Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

31
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU (BI - 3201) Pengamatan Perilaku dan Pergerakan Kecoa (Periplaneta americana dan Blatella germanica) Tanggal Praktikum : 22 Februari 2013 Tanggal Pengumpulan : 28 Februari 2013 Disusun oleh : Satya Reza Faturakhmat 10610033 Kelompok 7 Asisten : Dandri Aly Purawijaya 10609016 PROGRAM STUDI BIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

description

Mengenai Perilaku preferensi makanan kecoa

Transcript of Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Page 1: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU (BI - 3201)

Pengamatan Perilaku dan Pergerakan Kecoa (Periplaneta

americana dan Blatella germanica)

Tanggal Praktikum : 22 Februari 2013

Tanggal Pengumpulan : 28 Februari 2013

Disusun oleh :

Satya Reza Faturakhmat

10610033

Kelompok 7

Asisten :

Dandri Aly Purawijaya

10609016

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2012

Page 2: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecoa merupakan hewan yang banyak ditemukan di lingkungan terutama di

pemukiman manusia. Kecoa merupakan hewan yang sangat umum dan tersebar, mulai

muncul sejak Pangaea, superkontinen pada zaman purba, atau di Gondwana, anak benua

dari Pangaea, hingga sekarang tersebar ke semua benua modern. Kecoa telah beradaptasi

dan dapat sintas pada kondisi apapun hingga dapat terus bertahan (Copeland, 2003).

Kecoa memiliki beberapa pengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Kecoa

dapat mensekresikan bau yang dapat mengurangi rasa makanan dan bau yang kurang

sedap ini dapat semakin kuat seiring meningkatnya jumlah kecoa. Kaki kecoa juga dapat

menjadi agen penyebaran penyakit yang disebabkan bakteri seperti Salmonella. Sisa-sisa

kaki dan feses dapat menyebabkan reaksi alergi dan asma (Jacobs, 2013)

Untuk mengatasi akibat-akibat negatif yang disebabkan oleh kecoa diperlukan

penelitian dan pengamatan mengenai kecoa baik dari segi perilaku, pola pergerakan, dan

morfologinya. Kecoa dapat tersebar dan tumbuh dengan cepat sehingga dibutuhkan

pemahaman mendalam mengenai pola pergerakan dan perilakunya terutama preferensi

makanan karena banyak penyakit tersebar lewat makanan yang didatangi kecoa. Banyak

penyakit juga berasal dari bagian tubuh kecoa sehingga dibutuhkan pula pengamatan yang

bertujuan untuk mengetahui morfologi kecoa

1.2 Tujuan

1. Menentukan morfologi kecoa Periplaneta americana.

2. Menentukan perilaku eksplorasi dan keseimbangan kecoa Periplaneta americana.

3. Menentukan pola lokomosi kecoa Periplaneta americana.

4. Menentukan kecepatan gerak kecoa Periplaneta americana.

5. Menentukan sensitivitas kecoa Periplaneta americana.

6. Menentukan respon kecoa Periplaneta americana terhadap makanan basah,

kering, dan shelter.

7. Menentukan preferensi kecoa Periplaneta americana terhadap makanan basah,

kering, dan shelter.

8. Menentukan preferensi kecoa Blatella germanica terhadap dua jenis makanan

kering.

Page 3: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

BAB II

TEORI DASAR

2.1 Taksonomi

Kecoa merupakan jenis serangga yang sangat umum di dunia. Kecoa berhasil

beradaptasi sejak 300 juta tahun yang lauu karena kemampuan adaptasinya yang luar

biasa. Hasil adaptasi dan evolusi kemudian membentuk bermacam jenis kecoa

diantaranya Periplaneta americana dan Blatella germanica yang keduanya termasuk

dua jenis kecoa yang paling umum (Jacobs, 2013). Berikut ini adalah taksonomi dari

kedua jenis kecoa tersebut.

