Anna Muryani: Paradigma Smile Design ... - jurnal.pdgi.or.id
PENGEMBANGAN PRODUK KOPI DENGAN PENAMBAHAN … · telah memberikan bimbingan kepada penulis selama...
Transcript of PENGEMBANGAN PRODUK KOPI DENGAN PENAMBAHAN … · telah memberikan bimbingan kepada penulis selama...
PENGEMBANGAN PRODUK KOPI DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) SEBAGAI
ALTERNATIF MINUMAN FUNGSIONAL DIABETISI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
NANDIKA HIDAYATI
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni
Jacq.) sebagai Alternatif Minuman Fungsional Diabetisi adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Nandika Hidayati
NIM I14100127
ABSTRAK
NANDIKA HIDAYATI. Pengembangan Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak
Biji Mahoni (Swietenia Mahagoni Jacq.) sebagai Alternatif Minuman Fungsional
Diabetisi. Dibimbing oleh AHMAD SULAEMAN
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat gangguan
sekresi insulin dan atau meningkatnya resistensi insulin. Penelitian ini dilakukan
untuk membuat minuman kopi yang mengandung ekstrak biji mahoni (Swetenia
mahagoni Jacq) dengan rasa yang baik dengan cara membuat campuran formula
kopi dengan serbuk ekstrak biji mahoni. Produk kopi dengan penambahan 100 mg
ekstrak biji mahoni (pertakaran saji) atau 0.7% merupakan produk yang disukai
oleh panelis (p<0.05). Kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni tersebut
memiliki kelarutan 97.38% dan densitas kamba 0.4854 g/mL. Produk kopi
tersebut memiliki kadar air 2.80%, kadar abu 5.88%, kadar lemak 1.08%, kadar
protein 6.04%, kadar karbohidrat 84.20%, serat pangan total 0.96%, dan kadar
kafein 7.48% dengan nilai toksisitas 347.097 ppm. Hasil analisis GCMS
menunjukkan senyawa yang terkandung dalam produk kopi diantaranya adalah
Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 15.02%, Octanoic acid, 1,2,3-
propanetriyl ester 46.22%, dan Ester Dodecanoic acid, 1-(hydroxymethyl)-1,2-
ethanediyl 31.28%. Dapat disimpulkan kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni dapat digunakan sebagai alternatif minuman fungsional diabetisi.
Kata kunci: ekstrak, kopi, mahoni, toksisitas.
ABSTRACT
NANDIKA HIDAYATI. Coffee with the addition mahogany seed extract
(Swietenia mahagoni Jacq.) as a functional drink for diabetic. Supervised by
AHMAD SULAEMAN
Diabetes Mellitus (DM) is a metabolism disorder disease signed by increasing of
blood glucose (hyperglicemia) caused by insulin secretion disorder and or
increase of insulin resistance. The purpose of this study was to develop a coffee
product containing mahogany seeds (Swetenia mahagoni Jacq.) with good
sensory as a fungtional drink for diabetic. Coffee product with the addition of 100
mg mahogany seed extract/serving size or 0.7% was chosen product (P<0.05).
The selected coffee has water solubility 97.38% and bulk density 0.4854g/mL. The
selected coffee contained 2.80% moisture, 5.88% ash, 1.08% fat, 6.04% protein,
84.20% carbohydrate, 0.96% total dietary fiber, 7.48% caffeine, and toxicity
values347.097 ppm. GCMS analysis showed that selected coffe was contained
Dodecanoic acid, 1,2,3 esters - propanetriyl, Octanoic acid , 1,2,3 - propanetriyl
ester, and Esther Dodecanoic acid, 1 - ( hydroxymethyl ) -1.2 - ethanediyl. Based
on this study it can be concluded that coffee with the addition of mahogany seed
extract can be used as an alternative functional drink for diabetic.
Key words : coffee, extracts, mahogany, toxicity.
PENGEMBANGAN PRODUK KOPI DENGAN PENAMBAHAN
EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) SEBAGAI
ALTERNATIF MINUMAN FUNGSIONAL DIABETISI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
NANDIKA HIDAYATI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul : Pengembangan Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji
Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Alternatif Minuman
Fungsional Diabetisi
Nama : Nandika Hidayati
NIM : I14100131
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Subhanahu wata’ala atas
limpahan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada suri
tauladan kita Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam beserta keluarganya dan para
sahabatnya. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih teriring
doa kepada semua pihak yang dengan keikhlasan telah banyak membantu penulis
selama proses pendidikan, perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 adalah
Pengembangan Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia
mahagoni Jacq.) sebagai Alternatif Minuman Fungsional Diabetisi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir Ahmad Sulaeman, MS selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan karya
ilmiah ini dan Dr. Turma Sinaga selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis selama berkuliah di Gizi
Masyarakat IPB.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji
sidang yang telah banyak membantu dan memberikan masukan untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.
3. Kedua orangtua tercinta (Hidajat LPD dan Refnei Yumsesni AR), kakak dan
adik tersayang, serta seluruh keluarga atas kasih sayang, doa, nasihat,
dukungan, semangat, dan pengertian sehingga penulis dapat terus berjuang
dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin.
4. Pak Mashudi, Ibu Titi dan Ibu Rizki atas bantuannya dalam proses penelitian.
5. Sahabat-sahabat tersayang yang telah memberikan bantuan dan motivasinya :
Ramadhani, Nur Fitriyani, Novi Luthfiana, Miftachur Rizqi, Dessi Amelia,
Engkun Rohimah, Dessi Dwi A, Novia Akmaliyah, Rahmahwati, Wahyu
Rizki, keluarga ILMAGI 2013/2014, keluarga BKG 2014, dan keluarga
Ecoagrifarma 2011/2013.
6. Rekan-rekan Gizi Masyarakat 47 seperjuangan yang penuh semangat, serta
warga gizi lainnya dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Nandika Hidayati
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 4
Waktu dan Tempat 4
Alat dan Bahan 4
Prosedur Penelitian 4
Rancangan Percobaan 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Serbuk Ekstrak Biji Mahoni 7
Formulasi Produk Kopi dan Mahoni 8
Karakteristik Mutu Indrawi Produk Kopi-Mahoni 10
Penerimaan Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni 20
Karakteristik Fisik Produk Kopi Terpilih dan Ekstrak Mahoni 20
Karakteristik Kimia Produk Kopi Terpilih dan Ekstrak Mahoni 22
Karakteristik Bahan Aktif Ekstrak Biji Mahoni dan Kopi-Mahoni 27
SIMPULAN DAN SARAN 30
Simpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 35
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
1 Biji mahoni (Swetenia mahagoni Jacq) dari sentral produksi 7
2 Produk kopi dan serbuk ekstrak biji mahoni hasil penelitian 10
3 Skor mutu hedonik kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 11
4 Skor uji kesukaan kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 16
5 Diagram batang atribut keselurahan uji kesukaan 19
6 Grafik persentase tingkat penerimaan kopi-mahoni 20
7 Biji mahoni utuh sebelum pengupasan 53
8 Biji mahoni kupas kulit kering 53
9 Maserasi biji mahoni dengan etanol 53
10 Proses evaporasi etanol menggunakan evaporatory 53
11 Serbuk ekstrak biji mahoni akhir 53
12 Formula kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terpilih 53
DAFTAR TABEL
1 Formula kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 9
2 Nilai tingkat kesukaan secara keseluruhan formula kopi-mahoni 19
3 Karakteristik fisik produk kopi-mahoni terpilih dan esktrak mahoni 21
4 Karakteristik kimia produk kopi-mahoni dan ekstrak biji mahoni 22
5 hasil analisis GCMS ekstrak biji mahoni dan kopi-mahoni terpilih 27
6 Rata-rata hasil uji mutu hedonik formulasi kopi dengan ulangan 44
7 Rata-rata hasil uji kesukaan formula kopi dengan ulangan 44
8 Hasil pengolahan nilai uji kesukaan dengan SPSS 44
9 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut rasa manis 45
10 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut rasa pahit 45
11 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut rasa creamer 45
12 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut mouthfeel 45
13 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut flavour 45
14 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut after taste 46
15 hasil pengolahan uji mutu hedonik dengan SPSS 46
16 Uji lanjut duncan mutu hedonik atribut rasa manis 46
17 Uji lanjut duncan mutu hedonik atribut rasa pahit 47
18 Uji lanjut duncan mutu hedonik atribut rasa creamer 47
19 Hasil analisis kadar air produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni 51
20 Hasil analisis kadar abu produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni 51
21 Hasil analisis kadar lemak produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni 51
22 Hasil analisis kadar protein produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni 52
23 Hasil analisis serat pangan tidak larut produk kopi mahoni dan ekstrak 52
24 Hasil analisis serat pangan larut produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni 52
DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur analisis karakteristik fisik (Muchtadi & Sugiono 1989) 35
2 Prosedur analisis karakteristik kimia 35
3 Formulir uji organoleptik 40
4 Hasil Uji Organoleptik dan Nilai SPSS 44
5 Hasil analisis uji toksisitas 47
6 Hasil analisis proksimat sampel 48
7 Dokumentasi kegiatan penelitian 52
8 Hasil analisis Kopi-Mahoni dan Ekstrak mahoni dengan GCMS 53
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang
menyita banyak perhatian adalah Diabetes Mellitus (DM). Di Indonesia DM
merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan karena dapat
menimbulkan kebutaan, gagal ginjal, kaki diabetes (gangrene), penyakit jantung
dan stroke. NCD World Health Organization (WHO) pada tahun 2010
melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena
PTM. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1.3 juta
orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun.
International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta
orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Indonesia
merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah
China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. DM di Indonesia diperkirakan pada
tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi) sebanyak 21.3 juta jiwa
(Depkes 2010).
Diabetes mellitus adalah sindrom kelainan metabolisme karbohidrat yang
ditandai hiperglikemia kronik akibat defek pada sekresi insulin dan atau
inadekuatnya fungsi insulin. Penurunan sensitifitas respon jaringan otot, jaringan
adiposa dan hepar terhadap insulin ini, selanjutnya dikenal dengan resistensi
insulin dengan atau tanpa hiperinsulinemia. Faktor yang diduga menyebabkan
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi
antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor lingkungan dan faktor
makanan (Sahgal et al. 2009).
Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif akibat
fungsi atau struktur dari jaringan atau organ tubuh yang secara progresif menurun
dari waktu ke waktu karena usia atau karena gaya hidup yang kurang tepat.
Kelainan metabolik kronis serius yang dapat terjadi pada diabetisi memiliki
dampak signifikan terhadap kesehatan seseorang, kualitas hidup, harapan hidup
dan sistem layanan kesehatan. DM adalah kondisi dimana konsentrasi glukosa
dalam darah lebih tinggi daripada nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak efektif (Subroto 2006).
DM ditandai oleh banyak tanda dan gejala seperti hiperglikemia, kelainan
metabolisme lipid dan protein, dan beberapa komplikasi jangka panjang yang
mempengaruhi retina, ginjal maupun sistem syaraf (De et al. 2011). Penyakit ini
memerlukan pengobatan jangka panjang dan biaya yang relatif mahal, sehingga
perlu mencari obat anti diabetes yang relatif murah dan terjangkau masyarakat.
Sebagai salah satu jalan adalah dengan menggunakan pengobatan komplementer
dan alternatif (complementary and alternative medicine, CAM) termasuk
didalamnya penggunaan herbal (Subroto 2006). Perlu dilakukan penelitian tentang
obat tradisional yang mempunyai efek antidiabetik. Tahun 1980 WHO
merekomendasikan agar dilakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki
efek menurunkan kadar gula darah karena pemakaian obat modern yang kurang
aman (Kumar et al. 2005).
2
Salah satu tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional adalah
biji mahoni daun kecil atau Swietenia mahagoni Jacq. Mahoni (Swietenia
mahagoni Jacq.) merupakan pohon kayu besar yang berasal dari Hindia Barat dan
dibudidayakan terutama di daerah tropis, seperti Indonesia, India, Malaysia, dan
China. Tanaman ini merupakan salah satu sumber obat tradisional yang paling
populer di Afrika karena memiliki fungsi farmakologis yang ditemukan pada kulit
batang, daun dan biji (Sahgal G. et al. 2009). Biji dan kulit banyak digunakan
untuk pengobatan hipertensi, diabetes, malaria dan epilepsi di Indonesia dan India
(Nagalakshmi et al. 2001).
Penelitian lain menyebutkan bagian kulit mahoni dapat digunakan sebagai
ramuan untuk pengobatan diare, sumber vitamin dan zat besi, dan antipiretik,
sedangkan bagian biji dapat digunakan sebagai pengobatan kanker, amoebiasis,
batuk dan usus parasitisme (Divyal et al. 2012). Menurut Maiti et al. (2009)
senyawa swietenine yang di isolasi dari biji mahoni memiliki efek hipoglikemik
yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Biji dari Swietenia mahagoni Jacq.
ini juga mengandung senyawa flavonoid yang cukup tinggi. Flavonoid dapat
memberikan rasa yang sepat dan pahit ketika dikonsumsi. Kebanyakan orang
penderita diabetes enggan mengonsumsi biji mahoni dikarenakan rasa pahit yang
dimilikinya (Hajli 2011).
Kopi merupakan minuman kesukaan bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian Chandra et al. (2012) yang
menyatakan pada masyarakat Indonesia lebih menyukai untuk mengonsumsi kopi
jenis robusta dibanding arabica karena harganya yang relatif lebih murah dan
rasanya yang khas. Selain rasa yang khas, zat bioaktif yang terdapat didalam kopi
mengandung sebagian besar senyawa penting yang diketahui terdapat dalam
pangan fungsional seperti flavonoid (katekin, anthocyanins), asam ferrulic dan
asam caffeic. Hasil penelitian Paynter et al. (2006) menyebutkan bila seseorang
meminum kopi sebanyak 4 gelas perhari akan menurunkan risiko diabetes sebesar
23% dibandingkan dengan seseorang yang tidak meminum kopi. Hasil ini
disebabkan oleh adanya asam klorogenat yang terdapat dalam biji kopi yang
diduga memiliki potensi untuk menghambat enzim α-glukosidase.
Biji mahoni dan kopi dapat menjadi alternatif minuman fungsional bagi
para diabetisi. Kopi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pelengkap
fungsional yang dapat menutupi rasa pahit dari biji mahoni. Selain itu kombinasi
antara kopi dan ekstrak biji mahoni juga diharapkan dapat memaksimalkan efek
fungsional masing-masing bahan tersebut. Oleh karena itu, minuman kopi yang
mengandung ekstrak biji mahoni perlu diformulasikan dengan baik agar dapat
memberikan efek fungsional dan dapat diterima konsumen.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini diantaranya:
1. Bagaimana cara membuat ekstrak biji mahoni dan kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni?
2. Bagaimana hasil dari uji organoleptik untuk menentukan formula terbaik dari
kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni?
3
3. Bagaimana hasil analisis sifat fisik (uji kelarutan dan densitas kamba) dan
kimia (analisis proksimat, serat pangan, kandungan kafein dan komponen
penyusun dengan gas crhomatography) ekstrak biji mahoni dan produk kopi
dengan penambahan ekstrak biji mahoni?
4. Bagaimana hasil dari pengujian toksisitas pada ekstrak biji mahoni dan produk
kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk kopi
dengan penambahan ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai
alternatif minuman fungsional diabetisi berdasarkan analisis daya terima (uji
organoleptik).
Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus memiliki tujuan:
1. Mempelajari cara pembuatan ekstrak biji mahoni
2. Mengembangkan formula kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni dan
menentukan formula terbaik dari kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni
(secara organoleptik).
3. Menganalisis sifat fisik (uji kelarutan dan densitas kamba) dan kimia (analisis
proksimat, serat pangan, kandungan kafein dan komponen penyusun dengan
gas crhomatography) ekstrak biji mahoni dan produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni
4. Mengevaluasi tingkat toksisitas ekstrak biji mahoni dan produk kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai pemanfaatan biji mahoni yang dapat dikembangkan untuk diambil
ekstraknya dan ditambahkan kedalam kopi untuk menyamarkan rasa pahit. Produk
ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif minuman fungsional bagi
penderita diabetes mellitus.
