PENGGUNAAN BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL SUATU...

23
PENGGUNAAN BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL SUATU TINJAUAN LINGUISTIK FORENSIK: STUDI KASUS PENGGUNAAN BAHASA DALAM TWITTER Sriyanto Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Transcript of PENGGUNAAN BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL SUATU...

PENGGUNAAN BAHASA DALAM MEDIA SOSIAL SUATU

TINJAUAN LINGUISTIK FORENSIK: STUDI KASUS

PENGGUNAAN BAHASA DALAM TWITTERSriyanto

Badan Pengembangan danPembinaan Bahasa

Medsos

Positif

Negatif

Kom.mudah danmurah.

Kom. berdampakhukum.

DampaknyaMedsos

Negatif

Individu

Kolektif

Tidak berdampaksosial.

Berdampak sosial.

Dampak Negatif

1. Mendeskripsikan pengunaan bahasa dalam medsos yang dapatdikategorikan sebagai penistaan atau pencemaran nama baik.

2. Mendeskripsikan penggunaan bahasa dalam medsos yang dapatdikategorikan fitnah.

4. Mendeskripsikan penggunaan bahasa dalam medsos tidakdapat dikategorikan sebagai penghinaan atau pernyataannetral.

3. Mendeskripsikan penggunaan bahasa dalam medsos yang dapatdikategorikan sebagai penghinaan ringan.

1. Linguistik forensik didefinisikan sebagaipenerapan ilmu linguistik dalam suatu ranahsosial khusus, yakni ranah hukum.

(Khatimah, 2016)

2. Linguistik forensik adalah kajian bahasa yang difokuskan pada semua permasalahan bahasadalam bidang hukum.

(Subyantoro, 2017)

IlmuLinguistik

IlmuHukum

1. Bahasa dokumen legal.

2. Bahasa polisi dan penegak hukum.

3. Wawancara (interview) dengan anak-anak dan saksi-saksi

yang rentan dalam sistem hukum.

4. Interaksi dalam ruang sidang.

5. Bukti-bukti linguistik dan kesaksian ahli dalam

persidangan.

6. Kepengarangan dan plagiarisme.

7. Fonetik forensik dan identifikasi penutur.

(Coulthard dan Johnson dalam Khatimah, 2016)

1. Fonologi

2. Morfogi

3. Sintaksis

4. Semantik

1. Makna Leksikal

2. Makna Gramatikal

3. Makna Kontekstual

4. Makna Idiomatikal

5. Makna Konotasi

1. Menista atau mencemarkan nama baik (Pasal 310, Ayat 1, KUHP/Pasal 27, Ayat 3, UU ITE).

2. Menghina dengan tulisan (Pasal 310, ayat 2 KUHP/Pasal 27, Ayat 3, UU ITE).

3. Memfitnah (Pasal 311 KUHP/Pasal 27, Ayat 3, UU ITE).

4. Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP/Pasal 27, AyatUU ITE).

5. Mengadu secara memfitnah (Pasal 317, Ayat 3,KUHP/Pasal 27 UU ITE).

6. Menuduh secara memfitnah (Pasal 318 KUHP/Pasal 27, Ayat 3, UU ITE).

1. Penafsiran menuruttata bahasa

4.Penafsiran menurutsosiologi

2. Penafsiran menurutsistem

3. Penafsiran menurutsejarah

5. Penafsiransecaraautentik

1. Pernyataan lisan.

2. Mengandung tuduhan/kata yang keji.

3. Menjelekkan orang lain.

4. Arah pernyataannya jelas.

5. Sengaja disebarkan kepada berbagai pihak.

6. Pernyataan bersumber dari yang ersangkutan,

bukan kata orang.

1. Pernyataan tertulis.

2. Mengandung tuduhan/kata yang keji.

3. Menjelekkan orang lain.

4. Arah pernyataannya jelas.

5. Sengaja disebarkan kepada berbagai pihak.

6. Pernyataan bersumber dari yang bersangkutan,

bukan kata orang.

1. Pernyataan lisan/tulis.

2. Mengandung tuduhan.

3. Menjelekkan orang lain.

4. Arah tuduhannya jelas.

5. Sengaja disebarkan kepada berbagai pihak.

6. Tuduhan bersumber dari yang bersangkutan,

bukan kata orang.

