Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
-
Upload
velmurugan-subramaniam -
Category
Documents
-
view
332 -
download
1
Transcript of Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
1/12
Pengertian Sejarah dan Ruang Lingkup
A.Pengertian Sejarah
1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata
Menurut Jan Romein, kata sejarah memiliki arti yang sama dengan kata history
(Inggris), geschichte (Jerman) dan geschiedenis (Belanda), semuanya mengandung
arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa
lampau.
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa
Arab, syajaratun yang berarti pohon atau keturunan atau asal-usul yang
kemudian berkembang dalam bahasa Melayu syajarah. Dalam bahasa Indonesia
menjadi sejarah. Menurutnya kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai
gambaran silsilah atau keturunan.
2.Rumusan batasan pengertian sejarah
Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan
pengertian sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah
dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa
lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu,
diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
B.Ruang Lingkup Studi Sejarah
1.Sejarah sebagai cerita
Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita,
yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau.
Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa
disangkal lagi. Ucapan teoritikus-teoritikus sejarah seperti Renier: nothing but a story;
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
2/12
Trevelyan: the historians first duty is to tell the story; Huizinga: the story of something
that has happened, semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya
adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.
Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita,
sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongengataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan
metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah,
mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan
diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnya disusun dengan cara-cara
tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau
manusia itu.
2.Sejarah sebagai ilmu
Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu
ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud
adalah:
Ada objek masalahnya
Memiliki metode
Tersusun secara sistematis
Menggunakan pemikiran yang rasional
Memiliki kebenaran yang objektif
Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode
sendiri dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan
dari sejarah. Pendapat ahli sejarah Bury bahwa history is a science, no less and no
more kiranya memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam
kenyataannya banyak pihak yang masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai
sebuah disiplin ilmu.
Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu
interpretasi dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi
misalnya, dimana di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai
dengan keseluruhan yang hendak disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau
sejarawan seperti kecenderungan pribadinya (personal bias), prasangka kelompoknya
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
3/12
(group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang saling bertentangan (conflicting
theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya sangat mempengaruhi
terhadap proses interpretasi tersebut.
Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya
yang ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurangbisa dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau
memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara
berlebihan atau keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari
subjektivitas, sehingga sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah
yang seobjektif mungkin atau setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting
bagi sejarawan adalah seperti yang pernah dikemukakan G. J. Renier, we must not
cheat.
3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama
a.Kaedah pertama: sejarah itu fakta
Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan
fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.
b.Kaedah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik
Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik(menekankan struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu
sosial meluas dalam ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan
tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala
sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-
1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930; Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-
1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau
menceritakan saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-
hukum. Misalnya sama-sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila iadapat melukiskan sebuah revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya
ilmu sosial akan menyelidiki revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum
yang umum berlaku dalam semua revolusi.
Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal -hal
yang unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu).
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
4/12
Sejarah menulis hal-hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah
misalnya Revolusi Indonesia, Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren X, Revolusi
di Desa atau Kota Y. Revolusi Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi
sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi. Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya
Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan yang hanya menerangkan
hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.
c.Kaedah ketiga: sejarah itu empiris
Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu
empiris, ia berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu
lebih bersifat normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang
tercantum dalam Kitab Suci masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang
diwahyukan oleh Tuhan.
1. Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yang meneliti dan
menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta
kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk
menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres
masa depan. Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke
masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Atau
dengan kata lain, dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari
kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidakdapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan.
2. Moh. Yamin, SH, memberikan pengertian sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang
disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan
kenyataan.
3. Thomas Carlyle, memberikan pengertian sejarah adalah peristiwa masa lampau
yang mempelajari biografi orang-orang terkenal. Mereka, adalah penyelamat pada
zamannya. Mereka merupakan orang-orang besar yang pernah dicatat sebagai peletak
dasar sejarah.
4. Herodotus, ahli sejarah pertama dunia berkebangsaan Yunani, yang mendapat
julukan: The Father of History atau Bapak Sejarah. Menurut Herodotus sejarah tidak
berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
5/12
lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.
5. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat
manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat itu.
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
6/12
PERSOALAN OBJEKTIVITI DAN SUBJEKTIVITI
DALAM ILMU SEJARAH
Pengenalan
Bidang Sejarah adalah merupakan bidang yang amat mementing
aktiviti penelitian ke atas fakta-fakta sejarah (peristiwa) dengan penuh
bertanggungjawab demi mencari dan mewujudkan kebenaran mengenai
kehidupan pada masa telahpun berlalu atau yang lampau. Sejarawan akan
mengumpulkan fakta-fakta sejarah dan menghasilkannya dalam bentuk
penulisan atau pensejarahan.
