Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

17
Pengertian Ibadah dalam Berbagai Perspektif Secara etimologis, kata ibadah merupakan bentuk mashdar dari kata kata abada yang tersusun dari huruf ‘ain, ba, dan dal. Arti dari kata tersebut mempunyai dua makna pokok yang kelihatan bertentangan atau bertolak belakang. Pertama, mengandung pengertian lin wa zull yakni ; kelemahan dan kerendahan. Kedua mengandung pengertian syiddat wa qilazh yakni; kekerasan dan kekasaran. H. Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama diperoleh kata ‘abd yang bermakna mamluk (yang dimiliki) dan mempunyai bentuk jamak ‘abid dan ‘ibad. Bentuk pertama menunjukkan makna budak-budak dan yang kedua untuk makna “hamba-hamba Tuhan”. Dari makna terakhir inilah bersumber kata abada, ya’budu,’ibadatan yang secara leksikal bermakna “tunduk merendahkan, dan menghinakan diri kepada dan di hadapan Allah. Dalam bukunya Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera dijelaskan, bahwa kata ibadah mengandung ke-mujmal-an dan kemudahan. Ayat-ayat al-Quran yang menggunakan kata ‘abd ( د ب ع) dan yang serupa dan dekat maknanya adalah seperti khada’ (tunduk merendahkan diri); khasya’a (khusyuk); atha’a (mentaati), dan zal (menghinakan diri). Sejalan dengan pengertian tersebut, T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy juga menjelaskan bahwa ibadah dari segi bahasa adalah “taat, menurut, mengikut, tunduk, dan doa”. Menurut istilah, tidak disepakati tentang pengertian ibadah. Dengan demikian, ibadah secara terminologis ditemukan dalam ungkapan yang berbeda-beda. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam mengutip beberapa pendapat, ditemukan pengertian ibadah yang beragam, misalnya ; perspektif ulama tauhid mengartikan ibadah dengan : وع له ض خ ل ل وا ل د ب ل ع ا م م ي عظ ت ل ا ه اي مه غ ي عظ ت له و د ال ب ح و تMeng-Esakan Allah, menta’zhimkan-Nya dengan sepenuh-sepenuhnya ta’zhim, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendiri-Nya. Perspektif ulama akhlak mengartikan ibadah dengan : ع) ئ را- ش ل ا ام ب ب ق ل وا ه ي ن د ب ل ا لطاعه ا ل ب م ع ل اMengerjakan segala tha’at badaniyah dan menyelenggaran segala syariat (hukum). Perspektif ulama tasawuf mengartikan ibadah dengan : ه ري ل ما ي عظ ت سه ق ت وى ه لاف خ ى غل ف ل ك م ل ل ا ع فSeorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan ke- inginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya. Perspektif ulama fikih mengartikan ibadah dengan : رة خQ لا ى ا ف ه وي- ث ل ا ب طل له و ه ال وج ل اء ع ت ن ا ت ي د) ا ماSegala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan meng- harap pahala-Nya di akhirat.

