Pengertian Qadha Dan Qadar

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Orang yang tidak beriman kepada qhada dan qadar, ia tidak pernah bersyukur, tidak bersabar, tidak optimis, tidak tenang hatinya, sombong dan mudah putus asa. Apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah: 1. Untuk memahami pengertian dari takdir dan iman kepada 2. Untuk memahami iman kepada qada dan qadar 3. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir 1

Transcript of Pengertian Qadha Dan Qadar

Page 1: Pengertian Qadha Dan Qadar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang

terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun

takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat

fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa

permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini.

Orang yang tidak beriman kepada qhada dan qadar, ia tidak pernah

bersyukur, tidak bersabar, tidak optimis, tidak tenang hatinya, sombong dan

mudah putus asa. Apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan

itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat.

Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk memahami pengertian dari takdir dan iman kepada

2. Untuk memahami iman kepada qada dan qadar

3. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir

4. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada dan qadar

1.3 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasaan, makalah ini dibagi menjadi beberapa

bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Membahas latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan makalah.

BAB II : Iman Kepada Qadha dan Qadar

1

Page 2: Pengertian Qadha Dan Qadar

Membahas isi pembahasan makalah Beriman Kepada Takdir Alah SWT itu

sendiri.

BAB III : Penutup

Memuat tentang kesimpulan bahasan makalah.

BAB II

2

Page 3: Pengertian Qadha Dan Qadar

IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

2.1 Pengertian Qadha dan Qadar

Secara etimologi, qadha memiliki banyak pengertian, diantaranya

sebagaimana berikut:

1. Pemutusan

ا إ�ن�م��� را� ف� م����ذ�ا ق�ض�ى أ� إ ض� و� ر�

او�ات� و�األ� م� ب�د�يع� الس�

�ي�ك�ون ول� ل�ه� ك�ن ف� �  ي�ق

“(Dia) yang mengadakan langit dan bumi dengan indahnya, dan memutuskan

sesuatu perkara, hanya Dia mengatakan: Jadilah, lalu jadi.” [QS. Al-Baqarah

(2): 117]

2. Perintah

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika

salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut

dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada

keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan

ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” [QS. Al-Israa` (17): 23]

3. Pemberitaan

�ر� ن� د�اب� �م�ر� أ �ه� ذ�ل�ك� األ �ي �ل �ا إ �ن و�ق�ض�ي

�ح�ين� ه�ؤ!الء م�ق�ط!وع� م�ص�ب

“Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka

akan ditumpas habis di waktu subuh.” [QS. Al-Hijr (15): 66]

3

Page 4: Pengertian Qadha Dan Qadar

Adapun qadar secara etimologi berasal dari kata qaddara, yuqaddiru,

taqdiiran yang berarti penentuan. Pengertian ini bisa kita lihat dalam ayat Allah

berikut ini.

“Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia

memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan

(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-

orang yang bertanya.” [QS. Fushshilat (41): 10]

Dari sudut terminologi, qadha adalah pengetahuan yang lampau, yang telah

ditetapkan oleh Allah pada zaman azali. Adapun qadar adalah terjadinya suatu

ciptaan yang sesuai dengan penetapan (qadha).

Ibnu Hajar berkata, “Para ulama berpendapat bahwa qadha adalah hukum

kulli (universal) ijmali (secara global) pada zaman azali, sedangkan qadar adalah

bagian-bagian kecil dan perincian-perincian hukum tersebut.” (Fathul-Baari

11/477)

Ada juga dari kalangan ulama yang berpendapat sebaliknya, yaitu qadar

merupakan hukum kulli ijmali pada zaman azali, sedangkan qadha adalah

penciptaan yang terperinci.

Sebenarnya, qadha dan qadar ini merupakan dua masalah yang saling

berkaitan, tidak mungkin satu sama lain terpisahkan oleh karena salah satu di

antara keduanya merupakan asas atau pondasi dari bangunan yang lain. Maka,

barangsiapa yang ingin memisahkan di antara keduanya, ia sungguh merobohkan

bangunan tersebut (An-Nihayat fii Ghariib al-Hadits, Ibnu Atsir 4/78, Jami’ al-

Ushuul 10/104).

4

Page 5: Pengertian Qadha Dan Qadar

2.2 Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah

Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan,

dan dilaksanakan dengan amal perbuatan. Yang dimaksud dengan istilah takdir

disini adalah Qadar (al-Qadar khairuhu wa syarruhu) atau qada dan qadar (al-

Qadha wal qadar).

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang

mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu

Abbas pernah berkata, “Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang

mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan

barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya

merusakkan tauhidnya” (Majmu’ Fataawa Syeikh Al-Islam, 8/258).

Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan kewajiban

yang harus dilakukan setiap muslim dan mukmin. Hal ini berdasarkan beberapa

hadits berikut ini.

Hadits Jibril yang diriwayatkan Umar bin Khaththab r.a., di saat Rasulullah

saw. ditanya oleh Jibril tentang iman. Beliau menjawab, “Kamu beriman kepada

Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir, dan kamu beriman kepada

qadar baik maupun buruk.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لم أصابه ما أن بعلم حتى وشره خبره بالقدر يؤمن حتى عبد يؤمن ال

لم أخطأه ما وأن ليخطئه ليصيبه يكن يكن

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik

dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak

akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan

menimpanya.” (Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin

‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam

Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata:

5

Page 6: Pengertian Qadha Dan Qadar

‘Sanad hadits ini shahih.’ Lihat juga Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah (no. 2439),

karya Syaikh Albani rahimahullah)

2.3 Tingkatan Takdir

Beriman kepada takdir tidak akan sempurna kecuali dengan empat perkara

yang disebut tingkatan takdir atau rukun-rukun takdir. Keempat perkara ini adalah

pengantar untuk memahami masalah takdir. Barang siapa yang mengaku beriman

kepada takdir, maka dia harus merealisasikan semua rukun-rukunnya, karena yang

sebagian akan bertalian dengan sebagian yang lain. Barang siapa yang mengakui

semuanya, baik dengan lisan, keyakinan dan amal perbuatan, maka keimanannya

kepada takdir telah sempurna. Namun, barang siapa yang mengurangi salah

satunya atau lebih, maka keimanannya kepada takdir telah rusak.

Tingkatan Pertama: al-’Ilmu (Ilmu)

Yaitu, beriman bahwa Allah mengetahui dengan ilmu-Nya yang azali

mengenai apa-apa yang telah terjadi, yang akan terjadi, dan apa yang tidak terjadi,

baik secara global maupun terperinci, di seluruh penjuru langit dan bumi serta di

antara keduanya. Allah Maha Mengetahui semua yang diperbuat makhluk-Nya

sebelum mereka diciptakan, mengetahui rizki, ajal, amal, gerak, dan diam mereka,

serta mengetahui siapa di antara mereka yang sengsara dan bahagia.

Allah Ta’ala telah berfirman,

ذلك ىكتـب إن ف ذلك ءواألرض إن السـما فى ما يعلم الله أن تعلم ألم

يسر الله على

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja

yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam

sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi

Allah.” (Qs. Al-Hajj: 70)

وما, روالبحر الب فى ما ويعلم إالهو يعلمها ال الغيب مفاتح وعنده

يا وال رطب وال األرض ظلمت فى حبة وال يعلمها إال ورقة من تسقـط

مبين كتب فى إال بس

6

Page 7: Pengertian Qadha Dan Qadar

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua perkara yang ghaib, tidak ada yang

mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia Maha Mengetahui apa yang ada di

daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia

mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan

tidak juga sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan telah tertulis dalam

kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Qs. Al-An’aam: 59)

عليم شيء بكل الله إن

“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.” (Qs. At-Taubah:

115)

Tingkatan Kedua: al-Kitaabah (Penulisan)

Yaitu, mengimani bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menuliskan apa

yang telah diketahui-Nya berupa ketentuan-ketentuan seluruh makhluk hidup di

dalam al-Lauhul Mahfuzh. Suatu kitab yang tidak meninggalkan sedikit pun di

dalamnya, semua yang terjadi, apa yang akan terjadi, dan segala yang telah terjadi

hingga hari Kiamat, ditulis di sisi Allah Ta’ala dalam Ummul Kitab.

Allah Ta’ala berfirman,

مبـين إمام فى أحصينه شيء كل و

“Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh

Mahfuzh).”(Qs. Yaasiin: 12)

أن قبل من كـتب فى إال أنفسكم فى وال األرض فى مصيبة من أصاب ما

يسر الله على ذلك �نبرأهاإن

“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada

dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum

Kami menciptakannya.” (Qs. Al-Hadiid: 22)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

7

Page 8: Pengertian Qadha Dan Qadar

ألف بخمسبن زاألرض السماوات يخلق أن قبل ئق الخال مقادير الله كتب

سنة

“Allah telah menulis seluruh takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun

sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.”