4
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan selama enam bulan dimulai dari bulan Maret 2014
sampai Agustus 2014. Pembuatan ekstrak biji mahoni, analisis fisik dan kimia
dilakukan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, uji organoleptik dilakukan
di Laboratorium Organoleptik, Departemen Gizi Masyarakat, FEMA, IPB.
Pembuatan serbuk ekstrak biji mahoni dilakukan di SEAFAST, FATETA IPB,
analisis toksisitas ekstrak biji mahoni dan formula produk kopi terpilih dilakukan
di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB, sedangkan pengukuran
senyawa penyusun serbuk ekstrak biji mahoni dan formula produk kopi terpilih
menggunakan gas crhomatography mass spechtrophotometer (GCMS)
dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu UIN Jakarta.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat ekstrak biji mahoni dan produk kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni. Biji mahoni yang digunakan merupakan biji
mahoni jenis Swetenia mahagoni Jaq. yang diperoleh dari sentra produksi biji
mahoni di Yogyakarta. Sedangkan kopi yang digunakan dalam formulasi produk
merupakan produk kopi NESCAFÉ Classic dengan 100% kopi murni yang dibuat
dari biji kopi robusta terpilih yang dijual dipasaran oleh PT. Nestle Indonesia.
Pemakaian etanol, cremophor, dan maltodesktrin juga diperlukan dalam
pembuatan ekstrak biji mahoni, sedangkan creamer, sukralosa, dan garam
digunakan dalam formula kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni. Selain itu
bahan-bahan yang digunakan untuk analisis sifat fisik dan kimia merupakan
bahan standar dalam metode analisis proksimat, serat pangan, densitas kamba dan
kelarutan.
Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan produk kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni yaitu wadah plastik, pisau, blender, baskom,
cabinet drying, kain saring, vacum drying, gelas piala, labu takar, lumpang,
mortar, timbangan, strirrer, homogenizer D-500 (Wiggen Hauser, Jerman), dan
rotavapor-R Buchi CH9230 (Swiss) dengan vacum Type A-36 (Japan). Alat-alat
yang digunakan untuk analisis adalah pH meter ECPH-602 (Esoscan, Jerman),
gas crhomatography mass spechtrophotometer (GCMS) type-QP2010 Plus
(Jerman), termometer, gelas ukur, pipet, timbangan analitik, penangas air, dan
alat-alat yang digunakan untuk melakukan analisis kimia metode proksimat.
Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi beberapa tahapan. Dimulai dari
penelitian pendahuluan yaitu sortasi biji mahoni yang akan diekstrak dan
pembuatan ekstrak biji mahoni, dan penelitian utama yaitu formulasi dan
pembuatan kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni (formula terbaik dipilih
berdasarkan parameter uji organoleptik) dan analisis mutu produk (analisis sifat
5
fisik, kimia, toksisitas dan fisikokimia). Formula produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni dilakukan dengan variasi pada penambahan konsentrasi
serbuk ekstrak biji mahoni kedalam formula kopi.
1. Penelitian Pendahuluan
a. Pembuatan Ekstrak Biji Mahoni
Tahap pertama dalam prosedur penelitian ini adalah ekstraksi biji mahoni
agar didapatkan filtrat pekat yang diproses lebih lanjut menjadi serbuk minuman
biji mahoni. Langkah awal yang harus dilakukan adalah biji mahoni segar
disortasi dan dipilih yang masih segar kermudian dikeringkan (cabinet drying)
selama 2x24 jam, kemudian biji mahoni kering yang didapat dihancurkan dengan
blender (20 mesh) dan ditambahkan etanol dengan perbandingan etanol : biji
mahoni kering 7:1. Bahan-bahan tersebut kemudian dimaserasi 2x24 jam sampai
dengan filtrat penyaringan hasil maserasi sudah jernih (4 kali perlakuan maserasi
dengan etanol) dan disaring. Selanjutnya filtrat etanol dievaporasi dengan
evaporator sampai dengan didapat filtrat pekat biji mahoni.
b. Pembuatan Serbuk Ekstrak Biji Mahoni
Pembuatan serbuk dari ekstrak biji mahoni menghasilkan serbuk yang
dapat larut sempurna saat dicampurkan dengan pelarut (air) serta rendemen serbuk
biji mahoni. Langkah kerja lanjutan untuk pembuatan serbuk ekstrak biji mahoni
yaitu filtrat pekat ekstrak biji mahoni ditambahkan cremophor sebanyak 1% dan
dihomogenisasi (dengan alat homogenizer). Selanjutnya ditambahkan bahan
pengisi (maltodekstrin) sebanyak 1 kg dan aquadest untuk membantu pelarutan,
kemudian, dihomogenisasi kembali (dengan alat homogenizer) dan didiamkan
pada suhu ruang (kurang lebih 12 jam). Setelah bahan didiamkan kemudian
dikeringkan dengan vaccum drying sehingga menjadi serbuk biji mahoni.
2. Penelitian Utama
a. Formulasi Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni
Tahapan pertama formulasi adalah mencari jenis kopi dan krimer
dipasaran yang mudah ditemui untuk membuat formula kopi yang cocok sebelum
penambahan ekstrak biji mahoni. Setelah formula kopi didapatkan maka
dilakukan perlakuan pemberian ekstrak biji mahoni. Masing-masing 100 mg, 200
mg, dan 300 mg serbuk ekstrak biji mahoni ditambahkan kedalam formula kopi
yang terdiri dari pemanis sukralose 30 mg, garam 100 mg, kopi instan 3 gram dan
creamer 12 gram. Setelah ditambahkan, masing-masing formula kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni tersebut kemudian dry mixing selama 20 menit
untuk membuat campuran kopi-mahoni yang homogen.
b. Uji Organoleptik Formula produk terpilih ditentukan berdasarkan uji organoleptik. Uji
organoleptik yang dilakukan adalah uji penerimaan untuk mendapatkan tanggapan
setiap panelis terhadap produk yang disajikan. Uji penerimaan ini bertujuan untuk
mengetahui apakah produk minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni tersebut disukai atau tidak. Uji penerimaan yang dilakukan adalah uji
6
kesukaan menggunakan skala 9 (1= amat sangat tidak suka dan 9= amat sangat
suka). Selain itu juga digunakan uji pembedaan untuk melihat karakteristik tiap
formula kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni dengan melakukan uji mutu
hedonik. Pengujian organoleptik menggunakan 30 panelis semi terlatih. Panelis
diminta tanggapannya terhadap sepuluh parameter uji diantaranya odor, warna,
aroma kopi, aroma asing, rasa manis, rasa pahit, rasa creamer, mouthfeel, flavour,
dan after taste pada uji kesukaan dan mutu hedonik. Skala yang digunakan pada
masing-masing parameter adalah skala garis dengan jumlah skala 9 (Lampiran 3).
c. Analisis Mutu Produk Terpilih
Produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni dipilih dari hasil
penilaian uji organoleptik. Selanjutnya produk kopi terpilih dan serbuk ekstrak
biji mahoni dianalisis sifat fisik (uji kelarutan dan densitas kamba) dan kimia
(analisis proksimat, serat pangan, uji toksisitas BSLT, dan senyawa penyusun
dengan gas crhomatography mass spechtrophotometer).
Karakteristik fisik minuman fungsional biji mahoni yang diamati adalah
kelarutan dan densitas kamba. Kelarutan diukur dengan melarutkan sampel dalam
air kemudian disaring dengan kertas Whatman no 42, lalu kertas saring
dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC sampai bobotnya tetap. Setelah itu,
kelarutan dalam air diukur dengan membagi bobot kertas saring akhir (g) yang
dikurangi bobot kertas saring awal (g) dengan bobot sampel kering (g) dikali
100%. Penetapan kadar air dengan metode oven, penetapan kadar abu dengan
metode kering, penetapan kadar protein dilakukan dengan metode Mikro Kjeldahl,
penetapan kadar lemak menggunakan metode Ekstraksi Soxhlet, penetapan
karbohidrat dengan metode by difference, dan penetapan serat dengan metode
enzimatis (Kusnandar et al.2011). Analisis toksisitas menggunakan larva udang
metode BSLT (Biofarmaka IPB 2014) (lampiran 1), dan analisis senyawa
penyusun dari serbuk ekstrak biji mahoni dan formula kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni menggunakan gas crhomatography mass spechtrophotometer.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam formula adalah rancangan
acak lengkap dua kali ulangan dan dengan perbedaan konsentrasi ekstrak biji
mahoni yang ditambahkan kedalam formula kopi standar. Analisis data pada
produk terpilih hasil uji organoleptik dilakukan secara deskriptif. Model linear
yang digunakan adalah sebagai berikut:
= µ + + εij
Dimana:
= nilai pengamatan respon taraf perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
i = banyaknya perlakuan
j = banyaknya ulangan
µ = nilai rataan umum
= pengaruh perlakuan formula tepung pada taraf ake-i
εij = galat penelitian karena pengaruh taraf perlakuan ke-i, ulangan ke-j
7
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Microsoft
Excell for Windows 2007, dan SPSS 16.0. Data hasil uji organoleptik pada
penelitian pendahuluan dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai rata-rata
masing-masing atribut orgoleptik. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan
menggunakan sidik ragam ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka
dilakukan uji lanjut Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Serbuk Ekstrak Biji Mahoni
Tahap pembuatan serbuk ekstrak biji mahoni bertujuan untuk
mendapatkan serbuk mahoni yang siap untuk ditambahkan kedalam formula kopi.
Serbuk mahoni terbuat dari biji mahoni jenis Swetenia mahagoni Jacq. yang
diperoleh dari sentral produksi mahoni di Yogyakarta. Berikut gambar biji mahoni
yang digunakan dalam penelitian ini (Gambar 1).
Gambar 1 Biji mahoni (Swetenia mahagoni Jacq) dari sentral produksi
Biji mahoni sebanyak 3 kg dikupas kulitnya dan dipilih yang masih segar.
Hasil dari 3 kg biji mahoni awal yang dikupas kulitnya tersebut menghasilkan biji
mahoni kupas kulit terpilih sebesar 1.6 kg. Biji mahoni kupas kulit ini kemudian
dipanaskan didalam oven untuk dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam.
Setelah dikeringkan, biji mahoni kering ditimbang kembali dan menghasilkan
1592 gram. Biji mahoni kupas kulit yang telah kering kemudian dihaluskan untuk
memperbesar luas permukaan sebelum proses pelarutan dengan pelarut organik
(20 mesh). Proses penghalusan biji mahoni menggunakan blender menghasilkan
serbuk seberat 1588 gram. Kehilangan 4 gram mungkin disebabkan karena
masalah teknis, seperti serbuk yang masih tertinggal atau menempel di blender,
meja, sendok, dan sebagainya.
Serbuk biji mahoni awal tersebut kemudian dilarutkan dalam etanol teknis
sebanyak 8 Liter lalu dimaserasi selama 2x24 jam dengan kecepatan alat medium.
Larutan etanol ini kemudian disaring menggunakan penyaring vakum
8
menggunakan kertas saring whatman 41 dan difiltrasi menggunakan rotary
evaporator. Tahapan pelarutan zat aktif, penyaringan dan penguapan tersebut
diulang sebanyak 4 kali menggunakan 28 Liter pelarut etanol teknis. Hasil
evaporasi akhir didapatkan ekstrak pekat larutan tanpa etanol yang kemudian akan
diubah fasenya menjadi fase padatan berupa serbuk. Ekstrak pekat larutan yang
didapatkan tersebut merupakan campuran heterogen yang bila didiamkan
beberapa saat akan terpisah menjadi 3 fase, yaitu fase minyak, air, dan padatan.
Fase yang digunakan dalam penelitian ini hanya fase minyak dan air dengan
jumlah volume keseluruhan sebesar 627 mL.
Kedua fase ekstrak biji mahoni ini dicampur dengan emulsifier
(chremophor) sebanyak 10.175 mg agar menjadi larutan emulsi yang homogen.
Emulsifier adalah substansi yang berfungsi untuk menjaga kestabilan emulsi
karena memiliki bagian hidrofilik dan hidrofobik dengan meningkatkan kestabilan
kinetik (IUPAC 1997). Chermophor merupakan salah satu jenis emulsifier yang
memiliki tingkat kemurnian tinggi dan dapat menjaga stabilitas larutan emulsi
dengan sangat baik dan banyak digunakan pada industri farmasi. Emulsifier jenis
chermophor memiliki nilai HLB antara 12-14. Menurut Anggirasti (2008),
emulsifier dengan nilai HLB 2.0 sampai 6.5 cocok digunakan pada sistem emulsi
w/o, sedangkan emulsifier dengan nilai HLB 8.5 sampai 16.5 cocok untuk emulsi
o/w.
Selanjutnya, larutan emulsi tersebut dicampurkan dengan maltodekstrin
sebanyak 1 kg yang telah dilarutkan dalam aquadest. Maltodesktrin
(C6H12O5)nH2O merupakan bahan pengisi yang memiliki berat molekul rata-rata
kurang lebih 1800 untuk DE (Dextrose Equivalent). Berat molekul ini jauh lebih
kecil dari pati alami yang memiliki berat molekul sekitar 2 juta. Menurut Hui
(1992) maltodekstrin dapat digunakan pada makanan dan minuman karena
memiliki sifat–sifat tertentu seperti maltodekstrin mampu membentuk film,
mengalami proses dispersi yang cepat, memiliki daya larut yang tinggi memiliki
sifat higroskopis yang rendah, sifat browning yang rendah, dan memiliki daya ikat
yang kuat. Campuran akhir dari larutan emulsifier dan maltodekstrin ini
membentuk cairan yang sangat kental sehingga penggunaan spray drying tidak
mungkin dilakukan. Vaccum drying dipilih sebagai alternatif untuk pengeringan
dan pembuatan serbuk ekstrak biji mahoni. Serbuk yang dihasilkan sebesar 1.278
kg. Serbuk ekstrak mahoni tersebut digunakan dalam formulasi kopi mahoni
instan.
Formulasi Produk Kopi dan Mahoni
Tahap formulasi bertujuan untuk menentukan bahan penyusun produk
kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni agar diperoleh produk terbaik yang
dapat diterima oleh panelis. Jenis dan konsentrasi bahan penyusun kopi
diantaranya kopi instan, creamer nabati, sukralosa, dan garam yang ditambahkan
dapat mempengaruhi karakteristik formula produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni yang dihasilkan. Penambahan bahan penyusun kopi tersebut
juga dapat mempengaruhi hasil analisis fisik dan kimia produk terpilih yang
diperoleh dari hasil uji organoleptik.
Kopi jenis robusta merupakan salah satu bahan penyusun utama dalam
formula. Menurut Brown (2007) minuman kopi (ground, instan, tanpa kafein atau
9
espresso) bervariasi tergantung pada biji dimana diproduksi, cara pemrosesan biji
dan bahan-bahan yang ditambahkan kedalam produk kopi. Selain rasa yang khas,
zat bioaktif yang terdapat didalam kopi mengandung sebagian besar senyawa
penting yang diketahui terdapat dalam pangan fungsional seperti flavonoid
(katekin, anthocyanins), ferrulic acid dan caffeic acid. Selain itu komponen aktif
biologis juga ditemukan seperti asam nicotinic, trigonelina, asam quinolinic, asam
tanat, asam pyrogallic, dan kafein.
Selain kopi, bahan tambahan yang diberikan kedalam formula adalah
sukralosa. Sukralosa adalah triklorodisakarida, yaitu 1,6-dichloro-1,6-dideoxy-β-
fructofuranosyl-4-cloro-4-deoxy-α-D-galactopyranoside dengan rumus kimia
C12H19Cl3O8. Sukralosa berbeda dengan sukrosa. Sukralosa merupakan senyawa
berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, mudah larut dalam air dan alkohol
serta berasa manis tanpa rasa yang tidak diinginkan. Sukralosa memiliki tingkat
kemanisan relatif sebesar 600 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai
kalori karena sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh
sebagaimana halnya sukrosa. Oleh sebab itu, sukralosa dimasukkan ke dalam
golongan GRAS (Generally Recognized as Safe) dan sangat bermanfaat sebagai
pengganti gula bagi penderita diabetes baik tipe I maupun II (Cahyadi 2008).
