Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

download Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

of 12

Transcript of Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    1/12

    Pengertian Sejarah dan Ruang Lingkup

    A.Pengertian Sejarah

    1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata

    Menurut Jan Romein, kata sejarah memiliki arti yang sama dengan kata history

    (Inggris), geschichte (Jerman) dan geschiedenis (Belanda), semuanya mengandung

    arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa

    lampau.

    Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa

    Arab, syajaratun yang berarti pohon atau keturunan atau asal-usul yang

    kemudian berkembang dalam bahasa Melayu syajarah. Dalam bahasa Indonesia

    menjadi sejarah. Menurutnya kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai

    gambaran silsilah atau keturunan.

    2.Rumusan batasan pengertian sejarah

    Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan

    pengertian sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah

    dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa

    lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu,

    diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

    B.Ruang Lingkup Studi Sejarah

    1.Sejarah sebagai cerita

    Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita,

    yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau.

    Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa

    disangkal lagi. Ucapan teoritikus-teoritikus sejarah seperti Renier: nothing but a story;

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    2/12

    Trevelyan: the historians first duty is to tell the story; Huizinga: the story of something

    that has happened, semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya

    adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.

    Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita,

    sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongengataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan

    metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah,

    mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan

    diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnya disusun dengan cara-cara

    tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau

    manusia itu.

    2.Sejarah sebagai ilmu

    Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu

    ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud

    adalah:

    Ada objek masalahnya

    Memiliki metode

    Tersusun secara sistematis

    Menggunakan pemikiran yang rasional

    Memiliki kebenaran yang objektif

    Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode

    sendiri dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan

    dari sejarah. Pendapat ahli sejarah Bury bahwa history is a science, no less and no

    more kiranya memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam

    kenyataannya banyak pihak yang masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai

    sebuah disiplin ilmu.

    Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu

    interpretasi dan historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi

    misalnya, dimana di dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai

    dengan keseluruhan yang hendak disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau

    sejarawan seperti kecenderungan pribadinya (personal bias), prasangka kelompoknya

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    3/12

    (group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang saling bertentangan (conflicting

    theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya sangat mempengaruhi

    terhadap proses interpretasi tersebut.

    Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya

    yang ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurangbisa dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau

    memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara

    berlebihan atau keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari

    subjektivitas, sehingga sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah

    yang seobjektif mungkin atau setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting

    bagi sejarawan adalah seperti yang pernah dikemukakan G. J. Renier, we must not

    cheat.

    3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama

    a.Kaedah pertama: sejarah itu fakta

    Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan

    fakta, sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.

    b.Kaedah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik

    Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik(menekankan struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu

    sosial meluas dalam ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan

    tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala

    sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-

    1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930; Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-

    1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

    Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau

    menceritakan saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-

    hukum. Misalnya sama-sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila iadapat melukiskan sebuah revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya

    ilmu sosial akan menyelidiki revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum

    yang umum berlaku dalam semua revolusi.

    Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal -hal

    yang unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu).

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    4/12

    Sejarah menulis hal-hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah

    misalnya Revolusi Indonesia, Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren X, Revolusi

    di Desa atau Kota Y. Revolusi Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi

    sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi. Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya

    Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan yang hanya menerangkan

    hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.

    c.Kaedah ketiga: sejarah itu empiris

    Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu

    empiris, ia berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu

    lebih bersifat normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang

    tercantum dalam Kitab Suci masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang

    diwahyukan oleh Tuhan.

    1. Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yang meneliti dan

    menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta

    kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk

    menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-

    pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres

    masa depan. Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke

    masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Atau

    dengan kata lain, dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari

    kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidakdapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan.

    2. Moh. Yamin, SH, memberikan pengertian sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan yang

    disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan

    kenyataan.

    3. Thomas Carlyle, memberikan pengertian sejarah adalah peristiwa masa lampau

    yang mempelajari biografi orang-orang terkenal. Mereka, adalah penyelamat pada

    zamannya. Mereka merupakan orang-orang besar yang pernah dicatat sebagai peletak

    dasar sejarah.

