Pengenalan Lapangan Kebumian

130
BAB I PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT GEOLOGI 1.1. Pendahuluan Pandangan bagi seorang ahli dalam bidang pertambangan, ”geologi” berarti suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi sedangkan ”alat” berati suatu media yang diperlukan dalam suatu pekerjaan, praktek lapangan, penelitian dan lain sebagainya. Alat geologi adalah peralatan atau perlengkapan yang diperlukan dalam praktek lapangan/pengolahan data, pemetaan dan lain sebagainya, merupakan cara-cara yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur, dan sifat batuan yang ada pada suatu singkapan. Kajian lapangan merupakan dasar yang utama untuk cara yang sederhana, misalnya dengan mengunjungi suatu singkapan atau tempat-tempat pengalian, membuat sketsa dan catatan mengenai hubungan batuannya, mengumpulkan contoh batuan, dengan mengambil data di lapangan secara langsung sehingga diperlukan kondisi dalam pengoperasian alat geologi sehingga data yang didapat bisa lebih akurat. Adapun perlengkapan dasar yang harus disiapkan sebelum melakukan kegiatan Geologi lapangan yaitu: 1

description

pengenalan lapangan kebumian angkatan 2010

Transcript of Pengenalan Lapangan Kebumian

BAB I

BAB I

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN

ALAT GEOLOGI1.1. Pendahuluan Pandangan bagi seorang ahli dalam bidang pertambangan, geologi berarti suatu ilmu yang mempelajari tentang bumi sedangkan alat berati suatu media yang diperlukan dalam suatu pekerjaan, praktek lapangan, penelitian dan lain sebagainya. Alat geologi adalah peralatan atau perlengkapan yang diperlukan dalam praktek lapangan/pengolahan data, pemetaan dan lain sebagainya, merupakan cara-cara yang digunakan untuk mempelajari dan menafsirkan struktur, dan sifat batuan yang ada pada suatu singkapan. Kajian lapangan merupakan dasar yang utama untuk cara yang sederhana, misalnya dengan mengunjungi suatu singkapan atau tempat-tempat pengalian, membuat sketsa dan catatan mengenai hubungan batuannya, mengumpulkan contoh batuan, dengan mengambil data di lapangan secara langsung sehingga diperlukan kondisi dalam pengoperasian alat geologi sehingga data yang didapat bisa lebih akurat.

Adapun perlengkapan dasar yang harus disiapkan sebelum melakukan kegiatan Geologi lapangan yaitu:

1. Palu geologi

2. Kompas geologi3. GPS (Global Positioning System)4. Pita atau tali ukur (Meteran 5/50 Meter)

5. Buku catatan lapangan6. Tas lapangan 7. Kamera

8. Clipboard9. Kantong contoh batuan1.2. Perlengkapan Alat Geologi

1.2.1. Palu GeologiJenis palu geologi yang digunakan ada dua jenis yaitu Pick Point yaitu jenis yang berujung runcing, umumnya di pakai didaerah batuan yang keras ( batuan beku dan batuan metamorf ). Sedangkan jenis yang lain adalah Chisel point yang berujung seperti pahat. Umumnya dipakai untuk batuan yang berlapis ( batuan sedimen ).Palu geologi digunakan untuk membersihkan suatu singkapan batuan yang tertutup dengan tujuan memudahkan penempatan kompas untuk mencari kedudukan dan kemiringan suatu batuan / singkapan tersebut.

Gambar 1.1. Palu Geologi

1.2.2. Kompas Geologi

Kompas adalah alat untuk mengukur atau menentukan arah mata angin yang beracuan dengan medan magnet bumi (sudut utara), yang selalu di tunjukkan dengan arah jarum kompas. (North South).

1. Azimuth

Pada kompas Azimuth (pembagian lingkaran 3600) selalu dibaca jarum Utara, dan kemudian diamati angka yang ditunjuknya. Biasanya jarum Utara dibedakan dengan jarum Selatan dengan diberi tanda putih atau merah pada ujungnya.

Untuk menyatakan arah, dibaca : N 2300 E (pembacaan selalu melalui arah E).2. Strike dan Dip

Jika kita melakukan dengan menggunakan kompas geologi, ada istilah pengukuran strike (perlapisan), yang dimana bagian sisi kompas (umumnya bagian E) ditempelkan pada bidang yang diukur. Pada waktu kedudukan kompas horizontal (dengan mengukur kedudukan gelembung udara ditengah), harga yang ditunjukkan jarum kompas adalah harga jurus.Ada pula istilah pengukuran Dip (kemiringan), dengan menemplekan bagian sisi kompas (umumnya bagian W), pada bidangan dengan posisi tergak lurus jurus yang telah diukur. Klinometer diatur sehingga gelembung udara terletak ditengah. Harga yang terbaca merupakan besarnya kemiringan.3. penentuan arah dip

Didalam penentuan arah dip yang harus diperhatikan adalah arah Utara derajat serta peletakan garis tegak lurus, karena jika salah maka Dip juga akan salah.

Gambar 1.2. Kompas Geologi dengan Bagian-bagiannya.Bagian bagian dari kompas geologi :

a. Jarum magnet

Ujung jarum bagian utara selalu mengarahkan kekutub utara magnet bumi ( bukan kutup utara geografi ). Dalam hal ini arah utara sebenarnya harus dikoreksi tarhadap iklinnasi dan diklinnasi yang harganya tergantung posisi kutup magnit bumi di daerah mana kompas itu digunakan.

- inklinasi : Kecondongan jarum kompas yang disebabkan letak geografis suatu daerah. Pada dasarnya , sebelum kompos geologi itu dapat diguanakan dengan baik, kedudukan jarum kompas horizontal. Untuk itu bisa digunakan beban ( bisanya ada ) yang dapat digeser sepanjang jarum kompas

- Deklinasi : Sudut yang dibentuk arah utara jarum kompos dan arah utara sebenarnya ( sudut penyimpangan ). Untuk menyusuaikan agar kompas yang akan dipakai menunjukan arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus digeser dengan cara memutar adjusting screw yang terdapatpada sisi kompas sebesar deklinasi.b. Lingkaran Pembagian Derajat (Graduated Circle).

Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu kompas kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0 pada arah utara (N) sampai 360, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas Kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0 pada arah utara (N) dan selatan (S), sampai 90 pada arah timur (E) dan barat (W).c. Klinometer

Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan dilengkapi dengan gelembung pengatur horisontal dan pembagian skala (gambar A dibawah ini). Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.

Gambar 1.3. Klinometer

d. Nivo Bull EyesDalam pengukuran strike, Nivo Bull Eyes berguna untuk menunjukkan posisi level dari kompas yang kedudukannya dihorizontalkan, maka harga yang ditunjukkan oleh jarum utara kompas adalah harga jurus bidang yang diukur.

Dalam pengukuran dip, Nivo Bull Eyes digunakan untuk menunjukkan posisi level pada saat elinometer diatur samapi gelembung udaranya berada di tengah. Harga yang ditunjukkan oleh penunjuk pada skala elinometer adalah besarnya sudut kemiringan dari bidang yang diukur. Penggunaan kompas geologi:

a. Untuk menentukan arah

- Kompas dipegang dengan setingi dada atau pinggul dan arahkan ke udara

- Kompas dibuat level / horizontal.

- Cermin dibuka kurang lebih () 135

- Kompas diputar sedemikian rupa sehingga arahnya yang dituju tampak pada cermin.

- Baca derajat yang ditunjukan oleh jarum kompas.

Gambar 1.4. Untuk Menentukan Arahb. Untuk mengukur kemiringan suatu lereng

- Tutup kompas dibuka 45

- Kompas dipegang dengan tangan yang ditekuk pada posisi vertikal

- Melalui lubang VIP kita dapat membidik suatu kemiringan

- Kemudian stec klinometer hingga dalam keadaan level

- Baca derajat yang ada dibawah klinometer

Gambar 1.5. Mengukur Kemiringan Suatu Lereng.

c. Untuk mengukur kedudukan unsur struktur

- Menentukan arah perlapisan (strike), yaitu dengan menempelkan sisi East pada kompas dan baca arah singkapannya

- Menentukan kemiringan (Dip), yaitu dengan menempelkan sisi West dengan memutar klinometer sampai posisi nivo tabung stabil/level

- Menentukan arah kemirngan, yaitu dengan menempelkan sisi South horizontal kompas hingga posisi nivo mata sapi level, angka yang ditunjukan oleh jarum utara kompas merupakan harga dari awal kemiringan.

Gambar 1.6. Pengukuran Kedudukan Struktur Bidang.Keterangan:

a. Pengukuran Jurus

b. Pengukuran Kemiringan

c. Pengukuran Arah Kemiringan1.2.3. Global Positioning System ( GPS )GPS adalah alat untuk menentukan koordinat / batas-batas wilayah, elevasi dengan bantuan satelit sehingga mudah untuk mendapatkan suatu titik / lokasi pengamatan. Pengertian secara khusus GPS yaitu alat navigasi untuk mengetahui koordinat suatu titik dimana kita berada. Sekarang ini telah dibuat GPS selain sebagai alat navigasi juga untuk kebutuhan survey pemetaan tofografi dan geologi di darat (onshore) maupun di laut (offshore). Posisi dan lintasan pemetaan dapat terbaca pada saat GPS dinyalakan. GPS satu-satunya sistem navigasi satelit yg berfungsi dengan baik, sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro kebumi, sinyal ini diterima oleh alat penerima dipermukaan dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu.Untuk kebutuhan pemetaan geologi gunakan GPS saku dengan tingkat ketelitian alat adalah 30 meter dengan angka koordinat yang ditampilkan adalah koordinat geografis dan UTM atau tergantung setting dari alat tersebut.

Gambar 1.7. Global Positioning System (GPS) GARMIN 60Bagian Bagian tombol Global Position System (GPS)1. POWER

Menghidupkan dan mematikan GPS Menghidupkan dan mematikan lampu layar2. IN Membesarkan peta yang ada pada layar GPS3. OUT Mengecilkan peta yang ada pada layar GPS4. NAVIGASI Untuk Mengarahkan Skrole5. FIND Membuka Menu Penyimpanan Data6. ENTER Konfirmasi masukan data atau memilih menu

Tekan dan tahan tombol ENTER untuk mengaktifkan menu mark waypoint7. PAGE Untuk menampilkan menu.8. MENU

Menampilkan menu utama9. QUIT untuk kembali ke menu sebelumnya.10. MARK

untuk mengambil koordinat dimana kita berdiri atau di posisi kita berdiriMain Menu :1. Way point : memasukan data - rename new delete done

2. Way point list : melihat kembali data yang sudah disimpan dalam GPS Caranya data dari way point dimasukan dalam routes.

3. Setup menu : untuk pengaturan GPS4. system : untuk mengatur tanggal, dll.

5. navigation : untuk mengatur jenis koordinat.

