Pengendalian Vektor

10
172 Evaluasi Manajemen Lingkungan Pengendalian Vektor Dalam Upaya Pemberantasan Penyakit Malaria di Kota Ternate Evaluation Of Environmental Management Of Vector Control In Efforts Of The Malaria Disease Eradication In Ternate City Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo ABSTRACT Background : Malaria is one tropical disease that continues spread to this day, lead to suffering of millions peoples in various parts of the world. In Indonesia, malaria is still one of the major health problems. Ternate city is one area in eastern Indonesia that has high endemicity. The reports of malaria from seven Puskesmas (Community Health Center) showed that rates of malaria per 1000 population (API) in 2010 was 6 ‰. There are three Puskesmas included in the HCI (High Case Incidence) that is the malaria-endemic areas with API rate >5/1000 population. These Puskesmas, among others Puskesmas Kalumpang (11 ‰), Puskesmas Gambesi (7 ‰) and Puskesmas Siko (6 ‰). This research aimed to evaluate the environmental management of vector control in effort of malaria disease eradication in Ternate City. This research was a descriptive research using a survey method. Population in this research were people who involved either directly or indirectly in the program of malaria eradication in Dinkes Ternate, some Puskesmas officers and related institutions. Data obtained in primary through interviews with questionnaires and secondary with archives study / documents / observation sheet. Methods : This research was a descriptive research using a survey method. Population in this research were people who involved either directly or indirectly in the program of malaria eradication in Dinkes Ternate, some Puskesmas officers and related institutions. Data obtained in primary through interviews with questionnaires and secondary with archives study/documents/ observation sheet. Result : The results showed that implementation of malaria eradication in Health Department of Ternate City was done based on circumstances of the incidence of clinical malaria patient were reported and adjusted to the available funds. Evaluation results of vector control showed that Implementation of the environmental management covering an operational techniques aspect (middle categories), institutions aspect (middle categories), financing aspect (middle categories), regulation aspect (good categories) and participation of community aspect (middle categories). Conclusion : Conclusion of this research is environmental management of vector control in Ternate city included middle category. Key words : Environmental Management, Vector Control, Malaria incidence. PENDAHULUAN Malaria adalah salah satu penyakit tropis yang terus berjangkit hingga saat ini, menyebabkan penderitaan berjuta-juta orang di berbagai belahan bumi. 1 Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis, seperti di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan saat ini di seluruh dunia sekitar 300 juta sampai 600 juta kasus klinis malaria dijumpai setiap tahun. 2 Malaria menyebabkan kematian lebih dari 1 juta anak - anak pertahun dan kira-kira 2800 anak meninggal perhari di Afrika sedangkan di daerah lain, 40 % kematian disebabkan oleh malaria akut. 3 Dalam penyusunan rencana strategis (Renstra) Departemen Kesehatan telah mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (RPJMN). Oleh karena itu visi, misi, strategi dan kebijakan serta program-program Departemen Kesehatan dirancang dalam menunjang pencapaian sasaran dampak pembangunan kesehatan, yaitu : (1) meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 76 tahun, (2) menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup, (3) menurunnya angka kematian ibu dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, dan _________________________________________________ Sari Lestari Rahmawati, SKM, M.Kes, Dinas Kesehatan Prov. Maluku Utara Dr. Nurjazuli, S.KM, M.Kes Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP Ir. Mursid Raharjo,M.Si Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 2 / Oktober 2012

description

kesehatan lingkungan

Transcript of Pengendalian Vektor

Page 1: Pengendalian Vektor

172

Evaluasi Manajemen Lingkungan Pengendalian Vektor Dalam Upaya PemberantasanPenyakit Malaria di Kota Ternate

Evaluation Of Environmental Management Of Vector Control In Efforts Of The MalariaDisease Eradication In Ternate City

Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo

ABSTRACTBackground : Malaria is one tropical disease that continues spread to this day, lead to suffering of millions peoplesin various parts of the world. In Indonesia, malaria is still one of the major health problems. Ternate city is one areain eastern Indonesia that has high endemicity. The reports of malaria from seven Puskesmas (Community HealthCenter) showed that rates of malaria per 1000 population (API) in 2010 was 6 ‰. There are three Puskesmasincluded in the HCI (High Case Incidence) that is the malaria-endemic areas with API rate >5/1000 population. ThesePuskesmas, among others Puskesmas Kalumpang (11 ‰), Puskesmas Gambesi (7 ‰) and Puskesmas Siko (6 ‰).This research aimed to evaluate the environmental management of vector control in effort of malaria diseaseeradication in Ternate City. This research was a descriptive research using a survey method. Population in thisresearch were people who involved either directly or indirectly in the program of malaria eradication in DinkesTernate, some Puskesmas officers and related institutions. Data obtained in primary through interviews withquestionnaires and secondary with archives study / documents / observation sheet.Methods : This research was a descriptive research using a survey method. Population in this research were peoplewho involved either directly or indirectly in the program of malaria eradication in Dinkes Ternate, some Puskesmasofficers and related institutions. Data obtained in primary through interviews with questionnaires and secondarywith archives study/documents/ observation sheet.Result : The results showed that implementation of malaria eradication in Health Department of Ternate City wasdone based on circumstances of the incidence of clinical malaria patient were reported and adjusted to the availablefunds. Evaluation results of vector control showed that Implementation of the environmental management coveringan operational techniques aspect (middle categories), institutions aspect (middle categories), financing aspect(middle categories), regulation aspect (good categories) and participation of community aspect (middle categories).Conclusion : Conclusion of this research is environmental management of vector control in Ternate city includedmiddle category.

Key words : Environmental Management, Vector Control, Malaria incidence.