    4. Herodotus, ahli sejarah pertama dunia berkebangsaan Yunani, yang mendapat

    julukan: The Father of History atau Bapak Sejarah. Menurut Herodotus sejarah tidak

    berkembang ke arah depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak seperti garis

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    5/12

    lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan manusia.

    5. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat

    manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak

    masyarakat itu.

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    6/12

    PERSOALAN OBJEKTIVITI DAN SUBJEKTIVITI

    DALAM ILMU SEJARAH

    Pengenalan

    Bidang Sejarah adalah merupakan bidang yang amat mementing

    aktiviti penelitian ke atas fakta-fakta sejarah (peristiwa) dengan penuh

    bertanggungjawab demi mencari dan mewujudkan kebenaran mengenai

    kehidupan pada masa telahpun berlalu atau yang lampau. Sejarawan akan

    mengumpulkan fakta-fakta sejarah dan menghasilkannya dalam bentuk

    penulisan atau pensejarahan.

    Dalam membicarakan persoalan objektiviti dan subjektiviti di sini,

    permasalahan yang pertama perlu ditekankan ialah keterlibatan

    (involvement) seseorang sejarawan terhadap penyelidikannya atau

    kajiannya. Iaitu sama ada dia harus terikat (attached) atau terpisah

    (detached) daripada kajiannya.[1] Ini kerana, menurut Edward Hallet Carr

    bahawa fakta-fakta yang dikumpul oleh ahli sejarah dari dokumen-

    dokumen, surat-surat dan sebagainya adalah ibarat ikan di atas papan

    penyiang si penjaja ikan'. Sejarawan itu memungut ikan itu, membawanya

    pulang, memasak dan menghidangkannya dalam apa cara yang menarik

    baginya.[2] Justeru itu, sejarah yang tulen ialah sejarah yang mempunyai

    pemisah mutlak di antara pengkaji dan kajiannya. Maka dari sinilah,

    sejarawan menghadapi dua bentuk konsep yang menjadi penghalang

    (straitjackets) kepada segala usaha penelitian sejarahnya, iaitu konsep

    objektiviti dan konsep subjektiviti dalam pensejarahan.

    Hingga kini, perbahasan sudah berlarutan mengenai sama ada

    sejarah itu sewajarnya objektif atau subjektif. Persoalan yang menjadi isu

    paling penting dalam perbahasan para sejarawan ialah mengenai

    keupayaan ahli-ahli sejarah untuk menghasilkan penulisan yang bersifat

    objektif. Hakikatnya, ramai sejarawan tidak merasa senang dengan

    persoalan ini menyebabkan tidak wujud penyelesaiannya yang

    muktamad.[3] Terdapat dua aliran yang telah mempengaruhi pengertian

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    7/12

    sejarah ialah Aliran rasionalisme dan aliran emperisme. Aliran rasionalisme

    bersifat subjektif dan didokong tokoh-tokoh seperti Benedetto Croce dari

    Itali, Arnold Tonybee dan R.G. Collingwood dari England. Manakala aliran

    emperisme bersifat objektif dan didokong oleh tokoh-tokoh seperti Leopold

    Von Ranke dari Jerman, Lord Acton dan J.B. Bury dari England.

    Pengertian Konsep objektiviti

    Objetiviti timbul dari kata asal objektif. Kamus Dewan memberi

    maksudnya sebagai suatu kenyataan atau fakta sebenar yang tidak

    dipengaruhi atau dikuasai oleh perasaan atau prasangka sendiri.[4]

    Menurut pandangan Abdul Rahman Haji Abdullah dalam penulisanbertajuk Pengantar Ilmu Sejarah (1994), beliau mendefinisikan sejarah

    objektif sebagai sejarah sebagaimana terjadinya (histoire-realite). [5]

    Pandangan ini selari dengan teori terkenal oleh Leopold Von Ranke, iaitu

    wie es eigentlich gewesen[6] yang bermaksud seperti sebenarnya ia

    berlaku.

