Penggunaan Bahasa Dan Logika Dalam Berpikir

24
A. PENDAHULUAN Perbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada dua hal, yaitu kemampun berpikir dan kemampuan berbahasa. Sebenarnya keunikan manusia bukan terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan pada kemampuan berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak. Tanpa bahasa pula manusia tak dapat mengomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain. Pengetahuan yang dikomunikasikan kepada orang lain itu merupakan hasil kegiatan bernalar atau berpikir. Oleh karena itu, agar dapat mengungkapkan hasil kegiatan bernalar atau berpikir dengan baik manusia harus menguasai bahasa. Salah satu bidang bahasa yang harus dikuasai agar dapat mengungkapkan hasil kegiatan berpikir atau bernalar dengan baik adalah kosakata. Kemampuan merepresentasikan peristiwa ke dalam kalimat tidak hanya ditentukan oleh penguasaan terhadap bahasa, tetapi juga oleh kemampuan bernalar atau 1

Transcript of Penggunaan Bahasa Dan Logika Dalam Berpikir

A. PENDAHULUANPerbedaan utama antara manusia dan binatang terletak pada dua hal, yaitu kemampun berpikir dan kemampuan berbahasa. Sebenarnya keunikan manusia bukan terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan pada kemampuan berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak. Tanpa bahasa pula manusia tak dapat mengomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain. Pengetahuan yang dikomunikasikan kepada orang lain itu merupakan hasil kegiatan bernalar atau berpikir. Oleh karena itu, agar dapat mengungkapkan hasil kegiatan bernalar atau berpikir dengan baik manusia harus menguasai bahasa. Salah satu bidang bahasa yang harus dikuasai agar dapat mengungkapkan hasil kegiatan berpikir atau bernalar dengan baik adalah kosakata.Kemampuan merepresentasikan peristiwa ke dalam kalimat tidak hanya ditentukan oleh penguasaan terhadap bahasa, tetapi juga oleh kemampuan bernalar atau berpikir. Kemampuan bernalar atau berpikir itu merupakan sebuah proses. Kemampuan ini berkembang sejalan dengan perkembangan jiwa dan perkembangan budaya seseorang. Perkembangan budaya itu antara lain diperoleh melalui pendidikan. Jadi, pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Agar kegiatan berpikir itu berjalan secara efektif dan menghasilkan pikiran yanag benar maka manusia memerlukan pedoman-pedoman yang bisa dijadikan pegangan dalam kegiatan berpikir. Pedoman berpikir benar itu disebut logika.Manusia adalah makhluk yang berpikir (homo sapiens) dan yang dapat berkarya (homo faber). Sebagai makhluk yang dapat berpikir, manusia memerlukan sarana berpikir. Sarana berpikir itu berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Hal ini yang mendasari penyusun akan membahas lebih lanjut mengenai penggunaan bahasa dan logika dalam berpikir.

B. BAHASA1. Defenisi BahasaBahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.

2. Fungsi Bahasaa. Bahasa sebagai Alat Ekspresi DiriPada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Bahasa sebagai Alat KomunikasiSebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

c. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi SosialSelain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati. Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

d. Bahasa sebagai Alat Kontrol SosialSebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.Fungsi-fungsi bahasa di kelompokkan jadi ekspresif, konatif, dan representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara. Dalam fungsi konatifnya bahasa, terarah pada lawan bicara, dan dengan fungsi representasionalnya bahasa terarah pada objek lain di luar pembicara dan lawan bicara. Fungsi fungsi bhasa juga dibedakan jadi simbolik, emotif dan efektif.

