pengembanganagribisnissalak

8
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SALAK PONDOH ORGANIK DI DESA MERDIKOREJO KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sinung Rustijarno, Wiendarti I.W. dan Setyorini W. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Kecamatan Tempel merupakan salah satu sentra produksi salak pondoh di Kabupaten Sleman yang mampu memasok kebutuhan buah salak untuk pasar di dalam maupun luar Yogyakarta. Salak pondoh merupakan komoditas unggulan di Provinsi DIY. Tujuan pengkajian adalah mengetahui potensi dan peluang pengembangan usaha salak pondoh organik dengan pendekatan agribisnis. Pengkajian dilakukan di Klinik Teknologi dan Agribisnis Duri Kencana, Trumpon, Merdikorejo, Tempel, Sleman pada bulan April-Juni 2006. Metode yang digunakan adalah survai dan observasi lapang, analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota 89 orang, luas areal budidaya salak 34,99 ha (rata-rata 4.373,75 m²/orang) dengan jumlah tanaman 106.050 rumpun (rata-rata 1.192 rumpun/orang). Teknologi budidaya dan manajemen usaha diarahkan menggunakan pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices), standarisasi mutu, sertifikasi dan labelisasi produk serta menjalin kerjasama dengan mitra usaha. Strategi pengembangan usaha dapat dilakukan dengan pengembangan kelembagaan, optimalisasi potensi sumberdaya alam dan perbaikan teknologi produksi menuju sertifikasi produk Prima 2. Kata kunci : pengembangan, agribisnis, salak pondoh, organik PENDAHULUAN Salak merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang disukai dan memiliki prospek yang baik untuk diusahakan sebagai salah satu komoditas andalan dalam pengembangan agribisnis buah-buahan. Pada beberapa daerah, komoditas ini telah menjadi sumber pendapatan utama bagi petani dan juga telah diarahkan sebagai komoditas ekspor. Namun pada kenyataannya, produksi dan mutu buah salak Indonesia belum dapat diandalkan untuk menjadi primadona buah nasional. Kondisi ini disebabkan antara lain oleh sistem pengelolaan kebun, cara budidaya, panen dan pasca panen yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah budidaya yang baik dan benar. Di lain pihak, pada saat ini konsumen menuntut standar mutu produk prima dengan keamanan konsumsi yang terjamin. Kondisi ini perlu segera diantisipasi oleh produsen salak dengan cara menerapkan kaidah-kaidah budidaya yang baik dan benar, untuk menjamin mutu buah dan kemanan pangan Minat bagi pengembangan produk pertanian organik dengan menggunakan pendekatan konsep LEISA (Low External Input for Sustainable Agriculture ) mulai berkembang di Indonesia selama dekade terakhir. Konsep tersebut berkembang dengan diterapkan teknologi pertanian organik pada berbagai komoditas pertanian termasuk tanaman buah-buahan. Berdasarkan data yang diperoleh, kondisi agribisnis buah-buahan di Indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah produksi maupun ketersediaannya. Sasaran produksi buah-buahan tahun 2004 sebesar 13,94 juta ton dengan prognosa produksi 14,37 juta ton; sasaran produksi tahun 2005 sebesar 16,10 ton

Transcript of pengembanganagribisnissalak

Page 1: pengembanganagribisnissalak

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SALAK PONDOH ORGANIK DI DESA MERDIKOREJO KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA

Sinung Rustijarno, Wiendarti I.W. dan Setyorini W. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta

ABSTRAK

Kecamatan Tempel merupakan salah satu sentra produksi salak pondoh di Kabupaten Sleman yang mampu memasok kebutuhan buah salak untuk pasar di dalam maupun luar Yogyakarta. Salak pondoh merupakan komoditas unggulan di Provinsi DIY. Tujuan pengkajian adalah mengetahui potensi dan peluang pengembangan usaha salak pondoh organik dengan pendekatan agribisnis. Pengkajian dilakukan di Klinik Teknologi dan Agribisnis Duri Kencana, Trumpon, Merdikorejo, Tempel, Sleman pada bulan April-Juni 2006. Metode yang digunakan adalah survai dan observasi lapang, analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota 89 orang, luas areal budidaya salak 34,99 ha (rata-rata 4.373,75 m²/orang) dengan jumlah tanaman 106.050 rumpun (rata-rata 1.192 rumpun/orang). Teknologi budidaya dan manajemen usaha diarahkan menggunakan pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices), standarisasi mutu, sertifikasi dan labelisasi produk serta menjalin kerjasama dengan mitra usaha. Strategi pengembangan usaha dapat dilakukan dengan pengembangan kelembagaan, optimalisasi potensi sumberdaya alam dan perbaikan teknologi produksi menuju sertifikasi produk Prima 2.