Tabel 2.1 Taksonomi Periplaneta americana (sumber : Bell, 2007)

Kingdom Animalia

Filum Arthropoda

Kelas Insekta

Ordo Blattodea

Famili Blattidae

Genus Periplaneta

Spesies Periplaneta americana

Tabel 2.2 Taksonomi Blatella germanica (sumber : Bell, 2007)

Kingdom Animalia

Filum Arthropoda

Kelas Insekta

Ordo Blattodea

Famili Blattelidae

Genus Blatella

Spesies Blatella germanica

2.2 Morfologi

Kecoa Periplaneta americana dewasa memiliki panjang sekitar 4 cm dengan

tinggi sekitar 7 mm. Warna tubuhnya merah kecoklatan dengan garis batas

kekuningan pada bagian kepala. Badan kecoa dibagi ke dalam tiga bagian, bagian

badan berbentuk oval dan tipis dengan pronotum yang melapisi bagian kepala.

Pronotum merupakan struktue seperti plat yang menutupi seluruh permukaan dorsal

Page 4: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

thoraks. Kecoa juga memiliki mulut pengunyah, antena panjang dan bersegmen serta

sayap depan berkulit dan sayap belakang yang rapuh. Bagian ketiga adalah abdomen

dari kecoa (Bell, 2007).

Kecoa Blatella germanica memiliki bentuk yang mirip dengan kecoa

Periplaneta americana namun dengan bentuk yang lebih kecil. Perbandingan ukuran

dan bentuk tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1. Kecoa ini memeiliki anjang 1,3

hinga 1,6 cm dan memiliki warna tubuh coklat kehitaman dengan garis melintang dari

kepala hingga ujung sayap. Sayap kecoa ini kecil dan tidak dapat dipakai terbang.

Kecoa Periplaneta americana maupun Blatella germanica dapat dibedakan jantan dan

betina berdasarkan keberadaan kantung telur yang disebut ooteka yang muncul pada

ujung abdomen (Faundez, 2011).

Gambar 2.1 Kecoa

(Sumber: emlab.com)

2.3 Siklus Hidup, Habitat, dan Persebaran Kecoa

Kecoa secara umum memiliki tiga tahapan kehidupan yaitu, telur, instar, dan

dewasa. Waktu dari telur hingga dewasa sekitar 600 hari dan kelulushidupan dewasa

sekitar 400 hari. Kecoa anakan keluar dari telur sekitar 6-8 minggu dan menjadi

dewasa sekitar 6-12 bulan. Kecoa betina ketika dewasa dapat menghasilkan 150

anakan selama masa hidupnya (Bell dan Adiyodi, 1981).

Kecoa hidup di area yang lembab dan dapat bertahan pada area yang kering bila

terdapat akses sumber air. Kecoa hidup pada kondisi suhu sekitar 29oC dan tidak dapat

menoleransi suhu dingin. Pada area pemukiman kecoa biasa hidup di basemen, saluran

air, dan halaman luar pada saat cuaca hangat (Jones, 2008).

Kecoa tersebar ke seluruh dunia lewat jalur perdagangan di abad pertengahan.

Kecoa banyak ditemukan di dalam maupun luar ruangan. Kecoa bermigrasi dengan

merangkak ataupun terbang dari rumah ke rumah melalui saluran air, pepohonan dan

Page 5: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

semak yang kemudian masuk ke gedung-gedung dan perumahan. Migrasi kecoa biasa

terjadi secara massal (Ebeling, 1975).

2.4 Perilaku dan Respon Makan Kecoa

Kecoa selalu memilih tempat yang gelap, hangat, dan lembab seperti basemen

dan tempat kumuh lain. Kecoa sering bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain

terutama pada cuaca hangat. Saat cuaca dingin kecoa akan mendiami area tupukan

sampah karena panas yang dihasilkan dari tumpukan sampah tersebut. Kecoa

memakan berbagai jenis makanan terutama makanan organik yang mulai terdegradasi

atau membusuk. Kecoa dewasa dapat bertahan dua sampai tiga bulan tanpa makanan

dan satu bulan tanpa air (Jones, 2013).

2.5 Mekanisme Saraf Sensori, Alat Gerak, dan Pola Lokomosi

Pergerakan kecoa diatur oleh gerakan kaki-kakinya yang memiliki pola

memutar. Pola pergerakan ini didukung oleh dua mekanisme gerakan yaitu power

stroke dan return stroke. Saat power stroke kaki berada ada tanah dan memberi

sokongan sehingga dapat mendorong badan. Saat return stroke kaki yang terangkat

dari tanah diputar hingga kembali pada kondisi menyentuh tanah kembali. Gerakan

memutar yang ritmis dan terkoordinasi karena terdapat sirkuit neural yang dinamakan

central pattern generator.