3. Keterkaitan Bahasa dan BerpikirPada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ucapan.Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran.Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis, sebagaimana dikemukakan oleh Kempen (Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yangada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.Ruang lingkup Psikolinguistik yaitu penerolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa, pemprosesan bahasa, proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan prilaku manusia, hubungan antara bahasa dengan otak. Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan ketiga ranah tadi.Tiada ilmu tanpa penalaran. Oleh karena itu, penalaran merupakan syarat mutlak dalam tiap ilmu dan proses berpikir. Penalaran adalah kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang telah kita terima melalui pancaindera dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Penalaran yang digunakan dalam ilmu adalah penalaran yang biasa disebut penalaran mantis (logical reasioning), yaitu penalaran yang bukan saja masuk akal, tetapi juga merupakan kesimpulan dari proses berpikir kritis yang berdasarkan akal sehat.Penalaran induktif menurut penulis proses penalaran dengan cara mengumpulkan data-data khusus sebagai hasil pengamatan lalu ditarik simpulan umum yang berujud generalisasi. Generalisasi ini merupakan proses penalaran yang paling mendasar dalam kehidupan mental manusia. Manusia belajar tentang dunia di sekitarnya dengan proses induksi. Tanpa adanya proses generalisasi manusia tidak akan dapat belajar dari pengalaman-pengalaman. Penalaran deduksi merupakan kebalikan penalaran induksi, yaitu proses penalaran yang dimulai dari generalisasi lalu diuji lewat data-data khusus yang dapat diamati. Kedua jenis penalaran ini sangat diperlukan dalam rangka pemaparan ilmu dan proses berpikir kritis. Keduanya saling mengisi dan saling memerlukan. Tidak ada deduksi tanpa didahului induksi dan tidak ada induksi yang bermanfaat tanpa diikuti deduksi.

4. Ingatan dan Daya Ingat BahasaIngatan merupakan bagian yang penting dari memahami atau menyimak isi/ pesan, dari saat bunyi ujar pertama didengar hingga mungkin beberapa tahun berikutnya. Dalam proses kontruksi ingatan ada wadah tempat bunyi-bunyi ujar disimpan; dan ini wadah terakhir pula untuk penyimpanan informasi baru dan informasi lama, dan tempat prilaku yang direncanakan disimpan. Ingatan adalah juga arsip untuk fakta-fakta dan pengetahuan umum yang dipelajari orang yang digunakan untuk menyimpulkan makna-makna secara tidak langsung.Faktor-faktor yang mempengaruhi ingatan antara lain adalah: (1) tipe bahasa yang digunakan; yakni apakah bacaan/ tuturan itu merujuk pada percakapan sehari-hari, suatu perkuliahan, suatu drama, syair atau daftar kalimat yang tidak berkaitan; (2) masukan; apakah masukan itu didengar/ dibaca orang secara reseptif atau dihapalkannya. Apakah orang mengambil isi atau pesan masukan itu saja, atau dipakai untuk materi analisis kesalahan dalam tata bahasa; (3) waktu mendengar/ membaca suatu wacana; apakah didengar atau dibaca orang, baru saja atau sudah lama; dan (keluaran); apakah orang mencoba untuk mengingatnya kata demi kata (secara harfiah), atau memang didengar/ dibaca untuk memuaskan para peneliti dalam eksperimen.Dari sudut psikolinguistik ingatan itu membuat tuntutan (claim) mengenai peristiwa yang sudah lampau dengan mengadakan suatu proses rekonstruksi. Ditinjau dari strukturnya, ingatan melewati tiga tahap:a. Tahap MasukanBiasanya kalau orang mendengar/membaca suatu wacana, dia membuat catatan mengenai isi/ pesan dalam buku catatannya. Secara psikolinguistik, orang ini mengadakan interpretasi tentang pesan itu, lalu menyimpan dalam ingatannya. Dalam situasi yang tidak biasa, seperti para aktor dan aktris ketika bermain di televisi atau film, mereka dituntut menghapalkan secara harfiah. Strategi-strategi yang mereka gunakan ialah menerapkan ketrampilan khusus, yang melibatkan pengulangan, vokalisasi, dan kerja keras.

