Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di...

12

Click here to load reader

description

Paper ini ditulis oleh Rini Nasution [email protected]

Transcript of Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di...

Page 1: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  1

Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan

Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

Rini Nasution

[email protected]

OMS memanfaatkan TIK (teknologi informasi dan komunikasi), khususnya internet, lebih banyak untuk

kebutuhan memperluas jaringan dan membangun hubungan yang ‘mutual’ dengan OMS lain, ketimbang

untuk memfasilitasi perubahan. Kapasitas organisasi dalam memanfaatkan TIK untuk advokasi dan

kampanye juga lemah. Inilah 2 faktor utama yang mengakibatkan minimnya konten lokal dan adanya jurang

informasi dan pengetahuan antar-OMS. Kesadaran untuk mengelola dan membagi informasi dan

pengetahuan antar-OMS masih perlu dibangun, perkembangan kemajuan TIK seperti open content, open

source, jurnalisme warga merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan oleh OMS sebagai alat untuk

melakukan agenda perubahan.

1. Situasi Umum Organisasi Masyarakat (OMS) dalam Pemanfaatan, Pengelolaan, Penyebaran Informasi dan Pengetahuan

1.1. Minimnya konten lokal yang dapat diakses secara bebas

Tidak diragukan lagi, banyak terdapat kumpulan dan akumulasi informasi dan

pengetahuan yang amat beragam dan tersebar di berbagai OMS dan jaringan OMS

serta konstituen dan komunitas penerima manfaat/beneficiaries. Namun sayangnya,

karena sebagian besar belum terdokumentasikan dan dikelola dengan benar, maka

penyebarannya pun masih terbatas, yakni sebatas jaringan atau sebatas ‘rekan sekerja’.

Bahkan, dalam sebuah jaringan kerja yang menangani isu yang sama, belum tentu

terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan yang cukup intensif dan terdokumentasi.

Temuan seperti pembelajaran, analisis keberhasilan dan kegagalan dari sebuah upaya

advokasi dan kampanye, bisa dikembangkan menjadi pengetahuan penting bagi OMS

lain. Namun, selama data dan informasi, yang merupakan basis dari semua

pengetahuan, belum dikelola dan disebar, maka ‘Knowledge is Power’ jangan-jangan

Page 2: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  2

hanya sekadar ungkapan saja, karena informasi dan pengetahuan belum dapat menjadi

salah satu kekuatan OMS. Saat ini, kondisinya masih lebih banyak OMS yang menjadi

konsumer informasi dan pengetahuan, daripada menjadi produser informasi dan

pengetahuan. Ini dapat dilihat dari data berikut, studi Yanuar 1, survey terhadap 268

organisasi di 29 propinsi, 38% OMS mengaku lebih banyak menggunakan teknologi

komunikasi untuk mengakses informasi dan hanya 16.6% yang mengatakan lebih

banyak memberikan informasi. SatuDunia juga menemukan bahwa minimnya

kemampuan dan keterampilan mendokumentasi dan menulis (capturing knowledge)

menghambat produksi informasi dan pengetahuan (konten) yang memadai untuk dibagi.

Disisi lain, media massa mainstream masih merupakan penyedia informasi mutakhir

yang selalu hadir bagi masyarakat. Karena keterbatasannya, media mainstream, tidak

selalu dapat menghadirkan informasi yang penting untuk diketahui masyarakat. Contoh

kasus HIV/AIDS jarang mendapat perhatian media mainstream, padahal HIV/AIDS

merupakan persoalan besar bagi bangsa ini. OMS harus memberi informasi alternatif

(bisa melalui media alternatif) untuk mengedukasi masyarakat tentang akar persoalan

isu –isu sosial yang penting seperti HIV/AIDS, Gender, Utang, HAM, Kerusakan

lingkungan dll, sehingga itu dapat menjadi pengetahuan masyarakat. OMS harus

menyediakan informasi alternatif yang dapat diakses secara bebas untuk melengkapi

dan mengimbangi ‘dominasi informasi’ karena data dan informasi penting menyangkut

persoalan di akar rumput, di masyarakat korban/survivor, di lapangan/tempat kejadian

sebenarnya justru dimiliki oleh OMS, yang memperolehnya langsung dari sumbernya.

