Pengembangan Wilayah

26
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI PEHPULO DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KABUPATEN BLITAR MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Pengembangan Wilayah Yang Dibina Oleh Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd. Oleh Retno Diah Suryani 130721611778 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI

description

Makalah Geografi Pngembangan Wilayah

Transcript of Pengembangan Wilayah

Page 1: Pengembangan Wilayah

PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI PEHPULO DAN

SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI KABUPATEN

BLITAR

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Geografi Pengembangan Wilayah

Yang Dibina Oleh Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd.

Oleh

Retno Diah Suryani

130721611778

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI

MARET 2015

Page 2: Pengembangan Wilayah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Blitar mer upakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi

Jawa Timur. Secara astronomis kabupaten Blitar terletak pada 111o 40’–112o 10’

BT dan 7o 58-8o 9’ 51” LS atau berada pada barat daya Ibu Kota Provinsi Jawa

Timur (Surabaya) dengan jarak ± 160 km. Kabupaten Blitar sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang, sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Malang, sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, sedangkan di sebelah selatan

berbatasan dengan Samudera Indonesia. Posisi Kabupaten Blitar yang berbatasan

langsung dengan Samudera Indonesia menjadikan Kabupaten Blitar memiliki

potensi pengembangan wilayah pantai di sepanjang wilayah Kabupaten Blitar

bagian selatan. Terutama untuk pengembangan kawasan wisata. Pengembangan

pantai sebagai kawasan wisata tersebut sudah dilakukan oleh Kabupaten Blitar

dan beberapa pantai yang sudah terdaftar sebagai kawasan wisata antara lain

Pantai Jolosutro, Pantai Serang, Pantai Tambakrejo, Pantai Pangi, Dan Pantai

Pehpulo.

Keberadaan Pantai Pehpulo meskipun sudah terdaftar pada daftar tempat

wisata di Kabupaten Blitar namun pantai tersebut belum dikembangkan sama

sekali sebagai kawasan wisata. Pantai Pehpulo tersebut memiliki karaktetristik

fisik yang unik yaitu di lepas pantai terdapat pulau yang berbentuk seperti buaya.

Selain pulau tersebut juga terdapat beberapa gugusan pulau kecil disekitarnya. Di

sekitar Pantai Pehpulo tersebut juga terdapat beberapa pantai lainnya. Kondisi

pantai Pehpulo tersebut masih alami dan belum banyak orang yang mengunjungi

tempat tersebut. Pantai Pehpulo sendiri berlokasi di sebuah dusun. Dusun tersebut

memiliki kondisi fisik yang menarik. Sehingga selain pantai Pehpulo, dusun

tempat keberadaan pantai Pehpulo tersebut juga berpotensi dikembangkan sebagai

sebuah desa wisata. Di daerah tersebut juga terdapat potensi batu kalsit yang telah

ditambang oleh masyarakat sekitar.

Page 3: Pengembangan Wilayah

Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya memiliki keragaman potensi yang dapat

dikembangkan untuk kawasan wisata. Oleh karena itu dalam makalah ini akan

diuraikan tentang pengembangan objek wisata pantai Pehpulo dan sekitarnya

sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar. Pengembangan pantai Pehpulo

dan daerah sekitarnya tersebut tentunya dilakukan dengan menggunakan prinsip

pembangunan berkelanjutan sehingga kelestarian alam tetap terjaga. Dengan

pengembangan pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya tersebut maka

dimungkinkan dapat menunjang pembangunan daerah setempat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum Pantai Peh Pulo dan daerah sekitarnya?

2. Bagaimana pengembangan objek wisata pantai Pehpulo dan sekitarnya

sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar?

3. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata pantai

Pehpulo dan sekitarnya sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan gambaran umum Pantai Peh Pulo dan daerah sekitarnya.

2. Mendeskripsikan pengembangan objek wisata pantai Pehpulo dan

sekitarnya sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar.

3. Mendeskripsikan peran pemerintah dalam pengembangan objek wisata

pantai Pehpulo dan sekitarnya sebagai kawasan ekowisata di Kabupaten

Blitar.

