehingga

    memungkinkan peserta didik produktif, kreatif dan inovatif [2].

    Salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas dalam proses

    pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yaitu dengan metode Blended Learning.

    Karena di SMK N 1 Tengaran memungkinkan terjadinya Blended Learning yang pertama

    karena sebagian besar siswa sudah memiliki laptop ataupun handphone yang mendukung

    untuk melakukan pembelajaran diluar kelas dengan koneksi Internet. Kedua fasilitas wifi

    yang ada disekolah cukup baik untuk terkoneksi dengan internet, ketiga yaitu siswa sudah

    terbiasa melakukan pembelajaran sebelumnya dengan Edmodo pada pelajaran simulasi

    digital.

    Blended Learning dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk

    meningkatkan Self Regulated Learning (kemandirian siswa) dalam pembelajaran. Tujuan

    penerapan Blended Learning adalah untuk mendapatkan pembelajaran yang baik dimana

    metode konvensional memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara interaktif

    sedangkan metode online dapat memfasilitasi pemberian materi secara online tanpa

    batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal [3]. Salah

    satu kunci menciptakan Blended Learning yang tepat adalah pembelajaran mandiri yang

    memungkinkan siswa belajar kapan saja dan dimana saja. Dalam penelitian ini

    penggunaan Blended Learning perlu dikemas agar penyajian bahan ajar agar menarik

    misalnya dalam bentuk video tutorial dan dibuat agar siswa mudah dalam mengaksesnya.

    Blended Learning ini dikemas dalam LMS (Learning Management System). Salah satu

    LMS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Schoology. Schoology merupakan salah satu LMS berbentuk web sosial yang menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam

    kelas secara gratis dan mudah digunakan seperti media sosial Facebook.

    2. Kajian Pustaka Penelitian pertama dimbil dari penelitian Gede Sandi tahun 2012 dengan judul

    “Pengaruh pengunaan Blended Learning terhadap hasil belajar kimia ditinjau dari

    kemandirian siswa”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan Edmodo dalam penggunaan

    Blended Learning. Dalam penelitian ini Gede Sandi menggunakan media Moodle dalam

    pelaksanaan dalam Blended. Bahwa penerapan Blended Learning dengan media berbasis

    LMS mendorong siswa untuk belajar lebih mandiri. Kemandirian siswa memegang peran

  • penting dalam keberhasilan belajar. Siswa yang memiliki kemandirian tinggi unggul

    dalam blended learning yang lebih berpusat kepada siswa. Siswa yang memiliki

    kemandirian rendah ternyata juga tidak lebih baik hasil belajarnya pada pembelajaran

    langsung yang cenderung berpusat kepada guru. Ini berarti, peningkatan kemandirian

    siswa adalah suatu yang kritikal dalam meningkatkan hasil belajar yang perlu menjadi

    perhatian guru dan peneliti [4].

    Penelitian kedua diambil dari penlitian Anissa Ratna Sari Tahun 2013 dengan judul

    “Strategi Blended Learning untuk meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan

    critical thinking mahasiswa di era digital” diperoleh kesimpulan bahwa,

    pengimplementasian Blended Learning dengan cara pemberian materi secara online dapat

    mendorong siswa untuk belajar lebih mandiri. Kemandirian Belajar sebelum penelitian

    adalah sebesar 14,3%, sedangkan setelah siklus 3 pengimplementasian Strategi Blended

    Learning adalah sebesar 85,7%. Apabila dijabarkan berdasar kritera-kriterianya dapat

    dijabarkan sebagai berikut: 85,7% mahasiswa mampu mengambil inisiatif untuk

    mendiagnosa kebutuhan belajarnya, 85,7% mahasiswa mampu memformulasikan tujuan

    belajarnya, 92,9% mahasiswa mampu mengidentifikasi sumber belajarnya, 85,7%

    mahasiswa mampu untuk memilih dan mengimplementasikan strategi belajar yang cocok

    untuknya, serta 78,6% mahasiswa mampu mengevaluasi hasil belajarnya. Sehingga dapat

    dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan mahasiswa untuk belajar mandiri

    antara sebelum implementasi Strategi Blended Learning dan setelah pengimplementasian

    Strategi Blended Learning [5].

    Penelitian terdahulu menunjukan bahwa Blended Learning dapat mendorong siswa

    untuk belajar lebih mandiri, sehingga dapat menciptakan Self Regulated Learning siswa.

    Dalam penelitian ini penggunaan moodle dalam penerapan Blended Learning diganti

    dengan menggunakan Schoology, karena Schoology mempunyai kelebihan lain yaitu

    setiap postingan yang di masukan ke dalam Schoology dapat di share ke media sosial lain

    seperti Twitter dan Facebook sehingga dapat memberikan informasi bagi orang lain.

    Blended learning ini pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran

    yang dilakukan secara tatap muka dan secara virtual. Salah satu dikemukakan menurut

    Semler: “Blended learning combines the best aspects of online learning, structured face-

    to-face activities, and real world practice. Online learning systems, classroom training,

    and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The blended learning

    approach uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses” [3]. Blended

    learning merupakan kombinasi keuntungan dari online learning, pembelajaran tatap muka

    dan pengalaman di dunia nyata. Kombinasi dari penggabungan semua komponen diatas

    dapat memberikan keuntungan-keuntungan tersendiri dalam hasil pembelajaran dari

    peserta didik.

    Blended Learning merupakan suatu upaya untuk menggabungkan kegiatan belajar

    konvensional (tatap muka) dengan belajar menggunakan komputer atau perlengkapan

    elektronik berdasarkan petunjuk dari pendidik di mana materi dapat berbentuk media

    digital yang digunakan untuk membantu proses belajar-mengajar konvensional [3].