Dalam membicarakan persoalan objektiviti dan subjektiviti di sini,
permasalahan yang pertama perlu ditekankan ialah keterlibatan
(involvement) seseorang sejarawan terhadap penyelidikannya atau
kajiannya. Iaitu sama ada dia harus terikat (attached) atau terpisah
(detached) daripada kajiannya.[1] Ini kerana, menurut Edward Hallet Carr
bahawa fakta-fakta yang dikumpul oleh ahli sejarah dari dokumen-
dokumen, surat-surat dan sebagainya adalah ibarat ikan di atas papan
penyiang si penjaja ikan'. Sejarawan itu memungut ikan itu, membawanya
pulang, memasak dan menghidangkannya dalam apa cara yang menarik
baginya.[2] Justeru itu, sejarah yang tulen ialah sejarah yang mempunyai
pemisah mutlak di antara pengkaji dan kajiannya. Maka dari sinilah,
sejarawan menghadapi dua bentuk konsep yang menjadi penghalang
(straitjackets) kepada segala usaha penelitian sejarahnya, iaitu konsep
objektiviti dan konsep subjektiviti dalam pensejarahan.
Hingga kini, perbahasan sudah berlarutan mengenai sama ada
sejarah itu sewajarnya objektif atau subjektif. Persoalan yang menjadi isu
paling penting dalam perbahasan para sejarawan ialah mengenai
keupayaan ahli-ahli sejarah untuk menghasilkan penulisan yang bersifat
objektif. Hakikatnya, ramai sejarawan tidak merasa senang dengan
persoalan ini menyebabkan tidak wujud penyelesaiannya yang
muktamad.[3] Terdapat dua aliran yang telah mempengaruhi pengertian
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
7/12
sejarah ialah Aliran rasionalisme dan aliran emperisme. Aliran rasionalisme
bersifat subjektif dan didokong tokoh-tokoh seperti Benedetto Croce dari
Itali, Arnold Tonybee dan R.G. Collingwood dari England. Manakala aliran
emperisme bersifat objektif dan didokong oleh tokoh-tokoh seperti Leopold
Von Ranke dari Jerman, Lord Acton dan J.B. Bury dari England.
Pengertian Konsep objektiviti
Objetiviti timbul dari kata asal objektif. Kamus Dewan memberi
maksudnya sebagai suatu kenyataan atau fakta sebenar yang tidak
dipengaruhi atau dikuasai oleh perasaan atau prasangka sendiri.[4]
Menurut pandangan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam penulisanbertajuk Pengantar Ilmu Sejarah (1994), beliau mendefinisikan sejarah
objektif sebagai sejarah sebagaimana terjadinya (histoire-realite). [5]
Pandangan ini selari dengan teori terkenal oleh Leopold Von Ranke, iaitu
wie es eigentlich gewesen[6] yang bermaksud seperti sebenarnya ia
berlaku.
Muhd Yusof lbrahim mendefinisikan konsep objektif sebagai salah
satu daripada beberapa sifat atau hakikat sejarah itu sendiri dan ia
merupakan persoalan yang hakiki bagi sejarah dan pensejarahan.
Menurut Barzun dan Graf dalam karya mereka bertajuk The Modern
Researcher (1970) bahawa objektif adalah apa yang semua orang
menyetujuinya atau pandangan yang benar.[7]
Aliran objektif ini didasari oleh tradisi emperisme John Locke dan
positivesme Aguste Comte yang melihat adanya pemisahan di antara
subjek dan objek. Karya sejarah yang dikatakan bersifat objektif ini pada
asasnya adalah suatu penulisan yang merupakan tafsiran atau peneranganterhadap sesuatu peristiwa sejarah dengan berdasarkan kepada
sumbemya yang masih kekal. Hasil itu haruslah dipertahankan
kebenarannya untuk sementara waktu sehinggalah wujudnya pentafsiran
baru yang akan mengambil alih tempat tersebut.
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
8/12
Empat perkara dasar yang dilihat di dalam penulisan sejarah ialah
ketepatan dan kesahihan di dalam fakta, kesempumaan di dalam
menyampaikan bukti, struktur logikal yang berkesan serta kelancaran
persembahan. Bagi mencerminkan sifat objektif di dalam penulisan
sejarah, seseorang sejarawan haruslah menyingkirkan sifat subjektif didalam hasil penulisannya. Sebagai satu istilah ilmu sejarah, maka konsep
objektif itu biasanya dilihat daripada dua sudut pengertian yang berbeza.
Pengertian yang pertama ialah objektif itu bermakna tujuan atau
sasaran sesuatu sejarah itu dikaji atau ditulis. Maknanya ialah untuk apa
atau siapa sejarah itu dikaji? Sebagai contoh ialah Tun Seri Lanang telah
memperbaiki semula 'Hikayat Melayu' yang dibawa daripada Goa dan
dinamakan Sulalatus Salatin dengan tujuan untuk memenuhi permintaan
Sultan Abdullah Ma'ayah Syah serta menyukakan hati baginda untuk
teladan serta iktibar bagi keturunan yang akan datang.