Page 4: Pengembangan Wilayah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Pantai Peh Pulo Dan Daerah Sekitarnya

Pantai Pehpulo merupakan satu dari beberapa pantai yang ada di

Kabupaten Blitar. Secara administratif Pantai Pehpulo terletak di Dusun Peh Pulo,

Desa Sumbersih, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar. Pantai Pehpulo

juga merupakan satu dari dua pantai yang ada di sekitarnya dengan formasi

berjajar dan tersekat oleh tebing-tebing. Pantai yang berjajar dengan Pantai

Pehpulo tersebut berjajar dari sebelah barat ke timur antara lain Pantai Wedhi

Ombo, Pantai Wedhi Ciut, dan Pantai Pehpulo . Menurut warga sekitar nama

Pantai Pehpulo sendiri diambil dari nama pulau terbesar yang berada di seberang

pantai ini, yakni Pulau Peh.

Keberadaan pantai Pehpulo yang berjajar dengan pantai lainnya

menyebabkan asumsi orang tentang pantai Pehpulo berbeda-beda. Mayoritas

orang yang pernah mengunjungi pantai pantai Wedhi Ombo menyebutnya sebagai

pantai Pehpulo sedangkan sebenarnya Pantai Pehpulo terletak di sebelah timur

Pantai Wedhi Ombo dan Pantai Wedhi Ciut yang tersekat oleh tebing. Selanjutnya

untuk mengunjungi Pantai Pehpulo pengunjung perlu melewati ladang warga

terlebih dulu dengan berjalan kaki. Pemandangan alam yang disuguhkan Pantai

Wedhi Ombo pun sebenarnya sudah menarik. Panjang garis Pantai Wedhi Ombo

±120 m dengan pasir pantai yang berwarna putih. Di Pantai tersebut ketika air laut

surut beberapa biota laut akan terlihat jelas karena air lautnya sangat jernih. Dari

Pantai Wedhi Ombo juga terlihat pulau yang berbentuk seperti buaya. Pulau

tersebut dinamai Pulau Celeng oleh masyarakat sekitar meskipun morfologinya

seperti seekor buaya. Sedangkan di Pantai Pehpulo sendiri panjang garis

pantainya tidak lebih luas daripada Pantai Wedhi Ombo yaitu hanya sekitar 50

meter, namun dari Pantai Pehpulo dapat terlihat dengan jelas beberapa gugusan

pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pantai tersebut. Berdasarkan RTRW

Kabupaten Blitar terdapat 13 pulau-pulau kecil yang berada di sekitar Pantai

Pehpulo. Pulau-pulau tersebut antara lain Pulau Celeng, Pulau Watujaran, Pulau

Watukapal, Pulau Cengger, Pulau Kodok, Pulau Bangkong Kulon, Pulau

Page 5: Pengembangan Wilayah

Watulempar, Pulau Watugundul, Pulau Rowogedang, Pulau Kisut, Pulau Wedhi

Ombo, Pulau Wedhi Ciut, dan Pulau Pehpulo. Pulau-pulau tersebut empat

diantaranya berada pada kawasan Pantai Pehpulo sedangkan 9 lainnya berada

agak jauh dari Pantai Pehpulo. Dari empat pulau yang ada di kawasan Pantai

Pehpulo satu diantaranya dapat dikunjungi dengan berjalan kaki ketika air laut

sedang mengalami surut, sedangkan tiga pulau lainnya memerlukan perahu untuk

dapat berkunjung ke pulau tersebut. Menurut salah satu warga yang bekerja

sebagai penyedia jasa perahu biaya transportasi ke salah satu pulau misalnya

Pulau Celeng dikenakan biaya transport sebesar Rp 200.000 untuk pulang pergi.

Pantai Pehpulo selain memiliki pemandangan alam yang khas daripada

panta-pantai lain di Kabupaten Blitar juga memiliki beberapa tebing-tebing yang

dapat dimanfaatkan sebagai spot-spot pemancingan. Tebing-tebing tersebut telah

dinamai oleh masyarakat sekitar dengan nama-nama tertentu karena masyarakat

sekitar juga telah memanfaatkannya sebagai tempat memancing. Nama-nama

tebing tersebut antara lain Segoro Alas, Mbaung, Nguyah, Gandulan, Patuk

Petung, Ngrante, Nggowah, Ngleles, Moli, dan Rowo Gebang.