description

ibadah

Transcript of Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Page 1: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Pengertian Ibadah dalam Berbagai Perspektif Secara etimologis, kata ibadah merupakan bentuk mashdar dari kata kata abada yang tersusun dari huruf ‘ain, ba, dan dal. Arti dari kata tersebut mempunyai dua makna pokok yang kelihatan bertentangan atau bertolak belakang. Pertama, mengandung pengertian lin wa zull yakni ; kelemahan dan kerendahan. Kedua mengandung pengertian syiddat wa qilazh yakni; kekerasan dan kekasaran. H. Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama diperoleh kata ‘abd yang bermakna mamluk (yang dimiliki) dan mempunyai bentuk jamak ‘abid dan ‘ibad. Bentuk pertama menunjukkan makna budak-budak dan yang kedua untuk makna “hamba-hamba Tuhan”. Dari makna terakhir inilah bersumber kata abada, ya’budu,’ibadatan yang secara leksikal bermakna “tunduk merendahkan, dan menghinakan diri kepada dan di hadapan Allah. Dalam bukunya Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera dijelaskan, bahwa kata ibadah mengandung ke-mujmal-an dan kemudahan. Ayat-ayat al-Quran yang menggunakan kata ‘abd dan yang serupa dan dekat maknanya adalah seperti (عبد) khada’ (tunduk merendahkan diri); khasya’a (khusyuk); atha’a (mentaati), dan zal (menghinakan diri). Sejalan dengan pengertian tersebut, T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy juga menjelaskan bahwa ibadah dari segi bahasa adalah “taat, menurut, mengikut, tunduk, dan doa”.Menurut istilah, tidak disepakati tentang pengertian ibadah. Dengan demikian, ibadah secara terminologis ditemukan dalam ungkapan yang berbeda-beda. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam mengutip beberapa pendapat, ditemukan pengertian ibadah yang beragam, misalnya ; perspektif ulama tauhid mengartikan ibadah dengan :

له والخضوع التذلل مع التعظيم غاية وتعظيمه الله توحيدMeng-Esakan Allah, menta’zhimkan-Nya dengan sepenuh-sepenuhnya ta’zhim, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya (menyembah Allah sendiri-Nya.Perspektif ulama akhlak mengartikan ibadah dengan :

بالشرائع والقيام البدنية بالطاعة العملMengerjakan segala tha’at badaniyah dan menyelenggaran segala syariat (hukum).Perspektif ulama tasawuf mengartikan ibadah dengan :

لربه تعظيما نفسه هوى خالف على المكلف فعلSeorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan ke-inginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya.Perspektif ulama fikih mengartikan ibadah dengan :

اآلخرة فى لثوبه وطلبا الله لوجه ابتغاء أديت ماSegala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan meng-harap pahala-Nya di akhirat.M. Quraish Shihab, menyatakan, ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.Pengertian-pengertian ibadah dalam ungkapan yang berbeda-beda sebagaimana yang telah dikutip, pada dasarnya memiliki kesamaan esensial, yakni masing-masing bermuara pada pengabdian seorang hamba kepada Allah swt, dengan cara mengagungkan-Nya, taat kepada-Nya, tunduk kepada-Nya, dan cinta yang sempurna kepada-Nya. Referensi Makalah®Kepustakaan:Abu Husain Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariyah, Mu’jam Maqayis al-Lugah, juz IV (Beirut: Dar al-Fikr, t.th). H. Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah; Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994). H. Abd. Muin Salim, Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera; Tafsir Surah al-Fatihah (Cet. I; Jakarta: Yayasan Kalimah, 1999). T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah (Cet. VII; Jakarta: Bulan Bintang, 1991). M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Cet. I; Bandung: Mizan, 1999). Muhammad Fu’ad ‘Abd. al-Baqy, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Quran al-Karim (Bairut: Dar al-Fikr, 1992). Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Quran al-Hakim al-Musamma Tafsir al-Manar, juz I(Mesir: Maktabah al-Qahirat, 1988). Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1992).Iklan Tafsir dan Penafsiran

Ruang Lingkup Ilmu Nasikh-Mansukh

Page 2: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Sejarah Perkembangan Teori Nasikh-Mansukh Perbedaan Pendapat mengenai Tafsir Sufi Ragam Tafsir Sufi Takwil sebagai Sisi Lain dari Majaz Hermeneutika dalam Konteks Penafsiran Kekurangan dan Kelebihan Takwil Konsekuensi Takwil menurut Ulama Analisis Sosio Historis dalam Takwil Modern

Referensi tentang Pengertian Ibadah dalam Berbagai Perspektif. diperbolehkan untuk dicopy paste atau disebar-luaskan, dengan ketentuan meletakkan link (URL) http://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-ibadah-menurut-ulama-dalam-berbagai-perspektif.html, sebagai sumbernya. Pelanggaran atas ketentuan tersebut adalah bentuk plagiasi, dan di luar tanggungjawab penulis.