Menurut studi Pearson (1970) mekanisme gerakan pada kecoa yang diatur

central pattern neuron adalah seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Mekanisme lokomosi

(Sumber : Pearson, 1970)

Neuron 5 dan 6 adalah motoneuron levator dengan Ds adalah depresor

motoneuron. Bursting interneuron (b.i) menjalankan semua proses dengan koneksi

Page 6: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

eksitatoris pada neuron 5 dan 6 dan koneksi inhibisi pada D s . Neuron yang

menghasilkan gerakan tersebut ternyata berasal dari ganglion metatorasik dan

merupakan kumpulan neuron-neuron yang kemudian disebut central pattern

generators dan bertanggung jawab menghasilkan perilaku gerak ritmis pada kecoa

(Delcomyn, 1980). Neuron ini berbentuk sesuai gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 Central Neuron Generators

Sumber : (Delcomyn, 1980).

Page 7: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

BAB III

METODOLOGI

3. 1 Alat dan Bahan

Berikut ini alat dan bahan yang dipakai dalam keseluruhan praktikum.

Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Saat Pengamatan Perilaku Kecoa

No. Alat Bahan

1. Shelter Kecoa Periplaneta americana

2. Akuarium besar Kecoa Blatella germanica

3. Stopwatch Pepaya

4. Styriofoam Makanan kering

5. Cawan petri Kertas HVS 3 lembar

6. Mikroskop stereo Tinta hitam

7. Toples Kain Kasa

3. 2 Cara Kerja

3.2.1 Pengamatan Morfologi Kecoa

Kecoa dimasukkan ke dalam cawan petri kecil kemudian ditutup. Cawan petri

berisi jangkrik diamati di bawah mikroskop dan digambar. Diamati bagian tubuh

dorsal dan ventral. Hasil pengamatan digambar dan didokumentasikan.

3.2.2 Pengamatan Perilaku Eksplorasi dan Keseimbangan

Kecoa dimasukkan ke dalam akuarium dengan alas styriofoam. Untuk

aklimatisasi didiamkan selama tiga menit. Kemudian selama lima menit perilaku

eksplorasi kecoa diamati dan dicatat frekuensi grooming, exploring, dan walking.

Dilakukan pengulangan terhadap tiga kecoa. Kecoa yang telah diamati kemudian

dibalikkan badannya pada meja, lalu dihitung waktu latensi hingga kecoa dapat

membalikan badan.

3.2.3 Pengamatan Pola Lokomosi

Page 8: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Kaki-kaki kecoa diolesi tinta hitam kemudian dibiarkan berjalan pada selembar

kertas HVS. Pola lokomosi yang tercetak di HVS kemudian didokumentasikan dan

diamati polanya.

3.2.4 Pengamatan Pergerakan Normal dan Maksimum

Kertas HVS dibentuk menjadi jalur lari berbentuk saluran dan dicatat panjang

jalurnya. Tiga kecoa kemudian diletakkan pada jalur lari kemudian dihitung waktu

berjalan yang dibutuhkan hingga kecoa dapat menyelesaikan jalur tersebut. Kemudian

kecepatan ditentukan dari jarak bagi waktu. Pengamatan diulangi dengan kecoa yang

sama namun kedua kaki tengahnya diamputasi hingga bagian femur. Pengamatan

pertama dicatat sebagai pergerakan normal, sedangkan pengamatan kedua dicatat

sebagai pergerakan tidak normal, kemudian kecepatan dibandingkan.

3.2.5 Pengamatan Tingkat Sensitivitas Antara Posterior dan Anterior

Kecoa diletakkan pada meja kemudian ditiup bagian anterior dan posteriornya.

Respon kecoa diamati dan dicatat. Hasil pengamatan dicatat sebagai “+” bila setelah

ditiup kecoa bergerak menjauh dan “o” bila kecoa bergerak mendekat.