    Ilustrasi penerapan blended lerning menciptakan pembelajaran berpusat pada peserta didik

    menurut Catchen (2012) dapat di lihat pada [6]:

  • Gambar 1 Pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan penerapan Blended Learning [6].

    Pada gambar 1 menjelaskan bahwa pembelajaran blended learning berpusat pada

    siswa yang menggabungkan antara pembelajaran tatap muka dan online, guru berperan

    sebagai tutor saat pembelajaran tatap muka berlangung. Siswa juga dapat belajar secara

    mandiri dalam e-learning melalui media digital atau sebagainya.

    Blended Learning memiliki 2 kategori utama, yaitu: (a) Peningkatan bentuk

    aktivitas tatap muka ( face-to-face).Banyak pengajar menggunakan istilah blended

    learning untuk merujuk pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam

    aktivitas tatap muka, baik dengan memanfaatkan jejring-terikat (web-dependent) maupun

    jejaring pelengkap (web-supplemented) yang tidak mengubah model aktivitas; (b)

    Pembelajaran campuran (Hybrid Learning): Pembelajaran model ini mengurangi aktivitas

    tatap muka tapi tidak menghilangkannya, sehingga memungkinkan peserta didik untuk

    belajar secara online [3].

    Yang akan digunakan dalam penelitian ini pembelajaran campuran ( Hybrid Learning),

    hal ini berarti pengajar melakukan pembelajaran tatap muka dengan melibatkan peserta

    didik memanfaatkan Internet. Pembelajaran campuran melibatkan siswa dalam

    pembelajaran online diluar kelas dalam siswa mengakses pemberian materi, sedangkan

    pada pertemuan tatap muka siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang hal yang belum

    dimengerti saat pembelajaran online berlangsung.

    Karakteristik dari blended learning yaitu: (1) Pembelajaran yang menggabungkan

    berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media

    berbasis teknologi yang beragam; (2) Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung

    (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online; (3) Pembelajaran yang

    didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya

    pembelajaran; (4) Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru

    sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung [3].

    Tidak ada aturan baku tentang pembeajaran secara blended , dan hal ini dapat

    disesuaikan dengan kebutuhan yang ada [3]. Proporsi online dalam blended learning

    dimaksudkan untuk menyampaikan konten yang secara tipikal menjadi bahan diskusi dan

    sebagainya untuk pertemuan tatap muka. Kosorium Sloan menyebutkan persentase online

    sekitar 30% dan selebihnya 70% tatap muka ternyata lebih efektif dan efesien untuk

    mereduksi waktu belajar [3]. Sejalan dengan itu, Cerna mengusulkan agar perancangan

    sistem blended learning mencari praktek terbaik untuk menggabungkan lingkungan tatap

    muka dan media komputer dengan mengambil manfaat dari kekuatan masing-masing

    linkungan dan menghindari kelemahannya [7].

    Carmen menyebutkan 5 kunci dalam menciptakan Blended Learning yang tepat

    adalah: pertama adalah live event, yaitu pembelajaran langsung atau tatap muka yang

  • berlangsung dalam waktu dan tempat yang sama (ruang kelas). Kedua adalah

    pembelajaran mandiri yang memungkinkan siswa belajar kapan saja dan dimana saja.

    Ketiga adalah kolaborasi, baik kolaborasi antar teman atau pengajar melalui alat

    komunikasi seperti forum diskusi/ chatroom. Keempat adalah asessment yaitu cara

    mengukur keberhasilan dalam proses pembelajaran baik online maupun offline. Kelima

    adalah pendukung kinerja( performance support materials) untuk mengkombinasikan

    pembelajaran tatap muka [3].

    Dalam bahasa Indonesia self regulated learning sering disamartikan dengan

    kemandirian belajar, regulasi-diri pembelajaran, dan pengelolaan diri dalam belajar [8].

    Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif

    pengalaman belajarnya sendiri dalam berbagai cara sehingga mendapat hasil belajar yang

    optimal [9]. Berdasarkan perspektif sosial kognitif, peserta didik yang dapat dikatakan

    sebagai self regulated learner adalah peserta didik yang secara metakognitif, motivasional,

    dan behavioral aktif dan turut serta dalam proses belajar mereka [10]. Peserta didik

    tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar secara langsung untuk memperoleh

    pengetahuan dan keahlian yang diinginkan, tanpa bergantung pada guru, orang tua atau

    orang lain. Konsep self regulated learning dikemukakan pertama kali oleh Bandura dalam

    latar teori belajar sosial. Menurut Bandura, “bahwa individu memiliki kemampuan untuk

    mengontrol cara belajarnya dengan mengembangkan langkah-langkah mengobservasi diri,

    menilai diri dan memberikan respon bagi dirinya sendiri [11]”.

    Self regulated learning sangat penting dimiliki oleh individu dalam proses

    pembelajaran. Seseorang yang memiliki self regulated learning, akan cenderung lebih

    memiliki prestasi yang baik. Setidaknya terdapat 3 faktor yang mempengaruhi self

    regulated learning pada gambar 2 Triadic Analysis of Self Regulated Functioning sebagai

    berikut:

    Gambar 2. Analysis of Self Regulated Functioning [10]

    Gambar 2 menjelaskan bahwa faktor pribadi (Person) digambarkan dengan siswa

    dapat menggunakan proses pribadi untuk mengatur strategi perilaku dan lingkungan

    belajar. Faktor perilaku (behavior) digambarkan dengan siswa mendapatkan informasi

    tentang akurasi dan apakah harus terus memeriksa melalui umpan balik. Faktor

    Lingkungan (environtment) digambarkan dengan siswa dapat mengatur lingkungan belajar

    agar siswa nyaman dalam belajar [12]. .

