PENGETAHUAN PENDAHULUAN
-
Upload
taufiknurohman25 -
Category
Documents
-
view
114 -
download
2
Transcript of PENGETAHUAN PENDAHULUAN
PENGETAHUAN PENDAHULUAN
Pengantar ke Dasar-Dasar Logika
Present by :Taufik Nurohman
Program Studi Ilmu Politik FISIPUniversitas Siliwangi Tasikmalaya
2007
Seorang filsuf menggolongkan manusia kedalam empat golongan, yaitu:
• Orang yang tahu di tahunya
• Orang yang tahu di tidak tahunya
• Orang yang tidak tahu di tahunya
• Orang yang tidak tahu di tidak tahunya
Tahu, Mengetahui dan Pengetahuan
• Setiap manusia hidup dalam suasana mencari tahu, dan selalu ingin tahu untuk memperoleh pengetahuan.
• Tahu → mengetahui suatu hal → berpikir dan mengalami serta kebenaran pengetahuan dan kebenaran apa yang diketahui.
• Inti kegiatan mengetahui → (1)adanya pemikiran mengenai hal tersebut, tanpa berpikir tentang sesuatu tidak mungkin seseorang mengetahui sesuatu. (2) berintikan pada sesuatu yang pernah dialaminya. (3) kebenaran, karena mengetahui secara tidak benar disebut sebagai tidak mengetahui
TAHU, MENGETAHUI DAN PENGETAHUAN
LOGIKA EPISTEMOLOGI
Kelurusan Berpikir Kebenaran
• Bagian dari filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan.
• Tepat belum tentu benar, namun benar selalu mempunyai dasar yang tepat.
• Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan, tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir menyangkut pengetahuan.
LOGIKA
• Istilah logika berasal dari bahasa Yunani, logos, artinya sabda, pikiran, ilmu.
• Secara etimologis, logika adalah ilmu tentang pikiran atau ilmu menalar.
• Sebagian besar ahli logika mendefinisikan sebagai ilmu tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat dan penalaran yang tidak tepat.
• Logika juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berfikir lurus (tepat).
• Logika sebagai ilmu pengetahuan → logika merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta memberikan penjelasan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip pemikiran yang tepat, agar dapat berpikir secara tepat, logika menyelidiki, merumuskan dan menerapkan hukum-hukum yang tepat.
• Logika sebagai suatu kecakapan → logika merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran yang tepat dalam praktek. Kecakapan itu tampak secara nyata, terutama dalam kemampuan untuk membangun argumen-argumen sendiri secara tepat dan mengevaluasi argumen-argumen orang lain.
Secara umum logika dibagi menjadi :
• Logika formal → wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum ketepatan susunan berpikir. Hal terpenting dalam logika formal adalah masalah pengaturan atau aturannya, rumusan atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan pikiran. Isi dan masalah penggunaannya tidak dipermasalahkan. Contoh; dalam matematika terdapat rumus:
(a + b)² = a² + 2ab + b²
rumus ini menggambarkan logika, kita tidak pedulikan isinya apakah a dan b itu
• Logika material → wacana atau argumentasi mengenai hakikat penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang kegiatan berpikir tertentu. Hal ini dinilai perlu karena suatu bidang pengetahuan atau setiap masalah menuntut susunan berpikir yang berbeda dengan masalah yang lainnya. Logika material ini disebut teori metodologi. Dengan demikian, teori metodologi adalah wacana mengenai cara-cara menyusun pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu.
• Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan.
• Pernyataan tentang kebenaran diperlukan susunan yang tepat.
• Kebenaran pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat epistemologi dan tepat susunannya.
• Logika menjadi prasyarat yang mendasari epistemologi
EPISTEMOLOGI
SUMBER KEBENARAN ILMU
MANUSIA BIASA
RASIO (OTAK) RASA (HATI)
PENGAMATAN
PENGALAMAN
PENGETAHUAN
UPAYA PENGULANG PENGAMATAN DAN PENGUJIAN
ILMU PENGETAHUAN (SCIENTIFIC KNOWLEDGE)
T U H A N
WAHYU MELALUI NABI / RASUL
Empat Jenis Kebenaran :• Kebenaran religius → kebenaran yang
dibangun berdasarkan kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu. Disebut juga kebenaran mutlak yang tidak dapat dibantah lagi. Kebenaran yang berasal dari Tuhan
• Kebenaran filosofis → kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat yang disebut hakikat (the nature), meskipun bersifat subjektif dan relatif namun mendalam karena melalui penghayatan eksistensial bukan hanya pengalaman dan pemikiran intelektual semata. Kebenaran relatif ini berguna untuk menyadarkan kita pada relatifnya pengetahuan yang kita miliki karena pengetahuan itu terus berubah/berkembang. Inti filsafat adalah berfikir sedangkan dasarnya adalah rasio.
• Kebenaran estetis → kebenaran yang berdasarkan penilaian indah dan buruk, serta citra rasa estetis. Keindahan yang berdasarkan harmoni yang menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman. Misalnya, golden section menyebutkan bahwa bentuk dua dimensi yang seimbang adalah dengan skala 2 x 3. hukum estetika dalam seni rupa ini digunakan dalam ukuran bendera sedunia.
• Kebenaran ilmiah → kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti, kebenaran rasional yang ditunjang dengan bukti empiris atau dibuktikan secara penelitian ilmiah
Pentingnya Mempelajari Logika• Studi logika yang tepat dapat membantu
kita mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara jelas dan kritis.
