PENGENALAN ALAT Iis Islamiyah Kjh (Copy)
-
Upload
muflih-fuadi -
Category
Documents
-
view
32 -
download
8
description
Transcript of PENGENALAN ALAT Iis Islamiyah Kjh (Copy)
PEMBUATAN MEDIA ALAMI PLASMA DAN SERUM
Oleh :
Nama : Muflih FuadiNIM : B1J013006Rombongan : IIKelompok : 2
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN HEWAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah dipandang sebagai jaringan penyambung terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas dan suatu matriks cair (plasma).Sel-sel bebas atau sel-
sel darah disebut sebagai unsur berbentuk yang terbagi menjadi 3 macam yaitu
eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit. Plasma darah
adalah komponen cairan darah, dimana sel darah ditutup.55% dari jumlah volume
darah merupakan plasma darah. Plasma darah disiapkan oleh tuba darah segar
yang berputar pada sentrifugal sampai sel darah jatuh ke dasar tuba. Apabila darah
dikeluarkan dari sistem sirkulasi, darah akan membeku. Bekuan ini mengandung
unsur-unsur berbentuk dan cairan kuning bening disebut serum, yang memisahkan
diri dari koagulum. Darah yang ditampung dan dicegah dari pembekuan dengan
menambahkan antikoagulan (heparin atau sitrat) akan berpisah bila disentrifugasi
menjadi lapisan-lapisan yang menggambarkan sifat heterogennya (Anthea, 1993).
Media adalah substansi yang memiliki peranan sangat penting dalam
kultur suatu organ maupun jaringan dari hewan. Oleh karena itu, media yang
digunakan dalam pengkulturan seharusnya mengandung komponen-komponen
yang dibutuhkan oleh suatu organ atau jaringan untuk tumbuh dan
berkembang.Media yang biasa digunakan adalah media plasma, serum dan ekstrak
embrio. Sedangkan fungsi dari media kultur ini adalah:
1. Menyediakan kondisi fisik, pH, ataupun tekanan osmosis yang diperlukan
untuk kehidupan kultur.
2. Menyediakan substansi kimia yang komplit dan dibutuhkan oleh jaringan,
namun tak dapat disintesis sendiri.
Perkembangan kultur sel meningkatkan kebutuhan akan media. Media
mengandung nutrisi yang dibutuhkan sel untuk pertumbuhan dan perkembangan
selama kondisi in vitro. Media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan
jenis atau tipe sel yang akan dikultur. Media yang diperlukan untuk kultur sel atau
jaringan atau organ memerlukan pertimbangan antara lain, kondisi fisik dan kimia
dari suatu media, komponen media, seleksi media dan serum, dan media tanpa
serum (Roche, 2012).
Komponen dasar yang terdapat di dalam media antara lain garam
anorganik, glukosa, dan substansi organik lainnya. Komposisi dari komponen
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan khusus sel yang akan dikultur. Sebagian
media yang komersial tersedia dalam bentuk larutan atau dalam bentuk bubuk
yang dilarutkan dalam air. Air yang digunakan harus air yang telah didestilasi
terlebih dahulu (Hülser, 2004).
Media mengandung nutrisi, hormon, dan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan. Media juga harus diperhatikan
pH dan osmolaritasnya tergantung pada jenis sel yang akan dikultur. Media
awalnya berasal dari media alami yaitu dari ekstrak jaringan dan cairan tubuh
yang mana harus diperlukan standarisasi untuk kultur jaringan. Media terbagi
menjadi tiga yaitu media basal, media dengan pengurangan serum, dan media
tanpa serum (Gibco, 2013).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum pembuatan media alami plasma dan serum adalah
mahasiswa dapat membuat media alami berupa plasma dan serum yang berasal
dari darah ikan dan ayam.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum pembuatan media alami plasma dan
serum yaitu meja operasi, sentrifugator, tabung sentrifugasi mikro 0,6 mL dan 1,5
mL, spuit injeksi volume 1 dan 3 mL, alat bedah, mikropipet dan tip, lampu
spiritus, refrigerator, bak pemeliharaan ikan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan media alami
plasma dan serum yaitu alkohol 70%, heparin/ EDTA, kain kassa steril/tisu, ayam
jantan dewasa muda, umur kurang dari 1 tahun, kertas label, dan ikan nilem..
