Pengertian muhkan dan mutasyabih.rtf

11
AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH 9 Juni 2010 oleh sarjoni PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan kebobobrokan moral dari kalangan generasi muda sulit membedakan mana yang hak dan mana yang batil, hukum hanya nama dan simbol semata, ditabah lagi serangan dari musuh-musuh Islam, makar global yang menohok islam dan serangan pemikiran dan ajaran yang menyimpang yang ditanamkan oleh kaum orientalis dengan gerakan orientalisme-nya. Ibadah hanya dianggap sebatas ritual dan seremonial belaka. Manusia seperti kehilangan pedoman hidup. Mereka terpenjara, sengsara dana menderita karena ulah tangan-tangan mereka sendiri. 1. Tujuan Pembahasan maka dari itu untuk mengobatri penyakit-penyakit tersebut semua, maka dalam hal ini yang sangat dibutuhkan disini adalah sebuah pedoman hidup yang benar-benar bisa menyelamatkan “hidup”, maka dari itu mempelajari ilmu-ilmu Al-quran adalah sebuah alternatif yang sangat-sangat dibutuhkan namun demikian telah termaktub dalam Al-qur’an dijelaskan secara global dan ada pula yang secara detil. Ada sebagian ayat-ayat Al-qur’an yang bisa langsung dipahami maknanya dan ada yang tidak. Maka dari itu perlu kita mempelajari Al-muhkam dan Al-mutasyabih, agar kita dapat mengetahui mana yang bisa dipahami maknanya dan mana yang tidak. PEMBAHASAN 1. Pengertian

Transcript of Pengertian muhkan dan mutasyabih.rtf

AL-MUHKAM DANAL-MUTASYABIH9 Juni 2010 oleh sarjoni iPENDAHULUAN1. Latar BelakangSeiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang kehidupan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan kebobobrokan moral dari kalangan generasi muda sulit membedakan mana yang hak dan mana yang batil, hukum hanya nama dan simbol semata, ditabah lagi serangan dari musuh-musuh Islam, makar global yang menohok islam dan serangan pemikiran dan ajaran yang menyimpang yang ditanamkan oleh kaum orientalis dengan gerakan orientalisme-nya. Ibadah hanya dianggap sebatas ritual dan seremonial belaka. Manusia seperti kehilangan pedoman hidup. Mereka terpenjara, sengsara dana menderita karena ulah tangan-tangan mereka sendiri.1. Tujuan Pembahasanmaka dari itu untuk mengobatri penyakit-penyakit tersebut semua, maka dalam hal ini yang sangat dibutuhkan disini adalah sebuah pedoman hidup yang benar-benar bisa menyelamatkan hidup, maka dari itu mempelajari ilmu-ilmu Al-quran adalah sebuah alternatif yang sangat-sangat dibutuhkan namun demikian telah termaktub dalam Al-quran dijelaskan secara global dan ada pula yang secara detil. Ada sebagian ayat-ayat Al-quran yang bisa langsung dipahami maknanya dan ada yang tidak. Maka dari itu perlu kita mempelajari Al-muhkam dan Al-mutasyabih, agar kita dapat mengetahui mana yang bisa dipahami maknanya dan mana yang tidak.PEMBAHASAN1. PengertianMenurut etimologi muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Muhkam diambil dari kata ihkm, artinya kekokohan, kesempurnaan. Bisa bermakna, menolak dari kerusakan.Muhkam adalah ayat-ayat yang (dallah) maksud petunjuknya jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan kekeliruan pemahaman.mutasyabih adalah ungkapan yang maksud makna lahirnya samar. mutasyabih diambil dari kata tasybaha yatasybahu, artinya keserupaan dan kesamaan, terkadang menimbulkan kesamaran antara dua hal. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang makna lahirnya bukanlah yang dimaksudkannya. Oleh karena itu makna hakikinya dicoba dijelaskan dengan penakwilan. Bagi seorang muslim yang keimanannya kokoh, wajib mengimani dan tidak wajib mengamalkannya. Dan tidak ada yang mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabiht melainkan Allah swt.1. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih Secara KhususMuhkam dan Mutasyabih terjadi banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting di antaranya sebagai berikut :1. Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya Allah-lah yang mengetahui akan maksudnya.2. Muhkam adalah ayat yang dapat diketahui secara langsung, sedangkan mutashabih baru dapat diketahui dengan memerlukan penjelasan ayat-ayat lain.Para ulama memberikan contoh ayat-ayat Muhkam dalam al-Quran dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Seperti halal dan haram, kewajiban dan larangan, janji dan ancaman. Sementara ayat-ayat Mutasyabih, mereka mencontohkan dengan nama-nama Allah dan sifat-Nya, seperti:

(: 255)Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. (: 5)Yang Maha Pengasih, yang bersemanyam di atas Arsy. (: 14)(bahteranya nabi Nuh as) berlayar dengan pantauan mata Kami. (seperti itulah musibah yang Kami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar. , (: 10)Sesungguhnya orang-orang yang membaiat-mu ya Rasul, mereka-lah yang berikrar menerima (bahwa Tuhan mereka) adalah Allah. Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka. (: 88)dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah.Muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.1. Sikap Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih.1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah). Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Quran. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama Mutaqaddimin.2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama Mutaakhirin2. Hikmah adanya Ayat-ayat tersebut.1. Hikmah Ayat-Ayat Muhkam.1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.2. Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat.1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat Mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.2. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat Mutasyabih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat Mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat Mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan kalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.5. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.3. Fawatih Al-Suwar Fawatih Al-Suwar berarti pembukaan-pembukaan surat dan menurut As-suyuthi, tergolong dalam ayat mutasyabih, biasanya dimulai dengan huruf-huruf muqaththaah (huruf-huruf yang terpisah). Ibnu Abi Al Asba, ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut.Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bil al tsana).Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu :1. Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan salah satu lafal berikut: Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan , yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al Fatihah, Al Anam, Al Kahfi, Saba, dan Fathr.Memakai lafal , yang terdapat dalam 2 surat yaitu Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih an ssifatin naqshin) dengan menggunakan lafal tasbih terdapat dalam 7 surat yaitu : Q.S. Al Isra, al Ala, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jumah, dan at Taghabun. 2. 2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al Ahruful Muqotoah).Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yakni ,,,,,,,,,,,,,, . Penggunaan surat-surat tersebut dalam pembukaan surat-surat Al Quran disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut :1. Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni (Q.S. Nun). (Q.S. Shad), (Q.S. Qof) Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat dalam 3 rangkaian dan 9 surat, yakni (Q.S. Al Mumin, Q.S. As Sajdah, Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al Ahqaf); (Q.S. Thaha); (Q.S. An Naml); dan (Q.S. Yaasin). 2. Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat dalam 3 rangkaian dan 13 surat, yakni (Q.S. Al Baqoroh, Q.S. Ali Imron, Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); (Q.S. Yunus, Q.S. Hud, Q.S. Ibrahim, Q.S. Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan (Q.S. Al Qoshosh dan Q.S. As Syuara).3. Kelompok yang terdiri dari 4 huruf, terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni (Q.S. Ar Radu) dan (Q.S. Al Araf).4. Kelompok yang terdiri dari 5 huruf terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni (Q.S. Maryam) dan (Q.S. As Syura).5. 3. Pembukaan dengan panggilan (al istiftah bin nida).Nida ini ada tiga macam, terdapat dalam 9 surat, yaitu nida untuk Nabi ( ), yang terdapat dalam Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan At Thalaq.( ) dalam Q.S. al Muzammil dan term ( ); nida untuk kaum mukminin dengan term terdapat dalam Q.S. Al Maidah dan Al hujurat, dan nida untuk umat manusia ( ) terdapat dalam Q.S. An Nisa dan Q.S. Al Hajj. Menurut As Suyuthi pembukaan dengan panggilan ini terdapat dalam 10 surat, yakni ditambah dengan Q.S.Al-Mumtahanah.4. Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariyah (al istiftah bi al jumal al khabariyah).Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :1. Jumlah Ismiyyah, Jumlah ismiyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu terdapat dalam Q.S. At Taubah, Q.S. An Nur, Q.S. Az Zumar, Q.S. Muhammad, Q.S. Al Fath, Q.S. Ar Rahman, Q.S. Al Haaqqah, Q.S. Nuh, Q.S. Al Qodr, Q.S. Al Qoriah, dan Q.S.Al-Kautsar. Jumlah Filiyyah, Jumlah filiyah yang menjadi pembuka surat-surat Al Quran terdapat dalam 12 surat, yaitu : Q.S. Al Anfal, Q.S. An Nahl, Q.S. Al Qomar, Q.S. Al Muminun, Q.S. Al Anbiya, Q.S. Al Mujadalah, Q.S. Al Maarij, Q.S. Al Qiyamah, Q.S. Al Balad, Q.S. Abasa, Q.S. Al Bayyinah, Q.S. At Takatsur. 2. 5. Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bil qasam).Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al Quran ada tiga macam dan terdapat dalam 15 surat. bentuk redaksi fawatih Al-suwar didalam al-quran dijelaskan sebagai berikut:1. terdiri atas satu huruf, terdapat pada tiga tempat: surat al-qalam [68] yang diawali huruf nun; surat qaf [50] yang diawali huruf qaf dan surat shad [38] yang diawali huruf shad. terdiri atas dua huruf, terdapat pada sepuluh tempat: surat al-mukmin [40]; surat Fushshilat [41]; surat As-syum [42]; surat Az-zukhruf [43]; surat Ad-dukhan [44]; surat Al-jatsiyyah [45]; surat Al-ahqaf [46]; surat Thaha [20]; surat An-naml [27]; dan surat Yaa sin [36]. 2. terdiri atas tiga huruf, terdapat pada 13 tempat: surat Al-baqarah [2]; surat Al-imran [3]; surat Al-ankabut [29]; surat Ar-rum [30]; surat Luqman [31]; surat As-sajdah [32]; surat Yunus [10]; surat Hud [11]; surat Yusuf [12]; surat Ibrahim [14]; surat Al-hijr [15]; surat Asy-syuara [26]; dan surat Al-qashshash [28].3. terdiri atas empat huruf, terdapat pada dua tempat: suat Al-araf [7]; dan surat Al-arad [13].4. terdiri atas lima huruf, terdapat pada dua tempat: surat Maryam [19] dan surat As-syura.5. Menurut As-suyuthi, karena fawatih al-suwar tergolong dalam ayat mutasyabih maka hikmah keberadaan/mempelajari tentang fawatih al-suwar sama dengan hikmah keberadaan ayat mutasyabih diantaranya:6. memperlihatkan kelemahan akal manusia teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik Al-quran 7. memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasa disaksikannya.8. DAFTAR PUSTAKAM.Ag, DR. Rosihon Anwar, Ulum Al-quran, Pustaka Setia, Bandung, 2008Al-Hasani, Dr Muhammad Bin Alawi Al-Maliki, Zubdah Al-Itqah Fi Ulum Al-QuranMutiara Ilmu-Ilmu Al-Quran Kitab Al-Itqom Fi Ulum Al-Quran As-Suyuth, bandung : pustaka setia,1999Shiddieqi Teungku Muhammad hasbi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra,1999Marhiyanto Bambang, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Masa Kini, Surabaya : Terbit Terang, 1999www.aliyahalhuda.blogspot.com/2008/05/fawatih-al-suwar-dan-khawatim-al-suwar.htmlwww.maizuddin.wordpress.com/artikel/bentuk-lahiri-al-quran-kajian-atas-ayat-dan-surat/www.chayo.my-php.net/artikel_view.php?page_detil=Fawatih%20Al-Suwar%20dari%20As-suyuthi%20[19-Apr-2009www.Almanhaj.or.id