Penggunaan creamer dalam formula produk kopi dimaksudkan untuk
menutupi rasa pahit dari ekstrak biji mahoni yang ditambahkan. Creamer yang
digunakan dalam formula adalah creamer nabati atau non dairy product.
Berdasarkan SNI No. 4444:2009 creamer nabati bubuk adalah produk berbentuk
bubuk yang dibuat dari lemak atau minyak nabati dan bahan pangan lain dengan
atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang diizinkan dan dikemas
secara kedap (BSN 2009). Salah satu bahan baku minyak nabati yang banyak
digunakan dalam pembuatan creamer bubuk nabati adalah kelapa sebagai bahan
baku pada pembuatan non dairy creamer. Non Dairy Creamer adalah produk
pengganti susu atau krim yang merupakan produk emulsi lemak dalam air, dibuat
dari minyak nabati yang dihidrogenasi dengan penambahan BTP yang diizinkan
(Safitri 2013).
Bahan-bahan penyusun tersebut kemudian dicampurkan dan ditambahkan
dengan serbuk ekstak biji mahoni. Penambahan bahan-bahan penyusun tersebut
berdasarkan trial-error pembuatan kopi. Berikut hasil formulasi kopi yang
diperoleh (Tabel 1).
Tabel 1 Formula kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni
Komposisi Formula 1 Formula 2 Formula 3
% Serving size (g) % Serving size (g) % Serving size (g)
Kopi Instan 19.7 3 19.6 3 19.4 3 Creamer 78.8 12 78.3 12 77.8 12 Sukralose 0.2 0.03 0.2 0.03 0.2 0.03 Garam 0.7 0.1 0.7 0.1 0.6 0.1 Ekstrak biji
mahoni 0.7 0.1 1.3 0.2 1.9 0.3
Berdasarkan tabel 1 terilihat pada persentase ketiga formula, creamer
merupakan penyusun komposisi terbesar (±78%) diikuti kopi instan (±19%).
Persentase taraf perbedaan penambahan ekstrak biji mahoni pada kopi yaitu 0.7%,
1.3%, dan 1.9%. Berdasarkan serving size, berat total dari produk kopi tanpa
penambahan ekstrak biji mahoni adalah 15.01 gram, dimana tiap serving size-nya
tersusun dari kopi instan sebanyak 3 gram, creamer 12 gram, sukralosa 30 mg,
10
dan garam 100 mg. Taraf perbedaan ekstrak biji mahoni yang ditambahkan
kedalam formula kopi berturut-turut adalah 100 mg, 200 mg, dan 300 mg. Bila
dipersentasikan Berikut gambar formula kopi dan ekstrak biji mahoni yang dibuat
dalam penelitian (Gambar 2).
Gambar 2 Produk kopi dan serbuk ekstrak biji mahoni hasil penelitian
Jumlah ekstrak mahoni yang ditambahkan kedalam formula kopi dipilih
berdasarkan tahap trial-error formulasi awal dimana minuman kopi yang telah
dibuat hanya dapat menutupi rasa pahit ekstrak mahoni sampai dengan 300 mg.
Diatas konsentrasi tersebut rasa pahit yang ditimbulkan oleh penambahan ekstrak
biji mahoni sudah tidak dapat tertutup walaupun dengan penambahan kopi instan,
creamer, sukralosa, dan garam dalam jumlah lebih banyak.
Karakteristik Mutu Indrawi Produk Kopi-Mahoni
Penilaian organoleptik adalah penilaian menggunakan indera dengan
kemampuan sensori. Penilaian organoleptik banyak digunakan untuk menilai
mutu komoditas hasil pertanian dan makanan. Indera manusia yang sangat umum
digunakan dalam penilaian penerimaan suatu makanan adalah indera pencicip,
penglihat, pembau dan peraba. Terdapat beberapa uji organoleptik yang biasa
digunakan dalam industri pangan diantaranya uji kesukaan (hedonik) dan uji mutu
hedonik.Pada uji kesukaan panelis diminta tanggapannya mengenai kesukaan dan
ketidaksukaan terhadap suatu produk, sedangkan untuk uji mutu hedonik
tanggapan yang diberikan berdasarkan kesan baik atau buruk. Menurut Rahayu
(1998), biasanya uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui respon panelis
terhadap sifat mutu yang umum misalnya warna, aroma, tekstur, dan rasa. Melalui
uji kesukaan akan diketahui sifat mutu minuman yang dihasilkan baik rasa, aroma,
warna, dan tekstur. Sedangkan uji mutu hedonik ingin mengetahui respon
terhadap sifat-sifat produk yang lebih spesifik.
Ketiga formula kopi mahoni yang telah dibuat selanjutnya diuji secara
organoleptik menggunakan 30 orang panelis semi terlatih. Panelis semi terlatih
adalah panelis yang mengetahui sifat sensorik dari sampel karena mendapat
penjelasan atau pelatihan singkat (Soekarto 1985). Panelis yang dilibatkan dalam
uji organoleptik ini harus memenuhi kriteria inklusi, yaitu sehat, tidak alergi
terhadap kopi, pernah mendapatkan kuliah mengenai organoleptik, telah
mengambil mata ajar Percobaan Makanan (GIZ 332), menyukai kopi, dan
mengonsumsi kopi lebih dari 2 kali dalam seminggu. Panelis menilai produk kopi
tersebut dari segi kesukaan (hedonik) dan mutu sensori.
11
a. Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik merupakan uji untuk menentukan mutu tertentu dari
suatu bahan dengan menggunakan panelis dalam penilaiannya. Mutu hedonik
yang diuji pada penelitian ini diantaranya adalah odor, warna, aroma kopi, aroma
asing, rasa manis, rasa pahit, rasa creamer, mouthfell, flavour, dan after taste.
Berdasarkan gambar 4 dapat diketahui bahwa hasil organoleptik mutu hedonik
produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg memiliki rasa
manis, rasa creamer, dan flavour yang lebih kuat dibanding ekstrak 200 mg dan
300 mg. Atribut rasa pahit dan aftertaste pada kopi dengan penambahan ekstrak
biji mahoni 300 mg lebih kuat dibandingkan dua formula kopi lainnya. Nilai rata-
rata dari mutu hedonik setiap atribut pada setiap formula dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3 Skor mutu hedonik kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni
Keterangan :
Odor : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
Warna : 1= Cokelat Amat Sangat Muda, 2= Cokelat Sangat Muda, 3= Cokelat Muda,
4= Cokelat Agak Muda, 5= coklat, 6= Cokelat Agak Tua, 7= Cokelat Tua, 8=
Cokelat Sangat Tua, 9= Cokelat Amat Sangat Tua
Aroma Kopi : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
Aroma Asing : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
Rasa Manis : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
Rasa Pahit : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
Rasa Creamer : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
Mouthfeel : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
12
Flavour : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat
After taste : 1= amat sangat lemah, 2= sangat lemah, 3=lemah, 4=agak lemah, 5= just about
right, 6=agak kuat, 7=kuat, 8=sangat kuat, 9= Amat Sangat Kuat 1. Odor
Odor adalah sensasi atau kesan yang diterima ketika mencium atau
menghirup senyawa-senyawa volatil (saat minuman belum di rongga mulut)
(Rahayu 1998). Pengujian mutu odor dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh senyawa volatil yang berasal dari kopi dan ekstrak biji mahoni.
Penilaian mutu hedonik odor dalam skala 1 sampai 9. Nilai odor yang semakin
rendah menunjukkan mutu produk minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni semakin lemah dan nilai odor semakin tinggi menunjukkan mutu produk
yang semakin kuat. Hasil uji mutu hedonik atribut odor dapat dilihat pada
lampiran 4.
Hasil uji organoleptik terhadap mutu odor pada formula penambahan
ekstrak 100 mg, 200 mg, dan 300 mg berkisar antara nilai 4 sampai dengan 6
yaitu agak lemah sampai agak kuat. Nilai rataan odor terendah yaitu 4.58 terdapat
pada kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg, sedangkan nilai rataan
odor tertinggi yaitu 5.15 terdapat pada kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni 300mg. Namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antar mutu odor
formula dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg, 200 mg, dan 300 mg
(p>0.05). Berdasarkan Lewis (1980) kopi jenis robusta memiliki rasa pahit dan
odor yang menyenangkan panelis ketika diseduh sehingga kopi robusta memiliki
jumlah konsumen lebih banyak dibandingkan jenis lainnya.
2. Warna
Warna memegang peranan penting dalam menentukan penerimaan
konsumen karena merupakan kesan pertama yang diperoleh oleh konsumen.
Menurut Meilgaard et al. (1999), warna merupakan salah satu atribut penampilan
produk yang sering menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk
secara keseluruhan. Hasil uji mutu hedonik atribut warna dapat dilihat pada
lampiran 4.
Penilaian mutu hedonik atribut warna dalam skala 1 sampai 9. Nilai warna
yang semakin rendah menunjukkan mutu produk minuman kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni semakin berwarna coklat sangat muda dan nilai
warna semakin tinggi menunjukkan semakin berwarna coklat sangat tua. Hasil uji
organoleptik terhadap mutu atribut warna pada kopi dengan penambahan ekstrak
100 mg, 200 mg, dan 300 mg berkisar antara nilai 5 dan 6 yaitu coklat dan coklat
agak tua, dimana nilai tertinggi (5.45) terdapat pada kopi dengan penambahan
ekstrak 200 mg sedangkan nilai terendah (5.32) terdapat pada kopi dengan
penambahan ekstrak 100mg. Namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antar
mutu warna formula dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg, 200 mg,
dan 300 mg (p>0.05). Berdasarkan penelitian Rejo et al. (2012) mengenai
organoleptik kopi robusta menunjukkan semakin pekat warna kopi maka akan
semakin menarik panelis untuk menyukai produk kopi tersebut.
3. Aroma Kopi dan Aroma Asing
Aroma merupakan penilaian terhadap suatu produk dengan menggunakan
indra penciuman. Aroma dapat diterima oleh sistem olfaktori melalui substansi
yang ada di dalam mulut dan biasanya disebabkan oleh senyawa volatil yang
terkandung dalam produk tersebut (Meilgaard et. al 1999). Atribut aroma pada uji
13
organoleptik di bagi menjadi 2 atribut yaitu aroma kopi dan aroma asing. Hasil uji
mutu hedonik atribut aroma dapat dilihat pada lampiran 4.
Nilai atribut mutu aroma kopi dan aroma asing yang berbeda dipengaruhi
jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan kedalam produk kopi. Tabel 4
menunjukkan bahwa hasil penilaian mutu hedonik terhadap aroma kopi memiliki
kisaran nilai antara 4 sampai 6, atau antara agak lemah sampai agak kuat. Nilai
rata-rata terendah (5.19) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 100 mg
dan 200 mg. Nilai rata-rata tertinggi (5.30) diperoleh produk kopi dengan
penambahan ekstrak 300 mg. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji
mahoni pada formula kopi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap aroma kopi
(p>0.05). Hal ini berarti, perbedaan jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan
tidak mempengaruhi mutu aroma kopi pada produk yang dihasilkan.
Atribut aroma asing pada formula produk kopi memiliki kisaran nilai
antara 4 sampai 6, atau antara agak kuat sampai agak lemah. Nilai rata-rata
terendah (4.60) diperoleh oleh produk kopi dengan penambahan ekstrak 100mg.
Nilai rata-rata tertinggi (4.91) diperoleh produk kopi dengan penambahan ekstrak
300 mg. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula
kopi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap aroma asing (p>0.05). Hal ini
berarti perbedaan jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan tidak
mempengaruhi nyata mutu aroma asing pada produk yang dihasilkan.
Tempat penanaman yang ideal, tanah yang subur dan kualitas penyinaran
yang baik mengakibatkan kopi memiliki aroma yang khas. Selain itu mutu kopi
merupakan faktor yang sangat penting penghasil aroma kopi. Semakin baik mutu
kopi maka aroma kopi akan semakin baik. Aroma yang dihasilkan kopi akan
berbeda pada setiap daerah penghasil kopi. Selain itu faktor genetik dapat pula
berpengatuh terhadap aroma kopi seduh (Sulistyowati 2002).
4. Rasa Manis, Rasa Pahit dan Rasa Creamer
Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indra lidah.
Penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi empat cecapan utama yaitu asin,
asam, manis, dan pahit. Rasa makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-
kuncup cecapan yang terletak pada papilla yaitu bagian noda merah jingga pada
lidah. Namun cecapan adalah indera yang informasinya paling tidak jelas. Sel
cecapan mengalami degradasi, semakin tua semakin rendah jumlah sel cecapan
perasanya (Winarno 1997). Nilai rasa yang digunakan dalam penilaian mutu
hedonik dipecah menjadi tiga atribut yaitu rasa manis, rasa pahit, dan rasa
creamer. Pemecahan ini dibuat karena rasa yang dihasilkan oleh formula produk
kopi dan ekstrak biji mahoni dikhawatikan dapat membuat rancu penilaian
panelis.
Nilai atribut mutu rasa manis, rasa pahit, dan rasa creamer yang berbeda
dipengaruhi jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan kedalam produk kopi.
Rasa manis produk berasal dari sukralosa yang ditambahkan, rasa pahit produk
lebih dipengaruhi oleh penambahan ekstrak biji mahoni. Dan rasa creamer yang
ditambahkan dipengaruhi oleh penambahan creamer pada formula. Hasil uji mutu
hedonik atribut rasa dapat dilihat pada lampiran 4.
Berdasarkan lampiran 4 hasil penilaian mutu hedonik terhadap rasa manis
memiliki kisaran nilai antara 3 sampai 5, atau antara lemah sampai just about
right. Nilai rata-rata terendah (3.69) diperoleh oleh kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni 100 mg. Nilai rata-rata tertinggi (4.71) diperoleh produk kopi
14
dengan penambahan ekstrak 300 mg. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak
biji mahoni pada formula kopi memberikan pengaruh nyata terhadap rasa manis
(p<0.05). Perbedaan signifikan terjadi pada kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni 100 mg dibandingkan penambahan ekstrak 200 mg dan 300mg. Namun
kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 200 mg dan 300 mg tidak berbeda
nyata.
Hasil penilaian mutu organoleptik terhadap rasa pahit memiliki kisaran
nilai antara 2 sampai 5, atau antara sangat kuat sampai just about right. Nilai rata-
rata terendah (2.89) diperoleh oleh produk kopi dengan penambahan ekstrak 300
mg yang artinya berada dalam kisaran rasa pahit yang sangat kuat sampai kuat.
Nilai rata-rata tertinggi (4.11) diperoleh produk kopi dengan penambahan ekstrak
100 mg yang artinya berada dalam kisaran agak kuat sampai just about right.
Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi
memberikan memberikan rasa pahit yang berbeda (p<0.05). Perbedaan signifikan
terjadi pada ketiga formula.
Hasil penilaian mutu hedonik terhadap rasa creamer memiliki kisaran nilai
antara 4 sampai 6, atau antara agak lemah sampai agak kuat. Nilai rata-rata
terendah (4.44) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg yang
artinya berada dalam kisaran rasa creamer yang agak lemah sampai just about
right. Nilai rata-rata tertinggi (5.44) diperoleh produk kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg yang artinya berada dalam kisaran just about right sampai agak
kuat. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi
memberikan pengaruh nyata terhadap rasa creamer (p<0.05). Perbedaan
signifikan terjadi pada kopi dengan penambahan ekstrak 100 mg dibandingkan
ekstrak 200 mg dan 300 mg. Namun pada kopi dengan penambahan ekstrak 200
mg dan 300 mg tidak berbeda nyata.
5. Mouthfeel
Mouthfeel merupakan parameter dari tekstur yaitu kesan kinestetik
pengunyahan makanan didalam mulut yang mencakup kelompok kesan yang
dinyatakan dengan istilah fibrousness (serabut), grittiness (butiran halus),
mealiness (kesan tepung), oillines (berminyak), dll (Meilgaard et al. 1999).