(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya, kitab al-Qadar (no. 2653), dari

‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan pula oleh

Tirmidzi (no. 2156), Imam Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi (no. 557))

Dalam sabdanya yang lain,

: : ! : , أكتب قل أكتب؟ وماذا رب قل أكتب له قل القلم الله حلق ما أول إن

الساعة تقوم حتى شيء كل مقادير

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-qalam (pena), lalu Allah berfirman,

‘Tulislah!’ Ia bertanya, ‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?’ Allah

berfirman, ‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.”(Shahih,

riwayat Abu Dawud (no. 4700), dalam Shahiih Abu Dawud (no. 3933), Tirmidzi

(no. 2155, 3319), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 102), al-Ajurry dalam -

asy-Syari’ah (no.180), Ahmad (V/317), dari Shahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit

radhiyallahu ‘anhu)

Oleh karena itu, apa yang telah ditakdirkan menimpa manusia tidak akan

meleset darinya, dan apa yang ditakdirkan tidak akan mengenainya, maka tidak

akan mengenainya, sekalipun seluruh manusia dan golongan jin mencoba

mencelakainya.

Tingkatan Ketiga: al-Iraadah dan Al Masyii-ah (Keinginan dan Kehendak)

Yaitu, bahwa segala sesuatu yang terjadi di langit dan di bumi adalah sesuai

dengan keinginan dan kehendak (iraadah dan masyii-ah) Allah yang berputar di

antara rahmat dan hikmah. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang

dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya, dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-

Nya dengan hikmah-Nya. Dia tidak boleh ditanya mengenai apa yang diperbuat-

Nya karena kesempurnaan hikmah dan kekuasaan-Nya, tetapi kita, sebagai

8

Page 9: Pengertian Qadha Dan Qadar

makhluk-Nya yang akan ditanya tentang apa yang terjadi pada kita, sesuai dengan

firman-Nya,

يسئلون وهم يفعل عما اليسئل

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan

ditanyai.”(Qs. Al-Anbiyaa’: 23)

Kehendak Allah itu pasti terlaksana, juga kekuasaan-Nya sempurna meliputi

segala sesuatu. Apa yang Allah kehendaki pasti akan terjadi, meskipun manusia

berupaya untuk menghindarinya, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya, maka tidak

akan terjadi, meskipun seluruh makhluk berupaya untuk mewujudkannya.

.Allah Ta’ala berfirman,

يجعل يضله أن يرد هلإلسالم ومن صدر يشرح يهديه أن يردالله فمن

ضيقاحرجا صدره

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk,

niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan

barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan

dadanya sesak lagi sempit.”(Qs. Al-An’aam: 125)

�م�ين� �ع�ال ال �ب ر� �ه! الل اء� �ش� ي �ن أ �ال� إ اؤ!ون� �ش� ت و�م�ا

“Dan kamu tidak dapat menhendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila

dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (Qs. At-Takwir: 29)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

, , يصرفهحيثيشاء كقلبواحد بعالرحمن بينإصبعينمنأصا إنقلوببنيأدمكلها

“Sesungguhnya hati-hati manusia seluruhnya di antara dua jari dari jari jemari

Ar-Rahmaan seperti satu hati; Dia memalingkannya kemana saja yang

dikehendaki-Nya.”

(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya (no. 2654). Lihat juga Silsilah al-

Ahaadits ash-Shahihah (no. 1689))

9

Page 10: Pengertian Qadha Dan Qadar

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Para Imam Salaf dari kalangan umat

Islam telah ijma’ (sepakat) bahwa wajib beriman kepada qadha’ dan qadar Allah

yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit, yang sedikit

maupun yang banyak. Tidak ada sesuatu pun terjadi kecuali atas kehendak Allah

dan tidak terwujud segala kebaikan dan keburukan kecuali atas kehendak-Nya.

Dia menciptakan siapa saja dalam keadaan sejahtera (baca: menjadi penghuni

surga) dan ini merupakan anugrah yang Allah berikan kepadanya dan menjadikan

siapa saja yang Dia kehendaki dalam keadaan sengsara (baca: menjadi penghuni

neraka). Ini merupakan keadilan dari-Nya serta hak absolut-Nya dan ini

merupakan ilmu yang disembunyikan-Nya dari seluruh makhluk-Nya.” (al-

Iqtishaad fil I’tiqaad, hal. 15)

Tingkatan Keempat: al-Khalq (Penciptaan)

Yaitu, bahwa Allah adalah Pencipta (Khaliq) segala sesuatu yang tidak ada

pencipta selain-Nya, dan tidak ada rabb selain-Nya, dan segala sesuatu selain

Allah adalah makhluk. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

وكيل شىء كل على لشىء وهو ك خـلق �الله

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (Qs.