Kata kunci : pengembangan, agribisnis, salak pondoh, organik

PENDAHULUAN

Salak merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang disukai dan memiliki prospek yang baik untuk diusahakan sebagai salah satu komoditas andalan dalam pengembangan agribisnis buah-buahan. Pada beberapa daerah, komoditas ini telah menjadi sumber pendapatan utama bagi petani dan juga telah diarahkan sebagai komoditas ekspor. Namun pada kenyataannya, produksi dan mutu buah salak Indonesia belum dapat diandalkan untuk menjadi primadona buah nasional. Kondisi ini disebabkan antara lain oleh sistem pengelolaan kebun, cara budidaya, panen dan pasca panen yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah budidaya yang baik dan benar. Di lain pihak, pada saat ini konsumen menuntut standar mutu produk prima dengan keamanan konsumsi yang terjamin. Kondisi ini perlu segera diantisipasi oleh produsen salak dengan cara menerapkan kaidah-kaidah budidaya yang baik dan benar, untuk menjamin mutu buah dan kemanan pangan

Minat bagi pengembangan produk pertanian organik dengan menggunakan pendekatan konsep LEISA (Low External Input for Sustainable Agriculture) mulai berkembang di Indonesia selama dekade terakhir. Konsep tersebut berkembang dengan diterapkan teknologi pertanian organik pada berbagai komoditas pertanian termasuk tanaman buah-buahan. Berdasarkan data yang diperoleh, kondisi agribisnis buah-buahan di Indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah produksi maupun ketersediaannya. Sasaran produksi buah-buahan tahun 2004 sebesar 13,94 juta ton dengan prognosa produksi 14,37 juta ton; sasaran produksi tahun 2005 sebesar 16,10 ton dan tahun sebesar 16,17 juta ton. Kualitas produk juga mengalami peningkatan dengan dipasarkannya buah-buahan di supermarket atau fruit shop. Meskipun demikian tingkat konsumsi buah masih rendah yaitu sebesar 30 kg/kap/th. Hal ini disebabkan karena secara umum tanaman buah belum dikelola secara optimal khususnya komoditas salak (Thamrin, 2005).

Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Sleman didominasi oleh tanaman salak terutama salak pondoh. Populasi tanaman salak pondoh menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 1999 populasi tanaman salak pondoh mencapai 2.378.305 rumpun, meningkat menjadi 2.940.943 rumpun dari total populasi salak sebanyak 3.508.407 rumpun pada tahun 2002. Kecamatan Tempel merupakan salah satu sentra produksi salak pondoh di Kabupaten Sleman yang mampu memasok kebutuhan buah salak untuk pasar di dalam maupun luar Yogyakarta. Salak pondoh merupakan komoditas unggulan di Provinsi DIY (Anonim, 2003).

Dalam rangka menghasilkan salak sesuai dengan standar mutu, dibutuhkan suatu perencanaan proses produksi yang menjamin diperolehnya buah sesuai dengan standard mutu yang ditetapkan. Proses produksi tersebut meliputi suatu serangkaian norma produksi yang baik atau sering disebut dengan GAP (Good Agricultural Practice) SPO (Standard Procedure Operational) salak.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah Provinsi DIY telah mengambil kebijakan untuk menempatkan kecamatan sebagai pusat pertumbuhan untuk memberdayakan masyarakat di pedesaan

Page 2: pengembanganagribisnissalak

(Anonim, 2004). Kecamatan Tempel adalah salah satu sentra komoditas salak pondoh di Kabupaten Sleman Provinsi DIY yang potensial untuk dikembangkan. Tulisan ini bertujuan mengetahui potensi dan peluang pengembangan usaha salak pondoh organik dengan pendekatan agribisnis.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian dilakukan di Klinik Teknologi dan Agribisnis Duri Kencana, Dusun Salam Trumpon, Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman pada bulan April-Juni 2006. Metode yang digunakan adalah survai (Singarimbun dan Effendie, 1989).dan observasi lapang, analisis data dilakukan secara deskriptif (Nazir, 1988). Data yang dikumpulkan meliputi sub sistem agribisnis (hulu, produksi, hilir dan kelembagaan penunjang). Aktivitas diagnosis meliputi review data sekunder, wawancara terstruktur dengan informan kunci dan kelompok tani serta observasi langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran usaha budidaya yang dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sumberdaya Pertanian.

