PENGETAHUAN PENDAHULUAN

28
PENGETAHUAN PENDAHULUAN Pengantar ke Dasar-Dasar Logika Present by : Taufik Nurohman Program Studi Ilmu Politik FISIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2007

Transcript of PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Page 1: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Pengantar ke Dasar-Dasar Logika

Present by :Taufik Nurohman

Program Studi Ilmu Politik FISIPUniversitas Siliwangi Tasikmalaya

2007

Page 2: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Seorang filsuf menggolongkan manusia kedalam empat golongan, yaitu:

• Orang yang tahu di tahunya

• Orang yang tahu di tidak tahunya

• Orang yang tidak tahu di tahunya

• Orang yang tidak tahu di tidak tahunya

Page 3: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Tahu, Mengetahui dan Pengetahuan

• Setiap manusia hidup dalam suasana mencari tahu, dan selalu ingin tahu untuk memperoleh pengetahuan.

• Tahu → mengetahui suatu hal → berpikir dan mengalami serta kebenaran pengetahuan dan kebenaran apa yang diketahui.

• Inti kegiatan mengetahui → (1)adanya pemikiran mengenai hal tersebut, tanpa berpikir tentang sesuatu tidak mungkin seseorang mengetahui sesuatu. (2) berintikan pada sesuatu yang pernah dialaminya. (3) kebenaran, karena mengetahui secara tidak benar disebut sebagai tidak mengetahui

Page 4: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

TAHU, MENGETAHUI DAN PENGETAHUAN

LOGIKA EPISTEMOLOGI

Kelurusan Berpikir Kebenaran

Page 5: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Bagian dari filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan.

• Tepat belum tentu benar, namun benar selalu mempunyai dasar yang tepat.

• Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan, tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir menyangkut pengetahuan.

LOGIKA

Page 6: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Istilah logika berasal dari bahasa Yunani, logos, artinya sabda, pikiran, ilmu.

• Secara etimologis, logika adalah ilmu tentang pikiran atau ilmu menalar.

• Sebagian besar ahli logika mendefinisikan sebagai ilmu tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat dan penalaran yang tidak tepat.

• Logika juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berfikir lurus (tepat).

Page 7: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Logika sebagai ilmu pengetahuan → logika merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta memberikan penjelasan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip pemikiran yang tepat, agar dapat berpikir secara tepat, logika menyelidiki, merumuskan dan menerapkan hukum-hukum yang tepat.

• Logika sebagai suatu kecakapan → logika merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran yang tepat dalam praktek. Kecakapan itu tampak secara nyata, terutama dalam kemampuan untuk membangun argumen-argumen sendiri secara tepat dan mengevaluasi argumen-argumen orang lain.

Page 8: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Secara umum logika dibagi menjadi :

• Logika formal → wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum ketepatan susunan berpikir. Hal terpenting dalam logika formal adalah masalah pengaturan atau aturannya, rumusan atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan pikiran. Isi dan masalah penggunaannya tidak dipermasalahkan. Contoh; dalam matematika terdapat rumus:

(a + b)² = a² + 2ab + b²

rumus ini menggambarkan logika, kita tidak pedulikan isinya apakah a dan b itu

Page 9: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Logika material → wacana atau argumentasi mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang kegiatan berpikir tertentu. Hal ini dinilai perlu karena suatu bidang pengetahuan atau setiap masalah menuntut susunan berpikir yang berbeda dengan masalah yang lainnya. Logika material ini disebut teori metodologi. Dengan demikian, teori metodologi adalah wacana mengenai cara-cara menyusun pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu.

Page 10: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan.

• Pernyataan tentang kebenaran diperlukan susunan yang tepat.

• Kebenaran pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat epistemologi dan tepat susunannya.

• Logika menjadi prasyarat yang mendasari epistemologi

EPISTEMOLOGI

Page 11: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

SUMBER KEBENARAN ILMU

MANUSIA BIASA

RASIO (OTAK) RASA (HATI)

PENGAMATAN

PENGALAMAN

PENGETAHUAN

UPAYA PENGULANG PENGAMATAN DAN PENGUJIAN

ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)

T U H A N

WAHYU MELALUI NABI / RASUL

Page 12: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Empat Jenis Kebenaran :• Kebenaran religius → kebenaran yang

dibangun berdasarkan kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu. Disebut juga kebenaran mutlak yang tidak dapat dibantah lagi. Kebenaran yang berasal dari Tuhan

• Kebenaran filosofis → kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut hakikat (the nature), meskipun bersifat subjektif dan relatif namun mendalam karena melalui penghayatan eksistensial bukan hanya pengalaman dan pemikiran intelektual semata. Kebenaran relatif ini berguna untuk menyadarkan kita pada relatifnya pengetahuan yang kita miliki karena pengetahuan itu terus berubah/berkembang. Inti filsafat adalah berfikir sedangkan dasarnya adalah rasio.

Page 13: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Kebenaran estetis → kebenaran yang berdasarkan penilaian indah dan buruk, serta citra rasa estetis. Keindahan yang berdasarkan harmoni yang menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman. Misalnya, golden section menyebutkan bahwa bentuk dua dimensi yang seimbang adalah dengan skala 2 x 3. hukum estetika dalam seni rupa ini digunakan dalam ukuran bendera sedunia.

• Kebenaran ilmiah → kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti, kebenaran rasional yang ditunjang dengan bukti empiris atau dibuktikan secara penelitian ilmiah

Page 14: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Pentingnya Mempelajari Logika• Studi logika yang tepat dapat membantu

kita mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara jelas dan kritis.

• Studi logika memungkinkan kita dapat menempuh suatu disiplin intelektual, terutama membantu kita dalam proses penarikan kesimpulan.