Az-Zumar: 62)

Meskipun Allah telah menentukan takdir atas seluruh hamba-Nya, bukan

berarti bahwa hamba-Nya dibolehkan untuk meninggalkan usaha. Karena Allah

telah memberikan qudrah (kemampuan) dan masyii-ah (keinginan) kepada

hamba-hamba-Nya untuk mengusahakan takdirnya. Allah juga memberikan akal

kepada manusia, sebagai tanda kesempurnaan manusia dibandingkan dengan

makhluk-Nya yang lain, agar manusia dapat membedakan antara kebaikan dan

keburukan. Allah tidak menghisab hamba-Nya kecuali terhadap perbuatan-

perbuatan yang dilakukannya dengan kehendak dan usahanya sendiri. Manusialah

yang benar-benar melakukan suatu amal perbuatan, yang baik dan yang buruk

tanpa paksaan, sedangkan Allah-lah yang menciptakan perbuatan tersebut. Hal ini

berdasarkan firman-Nya,

10

Page 11: Pengertian Qadha Dan Qadar

تعملون وما حلقكم والله

“Padahal Allah-lah yang menciptakanmu dan apa yang kamu perbuat itu.” 

(Qs.Ash-Shaaffaat:96)

Dan Allah Ta’ala juga berfirman, yang artinya,

وسعه إال نفسا الله يكلف اال

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kemampuannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)

2.4 Klasifikasi Takdir

Taqdir adalah istilah lain dari qadar, sebagaimana Firman Allah surah Al-

Furqaan [25] ayat 2

“… dan dia Telah menciptakan segala sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-

ukurannya (takdirnya)”

Menurut Keterlibatan Manusia

a. Taqdir Mubram

yaitu ketentuan Allah swt yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh

manusia. Pengertian ini sesuai dengan Al Quran surah Yunus [10] ayat 49

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak

(pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah".

tiap-tiap umat mempunyai ajal apabila telah datang ajal mereka, maka

mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)

mendahulukan(nya).

b. Taqdir Mu’allaq

yaitu taqdir yang di dalamnya terlibat usaha manusia. Pengertian ini sesuai

dengan Al Quran surah Ar Ra‟ad [13] ayat 11;

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

11

Page 12: Pengertian Qadha Dan Qadar

Menurut Waktu Penetapannya

Takdir ada empat macam. Namun, semuanya kembali kepada takdir yang

ditentukan pada zaman azali dan kembali kepada Ilmu Allah yang meliputi segala

sesuatu. Keempat macam takdir tersebut adalah sebagai berikut.

a. Takdir Umum (Takdir Azali). Takdir yang meliputi segala sesuatu dalam

lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Di saat Allah

swt. memerintahkan Al-Qalam (pena) untuk menuliskan segala sesuatu yang

terjadi dan yang belum terjadi sampai hari kiamat. Hal ini berdasarkan dalil-

dalil berikut ini.

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada

dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh)

sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah

mudah bagi Allah.” [QS. Al-Hadiid (57): 22]

“Allah-lah yang telah menuliskan takdir segala makhluk sejak lima puluh

ribu tahun sebelum diciptakan langit dan bumi. Beliau bersabda, ‘Dan

‘Arsy-Nya berada di atas air.” (HR. Muslim)

b. Takdir Umuri. Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal

penciptaannya ketika pembentukan air sperma (usia empat bulan) dan

bersifat umum. Takdir ini mencakup rizki, ajal, kebahagiaan, dan

kesengsaraan. Hal ini didasarkan sabda Rasulullah saw. berikut ini.

“…Kemudian Allah mengutus seorang malaikat yang diperintahkan untuk

meniupkan ruhnya dan mencatat empat perkara: rizki, ajal, sengsara, atau

bahagia….” (HR. Bukhari)

c. Takdir Samawi. Yaitu takdir yang dicatat pada malam Lailatul Qadar setiap

tahun. Perhatikan firman Allah berikut ini.

“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” [QS. Ad-

Dukhaan (44): 4-5]

Ahli tafsir menyebutkan bahwa pada malam itu dicatat dan ditulis semua

yang akan terjadi dalam setahun, mulai dari kebaikan, keburukan, rizki, ajal,

dan lain-lain yang berkaitan dengan peristiwa dan kejadian dalam setahun.

Hal ini sebelumnya telah dicatat pada Lauh Mahfudz.