Lahan pertanian baik berupa sawah maupun tegalan mendominasi luas lahan fungsional yang ada di wilayah pengkajian. Luas lahan wilayah sebesar 42,475 ha terdiri dari 32,217 ha areal pekarangan dan 10,258 ha lahan sawah. tanah berpasir (tekstur kasar dan porous/baras). Ketinggian wilayah 500-700 m dari permukaan laut dan termasuk dataran medium. Curah hujan cukup tinggi sehingga ketersediaan air cukup baik. Jenis komoditas dominan yang diusahakan adalah salak pondoh dengan tiga varietas yaitu Salak Pondoh Super, Salak Pondoh Hitam dan Salak Pondoh Manggala, diselingi jenis lain yaitu salak pondoh Gading, Nglumut. Ayu dan Madu. Luas lahan yang digunakan untuk areal budidaya salak 34,99 ha (rata-rata 4.373,75 m²/orang) dengan jumlah tanaman 106.050 rumpun (rata-rata 1.192 rumpun/orang).

Karakteristik Sumberdaya Manusia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota Klinik sebanyak 89 orang. Sebaran umur relatif beragam, petani yang mempunyai umur kurang dari 15 tahun sebesar 0%, petani yang berumur 15-64 tahun 85% dan petani yang mempunyai umur diatas 64 tahun 15%. Tingkat pendidikan petani yang tamat SD (30%); SMP (20%); SMA (40%) dan Perguruan Tinggi (10%). Mata pencaharian utama adalah sebagai petani (85%), pegawai negeri (10 %), swasta (5%). Ditinjau dari aspek usia rata-rata petani 47,55 tahun yang masuk kisaran produktif dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi, dimungkinkan dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi usahatani menuju perubahan baik perubahan secara individu maupun kelompok.

Sistem Agribisnis Salak Pondoh.

Sistem agribisnis dibedakan menjadi kelembagaan agribisnis hulu, usaha/produksi dan hilir. Kelembagaan agribisnis Klinik Teknologi Pertanian (Klinttan) Duri Kencana Sleman ditunjukkan pada Tabel 1.

Page 3: pengembanganagribisnissalak

Tabel 1. Kelembagaan Agribisnis Usaha Budidaya Salak Pondoh Klinik Teknologi Pertanian (Klinttan) Duri Kencana Sleman, D.I. Yogyakarta, 2006.

No Kegiatan Uraian

1. Agribisnis hulu a) Bibit Sumber bibit berasal dari pembibitan oleh anggota sendiri Jenis bibit adalah : salak pondoh super, jenis lainnya salak manggala dan hitam

b) Pupuk Pupuk berasal dari pupuk bokashi dan kotoran kambing Sumber pupuk bokashi bersertifikasi berasal dari perusahaan swasta; pupuk

kambing dari daerah luar (Purworejo)

c) Obat-obatan Sumber penyedia obat dari anggota (biopestisida/agensia hayati)

2. Agribisnis usaha a) Lahan Lahan di kawasan budidaya salak status milik sendiri Luas areal lahan untuk budidaya salak 34,99 ha dengan rata-rata

kepemlikian lahan 4.373,75 m2/orang Pengolahan lahan dilakukan dengan alat berat (Beck hoe) karena kondisi tanah

keras, berbatu dan efisiensi tenaga

b) Skala Usaha Skala usaha 1.192 rumpun setiap anggota kelompok dengan jumlah populasi

tanaman 106.050 rumpun

c) Pembibitan Sistem pembibitan salak dilakukan dengan cara cangkok Media cangkok menggunakan tanah menggunakan wadah dari botol minuman

kemasan atau botol infus

d) Pemupukan Dosis pupuk yang diberikan 10 kg/tanaman diberikan pada enam bulan

pertama setelah tanam. Frekuensi pemberian pupuk selanjutnya satu kali setahun, dengan dosis 10

kg/tanaman,

e) Penyakit Penanggulangan hama penyakit dilaksanakan secara preventif dan kuratif Langkah preventif dilakukan dengan pemeliharaan sanitasi lingkungan Pencegahan dan pengendalian hama penyakit ditangani sendiri dengan

menggunakan cara mekanis dan biopestisida3. Agribisnis hilir a) Panen dan Pasca Panen

Panen dilaksanakan tiga kali dalam setahun. Panen raya biasanya jatuh pada bulan Desember-Januari, panen sedang pada bulan Mei-Juni sedangkan panen kecil pada bulan Maret-April.