    Strategi yang dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi personal, behavioral, dan

    environmental adalah: Strategi untuk optimalisasi fungsi personal (personal function),

    meliputi :1) Organizing and transforming (pengorganisasian dan transformasi) yaitu,

    siswa menelaah kembali materi-materi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran,

    misalnya, siswa mempelajari materi pembelajaran dari awal sampai akhir; 2) Goal setting

  • and planning (penetapan tujuan dan perencanaan) yaitu, siswa menetapkan tujuan belajar

    serta merencanakan urutan, waktu, dan penyelesaian aktivitas-aktivitas yang berhubungan

    dengan tujuan, misalnya siswa menentukan jadwal belajar; 3) Rehearsing and Memorizing

    (melatih dan menghapal) yaitu, siswa berusaha untuk berlatih dan menghapalkan materi,

    misalnya siswa mengerjakan soal-soal latihan dan siswa membaca ulang materi pelajaran

    agar dapat menghapalkannya [12].

    Strategi untuk optimalisasi fungsi tingkah laku (behavioral function), meliputi; 1) Self

    Evaluating (evaluasi diri) yaitu,siswa melakukan evaluasi terhadap kualitas atau kemajuan

    dari pekerjaannya, misalnya siswa meneliti ulang tugas-tugas untuk memastikan sudah

    dikerjakan dengan baik atau belum, siswa mengevaluasi hasil ujian agar dapat menilai

    kemampuan belajarnya; 2) Self Consequenting (konsekuensi diri) yaitu, siswa

    membayangkan reward atau punishment yang didapat jika memperoleh kesuksesan atau

    kegagalan, misalnya siswa merasa malu apabila mendapatkan hasil ujian buruk, siswa

    menganggap keberhasilan sebagai motivasi untuk dapat mempertahankan keberhasilannya

    [12].

    Strategi untuk optimalisasi fungsi lingkungan (environmental function), meliputi; 1)

    Seeking information (pencarian informasi) yaitu, siswa berusaha untuk mencari informasi

    lebih lengkap dari sumber-sumber nonsosial, misalnya siswa berusaha melengkapi materi

    pelajaran dari sumber lain atau literature perpustakaan; 2) Keeping records and self

    monitoring (pembuatan catatan dan mengamati diri) yaitu, siswa berusaha untuk mencatat

    berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar,misalnya siswa mencatat

    hal-hal penting untuk dipelajari, siswa mencatat hal-hal yang tidak dipahami untuk

    dipelajari ulang; 3) Enviromental structuring (penyusunan lingkungan) yaitu siswa

    berusaha untuk memilih atau mengatur lingkungan fisik sehingga proses belajar menjadi

    lebih mudah, misalnya siswa mematikan televisi saat belajar untuk membantu konsentrasi;

    4) Seeking social assistance (pencarian bantuan sosial) yaitu siswa berusaha mencari

    bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu,

    misalnya siswa bertanya kepada guru saat kesulitan mengerjakan tugas atau memahami

    pelajaran [12].

    Learning Management System (LMS) atau yang juga dikenal sebagai Virtual Learning

    Environtment (VLE) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai fungsi

    untuk memberikan sebuah materi, mendukung kolaborasi, menilai kinerja siswa, merekam

    data peserta didik, dan menghasilkan laporan yang berguna untuk memaksimalkan

    efektivitas dari sebuah pembelajaran [13]. Sedangkan menurut Kim Media pembelajaran

    berbasis learning management system menjadi salah satu solusi yang bisa dipakai dalam

    proses pembelajaran. Manfaat LMS dalam Blended Learning adalah untuk memberi

    kemudahan pada peserta didik dalam mengakses pembelajaran online dan membantu

    kinerja terciptanya Blended Learning.

    Manfaat penggunaan media pembelajaran berbasis Learning Management System

    adalah (a) terjadi peningkatan efektivitas pembelajaran dan prestasi akademik siswa; (b)

    menambah kenyamanan; (c) menarik lebih banyak perhatian siswa kepada materi yang

    disampaikan dalam pembelajaran; (d) dapat diterapkan dengan berbagai tingkat dan model

    pembelajaran; (e) dapat menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi

    dunia maya [14]. Schoology merupakan salah satu LMS berbentuk web sosial yang

    menawarkan pembelajaran sama seperti di dalam kelas secara percuma (gratis) dan mudah

    digunakan seperti media sosial Facebook. Melalui fitur yang ada dalam Schoology

    nantinya siswa akan lebih berperan sendiri dalam pembelajaran. Dalam Schoology siswa

    akan mengikuti diskusi tugas, diskusi masalah, mengerjakan tes, quiz , mencari sumber

    belajar yang lain dan tidak hanya mengandalkan guru dalam mendapat informasi atau

    materi. Salah satu kelebihan Schoology yang lain adalah setiap postingan yang dibuat

  • dalam Schoology dapat di share ke media sosial lain seperti Twitter dan Facebook

    sehingga dapat memberikan informasi bagi orang lain.

    3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

    (Classroom Action Research). Secara sederhana PTK dapat diartikan sebagai penelitian

    tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas

    proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik [15]. Penelitian ini menggunakan desain

    tindakan model Kemmis dan McTaggart. Model ini dikembangkan oleh Stephen Kemmis

    dan Robin McTaggart pada tahun 1998 [16]. Model itu menggunakan empat komponen

    penelitian tindakan, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu

    sistem spiral yang saling terkait antara langkah satu dengan langkah berikutnya.