7. Tidak sesuai dengan kenyataan.

1. Pernyataan lisan/tulis.

2. Mengandung kata-kata yang keji.

3. Menjelekkan orang lain.

4. Sasarannya jelas.

5. Sengaja disebarkan kepada berbagai pihak.

6. Pernyataan itu bersumber dari yang

bersangkutan, bukan kata orang.

1. Tidak ada tuduhan.

2. Tidak ada kata-kata yang tergolongkeji.

3. Tidak ada fitnah.

Contoh:

“Ulama yg mana yg ente maksud...si rizieq itu bukanulama tp dajall“ (23 Januari 2017).

1. Secara konotasi Dajal berarti ‘orang yang buruk

kelakuannya atau penipu atau pembohong’ (KBBI,

2017: 287).

2. Menyebut seseorang sebagai Dajal merupakan

tuduhan.

1) Dalam pernyataan tersebut terdapat tuduhan, yaitu tuduhansebagai Dajal.

2) Pernyataan itu menjelekkan orang lain karena seeorangdikatakan sebagai Dajal atau orang yang buruk kelakuannyaatau penipu atau pembohong.

3) Sasaran tuduhannya disebut dengan jelas dalam pernyataanitu.

4) Tuduhan itu disebarkan kepada masyarakat luas (penggunamedsos).

5) Pembuat pernyataan itu adalah pemilik akun yang bersangkutan.

(Memenuhi syarat)

Contoh:

“Ahok itu korupsinya banyak woi!! Sumber waras, taman bmw, bus transjkt, dulu jokowi dan ahok wktu msih gub.bilang warga bukitduri akan digeser, ehh th 2016 malah digurur, pdhal janjinyadigeser!!!jujur ya?!” ( 3 Mei 2017)

1. Pernyataan yang berbunyi “Ahok itu korupsinya banyak woi!

Merupakan tuduhan.

2. Pernyataan yang menyatakan ingkar janji juga merupakan

tuduhan.

1) Dalam pernyataan tersebut terdapat tuduhan, yaitu tuduhankorupsi dan ingkar janji.

2) Pernyataan itu menjelekkan orang lain karena menyebutorang sebagai koruptor dan ingkar janji.

3) Sasaran tuduhannya disebut dengan jelas dalam pernyataanitu.

4) Tuduhan itu disebarkan kepada masyarakat luas (penggunamedsos).

5) Pembuat pernyataan itu adalah pemilik akun yang bersangkutan.

(Memenuhi syarat jika pernyataan itu tidak sesuai dengan

kenyataan)

(1) “Namanya juga lonte. (2) Jangankan 3 akun di twitter dia bisabikin sampe 1000 akun. (3) akun pertama utk kehidupan normal dia, akun kedua untuk kehidupan nge-lonte dia, akun ke-3 utkselingkuhan, akun ke-4 utk langganan esek anggota dewan danseterusnya (4 Oktober 2017).

1. Kata lonte berarti ‘perempuan jalang, wanita tunasusila,

pelacur, sundal, jobang, cabo, atau munci’ (KBBI, 2017: 1005)’.

2. Pernyataan terhadap seseorang dengan kata-kata seperti

ngelonte, selingkuhan, langganan esek merupakan perkataan

yang keji.

3. Penghinaan ringan tidak memerlukan pembuktian.

4. Berdasarkan konteksnya dapat diketahui siapa yang

dituju.

(Memenuhi syarat.)

”Ha..ha..bingung aq kalo baca komentar mbok yaho komentar ygpositif memberi ilmu buat wong deso seperti saya yg bodohini..(2) pakailah pikiran yg jernih adem menetramkan bukanmalah saling.menvonis (3) dibalik itu semua pasti pak jk punyaniat yg baik..(4) wong beliau wakil.presiden koq..(5) tokoh besarpunya ahlak yg baik pastinya..(6) kita doakan saja smog aksibsok berakhir damai..(7) Gitu ae koq repot (3 Mei 2017).”

1. Tidak ada kata-kata yang dapat dikategprikan sebagai

tuduha atau kata-kata yang keji.

2. Pernyataan itu tidak dapat dikategorikan sebagai pernyatan

yang dapat dikenai sanksi hukum.

TERIMA KASIH

KBI XI: Jakarta, 28--31 Oktober 2018