PENDAHULUANMalaria adalah salah satu penyakit tropis yang terus

berjangkit hingga saat ini, menyebabkan penderitaanberjuta-juta orang di berbagai belahan bumi.1 Malariaditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama dinegara-negara yang beriklim tropis dan subtropis, sepertidi beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan saatini di seluruh dunia sekitar 300 juta sampai 600 juta kasusklinis malaria dijumpai setiap tahun.2 Malariamenyebabkan kematian lebih dari 1 juta anak - anakpertahun dan kira-kira 2800 anak meninggal perhari diAfrika sedangkan di daerah lain, 40 % kematiandisebabkan oleh malaria akut.3

Dalam penyusunan rencana strategis (Renstra)Departemen Kesehatan telah mengacu pada RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasionalseperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan PresidenNomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (RPJMN).Oleh karena itu visi, misi, strategi dan kebijakan sertaprogram-program Departemen Kesehatan dirancangdalam menunjang pencapaian sasaran dampakpembangunan kesehatan, yaitu : (1) meningkatnya umurharapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 76 tahun, (2)menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per1.000 kelahiran hidup, (3) menurunnya angka kematianibu dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, dan

_________________________________________________Sari Lestari Rahmawati, SKM, M.Kes, Dinas Kesehatan Prov. Maluku UtaraDr. Nurjazuli, S.KM, M.Kes Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIPIr. Mursid Raharjo,M.Si Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP

Jurnal Kesehatan Lingkungan IndonesiaVol. 11 No. 2 / Oktober 2012

Page 2: Pengendalian Vektor

173

(4) menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi15 per 1000 kelahiran hidup.4 Dalam RencanaPembangunan Jangka Panjang Menengah ( RPJPM ) 2010– 2014, salah satu program di bidang kesehatan adalahpencegahan dan pemberantasan penyakit termasukwabah penyakit menular.5 Penyakit Menular yang menjadiprioritas Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005 –2025 adalah malaria, demam berdarah dengue, diare, polio,filariasis, kusta, tuberkulosis Paru, HIV/AIDS, pneumoniadan penyakit lainnya.6 Diantara sejumlah penyakitmenular yang menjadi prioritas pembangunan nasionaljangka panjang, malaria menempati urutan pertama, halini dikatakan malaria merupakan masalah kesehatanmasyarakat di Indonesia karena angka morbiditas danmortalitasnya masih tinggi terutama di daerah luar Jawadan Bali. Di daerah transmigrasi yang terdapat campuranpenduduk yang berasal dari daerah endemik dan yangtidak endemik malaria, masih sering terjadi ledakan kasusatau wabah yang menimbulkan banyak kematian.7

Malaria adalah salah satu indikator keberhasilanMillenium Development Goals (MDGs) yang harusdicapai oleh Indonesia, yaitu mengendalikan penyebarandan menurunkan jumlah kasus malaria menjadisetengahnya pada tahun 2015. Angka API pada tahun1990 adalah sebesar 4,68 per 1000 penduduk, yang padatahun 2015 ditarget akan turun menjadi kurang dari 1 per1000 penduduk (yang berarti telah terjadi penurunanangka kejadian secara nasional lebih besar 50 persen).Pencapaian ini adalah pencapaian secara nasional yangbila dilihat pada pencapaian daerah/propinsi/kabupaten/kota masih terjadi disparitas yang cukup besar.Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan upaya yanglebih kuat dalam pelaksanaan program menuju eliminasimalaria. 8 Di Indonesia, pada Tahun 2010 angka API per1000 penduduk masih tinggi terutama di daerah luar Jawadan Bali yaitu angka API tertinggi adalah di Papua Baratyaitu 18,03 per 1000 penduduk, diikuti oleh Papua yaitu17,86 per 1000 penduduk, NTT yaitu 12,14 per 1000penduduk dan Maluku Utara 6,45 per 1000 penduduk.9

Angka kesakitan penyakit ini relatif masih cukuptinggi terutama di kawasan timur Indonesia. KejadianLuar Biasa (KLB) malaria masih sering terjadi terutama didaerah yang terjadi perubahan lingkungan danperpindahan penduduk, oleh karena itu upayapemberantasan malaria perlu ditingkatkan denganmeningkatkan kemampuan dan ketrampilan parapelaksananya terutama di Kabupaten/ Kota dan tenagalapangannya.10

Proses terjadinya penularan malaria di suatu daerahmeliputi 3 (tiga) faktor utama yaitu : (a) Adanya penderitabaik dengan gejala klinis ataupun tanpa gejala klinis; (b)Adanya vektor; (c) Adanya manusia yang sehat. Sikluspenularannya adalah sebagai berikut: orang yang sakitmalaria digigit nyamuk Anopheles, parasit yang ada didalam darah ikut terisap ke dalam tubuh nyamuk,

kemudian parasit akan mengalami siklus seksual (siklussporogoni) dan akhirnya menghasilkan sporozoit.Nyamuk yang di dalam kelenjar ludahnya sudah terdapatsporozoit menggigit orang yang rentan, maka di dalamdarah orang tersebut akan terdapat parasit danberkembang di dalam tubuh manusia yang dikenal dengansiklus aseksual.11 Faktor kesehatan lingkungan fisik,kimia, biologis dan sosial budaya sangat berpengaruhterhadap penyebaran penyakit malaria di Indonesia.12

Dalam perkembangannya, nyamuk sebagai vektorpenyakit malaria dipengaruhi oleh beberapa faktorseperti kondisi geografis, cuaca, kelembaban, suhu,waktu, tempat untuk istirahat, tempat untuk mencarimakanan, tempat untuk berkembang biak dan kondisilingkungan yang kondusif untuk berkembangnyanyamuk yang termasuk juga sosial budaya masyarakatsetempat.13 Kemampuan bertahannya penyakit malariadi suatu daerah ditentukan oleh berbagai faktor yangmeliputi adanya parasit malaria, nyamuk Anopheles,manusia yang rentan terhadap infeksi malaria,lingkungan dan iklim.14

Kota Ternate merupakan salah satu daerah dikawasan Timur Indonesia yang memiliki endemisitastinggi. Secara geografis letak Kota Ternate berada padaposisi 0050¹ - 2010¹ Lintang Utara dan 126020¹ - 128005¹Bujur Timur yang merupakan daerah yang sangat cocokbagi perkembangbiakan nyamuk Anopheles sp. LuasKota Ternate adalah 5.795,4 km2 dikelilingi oleh breedingplaces.15

Kota Ternate juga memiliki kondisi lingkunganseperti temperatur, kelembaban, penyinaran matahari,kecepatan angin, jumlah curah hujan dan ketinggianyang sangat mendukung untuk perkembangbiakan vektormalaria. Fakta dan laporan dari 7 Puskesmas menunjukkanbahwa terjadi penurunan angka kesakitan dan kematianmalaria dalam kurun waktu tahun 2004 - 2010 yang cukupsignifikan, yaitu pada Tahun 2004 kasus klinis malariaper 1000 penduduk sebanyak 17.625 penderita (AMI 120‰), kemudian pada tahun 2005 mengalami kenaikanmenjadi 140 per 1000 penduduk dan selanjutnyamengalami penurunan hingga tahun 2010 sebanyak 6.484penderita (AMI 35 ‰) dimana terjadi penurunan sebesar59 %. Sedangkan untuk angka penderita malaria per 1000penduduk (API) menunjukkan fluktuasi yang naik turundimana pada tahun 2004 penderita malaria adalah 42 per1000 penduduk kemudian mengalami kenaikan di tahun2005 menjadi 43 per 1000 penduduk selanjutnyamengalami penurunan hingga tahun 2008 menjadi 6 per1000 penduduk lalu mengalami kenaikan kembali menjadi7 per 1000 penduduk selanjutnya turun menjadi 6 per1000 penduduk. 16