    Gambar 3 Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart

    Empat tahapan dalam desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan

    sebuah siklus, (1) Rencana (plan), merupakan tahap awal penelitian tersebut dilakukan. (2)

    Tindakan (action), merupakan realisasi dari teori dan teknik mengajar serta tindakan

    (treatment) yang sudah direncanakan sebelumnya. (3) Observasi (observation), merupakan

    pengamatan atau observasi yang mengacu pada instrumen yang sudah dibuat. (4) Refleksi

    (reflection), merupakan kegiatan yang dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai

    melakukan tindakan.

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pemberian angket Self

    Regulated Learning kepada siswa. Observasi digunakan untuk mengamati Self Regulated

    Learning siswa pada saat proses pembelajaran sebelum dan sesudah menerapkan metode

    pembelajaran Blended Learning dengan media Schoology, pemberian angket digunakan

    untuk mengukur Self Regulated Learning siswa setelah pembelajaran selesai pada akhir

    siklus.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar

    angket,. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar siswa saat proses

    pembelajaran berlangsung di kelas untuk mengetahui tingkat Self Regulated Leaning

    siswa. Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap pernyataan

    yang diajukan. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

    memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

    [17].

    Tabel 1. Indikator Self Regulated Learning Siswa

    Aspek Indikator Deskripsi Instrumen

    Personal Rehearsing & memorizing Siswa mengerjakan Angket,

  • fuction (Siswa berusaha untuk

    berlatih dan menghafalkan)

    soal-saol latihan dan

    siswa membaca ulang

    materi pelajaran

    Siswa mencatat dan

    bertanya dengan guru

    tentang materi yang

    sudah di pelajari

    Lembar observasi

    Organizing and

    Transforming

    (Siswa menelaah kembali

    materi pelajaran yang

    diberikan dari awal sampai

    akhir)

    Siswa mempelajari

    materi pelajaran dari

    awal sampai akhir.

    Angket

    Goal setting & planning

    (Penetapan tujuan belajar

    serta merencanakan

    urutan,waktu, dan

    penyelesaian aktivitas-

    aktivitas yang berhubungan

    dengan tujuan)

    Siswa menentukan

    jadwal belajar

    Siswa menentukan

    target nilai di setiap

    mata pelajaran

    Angket

    Behavior

    Function

    Self-evaluating

    (Siswa melakukan evaluasi

    terhadap kualitas atau

    kemajuan pekerjaannya)

    Siswa meneliti ulang

    tugas-tugas yang

    sudah dikerjakan.

    Angket

    Self-consequenting

    (Siswa membayangkan

    reward dan punishment

    yang di dapat jika

    memperoleh kesuksesan

    atau kegagalan)

    Siswa berjanji pada

    diri sendiri jika

    mendapat nilai yang

    ditargetkan, maka

    siswa akan memberi

    hadiah pada diri

    sendiri

    Angket

    Environm

    ental

    Function

    Seeking information

    (Siswa berusaha untuk

    mencari informasi lebih

    lengkap dari sumber-sumber

    non sosial)

    Siswa menggunakan

    sumber lain untuk

    mendukung

    pembelajaran dan

    mendapat tambahan

    materi, misalnya

    siswa menggunakan

    buku di perpustakaan

    dan internet

    Angket,

    Lembar observasi

    Keeping records &

    selfmonitoring

    (Siswa berusaha untuk

    mencatat berbagai kejadian

    atau hasil yang diperoleh

    dalam proses belajar)

    Mencatat hal-hal

    penting untuk

    dipelajari dan

    mencatat hal-hal

    penting yang belum

    dipahami untuk

    dipelajari ulang

    Angket,

    Lembar observasi

    Environmental structuring

    Siswa berusaha memilih

    Penataan ruang

    belajar agar nyaman,

    Angket

  • atau mengatur lingkungan

    fisik sehingga proses belajar

    menjadi lebih mudah)

    mematikan televisi

    saat belajar

    Seeking social assitance

    (Siswa berusaha mencari

    bantuan dari teman sebaya,

    guru, orang dewasa lainnya

    yang dianggap bisa

    membantu)

    Siswa bertanya

    kepada orang yang

    dianggap membatu

    saat kesulitan

    mengerjakan tugas

    Angket,

    Lembar

    observasi

    Indikator keberhasilan merupakan ketentuan atau patokan suatu penelitian dikatakan

    berhasil atau tidak. Dalam penelitian ini menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksaan

    tindakan adalah meningkatnya Self Regulated Learning digunakan 3 kategori yaitu Tinggi,

    Sedang, Rendah yang dikemukakan oleh Sugiyono. Jadi bisa dikatakan Self Regulated

    Learning siswa berhasil dengan skor interval. [17]:

    𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 ℎ

    𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 =

    43−0

    3= 14,33 dibulatkan menjadi 14

    Tabel 2 Kriteria Keberhasilan

    Interval Skor Kriteria

    0 – 13 Rendah

    14 – 27 Sedang

    28 – 43 Tinggi

    Serta dilihat dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas jika

    seluruhnya atau minimal (75%) siswa terlibat aktif dan menunjukkan kegairahan belajar

    tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya diri yang tinggi [19]. Kriteria skor

    yang di dapatkan siswa akan di ubah dalam bentuk % untuk mengetahui keberhasilan

    proses dalam pembelajaran mencapai 75%. Sebagai pendukung keberhasilan proses

    belajar, pemahaman siswa dikatakan berhasil jika nilai yang diperoleh lebih dari sama

    dengan KKM (75). Data tentang capaian yang diperoleh dari hasil nilai tugas yang

    digunakan untuk menunujukan ketercapaian indikator pembelajaran.

