pengendalian link.docx

13
PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS X NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI RS X DIREKTUR UTAMA RS X Menimbang : a. bahwa RS X menyelenggarakan pelayanan yang profesional dan bermutu tinggi dengan mengutamakan keselamatan dan pelayanan yang berfokus kepada pasien. b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan mengutamakan pelayanan yang aman yang memberikan perlindungan dari resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan. c. bahwa pengendalian lingkungan rumah sakit adalah upaya mengurangi risiko kontaminasi terhadap lingkungan. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, b dan c perlu membentuk Peraturan Direktur Utama RS X tentang Kebijakan Pengelolaan Sampah di RS X Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/2007 tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya 9. SE Dirjen Bina Yanmed No. HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite PPI RS dan Tim PPI RS MEMUTUSKAN Menetapka n : Kesatu : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS X TENTANG KEBIJAKAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI RS X Kedua : Kebijakan Pengendalian Lingkungan di RS X sebagaimana yang dimaksud dalam diktum I tercantum dalam Lampiran Peraturan

Transcript of pengendalian link.docx

Page 1: pengendalian link.docx

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS XNOMOR :

TENTANG

KEBIJAKAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI RS X

DIREKTUR UTAMA RS X

Menimbang : a. bahwa RS X menyelenggarakan pelayanan yang profesional dan bermutu tinggi dengan mengutamakan keselamatan dan pelayanan yang berfokus kepada pasien.

b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan mengutamakan pelayanan yang aman yang memberikan perlindungan dari resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan.

c. bahwa pengendalian lingkungan rumah sakit adalah upaya mengurangi risiko kontaminasi terhadap lingkungan.

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, b dan c perlu membentuk Peraturan Direktur Utama RS X tentang Kebijakan Pengelolaan Sampah di RS X

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit;4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit;6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang

Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/2007 tentang Pedoman

Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382/Menkes/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya

9. SE Dirjen Bina Yanmed No. HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite PPI RS dan Tim PPI RS

MEMUTUSKAN

Menetapkan

:

Kesatu : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS X TENTANG KEBIJAKAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI RS X

Kedua : Kebijakan Pengendalian Lingkungan di RS X sebagaimana yang dimaksud dalam diktum I tercantum dalam Lampiran Peraturan Direktur Utama RS X ini

Ketiga : Kebijakan Pengendalian Lingkungan di RS X sebagaimana yang dimaksud dalam diktum kedua peraturan ini merupakan pedoman bagi petugas kesehatan dalam upaya pengendalian lingkungan dan mengurangi risiko kontaminasi terhadap lingkungan di RS X.

Keempat : Pembinaan dan Pengawasan dilakukan oleh Dewan Direksi dan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)

Kelima : Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di ………………Pada tanggal ……………….Direktur Utama,

Page 2: pengendalian link.docx

Dr.Yunier Salim MARSNIP. 195714061987101001

Page 3: pengendalian link.docx

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS XNOMOR :TANGGAL : …………………..TENTANGKEBIJAKAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI RS X

KEBIJAKAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN RUMAH SAKITDI RS X

I. Kebijakan UmumA. Pengendalian lingkungan merupakan salah satu aspek dalam pencegahan dan

pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. B. Tujuan kebijakan pengendalian lingkungan rumah sakit adalah memberikan pedoman

dalam upaya pengendalian lingkungan di RS X dan mengurangi risiko kontaminasi terhadap lingkungan

C. Sampah Infeksius, adalah semua sampah dari hasil kegiatan perawatan dan pengobatan pasien yang terkontaminasi darah/cairan tubuh pasien, seperti tabung syringe (badan spuit), botol infus yang terkontaminasi, kateter kencing, urine bag, NGT, OTT, kateter vena sentral (CVC), threeway konektor, drain luka, kasa pembalut luka, dll.

D. Sampah umum/sampah biasa (non infeksius) adalah sampah yang tidak terkontaminasi darah/cairan tubuh pasien, dan tidak mengandung bahan berbahaya atau agen kemoterapi.