Kegiatan - kegiatan pengendalian malaria yang telahdilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Ternate antara lainkasanisasi, kelambunisasi, penyemprotan, pemeriksaanSD, survey MBS, Mass fever treatment, pengadaan alat

Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo

Page 3: Pengendalian Vektor

174

dan bahan, pembuatan leaflet, pelatihan, sosialisasi,supervisi serta monitoring dan evaluasi. Walaupuntelah dilakukan berbagai kegiatan untuk pemberantasanmalaria, tetapi angka kejadian malaria masih cukup tinggi.Hal ini patut dipertanyakan mengingat banyak upayayang telah dilakukan. Permasalahan yang timbulkemungkinan karena belum optimalnya manajemenlingkungan pengendalian vektor dalam upayapemberantasan penyakit malaria yang selanjutnyadievaluasi untuk dilakukan tindakan perbaikan.Memperhatikan keadaan tersebut dipandang perlumelakukan penelitian tentang evaluasi terhadapmanajemen lingkungan pengendalian vektor dalam upayapemberantasan penyakit malaria di Kota Ternate.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan metode survei. Hasil dari penelitian inidigunakan untuk perbaikan atau peningkatan program

pengendalian malaria di Kota Ternate. Metode deskriptifini digunakan dengan beberapa pertimbangan. Pertama,metode lebih mudah menyesuaikan, apabila berhadapandengan kenyataan. Kedua, metode ini menyajikan secaralangsung/naturalistik hubungan antara peneliti daninforman yaitu petugas yang melaksanakan kegiatanprogram pengendalian malaria di Kota Ternate.

Populasi dalam penelitian ini adalah beberapaorang yang terlibat baik secara langsung maupun tidaklangsung dalam program pemberantasan penyakit malariadi Dinkes Kota Ternate, beberapa orang petugaspuskesmas, petugas juru malaria desa dan dari kerjasamalintas sektor serta tokoh masyarakat. Untuk lebih jelasnyajumlah responden dapat dilihat pada tabel 1.

Untuk pengambilan sampel sebanyak 3 puskesmasdidasarkan pada angka kejadian malaria tertinggi dari 7puskesmas yang ada di Kota Ternate. Pengambilansampel didasarkan kepada kecukupan informasi ataukecukupan data yang berhubungan dengan program

Tabel 1. Daftar RespondenTabel 3 Jumlah Curah Hujan dan Kasus Per Bulan Kota Ternate 5 Tahun Terakhir (mm)

Tabel 2. Kondisi lingkungan Kota Ternate Tahun 2010

No. Jabatan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kepala bidang P2PL Staf seksi pemberantasan penyakit Pimpinan puskesmas Staf puskesmas Kader Staf dinas perikanan Tokoh masyarakat

1 orang 2 orang 3 orang 3 orang 2 orang 1 orang 3 orang

No. Kondisi Lingkungan Minimum Maksimum Rata-rata 1. 2. 3. 4.

Suhu Kelembaban Penyinaran matahari Kecepatan angin

24,10C 74 % 47 %

03 knots

31,40C 84 % 78 %

06 knots

27,40C 80 % 64 %

04 knots Sumber : Stasiun Meteorologi Baabulah Ternate Tahun 2010

Bulan Tahun Curah hujan

2006 Kasus

Tahun curah hujan

2007 Kasus

Tahun curah hujan

2008 Kasus

Tahun Curah hujan

2009 Kasus

Tahun Curah hujan

2010 Kasus

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

140 248 222 150 101 390 12 90 146 4 75 112

402 308 207 355 248 541 321 295 536 405 421 296

235 179 249 150 223 213 140,7 10 131 113 469 182

239 104 181 165 203 138 207 84 121 94 235 122

190 176 224 282 290 296 78,7 169 199 263 208 382

148 94 120 142 175 72 61 90 76 85 60 108

134 213 367 370 197 146 75 27 4,3 25,4 332,1 94,8

120 70 128 131 290 98 60 71 62 54 63 128

94,8 225 89,6 77,5 332,7 381,2 126,2 211,4 228,4 166,6 269,8 135,9

157 89 160 129 181 80 56 83 59 70 61 104

r = -0,023 r2

Tabel 3. Jumlah Curah Hujan dan Kasus Per Bulan Kota Ternate 5 Tahun Terakhir (mm)

Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo

Page 4: Pengendalian Vektor

175

pemberantasan penyakit malaria atau jumlah data yangdibutuhkan bukan pada jumlah sampel atau respondenyang memberi informasi.

Cara penelitian adalah data dikumpulkan langsungdi lapangan, yang meliputi data primer dan data sekunder,dengan rincian sebagai berikut:a. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara

wawancara terstruktur menggunakan kuesioner,kepada penanggung jawab program malaria DinkesKota Ternate dan untuk cross check data dilakukanwawancara terstruktur kepada pimpinan puskesmassebanyak 3 (tiga orang) berdasarkan tingkat kasusmalaria di beberapa puskesmas. Selain itu wawancaramendalam dilakukan juga kepada bidang P2P DinkesKota Ternate, petugas malaria desa, lintas sektorserta tokoh masyarakat.

b. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan caraobservasi menggunakan daftar tilik (check list) dariarsip, perangkat fisik dan observasi langsung hasilkegiatan. Daftar tilik arsip dan observasidilaksanakan untuk mengkonfirmasi hasil jawabanpenanggung jawab program pemberantasan malariadi Dinkes Kota Ternate, Kepala Bidang P2P,Pimpinan Puskesmas dan penanggung jawabprogram malaria di Puskesmas. Data sekunder

digunakan sebagai data penunjang dan pelengkapdari data primer yang ada relevansinya dengankeperluan penelitian. Data sekunder diperoleh daripencatatan dan pelaporan secara langsungmengenai program pemberantasan malaria yangdilaksanakan dari tahun 2005 hingga Tahun 2010.Pengolahan dan analisis datanya adalah data yang

diperoleh dari penelitian berupa data primer diolah dandianalisis dengan rincian sebagai berikut:1. Melakukan penyusunan data dan klasifikasi data

dari hasil wawancara dengan penanggung jawabprogram pemberantasan malaria Dinkes KotaTernate, Pimpinan Puskesmas dan penanggungjawab program pemberantasan penyakit malaria dipuskesmas serta kepada petugas malaria desa, lintassektor dan tokoh masyarakat