    Dalam proses pembelajaran Blended Learning ini pembelajaran online yang

    dilakukan hanya untuk pemberian materi, pemberian tugas, dan tes. Karena dalam kasus

    ini dibutuhkan lebih banyak waktu untuk siswa melakukan praktek berkaitan dengan

    pelajaran perakitan komputer, sehingga proporsi online disini digunakan lebih banyak

    dalam pemberian materi dan menuntut siswa untuk belajar mandiri terlebih dahulu

    sebelum bertemu pada pertemuan tatap muka.

    Tabel 3. Rancangan proses pembelajaran

    Kegiatan Bentuk Self Regulated Learning yang

    termati

    Guru menginformasikan kepada siswa

    untuk mempelajari materi pelajaran

    yang sudah di-upload, dengan

    membaca dan mencatat hal-hal yang

    belum diketahui untuk dibahas di

    petemuan berikutnya, baik secara

    (Rehearsing and Memorizing)

    Siswa Berusaha untuk berlatih dan

    Menghafalkan

  • langsung maupun tidak langsung.

    Guru bertanya kepada siswa tentang

    materi tempat dan keselamatan kerja

    yang sudah diberikaan sebelumnya.

    Memberi kesempatan pada siswa untuk

    bertanya hal yang tidak jelas dan tidak

    dimengerti tentang materi tersebut.

    (Seeking Social assistance)

    siswa berusaha mencari bantuan dari

    teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya

    yang dianggap bisa membantu.

    (Keeping Record and Self)

    siswa berusaha untuk mencatat berbagai

    kejadian atau hasil yang diperoleh dalam

    proses belajar

    (Rehearsing and Memorizing)

    Siswa Berusaha untuk berlatih dan

    Menghafalkan

    Guru memberi pertanyaan berkaitan

    dengan prosedur bongkar pasang

    komputer di dalam forum Schoology

    (Seeking Social assistance)

    siswa berusaha mencari bantuan dari

    teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya

    yang dianggap bisa membantu

    (Seeking Information)

    siswa berusaha untuk mencari informasi

    lebih lengkap dari sumber-sumber

    nonsosial.

    Guru membahas soal diskusi dihari

    sebelumnya dan menjelaskan hal-hal

    penting berkaitan dengan Bongkar

    pasang komputer

    (Keeping Record and Self)

    siswa berusaha untuk mencatat berbagai

    kejadian atau hasil yang diperoleh dalam

    proses belajar.

    (Rehearsing and Memorizing)

    Siswa Berusaha untuk berlatih dan

    Menghafalkan

    Guru menginstruksikan siswa untuk

    mengerjakan soal di akhir siklus 1 di

    dalam Schoology

    (Rehearsing and Memorizing)

    Siswa Berusaha untuk berlatih dan

    Menghafalkan

    Guru menginformasikan

    kepada siswa untuk mencari informasi

    di Internet dan mengerjakan soal

    tentang BIOS untuk dipresentasikan

    pada pertemuan berikutnya.

    Setelah presentasi selesai guru

    memberikan informasi tambahan

    berkaitan dengan BIOS

    (Seeking Social assistance)

    siswa berusaha mencari bantuan dari

    teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya

    yang dianggap bisa membantu

    (Seeking Information)

    siswa berusaha untuk mencari informasi

    lebih lengkap dari sumber-sumber

    nonsosial.

    (Keeping Record and Self)

    siswa berusaha untuk mencatat berbagai

    kejadian atau hasil yang diperoleh dalam

    proses belajar Guru menginformasikan kepada siswa (Seeking Social assistance)

  • agar siswa membaca dan mencatat hal-

    hal yang belum diketahui siswa di

    dalam materi yang sudah diupload di

    dalam schoology berkaitan dengan

    praktek di pertemuan berikutnya

    siswa berusaha mencari bantuan dari

    teman sebaya, guru, orang dewasa lainnya

    yang dianggap bisa membantu.

    (Rehearsing and Memorizing)

    Siswa Berusaha untuk berlatih dan

    Menghafalkan Di akhir siklus 2 guru

    menginformasikan agar siswa

    mengerjakan TES akhir siklus 2 di

    dalam schoology

    (Reharssing and Memorizing)

    Siswa Berusaha untuk berlatih dan

    Menghafalkan

    4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    Pada proses pembelajaran menggunakan Blended Learning dengan media Schoology,

    sebelum kegiatan dengan Schoology dimulai guru sudah mengupload materi yang dapat

    di akses siswa sebelum pembelajaran tatap muka, diharapkan siswa sudah mempunyai

    dasar terlebih dahulu dalam materi yang akan di praktikan. Pada siklus 1 siswa belum

    banyak yang mencatat dan bertanya, untuk menyiasati itu guru mengajukan pertanyaan

    didalam kelas dan menunjuk siswa agar menjawab pertanyaan, dan menyuruh siswa

    untuk mencatat hal-hal penting. Pada saat guru memberikan pertanyaan diskusi di dalam

    Schoology beberapa siswa tidak mengerjakan pada hari itu juga. Pada siklus 2

    pembelajaran sudah lebih baik dibading siklus pertama, saat guru menjelaskan tentang

    materi siswa sudah mulai mencatat tanpa disuruh, siswa juga sudah aktif dalam bertanya

    berkaitan dengan materi sebelumnya yang telah mereka pelajari di dalam Schoology.

    Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah pada saat siswa belum terbiasa untuk

    mencatatkan hal-hal yang tidak dipahami, siswa juga terkadang malu menutarakan

    pendapat. Dan terjadi trouble jaringan saat siswa akan meneliti PR yang ada di

    Schoology. Untuk itu peneliti menyarankan kepda siswa membawa modem jika jaringan

    bermasalahan, dan mengarahkan siswa untuk mencatat dan bertanya sebelum praktik

    dimulai. Dari kendala yang ada pada siklus 1, maka pelaksanaan siklus 2 lebih mengajak

    siswa untuk berlatih lebih mandiri. Pada pelaksaan siklus 2 guru tidak memberikan materi

    terlebih dahulu untuk siswa, namun siswa didorong untuk mencari materi terlebih dahulu

    dan mempresentasikannya di kelas pada hari yang akan datang.