3.2.6 Pengamatan Preferensi Kecoa Terhadap Makanan atau Shelter

Pada akuarium dengan alas styriofoam dimasukkan sebuah shelter, makanan

basah berupa pepaya, dan makanan kering. Pengamatan pertama dimasukan shelter,

diamati perilaku kecoa selama lima menit, kemudian dicatat waktu latensi hingga

kecoa mendekati shelter dan durasi kecoa mendiami shelter. Pengamatan diulang

dengan mengeluarkan shelter dan dimasukkan pepaya, kemudian diulang kembali

dengan dikeluarkan pepaya dan dimasukkan makanan kering. Pengamatan terakhir

dimasukkan bersamaan shelter, pepaya, dan makanan kering kemudian diamati dan

dicatat.

3.2.7 Pengamatan preferensi kecoa Blatella germanica terhadap dua jenis makanan

kering

Sejumlah kecoa jerman dimasukkan bersama dua jenis makanan kering ke dalam

toples dengan kasa. Diamati selama tiga hari dan makanan kering ditimbang setiap

pergantian hari. Hasil pengamatan dicatat

.

Page 9: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Morfologi Kecoa

Berdasarkan hasil pengamatan berikut ini adalah gambar kecoa secara dorsal dan

ventral. Gambar di bawah ini juga menyertai perbandingan literatur yaitu gambar 4.1 dan

4.2.

Gambar 4.1 Kecoa dorsal Gambar 4.2 Kecoa Ventral (Sumber : flowersturfandpestinc.com) (Sumber : bumblebee.org)

4.2 Perilaku Eksplorasi dan Keseimbangan Kecoa

kompil instruk, perilaku eksplorasi kecoa yang dilakukan grooming freezing

exploring, amati grooming dan bagian tubuh mana yang digunakan, arah kecoa pertama

kali bergerak, apakah cenderung bergerak ke arah ruang terbuka di tengah akuarium

Page 10: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

bidang horizontal atau bidang vertikal. Keseimbangan tubuh dapat membalik atau tidak,

jika tidak kenapa, dan latensi rata2 berapa

Gambar 4.2 Grafik Frekuensi Perilaku Jantan dan Betina

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa perilaku dominan betina adalah

freezing dan exploring sedangkan pada jantan perilaku dominannya adalah

grooming dan sheltering. Menurut Brandao (2008), freezing merupakan perilaku

normal dari hewan dimana tidak ada pergerakan dari anggota tubuh (diam) sebagai

respon dari fear stimuli yang tak terhindarkan. Kemungkinan lingkungan yang

asing di dalam akuarium serta keberadaan manusia didekat jangkrik memberi

banyak rangsangan fear stimuli sehingga perilaku ini dominan.

Perilaku grooming juga cukup dominan karena jangkrik membutuhkan organ

sensori mereka untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Jangkrik akan mencium bau

dan gerakan dengan rambut-rambut yang ada ditubuh mereka. Rambut-rambut

sensori ini terdapat pada cerci, antenna, mulut dan bagian tubuh lainnya memiliki

lubang kecil sebagai tempat masuknya molekul-molekul kimia yang berhubungan

dengan sistem saraf dan sinyalnya akan dikirim ke otak. Jika lubang-lubang kecil

tersebut “tertutup”, maka mereka akan sulit untuk mencium bau dan merasakannya.

Rambut – rambut pada tubuh jangkrik membantu jangkrik merasakan ketika

mereka bersentuhan dengan sesuatu, dan sangat membantu jangkrik yang aktif pada

malam hari. Jangkrik menggunakan matanya untuk melihat, namun jika matanya

kotor, mereka tidak mempunyai kelopak seperti manusia yang dapat membersihkan

matanya, maka dari itu mereka mengunakan kakinya untuk membersihkan matanya

(Kolezik, 2002). Lingkungan yang baru dan asing juga membuat jangkrik perlu

penyesuaian dan adaptasi sehingga perilaku exploring cukup dominan. Exploring

berguna untuk mengetahui keadaan lingkungan, mencari makanan, dan pasangan

sebagai indikator kecocokan tempat. Perilaku sheltering juga cukup dominan

terutama pada jangkrik jantan menunjukkan kebutuhan tempat berlindung bagi

jangkrik jantan.