Mouthfeel pada uji organoleptik produk kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni memfokuskan pada grittiness (butiran halus) yang mungkin dihasilkan
dari creamer yang ditambahkan, dan oillines (berminyak) dari ekstrak biji mahoni
yang diberikan dalam formula. Hasil uji mutu hedonik atribut mouthfeel dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Hasil penilaian mutu organoleptik terhadap atribut mouthfeel memiliki
kisaran nilai antara 5 sampai 6, atau antara just about right sampai agak kuat.
Ketiga formula tidak berbeda dan berada dalam kisaran nilai 5.5 sampai 6
(p>0.05). Penambahan ekstrak biji mahoni yang berbeda pada formula kopi tidak
membuat perbedaan pada mouthfeel produk. Nilai tertinggi pada mutu hedonik
atribut mouthfeel diperoleh pada produk kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg
(5.95), dan mutu terendah (5.51) diperoleh oleh produk kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg.
6. Flavour
Flavour adalah gabungan sensasi odor, aroma, dan rasa yang terdapat pada
pangan baik dalam bentuk makanan maupun minuman (Meilgaard et al. 1999).
Penilaian mutu hedonik flavour dalam skala 1 sampai 9. Nilai flavour yang
15
semakin tinggi menunjukkan mutu produk minuman kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni semakin kuat dan nilai flavour semakin rendah menunjukkan
mutu produk yang semakin lemah. Hasil uji mutu hedonik atribut flavour dapat
dilihat pada lampiran 4.
Hasil penilaian mutu organoleptik terhadap flavour memiliki kisaran nilai
antara 5 sampai 7, atau antara just about right sampai lemah. Nilai rata-rata
terendah (5.77) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 100 mg yang
artinya berada dalam kisaran atribut flavour yang just about right sampai agak
lemah. Sedangkan rata-rata tertinggi (6.21) diperoleh produk kopi dengan
penambahan ekstrak 300 mg yang artinya berada dalam kisaran just about right
sampai agak kuat. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada
formula kopi tidak berbeda terhadap flavour produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni (p>0.05).
7. After taste
After taste adalah sensasi yang tertinggal setelah minuman sudah tertelan
seluruhnya (Setyaningsih 2010). After taste yang terbentuk pada uji organoleptik
produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni memfokuskan pada after
taste pahit yang mungkin tertinggal yang berasal dari ekstrak biji mahoni yang
ditambahkan dalam formula. Hasil uji mutu hedonik atribut after taste dapat
dilihat pada lampiran 4.
Hasil penilaian mutu organoleptik terhadap after taste memiliki kisaran
nilai antara 3 sampai 5, atau antara sangat kuat sampai just about right. Nilai rata-
rata terendah (3.15) diperoleh oleh produk kopi dengan penambahan ekstrak 300
mg yang artinya berada dalam kisaran after taste kuat sampai agak kuat. Kopi
dengan penambahan ekstrak 200 mg juga berada dikisaran skala yang sama
dengan formula 3. Sedangkan rataan penilaian tertinggi (4.09) terdapat pada
produk kopi dengan penambahan ekstrak 100 mg yang berada dalam range agak
kuat. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi
tidak berpengaruh nyata terhadap after taste produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni (p>0.05).
b. Tingkat Kesukaan Panelis
Uji kesukaan (hedonik) dilakukan untuk menentukan produk terpilih pada
produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni. Uji ini menggunakan
persepsi kesukaan panelis terhadap produk terhadap atribut odor, warna, aroma
kopi, aroma asing, rasa manis, rasa pahit, rasa creamer, mouthfell, flavour, dan
after taste. Penentuan formula terbaik dari produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni diambil dari atribut keseluruhan. Atribut keseluruhan
merupakan atribut yang diperoleh melalui skor pembobotan pada masing-masing
atribut lain yang dinilai oleh panelis sehingga diperlukan pengolahan data lanjutan
dari grafik laba-laba yang diperoleh. Nilai rata-rata dari uji kesukaan setiap atribut
pada setiap formula dapat dilihat pada Gambar 4.
16
Gambar 4 Skor uji kesukaan kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni
Keterangan:
Skala jaring laba-laba untuk seluruh atribut uji kesukaan : 1= amat sangat tidak suka, 2= sangat
tidak suka, 3= tidak suka , 4=agak tidak suka, 5= biasa, 6=agak suka, 7= suka, 8=sangat suka, 9=
Amat Sangat suka Berdasarkan grafik laba-laba uji kesukaan organoleptik produk memiliki
skala 1 sampai dengan 9, dimana skala 1 merupakan interpretasi panelis amat
sangat tidak suka dan 9 amat sangat suka. Dapat diketahui dari grafik tersebut
semakin terluar titik atribut suatu produk maka memiliki tingkat kesukaan lebih
tinggi.
1. Odor
Penilaian hedonik odor dalam skala 1 sampai 9. Nilai odor yang semakin
rendah menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap produk minuman kopi
dengan penambahan ekstrak biji mahoni semakin tidak suka dan nilai odor
semakin tinggi menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap produk semakin
suka. Hasil uji kesukaan atribut odor dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil uji
kesukaan organoleptik terhadap atribut odor pada formula penambahan ekstrak
100 mg, 200 mg, dan 300 mg berkisar antara nilai 5 sampai dengan 6 yaitu biasa
sampai agak suka. Berdasarkan hasil diatas tidak terdapat perbedaan antar
persepsi panelis terhadap tingkat kesukaan odor formula kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni 100 mg, 200 mg, dan 300 mg (p>0.05). Berdasarkan
hubungan karakteristik produk dengan tingkat kesukaan, formula produk kopi
yang paling disukai adalah produk kopi dengan odor yang agak lemah.
2. Warna
Sama dengan atribut odor dalam uji kesukaan organoleptik yang memiliki
9 skala pengukuran. Nilai warna yang semakin rendah menunjukkan tingkat
kesukaan panelis terhadap produk minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni semakin tidak suka dan nilai warna semakin tinggi menunjukkan tingkat
kesukaan panelis terhadap produk semakin suka. Hasil uji kesukaan atribut warna
dapat dilihat pada lampiran 4. Atribut warna pada uji kesukaan berkisar antara
skala 6 dan 7, atau agak suka sampai suka. Nilai rataan tertinggi (6.52) terdapat
pada kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg, dan nilai rataan
17
terendah (6.47) terdapat pada kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 200
mg. Namun tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kesukaan panelis terhadap
warna formula dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg, 200 mg, dan 300
mg (p>0.05).
3. Aroma Kopi dan Aroma Asing
Atribut aroma pada uji kesukaan di bagi menjadi 2 atribut yaitu aroma
kopi dan aroma asing. Hasil uji kesukaan atribut aroma dapat dilihat pada
lampiran 4. Nilai atribut kesukaan aroma kopi dan aroma asing yang berbeda
dipengaruhi jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan kedalam produk kopi.
Hasil penilaian uji kesukaan organoleptik terhadap aroma kopi memiliki kisaran
nilai antara 5 sampai 6, atau antara biasa sampai agak suka. Nilai rata-rata
terendah (5.1) diperoleh oleh formula 3 yaitu dengan penambahan ekstrak biji
mahoni 300 mg. Sedangkan rata-rata tertinggi (5.86) diperoleh produk kopi
dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg. Hasil uji ragam menunjukkan
bahwa perbedaan penambahan ekstrak biji mahoni pada formula kopi tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap aroma kopi (p>0.05). Hal ini berarti,
perbedaan jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan tidak mempengaruhi
nyata pada persepsi kesukaan panelis terhadap aroma kopi pada produk yang
dihasilkan. Produk dengan nilai kesukaan tertinggi memiliki mutu organoleptik
aroma kopi yang agak kuat.
Atribut aroma asing pada produk kopi memiliki kisaran nilai antara 4
sampai 6, atau antara agak tidak suka sampai agak suka. Nilai rata-rata terendah
(4.82) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg. Sedangkan rata-
rata tertinggi (5.36) diperoleh produk kopi dengan penambahan ekstrak 100 mg.
Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap aroma asing (p>0.05). Hal ini berarti,
perbedaan jumlah ekstrak biji mahoni yang ditambahkan tidak mempengaruhi
nyata pada persepsi kesukaan panelis terhadap aroma asing pada produk yang
dihasilkan. Produk dengan nilai kesukaan tertinggi memiliki mutu organoleptik
aroma asing yang just about right.
4. Rasa Manis, Rasa Pahit dan Rasa Creamer
Nilai rasa yang digunakan dalam penilaian persepsi panelis terhadap
kesukaan produk dipecah menjadi tiga atribut yaitu rasa manis, rasa pahit dan rasa
creamer. Hasil uji kesukaan atribut rasa dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil
penilaian persepsi kesukaan panelis terhadap rasa manis memiliki kisaran nilai
antara 4 sampai 6, atau antara tidak suka sampai agak suka. Nilai rata-rata
terendah (4.43) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg.
Sedangkan rata-rata tertinggi (5.48) diperoleh produk kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada
formula kopi memberikan pengaruh nyata terhadap rasa manis (p<0.05). Hasil uji
lanjut duncan memperlihatkan perbedaan signifikan terjadi pada kopi dengan
penambahan ekstrak 100 mg dibandingkan ekstrak 200 mg dan 300 mg. Namun
kopi dengan penambahan ekstrak 200 mg dan 300 mg tidak berbeda nyata. Produk
dengan nilai kesukaan tertinggi memiliki mutu organoleptik rasa manis antara just
about right dan agak kuat.
Hasil penilaian persepsi kesukaan panelis terhadap rasa pahit memiliki
kisaran nilai antara 3 sampai 5, atau antara tidak suka sampai biasa. Nilai rata-rata
terendah (3.52) diperoleh oleh formula kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg
18
yang artinya berada dalam kisaran rasa pahit yang tidak suka dan agak tidak suka.
Nilai rata-rata tertinggi (4.94) diperoleh produk kopi dengan penambahan ekstrak
100 mg yang artinya berada dalam kisaran agak tidak suka sampai biasa. Hasil uji
ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi memberikan
pengaruh nyata terhadap rasa pahit (p<0.05). Hasil uji lanjut duncan
memperlihatkan perbedaan signifikan terjadi pada kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg dibandingkan ekstrak 200 mg dan 300 mg. Namun kopi dengan
penambahan ekstrak 200 mg dan 300 mg tidak berbeda nyata. Produk dengan nilai
kesukaan tertinggi memiliki mutu organoleptik rasa pahit yang just about right.
Hasil penilaian penilaian persepsi kesukaan panelis terhadap rasa creamer
memiliki kisaran nilai antara 4 sampai 6, atau antara tidak suka sampai agak suka.
Nilai rata-rata terendah (4.52) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak
300 mg yang artinya berada dalam kisaran tingkat kesukaan agak tidak suka dan
biasa. Nilai rata-rata tertinggi (5.40) diperoleh produk kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg yang artinya berada dalam kisaran biasa sampai agak suka. Hasil
uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi
memberikan pengaruh nyata terhadap rasa creamer (p<0.05). Hasil uji lanjut
duncan memperlihatkan perbedaan signifikan terjadi pada kopi dengan
penambahan ekstrak 100 mg dibandingkan ekstrak 200 mg dan 300 mg. Namun
kopi dengan penambahan ekstrak 200 mg dan 300 mg tidak berbeda nyata. Produk
dengan nilai kesukaan tertinggi memiliki mutu organoleptik rasa creamer yang
just about right.
5. Mouthfeel
Nilai rata-rata uji kesukaan atribut mouthfeel dapat dilihat pada lampiran 4.
Hasil penilaian persepsi kesukaan panelis terhadap mouthfeel produk memiliki
kisaran nilai antara 4 sampai 6, atau antara tidak suka sampai agak suka. Nilai
rata-rata terendah (4.33) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg.
Sedangkan rata-rata tertinggi (5.44) diperoleh produk kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada
formula kopi memberikan pengaruh nyata terhadap mouthfeel produk (p<0.05).
Hasil uji lanjut duncan memperlihatkan perbedaan signifikan terjadi pada ketiga
formula yaitu kopi dengan penambahan serbuk ekstrak biji mahoni masing-
masing 100 mg, 200 mg, dan 300 mg. Produk dengan nilai kesukaan tertinggi
memiliki mutu organoleptik mouthfeel antara just about right dan agak kuat.
6. Flavour
Hasil uji kesukaan atribut flavour dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil
penilaian persepsi kesukaan panelis terhadap flavour produk memiliki kisaran
nilai antara 3 sampai 6, atau antara tidak suka sampai agak suka. Nilai rata-rata
terendah (4.02) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg.
Sedangkan rata-rata tertinggi (5.27) diperoleh produk kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg. Hasil uji ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada
formula kopi memberikan pengaruh nyata terhadap flavour produk (p<0.05).
Hasil uji lanjut duncan memperlihatkan perbedaan signifikan terjadi pada ketiga
formula yaitu kopi dengan penambahan serbuk ekstrak biji mahoni masing-
masing 100 mg, 200 mg, dan 300 mg. Produk dengan nilai kesukaan tertinggi
memiliki mutu organoleptik flavour just about right sampai agak lemah.
19
7. Aftertaste
Hasil penilaian persepsi kesukaan panelis terhadap after taste memiliki
kisaran nilai antara 3 sampai 5, atau antara tidak suka sampai biasa. Hasil uji
kesukaan atribut aftertaste dapat dilihat pada lampiran 4. Nilai rata-rata terendah
(3.63) diperoleh oleh kopi dengan penambahan ekstrak 300 mg. Artinya nilai ini
berada dalam kisaran tidak suka dan agak tidak suka. Sedangkan rata-rata
tertinggi (4.87) diperoleh produk kopi dengan penambahan ekstrak 100 mg.
Artinya nilai ini berada dalam kisaran agak tidak suka sampai biasa. Hasil uji
ragam menunjukkan bahwa ekstrak biji mahoni pada formula kopi memberikan
pengaruh nyata terhadap after taste (p<0.05). Hasil uji lanjut duncan
memperlihatkan perbedaan signifikan terjadi pada kopi dengan penambahan
ekstrak 100 mg dibandingkan ekstrak 200 mg dan 300 mg. Namun kopi dengan
penambahan ekstrak 200 mg dan 300 mg tidak berbeda nyata. Produk dengan nilai
kesukaan tertinggi memiliki mutu organoleptik agak kuat.
8. Keseluruhan Atribut keseluruhan dinilai berdasarkan skor pembobotan pada semua
atribut dengan persentase sebagai berikut: odor 10%, warna 10%, rasa 30% (rasa
manis 5%, rasa pahit 20%, rasa creamer 5%), aroma 20% (aroma asing 10%,
aroma kopi 10%), flavour 10%, mouthfeel 10%, dan after taste 10%. Pemberian
bobot untuk masing-masing atribut tersebut berdasarkan tingkat kepentingan
atribut pada karakteristik produk yaitu produk kopi dengan penambahan ekstrak
biji mahoni. Berikut hasil olah persepsi kesukaan atribut keseluruhan (Tabel 2).
Tabel 2 Nilai tingkat kesukaan secara keseluruhan formula kopi-mahoni
Penambahan Ekstrak Keseluruhan Rataan After taste Sig.
100 5.41 5.45
a
0.042
100 5.49
200 4.80 4.81
a,b
200 4.81
300 4.60 4.57
a
300 4.55
Ket : a,b
huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0.05)
Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa nilai persepsi panelis terhadap
atribut keseluruhan berkisar antara 4 sampai 6 atau berada pada parameter agak
tidak suka dan agak suka. Hasil rataan dari atribut keseluruhan tersebut bila
disajikan dalam gambar grafik adalah sebagai berikut (gambar 4).