• Studi logika membantu kita untuk mampu menginterpretasikan secara tepat fakta-fakta dan persepsi-persepsi orang lain.

Page 15: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

• Studi logika melatih kita dalam teknik penentuan asumsi-asumsi dan implikasi-implikasi.

• Studi logika membantu kita untuk mendeteksi penalaran yang salah dan tidak logis.

• Studi logika merangsang perkembangan pemikiran ilmiah dan reflektif dan keyakian akan kebenaran, yang merupaka trade mark dari orang yang mencari kebenaran atau orang yang mencintai kebijaksanaan

Page 16: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Landasan Pengembangan Ilmu

Ontologis Epistemologis Aksiologis

Apa? Bagaimana? Untuk apa?

Realitas/Wujud hakiki dari objek yang diamati/dikaji

Metodologi/proses memperoleh ilmu pengetahuan

Tujuan/nilai/Manfaat ilmu pengetahuan

Page 17: PENGETAHUAN PENDAHULUAN
Page 18: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Suatu paham bahwa pengetahuan terjadi karena bahan pemberian panca indera dan batin yang diolah oleh “akal”

melahirkan

RASIONALISME IDEALIS RASIONALISME REALIS

Berpegang pada keyakinan bahwa pengetahuan kita dapat melampaui pengalaman panca indera sejati

Berpendirian bahwa pengolahan pengetahuan oleh rasio tidak terlepas dari obyek yang diamatinya

Langeveld (1955:51): “Rasio mengolah pengalaman sambil meresap ke dalam obyek, sedangkan obyek itu sendiri bukan hasil ciptaan sukma manusia”

Page 19: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

MELALUI RASIO DAPAT DIRUMUSKAN

DEFINISI KOMPARASI KAUSALITAS

Apa yang dimaksud “A”

Apa yang dimaksud “B”

Apa persamaan dan perbedaan antara “A” dan “B”

Mana yang menjadi sebab dan akibat antara “A” dan “B”

Tokoh-tokoh Rasionalisme a.l.:

Augustinus, Scotus, Avicena (Ibnu Sina) ahli pikir abad pertengahan

Descrates (1596-1650)

Spinoza (1632-1677)

Leibniz (1646-1716

Fichte (1762-1814

Hegel (1770-1813)

Page 20: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

1. Spekulatif terlalu mengandalkan olahan rasio dan lalai dalam pengujian yang dihubungkan dengan dunia nyata

2. A Priori masalah psikologis yang merupakan pembawaan individual (tanggapan-tanggapan pembawaan)

Descrates : “Jiwa itu pada ujudnya adalah berpikir”

Leibniz : “Jiwa tidak selamanya sadar dan dalam keadaan tertentu mempunyai rekaan-rekaan”

Page 21: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Suatu paham bahwa pengetahuan yang diperoleh terbatas hanya pada pengalaman

melahirkan

EMPIRISME SENSUALISME EMPIRISME KONSIENSIALISME

Yang didasarkan hanya pada pengalaman panca indera semata-mata

Bisa melahirkan kebenaran semu

Keputusan yang diambil dari pengalaman panca indera berdasarkan pertimbangan penuh kesadaran

Dengan pertimbangan yang matang

Tokoh-tokoh Empirisme a.l.:

Locke (1632-1704)

Berkeley (1685-1753)

Hume (1711-1776)

Termasuk “kaum positivis” seperti Comte (1798-1857)

Page 22: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

Bantahan terhadap Pemikiran Empirisme

1. Kebenaran yang dilahirkan apakah hasil pengamatan nyata atau keputusan si pengamat sendiri

2. Pengamatan hanya menghasilkan kenyataan yang memerlukan keputusan, sedangkan situasi psikis si pengamat akan akan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil

Dengan demikian bisa terjadi sikap “a priori” sehingga keputusan antara seorang pengamat bisa berbeda dengan pengamat lainnya

Siklus Empirik A.D. de Groot:

Observasi Induksi Pengetahuan Deduksi Kajian/Evaluasi Observasi dst

Page 23: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

SIKLUS EMPIRIK A.D. de GROOT

Page 24: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

EKSISTENSI SCIENCE

Science Scientific knowledge The knowledge of thing as it exists in itself Comprehensive thinking Human mind

Diperoleh :a. Berdasarkan sikap kritis terhadap apa /

obyek yang diketahuib. Memerlukan pengamatan / pengujian

dengan tingkat kepercayaan tertentuc. Melalui “reasoning” (the process of thinking)

scientific thinking

Page 25: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

PEMBEDAAN SCIENTIFIC KNOWLEDGE

Necessary Knowledge Langsung dari kepercayaan dan apa adanya Very nature of human reasoning Beliefs Seseorang dilahirkan tidak dipertanyakan kebenarannya dari mana tidak didasarkan pada pengalaman (experience)

Theoretical Knowledge Didasarkan pada pengalaman (experience) Didukung evidence / bukti nyata Melalui formal rules Metode-metode penelitian

Page 26: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

KLASIFIKASI SCIENCE (ILMU)

RATIONALTheortical

RELIGIOUSNecessary

PARTICULAR

SCIENCE

UNIVERSAL

UNIVERSAL

PARTICULAR

Page 27: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

DEGREE OF CERTAINITY OF KNOWLEDGE

SCIENTIFIC KNOWLEDGE dengan sikap kritis

IGNORANCE

tanpa sikap kritis

PROBABLE KNOWLEDGE

SKEPTICISM

Page 28: PENGETAHUAN PENDAHULUAN

KOMPARASIMemahami obyek lebih jauhdengan membandingkan

KAUSALITASMemahami obyek secaramendalam / lebih jauh

DEFINISIMemahami obyek

TINGKATAN MEMAHAMI - KNOWABILITY