Melalui analisis Univariate ANOVA (Two Way-ANOVA), diketahui bahwa

pada jantan dan betina tidak ada perilaku yang signifikan berkaitan dengan jenis

kelaminnya. Hasil Two-Way ANOVA menunjukkan bahwa bahwa tidak ada beda

signifikan pada perilaku yang dihasilkan oleh jangkrik. jantan dan jangkrik betina.

Atau dengan kata lain, jenis perilaku dominan tidak berhubungan dengan jenis

kelamin jangkrik.

Page 11: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

4.3 Pengamatan Pola Lokomosi Kecoa

Perkelompok, hasil di hvs difoto dicantumkan, bagaimana pola yang

dihasilkn, bandingkan dengan literatur Berikut ini adalah grafik hasil pengamatan perilaku

agresif jangkrik jantan.

Chirping

Approach

ing

Avoidan

ce

Agonisti

k0

0.5

1

1.5

2

2.5

Frekuensi Jantan AFrekuensi Jantan B

Gambar 4.3 Grafik Perilaku agresif jantan

Dari hasil pengamatan kedua jantan tidak terlalu agresif. Hal ini mungkin

dikarenakan pengaruh lingkungan yang baru menyebabkan belum terbentuknya

teritori selain itu juga ketidak beradaan koloni, sehingga jantan tidak saling agresif

dalam mempertahankan koloninya. Perilaku agonistik muncul saat ada konflik

perebutan sumber daya yang terbatas seperti pasangan kawin dan makanan. Dari

perilaku agonistik ini pada jangkrik akhirnya terbentuk hirarki dominansi yang

menunjukkan bahwa yang terkuatlah yang boleh memiliki sumber daya yang

terbatas tersebut. Tidak terjadinya perilaku agresif kemungkinan karena kedua

jangkrik berasal dari wadah yang sama dengan hierarki dominansi yang mungkin

telah terbentuk sehingga pada saat diletakkan di akuarium tidak terdapat lagi

kepentingan bagi kedua jangkrik untuk melakukan perilaku agresif untuk

menunjukkan dominansi.

4.4 Perbandingan Kecepatan Kecoa Normal dan Amputasi

Kompil angkatan, berupa data kecepatan (jarak bagi waktu). analisis dengan paired

t test, apakah stimulus normal signifikan terhadap kecepatan dan mengapa

apa pengaruh krtika kaki engah dihilangkan jelaskan kenapa dan kaitkan dengan

pola lokomosi dan penggunaan kaki pada kecoa

Page 12: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Pada pengamatan kedua jangkrik jantan dan betina selalu berada pada posisi

yang berjauhan. Menit-menit pertama kebanyakan dihabiskan dengan perilaku

seperti freezing, climbing, dan exploring. Saat akhirnya jantan mendekati betina,

justru betina menjauh atau menunjukkan perilaku avoidance. Hal ini terjadi

kemungkinan karena jantan tidak menarik bagi betina, pada saat pengamatan jantan

juga tidak mengeluarkan suara yang dapat menarik betina.

4.5 Perbandingan Sensitivitas Bagian Anterior dan Posterior

Kompil angkatan dengan independent t test melihat beda nyata antar posterior dan

anterior mana yang lebih sensitif

Berikut ini adalah grafik hasil pengamatan dari hierarki jangkrik jantan.

Chirping

Avoiding

Courting

Mating

Agonisti

k

Shelt

ering

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Frekuensi Jantan AFrekuensi Jantan BFrekuensi Jantan C

Gambar 4.4 Grafik Perilaku Hierarki jangkrik

Menurut literatur pada perebutan hierarki grafik jantan terdapat dinamik-

dinamika yang terjadi. Ketika terjadi kontak taktila pada dua jantan dewasa maka

sang jantan akan menghasilkan nyanyian pada saat dan sesudah bertarung dengan

jantan lain (Adamo & Ronald,1995). Dan jika ada yang kehilangan antenna saat

bertarung maka hirarki dominansinya akan turun (Bailey & Stoddart, 1982).