2. Mendeskripsikan perekaman data sesegera mungkindengan penyusunan transkrip dari responden dalambentuk aslinya.

3. Melakukan pengelompokkan data pada masing-masing topik

4. Penafsiran data dengan interpretasi data padamasing-masing topik

5. Mendeskripsikan penyajian data sesuai denganpokok permasalahan (topik)

No. Jenis Ketenagaan Dinkes Pusk Latar belakang pendidikan Pelatihan malaria Pernah Belum

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Dokter Pengelola P2M Mikroskopis Entomolog Kader Paramedis pusk Paramedis pustu Bidan desa

1 2 1 2 0 0 0 0

17 7 7 0 63

176 12

112

Dokter umum SKM, DIII Keperawatan S1 analis SKM SD, SMP Bidan, perawat Bidan, perawat Bidan

v

v

v

v

v

v

v

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2010

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2010

No. Jenis Logistik Dinkes Puskesmas Kondisi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Kendaraan roda 4 Kendaraan roda 2 Spraycan Mikroskop Slide Box slide Blood lancet Giemsa 100 ml Anisol 100 ml RDT Bandiocard Komputer speedboat

1 unit 0 unit

20 buah 2 buah 12 dus 6 buah 4 dus

4 botol 3 botol

1 box + 19 dus 4 box 1 unit 0 unit

0 unit 6 unit 0 buah 16 buah 359 dus 37 buah

3 box + 136 dus 15 botol 12 botol

10 box + 72 dus 8 box 0 unit 3 unit

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Tabel 4. Ketenagaaan Pengelola Malaria

Tabel 5. Jumlah logistik kesehatan yang ada di Kota Ternate

Evaluasi Manajemen Lingkungan

Page 5: Pengendalian Vektor

176

6. Menganalisa data kemudian dirumuskan data/informasi dalam narasi yang lengkap.

Setelah data dianalisis maka akan dilakukanpengkategorian data tersebut dengan menggunakanblanko penilaian pemberantasan penyakit malaria yangtelah disusun dan pembobotan setiap item. Dalampengkategorian dikategorikan menjadi 3 (lima) kategoriyaitu: Baik, sedang dan buruk.

HASIL DAN PEMBAHASANA. InputKondisi Geografis

Kota Ternate secara geografis terletak pada posisi0050¹ - 2010¹ Lintang Utara dan 126020¹ - 128005¹ BujurTimur dengan luas yaitu 5.795,4 km2 dengan luas wilayahperairan laut mencapai 5.547,55 km2 sedangkan sisanyaadalah luas daratan sebesar 249,6 km2. Kondisi geografisKota Ternate dikelilingi oleh beberapa breeding place(tempat perindukan) diantaranya yaitu air gaale, airsantosa, air tubo, rawa-rawa dan kalimati. Vektor nyamukAnopheles yang ada di Kota Ternate adalah Anophelesmaculatus, Anopheles subpictus dan Anopheles farauti.Dengan kondisi geografis demikian, maka Kota Ternatemenjadi sangat baik untuk perkembangbiakan nyamukAnopheles.Kondisi Demografi

Hasil pendataan penduduk Kota Ternate tahun 2010adalah 182.109 jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk

yaitu 2,6 % tiap tahunnya. Peningkatan ini dipengaruhioleh beberapa faktor diantaranya perkembanganperekonomian Kota Ternate yang cukup baik pascakerusuhan menjadikan Kota Ternate menjadi tujuanperdagangan dan bisnis disamping urbanisasi dan migrasiserta merupakan pusat pendidikan dan sentral kegiatanpemerintahan di wilayah Maluku Utara. Kepadatanpenduduk di Kota Ternate tahun 2010 sebesar 725 jiwaper km2. Kepadatan penduduk di Kota Ternate beradaantara 28 jiwa/km2 – 3.229 jiwa/km2. Kepadatan terendahterdapat di Kecamatan Pulau Batang Dua yaitu 28 jiwa/km2 dengan luas 101,55 Km2, sedangkan kepadatantertinggi terdapat di Kecamatan Ternate Selatan yaitu 3.229jiwa/km2 dengan luas 19,44 Km2. Angka kepadatanpenduduk yang tinggi dapat memberi peluang lebih besaruntuk terjadinya kontak nyamuk dengan manusia.

Jumlah penduduk laki – laki 50,5% lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan yaitu 49,5%. Padasurvey data kasus malaria di Kota Ternate, diketahuipenyakit malaria banyak terdapat pada laki-laki.Kebiasaan laki-laki yang beraktivitas di luar rumah sangatberpotensi untuk kontak dengan nyamuk malaria, terlebihlagi aktivitas yang dilakukan di luar rumah dilakukantanpa menggunakan pakaian yang melindungi seluruhtubuh atau menggunakan lotion anti nyamuk sehinggaterhindar dari gigitan nyamuk.Kondisi Lingkungan

Temperatur Kota Ternate berkisar antara 24,10C -31,40C dengan rata – rata yaitu 27,40C. Jika dilihat dari

No. Lokasi Jumlah rumah Waktu 1. Kelurahan Salahudin 783 08 Maret s/d 23 Maret 2010 2. Kelurahan Makasar Barat 600 23 Maret s/d 01 April 2010 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2010

Tahun Sumber Pembiayaan IPM-4 GF

(Rp) Sumber Pembiayaan Pemda Kota

(Rp) Total (Rp)

2004 123.155.000 25.000.000 148.155.000 2005 511.530.000 200.000.000 711.530.000 2006 484.723.000 170.000.000 654.723.000 2007 150.604.000 100.000.000 250.604.000 2008 83.390.000 91.260.400 174.650.400 2009 101.235.700 42.000.000 143.235.700 2010 308.366.000 108.547.000 416.913.000

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2010

Tabel 6 Penyemprotan IRS pada Tahun 2010 Dinkes Kota Ternate

Tabel 7 Sumber Pembiayaan Program Pemberantasan Malaria

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Ternate Tahun 2010

Hasil Semprot No Kelurahan Jumlah rumah Jumlah kk

Disemprot Menolak Tertutup 1 Salahuddin 783 940 634 68 81 2 Makassar Barat 600 764 481 59 60

Jumlah 1.383 1525 1.099 127 157

Tabel 8 Respon Masyarakat Terhadap Penyemprotan IRS

Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo

Page 6: Pengendalian Vektor

177

temperatur yang ada di Kota Ternate yaitu rata – rata27,40C maka sangat baik untuk perkembangan parasitdalam tubuh nyamuk. Suhu yang optimum berkisar antara25ºC dan 30ºC. Suhu yang semakin tinggi, maka makinpendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dansebaliknya makin rendah suhu makin panjang masainkubasi ekstrinsik.12

Kelembaban nisbi rata-rata 80%. Nilai rataankelembaban tertinggi terjadi pada bulan-bulan yang curahhujannya tinggi. Kelembaban tertinggi terjadi padajanuari, februari, april dan mei yaitu sebesar 84% danterendah pada bulan september yaitu 74%. Kelembabannisbi rata-rata di Kota Ternate adalah 80%, dimanadengan kelembaban ini maka memungkinkan jenisnyamuk pada wilayah ini berkembang biak dengan cepatsehingga penularan terus terjadi.