Pengertian yang kedua adalah lebih kontrovesi dan memerlukan
perbincangan yang lebih luas serta mendalam lagi. Ini kerana ia dianggap
sebagai sifat sejarah itu sendiri. la adalah merupakan persoalan yang
intrinsik bagi sejarah dan pensejarahan. Objektif adalah dianggap sebagai
sains tulin yang menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak dan
tepat. Leopold Von Ranke adalah sebagai pengasas agung aliran sejarahobjektif ini. Ranke berpendapat bahawa, sejarawan seharusnya berusaha
untuk membuat satu persembahan tulen fakta-fakta yang berpandukan
kepada penyelidikan rapi ke atas peristiwa-peristiwa lepas yang khusus
dan nyata, dan berasaskan kepada tafsiran sumber-sumber yang asli dan
kemasukkan unsur moral hanya mendedahkan sejarah kepada prasangka
dan berat sebelah yang boleh menggugat kewibawaannya sebagai satu
bidang ilmu yang sahih.[8]
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
9/12
Tradisi emperisme John Locke dan positivisme Aguste Comte telah
menjadi asas kepada aliran sejarah objektif yang diperjuangkan oleh
Leopold Von Ranke (1795 -1886). Kita juga sedar bahawa, matlamat
pengajian sejarah adalah untuk menggambarkan kejadian-kejadian
sebagaimana yang berlaku. Menurut Pieter Gayl, "historisme" bermaknamenjauhkan diri dari pengadilan, penerimaan atau pengakuan yang tidak
ada darjah-darjah kecuali apa yang dibekalkan oleh proses sejarah itu
sendiri.[9]
Pada tahun 1896, Lord Acton (1834 - 1902) telah melancarkan projek
penulisan yang terkenal bertajuk "Cambridge Modern History" untuk
melahirkan karya sejarah objektif. Dalam kata-kata aluannya, beliau
menyatakan bahawa, biarlah gambaran para sejarawan tentang sesuatu
peristi\va itu serupa sahaja dan memuaskan hati setiap pihak tanpa
sebarang perasaan subjektif atau sikap berat sebelah (bias). Aliran objektif
ini adalah berasaskan kepada keyakinan tentang kemampuan
memperolehi fakta sejarah secara muktamad. Selain daripada itu, sejarah
adalah sejenis sains dan ia mampu menghasilkan karya sejarah yang
bersifat saintifik dan objektif.[10]
Kesimpulannya ialah penulisan sejarah, tafsiran atau penerangan
yang objektif adalah menjadi matlamat seseorang sejarawan yang tulen. Didalam mewujudkan hasil karya sejarah yang bersifat objektif, beberapa
perkara harus diambil kira iaitu;
Harus mencerminkan sikap yang jujur.
Tidak ada bias tetapi adil dan berkecuali di dalam penulisan.
Perlu memahami kaedah penyelidikan sejarah dan mengamalkannya di
dalam penulisan.
Seorang sejarawan haruslah menggunakan sumber yang secukupnya
untuk mendapatkan fakta dan maklumat yang membolehkan ia membuat
tafsiran secara adil dan saksama atau bersikap kritis.
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
10/12
Sejarawan tidak boleh membuat pentafsiran secara sesuka hati
mengikut perasaannya demi untuk menyukakan sesuatu pihak atau
mendapatkan keuntungan dan kepentingan.
Tafsiran itu pula haruslah menggambarkan kebenaran tanpamemasukkan unsur pengadilan terhadap sesuatu peristiwa sejarah yang
dikajinya itu.
Pengertian Konsep subjektif
Subjektiviti pula timbul dari kata dasar subjektif. Kamus Dewan
memberi makudnya sebagai sesuatu yang terbit daripada atau berasaskan
pandangan orang atau pihak yang melihat atau menilai (tidak pada ciri-cirisebenar sesuatu yang dilihat atau dinilai).[11] Konsep subjektif menurut
Muhd. Yusof Ibrahim ialah merujuk kepada pensejarahan tradisi yang
ditulis secara bebas atau sesuka hati sejarawan sahaja. Penulisan-
penulisan mereka adalah bersifat memihak dan bertujuan menyanjung atau
memperbesarkan tokoh atau peristiwa yang dikaji, menyerapkan nilai
budaya atau 'world-view", mahupun ideologi serta memuatkan pelbagai
unsur kesusasteraan.
Dengan kata lainnya, konsep sejarah subjektif ialah sejarah yang
ditulis dan telah diolah oleh pengarang dengan memasukkan unsur mitos,
lagenda dan lain-lain unsur kesusasteraan untuk mengindahkan lagi hasil
penulisan. Sejarah dikatakan subjektif kerana ia ditulis oleh seorang
penulis atau sejarawan dengan rekaan atau diciptakan sendiri.