6. Alarm : tanda yang disetujui dari pengaturan way point sudah dekat dan alarmnya berbunyi

7. Language : bahasaGlobal Position System ( GPS ) Penerima / RECEIVER: satelit navigasi

satelit bumi sebagai pengelola satelitKemampuan :

Posisi : Geographic Coordinat System ( GCS ), lintang / bujur

GEOID : lengkung permukaan bumi

Word Geodetik System (WGS): mengukur obyek yang diam pengukuran spatik

mengukur obyek yang bergerak pengukuran kinetik type GPSNavigasi : arah ( < 5 m )

Geodetik : absolut ( 2 cm ) Mengukur lokasi pengamatan real time / kapan saja.Tingat ketelitian yaitu :1. Data yang dipakai2. Jenis receiver3. Gangguan / noise kesalahan bias dilonosfer, hindari pengambilan data pukul 10.00-14.00Teknik pengambilan data :

DGPS:Defferential Global Position System base/tetap, mobile/bergerak

RTK: Real Time KinetikWAAS: Wide Area Augmentation System.1.2.4. Pita atau Tali Ukur (Meteran)

Meteran digunakan untk pengukuran ketebalan batuan pada lokasi pengamatan, dimana data tebal batuan kita butuhkan untuk mengetahui litologi apa saja yang ada di daerah penelitian.

1.2.5. Buku Catatan Lapangan

Hasil catatan lapangan merupakan data penting dalam pembuatan laporan geologi. Untuk itu catatan lapangan harus terbuat baik, tulisannya dapat dibaca dan dimengerti dengan jelas oleh orang lain. yang mungkin memerlukan dikemudian hari untuk pekerjaan kita seumpamanya pekerjaan tersebut belum selesai.

Agar tulisannya tidak luntur karena terkena air atau lembab, maka tulisan harus menggunakan pensil yang agak runcing dan tidak dibenarkan menggunakan tinta.1.2.6. Tas Lapangan

Tas lapangan di gunakan unntuk menyimpan peralatan lapangan yang kita gunakan agar memudahkan dalam membaawa peralatan lapangan pada waktu penelitian di lapangan.

1.2.7. kamera

Kamera digunakan untuk mengambil gambar fisual lapangan untuk dokumentasi lapangan contohnya pengambilan gambar singkapan, foto bentang alam, dll.

1.3. Kegiatan dan Pengukuran Dilapangan1.3.1. Penentuan LokasiDidalam kalangan pemetaan geologi secara populernya disebut Penentuan Lokasi atau Lokasi saja. Perlu diketahui bahwa prosedur yang penting didalam melakukan suatu pemetaan geologi ada 3, yaitu :1. Pengamatan batuan pada singkapan.

2. Penentuan letak dari pada tempat-tempat dimana pengamatan tersebut dilakukan.

3. Memasukan data yang diamati tersebut kedalam peta dasar.

4. Disini jelas bahwa hal (2) dan (3) harus dilakukan dengan teliti dan tepat. Secara tidak berlebihan dapat dikatakan bahwa nilai dari suatu peta geologi akan sangat ditentukan oleh ketelitian dan ketetapan memasukan data yang diamati pada peta. Kesalahan memasukan data akan mengakibatkan dihasil suatu peta geologi yang menyesatkan. Dibawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pemeta untuk menentukan letak dari pada titik-titik pengamatan dengan menggunakan peta topografi dan kompas. Cara mana yang paling baik masih harus dipilih oleh si pemeta dengan melihat keadaan medan.

a. Dengan melihat dan mengamati keadaan bentuk bentang alam disekitar titik pengamatan, dan disesuaikan dengan peta.

Umpamanya : Kelokan sungai, suatu bukit yang menonjol atau perpotongan sungai, jalan dan sebagainya.

b. Dengan jalan menarik garis yang terarah terhadap suatu obyek yang jelas dan dapat dikenal dengan segera dalam peta. Hanya data-data yang terletak pada bentuk-bentuk yang berupa garis lurus sering dapat ditentukan dengan cara demikian seperti jalan, sungai, gunung.

5. Dengan menentukan titik perpotongan antara garis-garis yang terarah pada obyek-obyek yang dapat dikenal dari peta, misalnya puncak-pncak bukit. Biasanya diambil 3 titik yang nyata dan arahnya dari kompas.

6. Kadang-kadang kita hanya dapat menarik satui garis saja. Dan kalau kita tidak dapat mengetahui ketinggian dari tempat dimana kita berada, maka perpotongan antara garis itu dengan garis countur adalah titik lokasi yang dimaksud. Untuk mendapatkan ketelitian, biasanya kalau mungkin kita terapkan lebih dari satu cara menentukan satu titik pengematan.

1.3.2. Pengamatan di LapanganSemua yang dapat dilihat di lapangan mempunyai arti tertentu, merupakan kewajiban bagi peneliti untuk mencatat segala yang diamati, walaupun yang ada pada saat itu mungkin tampak tidak terlalu penting, Tetapi diwaktu yang akan datang hal tersebut merupakan kunci atau keterangan tambahan bagi hal-hal yang belum terpecahkan.Ada hal-hal pokok yang harus direkam oleh pemeta dalam buku lapangannya, yaitu :1. Unsur-unsur struktur : jurus dan kemiringan untuk struktur bidang (misalnya bidang lapisan, sesar, kekar, foliasi dan lain-lain), serta arah penjaruman untuk struktur garis (misalnya : sumbu microfold, gores garis liniasi mineral, dan lain-lain).

2. Diskripsi litologi : dilapangan harus diusahakan pada singkapan yang baik, serta diharapkan dapat mewakili suatu satuan degan cara mendiskripsi batuan.

3. Membuat sketsa atau potret : mungkin keduanya perlu dilakukan, sebab dengan foto saja kemunkinan gagal, dan pula sketsa dapat memperjelas hal-hal yang ingin ditonjolkan.BAB II

PETROLOGI DAN MINERALOGI2.1. Pendahuluan

Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi, sehingga mengenal macam-macam dan sifat batuan adalah sangat penting. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi. Dan merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang menghablur. Yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia ataupun mekanis serta proses erosi dari batuan. Dalam praktikum dan kuliah akan diberikan latihan membedakan batuan yang lazim didapatkan di alam. Dengan cara mendiskripsikan secara megaskopus dari contoh-contoh batuan di laboratorium atau diskripsi langsung kelapangan pada suatu singkapan batuan. Sehingga diharapkan praktikum dapat mengenal Rock Forming Mineral dan dapat mendiskripsikan secara baik dan benar.

Mineralogi berasal dari dua kata yaitu mineral dan logos yang berarti salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terjadinya dan kegunaan.

Mineral (menurut Berry dan Mason) adalah bentuk padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk alam secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas tertentu dan sifat fisik yang tertentu pula dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

2.2. Definisi Petrologi

Petrologi adalah salah satu dari segi dalam pengetahuan geologi yang mempelajari sejarah dan cara terjadinya batuan di alam serta proses-proses perubahan yang dialaminya. Definisi lainnya petrologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi yang mencakup mengenai cara terjadinya, komposisi, klasifikasi, batuan tersebut dan hubungannya dengan proses-proses geologi dan sejarah geologinya. Kedalam petrologi termasuk pula penelitian-penelitian petrografi ( contoh batuan dibuat dalam sayatan tipis 0,032 mm dan diamati dengan mikroskop polarisasi ) dan petrogenesis ( Penentuan proses terjadinya batuan berdasarkan data yang diperoleh di lapangan ). Tekstur menunjukkan aspek geometri butir-butir mineral yang mencakup besar butir, betuk, dan hubungan satu sama lain; sehingga pula dikatakan bahwa ia merupakan data keadaan fisika dan kimia pada waktu terjadinya batuan.

a. Klasifikasi Batuan

1. Batuan Beku (Igneous Rock)Adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma.Dibentuk dari magma / lava yang membeku kemudian mengkristal menjadi batuan. Terdiri dari kumpulan mineral-mineral silika yang interlocking (saling mengunci) atau kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil pengebluran magma yang mendingin (Walter T. Huang, 1962).Magma : batuan yang intrusif

Lava : batuan yang ekstrusif

2. Batuan Sediment (Sedimentary Rock)

Batuan yang terbentuk akibat proses diagnesa dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Dibentuk dari akumulasi sedimen yang kompak (keras) kemudian terlapiskan, terdiri dari fragmen batuan yang mempunyai ukuran bervariasi, mineral mineral yang stabil, sisa kehidupan, hasil kimiawi, evaporasi atau hasil campuran tersebut diatas.

Dapat juga terjadi akibat prises pelapukan, desintegranasi ( mekanis ) secara kimia ( dekomposisi ) perombakan material yang bercampur didalam suatu larutan.

Gambar 2.1. Proses Terjadinya Batuan Sedimen.3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)Batuan yang terbentuk oleh proses metamorfosa pada batuan yang telah ada pada sebelumnya sehingga mengalami perubahan komposisi mineral, tekstur, tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa berubah fase.

Gambar 2.2. Proses terjadinya batuan Metamorf.

Sedimentologi

Cabang ilmu geologi khususnya mempelajari batuan sedimen sifat sifat fisisnya, tempat dalam kerangka geologi, proses pembentukannya dan lingkungan pengendapan. Metode Penyelidikan Sedimentologi : Observasi lapangan

Statistik

Experimental

Identifikasi

Analisa laboratorium ( mineral, tekstur, kimia ) Sifat-sifat Dan Pemerian Batuan Sedimen: Sifat Umum

Pelapisan dan struktur batuan

Tekstur batuan sedimen

Kandungan fosil

Perlapisan dan Lapisan

Pengertian

Grain size variation

Color variation

Lithologio concentration

Mineral concentrtion

- Pembentukan perlapisan - Arti perlapisan bagi stratigrafi Struktur Sedimen Kelainan-kelainan dari perlapisan normal ( menunjukan lingkungan pengendapan). Contoh : Graded bedding, cross bedding, laminasi, perlapisan, masif.

Gambar 2.3. Struktur Laminasi Gambar 2.4. Struktur Perlapisan

Gambar 2.5. Struktur Graded Bedding Gambar 2.6. Silang Siur

Gambar 2.7. Struktur Masif

Pemahaman Litologi Suatu Batuan :

Pemberian nama dan istilah

Macam fragmentasi dan butiran pembentuk

Semen, masa dasar

Warna

Besar butir

Kemas

Mineral sedikit

Porositas / Permeabilitas

Kandungan fosil

Analisa lithology Dan Interpretasi Lingkungan

Dengan pemerian yang lengkap lingkungan pengendapan dapat ditafsirkan berdasarkan ciri-ciri yang kas (tertentu).Pemerian Litologi Yang Sistematis

Pemerian yang secara teratur menurut suatu standart dalam aturan-aturan urutan sifat-sifat yang diberi / keseragaman istilah yang dipakai maupun dalam singkatan kata-kata.Tekstur Sedimen Klastik

Ukuran Butir (Grain Zize) Didasarkan pada skala WENTWORTH, 1922

Tabel 2.1. Ukuran Butir Batuan Sedimen.

Nama ButiranUkuran ButiranNama Batuan

Bongkah

Berangkal

Kerakal

Kerikil>256

64 - 256

4 - 64

2 4Breksi : Fragmennya runcing

Konglomerat : Fragmennya membulat

Pasir sangat kasar

Pasir Kasar

Pasir sedang

Pasir halus

Pasir sangat halus1 2

1/2 - 1

1/4 1/2

1/8 1/4

1/16 1/8Batu pasir

Lanau1/16 1/256Batu Lanau

Lempung 2 mm

Sakaroidal : Kristal sangat halus, ukuran gula

Kristalin : Tersusun oleh kristal

Fosiliferous : Ditunjuk oleh adanya fosil

b. Siklus Batuan Gambar. 2.9 siklus batuan

1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.