1.2. Jurang informasi dan pengetahuan

SatuDunia menemukan sedikit sekali organisasi yang secara teratur melakukan

pemutakhiran/upating informasi, sekalipun mereka sudah memiliki kanal komunikasi.

Akibatnya, aliran informasi dan pengetahuan yang berasal dari komunitas jarang sekali

kembali lagi ke komunitas asalnya yang sebenarnya dapat dipakai oleh mereka sendiri

untuk memperjuangkan perubahan atas nasib mereka. Masih belum banyaknya upaya

untuk memfasilitasi komunitas atau konstituen untuk dapat mengakses informasi tsb

menyebabkan jurang pengetahuan atau ‘knowledge gap’ antara OMS dan

                                                        1 Y. Nugroho, Teknologi Informasi dan Organisasi masyarakat Sipil Indonesai, Studi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di kalangan kelompok/organisasi masyarakat sipil di Indonesia bagi perubahan sosial, 2007

Page 3: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  3

konstituen/beneficiaries. Jurang tersebut juga menganga lebar antara OMS lokal dan

nasional, karena proses pertukaran informasi dan pengetahuan yang terbatas. Padahal,

di dalam ruang publik yang makin terbuka, akuntabilitas dan transparansi sudah tidak

terelakan lagi.

Di tataran internal organisasi dan jaringannya, tercerai-berainya pengetahuan

organisasi, terkadang ditambah lagi dengan ‘turn over staff’ yang cukup tinggi,

menyebabkan sulitnya menemukan bangunan informasi dan pengetahuan kolektif pada

sebuah OMS maupun jaringan OMS. Proses ‘sharing knowledge’ (berbagi pengetahuan)

yang sedianya dapat dilakukan untuk membangun kompetensi, ketrampilan dan

kreativitas bagi masyarakat sipil itu sendiri belum menjadi kebutuhan dan kebiasaan,

baik secara internal maupun eksternal.

Anwari Natari2 menuliskan bahwa ada juga yang sebenarnya menyadari bahwa berbagi

pengetahuan itu penting, tetapi hanya berlaku pasif; tidak menyebarkan

pengetahuannya bila tidak terus diminta. Atau, ada yang mau berbagi, tapi tak tahu cara

yang efektif. OMS juga memiliki pengetahuan yang “siap konsumsi”, seperti teknik

membuat proposal pendanaan yang baik ke funding, cara membuat laporan yang baik,

teknik membangun fundraising, trik mudah membuat website, trik memanfaatkan TIK

untuk kerja advokasi, dan lain-lain. Pengetahuan semacam ini semestinya tersedia bagi

OMS lain. Sharing pengetahuan dapat menjadi salah cara efektif untuk memperkecil gap

kekayaan informasi dan pengetahuan serta kapasitas di antara OMS. Karena, idealnya,

tak ada istilah OMS miskin, OMS kaya. Setidaknya dalam hal informasi, pengetahuan,

dan kapasitas.

1.3. Pemanfaatan ICT- TIK: Teknologi Informasi dan komunikasi di kalangan OMS

Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet,

handphone, web 2.0, open source software, akan mempercepat, mempermudah,

menekan biaya dan memperluas proses berbagi informasi dan pengetahuan, serta                                                         2 A. Natari, Anwari Natari, Studi Kasus: Membuka wacana Open Content di kalangan LSM, WOSOC, Bali 2008. 3 Cyber-Urban Activism and the Political Change in Indonesia, Annenberg Centre, Univ of Southern Carolina, http://www.eastbound.info/journal/2006-1/

Page 4: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  4

dapat meningkatkan partisipasi langsung dari target sasaran untuk memproduksi

informasi dan pengetahuan sendiri dengan menggunakan blog, wikipedia atau citizen

journalism/jurnalisme warga.

Merlina Liem di dalam bukunya 3 menunjukan bagaimana cyberspace telah membuka

activist politik untuk pertama-tama, meruntuhkan monopoli pemerintah dalam

memproduksi pengetahuan dan alur informasi, dan, kemudian menjangkau masyarakat

di tingkat nasional dan internasional melalui aliran informasi dari internet kepada

masyarakat.

