Pengertian Akhlak.docx

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang. Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu. Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk

Transcript of Pengertian Akhlak.docx

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAkhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang. Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu. Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para mahasiswa memiliki pemahaman yang baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki sikap, moral, etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah masyarakat.B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Urgensi akhlak saat ini ?2. Bagaimana fungsi akhlak dalam membentuk perilaku manusia ?3. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlaq manusia ?4. Bagaimana cara untuk membentuk diri agar memiliki akhlaq yang mulia ?C. Tujuan1. Untuk mengetahui urgensi akhlak saat ini.2. Untuk mengetahui fungsi akhlak dalam membentuk perilaku manusia.3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlaq manusia.4. Untuk mengetahui cara untuk membentuk diri agar memiliki akhlaq yang mulia.

BAB IIISIA. Pengertian AkhlakSecara etimologi akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata Khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta), makhluk (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Secara terminologis ada beberapa definisi tentang akhlaq, diantaranya adalah 1. Imam alghazali Ahlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan prbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemkiran dan pertimbangan. 2. Ibrahim anisAhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.3. Abdul Kharim ZaidanAhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.Ketiga definisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa Ahlaq atau Khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara sepontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar.Sifat spontanitas dari akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut ini. Bila seseorang menyummbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari seorang dai (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadist-hadist tentang keutamaan membangun mesjid didunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kepemurahannya waktu itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar, dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain. Boleh jadi, tanpa dorongan seperti itu, dia tidak aka menyumbang, kalaupun menyumbang hanya dalam jumlah sedikit. Tapi manakala tidak ada doronganpun dia tetap menyumbang, kapan dan dimana saja, barulah bisa dikatakan dia memiliki sifat pemurah.Contoh lain, dalam menerima tamu.bila seseorang membeda-bedakan tamu yang satu dengan yang lain atau kadang kala ramah dan kadang kala tidak, maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat memuliakan tamu. Sebab seseorang yang mempunyai akhlak memuliakan tamu, tentu akan selalu memuliakan tamunya.Dari keterangan diatas jelaslah bagi kita bahwa Ahlak itu harus bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlak bersifat netral, belum menunjukan kepada baik dan buruk, tapi pada umumnya apabila disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. ( Yunahar, 1999: hlm. 1-2 )B. Ruang Lingkup AkhlakAhmad Azhar Basyir menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk penghuni dan yang memperoleh bahan kehidupannya dari alam, serta sebagai makhuluk ciptaan Allah SWT. Dengan kata lain, akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap alam.Dalam islam akhlak ( prilaku ) manusia tidak dibatasi pada perilaku sosial, namun juga menyangkut pada seluruh ruang lingkup kehidupan manusia. Oleh karena itu konsep akhlak islam mengatur pola kehidupan manusia yang meliputi:1. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT seperti akhlak terhadap Tuhan. Misalnya:Mengabdi hanya kepada Allah, bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah, tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam bentuk apa pun, serta dalam keadaan situasi dan kondisi yang bagaimanapun.Artinya: Dan Aku (Allah) tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.