2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah hujan asam yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.

3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.

1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.

2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.

3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.

4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.

1. Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.

2. Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.

3. Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.

1. Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat cepat sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan tidak mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.

2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk akibat gas yang terkandung dalam batuan atau yang sering disebut gas bubble.

1. Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat lambat sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.

2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif memperlihatkan angular interlocking.

Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di bumi.2.3. Teori Tektonik Lempeng (Sekunder asikin)Tektonik Setting Cekungan TarakanPerkembangan struktur-struktur di Sub-cekungan Tarakan, Cekungan Tarakan berlangsung dalam beberapa tahapan yang mempengaruhi pengendapan sedimen pada area tersebut. Konfigurasi secara struktural sudah dimulai oleh rifting sejak Eosen Awal, menyebabkan perkembangan dari graben-graben dan horst-horst yang tersesarkan. Pada graben-graben ini terdapat sedimen-sedimen tertua pada sub-cekungan ini, seperti Formasi Sembakung yang terkompaksi kuat. Meskipun sedimen-sedimen pra-Tersier tidak terpenetrasi pada banyak sumur yang dibor pada daerah tersebut, seismik yang dilakukan dapat mendeteksi keberadaan sedimen-sedimen tersebut (Biantoro dkk., 1996).

Proses Rifting berjalan secara kontemporer dengan pengangkatan di bagian barat dari sub-cekungan yang mengontrol siklus-siklus pengendapan sedimen pada sub-cekungan tersebut. Pengangkatan pada Eosen Tengan menyebabkan erosi pada Tinggian/Punggungan Sekatak dan dimulainya pengendapan sedimen-sedimen dari siklus yang pertama (Siklus 1).

Pengendapan siklus yang kedua (Siklus 2) dimulai sejak pengangkatan Oligosen Awal, dengan sedimen-sedimen yang diendapkan secara ketidakselarasan terhadap Siklus 1. Sedimen-sedimen Siklus 2 ini diendapkan pada fasa transgresif. Fasa ini berubah menjadi regresif ketika proses rifting dan pengangkatan mencapai puncaknya pada akhir dair Miosen Akhir. Pengangkatan yang kedua ini berbeda dengan proses pengangkatan pertama karena berkembang ke arah timur dan menghasilkan Punggungan Dasin-Fanny. Proses rifting dan pengangkatan ini menghasilkan sesar-sesar normal yang memiliki arah timurlaut-baratdaya.Gambar Tektonik Sub-Cekungan Tarakan (Modifikasi dari Biantoro dkk., 1996). Proses-proses rifting, pengangkatan, dan reaktivasi sesar-sesar tua mempengaruhi perkembangan struktur dan siklus pengendapan di Sub-Cekungan Tarakan.

Gambar 2.10

Siklus 3 yang regresif kemudian diendapkan di lingkungan transisional-deltaik. Sedimen-sedimen yang diendapkan dalam jumlah yang besar menyebabkan rekativasi dari sesar-sesar tua yang terbentuk selama Oligosen sampai Miosen Awal yang berkembang menjadi growth fault. Petumbuhan dari sesar-sesar tersebut berhenti untuk sementara waktu pada awal pengendapan dari Formasi Santul dikarenakan oleh terjadinya fasa trangresif yang pendek. Pensesaran tersebut berlangsung selama Pliosen ketika siklus pengedapan keempat (Siklus 4), yaitu Formasi Tarakan diendapkan.

Aktivitas Tektonik pada Pliosen Akhir-Pleistosen bersifat kompresif dan menghasilkan sesar-sesar strike-slip. Di beberapa tempat, kompresi ini menginversikan sesar-sesar normal menjadi sesar-sesar naik (Biantoro dkk., 1996). Kegiatan tekonik yang menyebabkan pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran keseluruhan daerah cekungan Tarakan ketidakselarasan di beberapa tempat (Pliosen Akhir) Pada Siklus 5 yang merupakan siklus pengendapan terakhir pada sub-cekungan ini, diendapakan Formasi Bunyu.StatigrafiBatuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-sedimen berumur tua, meliputi Formasi Danau (Heriyanto dkk., 1991) atau disebut juga Formasi Damiu (IBS, 2006), Formasi Sembakung, dan Batulempung Malio. Sedimen-sedimen tersebut telah terkompaksi, terlipatkan, dan tersesarkan.Formasi DanauFormasi Danau terdeformasi kuat dan sebagian termetamorfosa, mengandung breksi terserpentinitisasi, rijang radiolaria, spilit, serpih, slate, dan kuarsa.

Formasi Sembakung dan Batulempung MalioFormasi Sembakung diendapkan di atas Formasi Danau secara tidak selaras. Formasi ini terdiri dari sedimen volkanik dan klastik yang berumur Eosen Awal-Eosen Tengah. Di atas Formasi Sembakung diendapkan batulempung berfosil, karbonatan, dan mikaan yang dikenal dengan Batulempung Malio yang berumur Eosen Tengah.

Gambar 2.11. Kolom Stratigrafi Cekungan Kalimantan Timur Utara Siklus 1: Formasi Sujau, Mangkabua, dan Selor (Eosen Akhir Oligosen)Sedimen-sedimen pada Siklus 1 diendapkan secara tidak selaras terhadap Formasi Sembakung dan memiliki lingkungan pengendapan dari laut littoral sampai dangkal. Formasi Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan batupasir), serpih, dan volkanik. Klastika Formasi Sujau merepresentasikan tahap pertama pengisian cekungan graben-like yang mungkin terbentuk sebagai akibat dari pemakaran Makassar pada Eosen Awal. Produk erosional dari Paparan Sunda di sebelah barat terakumulasi bersamaan dengan endapan gunungapi dan pirokasltik pada bagian bawah siklus ini. Keberadaan lapisan-lapisan batubara dan interkalasi napal pada bagian bawah mengindikasikan fasies pengendapan danau yang bergradasi ke atas menjadi lingkungan laut. Batugamping mikritik dari Formasi Seilor diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sujau dan Formasi Mangkabua yang terdiri dari serpih laut dan napal yang berumur Oligosen menjadi penciri perubahan suksesi ke basinward. Batuan sedimen siklus 1 terangkat, sebagian tersingkap dan tererosi sebagian di tepi barat dari cekungan berkaitan dengan aktivitas volkanisme yang terjadi sepanjang tepian deposenter pada akhir Oligosen.

Siklus 2: Formasi Tempilan, Formasi Taballar, Napal Mesalai, Formasi Naintupo (Oligosen Akhir Miosen Tengah).Sedimen-sedimen yang diendapkan di atas sedimen sebelumnya secara tidak selaras. Sedimen-sedimen tersebut merupakan sikuen-sikuen transgersif dan tidak terlalu terdeformasi. Fasies klastik basal dari Formasi Tempilan diendapkan pertama kali pada siklus ini dan diikuti oleh batugamping mikritik dari Formasi Taballar. Formasi Taballar merupakan sikuen paparan karbonat dengan perkembangan reef lokal Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Formasi ini secara gradual menipis ke arah cekungan terhadap napal Mesalai yang kemudian berubah menjadi Formasi Naintupo di atasnya. Formasi Naintupo terdiri dari lempung dan serpih yang bergradasi ke atas menjadi napal dan batugamping yang menandakan meluasnya genang laut di cekungan Tarakan.

Siklus 3: Formasi Meliat, Formasi Tabul, dan Formasi Santul (Miosen Tengah Miosen Akhir).Sedimen-sedimen dari siklus 3 ini terdiri dari sikuen-sikuen deltaik regresif yang terbentuk setelah tektonisma Miosen Awal (Orogenesa Intra-Miosen). Siklus sedimentasi ini terbagi menjadi 3 formasi, yaitu: Formasi Meliat, Tabul, dan Santul. Perbedaan sikuen deltaik antara formasi-formasi tersebut sulit untuk diuji dan dibedakan mengingat sedikitnya fosil-fosil yang dapat ditemukan dan kesamaan litologi antar formasi-formasi tersebut. Pengangkatan yang terjadi menyebabkan berhentinya fasa genang laut dan perubahan lingkungan pengendapan yang semula bersifat laut terbuka menjadi lebih paralik. Perubahan ini mengawali pola pengendapan baru di Cekungan Tarakan yang membentuk delta-delta konstruktif dengan progradasi dari barat ke timur.

Formasi Meliat merupakan nama formasi tertua dari siklus 3 dan diendapkan secara tidak selaras dengan Serpih Naintupo. Formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih karbonatan, dan batugamping tipis. Di beberapa bagian, Formasi Meliat terdiri dari batulanau dan serpih dengan sedikit lensa-lensa batupasir. Formasi Tabul terdiri dari batupasir, batulanau, dan serpih yang kadang disertai dengan kemunculan lapisan batubara dan batugamping. Bagian paling atas dari siklus ini adalah Formasi Santul. Pada formasi ini sering dijumpai lapisan batubara tipis yang berinterkalasi dengan batupasir, batulanau, dan batulempung, yang diendapkan di lingkungan delta plain sampai delta front pada Miosen Akhir.

Siklus 4: Formasi Tarakan (Pliosen)Pada siklus sedimentasi Pliosen, diendapkan Formasi Tarakan. Formasi ini terdiri dari interbeding batulempung, serpih, batupasir, dan lapisan-lapisan batubata lignit, yang menunjukan fasies pengendapan delta plain. Dasar dari Formasi Tarakan pada beberapa ditepresentasikan oleh ketidakselarasan, sedangkan di Pulau Bunyu, kontak antara Formasi Santul dengan Tarakan bersifat transisional.Siklus 5: Formasi Bunyu (Pleistosen)Sejak Pliosen, sedimen fluviomarine yang sangat tebal terbentuk, terutama terdiri dari perlapisan batupasir delta, serpih, dan batubara. Sedimen Kuarter dari siklus 5 dinamakan Formasi Bunyu, diendapkan di lingkungan delta plain sampai fluviatil. Batupasir tebal, berukuran butir medium sampai kasar, kadangkala konglomeratan dan interbeding batubara lignit dengan serpih merupakan litologi penyusun dari formasi Bunyu. Batupasir formasi ini lebih tebal, kasar, dan kurang terkonsilidasi jika dibandingkan dengan batupasir Formasi Tarakan. Batas bawah dari Formasi ini dapat bersifat tidak selaras maupun transisional. Meningginya muka laut pada kala Pleistosen Akhir menyebabkan garis pantai mundur ke arah barat seperti garis pantai saat ini.TeoriLempeng TektonikLempeng Tektonik adalah bagian teluar dari bumi yang bersifat masif, berbentuk iregular, dan padat, serta terdiri dari litosfer benua dan samudra. Litosfer adalah bagian bumi yang terdiri dari kerak dan mantel atas bagian atas Ukuran dari lempeng tektonik dapat beraneka ragam dengan ketebalan yang berkisar antara 15km pada litosfer samudra muda sampai sekitar 200km pada litosfer benua tua. Gambar 2.12 Struktur Dalam Bumi.Teori Tektonik Lempeng menurut sekunder asikinTeori tekonik lempeng merupakan pengembangan dari teori pengapungan benua Wegener. Teori ini mengambarkan lempeng-lempeng yang berupa litosefer samudra dan benua yang berada di atas astenosfer, yang merupakan lapisan lunak mantel bagan atas yang memiliki temperatur tinggi dan dapat mengalir (plastis). Lempeng-lempeng tersebut bergerak di atas astenosfer melaluri shearing motion

Gambar 2.13. Shearing Motion Antara Atmosfer Dan Litosfer

Arus Konveksi sebagai Tenaga Pengerak LempengHubungan arus konveksi dan gerakan benua, Hipotesa pengapungan benua Wegener diteliti lebih lanjut oleh Arthur Holmes dan Alexander du Toit. Keduanya menggunakan dinamika arus konveksi untuk menjelaskan mekanisme penyebab gerakan benua. Du Toit menerangkan arus konveksi sebagai mekanisme penyebab peregangan kerak benua yang mengasilkan sistem rift, sistem kompresi, dan pelipatan yang menghasilkan pegunungan lipatan (Gambar 6). Sedangkan Holmes menyatakan bahwa kerak samudra yang semakin tua semakin berat akan menyusup ke bagian bawah kerak benua sehingga menyebabkan terbentuknya palung Mekanisme ini akan mempercepat arus konveksi sehingga terbentuknya pengunungan di sekitar batas benua terhadap kerak samudra.