Penyinaran matahari rata-rata 64%. Pengaruh sinarmatahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-beda. Contohnya An. sundaicus lebih suka tempat yangteduh sementara An. hyrcanus lebih suka tempat yangterbuka. An. barbirostris dapat hidup baik di tempat yangteduh maupun di tempat yang terbuka. Untuk vektornyamuk yang ada di Kota Ternate seperti An. punculatusdan An. maculatus lebih senang hidup pada habitat airyang langsung terkena sinar/cahaya matahari.

Kecepatan angin rata-rata di Kota Ternate adalah 4knots, Kecepatan angin pada saat matahari terbit danterbenam merupakan saat terbangnya nyamuk ke dalamatau ke luar rumah, adalah satu faktor yang ikutmenentukan jumlah kontak antara manusia dengannyamuk, disamping itu juga mempengaruhi jarak terbangnyamuk dan pada umumnya Anopheles dari daerah tropismempunyai jarak terbang yang lebih pendek dari padanyamuk dari daerah beriklim sedang.

Untuk curah hujan per tahun yaitu curah hujantertinggi 2757,7 mm/tahun pada tahun 2007 dan curahhujan terendah 1690 mm/tahun pada tahun 2006. Kondisimusim penghujan di Kota Ternate bervariasi danberlangsung sepanjang tahun sehingga dapatmemudahkan terjadinya tempat perindukan nyamukmalaria dan perkembangan larva nyamuk menjadi bentukdewasa.

Untuk melihat hubungan antara curah hujan dengankasus malaria digunakan pendekatan Pearson Productmoment. Hasil uji statistik diketahui bahwa nilai koefisienkorelasi (r) sebesar -0,023 yang artinya terdapathubungan negatif antara curah hujan dengan kasusmalaria artinya terjadinya peningkatan curah hujan diikutidengan penurunan kasus malaria dan sebaliknya namuntingkat hubungannya sangat rendah. Hal ini dapatdiketahui dengan melihat nilai p = 0,864 (p > 0,05) yangartinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antaracurah hujan dengan kasus malaria. Hal ini kemungkinandikarenakan nyamuk tidak dapat terbang dan aktifmenggigit pada saat curah hujan tinggi sehingga dengan

demikian, maka kasus mengalami penurunan. Untukmelihat seberapa besar tingkat pengaruh curah hujanterhadap kasus malaria dilakukan dengan perhitungankoefisien determinasi (r2) = 0,001. Hal ini berarti perubahanyang terjadi pada kasus malaria dapat dijelaskan melaluiperubahan curah hujan sebesar 0,1% atau terjadinyakasus malaria 0,1% ditentukan oleh curah hujan, dan99,9% ditentukan oleh faktor lain. Hubungan antarafluktuasi curah hujan dengan kejadian malaria dapatdigambarkan pada grafik 1.

Ketinggian rata-rata Kota Ternate dari permukaanlaut yang beragam dikelompokan dalam 3 kategori yaitu: kategori rendah mencapai ketinggian antara 0 – 499 M,kategori sedang yaitu ketinggian berkisar 500 – 699 Mdan kategori tinggi diatas 700 M. Dari 77 Kelurahan yangtersebar di Kota Ternate, terdapat 56 kelurahan (65%)yang berada di pesisir pantai dan 21 kelurahan lainnya(35%). rata-rata kelurahan berada pada daerah dataranrendah dimana dengan ketinggian seperti itu, makasangat baik untuk transmisi nyamuk. Semakinbertambahnya ketinggian maka semakin berkurangpopulasi nyamuk. Hal ini berkaitan dengan menurunnyasuhu rata-rata. Pada ketinggian di atas 2000 meter jarangada transmisi malaria.

Arus air di badan air berdasarkan pengamatanlangsung dilokasi penelitian diketahui tidak adapergerakan air yang deras dan ada genangan air. Adabeberapa spesies yang menyukai tempat perindukanyang airnya mengalir lambat dan deras namun ada jugayang menyukai air tergenang.

Identifikasi Sumber DayaTenaga kesehatan

Untuk aspek personil/ketenagaan, jika dilihat padatabel diatas, maka untuk pengelola malaria masih sangatminim (2 orang) padahal tugas dan beban kerja cukupbanyak. Selain itu juga tenaga entomolog belum ada dipuskesmas padahal tenaga entomolog berperan pentingdalam upaya memutus mata rantai penularan malaria.Tenaga pengelola pemberantasan malaria terdiri daritenaga kesehatan dan kader yang telah mengikutipelatihan baik di Tingkat Kota Ternate, Provinsi MalukuUtara maupun regional (Kawasan Timur Indonesia). Jikadilihat pada tabel diatas, maka sesuai dengan parameterpenilaian pelaksanaan program pemberantasan malariadi Kota Ternate, maka aspek personil/ ketenagaan dinilaitermasuk dalam kategori buruk karena Jumlah tenagateknis DKK Kota Ternate, Puskesmas, kader dan instansilain tidak cukup untuk melaksanakan programpemberantasan malaria, Jumlah tenaga yang terlibatdalam pengendalian malaria tidak dapat mencakup semuawilayah sasaran (tidak tersebar merata) serta semuatenaga teknis DKK Kota Ternate, Puskesmas, kader daninstansi lain merupakan tenaga yang tidak mempunyailatar belakang pendidikan yang sesuai dan semuanya

Evaluasi Manajemen Lingkungan

Page 7: Pengendalian Vektor

178

sudah pernah mengikuti pelatihan tentang programpemberantasan malaria. Sarana dan Prasarana

