Pengertian IB + syarat Induk dan pejantan

download Pengertian IB + syarat Induk dan pejantan

of 3

Transcript of Pengertian IB + syarat Induk dan pejantan

AJENG FEBRIANNIX - 125130101111039

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 INSEMINASI BUATAN PADA ANJINGIB adalah proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan untuk membuat betina jadi bunting tanpa perlu terjadi perkawinan alami. Konsep dasar dari teknologi ini adalah bahwa seekor pejantan secara alamiah memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, sedangkan untuk membuahi satu sel telur (oosit) pada hewan betina diperlukan hanya satu spermatozoon. Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan sebagai sumber informasi genetik, apalagi yang unggul dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak betina (Hafez, 1993).Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial breeding (perkawinan buatan) (Toelihere, 1985).Inseminasi buatan (IB) pada anjing telah diperkenalkan kira-kira 200 tahun yang lalu, tetapi penggunaannya terbatas hanya pada anjing yang kurang mampu melakukan kawin secara alami. Sekarang ini banyak peternakan anjing sudah menggunakan IB sebagai sesuatu yang bernilai. Banyak dari mereka menggunakan IB untuk meningkatkan mutu suatu keturunan dengan menanggulangi keterbatasan ruang dan waktu (Luh Putu, 2012)Menurut Luh Putu (2012), kegunaan yang didapat dari penerapan IB pada anjing adalah (1) IB dimanfaatkan pada anjing yang tidak mampu kawin secara alami. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh faktor kelainan anatomi maupun psikis, (2) IB dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan pejantan pada peternakan anjing bila terjadi kematian pejantan, pejantan sakit, atau pejantan yang tidak mempunyai pengalaman untuk mengawini betina, (3) penggandaan secara cepat keturunan dari pejantan yang mempunyai kualitas unggul, dan (4) ditinjau dari aspek keamanaan, IB dapat mencegah terjadinya perlukaan atau kerusakan jaringan baik yang betina maupun pejantan akibat perkawinan alami. Namun di sisi lain para breeder anjing juga banyak yang sering menggunakan cara konvensional (perkawinan alami) untuk perkembangbiakan anjingnya, dengan membawa anjing jantan untuk dikawinkan secara alamiah dengan anjing betina. Hal ini tentu saja membawa dampak dan berbagai permasalahan yang timbul disamping penggunaan cara konvensional yang kurang praktis. Salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah reproduksi adalah dengan melakukan inseminasi buatan (IB). Inseminasi buatan pada anjing telah dipraktekkan secara rutin di banyak Negara tertutama untuk menghindari beberapa kesulitan perkawinan dan untuk penggunaan semen impor. Di Indonesia penerapan IB masih jarang dipakai, Dokter Hewan praktek di Indonesia masih belum banyak menerapkan teknik ini, walaupun dilakukan baru pada klinik-klinik hewan yang cukup besar. Program IB ini melibatkan serangkaian kegiatan, mulai dari seleksi atau pemilihan pejantan unggul, koleksi dan evaluasi semen, pengolahan dan penyimpanan semen, sampai pelaksanaan inseminasi dengan deposisi semen di saluran kelamin anjing betina yang sedang estrus (Wicaksono, 2008).Didalam teknik Inseminasi Buatan, ada aspek-aspek tertentu yang harus diperhatikan pada anjing pejantan. Diantaranya adalah: a. UmurUmur yang tepat untuk koleksi semen berbeda-beda untuk tiap rasnya. Jika kita melihat syarat umur minimal kawin pada peraruran yang dibuat olehPerkin; untuk anjing ras kecil 12 bulan, anjing ras sedang 14 bulan, dan untuk ras besar 20 bulan.b. Silsilah Keturunan (Record)Silsilah keluarga atau silsilah keturunan ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen diusahakan dapat ditelusuri. Ternak tersebut akan lebih baik kalau merupakan keturunan dari induk dan jantan yang unggul sehingga ia memiliki potensi genetik yang unggul pula.

c. Kondisi BadanTernak jantan yang akan dijadikan bibit harus memiliki kondisi badan yang normal, tidak memiliki cacat tubuh (terutama bagian kaki) - baik cacat bawaan atau cacat setelah lahir. Ukuran-ukuran tubuhnya (bobot badan, tinggi badan, panjang badan) harus di atas rata-rata ternak jantan yang lain dan proporsional dalam arti hubungan antara tinggi dan bobot badan harus seimbang. Ternak tersebut tidak boleh mengidap penyakit, terutama penyakit reproduksi menular. Ternak yang sehat ditunjukkan oleh sorot mata yang jernih, posisi daun telinga normal, gerak-geriknya lincah tetapi bersahabat dan memiliki respon/ refleks yang baik ketika disentuh, bulu-bulunya tersusun rapi dan terlihat mengkilap.

Sedangkan yang harus diperhatikan pada kondisi hewan betina adalah:a. Anjing yang telah memenuhi usia pubertasb. Anjing yang telah menunjukkan gejala birahic. Anjing betina yang akan di IB, harus seukuran dengan anjing jantan yang semennya akan digunakan, agar tidak menimbulkan distokia saat partus.

Manfaat dari teknik Inseminasi Buatan ini antara lain (Herdis, 2005):1. Memperpendek jarak antar kelahiran 2. Meningkatkan pemanfaatan pejantan unggul3. Mengatasi kendala jarak dan waktu4. Mencegah penularan penyakit hewan menular melalui saluran genital5. Menghemat dana karena tidak perlu memelihara hewan pejantan6. Memperbaiki mutu genetik ternak melalui pejantan unggul

DAPUSA. Wicaksono dan R.I. Arifiantini . 2008 . Uji Banding Empat Bahan Pengencer Untuk Preservasi Semen Anjing Retriever . Bogor : Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi FKH IPB.Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In: HAFEZ, E.S.E. 1993. Reproduction in Farm Animals. 6th Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. pp. 424-439.

Toelihere, M.R. 1997. Peranan Bioteknologi Reproduksi Dalam Pembinaan Produksi Peternakan di Indonesia. Disampaikan pada Pertemuan Teknis dan Koordinasi Produksi (PERTEKSI) Peternak Nasional T.A. 1997/1998, Ditjennak di Cisarua- Bogor 4-6 Agustus 1997.Herdis, Ida kusuma dan Maman Surachman. 2005. Inseminasi buatan teknologi tepat gunaSolusi dalam meningkatkan populasi ternak akibat krisis ekonomi. Jakarta :Direktorat Teknologi Budidaya Pertanian Deputi Bidang TAB-BPPTLuh Putu Dhatu Hanny Adnani, dkk . 2012 . Penambahan Bovine Serum Albumin pada Pengencer Kuning Telur terhadap Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Anjing . Bali : Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.