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
a. Pembuatan serum dan plasma darah ayam
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Darah ayam diambil pada vena branchia yang terletak di bagian sayap
dengan menggunakan syring (untuk pembuatan serum, syring tidak perlu
diberi EDTA, sedangkan untuk pembuatan plasma syring harus dibasahi
EDTA terlebih dahulu).
3. Darah ayam ditampung di tabung falcon jika banyak atau ditampung di
tabung eppendorf jika darah yang didapat sedikit.
4. Plasma dan serum ditampung pada tabung yang berbeda.
5. Volume darah pada tabung falcon atau tabung eppendorf dicatat dan diberi
label.
6. Sediaan plasma dan serum darah ayam disimpan dalam lemari pendingin
selama 1 hari.
7. Sediaan plasma dan serum ayam disentrifuse selama 10 menit dengan
kecepatan 12000 rpm.
8. Supernatan yang terbentuk diambil dengan mikropipet dan tip kemudian
dipindahkan ke tabung eppendorf baru.
9. Volume plasma dan serum ayam dicatat.
b. Pembuatan serum dan plasma darah ikan :
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Darah ayam diambil pada vena caudalis yang terletak di bagian pangkal
ekor atu pada bagian jantung dengan menggunakan syring (untuk
pembuatan serum, syring tidak perlu diberi EDTA, sedangkan untuk
pembuatan plasma syring harus dibasahi EDTA terlebih dahulu).
3. Darah ikan ditampung di tabung falcon jika banyak atau ditampung di
tabung eppendorf jika darah yang didapat sedikit.
4. Plasma dan serum ditampung pada tabung yang berbeda.
5. Volume darah pada tabung falcon atau tabung eppendorf dicatat dan diberi
label.
6. Sediaan plasma dan serum darah ikan disimpan dalam lemari pendingin
selama 1 hari.
7. Sediaan plasma dan serum ikan disentrifuse selama 10 menit dengan
kecepatan 12000 rpm.
8. Supernatan yang terbentuk diambil dengan mikropipet dan tip kemudian
dipindahkan ke tabung eppendorf baru.
9. Volume plasma dan serum ikan dicatat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
B. Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Plasma dan Serum
Sumber
Hewan
Jenis Media
Volume Darah (mL)
Volume plasma / serum
Warna
Darah
Warna Plasma / Serum
AyamPlasma 0,15 0,01 Merah
Kuning Jernih
Serum 0,5 0,12 MerahKuning Jernih
Ikan Nilem
(Jantan)
Plasma 1
0,4 0,1 Merah Merah Muda
Plasma 2
0,35 0,1 MerahKuning
KemerahanSerum
10,15 0,13 Merah
Kuning Kemerahan
Serum 2
0,6 0,3 MerahKuning Keruh
C.D.E.
F.G.H.I.J.K.L.M.
Gambar 2. Plasma – Serum Ayam dan Ikan
Gambar 1. Darah Ayam dan Ikan sebelum Setrifugasi
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pembuatan media alami yang
dilakukan menggunakan serum dan plasma dari ikan dan ayam. Pengambilan
dilakukan dengan mengambil darah dari vena di sayap ayam dan vena caudal di
pangkal ekor ikan. Darah tersebut disimpan di dalam kulkas lalu keesokan harinya
disentrifugasi. Hasil yang didapatkan adalah plasma ayam (0,15 ml) dan serum
(0,5 ml) berwarna kuning jernih yang menandakan bahwa darah yang diambil
tidak mengalami lisis sehingga terbentuk media plasma dan serum yang baik.