Yanuar4 dalam studinya juga memaparkan bagaimana teknologi komunikasi, internet,

telah dimanfaatkan oleh OMS. Untuk keperluan internal, OMS menggunakan internet

untuk memperoleh informasi, meningkatkan ekektifitas dan efisiensi kinerja organisasi,

sementara untuk keperluan eksternal, internet digunakan untuk berelasi dan

membangun jaringan sosial. Internet telah membantu mengorganisasi gerakan,

memperluas persektif dan mengembangkan jaringan.

Yang menarik adalah, masih dari studi yang sama, terlihat bahwa OMS mengadopsi

internet utamanya karena kebutuhan untuk sebuah hubungan yang sifatnya ‘mutual’

dengan OMS lain, seperti berkolaborasi dan memperluas jaringan. Internet diadopsi

bukan digunakan untuk kebutuhan menfasilitasi perubahan (Yanuar4, p:171-172),

seperti untuk menyebarkan informasi kepada kelompok/pihak lain (intermediary reason),

memberikan pengetahuan kepada beneficiaries (empowerment reason), mengurangi

pemakaian kertas, mengurangi perjalanan melalui on-line meeting (environmental

reason), mempengaruhi masyarakat (influence intensity) dan mengedukasi masayarakat

(education reason). Temuan ini memperkuat pengalaman SatuDunia yang sering

menemukan kendala pada saat megajak OMS untuk menggunakan TIK sebagai alat

untuk berbagi informasi dan pengetahuan, baik antar OMS, kepada konstituen dan

beneficiaries maupun sasaran publik tertentu.

Sayangnya, walapun sebagian besar OMS berkeyakinan bahwa internet akan

memperkuat pencapaian tujuan organisasi, tetapi penggunaan internet sebagai                                                         

4 Y. Nugroho, Does the Internet Transform Civil Society? The Case of Civil Society Organizations in Indonesia, Manchester Business School, 2007.

Page 5: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  5

alat/sarana strategis untuk kepentingan advokasi dan kampanye, masih belum

signifikan. Hal ini terlihat dari studi Yanuar1,42% sangat yakin akan terjadinya

peningkatan kinerja manajemen, 42% sangat yakin jaringan organisasi akan meluas,

60% yakin bahwa pencapaian misi dan tujuan organisasi akan menjadi lebih baik dan

karenanya 59% yakin bahwa dengan tingkat penggunaan dan kemajuan teknologi

komunikasi, akan mendorong terjadinya transformasi sosial yang dicita-citakan

organisasi dalam 5-10 tahun ke depan. Akan tetapi keyakinan mereka, belum di

wujudkan karena hanya sebagian kecil (9%) yang yakin bahwa penggunaan internet di

organisasi mereka saat ini berada diurutan 5% teratas.

1.4. OMS belum memiliki kapasitas yang memadai dalam mengoptimalkan TIK

Dibandingkan dengan korporasi, pengetahuan, kompetensi dan ketrampilan,

memanfaatkan TIK belum berkembang di kalangan OMS. Secara umum, SatuDunia

melihat bahwa OMS belum memandang kemajuan TIK sebagai alat/sarana strategis

untuk berbagi dan bertukar informasi dan pengetahuan sehingga pemanfaatannya untuk

keperluan ini belum optimal. Ini terlihat dari masih sedikitnya pemutakhiran/updating

informasi secara reguler melalui website organisasi, juga kegiatan pendokumentasian

dan pengelolaan informasi yang masih minim. Khusus untuk penggunaan TIK,

umumnya OMS masih memandang bahwa TIK itu rumit, mahal, dan justru

menyusahkan. Studi Yanuar 1, 52% OMS berpendapat bahwa sebagian besar staf

mereka ingin meningkatkan ketrampilan teknologi komunikasi mereka. Umumnya, OMS

belum memahami TIK dalam kerangka advokasi dan kampanye, dan belum

mengembangkan kapasitas untuk mengintegrasikan TIK secara lebih strategis dan

komprehensif untuk pencapaian tujuan organisasi (tahap apropriasi penggunaan

teknologi).

2. Tantangan dan Peluang

2.1. Membangun budaya/kebiasaan berbagi informasi dan pengetahuan

                                                        

Page 6: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  6

Menurut Hans Dieter Evers dalam analisanya tentang knowledge society (K-society),

ada prasyarat yang memungkinkan masyarakat memproduksi pengetahuan (Idaman

Andarmosoko5, 2007), yaitu antara lain pengembangan sumber daya manusia, akses

terhadap pengetahuan lokal dan global, publikasi hasil riset di media cetak lokal dan

internasional. Dengan kata lain, membuka dan memperluas akses terhadap informasi

akan menghasilkan pengetahuan yang akan meningkatkan kompetensi dan ketrampilan

OMS. Sehingga, dalam konteks ini, OMS harus memiliki perilaku kolektif untuk saling

berbagi.