12

Page 13: Pengertian Qadha Dan Qadar

d. Takdir Yaumi. Yaitu takdir yang dikhususkan untuk semua peristiwa yang

akan terjadi dalam satu hari; mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan,

mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan lain

sebagainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Semua yang ada di langit

dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”

[QS. Ar-Rahmaan (55): 29]

2.5 Hikmah Iman kepada Takdir Allah  (Iman dan Aqidah)

Iman kepada takdir Allah memiliki buah dalam hal iman dan aqidah,

diantaranya adalah :

1. Melaksanakan Penghambaan Kepada Allah ‘Azza wa Jalla

Iman kepada takdir Allah merupakan bagian dari ibadah kepada Allah dan

merupakan bagian dari kesempurnaan hamba dalam perwujudan peribadatan

kepada Robnya. Setiap bertambahnya iman seorang hamba terhadap takdir Allah

maka bertambah dan semakin sempurna pula perwujudan peribadatannya kepada

Allah. Maka setiap hal yang ia alami baik merupakan hal yang ia benci

sesungguhnya akan menjadi kebaikan baginya dan ia kan mendapatkan pahala

yang sangat atasnya.

2. Terbebas dari Kesyirikan

Majusi (para penyembah api) berkeyakinan bahwa cahaya adalah pencipta

kebaikan dan kegelapan adalah pencipta keburukan. Sedangkan qodariyah

berkeyakinan sesungguhnya Allah tidak menciptakan perbuatan hamba namun

hambalah yang menciptakan sendiri perbuatannya. Maka sebenarnya mereka telah

menetapkan/berkeyakinan bahwa ada dua pencipta bersama Allah ‘Azza wa

Jalla. Keyakinan sesat semacam ini adalah kesyirikan dan iman yang benar

terhadap takdir Allah ‘Azza wa Jallamerupakan tauhid kepada Allah Subhanahu

wa Ta’ala.

13

Page 14: Pengertian Qadha Dan Qadar

Orang yang beriman terhadap takdir Allah mengetahui bahwa seluruh yang

ada terjadi di bawah kehendak Allah, mengikuti ketentuan Allah. Allah adalah

Dzat Yang Maha Memberi kepada siapa saja yang Dia kehedaki dan Dia adalah

Dzat Yang Maha Menahan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tidak ada yang

dapat menolak takdir dan hukum Allah. Hal ini merupakan bentuk pentauhidan

kepada Allah, sehingga orang yang memiliki keyakinan semisal ini tidak akan

mendekatkan dirinya dalam masalah ibadah melainkan hanya kepada Allah dan

terhindar dari perbuatan kesyirikan semisal mengelus-elus kuburan orang sholeh

(berharap hal tertentu akan terjadi padanya).

3. Mendapatkan Hidayah dan Tambahan Iman

Orang yang beriman kepada takdir Allah dengan iman yang benar dan

berarti ia telah merealisasikan tauhidnya, menambah imannya, ia akan

mendapatkan hidayah dari Robnya dengan mudah. Bahkan iman kepada takdir

Allah itu adalah bagian dari bentuk hidayah Allah baginya. Allah‘Azza wa

Jalla berfirman,

م� �و�اه ت�ق� �ت�اه�م� آ و� ه�د�ى اد�ه�م� ز� ا ت�د�و� اه� ال�ذ�ين� و�

“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk

kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya”. ( QS. Muhammad [47] :

17).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

�ل�ب�ه ق� د� ي�ه� ب�الل�ه� ي�ؤ�م�ن� و�م�ن� الل�ه� ب�إ�ذ�ن� إ�ال� يب�ة: م�ص� م�ن� اب� ص�أ� ا م�

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin

Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi

petunjuk kepada hatinya”. ( QS. Ath Taghbun [64] : 11).

4. Ikhlas

Iman terhadap takdir Allah akan menggiring pelakunya kepada keikhlasan.

Maka ikhlas ini akan menjadi faktor pendorong baginya dalam seluruh amalnya

dalam rangka melaksankan perintah Allah. Seorang yang beriman akan menyakini

14

Page 15: Pengertian Qadha Dan Qadar

bahwa segala perkara adalah perkara yang Allah tentukan, semua kerajaan adalah

milik Allah, kehendak Allah pasti terlaksana dan hal yang tidak dikehendaki Allah

tidak akan terlaksana, tidak ada yang dapat menolak keutamaan dari Allah, tidak

juga ada yang dapat menetang ketetapan Allah. Hal-hal ini akan menuntun orang

yang mengimaninya kepada ikhlas dalam beramal kepada Allah dan

menyucikannya dari cacat dalam beramal kepada Nya. Karena tidak adanya faktor

pendorong untuk tidak ikhlas yang ada pada dirinya.

5. Tawakkal yang Benar dan Sempurna

Tawakkal kepada Allah adalah inti ibadah, tawakkal tidaklah benar dan

lurus kecuali tawakkalnya orang yang beriman terhadap takdir dengan iman yang

benar. Tawakkal dalam istilah di dalam syari’at maksudnya adalah

mengahadapnya hati kepada Allah (ikhlas) ketika beramal, senantiasa memehon

pertolongan dari Allah dan hanya berpegang/bersandar kepada Allah semata.