Pantai Pehpulo berada di Dusun Pehpulo. Dusun tersebut memiliki

karakteristik fisik maupun sosial yang menarik. Dari segi fisik dusun tersebut

memiliki topografi yang kasar dengan beberapa lembah dan bukit-bukit. Dusun

tersebut juga memiliki jenis tanah yang subur dengan potensi sumber daya air

yang melimpah sehingga dari kedua potensi tersebut mayoritas mata pencaharian

masyarakatnya adalah sebagai petani dengan tanah garapan berupa sawah. Dusun

Pehpulo dengan tanah yang subur dan potensi sumber daya air yang melimpah

menjadikan tanah di daerah tersebut cocok ditanami beberapa jenis tanaman yang

mampu tumbuh dengan baik di daerah yang melimpah akan sumber daya air.

Beberapa jenis tanaman diantaranya adalah padi, bawang merah, kacang tanah,

kelapa, dan lain-lain. Beberapa titik di dusun Pehpulo terdapat batuan-batuan

kalsit. Batuan-batuan tersebut jumlahnya melimpah dan ditambang oleh

masyarakat sekitar.

Page 6: Pengembangan Wilayah

2.2 Pengembangan Objek Wisata Pantai Pehpulo Dan Sekitarnya Sebagai

Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Blitar

Pantai Pehpulo terletak di Kecamatan Panggungrejo yang merupakan

kecamatan paling selatan dari Kabupaten Blitar. Menurut PERDA Kabupaten

Blitar No. 5 tahun 2013 tentang RTRW Tahun 2011-2031 paragraf 7 tentang

kawasan peruntukan pariwisata pasal 45 ayat 2 (a) adalah sebagai berikut “Wisata

alam pantai meliputi : Pantai Tambak Rejo di Kecamatan Wonotirto, Pantai Pasur,

Pantai Gayasan dan Pantai Pangi di Kecamatan Bakung, Pantai Serang dan Pantai

Peh Pulo di Kecamatan Panggungrejo, Pantai Gurah dan Pantai Jolosutro di

Kecamatan Wates.” Dari RTRW tersebut sudah tertera jelas bahwa Pantai

Pehpulo merupakan kawasan peruntukan pariwisata namun pada kenyataannya

pantai tersebut belum dikembangkan sama sekali oleh pemerintah Kabupaten

Blitar. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Blitar perlu lebih memperhatikan

potensi Pantai Pehpulo untuk segera dikembangkan menjadi kawasan wisata.

Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya dengan beberapa karakteristik fisik

dan budaya masyarakat sekitar yang menarik dan berpotensi untuk dikembangkan

menjadi kawasan ekowisata di Kabupaten Blitar. Menurut Sari (2014) Pantai

Pehpulo memiliki beberapa kekuatan (strength) untuk dapat dikembangkan.

Kekuatan (strength) tersebut antara lain:

1. Keadaan pantai yang masih sangat alami

2. Pasir pantai Peh pulo bewarna putih dan bersih dengan dikelilingi bukit

disekitarnya.

3. Ombak yang tidak begitu besar karena adanya pulau-pulau kecil yang seolah

membentengi pantai dari gempuran ombak

4. Terdapatnya dua pantai lain yang terletak berjajar dengan Pantai Pehpulo

yakni Pantai Wedi Ciut dan Pantai Wedi Ombo.

Ekowisata adalah suatu bentuk pariwisata berkelanjutan berbasis pada

sumber daya alam yang pada dasarnya fokus pada pencarian pengalaman dan

pelajaran tentang alam, dan dikelola secara beretika agar berdampak rendah, tidak

konsumtif, dan berorientasi lokal (pengawasan, keuntungan dan skala). Ekowisata

terdapat diwilayah-wilayah alami, dan harus memberi kontribusi terhadap

pelestarian dan pemeliharaan wilayah bersangkutan (Fennel, 1999 dalam Siahaan,

Page 7: Pengembangan Wilayah

2013). Selanjutnya menurut Alan A. Leg, The Ecotourism Travel Market in The

Asia Pasific Region (1996) (dalam Siahaan, 2013) ekowisata juga dapat

didefinisikan sebagai kegiatan petualangan, wisata alam, budaya dan alternative

yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya pertimbangan yang kuat pada lingkungan dan budaya lokal,

2. Kontribusi positif pada lingkungan dan sosial ekonomi lokal,

3. Pendidikan dan pemahaman, baik untuk penyedia jasa maupun pengunjung

mengenai konservasi alam di lingkungan

Siahaan (2013) juga mengemukakan pendapat dari Honey (1999) tentang

karakteristik ekowisata yaitu sebagai berikut:

1. Melibatkan perjalanan ke destinasi-destinasi alami,

2. Meminimalkan dampak,

3. Membangun kesadaran lingkungan,

4. Memberikan keuntungan keuangan secara langsung bagi pemeliharaan,

5. Memberikan keuntungan keuangan dan pemberdayaan masyarakat lokal,

6. Menghormati masyarakat lokal,

7. Mendukung hak asasi manusia dan gerakan demokrasi.

Dari beberapa pendapat ahli tentang ekowisata maka dapat disimpulkan

bahwa ekowisata adalah kegiatan wisata yang berbasis wisata alam yang

menuntut pelestarian objek wisata dan lingkungan sekitarnya. Ekowisata memiliki

fungsi sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan bagi pengelola,

masyarakat setempat, serta pengunjung. Pengelolaan ekowisata juga harus

memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat dan dapat menjadi

sumber dana bagi kepentingan pemeliharaan obyek wisata itu sendiri.

Menjadikan suatu tempat menjadi kawasan ekowisata tidak dapat

dilakukan begitu saja namun harus memperhatikan faktor-faktor tertentu terkait

dengan pengembangan wilayah yang akan dilakukan. Sebagaimana yang

disebutkan Agustin (2011) bahwa faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam menata sebuah kawasan, meliputi lingkungan alam, buatan dan sosial,

tahapan, pembiayaan, pengelolaan pembangunan, serta pembinaan dan

kelembagaan. Perencanaan penataan dilakukan melalui proses dan prosedur

penyusunan serta penetapan rencana penataan. Penataan ditinjau kembali dan atau

Page 8: Pengembangan Wilayah

disempurnakan secara berkala mengikuti kriteria dan tata cara yang ditetapkan

peraturan pemerintah. Selanjutnya penataan sebuah kawasan menjadi sebuah

wadah ekowisata juga harus memperhatikan aspek-aspek dalam strategi

pengembangan objek dan daya tarik wisata alam. Aspek tersebut antara lain:

1. Perencanaan pembangunan,

2. Kelembagaan,

3. Sarana dan prasarana,

4. Pengelolaan,

5. Pengusahaan,

6. Pemasaran,

7. Peran serta masyarakat, dan

8. Aspek penelitian dan pengembangan.

Selanjutnya aspek perencanaan pembangunan objek dan daya tarik wisata

alam mencakup sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang

wilayah), standarisasi, identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan,

dan sistem informasi objek dan daya tarik wisata alam. Di Indonesia sendiri

terdapat beberapa prinsip yang diterapkan dalam ekowisata. Menurut Mahadayani

(2009:18-20) mengemukakan lima prinsip ekowisata di Indonesia antara lain:

1. Prinsip Pelestarian

Prinsip kelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang

dilakukan tidak menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya

setempat.

2. Prinsip Pendidikan

Kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur

pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan

memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan dan hewan

yang ada disekitar daerah wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau

dalam kehidupan seharihari, atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal.

3. Prinsip Pariwisata

Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan

berbagai motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi.

4. Prinsip Ekonomi

Page 9: Pengembangan Wilayah

Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih

lagi apabila perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal

seperti transportasi, akomodasi dan jasa pemandu.

5. Prinsip Partisipasi Masyarakat Setempat

Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alam/budaya itu memberikan

manfaat langsung/tidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat

maka alam/budaya itu harus dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balik

antara atraksi wisata-pengelolaan manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan

partisipasi.

Pengembangan Pantai Pehpulo menjadi sebuah kawasan ekowisata dapat

dilaksanakan dengan menerapkan beberapa ketentuan atau prosedur seperti yang

telah dijabarkan tersebut. Dengan beberapa kekuatan yang dimiliki Pantai

Pehpulo, dengan didukung dengan kondisi alami daerah sekitarnya memberikan

beberapa peluang bagi daerah tersebut untuk dikembangkan menjadi kawasan

ekowisata. Bersamaan dengan pengembangan ekowisata tersebut maka peluang

pengembangan lain akan muncul. Beberapa peluang pengembangan diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dengan membuat

warung makan, losmen (penginapan) dan fasilitas-fasilitas lainnya.