Gambar 4 Diagram batang atribut keselurahan uji kesukaan
20
Penentuan formula terpilih berdasarkan atribut keseluruhan, formula yang
memiliki nilai rata-rata tertinggi (5.45) adalah formula dengan penambahan
ekstrak biji mahoni 100 mg. Nilai rata-rata ini berada dalam kisaran biasa dan
agak suka. Hasil uji kesukaan atribut keseluruhan menunjukkan bahwa faktor
perbedaan penambahan ekstrak biji mahoni memberikan perbedaan yang nyata
(p<0.05) terhadap persepsi keseluruhan. Secara keseluruhan produk minuman
kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yang disukai panelis adalah
minuman kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yang memiliki
karakteristik dengan odor yang just about right, warna antara coklat dan coklat
agak tua, aroma kopi yang just about right, aroma asing dan after taste antara
agak kuat sampai just about right, rasa manis dan rasa pahit antara agak lemah
sampai just about right,serta rasa creamer, mouthfeel, dan flavour antara just
about right dan agak kuat.
Penerimaan Produk Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni
Setelah mendapatkan formula yang tepat dalam menentukan penambahan
ekstrak biji mahoni kedalam kopi, selanjutnya dilakukan pengolahan organoleptik
lanjutan untuk melihat persentase tingkat kesukaan panelis terhadap poduk
melalui hasil uji hedonik. Nilai penilaian kesukaan yang berada rataan ≥ 5 dalam
tiap atribut kemudian dibuat dihitung jumlahnnya dan dibuat presentase
penerimaannya. Berikut adalah grafik hasil penerimaan uji organolpetik produk
dengan penambahan varian rasa (gambar 5).
Gambar 5 Grafik persentase tingkat penerimaan kopi-mahoni
Berdasarkan grafik diatas terlihat persentase penerimaan produk tertinggi
(total nilai rataan ≥ 5 ditiap atribut) yaitu kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni 100 mg dan persentase penerimaan produk terendah adalah kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni 300 mg. Hasil masing-masing persentase tiap
atribut dalam tiap produk kopi-mahoni dapat dilihat pada lampiran 4. Penambahan
ekstrak biji mahoni yang lebih kecil memberikan persentase penerimaan yang
Ekstrak 100mg
Ekstrak 200mg
Ekstrak 300mg
21
lebih tinggi hal ini disebabkan karakteristik pahit yang terkandung dalam biji
mahoni lebih rendah. Produk tanpa perisa mendapatkan persentase paling rendah,
namun produk ini dapat diterima karena rata-rata persentase diatas 50 %. Hal ini
mengacu pada Setyaningsih (2008) produk dapat diterima apabila panelis yang
memberikan penilaian suka dan mengonsumsi produk berada diatas 50%. Namun
yang dilakukan dalam penelitian ini hanya uji tingkat kesukaan (hedonik)
sedangkan tingkat konsumsi produk tidak dilakukan.
Karakteristik Fisik Produk Kopi Terpilih dan Ekstrak Mahoni
Produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terpilih dari hasil
organoleptik yaitu kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni 100 mg dianalisis
sifat fisik dan kimianya. Selain produk kopi-mahoni terpilih, analisis sifat fisik
dan kimia juga dilakukan pada serbuk ekstrak biji mahoni. Hasil uji sifat fisik
produk kopi dan ekstrak mahoni tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik fisik produk kopi-mahoni terpilih dan esktrak mahoni
Sampel Kelarutan (%) Densitas kamba (g/mL)
Serbuk ekstrak biji mahoni 93.51 0.8271
Kopi dengan ekstrak biji
mahoni 97.38 0.4854
1. Kelarutan
Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat larut didalam
pelarut. Uji kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting untuk
diperhatikan pada saat memformulasikan suatu bahan yang akhirnya akan menjadi
produk minuman. Kelarutan bahan yang kecil akan menjadi tahapan yang
membatasi absorbsi untuk zat-zat yang sukar larut dalam air, sehingga
mempengaruhi ketersediaannya dalam produk minuman tersebut (Hastuti 2010).
Berdasarkan Tabel 3, kelarutan serbuk ekstrak biji mahoni sebesar 93.51% dan
produk kopi formula terpilih memiliki kelarutan 97.38%. Kelarutan serbuk
ekstrak biji mahoni yang tinggi (>90%) salah satu faktornya adalah penggunaan
maltodekstrin dalam serbuk. Menurut Hui (1992) maltodekstrin dapat digunakan
pada makanan dan minuman karena memiliki sifat–sifat tertentu seperti
maltodekstrin mampu membentuk film, mengalami proses dispersi yang cepat,
memiliki daya larut yang tinggi memiliki sifat higroskopis yang rendah, sifat
browning yang rendah, dan memiliki daya ikat yang kuat. Kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni juga memiliki persen kelarutan yang tinggi
karena menggunakan bahan penyusun kopi instan tanpa ampas. Selain itu bahan
penyusun kopi lainnya seperti creamer, ekstrak biji mahoni, garam dan sukralosa
juga merupakan bahan yang larut air dengan baik.
2. Densitas Kamba
Densitas kamba menunjukkan perbandingan antara berat suatu bahan
terhadap volumenya. Densitas kamba merupakan sifat fisik bahan pangan khusus
biji-bijian atau tepung-tepungan yang penting terutama dalam pengemasan dan
penyimpanan. Bahan dengan densitas kamba yang kecil akan membutuhkan
tempat yang lebih luas dibandingkan dengan bahan dengan densitas kamba yang
22
besar untuk berat yang sama sehingga tidak efisien dari segi tempat penyimpanan
dan kemasan (Ade et al. 2009).
Densitas kamba mempengaruhi jumlah bahan yang bisa dikonsumsi dan
biaya produksi bahan tersebut. Densitas kamba makanan berbentuk bubuk
berkisar 0.30-0.80 g/mL (Wiranatakusumah 1992). Pengukuran densitas kamba
terutama berkaitan dengan pengemasan yaitu semakin besar densitas kamba maka
kemasan yang diperlukan semakin kecil untuk sejumlah berat yang sama. Densitas
kamba dipengaruhi oleh kadar air, bentuk, dan ukuran bahan. Densitas kamba
dihitung berdasarkan perbandingan berat produk pada volume tertentu. Densitas
kamba dari serbuk ekstrak biji mahoni sebesar 0.8272g/mL, sedangkan densitas
kamba serbuk minuman kopi fungsional sebesar 0.4854 g/mL. Densitas kamba
serbuk ekstrak biji mahoni lebih besar dibandingkan serbuk minuman kopi
fungsional.
Karakteristik Kimia Produk Kopi Terpilih dan Ekstrak Mahoni
Produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terpilih dari hasil
organoleptik (F1) selain mendapatkan perlakuan penganalisisan sifat fisik, juga
dilakukan penganalisisan sifat kimia. Penganalisisan sifat kimia juga dilakukan
pada serbuk ekstrak biji mahoni akhir. Sifat kimia yang dianalisis pada kedua
sampel tersebut diantaranya analisis proksimat (kadar air, abu, lemak, protein,
karbohidrat by difference, dan serat pangan), toksisitas metode BSLT, dan analisis
senyawa zat aktif menggunakan GCMS (gas chromatography mass
spectrofotomerter). Hasil uji sifat kimia produk kopi dan ekstrak mahoni tersebut
kemudian dibandingan dengan SNI Kopi Instan No. 2983:2014. Kopi instan
adalah produk kopi berbentuk serbuk atau granula atau flake yang diperoleh dari
pemisahan biji kopi, disangrai, digiling, diekstrak dengan air, dikeringkan dengan
proses spray drying atau freeze drying atau fludized bed drying menjadi produk
yang mudah larut dalam air (BSN 2014). Berikut hasil analisis kimia produk
dibandingkan dengan standar (Tabel 4).
Tabel 4 Karakteristik kimia produk kopi-mahoni dan ekstrak biji mahoni
Komponen Satuan Ekstrak
biji mahoni
Proksimat
Biji
Mahoni*
Produk
kopi
terpilih
SNI**
Air % bb 5.28 14.37 2.80 Maks. 4
Abu % bb 0.64 16.37 5.88 6-14
Lemak % bb 18.51 19.42 1.08 -
Protein % bb 0.59 8.76 6.04 -
Karbohidrat % bb 74.98 21.49 84.20 -
Serat
pangan total % 2.30 - 0.96 -
Toksisitas ppm 440.984 - 347.097 -
Kafein 2.30%area - 7.48%area Min. 2.5% Keterangan:
*Hasil analisis proksimat biji mahoni basah berdasarkan penelitian M. Mostafa et al. 2011
** SNI Kopi Instan No. 2983:2014digunakan hanya untuk perbandingan formula produk kopi
terpilih.
23
1. Kadar Air
Kadar air menunjukkan banyaknya air yang terkandung persatuan bahan
dan merupakan salah satu parameter pada produk-produk kering karena akan
menentukan kecenderungan kerusakan pada bahan tersebut. Kadar air sering
dijadikan parameter mutu suatu bahan pangan, karena air berbanding terbalik
dengan kadar padatan di dalam bahan pangan tersebut. Air merupakan komponen
penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, serta citarasa makanan (Winarno 1997). Kadar air serbuk ekstrak biji
mahoni sebesar 5.28%, dan kadar air produk kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni yaitu 2.8 0% (Tabel 4). Hasil formula produk kopi terpilih telah sesuai
dengan SNI kopi instan. Kadar air produk kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni yang cukup rendah penggunaan bahan-bahan penyusun yang rendah
kadar airnya seperti kopi instan, creamer nabati (non dairy creamer). Berdasarkan
SNI No. 4444-2009 tentang krimer nabati bubuk, persyaratan kadar air dalam
krimer maksimal 4.0%. tersebut masih dalam kestabilan yang optimum. Hal ini
sesuai dengan Winarno et al. (1980) yang menyatakan bahwa jika kadar air bahan
berkisar 3-4% maka bahan makanan tersebut akan tercapai kestabilan yang
optimum. Dengan demikian pertumbuhan mikroba, reaksi-reaksi kimia seperti
pencoklatan, hidrolisis atau oksidasi lemak akan berkurang.
2. Kadar Abu Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan
organik dan air, sedangkan sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral atau zat
anorganik (Winarno 1997). Mineral dalam bahan pangan biasanya ditentukan
dengan pengabuan atau pembakaran. Abu merupakan residu organik yang didapat
dengan pemanasan pada suhu tinggi >450oC (pengabuan) atau dengan
pendekstrusian komponen-komponen organik dengan asam-asam kuat.
Berdasarkan hasil analisis, produk serbuk ekstrak biji mahoni memiliki kadar abu
sebesar 0.64%, dan produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yaitu
memiliki kadar abu 5.88% (Tabel 4). Kadar abu produk kopi terpilih tidak masuk
dalam range kadar abu yang diatur dalam SNI kopi instan. Hal ini dikarenakan
salah satu bahan yang digunakan dalam formula kopi yaitu creamer nabati
memiliki persyaratan SNI tersendiri dimana berdasarkan SNI No. 4444-2009
tentang krimer nabati bubuk, persyaratan kadar abu dalam krimer maksimal
adalah 4.0, sehingga kadar abu yang diatur dalam 2 standar tersebut berbeda dan
tidak masuk kedalam range manapun dikedua SNI. Nilai kadar abu 0.64% berarti
bahwa dalam setiap 100 g produk terdapat 0.64 g unsur-unsur anorganik seperti
mineral. Unsur-unsur tersebut berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur di
dalam tubuh (Fennema 1996).
3. Kadar Protein Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima
ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino
yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida (Hartono 2005). Metode yang
paling banyak digunakan dan merupakan metode standar AOAC untuk analisis
protein adalah metode Kjeldahl. Pengukuran kadar protein dengan metode
tersebut didasarkan atas pengukuran kandungan nitrogen rata-rata di dalam bahan
pangan. Kandungan nitrogen rata-rata di dalam bahan pangan adalah sekitar 16%
24
sehingga faktor 6.25 dapat karena digunakan untuk mengkonversi kadar nitrogen
menjadi kadar protein. Berdasarkan hasil analisis, produk serbuk ekstrak biji
mahoni memiliki kadar protein sebesar 0.59%, dan produk kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni memiliki kadar protein 6.04% (Tabel 4).
Kandungan protein pada formula kopi yang rendah disebabkan bahan baku yang
digunakan yaitu kopi instan bubuk dan creamer nabati. Creamer nabati lebih
banyak mengandung lemak nabati berdasarkan nutrition fact yang tercantum
dalam label pangan produk.
4. Kadar Lemak Metode yang digunakan pada analisis lemak umumnya tergantung pada
jenis sampel dan jenis analisis yang akan dilakukan pada sampel tersebut setelah
ekstraksi lemak. Analisis kandungan total biasanya dilakukan dengan cara
ekstraksi menggunakan pelarut (metode Soxhlet). Ekstraksi adalah proses
pemisahan komponen-komponen dalam larutan berdasarkan perbedaan
kelarutannya(solubilitas). Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap cukup
sederhana yaitu dengan cara memasukkan bahan yang diekstraksi ke dalam
ekstraktor khusus (soklet). Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu
tertentu dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan
(Guenther 1987). Berdasarkan hasil analisis, produk serbuk ekstrak biji mahoni
memiliki kadar lemak sebesar 18.51%, dan produk kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni yaitu memiliki kadar lemak 1.08% (Tabel 4). Kadar lemak
dalam ekstrak biji mahoni cukup tinggi dikarenakan sebelum diubah kedalam
bentuk serbuk, ekstrak biji mahoni yang diperoleh melalui proses ekstraksi dan
evaporasi terbentuk dalam fase cair yang terbagi menjadi 2 lapisan yaitu minyak
dan air. Lapisan minyak yang terbentuk lebih banyak dibanding lapisan air pada
ekstrak pekat biji mahoni awal.
5. Kadar Karbohidrat Karbohidrat merupakan zat gizi makro pada makanan. Semua jenis
karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O)
(Winarno 1997). Kandungan karbohidrat dihitung secara by difference, yaitu
kandungan karbohidrat total yang diperoleh dari hasil pengurangan angka 100%
dengan persentase komponen lain (kadar air, abu, lemak, dan protein). Produk
produk serbuk ekstrak biji mahoni memiliki kadar karbohidrat by difference
74.98%, dan produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yaitu
memiliki kadar karbohidrat by difference 84.20 % (Tabel 4).
6. Serat pangan Serat pangan dapat dibagi dua berdasarkan jenis kelarutannya, yaitu serat
yang tidak larut dalam air dan serat yang larut dalam air. Serat pangan yang tidak
larut dalam air memiliki sifat mampu berikatan dengan air, seperti selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Serat yang larut dalam air memiliki sifat mampu
membentuk gel sperti pektin dan gum (Kusnandar 2011)
Penetapan serat pangan dilakukan dengan metode enzimatis, dimana
digunakan enzim-enzim pencernaan dan dibuat kondisi yang mirip dengan yang
sesungguhnya terjadi di dalam pencernaan tubuh manusia. Hasil analisis serat
pangan serbuk ekstrak biji mahoni yaitu 2.30%, terdiri dari serat larut 1.49% dan
25
serat tidak larut 0.81 %. Sedangkan hasil analisis serat pangan formula kopi
terpilih memiliki kadar serat pangan total 0.96%, terdiri dari serat larut 0.91% dan
serat tidak larut 0.05%. Serat larut dapat berfungsi sebagai agen yang dapat
menurunkan kolesterol, sedangkan serat pangan tidak larut dapat berfungsi
mencegah konstipasi bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (Angkasa 2011).
7. Kadar Kafein
Kafein yang merupakan stimulan ringan termasuk zat psikoaktif yang
paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam kopi, teh, minuman
ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan obat-obat yang dijual bebas.
Berdasarkan hasil uji diketahui kadar kafein serbuk ekstrak biji mahoni sebesar
2.30%, dan kadar kafein pada produk kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni sebesar 7.48%. Kadar kafein ini dianalisis menggunakan metode GCMS
(gas chromatography mass spectrofotometer) yang diperoleh dari %area total
masing-masing kromatogram. Berdasarkan %area kafein yang didapat, hasil ini
belum dapat dibandingkan langsung dengan kadar kafein dalam SNI kopi karena
%area kromatogram yang diperoleh belum dibandingkan dengan standar kafein.
Kafein meningkatkan sekresi norepinefrin dan meningkatkan aktifitas syaraf pada
berbagai area di otak. Studi menunjukkan bahwa resiko menderita d iabetes tipe 2
lebih rendah pada orang yang minum kopi secara teratur dibanding yang tidak.
