Pengendalian Vektor Kecoa

9
Mata Kuliah : Perencanaan, Kebijakan & Evaluasi Program Kesling Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa Pada Kapal Yang Berlabuh Di Pelabuhan Paotere Disusun Oleh: Hamdana Sri Wahyuingsih Teti Ervianti JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

Transcript of Pengendalian Vektor Kecoa

Page 1: Pengendalian Vektor Kecoa

Mata Kuliah : Perencanaan, Kebijakan & Evaluasi Program Kesling

Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa Pada Kapal

Yang Berlabuh Di Pelabuhan Paotere

Disusun Oleh:

Hamdana

Sri Wahyuingsih

Teti Ervianti

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Pengendalian Vektor Kecoa

A. Pendahuluan

Pelabuhan laut merupakan salah satu pintu masuk yang strategis bagi

masuknya vektor penular penyakit karantina dan penyakit menular potensial

wabah dari berbagai negara di dunia. Kemajuan teknologi bidang

transportasi, perdagangan bebas maupun mobilitas penduduk antar negara

mengakibatkan dampak negatif di bidang kesehatan yaitu percepatan

perpindahan dan penyebaran vektor penyakit menular potensial wabah yang

dibawa oleh alat angkut, orang maupun barang bawaan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penyebaran vektor melalui alat angkut adalah suatu

kenyataan yang tidak dapat dipungkiri (Depkes RI, 2007a).

Keberadaan vektor di atas kapal dapat mempengaruhi kondisi

kesehatan para penumpang termasuk juga petugas dan anak buah kapal

(ABK) karena vektor dapat menularkan penyakit kepada manusia. Vektor

yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya

kecoa merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di

dalam lubang atau celah-celah tersembunyi. Kecoa yang menjadi

permasalahan dalam kesehatan manusia adalah kecoa yang sering

berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk hidup yang sudah mati.

Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan melewati dinding,

pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang baunya

tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat

dari kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat

menularkan penyakit pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada

tubuhnya yang dibawa dari tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau

menempel di tempat yang dia hinggapi. Vektor jenis kecoa yang ada di atas

kapal ini sering membawa mikroorganisme seperti Salmonella, Entamoeba

histolitica yaitu kuman penyebab diare, typhoid/thypus, disentri, cholera dan

virus hepatitis A (Aryatie, 2005).

Pada kasus penyakit diare misalnya, data menurut Depkes RI (2006b),

angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun 2001 (301 kasus) meningkat

menjadi 374 per1000 penduduk pada tahun 2003. Sedangkan hasil

Page 3: Pengendalian Vektor Kecoa

wawancara terhadap 20 orang kapten kapal pada bulan Desember 2007

bahwa penyakit yang sering dikeluhkan para ABKnya adalah penyakit diare

atau penyakit perut. Hal ini didukung oleh data kunjungan poliklinik tahun

2006/2007 yang dihimpun dari beberapa Kantor Kesehatan Pelabuhan

(KKP) kelas utama di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa laporan

penyakit diare di KKP Tanjung Priok (318 kasus), KKP Batam (77 kasus),

KKP Makassar (205 kasus), KKP Surabaya (110 kasus), Semarang (84

kasus), Dumai (538 kasus) dan KKP Medan (72 kasus) (Simkespel, 2007).

Untuk mewaspadai penyebaran masuknya vektor penular penyakit

lewat pelabuhan, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.356/Menkes/Per/IV/2008 telah ditetapkan bahwa KKP sebagai Unit

Pelaksana Teknis (UPT) dan ujung tombak Departemen Kesehatan RI yang

berwenang mencegah dan mengendalikan vector penular penyakit yang

masuk dan keluar pelabuhan dengan melakukan upaya pemutusan mata

rantai penularan penyakit secara profesional sesuai standar dan persyaratan

yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2008)

Pengendalian vektor penular penyakit di atas kapal merupakan salah

satu upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit. Survei awal yang

dilakukan oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Medan pada tahun

2008 menunjukkan bahwa 83,3 % kapal yang datang melalui pelabuhan

Belawan dikategorikan risiko tinggi karena di atas kapal dijumpai vektor

penyakit.