2. Investasi dalam bidang pengembangan pariwisata.

Pengembangan Pantai Pehpulo sendiri sebagai kawasan ekowisata dapat

dibarengi dengan pengembangan daerah sekitarnya khususnya dusun Pehpulo

sebagai kawasan desa wisata. Hal tersebut berdasar potensi yang dimiliki dusun

Pehpulo sendiri. Dusun tersebut memiliki karakter fisik yang menarik. Apabila

berkaca dari kampung wisata yang ada di Bali, disana terdapat kampung wisata

yang menyuguhkan area persawahan sebagai objek wisata. Tentunya dengan

standarisasi tertentu area tersebut dapat menjadi kawasan wisata. Area

persahawan yang ada di dusun Pehpulo juga memiliki karakteristik yang hampir

sama dengan yang ada di Bali. Oleh karena itu potensi itulah yang dapat diangkat

nantinya apabila dusun Pehpulo dijadikan sebagai kawasan desa wisata yang

tentunya melalui standarisasi-standarisasi tertentu untuk menjadikan sebuah

kawasan desa wisata.

Page 10: Pengembangan Wilayah

Selanjutnya daerah Pehpulo tersebut memiliki potensi yang berupa batu

kalsit atau orang sering menyebutnya batu bintang. Batu-batu tersebut ditambang

oleh masyarakat sekitar lalu langsung disetor ke pengepul begitu saja.

Penambangan legal maupun illegal telah ada di daerah tersebut bahkan beberapa

batuan telah terlihat menjadi goa-goa kecil akibat bekas pertambangan yang

dilakukan. Menurut RTRW Kabupaten Blitar tahun 2011-2031 memang di

kecamatan Panggungrejo terdapat wilayah yang diperuntukkan sebagai kawasan

pertambangan namun di pasal lain juga disebutkan ada yang berfungsi sebagai

daerah cagar geologi. Sebagaimana isi RTRW Menurut RTRW Kabupaten Blitar

tahun 2011-2031 pasal 43 ayat 2 (r) tentang kawasan pertambangan “Kalsit berada

di Kecamatan Panggungrejo, Kecamatan Kademangan dan Kecamatan Binangun;

dan .... “ Sedangkan dalam pasal 36 ayat 2 tentang kawasan cagar geologi

disebutkan bahwa “Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf a berupa kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) yang berada

Kecamatan Bakung, Kecamatan Wonotirto, Kecamatan Panggungrejo, dan

Kecamatan Wates.” Ketetapan suatu daerah menjadi kawasan tertentu yang hanya

disebutkan dalam lingkup kecamatan tidak memberikan kejelasan daerah mana

yang benar-benar untuk kawasan satu atau yang lainnya. Akibat hal tersebut letak

sebenarnya antara kawasan pertambangan dengan kawasan cagar geologi menjadi

tidak jelas sehingga dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Hal itu

mungkin terjadi di daerah Pehpulo ini sehingga disana banyak terdapat titik-titik

yang dijadikan titik pertambangan hingga daerah tersebut mengalami degradasi.

Kegiatan pertambangan yang dilakukan secara berlebihan tanpa memperhatikan

kelestarian lingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan

sekitar. Oleh karena itu kegiatan pertambangan yang dilakukan hendaknya

memperhatikan kelestarian lingkungan juga.

Sumarmi (2012:27) bahwa semakin barang komoditi keluar dari suatu

wilayah dalam bentuk barang jadi maka nilai tambah untuk pengembangan

wilayah tersebut semakin tinggi.” Apabila kawasan yang ada di sekitar Pantai

Pehpulo memang merupakan kawasan untuk pertambangan akan lebih baik jika

masyarakat sekitar sendiri yang dapat mengolah hasil pertambangan tersebut

Page 11: Pengembangan Wilayah

sehingga nilai jualnya akan lebih tinggi dan kesejahteraan masyarakat sekitar akan

lebih terangkat.

2.3 Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Objek Wisata Pantai Pehpulo

Dan Sekitarnya Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Blitar

Peran pemerintah dalam pengembangan suatu wilayah sangatlah penting.