Jangkrik pemenang akan memiliki hierarki dominansi yang tinggi dan lebih mudah

untuk kawin dengan betina. Status dominan pada jantan serta keberhasilannya

dalam pertarungan dengan jantan lain menunjukkan immunokompetennya terhadap

betina. Imunokompeten adalah adalah kemampuan system imun untuk bertahan

melawan pathogen yang menyerangnya (Rantala & Kortet, 2003).

Pada pengamatan dinamika tersebut tidak terjadi namun dilihat dari frekuensi

avoiding jangkrk jantan B adalah jangkrik jantan dominan karena jangkrik lain

Page 13: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

akan memilih pergi ketika berhadapan, selain itu frekuensi chirpingnya juga cukup

tinggi . adanya sifat hierarkis pada jangkrik-jangkrik jantan disuatu area ini berefek

pada ketahanan dan kelulus hidupan dari spesies jangkrik tersebut. Hal ini

dikarenakan jangkrik jantan yang dominan akan menguasai shelter dan makanan di

area tersebut, dan jangkrik jantan pada area tersebut akan kesulitan untuk

mendapatkan makanan dan shelter (Larsen, & Meyer, 2012). Pada pengamatan

jangkrik jantan B yang dominan lebih memilih shelter dibanding betina.

4.6 Pengamatan Preferensi Kecoa Terhadap Makanan dan Shelter

kompil instruk frekuensi shelter makanan kering dan pepaya analisis tukey

untuk melihat mana yang sognifikan dan kaitkan dengan latensi dan durasi

Tabel 4.1 Analisis Preferensi Shelter atau Betina

Chirping Avoiding AgonistikFrekuensi Courting 0,043 0,087 0,267Frekuensi Mating 0,159 0,021 -0,107Frekuensi Sheltering 0,011 0,189 -0,333Durasi Courting -0,108 0,035 0,389Durasi Mating 0,228 0,082 -0,176Durasi Sheltering -0,002 -0,195 0,072

Dari hasil pengamatan ternyata jangkrik jantan akan memunculkan perilaku

agonistik pada perebutan tempat berlindung dibandingkan dengan betina. Hal ini

disebabkan kemungkinan karena kebutuhan berlindung lebih besar dibandingkan

kebutuhan kawin pada kondisi lingkungan baru. Selain itu kemungkinan hal ini

disebabkan karena jangkrik dominan lebih memilih shelter dibandingkan betina.

4.7 Pengamatan Respon Positif dan Negatif Kecoa Terhadap Makanan dan

Shelter

Kompil angkatan

bandingkan respon latensi di sheler ab latensi makanan basah analisis indpendent t

test hasil seperti apa jelaskan

bandingkan respon antara durasi di shelter dan durasi di makanan kering anlisis

dengan independent t test hasil seperti apa jelaskan

Berikut ini adalah hasil sonograf dari pengamatan

Page 14: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Gambar 4.5 Sonograf Jangkrik Koloni Lama

Gambar 4.6 Sonograf Jangkrik koloni baru

Gambar 4.7 Sonograf Jangkrik koloni lama dicampur koloni baru

Hasil Pengamatan ternyata menunjukkan bahwa chirping lebih banyak terjadi

pada koloni lama dengan amplitudo yang besar menunjukkan perilaku agonistik lebih

daripada jangkrik koloni baru. Ketika dicampur ternyata chirping lebih tinggi

amplitudonya meskipun frekuensi masih lebih rendah dari koloni lama. Hal ini

menunjukkan pengaruh dari koloni lama yang meningkatkan perilaku agonistik.

4.8 Pengamatan Preferensi Kecoa pada Dua Jenis Makanan Kering Berbed

Page 15: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Bandingkan berat makanan sebelum pemberian da setelah pemberian jelaskan yang

terjadi berdasarkan makanan yan diberikan

BAB V

KESIMPULAN

1. Morfologi jantan dan betina dibedakan oleh keberadaan ovipositor dan

perbedaan struktur sayap.

2. Perilaku jangkrik dominan adalah diantaranya freezing, sheltering dan

exploring,

3. Jangkrik jantan tidak terlalu menunjukkan perilaku agresif, kebanyakan yang

dilakukan adalah avoidance.

4. Perilaku kawin yang teramati hanyalah approaching.

5. Jangkrik jantan lebih memilih shelter dibanding betina.

6. Jangkrik dominan pada koloni akan menguasai shelter dan dihindari oleh

jangkrik lain.