Ditulis Oleh : Mushlihin Al-Hafizh Kategori: Tafsir dan Penafsiran

0 komentar:

Post a Comment

‹ Pengertian Haji Menurut Fikih Biografi Abdul Qadir Jaelani; Pendiri Tarekat Qadiriyah › Home

Referensi Populer

Contoh Latar Belakang atau Rumusan Masalah Sederhana

Contoh Latar Belakang, baca : cara membuat rumusan dan latar belakang masalah . Judul: Efektivitas Pembelajaran Kontekstual Model Pengaj...

Biografi Imam Malik

Nama lengkapnya adalah Malik bin Anas bin Abi Amir bin Haris bin Ghaiman bin Huzail al-Ashabi bin ‘Adi bin Malik bin Yazid. Tentang tahun k...

Latar Belakang dan Faktor-faktor Terjadinya Perang Salib

Perang Salib adalah serangkaian peperangan yang terjadi antara umat Kristen Eropa dengan Kaum Muslimin. Perang Salib ini merupakan konflik ...

Pengertian Budaya dan Kebudayaan

Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebu...

Pengertian Riddah

Secara etimologi riddah memiliki akar kata yang sama dengan irtidad, keduanya berasal dari akar kata radd yang berarti “berbalik kembali...

Page 3: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Pengertian Shalat Jamaah

Shalat jamaah adalah gabungan dari kata shalat dan jamaah. al-jamaah secara bahasa berasal dari kata al-Jam’u, masdar dari jama’a yang be...

Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran

Proses pembelajaran bisa disebut interaksi edukatif yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicangkan untuk suatu tujuan terte...

Pengertian, Jenis, Fungsi, dan Tujuan Laporan Hasil Penelitian

Sebelum menjelaskan tentang penyusunan laporan hasil penelitian, terlebih dahulu penulis mengungkapkan maksud dari ungkapan tersebut. Penyu...

Prinsip-prinsip Ibadah dalam Islam

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

"Allah Swt telah menentukan dan menetapkan bahwa manusia wajib mematuhi semua

ketentuan yang telah ditetapkan-Nya agar menusia itu beruntung."

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Page 4: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

+++++++++++++++

Pengertian IbadahKata Ibadah berasal dari bahasa Arab : 'abada, ya`budu, ibadah yang artinya penyembahan, pemujaan, pengabdian, kepatuhan, ketundukan, dan ketaan makhluk kepada Khaliknya. Didalam Al Qur`an, kata ibadah berarti : patuh (at-tha`ah), tunduk (al-khudu`), mengkut, menurut, dan do`a.

Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Q.S Yasin ayat 60 yang artinya :"Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan ? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu" (Q.S Yasin (36): 60).

Dalam pengertian yang sangat luas, ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah, baik berupa perkataan maunpun perbuatan. Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa hakikat ibadah adalah mengikuti

Page 5: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

(mutaba`ah) apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad Saw serta patuh dan taat kepada semua perintah dan larangan Allah.

Menurut ulama Tauhid, ibadah ialah mengesakan Allah dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepada Allah. Dasarnya adalah firman Allah dalam Q.S an-Nisa` ayat 36 yang artinya :"Sembahlah Allah dan jangalah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun" (Q.S an-Nisa` (4): 36).

Adapun menurut ulama fiqih, ibadah adalah semua bentuk pekerjaan yang bertujuan memperoleh ridho Allah dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat.Ibadah dari segi pelaksanaannya dapat dibagi dalam 3 bentuk, yakni sebagai berikut:

1. Ibadah Jasmaniah Rohaniah, yaitu perpaduan ibadah antara jasmani dan rohani misalnya shalat dan puasa.2. Ibadah Rohaniah dan maliah, yaitu perpaduan ibadah rohaniah dan harta seperti zakat.3. Ibadah Jasmani, Rohaniah, dan Maliah yakni ibadah yang menyatukan ketiganya contohnya seperti ibadah Haji.