Pemanenan dilaksanakan oleh pemilik lahan dan atau tenaga kerja luar keluarga

b) Pemasaran Pemasaran dilakukan langsung oleh anggota di rumah atau pedagang

pengumpul Jaringan pemasaran meliputi pasar lokal dan luar wilayah

c) Jaringan kelembagaan Jaringan kerjasama kelompok antara lain dengan BPTP Yogyakarta, PT

Telkom, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Pariwisata, Travel Biro Hubungan kerjasama dilakukan secara koordinatif dalam bentuk kerjasama Bentuk kemitraan kelompok antara lain : penelitian dan pengkajian, kredit

lunak, sertifikasi produk, diseminasi teknologi dan lain-lain. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM yang telah dilakukan antara lain

Sekolah Lapang Hama Penyakit Tanaman (SLPHT), SPO-GAP, komputer dan internet

Pengembangan kelembagaan yang dilakukan meliputi: (1) kelembagaan pemasaran (produk salak organik, target pasar); (2) kelembagaan petani/internal (pertemuan kelompok, arisan, pengajian), narasumber

Page 4: pengembanganagribisnissalak

teknologi; (3) kelembagaan penelitian (pengaruh pupuk, pemangkasan pelepah, sistem pengairan pipa (SIP) dengan dinas, BPTP, direktorat tanaman buah, kelembagaan keuangan (BUMN, swasta, dinas) dan; (4) Kelembagaan kemitraan dalam pengkajian dengan instansi terkait (BPTP, Dinas, Direktorat) dan permodalan (Telkom, swasta) Sistem agribisnis salak pondoh Klinttan Duri Kencana tercantum dalam Gambar 1.

Gambar 1. Sistem agribisnis salak pondoh Klinttan Duri Kencana Trumpon Sleman, D.I. Yogyakarta, 2006

Diseminasi Teknologi. Diseminasi teknologi dilakukan oleh kelompok Klinttan Duri Kencana dengan melakukan

penyebarluasan teknologi kepada pengunjung yang datang ke lokasi budidaya salak pondoh. Kunjungan tamu selama periode Januari-April 2006 (Gambar 2) mencapai 618 orang dengan komposisi menurut jenis profesi adalah petani sebanyak 7 orang (1,13%), swasta sebanyak 72 orang (11,65%), mahasiswa/pelajar sebanyak 417 orang (67,48%) dan dinas/instansi sebanyak 122 orang (19,74%).

Gambar 2. Kunjungan tamu berdasarkan profesi tamu Klinttan Duri Kencana Sleman, D.I. Yogyakarta, Januari-April 2006

Berdasarkan asal tamu yang berkunjung ke Klinttan Duri Kencana, selama periode Januari-April 2006 tercatat sebanyak 615 orang (99,51%) berasal dari dalam negeri dan 3 orang (0,49%) dari luar negeri (Gambar 3). Tujuan kunjungan tamu antara lain (1) mengetahui sistem budidaya salak pondoh organik; (2) wisata agro; (3) studi banding; (4) penelitian dan pengkajian; (5) bantuan permodalan/perkreditan; (6) kerjasama pemasaran dan; (7) pelatihan/magang.

Hulu Hilir

Pestisida alami

ON FARM

Bibit Modal

Pupuk organik

Alsintan

PERTANIAN ORGANIK

SDA, SDMLoka

Teknologi : Alsintan, Pupuk, Pestisida alami, bibit, pengairan, permodalan dst

Budidaya

Pemupukan HPT Pengairan

VISI

PengolahaDistribusi

PromosiSertifikasi

mutu

Jasa pendukung : Pemasaran, perkreditan, litbang

772

417

122

0

100

200

300

400

500

Orang

2006

Kunjungan Tamu Klinttan Duri Kencana Tahun 2006

Petani

Swasta

Mhsw/ pelajar

Dinas/instansi772

417

122

0

100

200

300

400

500

Orang

2006

Kunjungan Tamu Klinttan Duri Kencana Tahun 2006

Petani

Swasta

Mhsw/ pelajar

Dinas/instansi

Page 5: pengembanganagribisnissalak

Gambar 3. Kunjungan tamu berdasarkan asal tamu Klinttan Duri Kencana Sleman , D.I. Yogyakarta, Januari-April 2006

Pemanfaatan lahan untuk budidaya salak perlu memperhatikan aspek budidaya pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan aspek keruangan dan pelestarian lingkungan antara lain penggunaan pupuk organik, pengembalian seresah ke tanah, pola distribusi air yang memadai dan aspek konversi lahan untuk peruntukkan lain.