Hasil penelitian mutakhir kafein meningkatkan sensitifitas insulin dengan
dimediasi oleh adrenalin dan sensitifitas insulin ini bertambah meningkat
berhubungan dengan lamanya minum kopi. Kafein meningkatkan kebutuhan
energi basal dan berhubungan dengan jumlah kopi yang diminum, dan kafein juga
menstimulasi oxidasi lemak dan mobilisasi glikogen dari jaringan otot dan
merangsang pelapasan asam lemak bebas dari jaringan perifer (Suryadi 2007)
8. Uji Toksisitas
BSLT (Brine Shrimp Letahality Test) merupakan salah satu metode untuk
skrining terhadap senyawa sitotoksik dengan menggunakan Artemia salina Leach.
Brine Shimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode uji toksisitas
yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang toksik dari
bahan alam. Metode ini menunjukkan aktifasi farmakologis yang luas, tidak
spesifik dan dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap larva udang
(Artemia Salina Leach) (Dita 2010).
Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan cukup
reproduksibel. Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat
yang akan di uji. Adapun sumber zat toksik dapat berasal dari bahan alam maupun
sintesis. Median Lethal Dosis (LD50)adalah dosis dari sample yang diuji yang
mematikan 50% dari hewan coba, sedangkan Median Lethal Concentration LC50
adalah konsentrasi sample yang diuji yang dapat mematikan 50% dari hewan coba
(Dita 2010). Pada sampel serbuk ekstrak biji mahoni dan produk kopi terpilih
dilakukan uji LC50. Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian toksisitas
dengan perlakuan terhadap hewan coba secara inhalasi atau dengan media air. Uji
toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek
toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu
selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai
26
LC50 dari aktivitas komponen aktif sampel terhadap larva Artemia salina Leach.
(Chaerul 2003).
Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian toksisitas dengan
perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji
dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji tersebut akan
menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC50 dapat
digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga dapat
juga untuk memprediksi potensinya sebagai antikanker (Meyer 1992).
Alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah karena larva
udang merupakan general biossay sehingga semua zat dapat menembus masuk
menembus dinding sel larva tersebut. Hasil analisis probit dengan menggunakan
SPSS menunjukkan harga LC50 dari serbuk ekstrak biji mahoni adalah 550.984
ppm, sedangkan nilai toksistas dari produk terpilih kopi dengan penambahan
ekstrak biji mahoni sebesar 347.097 ppm. Menurut Meyer et al. (1982)
melaporkan bahwa suatu ekstrak atau formula menunjukkan aktivitas toksisitas
dalam uji toksisitas jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50% (LC50) hewan
uji pada konsentrasi < 1000 ppm. Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka
serbuk ekstrak biji mahoni dan produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak
biji mahoni bersifat toksik. Hal ini ditunjukkan dari nilai LC50 kedua produk
tersebut yang kurang dari 1000 ppm.
Penelitian ini menunjukan bahwa serbuk ekstrak biji mahoni dan produk
terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni mempunyai potensi
toksisitas. Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam serbuk
ekstrak biji mahoni dan produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni yaitu fenolik, flavonoid, terpenoid, triterpenoid dan kafein, dimana pada
kadar tertentu memiliki potensi toksisitas serta dapat menyebabkan kematian
larva. Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa fenolik,
flavonoid, terpenoid, triterpenoid dan kafein dalam serbuk ekstrak biji mahoni dan
produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yang dapat
menghambat daya makan larva (antifedant) (Chaerul 2003).
Menurut Cahyadi (2009) cara kerja senyawa-senyawa tersebut adalah
dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu,
bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan
terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada daerah mulut
larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga
tidak mampu mengenali makanannya dan larva akan mati kelaparan.
Uji toksisitas metoda BSLT merupakan pengujian yang umum digunakan
untuk tumbuh-tumbuhan herbal yang ada di Indonesia. Beberapa hasil uji
toksisitas pada penelitian tumbuh-tumbuhan yang ada diantaranya pada ekstrak
etil asetat daun pandan wangi berpotensi toksik (LC50 : 288.4 ppm). Senyawa
yang terkandung dalam ekstrak etil asetat adalah senyawa terpenoid dan steroid
(Sukandar 2007). Uji toksisitas BSLT pada komponen bioaktif Pandanus
conoideus var. conoideus Lam. atau buah merah sebesar 138.05 ppm. Kandungan
senyawa yang terkandung dalam buah merah adalah tokoferol dan β-karoten yang
relatif tinggi (Ramdhini 2010). Tumbuhan herbal lain yang dilaporkan memiliki
aktivitas antidiabetes adalah benalu jenis benalu Dendrothophe of Umbullata.
Benalu ini yang mempunyai aktivitas toksisitas dengan LC50 407.4 ppm dan
memiliki kandungan flavonoid yang tinggi (Sundowo 2010).
27
Karakteristik Bahan Aktif Ekstrak Biji Mahoni dan Kopi-Mahoni
Analisis bahan aktif pada serbuk ekstrak biji mahoni dan kopi dengan
penambahan ekstrak biji mahoni menggunakan alat kromatografi gas.
Kromatografi gas saat ini sangat penting dalam metoda analisis senyawa organik
untuk pengukuran substansi individual dalam campuran kompleks. Mass
Spectrofotmetry adalah metode pendeteksi yang memberikan hasil data dari
substansi molekul. Prinsip GC-MS adalah terdiri dari dua blok bangunan utama
yaitu kromatografi gas dan spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan
kolom kapiler yang tergantung pada dimensi kolom itu (panjang, diameter,
ketebalan film) serta sifat fase (misalnya fenil polisiloksan5%). Perbedaan sifat
kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu campuran dipisahkan
dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul
memerlukan jumlah waktu yang berbeda (disebut waktu retensi) untuk keluar dari
kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap,
ionisasi, mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara
terpisah. Spektrometer massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing
molekul menjadi terionisasi dan mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk
mengisi rasio (Hans-Joachim Hübschmann 2009). Hasil analisis GCMS pada
serbuk ekstrak biji mahoni dan formula kopi terpilih sebagai berikut (Tabel 5).
Tabel 5 hasil analisis GCMS ekstrak biji mahoni dan kopi-mahoni terpilih
Serbuk ekstrak biji mahoni Formula Kopi-Mahoni
Komponen Aktif %area Komponen Aktif %area
Caffeine 2.30 Caffeine 7.48
Hexadecanoic acid,
methyl ester 0.86
Dodecanoic acid,
1,2,3-propanetriyl ester 15.02
n-Hexadecanoic acid 10.95 Octanoic acid, 1,2,3-
propanetriyl ester 46.22
9,12-Octadecadienoic
acid (Z,Z)-, methyl
ester
1.86
Ester Dodecanoic acid,
1-(hydroxymethyl)-1,2-
ethanediyl
31.28
12-Octadecenoic
acid, methyl ester 2.39
9,12-Octadecadienoic
acid (Z,Z)- 24.70
Erucic acid 43.26
Octadecanoic acid 13.68
Total 100.0 Total 100
Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa senyawa-senyawa penyusun ekstrak
biji mahoni n-Hexadecoic acid (10.95%area) dan n-Hexadecanoic acid methyl
ester (0.86%area). Kedua senyawa ini merupakan jenis asam lemak dengan nama
lain asam Palmitat dengan jumlah rantai karbon sebanyak 16 (NIST 2011). Asam
palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk
trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam
lemak lainnya. Asam palmitat terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak
nabati seperti : minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak inti sawit, minyak
avokat, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak bunga
matahari, dan lain-lain. Asam palmitat juga terdapat dalam lemak sapi (Brahmana
28
1998). Minyak tersebut merupakan ester gliserol palmitat maupun ester gliserol
lainnya yang apabila disabunkan dengan suatu basa kuat, kemudian ditambahkan
dengan suatu asam akan menghasilkan gliserol, asam palmitat disamping asam
lemak lainnya.
Selain asam palmitat, hasil analisis GCMS dari ekstrak biji mahoni adalah
9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester (1.86%area), 12-Octadecenoic
acid, methyl ester (2.39%area), dan 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-
(24.70%area). Menurut NIST (2011) senyawa-senyawa tersebut merupakan nama
lain dari asam linoleat dengan jumlah rantai karbon sebanyak 18. Octadecanoic
acid (13.58%area) atau nama lain dari asam sterat juga ditemukan dalam ekstrak
ini. Sama seperti asam linoleat, asam stearat merupakan asam lemak yang terdiri
dari 18 rantai karbon. Pembeda dari asam stearat dan asam linolenat adalah tidak
adanya ikatan rangkap dalam susunan rumus molekul dari asam stearat.
Asam erusat juga ditemukan dalam analisis GCMS ekstrak biji mahoni
dan merupakan penyusun terbanyak dari serbuk ekstrak biji mahoni. Erucid Acid
atau asam erusat adalah 22-karbon asam lemak tak jenuh tunggal dengan ikatan
rangkap tunggal pada posisi omega 9. Asam erusat menyusun sekitar 30-60% dari
total asam lemak ekstrak biji-bijian seperti biji sawi dan biji bunga matahari.
Asam erusat juga ditemukan dibeberapa minyak hewan laut. Asam erusat, sebagai
asam lemak, dicerna, diserap dan dimetabolisme, untuk sebagian besar, seperti
asam lemak lainnya. Setelah diserap, asam lemak didistribusikan ke jaringan
terikat pada albumin serum. Dalam hati, kehadiran asam erusat tampaknya
menginduksi sistem β-oksidasi peroxisomal, yang mengarah ke penurunan
bertahap akumulasi asam erusat dan juga mengurangi penghambatan oksidasi
asam lemak. Hal ini diduga untuk mengurangi masuknya asam erusat ke jantung.
Asam erusat tidak termetabolisme dapat ditemukan dalam kotoran. Asam erusat,
juga dikenal sebagai asam cis-13 docosenoic. Asam cis-13 docosenoic adalah
asam lemak tidak bercabang tak jenuh tunggal dengan panjang rantai 22-karbon
dan ikatan rangkap tunggal dalam omega 9 posisi (Food Standards Australia New
Zealand 2003). Sama seperti ekstrak biji sawi dan biji bunga matahari yang
memiliki kadar asam erusat antara 30-60%, ekstrak biji mahoni memiliki kadar
asam erusat sebanyak 43.26%.
Hasil analisis GCMS dari ekstrak biji mahoni tidak terlalu berbeda dengan
hasil analisi Mustofa et.al 2011 yang menganalis komposisi asam lemak dari
minyak biji mahoni menggunakan gas chromatography dan diiketahui bahwa
asam lemak tersebut mengandung 48 senyawa yang teridentifikasi. Konstitusi
utama dari asam lemak adalah asam linoleat 26.00%, asam elaidat 24.39%, asam
stearat 14.32%, asam palmitat 12.97%, 10-metil-10-Nonadecanol 5,24%, asam
ecosanoic 2.48%, 3-heptyne-2,5-diol, 6- metil-5-1-metiletil 2.03%, 9,10,12-
trimetoksi asam oktadekanoat 1,90%; 1,3- dioxalane, 4 etil-4-metil-2-pentadecyl
1,89% dan asam 2-furapentanoic 1,03%. Hal ini juga membuktikan bahwa minyak
dari biji mahoni dapat digunakan sebagai sumber asam lemak tak jenuh yang
baik. Namun karena rasa minyak yang dihasilkan cenderung pahit, minyak biji
mahoni lebih banyak digunakan pada industri kimia sebagai bahan tambahan
untuk sabun dan produk kebersihan dan kesehatan lainnya (M. Mostafa et al.
2011).
Penelitian dari Maiti et al. (2009) biji mahoni mengandung senyawa
swietenine yang memiliki efek hipoglikemik dan dapat menurunkan kadar glukosa
29
darah. Selain senyawa swietenine, biji mahoni juga mengandung flavonoid,
alkaloid, terpenoid, antraquinon, saponin, dan minyak volatil yang terbukti
memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan ini mampu menangkap
radikal bebas yang menyebabkan perbaikan pada kerusakan sel beta pankreas.
Dengan adanya perbaikan ini maka akan terjadi peningkatan jumlah insulin
didalam tubuh sehingga glukosa akan masuk kedalam sel dan terjadi penurunan
glukosa darah dalam tubuh. Selain itu hasil penelitian Li et al. (2005)
menyebutkan ekstrak biji mahoni mengandung kandungan agonist dengan
PPARγ. Kandungan dalam ekstrak biji mahoni dapat bertindak sebagai ligan yang
berikatan dengan PPARγ. PPARγ adalah reseptor ligan yang terletak didalam inti
dan merupakan faktor transkripsi gen-gen yang mempengaruhi fungsi insulin
sehingga sekresi insulin dalam pulau langerhans dapat bekerja dengan baik.
Hasil analisis GCMS dari poduk kopi dengan penambahan ekstrak biji
mahoni terpilih diketahui mengandung senyawa caffeine 7.48%area, Dodecanoic
acid, 1,2,3-propanetriyl ester 15.02%area, Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester
46.22%area, dan Ester Dodecanoic acid, 1-(hydroxymethyl)-1,2-ethanediyl
31.28%area. Hasil analisis GCMS ini selanjutnya dibandingkan dengan penelitian
mengenai senyawa yang terkandung dalamminyak kopi yang diidentifikasi
dengan GCMS. Minyak kopi (coffee bean oil) merupakan suatu senyawa yang
sebagian besar mengandung triasigliserol dengan sejumlah konstituen senyawa
aromatik (Aziz et al. 2009).
Seyawa-senyawa kimia pada biji kopi dapat dibedakan atas senyawa
volatil dan non volatil. Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap,
terutama jika terjadi kenaikan suhu. Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap
aroma kopi antara lain golongan aldehid, keton dan alkohol. Senyawa non volatil
yang berpengaruh terhadap mutu kopi antara lain kafein, asam klorogenat dan
senyawa-senyawa nutrisi. Biji Kopi mengandung 10-15% minyak kopi dimana
minyak ini dihasilkan dari biji kopi yang telah disangrai. Adapun kandungan
senyawa dan asam lemak total pada minyak kopi diantaanya caffeine,
diphenylsulfone hexadecanoic acid (Palmitic acid), cis-9, cis-12-octadecadienoic
acid (Linoleic acid), octadecanoic acid (Stearic acid), 2-vinyl-2,3-
dihydrobenzofuran, 2,3-dimethylbenzofuran, 3-buten-2-none, 4-phenyl 2-phenyl-
3-(4-methoxyphenyl)indene, 2-[1-(2,4-dimethoxyphenyl)vinyl ]phenol, dan 12-
methoxy-3-methylcholanthrene. Adapun fungsi atau kegunaan utama minyak kopi
ialah sebagai sumber aroma kopi terutama pada kopi instant dengan cara fogging
(penyemprotan) (Aziz et al. 2009).
Penelitian Anugrahati (2010) melaporkan kopi mengandung flavonoid,
asam klorogenat dan asam kafeat. Senyawa-senyawa tersebut dapat menghambat
aktivitas α-glukosidase. α-glukosidase merupakan enzim yang menghidrolisis pati
dari arah luar rantai ujung nonreduktif sehingga menghasilkan glukosa. Enzim ini
bekerja dengan menghidrolisis pati menjadi glukosa agar dapat diserap oleh usus.
Inhibitor α-glukosidase merupakan senyawa yang menghambat kerja enzim α-
glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus sehingga mengurangi
pencernaan karbohidrat kompleks dan penyerapannya.
30
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Serbuk ekstrak biji mahoni ditambahkan kedalam formula kopi dengan 3
taraf konsentrasi berbeda dan dilakukan uji organoleptik. Berdasarkan hasil uji
hedonik atribut keseluruhan diketahui minuman kopi fungsional dengan
penambahan 100 mg (pertakaran saji) ekstrak biji mahoni atau 0.7% merupakan
minuman fungsional yang paling banyak dipilih oleh panelis (p<0.05). Minuman
ini memiliki odor, warna, aroma kopi, aroma asing, rasa manis dan rasa just about
right, sedangkan rasa pahit, mouthfeel, flavour dan after taste agak kuat.