Page 6: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Macam-macam IbadahDitinjau dari segi kepentingannya, ibadah dibagi menjadi 2 yaitu kepentingan fardi (perorangan) seperti shalat dan kepentingan ijtima`i (masyarakat) seperti zakat dan haji.Ditinjau dari segi bentuknya, ibadah ada 5 macam yaitu sebagai berikut :

1. Ibadah dalam bentuk pekataan atau lisan, seperti zikir, doa, tahmid, dan membaca Al Qur`an.2. Ibdaha dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan mengurus jenazah.3. Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan bentuknya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.4. Ibadah yang tata cara pelaksanaannya berbentuk menahan

Page 7: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

diri, seperti puasa, i`tikaf, dan ihram.5. Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan membebaskan sesorang yang berutang kepadanya.

Secara garis besar, ibadah dibagi menjadi 2 yakni : ibadah khassah (khusus) atau mahdah dab ibadah `ammah (umum) atau gairu mahdah.

Ibadah mahdah adalah ibadah yang khusus berbentuk praktik atau pebuatan yang menghubungkan antara hamba dan Allah melalui cara yang telah ditentukan dan diatur atau dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, pelaksanaan dan bentuk ibadah ini sangat ketat, yaitu harus sesuai dengan contoh dari Rasulullah seperti, shalat, zakat, puasa, dan haji.

Adapun ibadah gairu mahdah adalah ibadah umum berbentuk hubungan sesama manusia dan manusia dengan alam yang memiliki nilai ibadah. Ibadah ini tidak ditentukan dan diatur secara ketat sebagaimana ibadah mahdah. Ibadah ini bisa berbentuk perbuatan atau perkataan, selama tidak bertentangan dengan syariat dan diniatkan hanya karena Allah semata.

Pengertian SyariatSyariat menurut bahasa berarti jalan menuju tempat keluarnya air untuk minum. Kata ini kemudian dikonotasikan sebagai jalan lurus yang harus diikuti. Menurut istilah, syariat adalah hukum-hukum dan tata aturan Allah yang ditetapkan bagi hamba-Nya untuk diikuti.Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa syariat meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semseta.

Syariat juga mengatur hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba yang harus taat, tunduk, dan oatuh kepada Allah. Ketaatan dan ketundukan tersebut ditunjukkan dengan cara melaksanakan ibadah yang tata caranya telah diatur sedemikian rupa dalam aturan yang disebut syariat.

Selain itu, syariat Islam juga mengatur hubungan antara manusia dan dirinya sendiri untuk mewujudkan sosok individu yang saleh dan mencerminkan sosok pribadi yang baik dan membawa kabaikan. Syariat Islam juga mengatur hubungan manusia dan manusia dalam bentuk muamalah sehingga terwujud kesalehan sosial. Kemudian syariat Islam juga mengatur hubungan manusia dengan alam semesta dalam mewujudkan hubungan yang harmonis dan mendorong mewujudkan lingkungan alam yang makmur dan lestari.

Page 8: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Prinsip-prinsip IbadahAda beberapa prinsip dalam ibadah yaitu sebagai berikut :

1. Ada perintahAdanya perintah merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Tanpa perintah, ibadah merupakan sesuatu yang terlarang, dalam sebuah kaidah diungkapkan:"Asal mula ibadah itu terlarang, hingga ada ketentuan yang memerintahkannya"

2. Tidak mempersulit (`Adamul Haraj)Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" (Q.S al-Baqarah (2): 185).

3. Menyedikitkan beban (Qilatuttaklif)Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :"Allah tidak membebani seseorang melainkan atas dasar kemampuannya" (Q.S al-Baqarah (2): 286).

4. Ibadah hanya ditujukan kepada Allah SwtPrinsip ini merupakan konsekuensi pengakuan atas kemahaesaan Allah Swt, yang dimanifestasikan sesorang muslim dengan kata-kata (kalimat tauhid) La ilaha Illallah.