Maka inilah rahasia dan hakikat tawakkal. Orang yang benar-benar melaksanakan

tawakkal kepada Allah adalah orang yang juga mengambil sebab-sebab yang

diperintahkan Allah, barangsiapa yang tidak mau mengambilnya maka

tawakkalnya bukanlah tawakkal yang benar.

Jika seorang hamba bertawakkal terhadap Robnya, berserah diri kepadaNya,

mempercayakan urusannya kepadaNya maka Allah akan anugrahkan kepadanya

kekuatan, keinginan yang kuat, kesabaran dan Allah akan palingkan darinya

malapetaka.

6. Takut kepada Allah

Orang yang beriman terhadap takdir Allah, anda akan temukan bahwa ia

adalah orang yang senantiasa takut kepada Allah, khawatir jangan-jangan ia mati

dalam keadaan su’ul khotimah (akhir yang buruk) karena dia tidaklah tahu apa

yang akan terjadi padanya pada akhir hayatnya maka ia tidak akan pernah merasa

aman dari makar Allah.

15

Page 16: Pengertian Qadha Dan Qadar

Jika demikian maka ia akan menganggap amal sholeh yang telah ia lakukan

hanya sedikit sehingga ia tidak tertipu dengan amal sholeh yang telah ia kerjakan.

Karena sesungguhnya hati manusia berada diantara jari jemari Allah Ar Rohman,

yang hati tersebut Allah lah yang membolak-baliknya seseuai dengan

kehendakNya. Sedangkan akhir perbuatan seseorang hanyalah Allah ‘Azza wa

Jalla yang menentukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan,

– – �ب�ي�ن�ه �ي�ك�ون ا م� ت�ى ح� ، الن�ار� أ�ه�ل� ب�ع�م�ل� �ي�ع�م�ل ل� �ج الر� و�أ� د�ك�م� أ�ح� إ�ن� الل�ه� و� ف�

، ن�ة� ال�ج� أ�ه�ل� ب�ع�م�ل� �ي�ع�م�ل ف� ، �ال�ك�ت�اب ع�ل�ي�ه� �ب�ق ي�س� ف� ، اع: ذ�ر� و�أ� ب�اع: �غ�ي�ر ا ب�ي�ن�ه� و�

ا ب�ي�ن�ه� و� �ب�ي�ن�ه �ي�ك�ون ا م� ت�ى ح� ، ن�ة� ال�ج� أ�ه�ل� ب�ع�م�ل� �ل�ي�ع�م�ل ل� �ج الر� إ�ن� و� ، ا ل�ه� �ي�د�خ ف�

، الن�ار� أ�ه�ل� ب�ع�م�ل� �ي�ع�م�ل ف� ، �ال�ك�ت�اب ع�ل�ي�ه� �ب�ق ي�س� ف� ، اع�ي�ن� ذ�ر� و�أ� اع: ذ�ر� � غ�ي�ر

ا ل�ه� �ي�د�خ ف�

“Demi Allah sesungguhnya seseorang diantara kalian ada yang beramal dengan

amalan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan api neraka hanya satu

hasta atau satu depa namun takdir telah mendahuluinya lalu ia beramal dengan

amalan penghuni surga sehingga ia masuk ke surga. Dan ada seorang yang

beramal dengan amalan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga hanya

satu atau dua hasta namun takdir telah mendahuluinya maka ia beramal dengan

amalan ahli neraka sehingga memasukkannya ke neraka”

7. Kekuatan Roja’ (Keinginan/Rasa Harap terhadap Sesuatu yang Dekat) dan

Baik Sangka terhadap Allah

Orang yang beriman terhadap takdir adalah orang yang berbaik sangka

terhadap Allah, dan memiliki sikap roja’ yang kuat. Hal ini karena ilmunya bahwa

Allah tidaklah menetapkan suatu ketetapan kecuali ketetapan tersebut berupa

keadilan, kasih sayang atau bijaksana (penuh hikmah).