Walau bagaimanapun, hakikat bahawa penulisan sejarah subjektif
tidak dapat dielakkan dan ia dianggap sebagai suatu yang penting dan
unggul. Ini adalah disebabkan manusia mempunyai sifat semulajadi iaitu
kita akan memihak kepada sesuatu yang kita minat dan juga yang kita
anggap penting. Seorang ahli falsafah Jerman bernama G. Litchenberg
menyatakan bahawa, manusia mempunyai sifat memihak. Jika tidak
memihak, orang itu termasuk di dalam golongan tidak memihak yang
merupakan suatu pilihan.[12]
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
11/12
Pensejarahan subjektif dapat dilihat dengan jelas di dalam
pensejarahan tradisional. Penulisan mereka bersifat memihak, yang
bertujuan menyanjung atau memperbesarkan tokoh atau peristiwa yang
mereka kaji, menyerapkan nilai budaya atau world-view, ideologi dan unsur
kesusasteraan. Tun Seri Lanang telah memperbaiki semula HikayatMelayu yang dibawa dari Goa dan seterusnya menamakannya Sulalatus
Salatin dengan tujuan memenuhi perintah Sultan Abdullah Ma'ayah Syah
serta menyukakan hati baginda untuk teladan serta iktibar bagi keturunan
akan datang.[13] Pembentukan aliran sejarah subjektif adalah disebabkan
oleh dua perkara.
Perkara yang pertama ialah faktor naluri atau kecenderungan
semulajadi manusia itu sendiri yang suka memilih (select). Kita sendiri
sedar bahawa manusia akan memilih sesuatu yang penting dan
mengenepikan sesuatu yang dianggap tidak penting.
Manakala, faktor yang kedua pula ialah faktor agama dan ideologi.
Faktor ini dapat membentuk pegangan dan tindakan seseorang. Manusia
yang semakin kuat komitmennya, berkemungkinan besar bersikap
subjektif. Maka penulisannya akan bersifat memihak. Penulis aliran
subjektif tidak bertujuan untuk mengenepikan kebenaran sejarah, tetapi
mereka kurang mementingkan konsep kebenaran yang objektif.
Konsep sejarah subjektif boleh dijadikan ikhtibar yakni alat untuk
melakukan serangan psikologi untuk menegakkan keunggulan sesuatu
kuasa atau bangsa ke atas sesuatu yang lain. Kita tahu bahawa salah satu
sebab yang menyebabkan penulisan sejarah subjektif ialah tiada
kesedaran yang jelas dan luas tentang sejarah Sejarawan tersebut hanya
tahu bahawa fungsi sejarah adalah untuk mendapat pengajaran sahaja.
Maka, dengan sebab itulah penulisan sejarah itu dicampuradukkan dengan
unsur-unsur sastera seperti mitos, lagenda dan lain-lain. Melaluidongengan ini, hasrat sejarawan untuk memberi iktibar akan lebih mudah
lagi untuk mencapai objektifnya. Pengaruh nilai, budaya dan adanya
kepentingan yang hendak ditonjolkan juga merupakan salah satu sebab
kepada kewujudan penulisan sejarah subjektif.
-
7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti
12/12
Hal ini dapat kita lihat dengan jelas melalui karya-karya sejarah
tokoh-tokoh penjajah terhadap sejarah tanah air kita. Secara tidak
langsung, penulisan sejarah ini, boleh digunakan untuk melakukan
serangan psikologi bagi bangsa yang terjajah. Sejarawan Barat seperti R.J.
Wilkinson, R.O. Winsted dan lain-lain lagi telah mencemuh danmemperkecilkan peristiwa-peristiwa sejarah, peranan dan tokoh-tokoh
tempatan. Bagi mereka, Tok Janggut, Mat Kilau, Datuk Bahaman dan lain-
lain pejuang nasionalisme dianggap penderhaka. Tokoh-tokoh Barat
diperkenalkan kepada masyarakat kita dan watak mereka itu
diperhebatkan. Mereka menghuraikan dengan terperinci tentang semangat
yang ada pada diri J.W.W. Birch, Sir Francis Light dan lain-lain lagi yang
bagi kita, mereka ini ialah penjajah yang datang menjajah ke negeri kita
dan mengaut segala hasil kekayaan negara kita.
Sehubungan dengan perbincangan tadi dapat disimpulkan di sini
bahawa persoalan subjektiviti dalam sejarah ialah merujuk kepada bentuk
hasil sejarah yang ditulis dengan memasukkan unsur-unsur penambahan
yang pada pandangan sejarawan itu adalah penting. Masalah bias adalah
merupakan kesan terpenting yang wujud hasil daripada tercetusnya
penulisan secara subjektif ini.