5. Ibadah tanpa perantaraIbadah harus dilakukan oleh seorang hamba Allah tanpa melalui perantara, baik berupa benda, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun manusia. Adanya perantara dalam beribadah bertentangan dengan prinsip tauhid dan beribadah hanya kepada Allah semata. Hal ini dimaksudkan agar ibadah seseorang hamba benar-benar murni dan jauh dari perbuatan syirik.

6. Ibadah dilakukan secara ikhlasIkhlas artinya murni, tulus, tidak ada maksud dan tujuan lain selain hanya kepada Allah. Ikhlas dalam beribadah berarti beribadah tanpa merasa terpaksa, melainkan benar-benar murni untuk menunaikan perintah Allah Swt.

7. Keseimbangan Jasmani dan RohaniSesuai dengan kodratnya bahwa manusia itu makhluk Allah yang terdiri atas jasmani dan rohani, maka ibadah mempunyai prinsip adanya keseimbangan diantara keduanya, Tidak hanya mengejar satu hal lalu meninggalkan yang lainnya, atau sebaliknya, akan tetapi keseimbangan antara keduanyalah yang harus dikerjakan.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Page 9: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Dari Nu`man Basyir r.a, bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda : "Sesungguhnya doa adalah

ibadah". Riwayat Imam Empat, (Hadis shahih menurut Tirmidzi)

++++++++++++++++++++++++++++++++++

PRINSIP AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DALAM IBADAH 4

12 02 2011

III.    PENGERTIAN IBADAH

3.1 Ibadah secara etimologi

Ibadah berasal dari kata   ;ة: – =ود>ي ع=ب <ادة: ب ع> =د= يعب <د artinya menyembah, beribadah. Asal dari ibadahعبadalah ketundukan, kerendahan diri dan ketaatan[1]. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh merendahkan diri di hadapan yang disembah disebut abid (orang yang beribadah). Budak disebut ?د@ karena dia harus tunduk dan patuh serta merendahkan diri ع<بterhadap majikannya.[2]

Menurut Yusuf Qordhowi, apabila kita kembali pada Al Qur an dan struktur serta pemakaian bahasa Arab, kata =اد> @ع>ب <اد<ة= yang diambil dari kata ال @ع>ب yang kebanyakan ditujukan kepada Allah. Sedangkan الkata =د@ >ي @ع<ب ;ة= yang kebanyakan ditujukan kepada selain Allah, karena kata tersebut diambil dari ال =و@د>ي @ع=ب الyang berarti budak.[3]

3.2 Ibadah menurut Ibnu Taimiyah Rohimahulloh[4]

Ibnu Taimiyah dalam kitabnya al Ubudiyah mengatakan bahwa Ibadah adalah suatu kata yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah dari ucapan – ucapan, amal–amal batin dan lahir. Sholat, zakat, puasa, haji, berkata jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada orang tua, silaturrohim, menepati janji, amar ma’ruf nahi mungkar, jihad melawan orang kafir dan orang munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin,  dan musafir,  berdoa, dzikir, mencintai Allah dan Rosul-Nya, Khosyah, inabah, ikhlas,  sabar terhadap ketentuan-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, ridho  kepada takdir-Nya, tawakkal, harap dan takut dengan siksa-Nya serta yang semisal dengan itu semua yang berupa ibadah kepada Allah.

Karena ibadah adalah tujuan yang dicintai dan diridhoi Allah. Dan itulah sebab mengapa Allah menciptakan manusia. Allah Ta’ala berfirman :

: . الذاريات ليعبدون إال واإلنس الجن خلقت 56وما

Ibadah hanya kepada Allah adalah tujuan Allah mengutus para Rosul. Sebagaimana Allah mengutus Nuh ‘Alaihis Salam, Allah berfirman :

غيره Kإله م>ن =م@ <ك ل م<ا الله< .اعبدوا

“Sembahlah Allah , sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selainnya.”