B. Dasar Hukum

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

431/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Teknis Pengendalian

Resiko Lingkungan di Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas Dalam

Rangka Karantina Kesehatan.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan

Page 4: Pengendalian Vektor Kecoa

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Tindakan Hapus Tikus

dan Hapus Serangga Pada Alat Angkut di Pelabuhan, Bandar Udara, dan

Pos Lintas Batas Darat

C. Tujuan dan Sasaran1. Tujuan umum

Mengendalikan vektor kecoa dan menurunkan angka kejadian penyakit

akibat vektor kecoa pada kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan

Paotere Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Meningkatkan pengetahuan Anak Buah Kapal (ABK) tentang vektor

kecoa.

b. Menekan jumlah vektor kecoa di kapal barang yang berlabuh di

Pelabuhan Paotere Makassar.

c. Memutus mata rantai penularan penyakit melalui vektor kecoa.

d. Menurunkan kasus penyakit yang berhubungan dengan vektor kecoa

di atas kapal barang.

3. Sasaran

Sasaran adalah semua kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Paotere.

D. Luaran

Terlaksananya kegiatan pengendalian vektor kecoa pada kapal barang

yang berlabuh di Pelabuhan Paotere Makassar.

E. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

a. Pelaksana kegiatan

Pelaksana kegiatan pengendalian vektor kecoa adalah Seksi Pengendalian

Vektor dan Binatang Penular Penyakit Pelabuhan Paotere Makassar

bekerja sama dengan Entomolog.

Page 5: Pengendalian Vektor Kecoa

b. Penanggung jawab kegiatan

Penanggung jawab kegiatan pengendalian vektor kecoa adalah Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP) Pelabuhan Paotere Makassar.

F. Kegiatan Yang Dilaksanakan

a. Uraian Kegiatan

Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa pada Kapal Barang yang Berlabuh

di Pelabuhan Paotere meliputi penyuluhan pada Anak Buah Kapal (ABK)

tentang vektor kecoa, survey kepadatan kecoa di atas kapal, dan apabila

tingkat kepadatan kecoa pada kapal tergolong “tinggi” dan “sangat tinggi”,

maka dilakukan disinseksi. Berikut ukuran interpretasi hasil survei tingkat

kepadatan kecoa:

b. Batasan Kegiatan

Kegiatan pengendalian vektor kecoa hanya dilakukan pada kapal barang

yang berlabuh di Pelabuhan Paotere pada bulan Januari 2014. Peserta

penyuluhan vektor kecoa adalah semua ABK kapal yang berlabuh,

sedangkan kapal yang di disinseksi hanya kapal yang telah di survey

kepadatan kecoanya dan memiliki tingkat kepadatan kecoa yang tinggi.

G. Jadwal Kegiatan

a. Waktu pelaksanaan kegiatan

Page 6: Pengendalian Vektor Kecoa

Kegiatan Pengendalian Vektor Kecoa pada Kapal Barang yang Berlabuh

di Pelabuhan Paotere direncanakan dilaksanakan pada Bulan Januari

2014.

b. Matrik pelaksanaan kegiatan

No Kegiatan

Waktu pelaksanaan (hari)

I II III IV

1 Tahap Persiapan

Penyusunan rencana  kerja

2 Pelaksanaan kegiatan

Penyuluhan

Survey kepadatan kecoa

Disinseksi

3 Evaluasi

H. Anggaran Kegiatan

Sumber dana dari APBD dan APBN, berupa biaya operasional untuk

sekali kegiatan pengendalian vektor kecoa, yakni:

No. Biaya Operasional Jumlah

1 Biaya Tenaga/ Satuan Output Rp. 5.000.000

3 Biaya Snack/ Satuan Output Rp. 1.000.000

4 Alat dan bahan Desisensi Rp. 20.000.000

4 Biaya tidak tetap/ Satuan Output Rp. 500.000

Biaya Total Rp. 26.500.000

Page 7: Pengendalian Vektor Kecoa

Referensi:

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan

2. Anonim. Pengendalian Vektor. Universitas Sumatera Utara.3. Anonim. Pedoman Pengendalian Kecoa Khusus di Rumah Saki.4. Drs . Winarno MSc. 2009. Kebijakan Nasional Pengendalian Vektor.