(QS. Adz-Dzariyat: 56).2. Hubungan manusia dengan sesamanyaHubungan manusia dengan sesamanya meliputi hubungan seseorang terhadap keluarganya maupun hubungan sesorang terhadap masyarakata. Akhlak terhadap keluarga yang meliputi akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap istri, akhlak terhadap suami, akhlak terhadap anak, dan akhlak terhadap sanak keluarga. Misalnya saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memelihara hubungan silaturrahim.b. Akhlak terhadap masyarakat yang meliputi: akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap tamu dll. Misalnya memuliakan tamu, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa, menganjurkan anggota masyarakat termasuik dirin sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan mencegah orang lain melakukan perbuiatan jahat dan munkar dan bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama.3. Hubungan manusia dengan lingkungannyaAkhlak terhadap manusia lain seperti akhlak terhadap binatang, akhlak terhadaptumbuh-tumbuhan, dan akhlak terhadap alam sekitar.Misalnya sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, fauna dan flora yang sengaja diciptakan tuhan untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk.4. Akhlak terhadap diri sendiri.Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketikaditimpa musibah.Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya. ( Alwan, 2005: hlm. 17-18 )C. kedudukan dan keistimewaan akhlaq dalam islamDalam keseluruhan ajaran islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa nomor berikut ini : 1. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam. Beliau bersabda : sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia: (HR. Baihaqi)2. Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama islam, sehingga Rasulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW : ya Rasulullah, apakah agama itu? Beliau menjawab : (Agama adalah) akhlaq yang baik. Pendefinisian agama (Islam) dengan akhlaq yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wuquf di Arafah. Rasulullah SAW menyebutkan, Haji adalah wuquf di Arafah. Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wuquf di Arafah.3. Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW bersabda : Tidak ada satupun yang akan lebih memberatkan timbangan (kebaikan) seoran hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik.. (HR. Tirmidzi). Dan yang paling dicintai serta dekat dengan Rasulullah SAW nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya. 4. Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya. Hal ini dapat kita perhatikan dalam beberapa hadist berikut a. Rasulullah SAW bersabda : orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya (HR. Tirmidzi)b. Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya (HR. Bukhari dan Muslim)5. Islam menjadikan akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT. Misalnya shalat, puasa, zakat, dan haji. Perhatikanlah beberapa nash berikut ini : a. Firman Allah SWT : ..dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS.Al-Ankabut 29:45)b. Sabda Rasulullah SAW : bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu menahan diri dari perkataan kotor dan keji. Jika seseorang mencaci atau menjahilimu maka katakanlah: sesungguhnya aku sedang berpuasa.(HR. Ibnu Khuzaimah)c. Firman Allah SWT :Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka..(QS.At-Taubah 9:103)Dari beberapa ayat dan hadist di atas kita dapat melihat adanya kaitan langsung antara shalat, puasa, zakat, dan haji dengan akhlaq. Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan mungkar. Sebab apalah arti shalatnya kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seseorang yang benar-benar berpuasa demi mencari ridha Allah SWT, di samping menahan keinginanya untuk makan dan minum tentu juga akan menahan dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela. Sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWR hikmahnya dengan segala aspel akhlaq. Ringkasnya, akhlaq yang baik adalah buah dari ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan akhlaq yang baik dan terpuji. 