Tanpa adanya peran pemerintah pengembangan suatu wilayah itidak akan dapat

berjalan. Pemerintah merupakan pihak yang akan merencanakan dan memutuskan

arah perkembangan suatu wilayah. Kebijakan yang diputustkan atau diberikan

oleh pemerintah akan memberikan dampak baik dampak secara langsung maupun

dampak secara tidak langsung. Dalam pengembangan suatu pariwisata rencana

yang dilakukan dalam pengembangan harus bersifat menyeluruh sehingga dapat

diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat baik dari segi ekonomi, sosial,

dan budaya. Menurut Sastro (2012) peran pemerintah dalam bidang pariwisata

adalah sebagai berikut:

1. Peran pemerintah dalam ekonomi pariwisata

Perencanaan dalam pengembangan tersebut harus mengintegrasikan

pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi,

fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping itu rencana tersebut harus

mampu memberikan kerangka kerja kebijakan pemerintah untuk mendorong

dan mengendalikan pengembangan pariwisata. Pemerintah memiliki tujuan

pokok dari kebijakan ekonomi terhadap pariwisata, yaitu memaksimalkan

kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional. Tujuan kontribusi tersebut

termasuk:

a. Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran

b. Menyiapkan perembangan ekonomi regional dan neraca

perkembangan regional

c. Menyiapkan tenaga kerja

d. Peningkatan dan pendistribusian pendapatan

e. Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial

f. Memaksimalkan pendapatan fiskal.

Page 12: Pengembangan Wilayah

2. Pajak dalam pariwisata

Pajak pariwisata dapat berupa:

a. Pajak atas produk pariwisata biasa dalam bentuk

b. Pajak dibebankan pada konsumen yang bertindak sebagai

wisatawan

c. Pajak dibebankan kepada pemakai jasa pariwisata

3. Pengeluaran pemerintah dalam pariwisata

Beberapa pengeluaran besar pemerintah dalam pariwisata adalah sebagai

berikut:

a. Investasi dan pemeliharaan infrastruktur

b. Fasilitas pengembangan pariwisata

c. Pemasaran pariwisata.

4. Pengawasan pemerintah dalam pariwisata

Pemerintah turut campur dalam sektor pariwisata untuk tujuan

perlindungan terhadap konsumen dengan membuat peraturan menyangkut:

a. Peraturan perlindungan terhadap konsumen

b. Peraturan tentang keteraturan pemasaran

Sesuai dengan beberapa peran pemerintah tersebut pemerintah

Kabupaten Blitar sudah semestinya menjalankan aturan-aturan tersebut terkait

dengan pengembangan Pantai Pehpulo sebagai kawasan ekowisata. Apabila

pemerintah Kabupaten Blitar segera memutuskan suatu kebijakan terkait dengan

pengembangan kawasan ekowisata tersebut dimungkinkan pendapatan daerah

juga akan dapat meningkat dari hasil adanya destinasi wisata baru tersebut.

terlebih lagi menurut Sari (2014) bahwa minat pengunjung terhadap Pantai

Pehpulo semakin meningkat.

Selain pentingnya peran pemerintah dalam pengembangan suatu wilayah

menjadi kawasan wisata, peran masyarakat sekitar juga sangat penting. Adat dan

budaya masyarakat sekitar dapat berpengaruh terhadap kelestarian suatu wilayah.

Apabila masyarakat sekitar mampu mempertahankan adat dan kebiasaannya untuk

turut menjaga kelestarian alam sekitar maka degradasi lingkungan dapat

diminimalisir. Oleh karena itu dalam hal pengembangan ini peran pemerintah dan

peran masyarakat sangat diperlukan agar daerah tersebut dapat berkembang sesuai

Page 13: Pengembangan Wilayah

dengan rencana yang telah dibuat pemerintah setempat dalam aturan rencana tata

ruang wilayah.

Page 14: Pengembangan Wilayah

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pantai Pehpulo dan daerah sekitar pantai memiliki karakteristik yang

menarik sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri dan berpotensi

dikembangkan menjadi sebuah kawasan wisata. Salah satu jenis wisata yang

cocok untuk Pantai Pehpulo yang didukung karakteristik fisik daerah sekitarnya

adalah pengembangan ekowisata.

Ekowisata adalah kegiatan wisata yang berbasis wisata alam yang

menuntut pelestarian objek wisata dan lingkungan sekitarnya. Ekowisata memiliki

fungsi sebagai sarana pendidikan konservasi alam dan lingkungan bagi pengelola,

masyarakat setempat, serta pengunjung. Pengelolaan ekowisata juga harus

memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat dan dapat menjadi

sumber dana bagi kepentingan pemeliharaan obyek wisata itu sendiri.