Gambar 2.13. Ilustrasi De Toit

Tenaga penggerak arus konveksi

Pada masa Wegener, kebanyakan ahli geologi percaya bahwa bumi kita bersifat padat dan terdiri dari bagian-bagian yang tidak dapat bergerak. Tetapi beberapa dekade kemudian, J. Tuzo Wilson (1968) menyatakan bumi adalah benda yang hidup dan bergerak, baik pada permukaan maupun bagian dalamnya dan sejak saat itu berbagai model dari arus konveksi telah dibuat. Arus konveksi bergerak ke mantel atas melalui bagian tengah dari kerak benua dan lama kelamaan membentuk zona pemekaran antarbenua (Gambar 7, Gambar 9: ridge). Mekanisme dari arus konveksi diperkirakan mirip dengan mekanisme konveksi ketika pemanasan air pada panci dilakukan.Konveksi pada interior bumi hanya dapat berlangsung jika terdapat sumber panas yang cukup. Panas di dalam bumi mungkin dapat berasal dari dua sumber utama, yaitu dari peluruhan radioaktif dan panas residual. Peluruhan radioaktif merupakan proses spontan yang terjadi ketika suatu isotop mengalami kehilangan partikel-partikel dari nukleusnya lalu membentuk isotop dari unsur yang lainnya. Peluruhan radioaktif secara alamiah terjadi pada unsur-unsur kimia seperti uranium, thorium, dan sebagainya dan akan meglepaskan energi panas yang secara lambat bermigrasi ke permukaan bumi. Panas residual merupakan energi gravitasi yang tersisa sejak masa pembentukan bumi melalui proses kompresi debu kosmis, tetapi mekanisme yang memungkinkan bahwa panas ini dapat terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu lalu menciptakan arus konveksi masih belum dapat dijelaskan dengan baik.

Basal DragBasal Drag merupakan istilah gerakan lempeng yang disebabkan oleh arus konveksi. Dalam hal ini, arus konveksi terjadi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer (Gambar 6), sehingga pergerakan didorong oleh gesekan (shearing) antara astenosfer dan litosfer (Gambar 5).

Slab suctionArus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di daerah penunjaman di palung (trench) (Gambar 9). Slab suction ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik dimana basal drag terus bekerja pada lempeng lempeng tersebut memasuki mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan. Slab suction mempercepat gerakan lempeng yang awalnya disebabkan oleh basal drag.

Slab pull sebagai Mekanisme Pengerak Lempeng Holmes (1944) menyatakan bahwa lempeng samudra yang semakin tua akan mengalami pertambahan berat berat. Sehingga gerakan lempeng juga mungkin disebabkan oleh berat lempeng yang mendingin dan memadat yang turun ke mantel di palung samudera (Gambar 9). Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi salah satu gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Gerakan lempeng-lempeng dapat terjadi karena gabungan dari basal drag, slab suction, dan slab pull. Ketiganya juga dapat berperan untuk membentuk zona regangan di tengah lempeng yang memungkinkan terbentuknya terjadinya pemekaran.

Mekanisme Penyebab Gerakan LainnyaDalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological Society of America , sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya.. Diduga Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik disebabkan karena ketidakadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang seperti di Bumi.Tiga jenis batas lempeng Berbagai mekanisme yang ada dapat menyebabkan lempeng-lempeng yang ada saling berpisah, bergabung, dan bergeser. Ada tiga penggolongan utama batas lempeng dari cara interaksi lempeng-lempeng tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain

Batas transform

Batas ini terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral atau dekstral. Contoh dari batas lempeng ini adalah Sesar San Andreas di California. Batas divergen

Batas ini terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid oceanic ridge dan zona rifting yang aktif adalah contoh batas divergen. Batas konvergen

Batas konvergen terjadi jika dua lempeng saling bergerak mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain atau kolisi jika kedua lempeng mengandung kerak benua (Gambar 13). Aktivitas vulkanik dan palung laut dapat muncul pada zona subduksi sebagai hasil interaksi konvergensi dari kedua lempeng. Contoh batas konvergen dapat dilihat di busur api dunia (ring of fire). II.4. Definisi MineralogiMineralogi berasal dari dua kata yaitu mineral dan logos. Mineral (menurut Berry dan Mason) adalah bentuk padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik dengan komposisi kimia pada batas tertentu dan sifat fisik yang tertentu pula dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Logos adalah ilmu geologi, Jadi Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini juga mencakup proses pembentukan dan perubahan mineral.

Pada awalnya, mineralogi lebih menitikberatkan pada sistem klasifikasi mineral pembentuk batuan. International Mineralogical Association merupakan suatu organisasi yang beranggotakan organisasi-organisasi yang mewakili para ahli mineralogi dari masing-masing negara. Aktifitasnya mencakup mengelolaan penamaan mineral (melalui Komisi Mineral Baru dan Nama Mineral), lokasi mineral yang telah diketahui, dsb. Sampai dengan 2004 telah terdapat lebih dari 4000 spesies mineral yang diakui oleh IMA. Dari kesemua itu, 150 dapat digolongkan umum, 50 lainnya terkadang, dan sisanya jarang sampai sangat jarang.Beberapa contoh mineral dapat dilihat pada Tabel 2.1.Tabel 2.2. Contoh beberapa mineral Komposisi kimiaSistem kristalNama mineral

Ca Co3RombohedralKalsit

Ca Co3OrtorombikAragonit

PbSIsometrikGalena

Fe2O3RombohedralHematit

Fe2O4IsometrikMagnetit

NaClIsometrikHalit

CaSO4OrtorombikAnhidrit

CaSO4 . 2H2OMonoklinGipsum

CIsometrikIntan

CHeksagonalGrafit

FeS2IsometrikPyrit

FeSHeksagonalPyrotit

Ada bahan lain yang tidak dapat disebut sebagai mineral, misalnya SiO2 (opal, karena amorf), C (batubara, karena merupakan bahan organik), H2O (air, karena bukan benda padat).

Mineral dapat berupa bahan berharga/bahan tambang, seperti Cu5FeS4 (bornit, merupakan bijih tembaga), CuFeS4 (kalkopirit, merupakan bijih tembaga), Fe2O3 (hematit, merupakan bijih besi), Fe3O4 (magnetit, merupakan bijih besi), dll. Mineral juga dapat berupa gangue (pengotor) bahan tambang (dibuang), misalnya SiO2 (kuarsa, pada tambang timah), FeS2 (pirit, pada tambang tembaga, emas), Na-Ca Si3O8 (felspar, pada tambang timah primer), dll.a. Benda Padat Homogen

- Cair dan Gas tidak termasuk Mineral.

- Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.

b. Terdapat di alam

- Sebagai Bahan alam

- Mineral terjadi melalui proses alamiah, tidak dibuat oleh tangan maanusia tetapi terbentuk secara alami.

c. Terbentuk secara Anorganik

Bukan hasil dari suatu kehidupan baik manusia, hewan ataupun tumbuh-tumbuhan.

d. Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu

- Kimia mempunyai komposisi kimia yang tetap.

- Dapat berupa senyawa tunggal, misalnya Graphite (C), Belerang (S).

- Dapat berupa senyawa sederhana, misalnya Calcite (CaCO3), Quarz (SiO2).

- Dapat berupa senyawa komplek, misalnya Marilite (Na4Al3Si9O24CL).

e. Mempunya atom-atom yang tersusun secara teratur

Mineral terdiri dari kumpulan atom-atom.

II.5. Sifat-Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimia tertentu dan susunan atom-atom yang beraturan. Dengan menggunakan kedua batasan ini, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat fisik/kimia tertentu. Dan dengan mengenal sifat-sifat tersebut setiap jenis mineral dapat di identifikasi.

Sifat Fisik Mineral dapat diklasifikasikan berdasarkan :

a. Kohesi dan elastisitas mineral, yakni :

Belahan dan pecahan ( Cleavage dan Fracture ).Apabila sebuah kristal mendapatkan suatu tekanan yang melampaui batas-batas elastis dan plastisnya, maka pada akhirnya kristal akan pecah. Cara pecahnya ini ada yang beraturan dan ada pula yang tidak beraturan. Jika pecahnya secara beraturn, maka akan memperlihatkan suatu pecahan, dan jika pecahnya mengikuti permukaan yang sesuai dengan struktur kristalnya akan memperlihatkan suatu belahan.

Kekenyalan ( Tenacity ).

Kekenyalan merupakan sifat dalam dari suatu mineral yang merupakan daya tahan mineral terhadap usaha pemecahan, pemotongan, penghancuran dan lengkungan atau sobekan pendek. Kekerasan ( Hardness ).Pada umumnya kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan. Kekerasan merupaka suatu sifat yang ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atom. Kekerasan adalah ukuran daya tahan suatu permukaan rata terhadap goresan. Jika suatu mineral dapat digores oleh mineral lain, maka yang belakangan ini dikatakan lebih keras daripada mineral yang dapat digores. Kekerasan relatif telah dipergunakan dalam penentuan mineral sejak masa permulaan adanya mineralogy sistematik. Mohs (1822), telah mengadakan suatu penentuan mineral secara kualitatif berdasarkan kekerasan mineral. Ia menentukan suatu skala relatif, sebagai berikut :

Tabel 2.3. Skala Kekerasan Mohs (1822)Derajat KekerasanJenis Mineral

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10Talk

Gipsum

Kalsit

Fluorit

Apatit

Ortoklas

Kwarsa

Topas

Korundum

Intan

Setiap skala Mohs yang lebih tinggi dapat menggores mineral-mineral dengan skala Mohs yang lebih rendah. Untuk pengukuran kekerasan ini dapat kita pergunakan alat-alat yang sederhana, seperti : kuku tangan manusia, pisau baja dan lain-lain.Tabel 2.4. Alat-Alat Penguji KekerasanAlat PengujiDerajat Kekerasan Mohs

Kuku manusia

Kawat tembaga

Pecahan kaca

Pisau baja

Kikir baja2,5

3,0

5,5 6,0

5,5 6,0

6,5 7,0

Mengingat struktur kristal yang berbeda-beda pada berbagai arah, maka kekerasan mineral dapat pula berubah-ubah menurut arah kristalografinya. Elastisitas ( Elasticity ).Elastisitas mineral adalah kemampuan suatu mineral untuk merubah bentuk dan volumenya, dan juga kecendrungan untuk kembali pada bentuk semula apabila gaya yang diperolehnya dilepaskan.

b. Berat Jenis Relatif

Berat relatif dari suatu mineral yang diukur terhadap berat air disebut sebagai berat jenis relatif (spesific gravity). Dengan perkataan lain, bahwa berat jenis relatif mineral adalah perbandingan antara berat jenis mineral tersebut dengan berat jenis air pada temperatur 4oC.