    Dari hasil observasi pada siswa kelas X RPL 1 di SMK N 1 Tengaran, pengamatan

    dilakukan pada dua siklus tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil persentase yang

    diperoleh dari pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dikatakan berhasil

    apabila hasil persentase mencapai minimal 75% atau lebih. Rata-rata hasil pengamatan

    terhadap Self Regulated Learning siswa dalam siklus 1 pertemuan 1 Self Regulated

    Learning siswa masuk dalam kriteria “Rendah” sebesar 46,53% menunjukan bahwa

    masih banyak siswa yang kurang memiliki Self Regulated Learning. Pada Pertemuan 2

    hasil dari rata-rata Self Regulated Learning siswa sebesar 58,33% masuk dalam kriteria

    “Sedang”. Pada akhir penghitungan pengamatan guru terhadap self egulated learning

    siswa dalam siklus 2 pertemuan 1, didapat rata-rata Self Regulated Learning siswa

    sebesar 68,75% dengan kriteria masih “Sedang” namun sudah meningkat mendekati

    tinggi. Kemudian pada pertemuan 2 didapat rata-rata Self Regulated Learning siswa

    sebesar 75,17% dengan kriteria “Tinggi”. Peningkatan yang terjadi di tiap indikator pada

    lembar observasi dapat dilihat dalam grafik 4 di bawah ini :

  • Gambar 4 Grafik Persentase lembar Observasi Self Regulated Learning Siswa X RPL 1

    Keterangan:

    Indikator 1 : Siswa Berusaha untuk berlatih dan Menghafalkan (Rehearssing and

    Memorizing)

    Indikator 2 : Siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber

    nonsosial. (Seeking Information)

    Indikator 3 : Siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh

    dalam proses belajar. (Keeping Record and Self)

    Indikator 4 : Siswa berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang dewasa

    lainnya yang dianggap bisa membantu (Seeking Social assistance)

    Secara keseluruhan persentase Self Regulated Learning siswa sudah menunjukkan

    peningkatan tiap siklusnya. Persentase secara keseluruhan yang didapat pada siklus 1,

    mengalami kenaikan sebesar 11,8% dengan kriteria Self Regulated Learrning siswa

    “Sedang”. Pada akhir siklus 2 hasil persentase kenaikan di siklus 2 sebesar 6,42 % dengan

    kriteria “Tinggi”.

    Pada perhitungan pengamatan guru terhadap self regulated learning siswa di siklus 2

    pertemuan 1 persentase Self Regulated Learning siswa masih dengan kriteria “Sedang”

    namun skor tersebut sudah mulai mendekati skor dengan kriteria “Tinggi”. Kenaikan

    yang terjadi dari awal siklus 1 sampai akhir siklus 2 sebesar 29,34%.

    Hal yang paling mempengaruhi siswa dalam Self Regulated Learninng siswa adalah

    indikator Siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-sumber non

    sosial (Seeking Informaation). Mengalami kenaikan paling tinggi dikarenakan siswa pada

    saat siklus kedua pertemuan pertama siswa lebih dilatih untuk mencari banttuan non

    sossial sebelum masuk ke dalam materi pembelajaran, hal ini memicu siswa untuk tidak

    bergantung pada orang lain dalam mendapatkan sebuah materi untuk mendukung materi

    pelajaran. Di dalam kelas pada saat siklus 2 pertemuan pertama siswa sudah terbiasa

    untuk mencari materi pendukung lainnya lewat buku/ internet.

    Indikator lainnya yang meningkat pada siklus 2 adalah Siswa berusaha mencatat

    berbagai kejadian atau hasil yang diperoleh dalam proses belajar ( Keeping Record and

    Self) siswa sudah terbiasa untuk mencatat hal-hal yang belum di mengerti pada saat

    pembelajaran di luar kelas, dan siswa sudah terbiasa untuk mencatat materi secara

    lengkap untuk mendukung pembelajaran. Hasil observasi dari pra siklus, siklus 1 dan 2

    menunjukkan bahwa Self Regulated Learning siswa mengalami peningkatan disetiap

    indikator yang diamati, dan jika dirata-rata dalam persentase Self Regulated Learning

    siswa meningkat hingga mencapai hasil akhir dengan rata-rata Self Regulated Learning

    47,92%48,61% 42,36%

    40,28%

    46,61%

    50,69%43,06%

    43,75%

    57,64%

    63,89%57,64%

    54,17%

    59,72%

    90,28%

    68,06%

    56,94%

    65,28%

    93,75%

    80,56%

    61,11%

    0,00%

    20,00%

    40,00%

    60,00%

    80,00%

    100,00%

    indikator 1 indikator 2 indikator 3 Indikator 4

    Grafik Indiktor Self Regulated Learning pada lembar Observasi

    pra siklussiklus 1 P 1siklus 1 P 2siklus 2 P 1siklus 2 P 2

  • siswa satu kelas sebesar 75,17 % dengan kriteria Tinggi. Dalam gambar diagram 4

    indikator 1 Siswa Berusaha untuk berlatih dan Menghafalkan (Reharssing and

    Memorizing), dari pra siklus sampai siklus 2 pertemuan 2 selalu mengalami kenaikan hal

    ini dapat dilihat dari observasi yang dilakukan karena siswa dalam setiap pertemuan

    sudah mampu untuk melakukan instruksi dengan baik berkaitan dengan penjelasan guru,

    dan saat siswa dapat melakakukan tugas yang diberikan guru secara benar saat praktik

    dan teori.