6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan akhlaq beliau. Salah satu doa beliau adalah: (Ya Allah) tunjukillah aku (jalan menuju) akhlaq yang baik karena sesungguhnya tidak ada yang dapat member petunuk (menuju jalan) yang baik selain Engkau. Hindarkanlah aku dan akhlaq yang buruk karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku dari akhlaq yang buruk kecuali Engkau.(HR.Muslimin)7. Di dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlaq, baik berupa perintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan kepada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larangan berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-quran tentang akhlaq ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlaq di dalam Islam. ( Yunahar, 1999: hlm. 6-10 )

D. Urgensi AkhlakSaat ini kita berada di tengah pusaran hegemoni media, revolusi iptek tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modern, melainkan juga mengundang serentetan permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya, yang berubah begitu cepat sehingga mampu membuat informasi cepat didapat, kaya isi, tak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk dinikmati. Namun, dibalik semua itu, sangat potensial untuk mengubah cara hidup seseorang, bahkan dengan mudah dapat merambah kebilik-bilik keluarga yang semula sarat norma susila. Kita harus kaya informasi dan tak boleh ketinggalan, jika tidak mampu dikatakan tertinggal. Tetapi terlalu naif rasanya jika mau mengorbankan kepribadian hanya untuk mengejar informasi dan hiburan. Disinilah akhlak harus berbicara, sehingga mampu menyaring ampas negatif teknologi dan menjaring saripati informasi positif.Dengan otoritas yang ada pada akhlakul karimah, seorang muslim akan berpegang kuat pada komitmen nilai. Komitmen nilai inilah yang dijadikan modal dasar pengembangan akhlak, sedangkan fondasi utama sejumlah komitmen nilai adalah akidah yang kokoh, akhlak pada hakikatnya merupakan manifestasi akidah. Akidah yang kokoh berkorelasi dengan akhlakul karimah. Mencermati fenomena aktual di tengah masyarakat kita dapat diperoleh kesimpulan sementara bahwa hegemoni media secara umum, hegemoni televisi terasa lebih memunculkan dampak negatif bagi kultur masyarakat kita. Tidak di pungkiri adanya dampak positif dalam hal ini, meski terasa belum seimbang dengan pengorbanan yang ada. Televisi yang sarat muatan hedonistis menebarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang seronok penuh janji kenikmatan, keasyikan, dan kesenangan. Belum lagi penayangan film laga yang berbau darah, atau iklan yang mengeksploitasi aurat. Adanya sekat-sekat kultur dipandang tidak relevan di era global ini, sehingga sensor dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan tidak diperlukan lagi. Menghadapai fenomena seperti ini hanya satu tumpuan harapan kita, yakni pendarah dagingan akhlak melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat.Adanya fenomena sosial yang muncul dalam beberapa tahun belakangan ini membutuhkan terapi yang harus dipikirkan bersama. Banyaknya mall, maraknya hiburan malam, beredarnya minuman keras dan obat terlarang, munculnya amukan massa, merupakan fenomena yang harus dicermati dan dicari solusinya. Munculnya mall dikota-kota besar, satu sisi membuat orang betah berbelanja diruang-ruang sejuk yang sarat dengan dagangan tertata rapi dan warna-warni, tetapi disisi lain sebagian mall mulai di fungsikan untuk mejeng bagi ABG dan mencari sasaran pasangan sesaat dengan imbalan materi maupun kepuasan badani. Menghadapi kenyataan ini gerakan bina moral serentak untuk menanamkan akhlakul karimah serasa tidak dapat ditunda lagi.Belum lagi munculnya tempat hiburan malam yang dilengkapi dengan minuman keras serta peredaran obat-obat terlarang yang banyak menimbulkan korban-korban generasi muda. Menghadapi persoalan ini disamping perlunya pengawasan orang tua terhadap putra-puterinya dirumah disertai contoh yang baik dalam berakhlakul karimah, juga diperlukan tindakan refresif dari aparat terkait.Upaya menumbuh kembangkan akhlakul karimah merupakan tanggung jawab bersama, yakni keluarga, sekolah, pemerinah dan masyarakat. Keempat institusi tersebut memiliki tanggung jawab bersama untuk mendarah dagingkan akhlakul karimah, terutama dikalangan generasi muda.Urgensi akhlak semakin terasa jika dikaitkan dengan maraknya aksi