Penentuan berat jenis relati dapat juga dilakukan melalui :

Penggunaan Alat Ukur (Beam Balance). Penggunaan Piknometer (Picnometer).

Penggunaan Cairan Berat (Methylene iodide, Mercury iodide, Clerici Solution, bromoform, Acethylene tetrabromida).

c. Sifat-Sifat Fisik berdasarkan Pengaruh Cahaya

Sifat fisik yang didasari oleh pengaruh cahaya, biasanya dikenal dengan sifat optik. Apabila suatu benda disinari cahaya, maka benda tersebut akan menyerap dan memantulkan cahaya.

Beberapa sifat optis yang akan dibahas adalah :

-Warna ( Colour )

Warna suatu benda yang napak oleh mata sebenarnya disebabkan oleh satu atau lebih cahaya dengan panjang gelombang tertentu yang tidak dapat diserap oleh benda tersebut.

Sebab-sebab yang menimbulkan warna pada mineral tergantung pada berbagai hal, yaitu Komposisi kimia, Struktur kristal dan ikatan atom, dan Pengotoran daripada mineral.

-Kilap ( Luster )

Kilap merupakan suatu sifat optis yang mempunyai hubungan erat dengan peristiwa pemantulan dan pembiasan. Kilap dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Kilap logam ( metallic luster ), Kilap setengah logam ( sub metallic luster ), dan Kilap bukan logam ( non metallic luster ).-Diaphaneti ( Diaphanaety ).

Diaphanaety adalah kemapuan suatu mineral untuk memindahkan cahaya. -Derajat Kejernihan ( Degree of Tranparancy )

Derajat kejernihan adalah kemampuan mineral untuk meneruskan cahaya.

d. Sifat Fisik berdasarkan pengaruh panas ( Heat )

-Daya hantar panas/isolator panas ( heat conductivity )

Ada mineral-mineral penghantar panas, seperti Cu, Fe dan lain-lain, ada pula sebagai isolator panas seperti asbes, mika dan lain-lain.

-Nilai lebur

Perubahan bentuk terhadap perubahan tempertur, mudah atau tidaknya suatu mineral melebur atau menjadi plastik ditentukan dengan skala lebur Kobell.

Ada tujuh mineral yaitu Stibnit, Kalkopirit, Almandit, Aktinolit, Ortoklas, Enstatit atau Bronzit, kwarsa.e. Sifat fisik berdasarkan pengaruh Listrik dan Magnet

-Sifat listrik ( conductivity properties )

Berdasarkan sifat listriknya, mineral dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu penghantar listrik ( conductor ), dan bukan penghantar listrik ( non conductor ).

-Sifat magnet ( magnetism properties )

Berdasarkan sifat magnetnya, mineral- mineral dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bersifat paramagnetis (dapat ditarik oleh magnet) dan diamagnetis (tidak dapat atau sukar ditarik oleh magnet).f. Sifat fisik berdasarkan Kepekaan Pancaindera

-Rasa ( Taste )

Mineral-mineral yang dapat larut dalam air atau air liur dapat membeikan rasa yang khas bagi mineral-mineral tersebut.

- Bau ( Odor )

Kebanyakan mineral dalam keadaan kering atau baru/segar tidak memberikan bau, tetapi pada beberapa mineral akan memberikan bau khususnya kalau mineral tersebut digosok, dibasahi, direaksikan dengan asam dan lain-lain.

-Rabaan ( Feel )

Kadang-kadang raba merupakan karakter yang penting. Misalnya, permukaan kristal yang bila diraba serasa menyentuh permukaan benda tertentu, ex: Mengusap talk serasa menyentuh permukaan sabun.BAB III

GEOLOGI STRUKTURIII.1. PendahuluanGeologi struktur umumnya didefinisikan sebagai suatu studi yang membahas mengenai bentuk arsitektur dari kulit bumi dan gejela-gejela yang menyebabkan terjadinya perubahan-peubahan pada kulit bumi.

Inti dari pada geologi struktur dengan demikian adalah deformasi dari pada bumi, apa yang menyebakan dan apa akibatnya. Karena itu benyak penulis yang menganggap bahwa geologi struktur adalah sama dengan tektonik. Sebenarnya kedua istilah ini harus dibedakan satu sama lainnya :

Geologi struktur ( struktural geology ) merupakan studi mengenai unsur-unsur dari pada struktur itu sendiri yaitu studi tentang antiklin, rekahan, sesar, kelurusan dan sebagainya. Yang terdapat dalam suatu saatuan tektonik ( tectonic units ).Tectonics dan geotectonics dianggap sebagai suatu studi yang mencangkup soal bentuk, pola, dan evolusi dari suatu satuan tektonik dalam ukuran yang jauh lebih besar, sepetri cekungan, rangkaian pegunungan, paparan dan sebagainya.

Dalam uraian selanjutnya, kita akan tetap mempertahankan prinsip perbedaan ini dan dengan demikian akan memberikan pula batasan-batasan dari apa yang dicakup didalam buku ini.

Tektonik dan geologi struktur, sebenarnya adalah dua subyek yang tidak terpisahkan. Bagi mahasiswa yang mempelajari bidang ilmu geologi, maka kedua subyek ini harus dipelajari. Bagi mahasiswa yang hanya mengikuti mata kuliah geologi struktur dan tidak berkesempatan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas lagi, maka pada bagian akhir buku ini akan diuraikan sedikit mengenai konsep-konsep dari pada tektonik atau geotektonik.

Tujuan final geologi struktur adalah suatu pemahan sepenuhnya terhadap mekanisme produk dan proses deformasi batuan.

GEOLOGI STRUKTUR

UNSUR-UNSURNYA:

Struktur Primer

Struktur Sekunder

PENGENALAN / PENGAMATAN

BENTUK:

UKURAN : Pendeskripsian

KEDUDUKAN : Pengukuran

PENCATATAN / PEREKAMAN

DATA-DATA : Pengumpulan

STRUKTUR : Pengelompokan

ANALISA

PENGOLAHAN DATA : - Metode Geometri

- Metode Statistik

PENYAJIAN HASIL ANALISA : - Peta-Peta

- Diagram Blok

- Maket

Diagram 3.1. Tahap Penganalisaan Geologi Struktur

III.2. KekarKekar merupakan suatu rekahan yang relatif tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Penyebab terjadinya kekar dapat disebabkan oleh gejala tektonik maupun non tektonik. Dalam analisa struktur geologi, yang diperlukan adalah kekar oleh gejala tektonik. Jadi dilapangan harus dapat membedakan dua jenis kekar tersebut. Klasifikasi kekar ada beberapa macam, tergantung dasar klasifikasi yang digunakan, diantaranya :a. Berdasarkan bentuknya

b. Berdasarkan ukurannyac. Berdasarkan kerapatannya

d. berdasarkan cara terjadinya (genesanya).

Klasifikasi kekar berdasarkan genesanya :a. Shear joint (kekar gerus), terjadinya akibat adanya tegasan tekanan (compressive stress).b. Tension joint, (kekar tarik), dibedakan atas : Extension joint, terjadi akibat pemekaran/tarikan. Release joint, terjadi akibat berhentinya gaya yang bekerja.

Misalkan pada suatu kubus dikenekan tegasan tekanan dengan pola seperti Gb. 3.1.a, maka pola kekar yang terbentuk adalah sebagai berikut : ( lihat Gb 3.1.a)

Dari Gb 3.1.a Dapat diambil kesimpulan bahwa :

Tegasan utama terbesar akan membagi dua sama besar sudut lancip yang dibentuk oleh kedua shear joint.

Tegasan utama terkecil akan membagi dua sama besar sudut tumpul yang dibentuk oleh shear joint.

Gambar 3.1. Kekar1. Perhitungan besar sudut antara dua shear joint.Suatu kubus dikenakan tegasan dengan pola seperti Gb 3.1.b. secara teoritis rekahan/bidang geser yang terbentuk adalah AA dan BB yang saling tegak lurus, tetapi karena suatu batuan mempunyai sifat/ciri tertentu, maka bidang geser yang terbentuk adalah bidang SS.Keterangan Gb 3.1.b : = Sudut geser dalam dari batuan (Angle Internal of Friction).

(= Sudut antara tegasan utama terbesar dengan shear joint. = Sudut antara tegasan utama terkecil dengan shear joint.

2. Analisa kekar Secara skematis prosedur analisanya adalah sebagai berikut :

Pengumpulan/pencatatan data Pengelompokan data Penyajian data Analisa data Interpretasi/diskusi.

Untuk analisa data, digunakan metode statistik yang dilakukan dengan : 1. Diagram Kipas : a. Pita radial (Gb 3.2)

b. Garis radial (Gb 3.3)

2. Histogram (Gb.3.4)

3. Diagram kontur, dengan menggunakan proyesi stereografis dan Proyeksi kutub.Tujuan analisa :

Menentukan kedudukan/arah umum dari kekar

Menentukan arah umum dari gaya utamaProsedur analisa menggunakan diagram kipas, Hal ini digunakan untuk kekar kekar yang mempunyai kemiringan, Relatif tegak, jadi yang diukur hanya jurus/ arahnya saja.Langkah langkahnya adalah sebagai berikut :

Pengumpulan/pencatatan data.

Pembagian derajat arah pada jurus, dikelompokan setiap 5 atau 10

Gambar diagram kipas, yaitu berupa setengah lingkaran dengan jari jari sepanjang harga prosentase maksimumCatatan : Setiap 5 dibatasi garis yang berasal dari pusat lingkaran .

Batas/jari jari tiap bagian derajat sesuai dengan harga prosentase masing - masing (liat Gb 3.5)Interpretasi diagram kipas : Misalkan pada suatu daerah, diukur 50 buah kekar gerus yang relatif vertikal, kemudian dibuat diagram kipasnya, seperti pada Gb 3.5

Untuk interpretasi arah gaya utama, arah umum kekar gerus adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2. Diagram kipas pita radial

Gambar 3.3. Diagram kipas garis radial

Gambar 3.4. Histogram

Gambar 3.5. Diagram Kipas Kedudukan umum kekar gerus :

Langsung dapat dibaca pada diagram rosetnya, yaitu N 30 E dan 10 W.

Arah gaya utama yang bekerja, dasarnya seperti pada Gb 3.1.a, arahnya membagi sudut lancip antara kekar gerus.