Untuk logistik pada tahun 2010 dinilai masih kurang,hal ini dikarenakan keterbatasan dana. Kendaraan rodadua pada Dinas Kesehatan Kota Ternate yang terbatascukup menghambat dalam kegiatan operasionalmengingat kendaraan roda dua sangat berguna untukdigunakan pada daerah-daerah yang cukup sulitdijangkau dengan menggunakan kendaraan roda empat.Tidak adanya komputer pada puskesmas membuatpetugas lebih banyak menggunakan laptop pribadi dalampekerjaan pemberantasan malaria. Berdasarkan tabeldiatas, sesuai dengan parameter penilaian pelaksanaanprogram pemberantasan malaria di Kota Ternate, makaaspek sarana dan prasarana dinilai termasuk dalamkategori sedang karena sarana yang dipergunakan dalampelaksanaan program terdiri dari kendaraan operasionalprogram, kendaraan penyemprot, mesin penyemprot,bahan-bahan laboratorium, insektisida dan peralatanyang diperlukan untuk pemberantasan malaria tersedia,tidak mencukupi dan dalam keadaan baik.Juknis dan Juklak

Petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan programpemberantasan malaria tersedia di Dinas Kesehatan KotaTernate, disamping itu juknis dan juklak tersebut jugaterdistribusi ke setiap puskesmas yang ada di KotaTernate yang dibagikan setiap kegiatan pelatihanataupun monitoring dan evaluasi. Juknis dan juklaktersebut bersumber dari Undang-undang, peraturanpemerintah dan keputusan menteri kesehatan yangdikeluarkan dari Direktorat Jenderal PP dan PLDperatemen Kesehatan RI. Juknis dan juklak ini juklakini juga selalu dipakai sebagai pedoman untuk programpemberantasan malaria, akan tetapi kendala yang ditemuiyaitu ada tenaga kesehatan/petugas puskesmas yangbaru menjalankan tugas, sehingga terkadang dibutuhkanwaktu yang lebih lama untuk mempelajari danmenerapkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaanyang tersedia.

Dalam aspek juknis dan juklak, maka sesuai denganparameter penilaian pelaksanaan program pemberantasanmalaria di Kota Ternate, maka aspek juknis dan juklakdinilai termasuk dalam kategori baik karena petunjukteknis dan petunjuk pelaksanaan tersedia dan terdistribusike semua puskesmas.

B. ProsesAspek teknik operasional

Pelaksanaan kegiatan penanggulangan malariaDinas Kesehatan Kota Ternate tidak didasarkan padaperencanaan kegiatan. Hal ini bisa dilihat dari adabeberapa kegiatan yang tidak direncanakan tetapidilaksanakan yang bisa dilihat dari rincian biaya kegiatanpenanggulangan malaria Dinas Kesehatan Kota Ternate

yaitu kegiatan penyegaran kader sebanyak 35 orangdalam waktu 2 hari, belanja cetak foto, penyemprotanIRS yang dilakukan pada dua Kelurahan endemis padawilayah kerja puskesmas Kalumpang yaitu KelurahanSalahudin dan Makassar Barat yang dilakukan sebulansebelum puncak penularan yaitu pada bulan Maret-Aprilselama 25 hari kerja yang dilakukan oleh kaderpenyemprot sebanyak 4 orang dengan perincian sebagaiTabel 6.

Terdapat beberapa kegiatan yang direncanakantetapi tidak dilakukan seperti follow up, MFS, SKD,penyelidikan epidemiologi, cross check dan penyuluhan.Aspek Institusi

Dalam pelaksanaan pemberantasan malariakhususnya manajemen lingkungan di Kota Ternate, biladilihat tugas dan wewenangnya maka Dinas Kesehatansebagai penanggung jawab, perencanaan, pembiayaandan monitoring pelaksanaan kegiatan. SedangkanPuskesmas hanya sebagai pelaksana dari rincianperencanaan kegiatan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan.Upaya pelaksanaan manajemen lingkungan di wilayahkerja Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawabadalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Ternate.

Dilihat dari struktur organisasi Dinas KesehatanKota Ternate, sudah terdapat pembagian kerja yangcukup baik. Sedangkan untuk pemberantasan penyakitmalaria, dilaksanakan oleh bidang penanggulanganpenyakit dan penyehatan lingkungan, pengawasan dankualitas air dan lebih dikhususkan pada seksipenanggulangan penyakit. Untuk tenaga pengelolamalaria terdiri dari 2 orang yaitu bagian administrasi danbagian monitoring dan evaluasi.

Jika dilihat, tenaga pemberantasan malaria di DinasKesehatan Kota Ternate masih sangat terbatas, hal inidisebabkan oleh lemahnya perencanaan sumberdayayang tidak disesuaikan dengan beban kerja. Disampingitu dalam hal rekruitmen dan penempatan pegawai tidakdidasarkan pada kebutuhan bidang tugas dengankeahlian yang dimilikinya. Dengan adanya sumber dayapegawai kesehatan yang ada sekarang, makapenyusunan program sulit untuk mendukung berjalannyapelaksanaan manajemen lingkungan.

Dinas Kesehatan selaku penanggung jawab dalamprogram pemberantasan malaria, melakukan kerjasamalintas sektor dan lintas program antara lain dengan Dinasperikanan untuk pengadaan ikan pemakan jentik (kepalatimah), Dinas Pendidikan Nasional untuk penambahanpelajaran tentang kesehatan terutama pengenalanpenyakit malaria dalam kurikulum sebagai upayamendorong perilaku hidup bersih dan sehat, DinasKebersihan untuk melaksanakan penanggulangansampah dan kebersihan kota, Dinas Lingkungan HidupKota Ternate untuk melaksanakan penghijauan wilayahdan peningkatan kualitas lingkungan pemukiman, sertaPKK untuk membina dan menggerakkan masyarakat

Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo

Page 8: Pengendalian Vektor

179

untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembersihanlingkungan dalam upaya mendorong kemandirianmasyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

Untuk aspek institusi, sesuai dengan parameterpenilaian pelaksanaan program pemberantasan malariadi Kota Ternate, maka aspek institusi dinilai termasukdalam kategori sedang karena: Adanya tim yangbertanggung jawab dalam program pemberantasanpenyakit malaria dan Jumlah tenaga dalam programpemberantasan penyakit tidak mencukupiAspek Keuangan

Sumber dana untuk program pemberantasan malariayaitu berasal dari IPM-4 Global Fund dan dari PemerintahKota Ternate. Alokasi anggaran kesehatan untuk KotaTernate pada Tahun 2010 adalah sebesar Rp. 416.913.000,-yaitu Rp. 308.366.000 dari IPM-4 Global Fund dan Rp.108.547.000 dari pemerintah kota Ternate. Biaya yangdikeluarkan dalam kegiatan pemberantasan malaria diTahun 2010 adalah Rp. 72. 252.000. sebenarnya biayayang diperuntukkan untuk kegiatan pemberantasanmalaria di Tahun 2010 adalah Rp. 416.913.000, akan tetapidana yang cair sebesar Rp. 72. 252.000, dengan danasebesar itu, tidak mencukupi dalam kegiatanpemberantasan malaria. Terdapat beberapa kegiatandalam rencana operasional tetapi tidak dijalankan karenaketerbatasan dana diantaranya kegiatan penyuluhan,penyelidikan epidemiologi, follow up, SKD, MFS dancross check. Dampak dari kegiatan yang tidak terdanaiini adalah program pemberantasan malaria ini menjadikurang optimal. Padahal dengan dana yang cukup makakegiatan – kegiatan pemberantasan malaria bisadijalankan secara terus-menerus dan berkesinambungan.Misalnya kegiatan sosialisasi yang dapat terus dilakukan,ataupun pengadaan alat dan bahan sehingga dapatmencukupi dalam kegiatan pemberantasan malaria.