Plasma ikan 1 berwarna merah muda dan plasma ikan 2 berwarna kuning
kemerahan.. Sedangkan untuk hasil serum ikan 1 berwarna kuning kemerahan, dn
serum ikan 2 berwarna kuning keru. Hasil pada plasma dan serum ayam sesuai
dengan pernyataan Ouellet et al. (2006) yang menyatakan bahwa supernatan yang
baik digunakan sebagai media plasma maupun serum adalah supernatan yang
berwarna kuning jernih. Jika supernatan berwarna merah yang diperoleh,
kemungkinan terdapat kesalahan pada langkah kerja terutama saat mengambil
darah dari probandus sehingga masih terdapat sel darah yang lisis pada serum dan
plasma yang diamati. Selain lisisnya sel darah merah, faktor lain yang
berpengaruh adalah adanya kontaminan yang terjadi saat pengambilan sampel
media plasma ataupun serum. Kontaminan ini dapat mengakibatkan perubahan
warna saat disimpan maupun saat di sentrifugasi.
Kesulitan yang dihadapi saat mengambil darah terutama pada darah ikan
adalah saat mengambil darah pada bagian vena caudal darah tidak langsung
terambil sehingga terlalu banyak bagian yang disuntikan dan hasil darah yang
didapat pun sedikit. Kesulitan saat mengambil darah ayam saat praktikum yaitu
banyak bagian vena branchial dari ayam yang sudah mengalami pembengkakan
akibat luka sehingga darah tidak dapat diambil.
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning
yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari
jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari
90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi,
ion mineral , hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium
pada proses ekskresi. Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi
darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar
sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan
berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas
lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, atau 1.025 kg/l (Anthea,
1993).
Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi
lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan
faktor penting dalam proses pembekuan darah.Plasma darah merupakan zat anti
bodi bagi manusia (Anthea, 1993). Plasma darah adalah cairan darah yang punya
warna merah kekuningan.Hal ini dikarenakan Plasma darah tersusun dari 90% dan
protein terlarut (albumin,globumin, dan fibrinogen). Apabila plasma darah
diambil fibrinogennya maka yang akan tersisa adalah suatu cairan yang berwarna
kuning yang biasa dinamakan seru dan di dalam serum inilah, terdapat suatu zat
yaitu zat antibody (Octa, 2010).
Plasma merupakan salah satu media yang digunakan dalam praktikum
ini. Plasma yang biasa digunakan dalam pembuatan media pada kultur jaringan
tradisional adalah koagulum. Plasma yang akan digunakan sebelumnya
disentrifugasi terlebih dahulu lalu dipindahkan pada tabung lain yang steril serta
disimpan di dalam kulkas. Kultur jaringan yang mesih bersifat tradisional
menggunakan plasma yang berasal dari ikan dan ayam (Yadav and Tyagi, 2005).
Penggunaaan media serum yang berasal dari darah ikan dan ayam masih
dilakukan karena menghemat uang dan waktu. Contoh penggunaan media serum
dari ayam dan ikan yaitu pada pembuatan kultur sel primer. Serum pada media
bekerja dengan baik jika digunakan sebagai tambahan zat untuk kultivasi (Rathore
et al., 2010).
Serum hewan merupakan pencampuran yang kompleks, tinggi rendahnya
biomolekul, dengan perbedaan keseimbangan fisiologis antara pemicu
pertumbuhan dan penghambat pertumbuhan. Biologi selmodern dan biokimia
melakukan identifikasi mengenai faktor pertumbuhan pada serum pada proses in
vivo seperti proliferasi sel dan perbaikan jaringan, marturasi sel dan diferensiasi.
Medium kultur yang digunakan untuk kultur jaringan beragam. Terdapat
medium kultur yang mengandung seluruh komponen secara lengkap dalam bentuk
bubuk dan siap pakai. Macam medium diberi nama sesuai dengan pembuat
medium dan larutan garam seimbang yang digunakan. Medium merupakan
campuran nutrisi, serum, antibiotik, hormon, dan faktor tumbuh yang digunakan
dalam kultur sel secara in vitro. Medium kultur sel sangat beragam dengan fungsi
spesifik masing-masing. Beberapa contoh medium di antaranyaMinimal Essential
Medium (MEM), Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM), Hams Nutrient
Mitures F10 dan F12, Molecular Cellular Developmental Biology (MCDB), F12
CDME, dan Leibovitz L-15 (Rathore et al., 2010).
