Pengertian Perilaku

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas badan sel, ujung akson dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter. Kemajuan dalam pengetahuan mengenai sistem syaraf menunjukkan bahwa otak memiliki kemampuan untuk membentuk neuron-neuron baru sepanjang waktu, memperbaharui dan meng-organisasi ulang struktur syaraf di otak kita, sepanjang kita hidup (plasticity, Antonio Damasio). Secara sederhana pembentukan susunan neuron-neuron baru ini bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok dasar: (I) Memperkuat perilaku yang sebelumnya sudah dibentuk. (II) Mengembangkan atau memodifikasi perilaku yang sudah dibentuk. (III) Mengakomodasi perilaku baru yang sebelumnya, belum pernah dibentuk (dipelajari). Perilaku dapat terjadi sebagai akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untukmendeteksi stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor untuk melaksanakan aksi.Perilaku dapat pula terjadi sebagai stimulus dari dalam. Stimulus dari dalam, misalnyarasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benar terlihat atau tercium.Umumnya perilaku

description

PSIKOLOGI KEPERAWATAN

Transcript of Pengertian Perilaku

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jaringan otak terdiri atas berjuta-juta sel otak yang disebut neuron. Sel ini terdiri atas badan sel, ujung akson dan dendrit. Antara ujung sel neuron satu dengan yang lain terdapat celah yang disebut celah sinaptik atau sinapsis. Satu neuron menerima berbagai macam informasi yang datang, mengolah atau mengintegrasikan informasi tersebut, lalu mengeluarkan responsnya yang dibawa suatu senyawa neurokimiawi yang disebut neurotransmiter.

Kemajuan dalam pengetahuan mengenai sistem syaraf menunjukkan bahwa otak memiliki kemampuan untuk membentuk neuron-neuron baru sepanjang waktu, memperbaharui dan meng-organisasi ulang struktur syaraf di otak kita, sepanjang kita hidup (plasticity, Antonio Damasio).

Secara sederhana pembentukan susunan neuron-neuron baru ini bisa dikelompokkan menjadi 3 kelompok dasar:(I) Memperkuat perilaku yang sebelumnya sudah dibentuk.(II) Mengembangkan atau memodifikasi perilaku yang sudah dibentuk.(III) Mengakomodasi perilaku baru yang sebelumnya, belum pernah dibentuk (dipelajari).

Perilaku dapat terjadi sebagai akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untukmendeteksi stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektoruntuk melaksanakan aksi.Perilaku dapat pula terjadi sebagai stimulus dari dalam. Stimulus dari dalam, misalnyarasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benarterlihat atau tercium.Umumnya perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari dalamdan dari luar.

Ketika sebuah perilaku yang sudah terbentuk (sudah dipelajari) dilakukan untuk kedua kalinya, maka otak akan mengirimkan sinyal (elektrik dan kimiawi), yang kemudian akan memperkuat jalur neuron (sehubungan dengan perilaku tsb) yang sudah terbentuk sebelumnya. Semakin sering perilaku tersebut diulang, maka struktur neuron yang berkenaan perilaku tersebut akan semakin tebal dan kuat.

Semakin struktur itu menjadi kuat, semakin besar kemungkinan, orang tersebut akan melakukan hal yang sama (bereaksi dgn cara yg sama) yang pada akhirnya membuat struktur itu menjadi lebih kuat lagi. Demikian seterusnya, hingga sebuah kebiasaan pun akhirnya terbentuk.

Dan sampai pada titik ini, sesuatu yang menarik terjadi. Yang tadinya merupakan satu proses pembelajaran secara sadar, ketika sudah sampai pada tingkat tertentu, maka semakin lama semakin sedikit kesadaran yang diperlukan, untuk memicu perilaku tersebut. Otak akan menggesernya ke alam bawah sadar, di mana perilaku tersebut akan bekerja dengan sendirinya, tanpa memerlukan pikiran sadar untuk memicu perilaku itu.

Contoh yang mungkin mudah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, adalah proses ketika kita mempelajari sesuatu yang baru, misalnya belajar menyetir motor. Pada awalnya, otak kita bekerja keras secara sadar, mengatur setiap perbuatan kita, injak kopling penuh, masuk gigi 1, gas sedikit, kopling lepas sedikit, dst. Lama kelamaan, ketika perilaku itu dilakukan berulang-ulang, sedikit demi sedikit proses itu berpindah ke alam bawah sadar. Dan ketika kita sudah mahir, begitu kita menyalakan motor, itulah yang kita lakukan, tanpa kita perlu memikirkannya lagi.

Ada satu keuntungan besar dalam proses belajar ini, di mana setelah perilaku itu dikuatkan beberapa kali, dia digeser ke arah alam bawah sadar, di mana dia bekerja tanpa menunggu pikiran sadar kita memerintahkan hal itu. Hal ini sangat meringankan kerja otak. Bayangkan saja jika segala sesuatu, harus dikerjakan dengan sadar, mengangkat gelas pun bisa jadi pekerjaan yang melelahkan otak (sesuatu yg dipelajari sewaktu kecil dan setelah dewasa bisa otomatis bekerja tanpa perintah secara sadar untuk menggerakkan otot ini dan itu). Pergeseran dari yg sadar, ke alam bawah sadar, sangat membantu kita untuk terus belajar dan berkembang, tidak terhenti pada satu proses pembelajaran saja. Begitu proses itu berpindah ke alam bawah sadar, artinya otak kita memiliki ruang untuk mempelajari sesuatu yang baru atau untuk memikirkan hal-hal lain yang lebih penting.Tapi sistem ini pun memiliki bahaya tersendiri.Ketika kita mempelajari satu perilaku yang merugikan, hal yang sama juga terjadi. Dan ketika perilaku itu sudah masuk ke alam bawah sadar, maka sulitlah bagi kita untuk berperilaku yang sebaliknya. Perilaku buruk itu, pada titik itu, menjadi bagian dari kepribadian kita.

Misal kemarahan yang meledak-ledak, di mana pelakunya menyesal kemudian ketika kesadarannya mulai bekerja. Meski demikian, perilaku yang sama akan kembali berulang, karena hal itu sudah terekam di alam bawah sadarnya.

B. Tujuan

Untuk mengetahui mekanisme neural dari pikiran dan perilaku manusia baik itu secara sadar maupun dibawah alam sadar.Dan menjelaskan mengenai mekanisme bagaimana pengaruh sistem neuron dari mulai rangsangan hingga terjadinya sebuah tindakan yang dapat memicu terjadinya perilaku maupun pikiran manusia.

Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal aktivity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. (Notoatmodjo, S. 2003).

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori "SO-R" atau Stimulus- Organisme-Respon. Skiner membedakan adanya dua respons.

1. Respondent respons atau reflexive

Respondent respons atau reflexive yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respons atau instrument respons

Operant respons atau instrument respons

yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seseorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasnya (stimulus barn), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Prosedur pembentukan perilaku

Menurut Skinner, prosedur pembentukan perilaku adalah :

1. Melakukan identifikasi tentang halhal yang merupakan penguat ataureinforce berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen - komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

3. Menggunakan secara urut komponenkomponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce

4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun itu

Daftar Pustaka

http://forum.kompas.com/sains/237975-cara-kerja-otak-dalam-membentuk-perilaku-manusia.html

http://uda.ac.id/jurnal/files/Jurnal%209%20-%20Rosita%20Saragih1.pdf