Dilihat dari aspek keuangan, maka sesuai denganparameter penilaian pelaksanaan program pemberantasanmalaria di Kota Ternate, maka aspek keuangan dinilaitermasuk dalam kategori sedang karena dana tersediadari berbagai sumber tetapi tidak mencukupi untuk semuakegiatan pemberantasan malariaAspek Regulasi

Pemberantasan malaria di Kota Ternate didasarkanpada regulasi/peraturan seperti yang tertera di bawah ini:a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang

Kesehatanb. Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah

penyakit menularc. Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1305/Menkes/

SK/XI/1999 tentang Pencegahan Malariae. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 tentang

Otodaf. Keputusan MenKes RI No.1211/Menkes/SK/IX/

2002 tentang Pembentukan Komite KoordinasiPenanggulangan AIDS,TBC,dan Malaria diIndonesia

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota.

h. Keputusan Walikota Ternate No. 405 / 4 / KOTATERNATE/2003 tentang pembentukan PusatPengendalian Malaria (Malaria Center).Setiap regulasi mempunyai peranan masing-masing

dalam pemberantasan malaria. Tiap regulasi sudahdijalankan seperti Undang-Undang No. 36 tahun 2009tentang Kesehatan yang bersifat lebih umum yangmenjelaskan tentang upaya kesehatan, sumber dayakesehatan dll, sedangkan Undang-Undang No. 4 tahun1984 tentang wabah penyakit menular, PeraturanPemerintah No. 40 tahun 1991 tentang PenanggulanganWabah Penyakit Menular, Keputusan Menteri KesehatanRI No.1305/Menkes/SK/XI/1999 tentang PencegahanMalaria juga hingga saat ini masih terus dilakukan yaitudalam rangka menanggulangi wabah penyakit menulardikhususkan kepada pencegahan malaria.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 tentangOtoda juga telah dijalankan yaitu dengan pemberian hak,wewenang, dan kewajiban kepada daerah otonom untukmengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahandan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasimasyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasilguna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangkapelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaanpembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dimana dalam hal ini penanggulangan malariasudah didasarkan kepada kebutuhan dan kepentinganKota Ternate. Komite koordinasi penanggulangan AIDS,TBC dan Malaria juga sudah dibentuk sesuai denganKeputusan MenKes RI No.1211/Menkes/SK/IX/2002tentang Pembentukan Komite KoordinasiPenanggulangan AIDS,TBC,dan Malaria di Indonesia.Standar pelayanan minimal dalam penanggulanganmalaria yaitu penderita malaria diobati dengan cakupan100 % yang sedang diusahakan sesuai denganKeputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/ MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal BidangKesehatan di Kabupaten/Kota. Sedangkan berdasarkanKeputusan Walikota Ternate No. 405/4/KOTATERNATE/2003 tentang pembentukan PusatPengendalian Malaria (Malaria Center), maka MalariaCenter ini menjadi lembaga koordinatif dibawahkoordinasi Kepala Daerah/Bupati untuk melaksanakantugas dan tanggungjawab pemerintahan daerah dalamrangka mewujudkan kehidupan masyarakat yangterbebas dari penularan malaria.

Maka sesuai dengan parameter penilaianpelaksanaan program pemberantasan malaria di KotaTernate, maka aspek regulasi dinilai termasuk dalam

Evaluasi Manajemen Lingkungan

Page 9: Pengendalian Vektor

180

kategori baik karena: Peraturan yang digunakan sebagailandasan hukum pelaksanaan program pemberantasanmalaria didasarkan pada peraturan yang berlaku secaranasional, regional dan daerah, dalam peraturan tersebutmelibatkan sektor lain yang terkait serta setiap tahundilakukan telaah terhadap peraturan yang akandigunakan sebagai dasar pelaksanaan program

Aspek Peran Serta MasyarakatDinas Kesehatan dalam program pemberantasan

malaria melakukan kerjasama lintas sektor dan lintasprogram serta mengajak masyarakat berperan aktif dalammemberantas malaria. Salah satu upaya yang bisadilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukanpembersihan lingkungan. Kegiatan pembersihanlingkungan ini biasanya dilakukan oleh anggotamasyarakat bersama dengan petugas dari DinasKesehatan, Dinas Kebersihan, aparat TNI/POLRI.Kegiatan pembersihan lingkungan ini dilakukan di sekitarwilayah pemukiman, selokan. Pembersihan lingkunganini tidak tepat sasaran untuk memberantas malaria karenaseharusnya pembersihan dilakukan pada tempatperindukan nyamuk malaria.

Bentuk partisipasi masyarakat yang lain dalampemberantasan malaria adalah ibu-ibu PKK yangberusaha menggerakkan masyarakat dalam upayamenerapkan pola hidup bersih dan sehat sepertimembersihkan tanaman lumut dan ganggang di sekitarrumah, tidak menggantung pakaian yang menjadi tempatperistirahatan nyamuk malaria. Dalam hal responmasyarakat terhadap penyemprotan, maka sekitar 81 %masyarakat yang merespon dengan baik, 9 % yangmenolak dan 10 % yang menutup pintu pada KelurahanSalahuddin, dan sekitar 80 % masyarakat yang merespondengan baik, 10 % yang menolak dan 10 % yang menutuppintu pada Kelurahan Makassar Barat, hal inimenunjukkan keterbukaan dan respon yang positif darimasyarakat dalam memberantas malaria. Hal tersebutdapat dilihat pada tabel 8.