Penurunan kandungan bahan organik tanah dapat membawa dampak yang sangat luas bagi keseimbangan lingkungan. Kandungan bahan organik tanah sangat berpengaruh terhadap kapasitas memegang air di dalam tanah (water holding capasity). Jika kandungan bahan organik rendah maka akan mengakibatkan daya menahan air di dalam tanah menjadi rendah sehingga potensi cadangan air di wilayah tersebut akan mengalami penurunan, yang akan berakibat terhadap kelangsungan budidaya tanaman salak karena salak memerlukan pasokan air yang cukup banyak dan kelembaban yang tinggi (Thamrin et al., 2004).

Rendahnya kandungan bahan organik tanah dapat pula menurunkan stabilitas agregat tanah. Penurunan stabilitas agregat tanah dapat meningkatkan erosi tanah yang akan membawa implikasi yang luas dan sangat buruk terhadap kualitas lingkungan. Banjir di daerah hilir dan kekeringan di daerah hulu disebabkan oleh kandungan bahan organik yang rendah, stabilitas agregat tanah yang rendah dan erosi air yang tinggi karena air di daerah hulu tidak dapat ditahan oleh tanah. Konversi lahan untuk peruntukkan non pertanian dapat dilakukan untuk lahan-lahan yang tidak produktif sehingga aspek ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan dapat tetap terjaga.

Teknologi budidaya dan manajemen usaha salak pondoh diarahkan menuju produk organik dengan menggunakan pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices), standarisasi mutu, sertifikasi dan labelisasi produk serta menjalin kerjasama dengan mitra usaha. Salak Sleman merupakan satu-satunya contoh penerapan SPO salak yaitu pada Kelompok Tani Salak Pondoh (KLINTTAN) Duri Kencana dan telah mendapatkan sertifikat klasifikasi mutu salak pondoh Prima 3. Strategi pengembangan usaha agribisnis dapat dioptimalkan dengan melakukan pengembangan kelembagaan, optimalisasi potensi sumberdaya alam dan perbaikan teknologi produksi menuju sertifikasi produk Prima 2.

KESIMPULAN

Praktek usahatani salak pondoh di lokasi pengkajian sudah berkembang maju. Potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan sangat mendukung berkembangnya agribisnis salak pondoh. Kelembagaan kelompok tani menunjukkan bahwa jumlah petani anggota Klinik sebanyak 89 orang, luas areal budidaya salak 34,99 ha (rata-rata 4.373,75 m²/orang) dengan jumlah tanaman 106.050 rumpun (rata-rata 1.192 rumpun/orang). Teknologi budidaya dan manajemen usaha diarahkan menggunakan pedoman budidaya yang baik (Good Agricultural Practices), standarisasi mutu, sertifikasi dan labelisasi produk serta menjalin kerjasama dengan mitra usaha. Strategi pengembangan usaha dapat dilakukan dengan pengembangan kelembagaan, optimalisasi potensi sumberdaya alam dan perbaikan teknologi produksi menuju sertifikasi produk Prima 2.

3

615

0

100

200

300

400

500

600

700

2006

Kunjungan Tamu Klinttan Duri Kencana Tahun 2006

Luar Negeri

Dalam negeri

3

615

0

100

200

300

400

500

600

700

2006

Kunjungan Tamu Klinttan Duri Kencana Tahun 2006

Luar Negeri

Dalam negeri

Page 6: pengembanganagribisnissalak

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Penentuan Komoditas Unggulan Nasional di Propinsi dan Spesifik Daerah. Tim Asistensi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Anonim. 2004. Sambutan Gubernur DIY pada Seminar Nasional Hasil-hasil penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian 28 Agustus 2004. Proc. Seminar Nasional Penerapan dan inovasi Teknologi dalam Agribisnis sebaga\i upaya Pemberdayaan Rumahtangga Tani. Yogyakarta.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.

Singarimbun, M. dan S. Effendie. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Thamrin, M., B. Sudaryanto, R. Kaliky. 2004. Laporan Pemanfaatan Pelepah Salak Sebagai Bahan Baku Kertas Seni. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman. Yogyakarta.

Thamrin, M. 2005. Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Good Agricultural Practises (GAP) Pada Budidaya Salak Pondoh. Makalah disampaikan dalam Apresiasi Peningkatan Mutu Salak Melalui Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Good Agricultural Practises (GAP). Denpasar 6-9 Juni 2005.