Jika yang diukur hanya satu arah kekar gerus, untuk analisa 2 pola tegasnya adalah sebagai berikut : Harus mengetahui daya tahan batuan ataupun sudut geser dalamnya (angle of internal friction), misal besar sudut geser dalam 30 , maka sdut antara kekar gerus dengan tegasan utama terbesar :

: 45 -

: 45 - 15 = 30

- Arah gaya utama dianggap tegak lurus terhadap jurus umum lapisan batuan atau sumbu lipatan.

III.3. Metode StatistikAdalah suatu metoda yang diterapakan untuk mendapatkan kisaran harga rata-rata atau harga maksimum dari sejumlah data acak satu jenis struktur. Dari sini kemudian dapat diketahui kecenderungan-kecenderungan, bentuk pola ataupun kedudukan umum dari jenis struktur yang sedang dianalisa.

1. Diagram Kipasa. Tujuan : diagram ini dimaksudkan untuk mengetahui arah kelurusan umum dari unsur-unsur struktur yang data-datanya hanya terdiri dari satu unsur pengukuran data (bearing), misalnya : data-data arah (bearing) dari sejumlah pengukuran arah liniasi fragmen breksi sesar, arah kelurusan sungai, arah kelurusan topografi, dll.b. Tabulasi data : data-data pengukuran (Tabel 3.1) yang terkumpul dimasukkan ke dalam suatu tabel (tabulasi data), (Tabel 3.1), dengan tujuan untuk mempermudah proses dalam pembuatan diagramnya. Dalam hal ini jumlah data tidak terdapat batasan mengenai banyaknya data yang harus dikumpulkan. Semakin banyak data lapangan yang dipakai dalam analisa, maka hasilnya akan mendekati keadaan sebenarnya.

Semakin kecil pembagian interval arah (lihat kolom arah pada tabel 5) maka hasil analisanya akan semakin teliti. Pembagian interval arah menjadi : 0 - 5 (180 - 185), 5 - 10 (185 190), ...........dst, seperti pada contoh (Tabel 2) bukanlah suatu pembagian interval yang baku, semakin kecil intervalnya maka hasilnya akan semakin teliti. Interval arah (0- 5) dibuat sama dengan (180 - 185) merupakan pelurus dari (0 - 5).

c. Pembuatan Diagram Kipas (Gb. 3.6).

Contoh yang akan dibahas disini adalah pembuatan diagram kipas dari data-data pengukuran ke dalam tabel 2 diperoleh harga presentase maksimum 24 %. Harga ini dipakai sebagai patokan untuk menentukan panjang jari-jari diagram setengah lingkaran.

Pada contoh ( Gb. 3.6. a) dibuatTabel 3.1. Pengukuran jurus kekar gerus Vertikal.N....0 EN....0 EN....0 EN....0 EN....0 E

186

10

191

12

187

9

356

377

14

78

188

181

1

16

13

152

9

186

195190

183

3

357

18

157

16

19

15

203189

2

16

4

199

359

179

199

178

172351

174

353

6

21

23

201

24

204

11

Panjang jari jari dari harga maksimum 24 % = 6 cm. Kemudian panjang jari jari tersebut dibagi enam, sehingga setiap setiap satu inteval berharga 4 %. Selanjutnya dari setiap interval dibuat busurnya dengan puasat titik nol dan panjang jari jari sama dengan interval yang bersangkutan ( Gb 3.6 b ).Kemudian bagilah sisi paling interval tersebut tariklah garis garis kearah pusat busur (Gb 3.6 b).

Tabel 3.2. Tabulasi Data untuk pembuatan diagram kipas.ARAHNOTASIJUMLAH

N....EN....E

0 - 10

11 - 20

21 - 30

31 - 40

41 - 50

51 - 60

61 - 70

71 - 80

81 - 90

91 - 100

101 - 110

111 - 120

121 - 130

131 - 140

141 - 150

151 - 160

161 - 170

171 - 180

180 - 190

191 - 200

201 - 210

211 - 220

221 - 230

231 - 240

241 - 250

251 - 260

261 - 270

271 - 280

281 - 290

291 - 300

301 - 310

311 - 320

321 - 330

331 - 340

341 - 350

351 - 360

I I I I I

I

I I

I

I

I I I

I

I

I

I I I

I

I

I I

1

2

1

1

3

1

1

1

3

1

1

2

Jumlah23

Gambar 3.6. Pembuatan diagram kipas.

Langkah terakhir masukanlah hasil perhitungan prosentase ( Tabel 3.3 ) kedalam Gb. 3.6. b sehingga didapatkan hasil analisa arah umum kekar gerus : N 7 30 ' E - N 187 30 E ( Gambar 3.7p Analisa arah kekar ).

Gambar 3.7. Analisa Arah Kekar.

BAB IV

GEOMORFOLOGIIV.1. Pendahuluan Geomorfologi sebenarnya berasal dari kata yunani, yaitu dari kata :

Geo

= Bumi

Morpho= Bentuk

Logos

= Ilmu

Jadi geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi ( bentang alam ) atau dalam istilah asing disebut sebagai landscape.

Mula mula orang memakai istilah fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi. Di eropa fisiografi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman tentang iklim, Meteorologi, oceanografi dan geografi.akan tetapi para ahli terutama ahli ahli dari amerika tidak sependapat dengan istilah ini. Dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi dan erat hubungannya dengan ilmu geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai istilah geomorfologi untuk memudahkan membedakan kedua istilah ilmu tersebut dan juga hubungannya dengan ilmu laian dapat dilihat pada sketsa dibawah ini.

Gambar 4.1 Sketsa hubungan antara geomorfologi dengan ilmu lain dan daerah gerak Geomorfologi. IV.2. Konsep dan Proses Geomorfologi

Untuk mempelajari bentuk permukaan bumi dipakai dasar-dasar yang kita sebut sebagai konsep morfologi, diantaranya :

Konsep Keseimbangan Ialah bahwa segala sesuatu gejala alam yangterjadi sekarang juga jerjadi masa lampau, bisa intensitas yang sama ataupun berbeda.

Konsep Kontrol Morfologi Ialah bahwa untuk mempelajari keadaan bentang alam suatu wilayah adalah dengan mengontrol keadaan morfologi daerah tersebut.

Sedangkan yang dimaksud dengan proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik ataupun secara khemis yang dialami oleh permukaan bumi.

Penyebab dari proses perubahan tersebut kita kenal sebagai geomorphic agent, dimana faktor-faktor pengubah ini kita bedakan menjadi dua golongan besar yaitu:

a. Tenaga asal dalam (tenaga endogen) : - Gempa tektonik

- Gaya-gaya pembentuk struktur

- Vulkanisme

b. Tenaga asal luar (tenaga eksogen) :- Angin

- Suhu (temperatur)

- Air (air hujan, air laut, air tanah, air rawa, air danau dan gletser)Tenaga eksogen dan endogen ini bekerja bersamaan membentuk roman muka bumi. Tenaga endogen cenderung untuk membengun sedangkan tenaga eksogen cenderung untuk merusak.Contoh keadaan membangun diantaranya :

Pembentukan struktur

Pembentukan gunung api

Agradasi

Contoh keadaan merusak diantaranya :

Degradasi

Pelapukan

Erosi, deflasi dan abrasi

Korasi

IV.3. Satuan Morfologi

Satuan morfologi atau geomorphic unit merupakan pembagian bentang alam menjadi satuan-satuan morfologi yang terutama didasarkan atas morfologi itu sendiri, disamping juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.Skema satuan-satuan morfologi adalah sbb :1. Sistem Aluvial :

- Subsistem aluvial marine : Rawa Delta

- Subsistem alluvial sungai : Banjir

Aluvial

Kipas aluvial Tanggul alam

Point bar desit

- Subsistem Collovial

2. Sistem Daratan

- Peneplain

- Dataran pantai

- Dataran antar pegunungan

- Teras 3. Sistem Perbukitan

- Bukit

- Punggungan

- Scarp

4. Sistem Pegunungan

- Pegunungan tinggi

- Pegunungan rendah

IV.4. Peragaan Geomorfologi

Peragaan geomorfologi adalah cara untuk menggambarkan tentang geomorfologi suatu daerah melalui suatu citra

1. Peragaan geomorfologi dapat dituangkan ke dalam bentuk :

a. Blok Diagram Peta

Bentuk-bentuk pandangan tiga dimensi baik kenampakan lateral maupun vertikal. Blok diagram dapat dibuat berdasarkan proyeksi dari peta topografi untuk mencerminkan reliefnya, sedangkan susunan litologi dan struktur geologi berdasarkan Peta Geologi.

- Secara Orthogonal : perbandingan semua sisi sama

- Secara Perspektif : rusuk mendatar menuju kesatu titik pusat.

Gambar 4.2. Blok Diagram Peta.

b. Sketsa Lapangan atau Foto

Adalah rekaman gejala / proses geologi di lapangan yang dibayangkan pada gambar / foto dengan cepat dan padat. Rekaman meliputi relief, pola pengeringan dan kebudayaan manusia (culture).

c. Foto Udara (Citra Foto)

Adalah rekaman suatu obyek difoto dari udara yangdapat menggambarkan keadaan bentang alam secara visuil.

Foto udara yang diambil secara berurutan akan nampak bentuk-bentuk bentang alam secara tiga dimensidibawah stereoskop.

Foto udara dibedakan atas foto udara yang miring atau tegak.

Foto landsat (foto satelit).

d. Peta Topografi (peta kontur)

Adalah penggambaran peta suatu daerah dengan dasar ketinggian.

Penggambaran peta topografi ini dapat dilakukan dengan berapa cara antara lain :

1. Cara shading (bayangan)

Yaitu penggambaran peta topografi dengan teknik bayangan, dimana pada daerah topografi curam dibuat dengan bayangan yang tebal, rapat dan pendek-pendek. Sedangkan daerah dengan topografi landai dibuat dengan teknik bayangan yang tipis, renggang dan panjang-panjang.

Gambar 4.3. Garis Bayangan.

2. Cara hachures (garis strip-strip)Yaitu penggambaran peta topografi dengan teknik garis strip-strip, dimana pada daerah topografi curam dibuat dengan garis strip-strip yang tebal, rapat dan pendek sedangakan untuk daerah peta topografi landai dibuat dengan teknik garis strip-strip yang tipis, renggang dan panjang.

Gambar 4.4. Garis Strip-Strip.

3. Cara garis kontur

Yaitu penggambaran peta topografi dengan teknik garis kontur (yaitu garis yang menghubungkan titik sama tinggi), dimana daerah topografi curam dibuat dengan garis kontur yang rapat sedangakn untuk daerah landai ditandai dengan garis kontur yang renggang.

Gambar 4.5 Garis Kontur.

4. Cara tinting

Yaitu semakin tinggi suatu tempat warnanya semakin gelap. Jadi warna ini menunjukkan interval ketinggian tertentu.

Gambar 4.6. Garis Tinting.

IV.5. Peta Topografi

Memperlihatkan elevasi (ketinggian) bentang alam baik bentuk, lokasi maupun out lines. Suatu peta topografi yang baik dilengkapi dengan keterangan yang dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan penelitian (ilmiah, terapan) atau kemiliteran.Unsur-unsur penting yang terdapat dalam suatu peta topografi antara lain :

(1). Relief

Adalah bentuk ketidakteraturan secara vertikal dalam ukuran besar maupun kecil dari permukaan litosfer.

Contoh : Bukit (hill), lembah (valley), pegunungan (mountain), punggungan (ridges).