E. Sampah Radioaktif adalah sampah yang dihasilkan dari hasil kegiatan radiologi.F. Sampah Sitotoksik adalah sampah yang termasuk bahan beracun berbahaya terutama jika

kontak dengan tubuh seperti formalin, obat kemotherapi, dll.G. Sampah Benda Tajam adalah sampah yang berbentuk tajam yang biasanya digunakan

untuk prosedur invasive pada pasien seperti jarum suntik (needle), jarum IV Catheter (abocath), jarum spinal, jarum jahit bedah, pisau bedah (bisturi), silet, ampul obat, dll.

H. APD: Alat Pelindung Diri, termasuk sarung tangan, apron, pelindung mata, masker, dan sepatu pelindung dalam beberapa keadaan.

II. Kebijakan KhususA. Pembersihan Ruangan/Bangunan

1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah selesai kegiatan

pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.

3. Cara-cara pembersihan harus terhindar dari hal yang dapat menebarkan debu.4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih yang tepat

dan menggunakan bahan antiseptik.5. Lantai dibersihkan secara rutin 2 kali sehari atau lebih kalau perlu 6. Masing-masing ruang disediakan perlengkapan pel tersendiri, harus dibedakan antara

peralatan luar dan dalam ruangan dengan pemberian tanda berdasarkan warna dan pita strip.

7. Dinding & langit langit dilakukan pembersihan secara periodik dengan jadwal yang tetap tiap 6 bulan sekali, dilakukan cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.

8. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan menggunakan spill kit bahan infeksius yang berisi cairan antiseptik.

9. Furniture dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien gunakan disinfektan klorin 0.05%

10.Gorden tidak boleh menyentuh lantai, diutamakan yang terbuat dari bahan plastik atau sejenisnya dengan permukaan licin sehingga mudah dibersihkan secara moping, dicuci secara periodik tiap 3 bulan sekali atau sewaktu-waktu segera setelah terkontaminasi

Page 4: pengendalian link.docx

cairan tubuh atau abahan infeksius lainnya11.Jaga kasur tetap kering, bersihkan dan disinfeksi permukaan kulit/sarung pembungkus

kasur dan bantal dengan menggunakan disinfektan. Bersihkan dan disinfeksi kasur dan bantal diantara penggunaan pasien ke pasien berikutnya

B. Pembersihan Permukaan1. Permukaan adalah seluruh permukaan dari sarana/ prasarana/ peralatan yang

potensial menampung droplet dan mikroorganisme dan banyak berhubungan dengan pasien/penunggu/karyawan/pengunjung.

2. Yang termasuk ke dalam ruang lingkup permukaan adalah permukaan kaca, permukaan meja makanan, permukaan meja kerja, permukaan bedside cabinet, permukaan trolley, permukaan lantai, permukaan rangka tempat tidur, permukaan peralatan / instrument.

3. Prosedur pembersihana. Permukaan Lantai :

1) Petugas Pelaksana adalah petugas cleaning service diawasi oleh kepala satuan kerja terkait. Pada dasarnya seluruh karyawan RS bertanggung jawab atas kebersihan ruangan dan lingkungan sekitar area tempat kerjanya.

2) Jadwal pel adalah dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari, atau insidentil bila tampak kotor.

3) Area lantai mencakup lantai seluruh bangunan RS, baik ruang rawat inap, rawat jalan/poliklinik, koridor, administrasi dan perkantoran, instalasi-instalasi penunjang, IGD, dan toilet/ kamar mandi umum.

4) Masing-masing ruang disediakan perlengkapan pel tersendiri, harus dibedakan dengan pemberian tanda berdasarkan warna dan pita strip untuk menghindari pencampuran tangkai pel yang digunakan di ruang perawatan, koridor, ruang administrasi, dan dapur.a) Tangkai pel dengan penanda warna biru untuk pengepelan di ruang petugas

dan administrasi,koridor.b) Tangkai pel dengan penanda warna kuning untuk pengepelan di ruang

perawatan.c) Tangkai pel dengan penanda warna hijau untuk pengepelan di ruang dapur.