    Muhd Yusof lbrahim mendefinisikan konsep objektif sebagai salah

    satu daripada beberapa sifat atau hakikat sejarah itu sendiri dan ia

    merupakan persoalan yang hakiki bagi sejarah dan pensejarahan.

    Menurut Barzun dan Graf dalam karya mereka bertajuk The Modern

    Researcher (1970) bahawa objektif adalah apa yang semua orang

    menyetujuinya atau pandangan yang benar.[7]

    Aliran objektif ini didasari oleh tradisi emperisme John Locke dan

    positivesme Aguste Comte yang melihat adanya pemisahan di antara

    subjek dan objek. Karya sejarah yang dikatakan bersifat objektif ini pada

    asasnya adalah suatu penulisan yang merupakan tafsiran atau peneranganterhadap sesuatu peristiwa sejarah dengan berdasarkan kepada

    sumbemya yang masih kekal. Hasil itu haruslah dipertahankan

    kebenarannya untuk sementara waktu sehinggalah wujudnya pentafsiran

    baru yang akan mengambil alih tempat tersebut.

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    8/12

    Empat perkara dasar yang dilihat di dalam penulisan sejarah ialah

    ketepatan dan kesahihan di dalam fakta, kesempumaan di dalam

    menyampaikan bukti, struktur logikal yang berkesan serta kelancaran

    persembahan. Bagi mencerminkan sifat objektif di dalam penulisan

    sejarah, seseorang sejarawan haruslah menyingkirkan sifat subjektif didalam hasil penulisannya. Sebagai satu istilah ilmu sejarah, maka konsep

    objektif itu biasanya dilihat daripada dua sudut pengertian yang berbeza.

    Pengertian yang pertama ialah objektif itu bermakna tujuan atau

    sasaran sesuatu sejarah itu dikaji atau ditulis. Maknanya ialah untuk apa

    atau siapa sejarah itu dikaji? Sebagai contoh ialah Tun Seri Lanang telah

    memperbaiki semula 'Hikayat Melayu' yang dibawa daripada Goa dan

    dinamakan Sulalatus Salatin dengan tujuan untuk memenuhi permintaan

    Sultan Abdullah Ma'ayah Syah serta menyukakan hati baginda untuk

    teladan serta iktibar bagi keturunan yang akan datang.

    Pengertian yang kedua adalah lebih kontrovesi dan memerlukan

    perbincangan yang lebih luas serta mendalam lagi. Ini kerana ia dianggap

    sebagai sifat sejarah itu sendiri. la adalah merupakan persoalan yang

    intrinsik bagi sejarah dan pensejarahan. Objektif adalah dianggap sebagai

    sains tulin yang menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang mutlak dan

    tepat. Leopold Von Ranke adalah sebagai pengasas agung aliran sejarahobjektif ini. Ranke berpendapat bahawa, sejarawan seharusnya berusaha

    untuk membuat satu persembahan tulen fakta-fakta yang berpandukan

    kepada penyelidikan rapi ke atas peristiwa-peristiwa lepas yang khusus

    dan nyata, dan berasaskan kepada tafsiran sumber-sumber yang asli dan

    kemasukkan unsur moral hanya mendedahkan sejarah kepada prasangka

    dan berat sebelah yang boleh menggugat kewibawaannya sebagai satu

    bidang ilmu yang sahih.[8]

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    9/12

    Tradisi emperisme John Locke dan positivisme Aguste Comte telah

    menjadi asas kepada aliran sejarah objektif yang diperjuangkan oleh

    Leopold Von Ranke (1795 -1886). Kita juga sedar bahawa, matlamat

    pengajian sejarah adalah untuk menggambarkan kejadian-kejadian

    sebagaimana yang berlaku. Menurut Pieter Gayl, "historisme" bermaknamenjauhkan diri dari pengadilan, penerimaan atau pengakuan yang tidak

    ada darjah-darjah kecuali apa yang dibekalkan oleh proses sejarah itu

    sendiri.[9]