Dalam aspek peran serta masyarakat, sesuai denganparameter penilaian pelaksanaan program pemberantasanmalaria di Kota Ternate, maka aspek peran sertamasyarakat dinilai termasuk dalam kategori sedangkarena: Terdapat kontribusi keluarga dan kelompoklainnya seperti LSM, lintas sektor, pihak swasta dan lain-lain untuk program pemberantasan malaria , masyarakatberperan aktif dalam program pemberantasan malariatersebut, kegiatan pemberantasan malaria tidak tepatsasaran (kegiatan pembersihan lingkungan tidak padatempat perindukan nyamuk malaria).

C. OutputDengan dukungan semua tahapan dimulai dari input

(aspek geografis, aspek demografis, aspek lingkungan,aspek situasi malaria dan aspek manajemen), beserta

proses (aspek teknis operasional, aspek kelembagaan/institusi, aspek keuangan, aspek regulasi/peraturan danaspek peran serta masyarakat) maka akan menghasilkanoutput (keluaran) yaitu penurunan angka kesakitan dankematian penyakit malaria di Kota Ternate. Hal ini dapatterlihat dari penurunan angka kesakitan dan kematianmalaria dalam kurun waktu tahun 2004 - 2010 yang cukupsignifikan pada grafik dibawah ini:

SIMPULAN1. Kondisi geografis Kota Ternate yaitu terletak pada

posisi 0050¹ - 2010¹ Lintang Utara dan 126020¹ -128005¹ Bujur Timur dan dikelilingi oleh breedingplace (tempat perindukan) diantaranya yaitu airgaale, air santosa, air tubo, rawa-rawa dan kalimatisehingga dengan kondisi geografis demikian, makabaik untuk perkembang biakan nyamuk Anophelesyang menyebabkan Kota Ternate menjadi wilayahendemis malaria.

2. Kondisi demografi Kota Ternate tahun 2010 adalahjumlah penduduk sebesar 182.109 dengankepadatan penduduk sebesar 725 jiwa per km2.

Penduduk terbanyak adalah yang berjenis kelaminlaki-laki (50,5%). Kebiasaan kaum lelaki yangberkumpul dengan tetangga pada malam hari yangmemberi peluang lebih besar untuk terjadinya kontaknyamuk dengan manusia (kasus malaria terbanyakpada penduduk yang berjenis kelamin laki-laki).

3. Kondisi lingkungan Kota Ternate seperti suhu,kelembaban, curah hujan, kecepatan angin,penyinaran matahari, arus air dan tempat perindukannyamuk sangat baik dan memungkinkan untukpertumbuhan nyamuk Anopheles.

4. Kecenderungan dan pola kejadian malaria di KotaTernate dari Tahun 2004 hingga 2010 mengalamipenurunan tetapi masih menjadi masalah kesehatandengan API sebesar 6 ‰ (high case incidence).

5. Aspek sumberdaya yaitu personil termasuk dalamkategori buruk, sarana dan prasarana termasukdalam kategori sedang, sedangkan juknis dan juklaktermasuk dalam kategori baik.

6. Penilaian pelaksanaan manajemen lingkunganadalah aspek teknik operasional (kategori sedang),aspek institusi (kategori sedang), aspek pembiayaan(kategori sedang), aspek regulasi (kategori baik),dan peran serta masyarakat (kategori baik).

DAFTAR PUSTAKA1. Britannica Encyclopedia, Ultimate Refferences Suit.

20082. World Health Organization. Who Expert Committee

On Malaria. Twentieth Report. WHO. Genewa. 20003. Roll Back Malaria. Malaria Early Morning System-

Concept Indicator and Partners. A frame work forfield research in Africa. Genewa. 2001

Sari Lestari Rahmawati, Nurjazuli, Mursid Raharjo

Page 10: Pengendalian Vektor

181

4. Depkes RI. Rencana Strategis DepartemenKesehatan 2010-2014. Jakarta. 2011

5. Depkes RI. Rencana Pembangunan Jangka PanjangMenengah ( RPJPM ) 2010 – 2014. Jakarta. 2011

6. Koban, Antonius. Kebijakan Pemberantasan WabahPenyakit : KLB Malaria.2005

7. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi,Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya.Erlangga. 2008

8. Http://p3b.bappenas.go.id/Loknas_Wonosobo/content/docs/materi/3Bappeda%20Jateng%20-%20Makalah%20MDG%27s.pdf

9. Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta.2011

10. Depkes RI. Modul Parasitologi Malaria. DirektoratJenderal Pemberantasan Penyakit Menular danPenyehatan Lingkungan Pemukiman, DepartemenKesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1999

11. Depkes RI. Malaria, Buku I. Direktoral JenderalPemberantasan Penyakit Manular dan PenyehatanLingkungan Pemukiman, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, 2000

12. Harijanto. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis,Manifestasi Klinis dan Penanganannya. EGC,Jakarta, 2000

13. Sushanti, N. Fauna Anopheles di Daerah BekasPantai Mangrove Kecamatan Padang CerminKabupaten Lampung Selatan. Buletin PenelitianKesehatan 26 (1). 1999

14. Prabowo A. Hubungan Pekerja yang Menginap diHutan dengan Kejadian Malaria di KecamatanCempaga, Kabupaten Kota Waringin Timur,Kalimantan Tengah (Thesis). 2004.

15. Buku Gebrak Malaria Kota Ternate, 201016. Laporan Tahunan, Dinas Kesehatan Kota Ternate,

201017. Http://alkohol7.blogspot.com/2008/04/makalah-

malaria.html18. Pelczha, Michael Jr dkk. Dasar-dasar mikrobiologi.

Penerbit universitas Indonesia. Jakarta.199419. Prabowo, Arlan. Malaria. Mencegah dan

mengatasinya. Pustaka pembangunan swadaya.Jakarta.2005

20. Sutisna, P. Malaria Secara Ringkas. DariPengetahuan Dasar Sampai Terapan. Penerbit bukukedokteran ECG. Jakarta. 2004

21. Barodji. Studi kebijakan Kajian Review Hasil-HasilPenelitian Vektor Dan Reservoar Penyakit Tahun1975-2005. Laporan Akhir Penelitian Studi Kebijakan.Badan penelitian dan pengembangan kesehatanbalai besar penelitian dan pengembangan vektordepkes RI. Salatiga.2006

22. Depkes RI. Malaria jilid 1 epidemiologi. Direktoratjendral pengendalian penyakit menular danpenyehatan lingkungan. Jakarta. 1986

23. Gerald T. Keusch, dkk, USAID Knowledge toAction: Malaria Reducing morbidity and mortalityNational Research Councill Summer Study, WoodsHole, MA Boston University, Harvard University

Evaluasi Manajemen Lingkungan