5) Sebelum prosedur pengepelan harus disiapkan double bucket, warna merah berisi larutan desinfektan, warna biru berisi air bersih untuk pembilas. Penggunaan disinfektan atau bahan aktif pembersih lantai harus sesuai dengan rekomendasi produsen/pabrik.

6) Kain pel harus dibilas setelah mengepel seluas + 36 m² atau setiap pindah dari satu ruangan ke ruangan lainya bila ruangan berukuran kurang dari 36 m² atau setiap kali sudah tampak kotor.

7) Bila ditemukan bercak atau tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya harus ditangani terlebih dahulu menggunakan Spill kit dan mengikuti Prosedur Penanganan Tumpahan Darah dan Cairan Tubuh Lainnya.

8) Bila kegiatan pengepelan selesai, air sisa dalam bucket dibuang ke spoolhoek, kain pel dicuci di atas spoolhoek, kemudian dikeringkan.

9) Tidak diperkenankan menyimpan lap/kain pel dalam keadaan basah atau terendam dalam bucket.

10)Peralatan disimpan di ruang pemeliharaan/janitor. 11)Petugas harus melakukan kebersihan tangan segera setelah kegiatan

pembersihan lantai.b. Permukaan Lain:

Permukaan lain yang perlu didesinfeksi antara lain kereta dorong, tempat tidur, meja di samping tempat tidur, lemari baju, tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV dan remote kontrol. Virus dapat dinon-aktifkan oleh alkohol 70% dan klorin 0,05%. Jika noda terlihat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan pembersihan dengan deterjen yang netraI baru dilanjutkan dengan larutan desinfektan1) Petugas Pelaksana adalah petugas cleaning service di bawah pengawasan

kepala satuan kerja terkait. Pada dasarnya seluruh karyawan RS bertanggung jawab atas kebersihan di tempat kerja mereka masing-masing.

2) Gunakan larutan klorin 0,05 %, atau Larutan Alkohol 70% atau cairan desinfektan khusus permukaan yang ditetapkan rumah sakit dan air bersih

Page 5: pengendalian link.docx

pembilas dalam waskom serta lap bersih. Petugas memakai sarung tangan karet rumah tangga/heavy duty

3) Lakukan moping dengan kain lap yang mengandung disinfektan pada setiap permukaan benda-benda yang akan dibersihkan.

4) Usapkan dengan gerakan searah secara merata.5) Bila kegiatan moping selesai, air sisa dibuang lewat spoolhoek, kain lap

dibersihkan di atas spoel hoek, sarung tangan dibersihkan di atas spoolhoek.6) Peralatan disimpan di ruang pemeliharaan.7) Petugas melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

C. Pembuangan sampah Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi harus dibuang

dalam wadah atau kantong yang sesuai, yaitu :1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning kemudian diikat dengan tali

warna kuning atau diberi tanda "infeksius". 2. Semua sampah dari suatu ruangan atau area yang merawat pasien dengan penyakit

menular melalui udara (air borne) harus ditangani sebagai sampah infeksius.3. Untuk sampah non infeksius / tidak menular gunakan kantong plastik hitam4. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam safety box suatu wadah tahan

tusukan5. Kantong sampah bila sudah 3/4 penuh harus segera diikat dengan tali dan tidak boleh

dibuka kembali.6. Petugas cleaning service yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari

ruangan perawatan/area isolasi harus menggunakan APD lengkap ketika membuang sampah.

7. Kantong pembuangan sampah infeksius perlu diberi label biohazard yang sesuai dan dimusnahkan dengan incinerator.

8. Kantong sampah non infeksius dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Pemerintah Kota Padang.

9. Limbah cair seperti urine atau faeces dibuang dalam sistem pembuangan kotoran yang tertutup/toilet dan disiram dengan air yang banyak.