    Pada tahun 1896, Lord Acton (1834 - 1902) telah melancarkan projek

    penulisan yang terkenal bertajuk "Cambridge Modern History" untuk

    melahirkan karya sejarah objektif. Dalam kata-kata aluannya, beliau

    menyatakan bahawa, biarlah gambaran para sejarawan tentang sesuatu

    peristi\va itu serupa sahaja dan memuaskan hati setiap pihak tanpa

    sebarang perasaan subjektif atau sikap berat sebelah (bias). Aliran objektif

    ini adalah berasaskan kepada keyakinan tentang kemampuan

    memperolehi fakta sejarah secara muktamad. Selain daripada itu, sejarah

    adalah sejenis sains dan ia mampu menghasilkan karya sejarah yang

    bersifat saintifik dan objektif.[10]

    Kesimpulannya ialah penulisan sejarah, tafsiran atau penerangan

    yang objektif adalah menjadi matlamat seseorang sejarawan yang tulen. Didalam mewujudkan hasil karya sejarah yang bersifat objektif, beberapa

    perkara harus diambil kira iaitu;

    Harus mencerminkan sikap yang jujur.

    Tidak ada bias tetapi adil dan berkecuali di dalam penulisan.

    Perlu memahami kaedah penyelidikan sejarah dan mengamalkannya di

    dalam penulisan.

    Seorang sejarawan haruslah menggunakan sumber yang secukupnya

    untuk mendapatkan fakta dan maklumat yang membolehkan ia membuat

    tafsiran secara adil dan saksama atau bersikap kritis.

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    10/12

    Sejarawan tidak boleh membuat pentafsiran secara sesuka hati

    mengikut perasaannya demi untuk menyukakan sesuatu pihak atau

    mendapatkan keuntungan dan kepentingan.

    Tafsiran itu pula haruslah menggambarkan kebenaran tanpamemasukkan unsur pengadilan terhadap sesuatu peristiwa sejarah yang

    dikajinya itu.

    Pengertian Konsep subjektif

    Subjektiviti pula timbul dari kata dasar subjektif. Kamus Dewan

    memberi makudnya sebagai sesuatu yang terbit daripada atau berasaskan

    pandangan orang atau pihak yang melihat atau menilai (tidak pada ciri-cirisebenar sesuatu yang dilihat atau dinilai).[11] Konsep subjektif menurut

    Muhd. Yusof Ibrahim ialah merujuk kepada pensejarahan tradisi yang

    ditulis secara bebas atau sesuka hati sejarawan sahaja. Penulisan-

    penulisan mereka adalah bersifat memihak dan bertujuan menyanjung atau

    memperbesarkan tokoh atau peristiwa yang dikaji, menyerapkan nilai

    budaya atau 'world-view", mahupun ideologi serta memuatkan pelbagai

    unsur kesusasteraan.

    Dengan kata lainnya, konsep sejarah subjektif ialah sejarah yang

    ditulis dan telah diolah oleh pengarang dengan memasukkan unsur mitos,

    lagenda dan lain-lain unsur kesusasteraan untuk mengindahkan lagi hasil

    penulisan. Sejarah dikatakan subjektif kerana ia ditulis oleh seorang

    penulis atau sejarawan dengan rekaan atau diciptakan sendiri.

    Walau bagaimanapun, hakikat bahawa penulisan sejarah subjektif

    tidak dapat dielakkan dan ia dianggap sebagai suatu yang penting dan

    unggul. Ini adalah disebabkan manusia mempunyai sifat semulajadi iaitu

    kita akan memihak kepada sesuatu yang kita minat dan juga yang kita

    anggap penting. Seorang ahli falsafah Jerman bernama G. Litchenberg

    menyatakan bahawa, manusia mempunyai sifat memihak. Jika tidak

    memihak, orang itu termasuk di dalam golongan tidak memihak yang

    merupakan suatu pilihan.[12]

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    11/12

    Pensejarahan subjektif dapat dilihat dengan jelas di dalam

    pensejarahan tradisional. Penulisan mereka bersifat memihak, yang

    bertujuan menyanjung atau memperbesarkan tokoh atau peristiwa yang

    mereka kaji, menyerapkan nilai budaya atau world-view, ideologi dan unsur

    kesusasteraan. Tun Seri Lanang telah memperbaiki semula HikayatMelayu yang dibawa dari Goa dan seterusnya menamakannya Sulalatus

    Salatin dengan tujuan memenuhi perintah Sultan Abdullah Ma'ayah Syah

    serta menyukakan hati baginda untuk teladan serta iktibar bagi keturunan

    akan datang.[13] Pembentukan aliran sejarah subjektif adalah disebabkan

    oleh dua perkara.