perampokan, penjambretan, penodongan, korupsi, manipulasi, dan berbagai upaya untuk cepat kaya tanpa kerja keras. Untuk mengatasi semua kenyataan tersebut tidak cukup hanya dilakukan tindakan represif melalui penanaman akhlakul karimah. Tanpa upaya prefentif, segala bentuk upaya represif tidak akan mampu menyelesaikan masalah, karena semua pelaku kejahatan selalu patah tumbuh hilang berganti. Serangkaian fenomena miring tersebut merupakan dampak negatif dari modernitas yang ada di tengah-tengah kita. Hidup di era global ini tidak memungkinkan untuk melarikan diri dari kenyataan modernitas. Modernitas tidak perlu dijauhi, karena kesalahannya tidak terletak pada modernitasnya itu sendiri, tetapi pada tingkat komitmen nilai dari moralitas bangsa dan umat dalam merespon arus modernitas yang semakin sulit dibendung.Di dalam menyongsong kemajuan zaman, manusia harus memiliki moral kualitas unggul. Bangsa yang unggul dalam perspektif Islam adalah bangsa yang berakhlakul karimah. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah:

Artinya: Sesungguhnya yang paling unggul di antara kamu adalah orang yang paling baik akhlaknya. ( H.R. Bukhari )Bahkan dalam hadist lain Rasulullah bersabda:

Artinya: Yang disebut bagus adalah bagus akhlaknya. ( H.R. Muslim ). (Alwan, 2005 : 21-24)E. Fungsi akhlak dalam membentuk perilaku manusiaMenghadapi kehidupan yang makin garang akibat adanya transformasi sosial-budaya yang melahirkan nilai-nilai budaya mondial, yang sering jauh dari nilai moral agama itu, iman dan taqwalah yang mampu menjadi benteng terakhir bagi manusia dari berbagai godaan duniawi. Dalam hal ini, akhlak merupakan sesuatu yang harus diindahkan. Sebab, akhlak merupakan indikasi kemuliaan seorang mukmin.Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.(H.R. Tirmidzi). Ada juga hadist yang mengatakan bahwa Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka jika lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain. (H.R. Hakim dan Thabrani) Imam al-Hasan al-bashri mendefinisikan akhlak terpuji dengan definisi yang singkat, namun padat, akhlak terpuji, wajah berseri-seri, penuh kemurahan hati, dan menahan diri dari menyakiti orang lain.. ( Abdul, 2009 ) Jika direnungkan, sebetulnya konsep akhlak mulia juga tidaklah hanya berhenti pada sikap dan perilaku santun, luhur dan bajik saja seperti yang kita pahami selama ini. Di dalam konteks dunia modern seperti saat ini maka pengertian akhlak mulia mencakup pula nilai-nilai dan tindakan-tindakan positif lain yang membangun ciri-ciri manusia modern. Beberapa contoh akhlak mulia tersebut misalnya ialah rajin, tekun, ulet, disiplin, tepat waktu, hemat dalam pengeluaran, menabung, senantiasa ingin belajar, menghargai orang lain, mampu merumuskan tujuan hidup, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti itulah yang merupakan etika sekaligus ciri-ciri manusia modern sebagai bagian dari konsep akhlak mulia itu sendiri. Akhlak mulia semacam itu mampu membangun pribadi manusia serta meningkatkan keandalan diri kita sebagai individu. Pentingnya memiliki keandalan diri melalui pembiasaan akhlak mulia karena ia merupakan faktor yang sangat diperlukan oleh setiap orang dalam menghadapi tantangan hidupnya di dunia ini. Dengan begitu akhlak mulia merupakan bentuk respon positif seseorang dalam menjawab tantangan internal dirinya maupun tantangan eksternal lingkungannya yang senantiasa berubah. Respon tersebut dilakukan secara aktif dan kreatif dengan mendayagunakan potensi dirinya. Dan pada kenyataannya Tuhan memang telah memberikan anugerah potensi dan bakat kepada manusia untuk kepentingan hidup mereka di dunia. Namun hanya melalui hidup berakhlak mulia saja potensi dan bakat itu bisa berkembang. Dengan demikian akhlak mulia merupakan faktor strategis dalam membangun keandalan diri setiap orang sekaligus harus dibiasakan dalam diri setiap orang. Individu yang berhasil meraih sukses, salah satunya karena ia ditopang oleh faktor akhlak-akhlak yang positif dan membangun. Sebaliknya, individu yang gagal dalam mengisi kualitas hidupnya juga sebetulnya dipengaruhi oleh faktor akhlak dan kebiasaan-kebiasaannya yang kurang positif dalam sikap dan tindakannya F. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlaq manusiafaktor-faktor yang berpengaruh terhadap akhlak kita, yaitu pertama adalah Lingkungan (masyarakat), Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,agar kamu bersyukur (Q.S An Nahl : 78). Dalam ayat tersebut memberi petunjuk bahwa seorang manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui segala sesuatu oleh sebab itu manusia memiliki potensi untuk dididik. Potensi tersebut bisa dididik melalui pengalaman yang timbul dilingkungan sekitar anak. Jika lingkungan tempat tinggal ia tinggal bersikap baik maka anak pun akan cendrung bersikap baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka anak akan cenderung bersikap buruk. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi (H.R. Bukhari). Hadits tersebut menjelaskan bahwa lingkungan keluarga (dalam hal ini adalah kedua orang tua) adalah sebagai pelaksana utama dalam pendidikan akhlak anak. Ajaran Islam sudah memberi petunjuk yang lengkap kepada orang tua dalam membina akhlak anak. Jadi apabila orng tua ingin anaknya berakhlak mulia, maka sedari dini hendaklah anak-anaknya ditanami dengan nilai-nilai Islam. Sebagai orng tua yang berpengaruh terhadap pembentukan dan keprobadian anak, seharusnyalah orang tua memperhatikan pada pergaulan anak dilingkungan sekolah maupun di masyarakat. Karena lingkungan sangat berpengaruh pada proses pembentukan akhlak seseorang. Melalui kerja sama yang baik antara orang tua, guru disekolah dan tokoh-tokoh masyarakat, maka aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak. Lingkungan termasuk konsekuensi pada akhlak sesorang, jika Allah mengadzab suatu kaum, maka bisa saja orang yang soleh sekalipun apabila Allah berkehendak, maka ia juga takkan luput dari adzab tersebut. Oleh karena itu, perhatikan dan mawas lingkunganlah selalu agar tidak terjadi apa yang ditakutkan dari buruknya akhlak seseorang. Kedua adalah Sifat sombong, sebagaimana sabda Raslullh Shallallhu 'Alaihi Wasallam : Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.Mengapa sifat ini berpengaruh pada buruknya akhlak?Ya, karena jika seseorang telah menolak kebenaran, berarti ia telah membuang akhlak baiknya dan menampakkan keburukan akhlaknya. Dan melecehkan atau meremehkan orang yang menyampaikan kebenaran merupakan akhlak yang sangat buruk sekali, dan tak ada yang memungkiri hal ini. Ketiga adalah Ilmu yang benar, Inilah faktor yang paling berpengaruh dalam baiknya akhlak seseorang. Jika seseorang telah membekali dirinya dengan ilmu yang benar, maka konsekwensinya adalah mengamalkan ilmu tersebut. Semakin berilmu seseorang, semakin tawadhu pula sifatnya. Dan ini mendorongnya untuk selalu mengintropeksi akhlaknya dengan ilmu-ilmu yang telah ia dapatkan. Karena konsekwensi dari ilmu adalah amal, maka demikian pula sebaliknya, jika seseorang tidak membekali dirinya dengan ilmu, maka ia akan buta terhadap akhlak yang baik, ia tidak dapat membedakan antara yang buruk dengan yang baik. Sebagaimana orang dungu yang tidak mengetahui antara siang dan malam. Inilah yang akan menjerumuskannya ke dalam jurang keburukan akhlak. Keempat adalah Wirotsah (keturunan), Maksudnya adalah Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya .Rasulullah bersabda setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,maka kedua orang tuanya yang menjadikan yahudi, nasrani atau maju.(HR. Buchari). Kelima adalah Insting (Naluri), Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku. Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan kekayaan yang melimpah. (Q.S Ali Imran : 14). Segenap naluri insting manusia merupakan paket intern dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari lebih dahulu. Dengan potensi naluri tersebut manusia dapat menghasilkan aneka corak perilaku yang sesuai dengan corak instingnya.G. Cara untuk membentuk diri agar memiliki akhlaq yang muliaKita harus membentuk diri kita agar memiliki akhlaq yang mulia, caranya, yaitu pertama adalah adanya niat dan kemauan, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu hanya akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. Semua tindakan yang dilakukan sebaiknya didasari oleh niat yang tulus. Niat baik itu adalah segala sesuatu yang kita lakukan didasarkan karena Allah SWT. dari niat, maka munculkan kemauan untuk mulai bertindak baik. Niat baik tentu akan membawa hasil yang baik pula. Nah, kesadaran ini seharusnya timbul pada diri kita tanpa ada perintah dari orang lain. Kedua adalah selalu belajar, Rasulullah bersabda : Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (kehidupan dunia dan akhirat) maka dengan ilmu.. Salah satu kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain ciptaan Allah SWT adalah dikaruniai akal pikiran. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita memanfaatkan potensi yang diberikan Allah. Caranya adalah dengan belajar karena dengan menuntut ilmu secara tidak langsung mampu mengasah seseorang menuju perilaku yang berakhlak mulia. Ketiga adalah mendidik diri untuk berakhlak mulia, Allah SWT berfirman : Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur [QS. Al-Qalam : 4]. Nabi Muhammad merupakan suri tauladan bagi umatnya yang memiliki akhlak yang mulia. Contohnya dalam bidangn politik Nabi Muhammad SAW telah mampu menunjukan kelasnya sebagai politikus terkemuka, semua keputusan dan langkah politiknya mengindikasikan muatan akhlakul karimah. Hal tersebut tercermin melalui kemampuannya untuk meredam konflik antar etnis serta fiksi yang bermuara pada pluralitas, serta penampilannya sebagai sosok demokratis sejati yang mampu mengakomodasi aspirasi dan potensi umat. (Alwan, 2005: hlm 28 ) Sudah sepantasnya, kita sebagai umat Beliau meneladani sikap Beliau. Namun, berbuat dan berperilaku mulia memang bukan sesuatu yang mudah. banyak godaan yang akan merintangi jalan kita. Awalnya, kita memang harus memaksakan diri meskipun hati belum ikhlas .memaksakan diri di sini dalam arti mendidik diri sendiri dalam mencapai peringkat akhlak mulia. Keempat adalah saling memngingatkan dan mendoakan, sudah kodratnya manusia sebagai makhluk yang khilaf dan penuh salah. Oleh sebab itu, kita perlu saling menjaga dan mengingatkan dalam kebaikan agar akhlak kita pun ikut terjaga. Selain itu, tanamkan kebiasaan saling mendoakan kepada saudara-saudara kita agar tetap pada perlindungan dan limpahan hidayah Allah SWT. Kelima adalah Berdoa kepada Allah SWT, Doa merupakan pintu kemuliaan, apabila doa telah dikabulkan untuk seorang hamba, maka kebaikan akan silih berganti datang dan keberkahan turut mengalir darinya. Siapa yang ingin berperilaku mulia dan lepas dari akhlak yang hina, hendaklah kembali kepada Tuhannya. Doa sangat bermanfaat dalam kondisi seperti ini maupun dalam kondisi lainnya. Sehingga Nabi SAW banyak berharap dan memohon kepada Rabb-Nya agar diberi karunia akhlak yang mulia. Doa beliau adalah sebagai berikut :Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kelemahan, kemalasan, rasa penakut, kelupaan dan kekikiran. Dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur serta fitnah cobaan hidup dan mati. Keenam adalah Mujahadah (Perjuangan) Akhlak mulia adalah salah satu bentuk hidayah yang dapat diraih dengan perjuangan seperti, firman Allah SWT berikut ini :Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(Q.S. Al-Ankabut : 69). Akhlak ada yang berupa insting (Naluri) dan ada juga yang berupa Iktisab (perolehan) hasil dari kebiasaan dan latihan. Seorang bijak berkata Lakukanlah kebiasaan yang baik maka kebiasaan itu nanti akan membentuk pribadi mu. Makna berjuang bukan berarti berjuang melawan nafsu dirinya satu kali, dua kali atau beberapa kali. Akan tetapi ia harus berjuang melawan nafsu dirinya sampai mati, sebab perjuangan melawan hawa nafsu tersebut masuk dalam kategori ibadah. Ketujuh adalah Muhasabah (Intropeksi Diri), Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengoreksi diri sendiri ketika berbuat akhlak tercela, serta menahannya agar tidak kembali melakukan akhlak tersebut dilain waktu. Ada baiknya Muhasabah (intropeksi diri) dilakukan ketika kita ingin beranjak tidur dan dibarengi dengan rasa taubat dan penyesalan atas Akhlak tercela yang telah kita perbuat dan berjanji di dalam hati dengan kesungguhan tidak akan mengulanginya lagi karena boleh jadi ruh kita akan dicabut pada saat kita sedang dalam keadaan tidur. (Shaleh, 2002 : 287)H. Hukuman kerusakan akhlak manusiaIslam berpendapat, bahwa untuk menyingkirkan yang mengganggu fitrah yang baik cukup dengan mewujudkan terciptanya generasi yang baik dan menjunjung tinggi