(QS. Al-A’raaf : 59)

Menurut  imam Ibnu Katsir ibadah secara bahasa adalah (الذلة) kehinaan. Sedangkan menurut istilah syar’i adalah :

Page 10: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

والخوف والخضوع المحبة كمال يجمع عما .عبارة

Himpunan dari semua rasa kecintaan, ketundukan dan ketakutan yang sempurna (kepada Allah).[5]

3.3 Ibadah menurut para ahli :

Selanjutnya para ahli dari berbagai disiplin ilmu mengemukakan pengertian ibadah dari segi terminologi dengan rumusan yang bervariasi sesuai dengan bidangnya. Di antara pengertian-pengertian tersebut yaitu[6] :

1.    Ibadah menurut ulama tauhid dan hadist adalah :

@خ=ض=و@ع> و<ال Oل> ;ذ<ل الت م<ع< < @م ;ع@ظ>ي الت <ة< غ<اي @م=ه= <ع@ظ>ي و<ت الله> @د= ي <و@ح> ت

Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan tunduk kepada-Nya.

2.    Para ahli bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut :

>ع> ائ ر< >الش; ب < <ام @ق>ي و<ال ;ة> >ي <د<ن @ب ال >الط;اع<ات> ب @ع<م<ل= .ال

Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyyah dan menunaikan semua syari’at

3.    Menurut ahli fiqh ibadah adalah :

ة> خ>ر< اآل@ ف>ْي@ >ه> <و<اب >ث ل :ا <ب و<ط<ل الله> >و<ج@ه> ل >غ<اء: @ت >ب ا @ت< =د;ي أ .م<ا

Segala bentuk ketaatan yang  engkau laksanakan yang bertujuan untuk meraih ridho Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat kita tarik pengertian umum dari ibadah adalah :

, >ه> <و<اب >ث ل :ا <ب و<ط<ل <ه= ل @م:ا <ع@ظ>ي ت Qخ<ف>ْي و@> أ :ا >ي ل ج< : ف>ع@ال و@

> أ <ان< ك : َق<و@ال َض<اه= <ر@ ي و< الله= Oه= ب =ح> ي >م<ا ل ام>ع? ج< >ْس@م? ا ه>ْي< <اد<ة= @ع>ب .ال

Ibadah itu suatu nama yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah , baik berupa perkataan atau perbuatan secara terang-terangan ataupun tersembunyi yang bertujuan untuk mengagungkan Allah dan mengharapkan pahalanya.

IV.    HAKEKAT IBADAH

Dalam syari’at Islam ibadah mempunyai dua unsur, yaitu ketundukan dan kecintaan yang paling dalam kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di samping itu ibadah juga mengandung unsur kehinaan, yaitu kehinaan yang paling rendah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.[7]

Page 11: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Seseorang yang mengaku dirinya tunduk kepada orang lain sedang di dalam jiwanya tersembunyi rasa benci kepada orang itu, dia tidak bisa disebut sebagai seorang ‘abid. Demikian pula sesorang yang cinta kepada sesuatu namun dia tidak tunduk kepada orang yang dia cintai tersebut, maka dia tidak bisa dinamakan sebagai abid.[8] Kecintaan yang sempurna adalah cinta yang ditujukan kepada Allah. Allah berfirman :

اد<ه<ا <س< ك و@ن< <خ@ش< ت ة? ار< >ج< و<ت =م=وه<ا ف@ت <ر< اَق@ت م@و<ال?> و<أ =م@ =ك ت ير< و<ع<ش> =م@ و<اج=ك <ْز@ و<أ =م@ =ك >خ@و<ان و<إ =م@ <اُؤ=ك @َن <ب و<أ =م@ <اُؤ=ك آب <ان< ك >ن@ إ َق=ل@

م@ر>ه> > >َأ ب ;ه= الل >ْي< @ت <َأ ي ;ى ح<ت ;ُص=وا ب <ر< ف<ت >ه> >يل ب ْس< ف>ْي Kو<ج>َه<اد >ه> ول ْس= و<ر< ;ه> الل م>ن< =م@ @ك <ي >ل إ <ح<َّب; أ <َه<ا َض<و@ن <ر@ ت اك>ن= .و<م<س<