• Studi logika memungkinkan kita dapat menempuh suatu disiplin intelektual, terutama membantu kita dalam proses penarikan kesimpulan.
• Studi logika membantu kita untuk mampu menginterpretasikan secara tepat fakta-fakta dan persepsi-persepsi orang lain.
• Studi logika melatih kita dalam teknik penentuan asumsi-asumsi dan implikasi-implikasi.
• Studi logika membantu kita untuk mendeteksi penalaran yang salah dan tidak logis.
• Studi logika merangsang perkembangan pemikiran ilmiah dan reflektif dan keyakian akan kebenaran, yang merupaka trade mark dari orang yang mencari kebenaran atau orang yang mencintai kebijaksanaan
Landasan Pengembangan Ilmu
Ontologis Epistemologis Aksiologis
Apa? Bagaimana? Untuk apa?
Realitas/Wujud hakiki dari objek yang diamati/dikaji
Metodologi/proses memperoleh ilmu pengetahuan
Tujuan/nilai/Manfaat ilmu pengetahuan
Suatu paham bahwa pengetahuan terjadi karena bahan pemberian panca indera dan batin yang diolah oleh “akal”
melahirkan
RASIONALISME IDEALIS RASIONALISME REALIS
Berpegang pada keyakinan bahwa pengetahuan kita dapat melampaui pengalaman panca indera sejati
Berpendirian bahwa pengolahan pengetahuan oleh rasio tidak terlepas dari obyek yang diamatinya
Langeveld (1955:51): “Rasio mengolah pengalaman sambil meresap ke dalam obyek, sedangkan obyek itu sendiri bukan hasil ciptaan sukma manusia”
MELALUI RASIO DAPAT DIRUMUSKAN
DEFINISI KOMPARASI KAUSALITAS
Apa yang dimaksud “A”
Apa yang dimaksud “B”
Apa persamaan dan perbedaan antara “A” dan “B”
Mana yang menjadi sebab dan akibat antara “A” dan “B”
Tokoh-tokoh Rasionalisme a.l.:
Augustinus, Scotus, Avicena (Ibnu Sina) ahli pikir abad pertengahan
Descrates (1596-1650)
Spinoza (1632-1677)
Leibniz (1646-1716
Fichte (1762-1814
Hegel (1770-1813)
1. Spekulatif terlalu mengandalkan olahan rasio dan lalai dalam pengujian yang dihubungkan dengan dunia nyata
2. A Priori masalah psikologis yang merupakan pembawaan individual (tanggapan-tanggapan pembawaan)
Descrates : “Jiwa itu pada ujudnya adalah berpikir”
Leibniz : “Jiwa tidak selamanya sadar dan dalam keadaan tertentu mempunyai rekaan-rekaan”
Suatu paham bahwa pengetahuan yang diperoleh terbatas hanya pada pengalaman
melahirkan
EMPIRISME SENSUALISME EMPIRISME KONSIENSIALISME
Yang didasarkan hanya pada pengalaman panca indera semata-mata
Bisa melahirkan kebenaran semu
Keputusan yang diambil dari pengalaman panca indera berdasarkan pertimbangan penuh kesadaran
Dengan pertimbangan yang matang
Tokoh-tokoh Empirisme a.l.:
Locke (1632-1704)
Berkeley (1685-1753)
Hume (1711-1776)
Termasuk “kaum positivis” seperti Comte (1798-1857)
Bantahan terhadap Pemikiran Empirisme
1. Kebenaran yang dilahirkan apakah hasil pengamatan nyata atau keputusan si pengamat sendiri
2. Pengamatan hanya menghasilkan kenyataan yang memerlukan keputusan, sedangkan situasi psikis si pengamat akan akan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil
Dengan demikian bisa terjadi sikap “a priori” sehingga keputusan antara seorang pengamat bisa berbeda dengan pengamat lainnya
Siklus Empirik A.D. de Groot:
Observasi Induksi Pengetahuan Deduksi Kajian/Evaluasi Observasi dst
SIKLUS EMPIRIK A.D. de GROOT
EKSISTENSI SCIENCE
Science Scientific knowledge The knowledge of thing as it exists in itself Comprehensive thinking Human mind
Diperoleh :a. Berdasarkan sikap kritis terhadap apa /
obyek yang diketahuib. Memerlukan pengamatan / pengujian
dengan tingkat kepercayaan tertentuc. Melalui “reasoning” (the process of thinking)
scientific thinking
PEMBEDAAN SCIENTIFIC KNOWLEDGE
Necessary Knowledge Langsung dari kepercayaan dan apa adanya Very nature of human reasoning Beliefs Seseorang dilahirkan tidak dipertanyakan kebenarannya dari mana tidak didasarkan pada pengalaman (experience)
Theoretical Knowledge Didasarkan pada pengalaman (experience) Didukung evidence / bukti nyata Melalui formal rules Metode-metode penelitian
KLASIFIKASI SCIENCE (ILMU)
RATIONALTheortical
RELIGIOUSNecessary
PARTICULAR
SCIENCE
UNIVERSAL
UNIVERSAL
PARTICULAR
DEGREE OF CERTAINITY OF KNOWLEDGE
SCIENTIFIC KNOWLEDGE dengan sikap kritis
IGNORANCE
tanpa sikap kritis
PROBABLE KNOWLEDGE
SKEPTICISM
KOMPARASIMemahami obyek lebih jauhdengan membandingkan
KAUSALITASMemahami obyek secaramendalam / lebih jauh
DEFINISIMemahami obyek
TINGKATAN MEMAHAMI - KNOWABILITY