Budaya/kebiasaan berbagi informasi dan pengetahuan secara kolektif harus dibangun

dalam suasana politik yang menghargai kebebasan berekspresi dan mengakui Hak atas

informasi sebagai hak dasar warga Negara yang dijamin pemenuhannya oleh Kebijakan

Negara. Lahirnya UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang kontroversial

terbukti telah memakan korban, wartawan dan warga biasa, di tuntut karena dianggap

telah menghina pihak lain melalui pesan di miling list dan artikel di sebuah situs. Hak

warga negara untuk berekspresi dan memperoleh informasi dapat diberangus.

OMS sebaiknya mulai menyadari pentingnya berbagi untuk menghasilkan pengetahuan

baru yang dapat digunakan untuk mewujudkan perubahan social. Namun berbagi

informasi dan pengetahuan, menyisakan pertanyaan penting yaitu siapa sebenarnya

pemilik informasi dan pengetahuan itu? Atau adakah pemilik informasi dan

pengetahuan? Pertanyaan ini menjadi penting untuk dieksplorasi karena kepemilikan

pengetahuan (TRIPS, HAKI) masih merupakan isu dalam upaya berbagi informasi dan

pengetahuan, sementara mekanisme pasar atas karya seni, dominasi media massa

besar, software proprietary akan mengakibatkan pengetahuan seolah menjadi

komoditas baru.

Namun disisi lain, ada perkembangan yang kreatif. Otoritas ilmu pengetahuan sudah

semakin terbuka dengan meningkatnya penggunaan wikipedia, blog, open content,

creative common, indie label, media alternatif, jurnalisme warga dan open source yang

membuka peluang untuk dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh OMS untuk melakukan

perubahan.

                                                        5 I. Andarmososko, KM: Konteks, Gelanggang dan Pertarungan, Sebuah upaya diskusi atas perspektif organisasi Masyarakat Sipil terhadap KM, 2007.

Page 7: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  7

2.2. Mengembangkan kapasitas organisasi dalam mengapropriasi TIK

Membangun kapasitas organisasi untuk dapat mengapropriasi TIK sebagai alat strategis

untuk advokasi dan kampanye merupakan langkah penting untuk memperluas dan

meningkatkan proses berbagi informasi dan pengetahuan. Berdasarkan pengalaman

SatuDunia, peningkatan kapasitas dapat berhasil pada organisasi yang sudah memiliki

kebiasaan untuk berbagi informasi atau organisasi yang mempunyai

kepedulian/kesadaran atau keinginan kuat untuk berbagi informasi tetapi terkendala oleh

keterbatasan pemahaman dan skill dalam menggunakan TIK.

3. Peran SatuDunia

3.1. Siapa SatuDunia?

SatuDunia Indonesia resmi berdiri pada tanggal 16 Desember 2006, atas prakarsa

HIVOS, Yayasan Jaring dan Oneworld UK. SatuDunia/OneWordl Indonesia merupakan

anggota jaringan OneWorld International, yang tersebar di 11 center di Eropa Barat dan

Timur, Amerika Utara dan Selatan, UK, Canada, Afrika, Asia Selatan dan Asia tenggara

dan 1600 organisasi mitra di seluruh dunia . OneWorld mempublikasikan isu-isu

pembangunan di tingkat negara dan benua dengan menggunakan bahasa lokal.

Beberapa berita juga akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan di

OneWorld Internasional untuk audiens di tingkat global melalui OneWorld.net. Selain itu,

jaringan OneWorld juga bekerja sama dalam mempromosikan pembangunan

berkelanjutan dan hak asasi manusia.