D. Pembersihan pada akhir perawatan /Terminal Cleaning 1. Kegiatan pembersihan akhir dilaksanakan:

- segera setelah pasien pulang/pindah (meninggalkan ruangan)- secara berkala minimal satu kali dalam seminggu

2. Kegiatan pembersihan akhir harus diterapkan di seluruh unit kerja pelayanan kesehatan di RS X: Ruangan Perawatan Rawat Inap, Kamar Isolasi, Kamar Jenasah, dan Ambulance/mobil Jenasah.

3. Kegiatan dilaksanakan oleh petugas Cleaning Service di bawah pengawasan Kepala Satuan Kerja terkait, dengan cara: Segera setelah mendapatkan konfirmasi pasien pulang/pindah meninggalkan

ruangan), petugas telah menyiapkan segala Alat Pelindung Diri (APD) dan dibawa ke ruangan perawatan terkait.

Ventilasi udara ruangan harus dibuka terlebih dahulu sebelum proses pembersihan dan disinfeksi, dengan membuka jendela dan mengaktifkan exhaust fan.

Lakukan prosedur kebersihan tangan Pasang APD Lepaskan seluruh linen yang terpasang termasuk yang ada di tempat tidur.

Letakkan pada kantong kuning (infeksius), tutup dan beri label Bersihkan ruangan secara keseluruhan mulai dari pintu masuk menggunakan

waslap dengan cairan disinfektan permukaan/ larutan klorin 0,5% mencakup pegangan pintu, seluruh perabot dan segala peralatan yang ada di dalam ruangan, wastafel, lemari, tempat tidur, dan dinding.

Lantai tergantung tingkat kontaminasi dan kekotorannya dibersihkan dengan cairan pembersih lantai atau jika terlalu kotor dibersihkan dengan deterjen, disikat dan dibilas dengan air bersih, dilanjutkan dengan pengepelan menggunakan cairan pembersih lantai

Jika ada tumpahan cairan tubuh tuangkan/semprotkan larutan disinfektan (klorinsecara merata menutupi tumpahan, biarkan sejenak (+ 5 menit) serap dengan kertas sebanyak-banyaknya sampai kering (rujuk Ke: SPO Dekontaminasi;

Page 6: pengendalian link.docx

dekontaminasi tumpahan darah/cairan tubuh). Buang kertas penyerap ke dalam tempat sampah infeksius (kuning).

Setelah proses pembersihan selesai, pasang linen bersih pada tempat tidur. Sebelum meninggalkan ruangan pasien, lepaskan seluruh APD. Lakukan prosedur

kebersihan tangan menggunakan sabun dan air

E. Penyediaan air bersih berkualitas1. Kualitas Air Minum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

2. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus:• Ruang Operasi menggunakan air yg sudah diolah melalui sistem water treatment• Ruang Farmasi dan Hemodialisis menggunakan air yang dimurnikan untuk

penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dalam hemodialisis.3. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans kualitas air dilakukan

oleh petugas dari Instalasi Kesehatan Lingkungan, meliputi :• Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih;• Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air minimal 2 kali dalam 1

tahun;• Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua) kali

setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempat penampungan (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.

• Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama pada air kran dari ruang pengolahan makanan instalasi gizi, kamar operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain yang rawan pencemaran.

• Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium; dan Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.

• Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali.

F. Pemantauan kualitas udara, suhu, kelembaban dan tekanan udara Pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan

gas) dilaksanakan minimum 2 (dua) kali setahun oleh Instalasi Kesehatan Lingkungan. Harus dilakukan pemantauan suhu, kelembaban udara, tekanan udara pada ruangan-

ruangan dan pemantauan suhu pada fasilitas penyimpanan, freezer, biosafety cabinet dan lain-lain oleh petugas masing masing unit kerja yang memiliki sarana dan prasarana tersebut 1 sampai 3 kali sehari, terutama pada ruangan rawat inap, ruangan isolasi bertekanan positif, ruangan isolasi bertekanan negatif, kamar operasi, depo farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Laboratorium Sentral, Instalasi Pemuasaran Jenasah dan lain-lain.