    Pada indikator 2 siswa berusaha untuk mencari informasi lebih lengkap dari sumber-

    sumber nonsosial. (Seeking Information). Dari pra siklus sampai siklus 2 pertemuan 2

    siswa yang belum terbiasa mencari informasi selain dari LKS yang digunakan, siswa

    diajari untuk lebih aktif dalam pencarian materi. Karena masuk dalam siklus 2 pertemuan

    1 siswa diberi soal dalam Schoology untuk mencari informasi terlebih dahulu berkaitan

    dengan BIOS dihari sebelumny, kemudian setelah itu siswa mempresentasikan di dalam

    kelas. Setelah presentasi selesai guru menambahkan materi dan hal-hal penting berkaitan

    dengan BIOS, disini dapat dilihat peningkatan paling besar terjadi berkaitan dengan

    indikator ke 2 karena siswa selalu mencari informasi selain dari LKS sebagai pegangan

    namun juga siswa mncari buku lain yang ada di perpus dan dari Internet.

    Pada Indikator 3 siswa berusaha untuk mencatat berbagai kejadian atau hasil yang

    diperoleh dalam proses belajar. (Keeping Record and Self). Hal ini terlihat dari kemajuan

    siswa dari pra siklus sampai siklus 2 pertemuan 2 dilihat dari seberapa lengkap catatan

    siswa dari pra siklus sampai siklus 2 pertemuan 2. Tiap siklus juga siswa selalu ada

    peningkatan saat pembelajaran yaitu siswa bertanya dan mencatat hal-hal penting yang

    disampaikan guru pada siswa.

    Pada Indikaor 4 siswa berusaha mencari bantuan dari teman sebaya, guru, orang

    dewasa lainnya yang dianggap bisa membantu (Seeking Social assistance). Dari pra siklus

    menuju siklus 1 mengalami sedikit penurunan karena siswa jarang meneliti pekerjaan

    rumah kembali, kebiasasaan siswa adalah jika sudah mengerjakan jarang ada kemauan

    siswa untuk membahas kembali, namun pada siklus 1 pertemuan 2 dan seterusnya siswa

    mengalami peningkatan karena guru selalu memberi kesempatan jika siswa tersebut malu

    bertanya dengan guru secara langsung bisa bertanya melalui Schoology dan bisa juga

    siswa bertanya dengan teman sebayanya. Kenaikan pada siklus 1 pertemuan 2 dan

    seterusnya dilihat juga dari observasi saat siswa sudah bisa melakukan diskusi dan tanya

    jawab pada diskusi dan prsentasi kelompok yang dilakukan oleh siswa.

    Untuk mengetahui tingkat Self Regulated Learning siswa juga menggunakan angket

    yang dikerjakan oleh siswa dengan keadaan diri siswa tanpa dipengaruhi oleh nilai dan

    temannya pada saat mengisi angket Self Regulated Learning siswa. Angket tersebut

    dibuat sesuai dengan penjabaran 9 indikator Self Regulated Learning dan terdiri dari 43

    butir pernyataan. Pada siklus 1 dan 2, hasil dari angket yang diberikan kepada siswa

    ditunjukkan pada tabel berikut ini:

    Tabel 4 Kriteria Self Regulated Learning Siswa

    Kriteria

    Siklus 1 Siklus 2

    Jumlah

    siswa

    Persentase Jumlah

    siswa

    Persentase

    Rendah 2 5,56 % 0 0 %

    Sedang 19 52,78 % 8 22,22 %

    Tinggi 15 41,67 % 28 77,78 %

    Rata-Rata

    persentase

    Self

    60,79 % 75,13 %

    Sedang Tinggi

  • Regulated

    Learning

    Rata-rata

    Skor siswa

    26,13 32,30

    Sedang Tinggi

    Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah siswa dengan self regulated learning dengan

    kriteria rendah yang semula pada siklus 1 terdapat 2 siswa pada akhir siklus 2 sudah tidak

    ada lagi siswa yang memiliki self regulated learning yang rendah. Jumlah siswa yang

    memiliki self regulated learning sedang berkurang dari siklus 1 pada kriteria sedang di

    siklus 2 jumlah siswa dengan self regulated learning sedang hanya beberapa namun skor

    yang di dapat sudah mendekati kriteria Tinggi. Pada akhir siklus 2 jumlah siswa yang

    memiliki Self regulated learning dengan kriteria Tinggi selalu bertambah tiap siklusnya.

    Jadi dengan rata-rata kelas Self Regulated Learning siswa sebesar 75,13 % Self Regulated

    Learning siswa dalam kelas X RPL 1 sudah mencapai batas yang di targetkan. Dengan

    skor rata-rata 32,30 masuk dalam kriteria “Tinggi”. Siklus 1 dan siklus 2 diperoleh

    kenaikan sebesar 14,34 %.

    Self Regulated Learning juga mempengaruhi pemahaman siswa, dengan Self

    Regulated Learning yang dimiliki siswa akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap

    pembelajaran yang dijalani. Siswa yang memiliki self regulated learning akan terlihat

    dari keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi. Keberhasilan berdasarkan

    pemahaman siswa setelah proses dilakukan dapat dilihat dalam tabel 8 dibawah ini :

    Tabel 5 Tabel ketercapaian nilai siswa berdasarkan nilai KKM

    Tabel 5

    menunjukan

    keberhasilan proses pembelajaran dengan metode Blended Learning dengan media

    Schoology untuk meningkatkan Self Regulated Learning dilihat dari pemahaman siswa

    saat siswa diberikan tes tiap akhir siklus menunjukan jumlah siswa yang mendapatkan

    nilai KKM tiap siklusnya bertambah. Pada akhir siklus 1 nilai rata-rata kelas yang didapat

    belum mencapai nilai ketuntasan karena 15 siswa (41,67%) masih memiliki nilai dibawah

    75 hal ini dikarenakan bebrapa siswa masih memiliki self regulated learning yang rendah.