8. Ridho

16

Page 17: Pengertian Qadha Dan Qadar

Orang yang beriman terhadap takdir Allah keadaannya dapat menjadi lebih

mulia hingga tingkatan menjadi orang yang ridho. Barangsiapa yang ridho

terhadap Allah maka Allah pun akan meridhoinya bahkan ridho seorang hamba

terhadap Allah merupakan hasil dari ridho Allah pada hamba tersebut. Ridho

Allah kepada akan segera datang dengan dua bentuk,

1. Ridho Allah sebelumnya, yang menghasilkan ridho (hamba) kepada Allah

2. Ridho Allah setelahnya yang merupakan buah dari ridho Allah (kepada

hamba)

Oleh karena itu ridho merupakan pintu Allah yang paling agung, surga di

dunia, kesenangan orang-orang yang menghambakan diri pada Allah, penyejuk

mata orang-orang yang merindukan pertemuan dengan Robbnya.

Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan, “Barangsiapa yang hatinya

dipenuhi kecintaan terhadap takdir Allah maka Allah akan memenuhi hatinya

dengan merasa cukup, rasa aman, qona’ah, alirkan hatinya terhadap kecintaan

kepada Allah, merasa kembali kepadanya serta bertawakkal kepada Allah. Dan

barangsiapa yang hilang darinya sebagian ridho terhadap takdir Allah maka Allah

akan penuhi hatinya dengan sebaliknya, Allah akan membuatnya sibuk dari hal-

hal yang akan membahagiakannya”

Seseorang bertanya kepada Yahya bin Muadz, “Kapan seorang hamba akan

mencapai tingkatkan ridho?” Beliau menjawab, “Jika jiwanya telah

mendirikan/melakukan empat landasan/pokok terhadap hal-hal yang dengannya ia

bermualamah dengan Robbnya, 1. Ketika Allah memberiku (sesuatu) maka akan

aku terima, 2. Jika Dia mencegahku (dari sesuatu) maka aku akan ridho

terhadapnya, 3. Jika Dia mencegahku/melarangku (dari sesuatu)maka aku akan

menjauhi hal tersebut, 4. Jika Dia menyeruku (untuk melakukan sesuatu) akan aku

akan merimanya/melaksakannya”

Suatu hal yang harus diketahui adalah bukanlah syarat keridhoan bahwa

seorang hamba tidak merasakan sakit, sesuatu yang dibenci melainkan (ketika itu

terjadi) ia tidak berpaling dari aturan Allah dan tidak mencelanya.

17

Page 18: Pengertian Qadha Dan Qadar

9. Syukur

Orang yang beriman terhadap takdir Allah mengetahui bahwa nikmat yang

ada pada dirinya hanyalah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.

Sesungguhnya Allah lah yang mampu untuk menghindarkan dari seluruh hal yang

dibenci dan dimurkai. Maka pengetahuannya tersebut membawanya untuk

mentauhidkan Allah dalam masalah syukur. Jika menimpanya hal-hal yang

disenanginya maka ia akan bersyukur terhadap hal tersebut karena hal itu

merupakan nikmat dan keutamaan dari Allah. Jika menimpanya hal-hal yang ia

tidak senangi maka ia pun bersyukur atas takdir Allah atas dirinya karena

menahan amarah, mencegah caci maki, memperhatikan adab dan bertindak sesuai

dengan ilmu terhadap takdir Allah. Karena sesungguhnya ilmu dan adab kepada

Allah akan menggiring pemiliknya agar bersyukur kepada Allah terhadap semua

hal yang menimpanya baik yang ia senangi ataupun yang ia benci. Walaupun

syukur untuk hal yang kedua lebih berat dan lebih sulit oleh karena itu syukur

jenis ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan syukur jenis yang pertama.

Jika seseorang senantiasa bersyukur atas semua yang menimpanya maka

nikmat Allah akan senantiasa tertuang untuknya dan mengalir untuknya karena

syukur adalah pengikat nikmat yang telah ada dan pemburu nikmat yang hilang

(belum ada –ed.). Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman,

ز�يد�ن�ك�م� � أل� ت�م� ك�ر� ش� ل�ئ�ن�

“Jika kalian bersyukur maka akan aku tambah nikmatku”. ( QS. ‘Ibrohim [14] :

7).

Maka ketika engkau tidak melihat tambahan nikmat pada dirimu maka

bersegeralah bersyukur pada Allah.

10. Kegembiraan

Orang yang beriman terhadap takdir Allah akan merasa senang dengan

keimanannya ini yang mana sebagaian orang Allah cegah darinya.

AllahSubhanahu wa Ta’ala berfirman,

18

Page 19: Pengertian Qadha Dan Qadar

ع�ون� م� ي�ج� ا م� م� Mي�ر خ� و� �ه وا �ح ر� ل�ي�ف� ف� ب�ذ�ل�ك� ف� ت�ه� م� ح� ب�ر� و� الل�ه� ل� ض� ب�ف� ل� �ق

“Katakanlah, “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya (hidayah berupa iman, 

amal sholeh, menjauhi kesyirikan dan maksiat)[6], hendaklah dengan itu mereka

bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang

mereka kumpulkan (berupa harta, unta dan sapi yang banyak)”. ( QS. Yunus [10]

: 58).