Pemantauan harian tersebut dicatat dalam buku log harian atau lembar pemantauan suhu, kelembaban dan tekanan udara.

Buku log memuat kisaran suhu, kelembaban dan tekanan udara yang diperbolehkan, tanggal dan waktu pembacaan/pengukuran, nilai/hasil ukur yang didapatkan, dan inisial atau tanda tangan petugas memantau/mencatat.

Bila terdapat penyimpangan nilai dari batas normal segera dilaporkan kepada petugas IPS Non Medik, agar dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Page 7: pengendalian link.docx

G. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu Dilakukan oleh petugas Instalasi Kesehatan Lingkungan.1. Pengamatan

a. Nyamuk 1) Pengamatan Jentik

Pengamatan jentik aedes sp. dilakukan secara berkala di setiap sarana penampungan air, sekurang-kurangnya setiap 1 (satu) minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan populasi jentik nyamuk, dilakukan secara teratur. Selain itu dilakukan juga pengamatan jentik nyamuk spesies lainnya di tempat-tempat yang potensial sebagai tempat perindukan vector penyakit malaria di sekitar lingkungan rumah sakit seperti saluran pembuangan air limbah.

2) Pengamatan lubang dengan kawat kasa.Setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk.

3) Konstruksi pintu harus membuka ke arah luarb. Kecoa

1) Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya kotoran, telur kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap ruangan.

2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter, setiap 2 (dua) minggu.

3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan upaya pemberantasan.

c. TikusMengamati/memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan di tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan adanya keberadaan tikus antara lain: kotoran, bekas gigitan, bekas jalan, dan tikus hidup. Ruang-ruang tersebut antara lain di daerah bangunan tertutup (core) rumah sakit, antara lain instalasi gizi, ruang perawatan, laboratorium, ICU, radiology, IGD, ruang operasi, ruang genset/panel, ruang administrasi, kantin, kamar bersalin, dan ruang lainnya.

d. LalatMengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly grill pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti tempat sampah, saluran pembuangan limbah rumah sakit, kantin, rumah sakit, dan dapur.

e. Binatang penggangguMengamati/memantau secara berkala kucing dan anjing.

2. Pencegahana. Nyamuk

1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras, Menutup (3M)

2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup.3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat

perindukan.4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama

Page 8: pengendalian link.docx

di ruang perawatan anak.b. Kecoa

1) Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat tertutup.2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam

ruangan.c. Tikus

1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu, dan jendela.

2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.d. Lalat

Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memenuhi syarat kesehatan.e. Binatang pengganggu lainnya

Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

3. Pemberantasana. Nyamuk

1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. > 0 dengan abatisasi.

2) Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan menggunakan predator.3) Melakukan oiling untuk memberantas culex.4) Bila diduga ada peningkatan kasus demam berdarah yang tertular di rumah

sakit, maka dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit.c. Kecoa

Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar/dihancurkan.

Pemberantasan kecoaPemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi.

a) secara fisik atau mekanis :- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul- Menyiram tempat perindukan dengan air panas- Menutup celah-celah dinding

b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.

d. TikusMelakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan dan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.

e. LalatBila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka dilakukan pengendalian lalat secara fisik, biologik, dan kimia.

f. Binatang pengganggu lainnyaBila terdapat kucing dan anjing, maka dilakukan penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.

H. Peran dan Mekanisme Kerja1. Peran Direksi

a. Menentukan kebijakan pengelolaan sampah rumah sakitb. Dukungan Anggaran Pembiayaan untuk kegiatan pengendalian lingkungan c. Pembinaan dan pengawasan tehadap pengendalian lingkungan di RSUP DR.

M.Djamil Padang.d. Menjalin kerjasama/MOU dengan pihak ketiga penyedia jasa kebersihan (cleaning

service) dan Pemerintah Kota Padang untuk mendapatkan jaminan keutamaan dalam penanganan sampah akhir rumah sakit.