    Pada siklus 2 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa pada akhir siklus 2 sudah

    melebihi KKM dikarenakan siswa tidak ada yang memiliki self regulated learning yang

    rendah meskipun masih ada beberapa siswa memiliki Self regulated learning sedang.

    Rata-rata nilai yang di dapatkan siswa sudah seluruhnya mencapai KKM (75), siswa

    yang mendapatkan nilai melebihi KKM adakah 24 siswa (66,77%) dan siswa yang tuntas

    dengan nilai 75 sebanyak 12 siswa (33,33%). Dengan demikian pada akhir siklus 2

    seluruh siswa kelas X RPL 1 dapat mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah yaitu

    75.

    5. KESIMPULAN Penggunaan metode Blended Learning dengan media Schoology dapat

    meningkatkan Self Regulated Learning siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari

    peningkatan persentase Self Regulated Learning siswa mulai dari pra siklus, siklus 1 dan

    siklus 2. Dalam lembar obervasi (pengamatan) guru saat pra siklus, persentase yang di

    dapatkan sebesar 44,79% dengan kriteria rendah. Di akhir siklus 1 terdapat peningkatan

    Self Regulated Learning siswa sebesar 58,33% dengan kriteria sedang, dan pada angket

    Nilai Rata-Rata SIKLUS 1

    71

    SIKLUS 2

    79

    >=KKM 75 21 Siswa 36 Siswa

    < KKM 75 15 Siswa 0 Siswa

  • Self Regulated Learning siswa 60,79% dengan kriteria Sedang. Pada akhir siklus 2, di

    dapat hasil persentase lembar observasi sebesar 75,17% dengan kriteria tinggi, dan angket

    yang dikerjakan siswa menunjukan persentase 75,13% dengan kriteria Tinggi. Kenaikan

    Self Regulated Learning siswa kelas X RPL 1 dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami

    kenaikan sekitar 14,34%. Penggunaan metode Blended Learning dengan media

    Schoology dapat meningkatkan pemahaman siswa. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari

    hasil tes akhir tiap siklus. Pada siklus 1 nilai siswa yang mencapai ketuntasan adalah 21

    siswa kemudian pada siklus 2 36 siswa sudah mencapai KKM seluruhnya. Self Regulated

    Learning yang dimiliki siswa sangat berhubungan dengan tingkat pemahaman masing-

    masing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan menggunaan Schoology ini jam

    pelajaran di dalam kelas dapat di gunakan untuk memperbanyak waktu praktik siswa,

    karena siswa sudah dapat membaca dan belajar lewat materi yang sudah di Upload dalam

    Schoology, dan dalam pembelajaran tatap muka di dalam kelas siswa dapat bertanya

    tentang hal yang belum dimengerti siswa.

    6. DAFTAR PUSTAKA [1] Nana Sujana 2010, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

    Algesindo

    [2] http://repository.upi.edu/690/4/T_IPS_1102579_CHAPTER1.pdf. Diakses pad

    tanggal 9 Desember 2015

    [3] Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran Blended Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka

    Jakarta

    [4] Sandi, Gede. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia

    Ditinjau Dari Kemandirian Siswa.

    http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPP/article/view/1839. Diakses pada

    tanggal 17 September 2015

    [5] Sari, Anissa Ratna. 2013. Strategi Blended Learning untuk meningkatkan

    kemandirian belajar dan kemampuan critical thinking mahasiswa di era digital”

    journal.uny.ac.id/index.php/jpakun/article/download/1689/1403. Diakses pada

    tanggal 17 September 2015

    [6] Catchen, R. 2013. Are We Ready for Blended Learning? Time to Change “What to

    Learn?”

    [7] Cerna, M. 2009. Blended Learning Experience In Teacher Educattion The Trainees

    Perspective. Acta Didactica.

    [8] Bokaerts, M., Pintrich, P. R., dan Zeidner, M. 2000. Handbook of Self regulated.

    New York : Academic Press.

    [9] Wolters, Christopher A. 1998. Self-regulated learning and college students’

    regulation of motivation. Journal of Educational Psychology. Vol. 90

    [10] Zimmerman, B. J. 1989. A social cognitive view of self-regulated academic

    learning. Journal of Educational Psychology, Vol. 81

    [11] Santrock, John W. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika

    [12] Renolds, William M dan Gloria E. Miller. 2003. Handbook of Psychology Volume

    7

    [13] Yasar, O. & Adiguzel, T. 2010. A Working Successor of Learning Management

    System: SLOODLE. Procedia Social and Behavioral Sciences

    [14] Kim, Won. 2007. Towards a Definition and Methodology for Blended Learning.

    Dalam Joseph Fong & Fu Lee Wang (Eds.), Prosiding Workshop on Blended

    Learning, Edinburgh, 15-17 Agustus 2007.

    [15] Mulyasa, H.E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

    Rosdakarya

    http://repository.upi.edu/690/4/T_IPS_1102579_CHAPTER1.pdfhttp://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPP/article/view/1839

  • [16] Kusumah, Wijaya dan Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :

    PT Indeks.

    [17] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

    [18] Rahantoknam, A. M. C. 2009. Hubungan dukungan sosial orang tua dan minat

    membaca siswa kelas V dan VI sekolah dasar negeri 01 Salatiga. Skripsi (tidak

    diterbitkan) progdi Psikologi UKSW.

    [19] Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif

    dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.