b. Tahap PenyimpananPara ahli membedakan dua konsep dalam hal penyimpanan, yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Pada ingatan jangka pendek, kata-kata atau angka-angka yang berjumlah hingga maksimal tujuh buah disimpan untuk jangka waktu pendek dengan relatif mudah. Namun, perlu diingat bahwa ingatan jangka pendek ini mempunyai kemampuan yang terbatas pula. Hasil penelitian membuktikan bahwa kalau seorang mengingat serentetan kata yang tidak berkaitan, maka maksimal hanya tujuh kata yang dapat diingat kembali, tetapi kalau kata-kata itu termasuk pada sejumlah frase (unit-unit makna), kata yang dapat diingat secara harfiah untuk jangka waktu yang pendek itu dapat lebih banyak jumlahnya, yakni hingga maksimal tujuh frase.

c. Tahap HasilPada ingatan jangka panjang mereka cenderung menyimpan isi/ pesan atau makna dari kalimat-kalimat yang diterima. Isi/ makna yang mereka tangkap dapat dipelihara untuk jangka waktu panjang dalam ingatan jangka panjang, dan kemampuan ini dapat berbeda dari satu individu ke individu lain, sedangkan kata-kata yang diucapkan dalam kalimat-kalimat itu cenderung dilupakan atau dibuang dari ingatan, karena mereka menganggap bahwa isi/ makna lebih penting dari sekedar kata-kata yang diucapkan.

C. LOGIKA1. Defenisi LogikaLogika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan karena itu , berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu.Logika ialah suatu studi sistematis mengenai metode dan dasar-dasar yang digunakan untuk memberi perbedaan antara pendapat yang benar dengan pendapat yang salah. Logisian melakukan penelitian mengenai hubungan nyata yang terjadi antara premis dan konklusi di dalam suatu argumentasi jalan dengan premis atau tercantum di dalam premis maka pendapat adalah benar.

2. Manfaat Logikaa. Untuk memberikan pedoman cara berpikir yang benar atau tepat dan cara berpikir yang tidak tepat.b. Untuk dapat menganalisa pikiran kita, dapat membedakan dengan tepat antara bukti dan kesimpulan.c. Memiliki tujuan praktis yaitu membantu kita berpikir secara teratur mudah dan tanpa kesalahan.d. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.e. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.

3. Prinsip-prinsip Dasar LogikaSetiap cabang ilmu pengetahuan didasarkan atas prinsip-prinsip dasar tertentu. Prinsip dasar dalam logika adalah segala kebenaran yang dalam logika dianggap benar dan semua pemikiran harus didasarkan atas kebenaran ini supaya pikiran itu valid. Dalam aktivitas berpikir, prinsip dasar ini tidak boleh dilupakan agar jalan pikiran kita benar.Menurut Mehra (1988:15) terdapat empat macam prinsip dasar dalam logika, yaitu:a. Hukum identitas, hukum ini berbunyi, Suatu benda adalah benda itu sendiri. Hukum ini menyatakan bahwa sesuatu benda adalah benda itu sendiri, tak mungkin yang lain. Artinya, arti suatu benda tetap sama selama benda itu dibicarakan atau dipikirkan.b. Hukum kontradiksi, hukum ini berbunyi, Suatu benda tidak dapat merupakan benda itu sendiri dan benda yang lain pada waktu yang bersamaan. Maksudnya, dua sifat yang berlawanan tidak mungkin ada pada suatu benda pada waktu dan tempat yang sama.c. Hukum penyisihan jalan tengah, hukum ini berbunyi, Segala sesuatu haruslah positif atau negatif. Artinya, dua sifat yang berlawanan tak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda. Dengan kata lain, salah satu dari dua sifat yang berlawanan mestilah benar bagi suatu benda.d. Hukum cukup alasan, hukum ini berbunyi, Adanya sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu. Hukum ini merupakan tambahan terhadap hukum identitas. Perubahan arti suatu istilah dimungkinkan terjadi asal disertai dengan alasan yang cukup.