“Katakanlah:”Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu,saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-

rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rosul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (at Taubah

: 24)

Rosululloh bersabda:

<ج@م<ع>ين< أ ;اِس> و<الَن <د>ه> و<و<ل >د>ه> و<ال م>ن@ @ه> <ي >ل إ <ح<َّب; أ =ون< <ك أ ;ى ح<ت =م@ <ح<د=ك أ =ْؤ@م>ن= ي ال<

“Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada anak, orang tuanya dan seluruh manusia.”[9]

Dengan melihat hakekat dan pengertian ibadah Yusuf Qordhowi mengemukakan bahwa ibadah merupakan kewajiban dari Allah dan disampaikan kepada para Rosul-Nya dalam bentuk perintah dan larangan.[10]

V.    RUANG LINGKUP IBADAH[11]

Untuk mengetahui ruang lingkup ibadah terlepasa dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri. Dalam hal ini penulis mengambil pengertian ibadah yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, untuk dilihat apa saja ruang lingkup ibadah itu.

Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibnu Taimiyah cabangnya sangat luas. Bahkan semua ajaran agama termasuk dalam ibadah. Bila diklasifikasikan dapat menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti sholat,puasa, zakat dan haji.2. Yang berhubungan dengan kewajiban-kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-ibadah sunat,

seperti dzikir, membaca Al Qur an, doa dan istighfar.3. Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, seperti berbakti

pada orang tua, silaturahmi, berbuat baik kepada fakir miskin.4. Akhlak insaniyyah (kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara dan menepati janji.5. Akhlak robbaniyyah(ketuhanan), sepeerti mencintai Allah dan Rosul-Nya, takut dan ikhlas

kepada-Nya.

Lebih khusus lagi ibadah dapat diklasifikasikan menjadi ibadah umum dan khusus. Ibadah umum ruang lingkupnya sangat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh nash atau syari’at mengenai bentuk dan caranya yang secara garis besar sistematikanya sebagai berikut :thoharoh, sholat, penyelenggaraan jenazah, zakat, puasa, haji dan umroh, I’tikaf, sumpah dan kafarat, nazar, qurban dan aqiqah.

VI.    SYARAT DITERIMANYA IBADAH

Page 12: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Syarat diterimanya ibadah ada 2, yaitu:

1.    Ikhlas,Ikhlas merupakan ruh dan inti agama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

_م<ة> @ق<ي ال د>ين= >َك< و<َذ<ل <اة< ك الَّز; =وا =ْؤ@ت و<ي ة< الُص;ال< =ق>يم=وا و<ي <ف<اء< َن ح= الد_ين< <ه= ل ل>ُص>ين< م=خ@ ;ه< الل =د=وا <ع@ب >ي ل >ال; إ وا =م>ر= أ .و<م<ا

”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan ) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

<ح<د:ا أ _ه> ب ر< <اد<ة> >ع>ب ب ر>ْك@ =ش@ ي و<ال ا >ح: َص<ال ع<م<ال <ع@م<ل@ @ي ف<ل _ه> ب ر< >ق<اء< ل ج=و <ر@ ي <ان< ك .ف<م<ن@

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya,maka hendaklah ia mengerjakan amal sholih dan janganlah ia mempersektukan Robbnya dengan sesuatu pun.” (QS. Al Kahfi : 110)

Ibnu Katsir berkata:”Inilah dua rukun diterimanya amal. Amal itu harus murni ditujukan kepada Allah dan benar sesuai syari’at Rosululloh Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam.”[12]

2.    Mengikuti Sunnah Rosululloh Shollallahu ‘Alaihi wa sallam

: . الملَك @غ<ف=ور= ال @ع<َّز>يَّز= ال و<ه=و< ع<م<ال: <ح@س<ن= أ =م@ Oك <ي أ =م@ =و<ك @ل <ب >ي ل <اة< ي @ح< و<ال @م<و@ت< ال ل<َق< خ< ;ذ>ي 2ال

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk:2)

Page 13: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

Berkata Fudhail bin ‘Iyadh:”Yang paling ikhlas dan paling benar.” Orang-orang bertanya:”Wahai Abu ‘Ali, apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar itu ?”Beliau menjawab:”Sesungguhnya amal apabila dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar, maka tidak akan diterima. Dan apabila dilakukan dengan benar namun tidak ikhlas, maka tidak akan diterima hingga ia dilakukan dengan ikhlas dan benar.