Saat ini SatuDunia telah memiliki 180 organisasi mitra yang tersebar di seluruh

Indonesia dengan isu yang beragam. SatuDunia merupakan OMS yang fokus pada

penggunaan TIK sebagai alat untuk berbagi informasi dan pengetahuan dan membantu

advokasi dan kampanye. SatuDunia memiliki misi untuk Memperkuat gerakan

masyarakat sipil di Indonesia dalam berbagi informasi dan pengetahuan baik secara

nasional atau global dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Page 8: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  8

3.1. Memfasilitasi pertukaran informasi dan pengetahuan

Untuk menjawab persoalan dan tantangan minimnya konten lokal yang dapat diakses

secara bebas dan adanya jurang informasi dan pengetahuan antar OMS baik di tingkat

local, nasional maupun global, maka SatuDunia mengembangkan portal

www.satudunia.net sebagai platform bagi pertukaran informasi dan pengetahuan anatar

OMS di tingkat lokal, nasional dan global. Portal mengusung isu HIV/AIDS,

Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Perubahan Iklim, TIK dan HAM. Portal ini

berfungsi sebagai:

• Platform pertukaran informasi dan pengetahuan untuk isu HIV/AIDS, Pembanguan

Ekonomi Bekelanjutan, Perubahan Iklim dan TIK untuk meningkatkan

kemampuan OMS untuk saling belajar, melakukan aksi dan berkolaborasi di

tingkat local, nasional dan global.

• Media alternatif untuk menyuarakan ‘the voiceless’, mengangkat perspektif

alternatif dan akar persoalan isu-isu social yang penting, yang tidak atau jarang

muncul di media mainstream.

• Media komunitas untuk membangun jaringan informasi, komunikasi dan

pengetahuan.

SatuDunia mengkombinasikan infomasi on-line dengan kegiatan off-lines untuk

memperluas penyebaran informasi, E-buletin/CD-ROM yang merupakan versi off-line

dari portal, dan Buletin cetak yang diberikan secara reguler setiap 6 bulan ke pada mitra

dan jaringan SatuDunia.

Kegiatan off-line lain dalam berbagi informasi dan pengetahuan adalah diskusi dan

workshop dengan mengangkat tema-tema tertentu yang relevant bagi mitra SatuDunia,

lihat www.satudunia.net/aktivitas

3.2. Membantu Advokasi dan kampanye

Untuk memnuhi misinya memperkuat masyarakat sipil, Satudunia juga membantu

Advokasi dan kampanye mitra dan jaringan:

Page 9: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  9

Pada saat UNFCC di Bali, 2007, SatuDunia membuat dan mengelola website

www.csoforum.net untuk memperkuat advokasi dan kampanye Climate Justice

oleh CSF selama konferensi berlangsung.

Advokasi media dalam kasus Lapindo

3.3. Pengembangan kapasitas (Capacity building) dalam menggunakan TIK sebagai alat

strategis bagi advokasi dan kampanye

SatuDunia mencoba untuk mengembangkan model Peningkatan Kapasitas yang

komprehensif, sistematis dan terukur untuk mulai menata OMS Indonesia agar

menggunakan TIK sebagai alat strategis untuk membantu advokasi dan kampanye

sehingga informasi dan pengetahuan bisa di-redisitribusi. Model ini diharapkan akan

merubah paradigma, serta meningkatkan pemahaman dan ketrampilan dalam

menggunakan TIK untuk mendokumentasikan, mengelola, memproduksi dan

mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan kepada konstituen, stakeholder dan

publik.

SatuDunia memiliki mandat juga untuk membantu mengembangkan kapasitas mitra dan

jaringannya. Bagi SatuDunia, Capacity Building ditujukan untuk memperkuat

pengetahuan, kapasitas, ketrampilan dan perilaku pada level individu serta memperbaiki

struktur dan proses organisasi sehingga organisasi dapat mencapai misi dan tujuannya

secara efektif dan berkesinambungan6.

Capacity building 6mengembangkan pendekatan sbb:

1. Kapasitas Organisasi

Capacity Building (CB) bukan hanya sekedar training, tetapi berkaitan dengan

kemampuan organisasi untuk melakukan perubahan sebagai hasil dari proses.

Sedangkan training lebih terbatas pada pemberian kesadaran, pengetahuan atau

ketrampilan baru

2. Kebutuhan Belajar

                                                        6 Draft Dokumen Kerangka Pengembangan Kapasitas SatuDunia, 2008.

Page 10: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  10

Sebagai sebuah proses pembelajaran bersama, untuk mengembangkan kemampuan

organisasi dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar mereka sendiri, meningkatkan

ketrampilan dan memperbaiki sistem.