Dalam peta topografi berwarna dipakai warna dasar coklat untuk daratan dan warna biru untuk lautan, dengan variasi berwarna tua untuk daerah yang lebih rendah.(2). Drainage

Atau biasa dikenal dengan drainage pattern / pola pengaliran / pola penyaluran, adalah segala bentuk-bentuk yang berhubungan dengan penyaluran baik dipermukaan maupun di bawah permukaan.

Contoh : sungau-sungai (besar maupun kecil), danau, rawa, laut dan sebagainya.

Sungai-sungai itu sendiri di permukaan bumi ada yang terpolakan dan tidak terpolakan. Hal ini tergantung dari batuan dasar, straigrafi maupun struktur geologi daerah yang dilalui. Dalam hal ini pola (pattern) didefinisikan sebagai suatu keseragaman : bentuk (shape), ukuran (size), penyebaran (distribution).(3). Culture

Yaitu segala bentuk hasil kebudayaan (budi daya) manusia, seperti : perkampungan, jalur jalan, perkebunan, persawahan, dan lain-lain.

Umumnya culture pada peta topografi yang dicetak berwarna akan memperlihatkan warna hitam, sedangkan daerah perkebunan, perhutanan, persawahan diberi warna hijau.(4). Scale

Adalah perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak dipeta.

Perlu diingat bahwa semua jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan jarak-jarak horisontal.

macam-macam skala:

a. Skala Fraksi (Representatif Fraction Scale)

Contoh : 1 : 50.000

Artinya 1 cm dalam peta sama dengan 50.000 cm (500 m) dilapangan.

Keterangan : Bila peta mengalami pembesaran, pengecilan, atau pemuaian, maka skala ini tidak terpakai lagi.b. Skala Verbal

Dinyatakan dengan ukuran panjang.

Contoh : 1 cm = 10 km

1 cm = 1 km, dan lain-lain

Skala ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan skala fraksi.

c. Skala Grafis

Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya dengan jaraka dalam peta yang ditunjukkan dengan garis.

Keuntungan : Tidak akan terpengaruh baik oleh pembesaran, pengecilan ataupun pemuaian peta.

Gambar 4.7. Skala Grafis.

Yang umumnya digunakan dalam suatu peta topografi yang baik adalah kombinasi antara skala fraksi dan skala grafis.(5). Orientasi Peta

Merupakan bagian yang menunjukkan kiblat dari peta. Garis batas pada kedua sisi samping peta daerah utara-selatan, dalam hal ini adalah arah utara-selatan sesungguhnya, bukan utara kutub magnetis.

Arah utara dikenal ada dua macam, yaitu :

a. Arah Utara Magnetis ( Magnetic North = MN )

Yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh jarum magnet.

b. Arah Utara Sebenarnya ( True North = TN )Yaitu arah utara geografis atau arah utara yang sesuai dengan sumbu bumi

.Gambar 4.8. Orientasi PetaAtau utara magnetik dan arah utara geografis umumnya ditunjukkan pada peta dan membentuk sudut diantara keduanya yang besarnya bervariasi, disebut dengan deklinasi.

(6). Judul Peta dan Nomor Lembar Peta

Judul peta merupakan nama daerah yang tercakup dalam peta, sedangkan nomor lembar peta adalah nomor dari peta berdasarkan sistem pembagian yang disebut quadran

Gambar 4.9. Sistem Pembagian Quadrangle(7). Legenda

Pada peta topografi banyak digunakan simbol / tanda untuk mewakili bermacam-macam keadaan di lapangan. Penjelasan mengenai berbagai tanta / simbol yang dipergunakan itu, dikelompokkan dan tercakup dalam legenda. Legenda biasanya diletakan dibawah.

(8). Coverage Diagram

Merupakan diagram yang menunjukan dari mana dan bagaimana cara memperoleh datanya. Keterangan ini penting untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana ketelitian peta, misalnya :

a. Dibuat berdasarkan foto udara.

b. Dibuat berdasarkan Pengukuran di lapangan.

c. Dibuat sketsanya(9). Indeks administrasi

Yaitu pembagian daerah berdasarkan hukum pemerintah. Ini penting untuk memahami/mengetahui kemana harus dilakukan pengesahan surat ijin sebelum dilakukan penyelidikan lapangan dari peta yang bersangkutan.

(10). Index to adjoining sheet

Petunjuk tentang kedudukan peta terhadap peta peta yang ada disekitarnya.(11). Edisi Peta

Adalah Tahun pembuatan peta tersebut.IV.6. Peta Kontur TopografiUntuk mempelajari peta jenis ini perlu dipahami dan dimengerti dengan baik segal sesuatu tentang garis kontur dan sifatnya.a. Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik titik yang terletak pada ketinggian yang sama dari permukaan laut.Beberapa sifat garis kontur adalah :

1. Garis kontur merupakan garis tertutup.

Gambar 4.10. Garis Kontur.

2. Sebuah garis kontur tidak dapat memotong garis itu sendiri.

Gambar 4.11. Garis kontur yang tidak dapat memotong.

3. Beberapa garis kontur dapat berimpit secara lokal pada jarak yang pendek. Ini terjadi pada topografi yang curam.

Gambar 4.12. Tofografi yang curam.4. Beberapa garis kontur tidak dapat memotong satu dengan yang lain dan ini hanya terdapat pada keadaan khusus dimana pendakian lereng abnormal.

Gambar 4.13 Lereng Abnormal.

5. Pada umumnya berdasarkan garis tinggi yang lebih besar akan terletak pada lingkaran garis tinggi yang lebih kecil akan terletak pada lingkaran garis tinggi bagian luar, terkecuali untuk basin adalah kebalikannya dengan tada strip-strip kerah dalam pada garis tingginya.

Gambar 4.14. Garis tinggi dan Basin.

6. Garis kontur yang terbentuk huruf U menunjukan suatu punggungan.

Gambar 4.15 Garis kontur berbentuk huruf U yaitu pegunungan.

7. Pada garis kontur yang melalui lembah akan menunjukan kebalikan arah kehulu.

Gambar 4.16. Garis kontur yang melalui lembah.8. Jarak garis yang berurutan menjadi lebih rapat apabila lereng curam dan sebaliknya kontur akan menjadi renggang apabila lereng landai.

Gambar 4.17. Garis Kontur lereng curam dan landai.

9. Garis kontur dengan intervalnya setengahnya digambarkan dengan teknik garis putus-putus.

Gambar 4.18. Garis Kontur Interval setengah digambar dengan garis putus-putus.

b. Interval Kontur.Interval kontur adalah jarak vertikal antara garis yang satu dengan garis kontur yang lainnya secara berurutan. Ada beberapa halangan berpengaruh dalam penentuan interval kontur dari suatu topografi, sebagai berikut ;

1. Keadaan medan ( relief )

Daerah /medan yang relatif landai biasanya mempunyai interval kontur relatif kecil, sedangkan medan yang relatif terjal interval konturnya besar.

2. Tujuan pembuatan peta

Peta yang dibuat untuk menghitung volume suatu bentuk bentang alam tertentu, misalnya suatu bukit gamping. Sebaiknya mempunyai inteval kontur kecil supaya hasilnya lebih akurat.

Dalam keadaan umum, jika tidak ada masalah-masalah khusus seperti tersebut diatas, interval kontur ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Interval kontur (IK) = (1/2.000) x Skala peta

Misalnya skala peta 1: 50.000, maka interval konturnya adalah (1/2.000) x 50.000 = 25.

c. Kontur Indeks

Kontur indeks garis kontur yang dicetak lebih tebal dari garis kontur lainnya. Merupakan kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur biasa. Maksud dari pembuatan garis kontur indeks ini adalah untuk menyederhanakan dan mempermudah pembacaan peta tofografi. Besarnya kelipatan dipengaruhi oleh medan ( relief ).d. Interpolasi & Persen Lereng.

Interpolasi adalah metode yang digunakan untuk membuat garis kontur.Persen Lereng adalah persentasi dari lerengan untuk menentukan satuan morfologi.Rumus persen lereng :

Ket :

S = Kemiringan Lereng

n = Jumlah kontur

ik = Interval Kontur

D = Jarak Datar Pada Peta x Penyebut Skala Peta Variasi nilai kemiringan lereng kemudian dikelompokkan dalam berdasarkan klasifikasi R.A VAN ZUIDAM (1983) sehingga diperoleh penamaan kelas lerengnya. Tabel 4.1. Klasifikasi Kemiringan Lereng (R.A Van Zuidam, 1983)Kelas Slope (%) Klasifikasi

10 2 Datar (flat to almost flat)

2 3 7 Agak Landai (gentle sloping)

3 8 13 Landai (sloping)

4 14 20 Agak Curam (moderately steep)

5 21 55 Curam (steep)

6 56 140 Sangat Curam (very steep)

7 > 140 Terjal (extremely steep)

Tabel 4.2. Klasifikasi Klas Lereng ( R.A Van Zuidam, 1983)No.Klas LerangSifat - Sifat ProsesWarna

Kondisi Alamiah

100 - 20 Datar hingga hampir datar.Hijau

(0 - 2%)Tidak ada proses denudasi yang berarti

220 - 40Agak miringHijau Muda

(2 - 7%)Pergerakan massa tanah secara perlahan dengan kecepatanyeng berbeda, erosi lembar dan erosi alur. Rawan erosi

340 - 80MiringKuning Terang

(7 - 15%)Hampir sama dengan diatas, tetapi dengan besaran yang lebih tinggi

480 - 160Curam menengahJingga

(15 - 30%)Banyak terjadi gerakkan tanah, erosi dan longsoran yang bersifat mendatar

5160 - 350CuramMerah Muda

(30 - 70%)Proses denudasional intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi

6350 - 550Sangat curamMerah Tua

(70 - 140%)Batuan umumnya mulai tersingkap, proses denudasional sangat intensif, sudah mulai menghasilkan endapan rombakan (Koluvial).

7> 550Curam extrimUngu

(>140%)Batuan tersingkap, proses denudasi sangat kuat, rawan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh (terbatas)

Tabel 4.3. Pemerian Bentuk Lahan Absolut (R.A Van Zuidam, 1983)

Perbedaan Ketinggian

(M) Klasifikasi

3.000 Pegunungan Tinggi

Dari tabel di atas, dapat dilihat pembagian kemiringan lereng serta bentuk lahan secara kuantitatif, dikelompokkan berdasarkan jumlah persen dan besar kemiringan lereng. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui perbedaan ketinggian dengan jarak datar.

BAB VGENESA BAHAN GALIAN

V.1. PendahuluanGenesa Bahan Galian adalah Proses terjadi/terbentuknya suatu bahan galian contohnya Batugamping. Bahan Galian menurut pemanfaatannya dapat dikelompokan atas tiga macam, yaitu bahan galian logam, bahan galian energi fan bahan galian industri. Bahan Galian industri adalah semua bahan galian diluar bahan logam, energi dan radio aktif yang pada umunya dapat digunakan dalam industri tertentu baik tanpa atau melalui proses pengolahan yang sederhana, maupun canggih. Jika dikaitkan degan pengelompokan, bahan galian menurut Undang-undang di Indonesia, maka bahan galian industri ini sebagian besar adalah bahan galian gologan C.