D. BERPIKIR1. Definisi BerpikirBerpikir adalah kegiatan jiwa untuk memperoleh pengetahuan. Proses berpikir seperti ini tidak selalu diucapkan dengan kata-kata, tetapi cukup dipikirkan dalam batin. Namun, dalam berpikir itu kita mesti menggunakan kata-kata tertentu, walaupun tidak diucapkan (yang disebut pengertian-pengertian atau konsep-konsep). Jika apa yang dipikirkan itu hendak diberitahukan kepada orang lain, maka isi pikiran itu harus dikatakan atau dilahirkan dalam kata-kata (bahasa), term (istilah), atau tanda-tanda lain.

2. Tahapan Dalam BerpikirKegiatan berpikir dalam rangka beroleh pengetahuan itu berlangsung dalam tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut sebagai berikut.a. KonsepsiKonsepsi adalah proses pembentukan gagasan umum dan hasilnya disebut konsep/ pengertian. Jika konsep/ pengertian ini dinyatakan dalam bahasa maka disebut term. Konsepsi ini pada hakekatnya mengerti kenyataan serta membentuk pengertian-pengertian atas dasar pengetahuan keinderaan.b. PenentuanPenentuan adalah proses membandingkan dua buah konsep/ pengertian. Kedua buah konsep/ pengertian itu dibandingkan untuk melihat ada tidaknya hubungan di antara keduanya. Jika keduanya berhubungan maka dinyatakan ini adalah demikian (subjek=predikat), atau memisahkan/ memungkiri dengan mengatakan ini tidaklah demikian (subjekpredikat). Hasil penentuan disebut ketentuan atau putusan dan jika dinyatakan dalam bahasa disebut proposisi.

c. Pertimbangan (reasioning)Pertimbangan (reasioning) adalah proses mendapatkan suatu ketentuan berdasarkan satu ketentuan lain atau lebih yang dapat dibenarkan oleh ketentuan-ketentuan itu. Proses berpikir yang ketiga ini disebut juga inferensi atau penyimpulan, yaitu menghubungkan hal yang diketahui itu sedemikian rupa sehingga sampai pada suatu simpulan.

E. PEMBAHASANSebagai sarana berpikir, bahasa selalu kita gunakan baik dalam kegiatan berpikir itu sendiri maupun dalam mengomunikasikan pikiran. Keterlibatan bahasa dalam kegiatan berpikir meliputi semua proses berpikir itu sendiri, seperti konsepsi, penentuan, dan pertimbangan/ penyimpulan.Kegiatan berpikir dilakukan oleh seseorang dalam rangka mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir itu mestilah benar. Agar pengetahuan itu benar maka proses mendapatkannya harus memenuhi dua persyaratan, yaitu persyaratan yang berkaitan dengan materinya dan persyaratan yang berkaitan dengan bentuknya. Sebuah pernyataan dikatakan benar jika terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan itu. Adapun dari segi bentuk, proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan tersebut harus mengikuti kaidah-kaidah yang telah diatur dalam ilmu logika. Jadi, logika akan menuntun seseorang ke arah berpikir yang benar.

F. KESIMPULAN DAN SARAN1. KesimpulanBahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.Logika adalah suatu study mengenai kebenaran atau kekeliruan suatu pendapat dalam hubungan kebenaran dan kekeliruan pendapat yang lain. Oleh karena itu penalaran adalah suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan.Berpikir adalah kegiatan jiwa untuk memperoleh pengetahuan. Kegiatan berpikir dalam rangka beroleh pengetahuan itu berlangsung dalam tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut konsepsi, penentuan dan pertimbangan (resioning).2. Sarana. Bagi Institusi Pendidikan, peningkatan terhadap suatu pembelajaran seharusnya harus lebih didukung oleh sumber daya manusia yang lebih tinggi dari para pendidiknya, sehingga dalam melakukan kegiatan pembelajaran dapat lebih meningkatkan prestasi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan.b. Bagi mahasiswa/pembaca, aktiflah dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu penyakit dalam, dengan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh institusi pendidikan serta belajar mandiri demi keberhasilan pendidikan, dan menjadi tenaga yang profesional.

1