3. Komprehensif

Paradigma

Pendekatan ini ingin meluruskan cara pandang yang salah tentang TIK bahwa TIK

bukan hanya teknologi saja, tetapi pemaknaannya harus dilihat secara utuh yang

mencakup 4 aspek, yaitu aspek Informasi, Komunikasi, Pengetahuan, Teknologi

(I,K,P,T). Dimana teknologi hanya menjadi alat bantu yang mempermudah dan

mempercepat pengelolaan Informasi, Komunikasi dan Pengetahuan. I, K,P,T tersebut

harus diletakkan dalam lansekap organisasi dan manajemen. Dengan pemaknaan

seperti ini, maka persoalan informasi, komunikasi dapat didekati secara utuh otonom

sebelum berbicara tentang teknologi.

Organisasi dan Manajemen

Analisis di tingkat manajemen akan menjadi kunci berjalannya capacity building.

Terpetakannya pola dan problem manajemen di organisasi .akan membantu organisasi

dalam memahami akar masalah dan mencari solusi agar capacity building bermanfaat

dan berjalan efektif.

Manajemen Informasi

Manajemen Informasi memiliki 2 unsur penting, yaitu pengambilan keputusan dan

perubahan. Manajemen Informasi bukan hanya pembangunan system dan prosedur

tetapi beyond that. Management Informasi didefinisikan sebagai “A decision making

processes within a civil society organization, which lead to change. Changes could be

either in policy (advocacy) or behavior (campaign) or relations (networking) or message

(communication).”

Strategi komunikasi

Pendekatan ini kurang populer digunakan OMS, namun pendekatan ini bermanfaat

untuk mempertajam pemahaman organisasi akan dirinya sendiri, dan membantu

Page 11: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  11

mendekatkan organisasi dengan konstituennya. Strategi komunikasi akan membantu

merumuskan strategi pemanfaatan TIK untuk mendukung advokasi dan kampanye.

Teknologi

Pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk mencetak tenaga teknis TIK melainkan untuk

mencetak SDM yang mampu merumuskan strategi pemanfaatan TIK guna mendukung

program kerja organisasi. Untuk itu, teknologi diberikan setelah organisasi memiliki

pemahaman tentang manajemen informasi dan strategi komunikasi sehingga pemilihan

jenis teknologi akan lebih tepat guna dan efektif.

Sementara itu, methode yang digunakan adalah Workshop (with Tutorial and exercise),

FGD, Training , Coaching, Evaluasi dan Pembelajaran Bersama.

4. Penutup

Knowledge is power? or Sharing is power?

Pengetahuan memang belum menjadi kekuatan bagi OMS, tapi ‘sharing’ pengetahuan

dapat meningkatkan kekuatan OMS. Karena pada hakekatnya, semua hal sebenarnya,

di tingkat kuantum, melakukan sesuatu hanya untuk (kepada) dirinya sendiri, Jadi ketika

kita memberi kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang bersedekah kepada diri

kita sendiri7.

Referensi:

A. Natari, Studi Kasus: Membuka wacana Open Content di kalangan LSM, WOSOC, Bali, 2008.

Dokumen Draft Kerangka Pengembangan Kapasitas SatuDunia, 2008 I. Andarmososko, KM: Konteks, Gelanggang dan Pertarungan, Sebuah upaya diskusi atas perspektif organisasi Masyarakat Sipil terhadap KM, 2007.

                                                        7 Erbe Sentanu, Quantum Ikhlas, Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati, the Power of Positive Feeling

Page 12: Penggunaan ICT untuk Berbagi Informasi dan Pengetahuan Antar-Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Indonesia

  12

M.Liem, Cyber-Urban Activism and the Political Change in Indonesia, Annenberg Centre, Univ of Southern Carolina, 2006. Y. Nugroho, Teknologi Informasi dan Organisasi masyarakat Sipil Indonesai, Studi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di kalangan kelompok/organisasi masyarakat sipil di Indonesia bagi perubahan sosial, 2007. Y. Nugroho, Does the Internet Transform Civil Society? The Case of Civil Society Organizations in Indonesia, Manchester Business School, 2007.

Bibliografi:

J.D.H. Downing, Radical Media, Rebellious Communication and Social Movements, Sage Publication, 2001.

Laporan Tahunan SatuDunia, 2007.