Serbuk ekstrak biji mahoni memiliki nilai kelarutan 93.51% dan densitas
kamba 0.8271 g/mL. Hasil analisis kimia ekstrak biji mahoni mengandung kadar
air 5.28%, kadar abu 0.64%, kadar lemak 18.51%, kadar protein 0.59%, kadar
karbohidrat 74.98%, kadar serat pangan total 2.30%, kadar kafein 2.30% dan nilai
toksisitas 440.984 ppm. Hasil analisis GCMS diketehui senyawa yang terkandung
dalam ekstrak biji mahoni diantaranya n-Hexadecoic acid (10.95%area), n-
Hexadecanoic acid methyl ester (0.86%area), 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-,
methyl ester (1.86%area), 12-Octadecenoic acid, methyl ester (2.39%area), 9,12-
Octadecadienoic acid (Z,Z)- (24.70%area), Octadecanoic acid (13.58%area), dan
asam erusat sebanyak 43.26%area.
Kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terpilih hasil uji
organoleptik memiliki kelarutan 97.38% dan densitas kamba sebesar 0.4854
g/mL. Hasil analisis kimia dari produk kopi terpilih tersebut memiliki kadar air
2.80%, kadar abu 5.88%, kadar lemak 1.08%, kadar protein 6.04% , kadar
karbohidrat 84.20%, kadar serat pangan total 0.96%, kadar kafein 7.48% dan nilai
toksisitas 347.097 ppm. Hasil analisis GCMS diketehui senyawa yang terkandung
dalam kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni diantaranya Dodecanoic acid,
1,2,3-propanetriyl ester 15.02%area, Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester
46.22%area, dan Ester Dodecanoic acid, 1-(hydroxymethyl)-1,2-ethanediyl
31.28%area.
Saran
Reformulasi dapat dilakukan untuk mencari formula terbaik demi
pencapaian nilai organoleptik yang lebih baik. Reformulasi dapat dilakukan pada
tahapan pembuatan serbuk ekstrak biji mahoni maupun formula kopi yang
terbentuk. Selain itu perlu dilakukan uji screaning fitokimia untuk melihat zat
aktif penyusun dari ekstrak biji mahoni yang memiliki reaktifitas tinggi terhadap
nilai toksisitas LC50 sehingga dapat diketahui kemanan yang lebih mendalam dari
serbuk ekstrak biji mahoni dan formula produk kopi terpilih.
31
DAFTAR PUSTAKA
Ade B, Akinwande, Bolarinwa, dan Adebiyi. 2009. Evaluation of tigernut
(Cyperus esculentus)-wheat composite flour and bread. African Journal of
Food Science. 2:087-091.
Andini S, Akhmad Darmawan, Sofa Fajriah, dan Nina Artanti. 2010. Aktivitas
Antidiabetes dan Toksisitas Beberapa Jenis Benalu. Tanggerang (ID) :
Pusat Penelitian Kimia – Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Kawasan
PUSPIPTEK Serpong
Anggirasti, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, dan Tri Haryati. 2008.
Gliserolisis RBDPO (Efine B Leached Eodorize Palm Oil) dengan Lipase
untuk Sintesis MDAG (Mono-Diasil Gliserol). Bogor (ID) : Departemen
ilu dan teknologi pangan, Institut Pertanian Bogor
Angkasa D. 2011. Pengembangan Minuman Fungsional Sumber Serat dan
Antikoksidan dari Daun Hantap (Sterculia oblongata R. Brown) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Anugrahati NA, Lucky Golden, dan Broto Kardono. 2010. Potensi Beberapa Kopi
Lokal Indonesia sebagai Inhibitor α-glukosidase. Jurnal ilmu dan
Teknologi Pangan. Vol. 8(1)
Aziz Tamzil, Ratih Cindo K N, dan Asima Fresca. 2009. Pengaruh Pelarut
Hekasana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi terhadap hasil
Ekstraksi Minyak Kopi. Jurusan Teknik Kimia Faklutas Teknik
Universitas Sriwijaya. Jurnal Tekni Kimia, 1 Vol 16(1)
Biofarmaka ipb. 2011. Pengujian Toksisitas Metode BSLT. diambil dari prosedur
tetap pengujian toksistas di laboratorium terpadu biofarmaka ipb. Bogor
(ID) : Biofarmaka Institut Pertanian Bogor
Brown AC 2007. Understanding food: principles and preparation. 3rd ed.
Belmonth. CA: Cengage Learning.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI No. 4444:2009 creamer nabati
bubuk. [internet]. [diunduh pada 25 September 2014]. diakses pada:
www.bsn.go.id.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI Kopi Instan No. 2983:2014
creamer nabati bubuk. [internet]. [diunduh pada 25 September 2014].
diakses pada: www.bsn.go.id
Cahyadi, dan Wisnu. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta (ID): Bumi Aksara
Cahyadi R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica
charantia L) Terhadap larva Artemia salina Leachdengan metodeBrine
shrimp lethality test (BST). Semarang (ID) : Universitas Dipenogoro
Repository 5: 1-8.
32
Chaerul. 2003. Pengujian Nilai Peroksida (POV) dan Sitotoksik Ekstrak Etanol
Beberapa Tumbuhan Obat dari Taman Nasional Lore Lindu (Sulawesi
Tengah). Bidang Botani-Pusat Penelitian Biologi- LIPI. Hal 28.
Chandra Devi, R Hanung Ismono, dan Eka Kasymir. 2012. Prospek Perdagangan
Kopi Robusta Indonesia di Pasar Internasional. Lampung (ID) : Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. 10-15
De D, Chatterjee K, Ali KM, Bera TK, dan Ghosh D. 2011. Antidiabetic
potentiality of the aqueous-methanolic extract of seed of Swietenia
mahagoni (l.) jacq. in streptozotocin-induced diabetic male albino rat: a
correlative and evidence-based approach with antioxidative and
antihyperlipidemic activities. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine 2011:1-11
[Depkes] Departemen Kesehatan Indonesia. 2010. Penyakit Tidak Menular
(PTM). Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI. [internet]. [Diakses pada 16 juni 2014]. Dapat diunduh
pada: www.depkes.go.id
Dita mutiah. 2010.Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur (Vitis
vinifera) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BST) [Skripsi]. Semarang (ID) : Universitas
Diponegoro
Divyal Khare, Pradeep H, Kumar K, Hari Venkatesh K, dan Jyothi. 2012. Herbal
Drug Swietenia Mahagoni Jacq. - A Review. Global J Res. Med. Plants &
Indigen. Med.. Volume 1, Issue 10. October 2012. 557–567
Fennema, Owen R. 1996. Food Chemistry Third Edition. New York (USA) :
Marcel Dekker,Inc.
[FSANZ] Food Standards Australia New Zealand. 2003. Erucic Acid In Food:a
Toxicological Review and Risk Assessment . Technical Report Series No.
21. [Internet]. [Diunduh pada 18 September 2014]. Dapat diakses pada:
Http://Www.Foodstandards.Gov.Au
Hans-Joachim Hübschmann. 2009. Handbook of GC/MS: Fundamentals and
Apllications. Second Edition. Weinbeirn (USA) : Wiley –VCH Verbag
GmbH & Co. GaA.
Hajli Z. 2011. Isolasi senyawa golongan flavonoid biji mahoni (Swietenia
mahagoni Jacq.) yang berpotensi sebagai antioksidan [skripsi]. Bogor
(ID): Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor.
Hartono A. 2005. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta (ID): Buku
Kedokteran EGC.
Hastuti Purwanti Widhy. 2010. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. [Internet].
[diakses pada 17 September 2014]. Tersedia pada: http://staff.uny.ac.id/
Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. New York
(USA) : Jhon Wiley and Sons Inc
33
[IDF] International Diabetes Federation. 2013. The global burden [Internet].
[diakses pada 2013 Oktober 7]. Tersedia pada:
http://www.idf.org/diabetesatlas
Kumar EK, Ramesh, dan Kasiviswanath. 2005. Hypoglicemic and
Anthihyperglicemic Effect of Gmelina asiatica Linn. in Normal and in
Alloxan Induced Diabetic Rats. Andhara Pradesh (India): Departmen of
Pharmaceutical Sciences. Page 729
Kusnandar F, Andrawulan N, dan Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta :
Dian Rakyat.
Li DD, Chen JH, dan Chen Q. 2005. Swetenia Mahagony Extract Shows Agonistic
Avtivity to PPARγ and Gives Ameliorative Effects on Diabetic db/db mice.
Acta Pharmacol Sinica. 26(2): 220-222
Lewis Neal A. 1980. Solvent extraction by alcohol having 1 to 3 carbon atoms;
flavor and odor enhancement. Publication number : US 4234613 A
Maiti AS, Dewanjee, dan Sahu R. 2009. Isolation of Hypoglycemic
Phytoconstituent from Swietenia macrophylla Seeds. American Journal
Nutrition 23(12): 1731-1733.
Meilgaard M, G.V. Civille dan B.T. Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques.
3rd edition. New York (USA): CRC Press
Meyer B.N, Ferrigni N.R, Putnam J.E, Jacobsen L.B, Nichols D.E, dan
McLaughin, J.L. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for
Active Plant Constituent, Planta Medica. 45:31-34.
Mostafa M, Ismet Ara Jahan, M. Riaz, Hemayet Hossain, Ishrat Nimmi, A. Sattar
Miah, dan J. U. Chowdhury. 2011. Comprehensive Analysis of the
Composition of Seed Cake and its Fatty Oil from Swietenia mahagoni
Jacq. Growing in Bangladesh. Dhaka Univ. J. Pharm. Sci. 10(1): 49–52.
Nagalakshmi MAH, Thangadurai D, Muralidara D, dan Pullaiah RT. 2001.
Phytochemical and antimicrobial study of Chukrasia tabularis leaves.
Fitoterapia 72, 62–64.
[NIST] National Institute of Standards and Technology. 2011. Material
Measurement Laboratory [Internet]. [diakses pada 17 September 2014].
Dapat diunduh pada: http://webbook.nist.gov/cgi/cbook.
Paynter N.P, H-C Yeh, S. Voutilainen, M.I Schmidt, G. Heissm, A.R Folsom, F.L
Brancati, dan WHL Kao. 2006. More support for coffe antiadiabetes
benefits, nutraingredient. In American Journal of Epidemiology. Hal:
1075-1084.
Rahayu WP. 1998. Penuntun Praktikum Organoleptik. Bogor (ID): Jurusan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB
Ramdhini RN. 2010. Uji Toksisitas Terhadap Artemia Salina Leach. dan
Toksisitas Akut Komponen Bioaktif Pandanus Conoideus Var. Conoideus
Lam. sebagai Kandidat Antikanker [Skripsi]. Surakarta (ID): Universitas
Sebelas Maret Jurusan Biologi FMIPA
34
Rejo Amin, Sri Rahayu, dan Tamaria Panggabean. 2012. Karakteristik Mutu Biji
Kopi pada Proses Dekafeinasi. Palembang (ID): Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
Safitri F, Yunianta, dan Purwatiningrum. 2013. Pengaruh Penambahan Pati
Termodifikasi pada Non Dairy Creamer terhadap Stabilitas Emulsifikasi
dan Efisiensi Sodium Casseinat. Jurnal Pangan dan Agroindustri 1(1):1-14
Sahgal G, Ramanathan S, Sasidharan S, Mordi MN, Ismail S, dan Masnsor SM.
2009. Phytochemucal and antimicrobial activitu of Swetenia magoni
Crude Methanolic Seed Extract. Tropical Biologi (26) : 274-279.
Setyaningsih Dwi, Apriyantono Anton, dan Puspita Sari Maya. 2010. Analisis
Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press
Soekarto S. 1985. Penilaian Organoleptik. Jakarta : Bharata Karya Aksara
Sukandar D, Hermanto, dan Emi Lestari. 2007. Uji toksisitas Ekstrak Daun
Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Jakarta (ID) : Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah
Subroto, Ahkam. 2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Depok : Penebar
Swadaya
Sulistyowati. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Citarasa
Seduhan Kopi. Pelatihan Uji citarasa Kopi. Jakarta : Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia
Suryadi, Tjekyan. 2007. Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kalangan
Peminum Kopi di Kotamadya Palembang Tahun 2006-2007. Makara,
Kesehatan, Vol. 11(2): 54-60
Suryani N, Tinny Endang H, dan Aulanni’am. 2013. Pengaruh Ekstrak Metanol
Biji Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi
TNF-α dan Perbaikan Jaringan Pankreas Tikus Diabetes. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, Vol. 27(3)
Winarno F.G, dan Fardiaz S. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
Gramedia.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wiranatakususmah M.A, Kamaruddin, dan A. M. Syarief. 1992. Sifat Fisik
Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor
35
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Fisik (Muchtadi & Sugiono 1989)
1. Densitas Kamba
Masukan bahan ke dalam gelas ukur sampai volumenya mencapai 100 ml.
Usahakan pengisian sampai benar-benar padat. Keluarkan semua bahan dari gelas
ukur dan timbang beratnya. Nyat densitas kamba dalam gr/ml.
Densitas kamba = Berat contoh
Volume contoh
2. Kelarutan
Kelarutan diukur dengan melarutkan sampel dalam air kemudian disaring
dengan kertas Whatman no 42, lalu kertas saring dikeringkan dalam oven dengan
suhu 105oC sampai bobotnya tetap. Setelah itu, kelarutan dalam air diukur dengan
membagi bobot kertas saring akhir (g) yang dikurangi bobot kertas saring awal (g)
dengan bobot sampel kering (g) dikali 100%.
Lampiran 2. Prosedur Analisis Karakterisitik Kimia
1. Kadar Air (Kusnandar et al. 2011)
a. Bahan yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram kemudian
dimasukkan kedalam cawan yang telah diketahui beratnya.
b. Bahan yang dikeringkan dalam oven suhu 100-1050C selama 3-5 jam,
selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Bahan kemudian
dikeringkan lagi dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan
kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan.
c. Dihitung kadar airnya dengan rumus:
Kadar air (%bk) = (berat awal – berat setelah pengeringan) `x100%
berat awal
2. Kadar Abu (Kusnandar et al. 2011)
Metode yang digunakan untuk menganalisis kadar abu adalah metode
pengabuan kering. Metode ini dilakukan dengan cara mendestruksi pengabuan
komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan,
tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat
konstan terjadi. Sampel yang digun pada metode pengabuan kering ditempatkan
dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang
dianalisis. Suhu pengabuan yang dianggap aman dari kehilangan sejumlah mineral
karena penguapan adalah 500˚C. Kadar abu dalam sampel dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
% Abu = W2 - W0 x 100%
W1 - W0
Keterangan: W2 = Berat cawan dan sampel setelah pengabuan (g)
W0 = Berat cawan kosong konstan (g)
W1 = Berat cawan dan sampel sebelum pengabuan (g)
36
3. Penetapan kadar protein dengan metode Mikro Kjeldahl (Kusnandar et al.
2011)
Contoh yang digunakan untuk analisis protein merupakan padatan yang
berupa serbuk. sebanyak 1-3 gram contoh ditimbang. Contoh tersebut dimasukan
kedalam labu Kjeldahl. Berturut-turut dimasukan juga sekitar 1 ujung sudip
selenium mi, 25 ml H2SO4 dan beberapa butir batu didih untuk mencegah
terbentuknya gelembung. Labu Kjeldahl tersebut kemudian didihkan di atas
pemanas listrik selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Pembentukan
cairan jernih menunjukan bahwa semua komponen organik yang terdapat didalam
contoh sudah dihancurkan, dan nitrogen sudah terbebas. Setelah didinginkan, lalu
ditambahkan sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Pada saat penambahan air
harus hati-hati, karena larutan menjadi panas.