Selanjutnya orang yang beriman terhadap takdir Allah keadaan dirinya

dapat meningkat dari keadaan ridho terhadap takdir Allah hingga mencapai

bersyukur padanya atas apa yang ditakdirkan untuknya hingga akhirnya ia

mencapai tingkatan senang dengan semua yang ditakdirkan Allah pada dirinya.

Ibnul Qoyyim rohimahullah mengatakan, “Kebahagian/kesenangan (terhadap

takdir Allah) adalah nikmat hati yang paling tinggi, kelezatan dan keindahan.

Maka kebahagian/kesenangan (terhadap takdir Allah) adalah nikmat Allah

sedangkan kesedihan  (terhadap takdir Allah) adalah adzabnya.

Bahagia terhadap sesuatu derajatnya lebih tinggi daripada ridho terhadapnya

karena ridho adalah rasa tenang dan lapang. Sedangkan bahagia adalan kelezatan

dan keindahan. Maka setiap kebahagian sudah pasti telah ridho namun tidak setiap

ridho adalah kebahagiaan. Oleh karena itulah kebagiaan merupakan lawan dari

kesedihan dan ridho adalah lawan dari mencela/marah. Kesedihan membuat orang

yang tertimpanya menjadi terluka sedangkan orang yang cacian/amarah tidaklah

membuat pelakunya terluka kecuali orang yang tidak mampu untuk

melawan/membalasnya.

11. Ilmu terhadap Hikmah Allah ‘Azza wa Jalla

Iman terhadap takdir Allah dengan cara yang benar dapat memberikan

kepada manusia pemiliknya rasa hikmah terhadap  takdir Allah yang baik ataupun

yang buruk.

Oleh karena itu banyak hal (yang wujudnya terlihat sebagai keburukan –ed.)

yang terjadi pada kita lalu kita mengingkarinya padahal hal tersebut baik untuk

kita. Demikian juga banyak hal yang wujudnya adalah kemaslahatan sehingga kita

19

Page 20: Pengertian Qadha Dan Qadar

mencintainya padahal hal tersebut hikmahnya (sebenarnya bukanlah merupakan

maslahat –ed.). Maka Dzat Yang Mengatur Manusia lebih mengetahui tentang

maslahat dan dampak apa yang Allah perintahkan. Allah ‘Azza wa

Jalla berfirman,

Pر ش� و�ه�و� ي�ئ�ا ش� بQوا ت�ح� أ�ن� ى و�ع�س� ل�ك�م� Mي�ر خ� و� �و�ه ي�ئ�ا ش� ه�وا ت�ك�ر� أ�ن� ى و�ع�س�

ت�ع�ل�م�ون� ال� �ن�ت�م� أ و� �ي�ع�ل�م �الل�ه و� ل�ك�م�

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh

jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah

mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. ( QS. Al Baqoroh [2] : 216).

12. Terbebasnya Akal dari Keyanikan Bathil dan Khurofat

Diantara hidayah yang akan didapat seseorang yang beriman terhadap takdir

Allah, iman bahwasanya hal yang terjadi di alam semesta ini mengikuti takdir

Allah ‘Azza wa Jalla, takdir Allah adalah sebuah rahasia yang terkunci rapat yang

tidak ada yang tahu kecuali Allah serta tidak diperlihatkan kepada seseorang

melainkan hanya kepada mahluk yang Allah ridhoi dari kalangan malaikat/rosul.

Dari sudut pandang ini maka anda akan dapati seorang yang beriman kepada

takdir Allah tidak akan percaya kepada dukun, peramal dan tidak akan pergi

mendatangi mereka. Dia tidak akan percaya perkataan, kepalsuan mereka

sehingga dia akan selamat dari palsunya perkataan mereka kemudian dia akan

terbebas dari keyakinan-keyakinan yang bathil dan khurofat.

20

Page 21: Pengertian Qadha Dan Qadar

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum,

ketetapan pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah

Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali

sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. 

Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan,

ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah

terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan

iradah-Nya.

Taqdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir

tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai

dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan

nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak

menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan

sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang

21

Page 22: Pengertian Qadha Dan Qadar

terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang

diperbuatnya.

Karena Allah swt tidak akan merubah keadaan suatu kaum jika kaum itu

tidak berusaha mengubah keadaannya sendiri. Maka berusahalah untuk merubah

keadaan diri kita untuk senantiasa menjadi lebih baik lagi.

22