7. Jangkrik dengan dominansi telah terbentuk menunjukkan perilaku agonistik

lebih banyak.

Page 16: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

DAFTAR PUSTAKA

Bell, William. 2007. Cockroaches. Baltimore : The John Hopkins University Press

Bell WJ, Adiyodi KG. 1981. The American Cockroach. London : Chapman and Hall

Copeland, Marion.2003.Cockroach. London: Reaktion Books LTD

Delcomyn, F. .1980. “Neural Basis of Rhythmic Behavior in Animals”. Science, 210 : 492-

498.

Faúndez, E. I. & M. A. Carvajal. 2011. “Blattella germanica (Linnaeus, 1767) (Insecta:

Blattaria) en la Región de Magallanes”. Boletín de Biodiversidad de Chile, 5: 50-55.

Pearson, K. G., and J. F. Iles. .1970. “Discharge Patterns of Coxal Levator and Depressor

Motoneurones of the Cockroach, Periplaneta Americana. Journal of Experimental

Biology, 52 : 139.

Page 17: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Jones, Susan C. 2008. “Agricultural and Natural Resources Fact Sheet : American

Cockroach”. Ohio : Ohio State University.

Jacobs, Steve. 2013. “American Cockroaches”. (online) diakses dari

http://ento.psu.edu/extension/factsheets/american-cockroaches Tanggal 28 Februari

2013

LAMPIRAN

>Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

>The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could

>not be mapped to a valid backend locale.

UNIANOVA Frekuensi BY JenisKelamin KategoriPerilaku

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/POSTHOC=JenisKelamin KategoriPerilaku(TUKEY)

/PLOT=PROFILE(KategoriPerilaku*JenisKelamin)

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=JenisKelamin KategoriPerilaku JenisKelamin*KategoriPerilaku.

Univariate Analysis of VariancE

Notes

Output Created 21-Feb-2013 20:10:56

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Page 18: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

224

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with

valid data for all variables in the model.

Syntax UNIANOVA Frekuensi BY JenisKelamin

KategoriPerilaku

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/POSTHOC=JenisKelamin

KategoriPerilaku(TUKEY)

/PLOT=PROFILE(KategoriPerilaku*Jeni

sKelamin)

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=JenisKelamin

KategoriPerilaku

JenisKelamin*KategoriPerilaku.

Resources Processor Time 0:00:00.780

Elapsed Time 0:00:01.381

Warnings

Post hoc tests are not performed for JenisKelamin because there are fewer than three

groups.

Page 19: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Between-Subjects Factors

N

JenisKelamin 1.00 112

2.00 112

KategoriPerilaku 1.00 28

2.00 28

3.00 28

4.00 28

5.00 28

6.00 28

7.00 28

8.00 28

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Frekuensi

Source

Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 5334.781a 15 355.652 6.042 .000

Intercept 5139.862 1 5139.862 87.313 .000

JenisKelamin 250.754 1 250.754 4.260 .040

KategoriPerilaku 4705.960 7 672.280 11.420 .000

JenisKelamin *

KategoriPerilaku

378.067 7 54.010 .917 .494

Page 20: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

Error 12244.357 208 58.867

Total 22719.000 224

Corrected Total 17579.138 223

a. R Squared = ,303 (Adjusted R Squared = ,253)

Post Hoc Tests

KategoriPerilakU

Multiple Comparisons

Frekuensi

Tukey HSD

(I)

Kategor

iPerilak

u

(J)

Kategor

iPerilak

u

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.00 2.00 -2.7143 2.05056 .889 -8.9932 3.5646