    Perkara yang pertama ialah faktor naluri atau kecenderungan

    semulajadi manusia itu sendiri yang suka memilih (select). Kita sendiri

    sedar bahawa manusia akan memilih sesuatu yang penting dan

    mengenepikan sesuatu yang dianggap tidak penting.

    Manakala, faktor yang kedua pula ialah faktor agama dan ideologi.

    Faktor ini dapat membentuk pegangan dan tindakan seseorang. Manusia

    yang semakin kuat komitmennya, berkemungkinan besar bersikap

    subjektif. Maka penulisannya akan bersifat memihak. Penulis aliran

    subjektif tidak bertujuan untuk mengenepikan kebenaran sejarah, tetapi

    mereka kurang mementingkan konsep kebenaran yang objektif.

    Konsep sejarah subjektif boleh dijadikan ikhtibar yakni alat untuk

    melakukan serangan psikologi untuk menegakkan keunggulan sesuatu

    kuasa atau bangsa ke atas sesuatu yang lain. Kita tahu bahawa salah satu

    sebab yang menyebabkan penulisan sejarah subjektif ialah tiada

    kesedaran yang jelas dan luas tentang sejarah Sejarawan tersebut hanya

    tahu bahawa fungsi sejarah adalah untuk mendapat pengajaran sahaja.

    Maka, dengan sebab itulah penulisan sejarah itu dicampuradukkan dengan

    unsur-unsur sastera seperti mitos, lagenda dan lain-lain. Melaluidongengan ini, hasrat sejarawan untuk memberi iktibar akan lebih mudah

    lagi untuk mencapai objektifnya. Pengaruh nilai, budaya dan adanya

    kepentingan yang hendak ditonjolkan juga merupakan salah satu sebab

    kepada kewujudan penulisan sejarah subjektif.

  • 7/30/2019 Pengertian Sejarah Dan Objektiviti

    12/12

    Hal ini dapat kita lihat dengan jelas melalui karya-karya sejarah

    tokoh-tokoh penjajah terhadap sejarah tanah air kita. Secara tidak

    langsung, penulisan sejarah ini, boleh digunakan untuk melakukan

    serangan psikologi bagi bangsa yang terjajah. Sejarawan Barat seperti R.J.

    Wilkinson, R.O. Winsted dan lain-lain lagi telah mencemuh danmemperkecilkan peristiwa-peristiwa sejarah, peranan dan tokoh-tokoh

    tempatan. Bagi mereka, Tok Janggut, Mat Kilau, Datuk Bahaman dan lain-

    lain pejuang nasionalisme dianggap penderhaka. Tokoh-tokoh Barat

    diperkenalkan kepada masyarakat kita dan watak mereka itu

    diperhebatkan. Mereka menghuraikan dengan terperinci tentang semangat

    yang ada pada diri J.W.W. Birch, Sir Francis Light dan lain-lain lagi yang

    bagi kita, mereka ini ialah penjajah yang datang menjajah ke negeri kita

    dan mengaut segala hasil kekayaan negara kita.

    Sehubungan dengan perbincangan tadi dapat disimpulkan di sini

    bahawa persoalan subjektiviti dalam sejarah ialah merujuk kepada bentuk

    hasil sejarah yang ditulis dengan memasukkan unsur-unsur penambahan

    yang pada pandangan sejarawan itu adalah penting. Masalah bias adalah

    merupakan kesan terpenting yang wujud hasil daripada tercetusnya

    penulisan secara subjektif ini.