2. Peran Komite PPIRS a. Advokasi dan Sosialisasi

Advokasi untuk mendapatkan dukungan direksi. Sosialisasi kebijakan dan Program PPIRS kepada seluruh unit kerja di lingkungan RS X tentang pengendalian lingkungan.

b. Penyusunan PedomanMenyusun pedoman/panduan yang bersifat lebih teknis operasional sesuai dengan

Page 9: pengendalian link.docx

kebutuhan di lapanganc. Evaluasi penyelenggaran kebijakan pengendalian lingkungan di RS Xd. Audit dan Rekomendasi

Komite PPIRS melakukan audit kepatuhan dalam pelaksanaan pengendalian lingkungan dan memberikan rekomendasi serta tindak lanjut kepada direksi dalam pelaksanaan kebijakan pengendalian lingkungan di RS X.

3. Peran Tim PPIRS a. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi

Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan pengendalian lingkungan sampah dengan mengunjungi ruangan rawat inap dan lingkungan rumah sakit setiap hari

b. Komunikasi, Edukasi dan InformasiMemberikan edukasi, layanan Orientasi dan informasi, pelatihan kepada petugas, pasien dan keluarga tentang pengendalian lingkungan RS

c. Sosialisasi. Mengadakan Sosialisasi kebijakan pengendalian lingkungan, agar dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan di RS X

d. MotivatorInfection Prevention and Control Nurse (IPCN) memberikan Motivasi dan Teguran tentang kepatuhan pelaksanaan kebijakan pengendalian lingkungan di RS X

e. Audit dan RekomendasiKomite PPIRS melakukan audit kepatuhan dalam pelaksanaan pengendalian lingkungan dan memberikan rekomendasi serta tindak lanjut kepada direksi dalam pelaksanaan kebijakan pengendalian lingkungan di RS X.

4. Instalasi Kesehatan Lingkungan Menjamin pelaksanaan pengendalian lingkungan, ventilasi, kualitas udara, suhu, kelembaban dan pencahayaan yang mengurangi resiko penularan infeksi dengan melaksanakan pemantauan secara berkala. Instalasi Penyehatan Lingkungan menjamin ketersediaan alat/bahan dan terlaksananya pengendalian lingkungan, termasuk pengendalian sampah/limbah rumah sakit.

5. Instalasi Pemeliharaan Sarana Non Medik menjamin pelaksanaan pemeliharan sarana dan prasarana fisik RS secara berkala

6. Cleaning Service menjamin kebersihan lingkungan rumah sakit dan pelaksanaan kebersihan lingkungan dengan menggunakan alat dan prosedur yang sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit, termasuk penggunaaan alat pelindung diri, bahan disinfektan, dan sebagainya.

7. Bidang Diklit bekerjasama dengan Komite/Tim PPIRS melakukan pendidikan dan pelatihan dasar pengendalian infeksi bagi setiap petugas Cleaning Service yang bekerja di RS X.

8. Bagian Perencanaan dan Unit Layanan Pengadaan dalam pengadaan jasa pihak ketiga memastikan segala ketentuan yang berlaku dalam kebijakan direktur utama tentang pengendalian lingkungan di RS X menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dokumen penawaran dan MOU yang akan disepakati.

9. Unit Kerja lain: seluruh Kepala Bagian, Bidang, Instalasi, Pengawas, Penanggung Jawab/Kepala Ruangan menjamin terlaksananya pengendalian lingkungan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan di satuan kerjanya masing-masing.

III. Pembinaan dan PengawasanPembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Direksi RS X melalui Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS). Pembinaan dapat dilaksanakan antara lain melalui pelatihan, simulasi, penyuluhan, bimbingan teknis dan temu konsultasi dan lain-lain.Pengawasan internal dilakukan oleh kepala satuan kerja yang terlibat di lingkungan RS X, dan pengawasan eksternal dilakukan oleh Komite dan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.

Page 10: pengendalian link.docx

IV. PenutupDemikianlah kebijakan ini dibuat untuk dilaksanakan semestinya.

Dikeluarkan di ……..Tanggal ……………………… Direktur Utama,

Dr. Yunier Salim MARSNIP. 1957 14061987101001