Medium berperan sebagai mediator pertumbuhan bagi sel yang dikultur
dan pemberian nutrisi bagi sel yang akan dikultur. Salah satu faktor yang penting
dalam teknik kultur jaringan adalah medium. Teknik kultur jaringan akan berhasil
bila pemilihan medium yang digunakan tepat karena dalam medium terdapat
kebutuhan dari sel yang dikulturkan. Media adalah substansi yang memiliki
peranan sangat penting dalam kultur suatu organ maupun jaringan dari hewan.
Oleh karena itu, media yang digunakan dalam pengkulturan seharusnya
mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh suatu organ atau
jaringan untuk tumbuh dan berkembang.Media yang biasa digunakan adalah
media plasma, serum dan ekstrak embrio. Sedangkan fungsi dari media kultur ini
adalah:
Menyediakan kondisi fisik, pH, ataupun tekanan osmosis yang diperlukan
untuk kehidupan kultur.
Menyediakan substansi kimia yang komplit dan dibutuhkan oleh jaringan,
namun tak dapat disintesis sendiri.
Medium yang digunakan didasarkan pada sel yang akan digunakan dalam
kultur sel tersebut. Selain sebagai pemberi nutrisi media juga merupakan tempat
sel untuk melekat dan sebagai pengganti matriks ekstra selular (Octa, 2010).
Menurut Rathore (2010) media dapat di klasifikan menjadi 2 yaitu media
alami dan media buatan. Media alami merupakan media yang diambil dari bahan
bahan organik dari suatu organisme yang komposisinya belum diketahui secara
pasti, contohnya adalah media serum dan plasma. Sedangkan media buatan adalah
media tumbuh yang dibuat secara sintetik oleh manusia dari berbagai macam zat
yang sudah diketahui dengan pasti komposisiyang ada di dalamnya. Masing
masing media tersebut memiliki keunggulan dibandingkan media yang lain.
Keungulan media alami adalah mudah dan murah untuk di dapatkan dalam jumlah
sedikit, hampir semua sel kompatibel ketika di kultur dalam media alami, tidak
bersifat toksik bagi manusia dan lingkungan serta tidak perlu menambahkan
suplemen nutrisi tambahan pada tujuan kultur sel normal. Media sintetik atau
buatan memilki keunggulan antara lain adalah murah dalam jumlah besar, mudah
di aplikasikan, dan kandungan nutrisi sudah diketahui.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Media alami serum dan plasma darah dapat dibuat melalui pembuatan dari
darah ikan dan ayam melalui pengambilan darah dari vena di sayap ayam serta
vena caudal di pangkal sirip ekor ikan yang kemudian di sentifuge untuk
mendapatkan supernatan murninya.
2.
DAFTAR REFERENSI
Anthea, 1993. Human Biology and Health. Englewood Cliffs, New Jersey, USA: Prentice Hall. ISBN 0-13-981176-1.
Brunner, Daniel, J. Frank, H. Appl, H. Schöffl, W. Pfaller, G. Gstraunthaler. 2010. Serum-free Cell Culture: The Serum-free Media Interactive Online Database. Altex. 2010 ;27(1):53-62.
Gibco. 2013. Cell Culture Basics. Life Technologies Corporation. Indonesia.
Hülser, F. Dieter. 2004. Brain Tumour Development and Invasion. Int. J. Dev. Biol. 48: 497-508 (2004).
Octa, 2010. Sistem Peredaran darah untuk makhluk hidup. http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-biologi/sistem-peredaran-darah-pada-makhluk-hidup/. Diakses 7 Oktober 2014.
Ouellet, S., François V., Maryse L., Steeve L., Régen D., Sylvain L. G. 2006. Transcriptional regulation of the cyclin-dependent kinase inhibitor 1A (p21) gene by NFI in proliferating human cells. Université de Sherbrooke, Québec, Canada.
Rathore, G., N. Sood, R. Swaminathan. 2010. Primary Cell Culture from Fish Gills and Kidney Using Fish Serum. Indian J Exp Biol . 936-8. PMID:11831381
Roche, 2012.Culture of Animal Cells-Basic Techniques. Roche Diagnostics GmbH. Germany.
Yadav, P. R., R. Tyagi. 2005. Cell Culture. Discovery Publishing House. India. ISBN : 81-8356-019-9.