Yang dilakukan dengan ikhlas ialah hanya ditujukan untuk Allah Ta’ala, sedangkan yang benar ialah sesuai dengan sunnah.”[13]

Rosululloh  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda,

gد ر< ف<َه=و< <ا ن م@ر=> أ @ه> <ي ع<ل @س< <ي ل : ع<م<ال ع<م>ل< م<ن@

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”[14]

Ibnu Rojab berkata:”Hadist ini adalah hadist yang sangat agung mengenai pokok-pokok Islam, dan hadist ini merupakan tolak ukur dari amalan-amalan lahiriyah sebagaimana hadist, ( األعمال إنما menjadi tolak ukur dari amalan-amalan batin. Jika suatu amalan tidak diniatkan untuk mencari(بالَنياتwajah Allah Ta’ala, maka pelakunya tidak akan memperoleh pahala. Demikian pula semua amalan yang bukan termasuk dari perintah Allah dan Rosul-Nya, pasti amal yang ia lakukan akan tertolak. Dan setiap perkara yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada izin Allah dan Rosul-Nya, maka perkara itu bukanlah menjadi bagian dari agama ini.[15]

Beliau Rohimaholloh melanjutkan perkataannya,”Hadist ini secara tersurat (manthuq) menunjukkan bahwa setiap amalan yang bukan merupakan tuntunan dari syari’at, amalan itu akan tertolak. Sedangkan secara tersirat (mafhum), setiap amalan yang termasuk dari tuntunan syariat, amalan tersebut tidak tertolak.[16]

Dalam sabda beliau,” [17] أمرنا عليه adalah sebuah isyarat bahwa semua amal yang dilakukanليسseseorang, hendaknya berada di bawah ketetapan hukum-hukum syari’at. Jadi ketetapan hukum-hukum syari’at merupakan hakim (penentu) amalan, apakah amal itu diperintahkan atau tidak.[18]

[1] Ibnu Mandzur,  Lisanul Arab, juz 3, hal. 273, Maktabah Syamilah.

[2] Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, hal. 1

[3] Ibid

[4] Ibnu Taimiyah, al Ubudiyah, hal. 44, Maktabah Syamilah

[5] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur an al Adzim, juz 1, hal 134, Maktabah Syamilah

[6] Rahman Ritonga dan Zainuddin,Fiqh Ibadah, hal. 2-4

[7] Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, hal. 4

[8] Ibid

[9] HR. Bukhori, Bab Hubb ar Rosul Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam min al Iman, no. 13, juz 1, hal 23, Maktabah Syamilah

[10] Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, hal. 5

[osul

[11] Ibid, hal. 6-7

Page 14: Pengertian Ibadah Dalam Berbagai Perspektif

[12] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur an al ‘Adzim, juz 5, hal. 5, Maktabah Syamilah

[13] Ibnu Taimiyah, al Majmu’ Fatawa, juz III, hal. 124, Maktabah Syamilah

[14] HR. Muslim, Bab Naqd al-Ahkam al-Bathilah wa Rodd al-Muhdatsah al-Umuur, no. 3243, juz 9, hal. 119, Maktabah Syamilah

[15] Ibnu Rojab, Jami’ al ‘Ulum wal Hikam, hal. 59, Maktabah Syamilah

[16] Ibid

[17] Yang bukan ajaran kami

[18] Ibnu Rojab,hal. 50

« PRINSIP AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DALAM IBADAH   3 PRINSIP AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH DALAM IBADAH   5 »