keutamaan. Fitrah manusia pada dasarnya memang baik. Hal itu tidak berarti manusia itu sama dengan Malaikat yang keadaannya semua baik, tetapi artinya ialah, bahwa kebaikan manusia itu sesuai dengan keaslian tabuiatnya. Berdasarkan pada fitrahnya orang lebih suka mengamalkan kebajikan, seperti burung yang lebih suka terbang melayang-layang bila dibebaskan dari sangkarnya. Menurut pandangan islam, tindakan yang tepat dan pertama-tama harus diambil ialah menghancurkan belenggu-belenggu dan menyingkirkan beban berat yang menindih jiwa manusia,. Jika setelah itu manusia lalu terkapar di atas tanah dan tidak dapat meningkat, Islam memandang sebagai penderita sakit, kemudian diberi sarana pengobatan untuk menyembuhkannya. Islam tidak akan menetapkan hukuman untuk mengucilkan manusia seperti itu dari masyarakat kecuali setelah jelas keberadaannya ditengah-tengah masyarakat akan membahayakan orang lain. Dalam batas-batas lingkaran itulah Islam memerangi kerusakan akhlak. Yaitu dimulai dari mengharuskan manusia supaya hidup dengan cara yang terhormat. Ia harus dapat hidup dengan buah berusaha dan jerih payahnya sendiri, yakni tidak mendasarkan perbuatannya atas perbuatan mencuri.Apakah sebenarnya yang mendorong manusia sampai berbuat mencuri? Kebutuhan untuk meringankan beban hidupnya? Keperluan-keperluan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan itulah yang diperbanyak dan ditinggalkan. Perbuatan itu menjadi kewajiban masyarakat seluruhnya. Jika tidak, warga memaksa orang harus menempuh jalan pencurian, maka hal ini dosa kesalahannya terletak pada masyarakat itu, bukan pada orang yang terpaksa mencuri. Jelaslah bahwa hukuman yang syariatkan oleh Is;am adalah untuk melindungi masyarakat yang adil dan berusaha mengadakan perbaikan. Percontohan tersebut di atas kami kemukakan agar menjadi jelas bahwa hukuman terhadap kerusakan akhlak tidak disyariatkan oleh agama untuk memaksakan keutamaan. Dan bukan pula mensyariatkan jalan kekerasan untuk mendorong manusia supaya mau menempuh jalan hidup yang baik. Cara yang ideal bagi Islam adalah berdialog dengan hati nurani manusia, membangkitkan kerinduannya yang terpendam kepada keluhuran dan kesempurnaan, dan mengembalikannya kepada Allah Maha Penciptanya, dengan cara-cara baik dan meyakinkan yang penuh rasa cinta kasih, serta menyadarkannya bahwa keutamaan yang mulia dan luhur itu adalah hasil yang wajar dari semuanya itu. Situasi lingkungan yang memelihara kehidupan manusia wajib dijaga baik-baik, agar dapat membantu mematangkan pekerti dan perangai yang baik. Islam memikul tanggung jawab yang besar kepada lingkungan atas perilaku seseorang, baik yang mengarahkan ke ebajkan maupun yang menuju ke keburukan. Demikian pula tanggung jawab atas meluasnya perbuatan-perbuatan yang rendah maupun keutamaan-keutamaan. Tujuannya ialah untuk menguasai kunci pelaksanaan hukum guna dapat membentuk masyarakat yang sanggu membantu terwujudnya kehidupan yang bersih dan lurus. (Muhammad, 1995: 52-55)

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Di dalam menyongsong kemajuan zaman, manusia harus memiliki moral kualitas unggul.2. fungsi akhlak diantaranya mampu membangun pribadi manusia serta meningkatkan keandalan diri kita sebagai individu, akhlak menjawab tantangan internal dirinya maupun tantangan eksternal lingkungannya yang senantiasa berubah.3. faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan akhlaq manusia Lingkungan (masyarakat), Sifat sombong, Ilmu yang benar, Wirotsah (keturunan), Insting (Naluri)4. cara untuk membentuk diri agar memiliki akhlaq yang mulia diantaranya adalah adanya niat dan kemauan, selalu belajar, mendidik diri untuk berakhlak mulia, saling memngingatkan dan mendoakan, Berdoa kepada Allah SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi Diri)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghozali, Muhammad. Akhlak Seorang Muslim. Bandung: PT Al-Muarif. 1995.Al-Hasyimi, Abdul Munim. Akhlak Rosul Menurut Bukhori dan Muslim. Jakarta: Gema Insani. 2009.Asy-Syaami, Sholeh Ahmad. Berakhlak dan Beradab Mulia. Jakarta: Al-Maktab Al-Islami. 2002Khoiri A., Tulus M., Moh D. Akhlak/Tasawuf. Yogyakarta: Pokja Akademik. 2005.Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI UMY. 1999.