Gambar 5.1. Bowen Reaction Series

V.2. Pembagian Bahan Galian

Bahan galian terbagi beberapa kelompok :

a. Bahan galian berasal dari batuan sedimen

- Batuan sedimen itu sendiri

- Endapan residu dan endapan letak

b. Bahan galian berkaitan dengan gunung api

- Intrusi tektonik batua asam dan ultra basa

- Proses

V.3. Bahan Galian Berasal Dari Batuan SedimenBatuan sedimen terbagi menjadi dua, yaitu sedimen klastik dan sedimen non klastik.

Batuan sedimen klastik adalah batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali rombakan atau pecahan batuan asal, baik yang berasal dari batuan beku, batuan ubahan / metamorfik ataupun batuan sedimen sendiri yang lebih tua. Contoh batuan sedimen klastik antara lain : kerikil, batupasir, konglomerat, lempung, dan lanau.

Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk oleh organisme atau dari suatu proses kimiawi dan dia tidak tertransportasi seperti halnya batuan sedimen klastik. Contohnya antara lain batugamping terumbu.

V.4. Batugamping

Batu gamping adalah suatu bahan galian yang terbentuk dari endapan bintang karang, mengalami proses geologi, digolongkan dalam batuan sedimen yang banyak mengandung CaCo3.Proses pembentukan batugamping terumbu berasal dari penggumpalan plankton, molusca, algae, dan kemudian membentuk terumbu. Jadi batu gamping terumbu berasal dari organisme.

Foto 5.1. Tambang Batu Gamping Dusun Jongkang Tenggarong Seberang

Batuan gamping tersusun dari mineral kalsit ( CaCo3 ) dengan warna putih, abu-abu kebiruan, jingga, atau hitam. Batugamping dengan kadar kalsium tinggi bisa seluruhnya terdiri atas CaCo3.

V.4.1 Sifat-sifat Khusus Batugamping

1. Mengandung Ca tinggi

2. Mudah larut dalam asam lemah degan melepaskan Co2, yang tidak berbau

3. Dalam proses pembakaran dikenal degan proses caloinasi. Maka batu gamping akan melepasakan C02 dan hasil pembakaran disebut Quick Lime.

V.4.2 Penambangan BatugampingPenambangan batugamping kebanyakan dilakukan secara tambang terbuka. Sebelum dilakukan pengalian batu gamping, terlebih dahulu pengupasan tanah penutup yang meliputi pekerjaan pembabatan semak-semak dan pohon-pohon yang dilakukan degan alat bulldozer dan scraper. Sedangkan pengalian lapisan tanah penutup dapat dilakukan degan peralatan seperti dragline, back hoe, dan shavel. Setelah pekerjaan pengupasan tanah penutup selesai, baru pengalian batu gamping dapat dimulai dan dilakukan dengan sistem jenjang (benches), dengan ketinggian enam meter. pekerjaan pembongkaran ini biasnya diikuti pula dengan pemboran dan peledakan. Hasil ledakan masih berupa bongkahan atau boulder dapat diledakan kembali (secondary blasting) untuk memperkecil ukuran, sedang material hasil ledakan yang sudah berupa loose degan alat muat shovel segera dimasukan kedalam dump truck menuju kealat peremuk (crusing plant) untuk memperkecil ukurannya sehingga didapat ukuran yang sesuai permintaan.

V.4.3 Kegunaan Batugamping

Batugamping adalah bahan galian yang banyak kegunaannya, antara lain sebagai berikut :

1. Bahan bagunan, pengeras jalan, untuk pembagunan bendugan (urugan), bahan dasar semen ponland, semen romawi, semen alam.

2. Industri kramik terutama dalam pembuatan kaca, alat dari kaca dan sebagainya.

3. Industri kimia, untuk bahan pembuatan kalsium dalam pabrik gula, penghilang warna dalam indusri lemak atau minyak, bahan kedokteran, pasta pencegah penyakit tanaman dan untuk pembuatan pupuk.

4. Industri logam, batugamping digunakan sebagai flux, dan bahan tahan api.

5. Bahan baku untuk kesenian dan litografi Data dari lapangan, daerah tenggarong seberang khususnya (Dusun Jongkang).V.5. Batubara

Foto 5.2. Singkapan Batu Bara Dusun JongkangBatubara adalah batuan sediment (padatan ) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, yang pada kondisi tertentu tidak mengalami proses pembusukan dan penghancuran yang sempurna karena aktivitas bakteri anaerob, berwarna coklat sampai hitam yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana mengakibatkan pengayaan kandungan karbon.V.5.1. GenesaProses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses peatification. Gambut adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang berasal dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %, dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering

2. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sediment, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment di atasnya. Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperature. Disamping itu temperature juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik. Kenaikan temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.

Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversi gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air, pelepasan gas-gas ( CO2, H2O, CO, CH4 ), penigkatan kepadatan dan kekerasan serta penigkatan nilai kalor. Komposisi batubara terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P, dan unsur unsur lain (air, gas, abu)

Secara Horisontal maupun Vertikal endapan batubara bersifat heterogen. Perbedaan secara horisontal disebabkan oleh:- Perbedaan kondisi lapisan tanah penutup- Mineral pengotor yang dibawa oleh sedimen rawa.

Perbedaann secara vertikal terajdi karena: Pengendapan berkali2 endapan yang paling bawah yang paling tua dengan kualitas terbaik.

V.5.2. Teori Berdasarkan Tempat TerbentuknyaTeori Insitu :Bahan2 pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan mati, belum mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalificationCiri : -Penyebaran luas dan merata-Kualitas lebih baikContoh : Muara EnimTeori Drift:Bahan2 pembentukan lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami coalification.Ciri :-Penyebaran tidak luas tetap banyak-kualitas kurang baik (mengandung pasar pengotor).Contoh : pengendapan delta di aliran sungai mahakam.

V.5.3. Manfaat batubaraSecara umum batubara digunakan sebagai bahan bakar, dan selain itu batubara digunakan sebagai pengganti minyak bumi dan bahan bakar pengganti kayu.

BAB VI

GEOHIDROLOGIVI.1. Latar BelakangHidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Hydro merupakan kata sifat (adjective) yang berarti mengenai air Geology kata benda Sehingga dapat diartikan menjadi geologi air (the geology of water). Secara definitif dapat dikatakan merupakan suatu studi dari interaksi antara kerja kerangka batuan dan air tanah. Dalam prosesnya, studi ini menyangkut aspek-aspek fisika dan kimia yang terjadi di dekat atau di bawah permukaan tanah. Termasuk di dalamnya adalah transportasi massa, material, reaksi kimia, perubahan temperatur, perubahan topographi dan lainnya. Proses ini terjadi dalam skala waktu harian (daily time scale). Sedangkan gerakan air di dalam tanah melalui sela-sela dari kerangka batuan dikenal juga dengan istilah aliran air tanah (groundwater flow). Definisi air tanah ialah sejumlah air dibawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer, 1978). Atau Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan dibawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.Selain air sungai dan air hujan, air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestic) maupun untuk kepentingan industri.

Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan disekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi, dan tekenan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi ketersediaan sumber air.

Kondisi tersebut diatas tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan kerusakan air tanah dikawasan sekitarnya.

Gambar 6.1. Model siklus hidrologiVI.2. Maksud Dan TujuanMaksud dan tujuan dari diadakannya Praktikum Pengenalan Lapangan Kebumian (Geohidrologi) ini adalah :1. Untuk mengenalkan jenis jenis resapan air tanah.

2. Dapat menganalisa terjadinya resapan air tanah.

3. Dapat menganalisa resapan air tanah yang tidak tercemar.

4. Mengetahui tentang cara konservasi Air Tanah.

VI.3. Lokasi Dan Kesampaian Daerah

V1.3.1. Lokasi

Lokasi kegiatan Praktek Lapangan Kebumian yang berada di Desa Maluhu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

VI.3.2. Kesampaian Daerah

Untuk mencapai lokasi Kegiatan Penelitian Geohidrologi dapat ditempuh dari universitas Kutai Kartanegara dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat melalui jalur darat dengan jarak tempuh kurang lebih 20 menit dengan kondisi jalan yang cukup baik, dangan jarak tempuh 10 Km.VI.4 Dasar Teori

Air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih rendah dan dengan akhir perjalanannya menuju ke laut. Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (recharge area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan (discharge area), yang merupakan daerah pantai maupun lembah dengan suatu sistem aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) dimana aliran air tanah yang menjauhi muka air tanah.

Sedangkan daerah buangan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) dimana aliran air tanah (yang saturated) menuju muka air tanah (Freeze dan Cherry, 1979). Biasanya di daerah tangkapan, muka air tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu sedangkan muka air tanah daerah buangan umumnya mendekati permukaan tanah, salah satu contohnya adalah pantai.

VI.4.1. Sistem Aquifer dan Geologi Air Tanah Beberapa istilah penting yang merupakan bagian dari hidrogeologi dijelaskan definisinya, yaitu : a. Aquifer Definisi aquifer ialah suatu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang terkonsolidasi (misalnya lempung) maupun yang tidak terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air (atau air dapat diambil) dalam jumlah (kuantitas) yang ekonomis.b. Aquiclude (impermeable layer)Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang impermable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatuconfined aquifer. c. Aquitard (semi impervious layer) Definisinya ialah suatu lapisan lapisan, formasi, atau kelompok formasi suatu geologi yang permable dengan nilai konduktivitas hidraulik yang kecil namun masih memungkinkan air melewati lapisan ini walaupun dengan gerakan yang lambat. Dapat dikatakan juga merupakan lapisan pambatas atas dan bawah suatu semi confined aquifer. d. Confined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya merupakan aquiclude dan tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfir. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang mengalir (no flux). e. Semi Confined (leaky) Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas berupaaquitard dan lapisan bawahnya merupakanaquiclude. Pada lapisan pembatas di bagian atasnya karena bersifat aquitard masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut (influx) walaupun hidraulik konduktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan hidraulik konduktivitas akuifer. Tekanan airnya pada akuifer lebih besar dari tekanan atmosfir. f. Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya, yang merupakan aquifer, hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatasaquit ard dilapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Dengan kata lain merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. g. Semi Unconfined Aquifer

Merupakan akuifer yang jenuh air (satured) yang dibatasi hanya lapisan bawahnya yang merupakan aquitard. Pada bagian atasnya ada pembatas yang mempunyai hidraulik konduktivitas lebih kecil daripada hidraulik konduktivitas dari akuifer. Aquifer ini juga mempunyai muka air tanah yang terletak pada lapisan pembatas tersebut.h. Artesian Aquifer

Merupakan confined aquifer dimana ketinggian hidrauliknya (potentiometric surface) lebih tinggi dari pada muka tanah. Oleh karena itu apabila pada akuifer ini dilakukan pengeboran maka akan timbul pancaran air (spring), karena air yang keluar dari pengeboran ini berusaha mencapai ketinggian hidraulik tersebut. VI.4.2. Jenis Aquifer

Airtanah (groundwater) berada pada susunan batuan yang berpori atau pada lapisan pembawa air yang dapat menyimpan dan melepas air dalam jumlah yang cukup. Lapisan pembawa air dimaksud adalah aquifer. Aquifer terdapat dalam beberapa keadaan:1. Aq