Apabila pengembangan ekowisata dapat berjalan maka peluan lain akan

bermunculan, diantaranya peluang bagi masyarakat sekitar terkait dengan

pekerjaan sebagai penyedia jasa dan akomodasi dalam hal wisata serta peluang

investasi dalam hal pariwisata. Potensi Pantai Pepulo tersebut juga dapat

menambah destinasi wisata baru di Kabupaten Blitar yang nantinya apabila dapat

dikembangkan dengan baik dapat berpengaruh terhadap peningkatan

kesejahteraan masyarakat setempat serta perekonomian daerah. Pengembangan

Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya sebagai kawasan ekowisata harus

memperhatikan aspek-aspek tertentu dan melalui prosedur-prosedur tertentu

sehingga sebelum dilakukan pengembangan diperlukan pengkajian atau penelitian

terlebih dahulu agar pengembangan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik

daerah tersebut serta pengembangan yang dilakukan dapat berjalan secara

berkelanjutan.

Pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang penting dalam

pengembangan suatu wilayah termasuk dalam bidang pengembangan pariwisata.

Pemerintah memiliki empat peran penting dalam hal pengembangan pariwisata

antara lain adalah peran dalam ekonomi pariwisata, peran dalam penetuan pajak

Page 15: Pengembangan Wilayah

pariwisata, peran dalam mengatur pengeluaran pemerintah dalam bidang

pariwisata, serta peran pengawasan dalam bidang pariwisata. Keberhasilan

pengembangan suatu wilayah juga tidak akan lepas dari campur tangan

masyarakat sekitar. Oleh karena itu peran masyarakat sekitar dalam rangka

pembangunan suatu wilayah sangat diperlukan.

3.2 Saran

1. Perlu adanya perhatian khusus dari pihak pemerintah Kabupaten Blitar

terhadap potensi yang dimiliki Pantai Pehpulo dan daerah sekitarnya agar

daerah tersebut dapat segera dikembangkan

2. Perlu adanya penelitian terlebih dahulu sebelum pantai Pehpulo dan daerah

sekitarnya dikembangkan menjadi kawasan ekowisata

3. Pemerintah hendaknya secara intensif turut serta dalam pengelolaan

kawasan-kawasan wisata

4. Dalam tujuan wisata hendaknya tetap mempertahankan ekologi yang ada

di sekitar objek wisata pantai serta daya dukungnya

5. Perlu merangkul masyarakat sekitar dalam pengembangan suatu destinasi

wisata agar pengembangan tersebut selaras dengan ekologi dan juga sosial

kemasyarakatan setempat

6. Perlunya infrastruktur yang memadai dan pemeliharaan terhadap

infrastruktur tersebut agar kawasan wisata tetap terjaga daya tarik serta

kelestarian lingkungannya.

Page 16: Pengembangan Wilayah

DAFTAR RUJUKAN

Agustin. 2011. Pengembangan Ekowisata Pantai Dalam Memasuki Bisnis Rekresi Berbasis Masyarakat Dan Ekologi. (Online), (https://agustikpm.wordpress.com/2011/05/24/pengembangan-ekowisata-pantai-dalam-memasuki-bisnis-rekreasi-berbasis-masyarakat-dan-ekologi/), diakses 21 Februari 2015.

Mahadayani, Wiwik. 2009. Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata. (Online), (http://unesdoc.unesco.org/images/0018/001855/185506ind.pdf), diakses 21 Februari 2015.

Perda Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blitar.

Sari, Pitana Nur Kumala. 2014. Analisis Swot Objek Wisata Alam Pantai Pehpulo Kabupaten Blitar. (Online), (http://www.academia.edu/9025824/pantai_peh_pulo), diakses 21 Februari 2015.

Sastro, Wanty. Peran Pemerintah Dalam Penegmbangan Pariwisata. (Online), (https://wantysastro.wordpress.com/2012/11/06/peran-pemerintah-dalam-pengembangan-pariwisata/), diakses 28 Februari 2015.

Siahaan, Siahaan Levi. 2013. Definisi dan Karakteristik Ekowisata. (Online), (https://sinthonsiahaan.wordpress.com/2013/04/11/definisi-dan-karakteristik-ekowisata/), diakses 28 Februari 2015.

Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang: Aditya Media Publishing.

Page 17: Pengembangan Wilayah

LAMPIRAN