3.00 -10.5000* 2.05056 .000 -16.7789 -4.2211

4.00 -2.5714 2.05056 .914 -8.8503 3.7075

5.00 -13.3571* 2.05056 .000 -19.6361 -7.0782

6.00 -6.6071* 2.05056 .031 -12.8861 -.3282

7.00 -1.1429 2.05056 .999 -7.4218 5.1361

8.00 -1.1429 2.05056 .999 -7.4218 5.1361

2.00 1.00 2.7143 2.05056 .889 -3.5646 8.9932

3.00 -7.7857* 2.05056 .005 -14.0646 -1.5068

Page 21: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

4.00 .1429 2.05056 1.000 -6.1361 6.4218

5.00 -10.6429* 2.05056 .000 -16.9218 -4.3639

6.00 -3.8929 2.05056 .554 -10.1718 2.3861

7.00 1.5714 2.05056 .995 -4.7075 7.8503

8.00 1.5714 2.05056 .995 -4.7075 7.8503

3.00 1.00 10.5000* 2.05056 .000 4.2211 16.7789

2.00 7.7857* 2.05056 .005 1.5068 14.0646

4.00 7.9286* 2.05056 .004 1.6497 14.2075

5.00 -2.8571 2.05056 .859 -9.1361 3.4218

6.00 3.8929 2.05056 .554 -2.3861 10.1718

7.00 9.3571* 2.05056 .000 3.0782 15.6361

8.00 9.3571* 2.05056 .000 3.0782 15.6361

4.00 1.00 2.5714 2.05056 .914 -3.7075 8.8503

2.00 -.1429 2.05056 1.000 -6.4218 6.1361

3.00 -7.9286* 2.05056 .004 -14.2075 -1.6497

5.00 -10.7857* 2.05056 .000 -17.0646 -4.5068

6.00 -4.0357 2.05056 .506 -10.3146 2.2432

7.00 1.4286 2.05056 .997 -4.8503 7.7075

8.00 1.4286 2.05056 .997 -4.8503 7.7075

5.00 1.00 13.3571* 2.05056 .000 7.0782 19.6361

2.00 10.6429* 2.05056 .000 4.3639 16.9218

3.00 2.8571 2.05056 .859 -3.4218 9.1361

4.00 10.7857* 2.05056 .000 4.5068 17.0646

Page 22: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

6.00 6.7500* 2.05056 .025 .4711 13.0289

7.00 12.2143* 2.05056 .000 5.9354 18.4932

8.00 12.2143* 2.05056 .000 5.9354 18.4932

6.00 1.00 6.6071* 2.05056 .031 .3282 12.8861

2.00 3.8929 2.05056 .554 -2.3861 10.1718

3.00 -3.8929 2.05056 .554 -10.1718 2.3861

4.00 4.0357 2.05056 .506 -2.2432 10.3146

5.00 -6.7500* 2.05056 .025 -13.0289 -.4711

7.00 5.4643 2.05056 .140 -.8146 11.7432

8.00 5.4643 2.05056 .140 -.8146 11.7432

7.00 1.00 1.1429 2.05056 .999 -5.1361 7.4218

2.00 -1.5714 2.05056 .995 -7.8503 4.7075

3.00 -9.3571* 2.05056 .000 -15.6361 -3.0782

4.00 -1.4286 2.05056 .997 -7.7075 4.8503

5.00 -12.2143* 2.05056 .000 -18.4932 -5.9354

6.00 -5.4643 2.05056 .140 -11.7432 .8146

8.00 .0000 2.05056 1.000 -6.2789 6.2789

8.00 1.00 1.1429 2.05056 .999 -5.1361 7.4218

2.00 -1.5714 2.05056 .995 -7.8503 4.7075

3.00 -9.3571* 2.05056 .000 -15.6361 -3.0782

4.00 -1.4286 2.05056 .997 -7.7075 4.8503

5.00 -12.2143* 2.05056 .000 -18.4932 -5.9354

6.00 -5.4643 2.05056 .140 -11.7432 .8146

Page 23: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

7.00 .0000 2.05056 1.000 -6.2789 6.2789

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 58,867.

*. The mean difference is significant at the ,05 level.

Homogeneous Subset

Frekuensi

Tukey HSDa,,b

Kategor

iPerilak

u N

Subset

1 2 3 4

1.00 28 .0357

8.00 28 1.1786 1.1786

7.00 28 1.1786 1.1786

4.00 28 2.6071 2.6071

2.00 28 2.7500 2.7500

6.00 28 6.6429 6.6429

3.00 28 10.5357 10.5357

5.00 28 13.3929

Sig. .889 .140 .554 .859

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 58,867.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 28,000.

Page 24: Laporan Praktikum Biologi Perilaku Kecoa

b. Alpha = ,05.

Profile Plots