Setelah larutan dalam labu dingin kembali, larutan tersebut dituangkan ke
dalam alat destilasi. Labu Kjeldahl dibilas dengan air 5-6 kali dengan
menambahkan air untuk memastikan bahwa tidak ada larutan hasil destruksi yang
tertinggal. Pada alat destilasi di bawah kondensor kemudian dipasangkan
erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 mL lautan H3BO3 dan 2 tetes indikator MM-
MB. Tambahkan juga air untuk memastikan ujung dari alat destilator terendam
larutan asam borat. Kemudian tambahkan 20 ml larutan NaOH 30% ke dalam alat
destilasi, lalu dilakukan proses destilasi sehingga tertampung kira-kira 75 mL
destilat dalam erlenmeyer. Destilat yang tertampung didalam erlenmeyer
kemudian dititrasi dengan menggun larutan HCl 0,1 N yang sebelumnya telah
distandarisasi menggun boraks sampai terjadi perubahan warna menjadi merah
seulas yang menand titik akhir titrasi. Persen nitrogen dan persen protein pada
contoh dapat dihitung dengan menggun rumus sebagai berikut :
% N = (ml HCL contoh – blangko) x Normalitas x 14,007 x 100)
mg contoh
%Protein = %N x F,
dimana F = faktor konversi = 100/(%N dalam protein contoh)
4. Penetapan kadar lemak dengan metode Ekstraksi Soxhlet(Kusnandar et
al. 2011)
Metode ekstraksi soxhlet merupakan metode analisi kadar lemak secara
langsung dengan cara mengekstrak lemak dari bahan dengan pelarut organik
seperti heksana, petrolium eter, dan dietil eter. Prisip analisis yaitu lemak
diekstrak menggun pelarut organik. Setelah pelarutnya diuapkan, lemak dari
bahan dapat ditimbang dan dihitung presentasenya. Prosedur kerja yaitu 3,5 mg
sampel ditimbang dan dibungkus timbal dengan kertas isap. Timbal sampel
kemudian diletakkan didalam tabung soxhlet yang sudah terpasang kondensor.
Dibagiah bawah pasangkan labu lemak yang berisi 60mL pelarut Heksana.
Panaskan kurang lebih selama 5 jam pada suhu 80oC atau sampai pelarut heksana
yang mengalir sudah jernih tidak melarutkan lemak pada sampel. Labu lemak
yang sudah disuling heksananya kemudian dikeringkan kedalam oven suhu 1050C
dan dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang. Kadar lemak diukur dengan
rumus berikut:
% Lemak = (Wc - Wa) x 100%
Wb
37
Keterangan :
Wa : berat labu awal konstan
Wb : berat sampel
Wc: berat labu akhir+lemak
5. Penetapan kadar karbohidrat dengan metode Karbohidrat by difference
(Kusnandar et al.2011)
Di dalam tabel komposisi bahan pangan, kandungan karbohidrat biasanya
diberikan sebagai karbohidrat total by difference, artinya kandungan tersebut
diperoleh dari hasil pengurangan angka 100 dengan presentasi komponen lain (air,
abu, lemak, dan protein). Bila hasil pengurangan ini dikurangi dengan persentasi
serat, maka diperoleh kadar karbohidrat yang dapat dicerna.
6. Penetapan serat pangan dengan metode Enzimatis (Kusnandar et
al.2011)
Sebanyak 1 gram sampel dimasukan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 25
ml larutan buffer Na-fosfat 0,1 M pH 6 dan dibuat menjdai suspensi kemudian
ditutup dengan alumunium foil dan diinkubasi dalam penangas air bersuhu 100˚C
selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Sampel diangkat dan didinginkan
ditambahkan 20 ml air destilata. pH diatur 1,5 dengan menggunakan HCl.
Selanjutnya ditambahkan 100 mg enzim pepsin. Erlenmayer ditutup dan
diinkubasikan dalam penangas air bergoyang bersuhu 40˚C selama 60 menit.
kemudian ditambahkan 20 ml air destilata. pH diatur menjadi 6,
8 dengan NaOH lalu ditambahkan 100 mg pankreatin. Tutup erlenmeyer dan
diinkubasikan dalam penangas air bergoyang pada suhu 40˚C selama 60 menit.
Kemudian pH diatur menjadi 4,5 menggunakan HCl. Larutan sampel disaring
melalui crucible. Pada penyaringan dilakukan pencucian dengan 2x10 ml air
destilata.Residu di cuci dengan 2x10 ml etanol 95% dan 2x10 ml aseton.
Kemudian dikeringkan pada suhu 105˚C sampai mencapai berat kostan
(semalam). Setelah didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang (D1).
Diabukan pada suhu 550˚C selama 5 jam. Setelah didinginkan dalam desikator,
ditimbang (I1)
Filtrat awal kemudian diatur menjadi 100 ml. Kemudian ditambahkan 400
ml etanol 95% hangat (60˚c). Biarkan mengendap selama 1 jam. Disaring dengan
crucible. Dicuci dengan 2x10 ml etanol 78%, 2x10 ml etanol 95%, 2x10 ml
aseton. Dikeringkan pada suhu 105˚C sampai mencapai berat konstan (semalam).
Setelah didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang (D2). Diabukan pada
suhu 550˚C selama 5 jam. Setelah didinginkan dalam desikator, ditimbang (I2).
Blanko diperoleh dengan cara seperti prosedur untuk sampel tetapi tanpa sampel
(B1 dan B2).
Perhitungan :
% Serat tidak larut (IDF) = ((D1-I1-B1) x 100 %)/ berat sampel
% Serat larut (SDF) = ((D2-I2-B2) x 100 %)/ berat sampel
% Serat pangan (TDF) = %IDF + %SDF
Keterangan :
D = berat setelah pengeringan
I = berat setelah pengabuan
B = berat blanko bebas abu
38
7. Pengujian Toksisitas / Larva Udang (Biofarmaka IPB 2014)
1. Penetasan
+Lampu
+Aerator
2. Pembuatan Ekstrak
+ tween 80%
Telur Udang 10 mg
250 ml Air laut
Diamkan 2 x 24 jam
Larva udang
20 mg sampel
10 ml Air laut
Homogenasi
Stok sampel 2000 ppm
39
3. Pengujian
+ 500 ml + 900 ml
+990ml
Air laut Air laut
1000 l air laut
Berisi 10 ekor larva udang
Vial ukuran 2000 l
1000 l Stok
sampel 2000 ppm
500 l Stok
sampel 2000 ppm
100 l Stok
sampel 2000 ppm
10 l
Stok
sampel
2000
ppm
Larutan uji
1000ppm
Larutan uji
500ppm
Larutan uji
100ppm
Larutan uji
10ppm
Diamkan selama 24 jam
Hitung jumlah udang yang mati
40
Lampiran 3 Formulir Uji Organoleptik
FORMULIR IDENTITAS PANELIS UJI ORGANOLEPTIK
KOPI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BIJI MAHONI
Nama Panelis :
Angkatan :
Umur :
Jenis Kelamin :
No. telp/hp :
Alamat kosan :
Uang saku per bulan : Rp. ..................
Anggaran untuk m an dan minuman : Rp. ...................
Anggaran untuk membeli kopi : Rp. ...................
Beri tanda silang (x) pada salah satu pilihan
Apakah anda alergi terhadap kopi?
a. Ya b. Tidak
Bila ya, alergi apa yang ditimbulkan setelah minum kopi?
a. Perih seperti maag
b. Sakit perut/mulas
c. Pusing, dan sulit tidur
d. Lainnya ................................................
Intensitas minum kopi/minggu
a. < 3kali b. 3-5 kali c. >5 kali
Jenis Kopi yang dikonsumsi
a. Kopi hitam (dengan ampas) b. Kopi instan (tanpa ampas)
Penggunaan pemanis/ gula pada kopi
a. Ya b. Tidak
Penggunaan creamer pada kopi
a. Ya b. Tidak
Penggunaan susu pada kopi
a. Ya b. Tidak
Jenis minuman lain selain kopi yang sering dikonsumsi (selain air putih)?
....................................................................................................................................
.................................................................................................................................
41
FORMULIR UJI ORGANOLEPTIK
KOPI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK BIJI MAHONI
Instruksi Uji kesukaan:
1. Ciciplah sampel satu persatu.
2. Nyatakan penilaian Anda terhadap sampel dengan memberi garis vertikal
(tegak lurus) yang jelas pada garis skala uji organoleptik.
3. Netralkan indera pengecap Anda dengan minuman kopi penetral dan air
putih setelah mencicipi satu sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat kesukaan antar sampel.
5. Setelah selesai mencicipi semua sampel, silahkan memberikan komentar
pada ruang yang telah disediakan.
Instruksi Uji Mutu Hedonik:
1. Ciciplah sampel satu persatu.
2. Nyatakan penilaian Anda terhadap sampel dengan memberi garis vertikal
(tegak lurus) yang jelas pada garis skala uji organoleptik.
3. Netralkan indera pengecap Anda dengan minuman kopi penetral dan air
putih setelah mencicipi satu sampel.
4. Jangan membandingkan tingkat spesifikasi parameter yang diuji
antar sampel.
5. Setelah selesai mencicipi semua sampel, silahkan memberikan komentar
pada ruang yang telah disediakan .
Keterangan Pengujian :
Mouthfeel : merupakan parameter dari tekstur yaitu kesan kinestetik
pengunyahan m an didalam mulut yang mencakup kelompok
kesan yang dinyatakan dengan istilah fibrousness (serabut)
grittiness (butiran halus), mealiness (kesan tepung), oilines
(berminyak), dll.
Odor : sensasi atau kesan yang diterima ketika mencium atau
menghirup senyawa-senyawa volatil (saat minuman belum di
rongga mulut)
Aroma : sensasi yang diterima ketika memakan suatu produk (bahan ada
di rongga mulut)
After taste : sensasi yang tertinggal setelah minuman sudah tertelan
seluruhnya
Flavour : gabungan sensasi odor, aroma dan rasa yang terdapat pada
minuman
42
Kode Sampel :
Uji kesukaan
Odor
Warna
Aroma Kopi
Aroma Asing
Rasa Manis
Rasa Pahit
Rasa Creamer
Mouthfeel
Flavour
After taste
Komentar :
.................................................................................................................................
...................
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Tidak Suka
Sangat Tidak
Suka
Tidak Suka Agak Tidak
Suka
Biasa Agak Suka Suka Sangat Suka Amat Sangat
Suka
43
KODE SAMPEL :
Uji Mutu Hedonik
Odor (Langu)
Warna
Aroma Kopi
Aroma Asing
Rasa Manis
Rasa Pahit
Rasa Creamer
Mouthfeel
Flavour
After taste
Komentar :
.................................................................................................................................
...............
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
Cokelat Amat
Sangat Muda
Cokelat
Sangat Muda
Cokelat Muda Cokelat Agak
Muda
COKLAT Cokelat Agak
Tua
Cokelat Tua Cokelat
Sangat Tua
Cokelat Amat
Sangat Tua
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9 Amat Sangat
Lemah
Sangat Lemah Lemah Agak Lemah Pas (just
about right)
Agak Kuat Kuat Sangat Kuat Amat Sangat
Kuat
1 4 2 3 5 6 7 8 9
44
Lampiran 4 Hasil Uji Organoleptik dan Nilai SPSS
Tabel 6 Rata-rata hasil uji mutu hedonik formulasi kopi dengan ulangan
Ekstrak
Nilai Mutu Hedonik
Odor Warna Aroma
Kopi
Aroma
Asing
Rasa
Manis
Rasa
Pahit
Rasa
Creamer
Mouth
feel Flavour
After
taste
100 5.02 5.21 4.88 5.39 4.53 5.92 5.34 5.58 4.28 5.74
100 4.77 5.42 5.50 5.40 4.88 5.85 5.55 5.43 4.19 6.08
200 5.17 5.50 4.98 5.67 4.07 6.52 4.72 5.70 3.84 6.51
200 5.12 5.40 5.40 5.01 3.97 6.54 4.53 5.63 3.74 6.73
300 4.71 5.04 5.21 4.86 3.77 6.99 4.50 5.85 4.03 6.65
300 4.46 5.74 5.38 5.32 3.62 7.23 4.37 6.05 3.63 7.05
Tabel 7 Rata-rata hasil uji kesukaan formula kopi dengan ulangan
Ekstrak
Nilai Uji kesukaan
Odor Warna Aroma
Kopi
Aroma
Asing
Rasa
Manis
Rasa
Pahit
Rasa
Creamer
Mouth
feel Flavour
After
taste
bobot 0.1 0.1 0.1 0.1 0.05 0.2 0.05 0.1 0.1 0.1
100 5.69 6.53 5.70 5.21 5.24 4.95 5.32 5.45 5.30 4.98
100 5.95 6.51 6.02 5.50 5.71 4.93 5.47 5.42 5.24 4.77
200 5.42 6.54 5.24 4.62 4.67 3.91 4.79 4.95 4.44 4.24
200 5.54 6.41 5.52 5.06 4.30 3.95 4.65 4.70 4.44 4.08
300 5.77 6.27 4.97 4.75 4.48 3.77 4.50 4.25 4.13 3.83
300 5.84 6.71 5.27 4.89 4.39 3.28 4.55 4.40 3.91 3.43
Tabel 8 Hasil pengolahan nilai uji kesukaan dengan SPSS
ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Odor Between Groups .148 2 .074 5.097 .108
Within Groups .043 3 .014
Total .191 5
Warna Between Groups .002 2 .001 .030 .971
Within Groups .105 3 .035
Total .108 5
aroma_kopi Between Groups .564 2 .282 6.245 .085
Within Groups .135 3 .045
Total .699 5
aroma_asing Between Groups .368 2 .184 3.712 .154
Within Groups .149 3 .050
Total .517 5
rasa_manis Between Groups 1.376 2 .688 11.283 .040
Within Groups .183 3 .061
Total 1.559 5
rasa_pahit Between Groups 2.124 2 1.062 26.323 .013
Within Groups .121 3 .040
Total 2.245 5
45
rasa_creamer Between Groups .834 2 .417 56.078 .004
Within Groups .022 3 .007
Total .856 5
mouthfeel Between Groups 1.236 2 .618 43.171 .006
Within Groups .043 3 .014
Total 1.279 5
Flavour Between Groups 1.619 2 .809 93.377 .002
Within Groups .026 3 .009
Total 1.645 5
Aftertaste Between Groups 1.561 2 .781 20.393 .018
Within Groups .115 3 .038
Total 1.676 5
Tabel 9 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut rasa manis
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2
300 2 4.4350
200 2 4.4850
100 2 5.4750
Sig. .853 1.000
Tabel 10 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut rasa pahit
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2
300 2 3.5250
200 2 3.9300
100 2 4.9400
Sig. .137 1.000
Tabel 11 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut rasa creamer
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2
300 2 4.5250
200 2 4.7200
100 2 5.3950
Sig. .109 1.000
Tabel 12 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut mouthfeel
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
300 2 4.3250
200 2 4.8250
100 2 5.4350
Sig. 1.000 1.000 1.000
Tabel 13 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut flavour
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
300 2 4.0200
200 2 4.4400
100 2 5.2700
Sig. 1.000 1.000 1.000
46
Tabel 14 Uji lanjut duncan uji kesukaan atribut after taste
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2
300 2 3.6300
200 2 4.1600
100 2 4.8750
Sig. .073 1.000
Tabel 15 hasil pengolahan uji mutu hedonik dengan SPSS
ANOVA
Sum of Squares
df Mean
Square F Sig.
odor
Between Groups .315 2 .157 7.407 .069
Within Groups .064 3 .021
Total .379 5
warna
Between Groups .018 2 .009 .101 .907
Within Groups .272 3 .091
Total .290 5
aroma_kopi
Between Groups .015 2 .007 .075 .930
Within Groups .295 3 .098
Total .310 5
aroma_asing
Between Groups .106 2 .053 .490 .654
Within Groups .324 3 .108
Total .429 5
rasa_manis
Between Groups 1.063 2 .532 20.580 .018
Within Groups .077 3 .026
Total 1.141 5
rasa_pahit
Between Groups 1.502 2 .751 71.639 .003
Within Groups .031 3 .010
Total 1.533 5
rasa_creamer
Between Groups 1.152 2 .576 35.605 .008
Within Groups .049 3 .016
Total 1.201 5
mouthfeel
Between Groups .203 2 .102 9.046 .054
Within Groups .034 3 .011
Total .237 5
flavour
Between Groups .242 2 .121 4.084 .139
Within Groups .089 3 .030
Total .331 5
aftertaste
Between Groups .960 2 .480 8.893 .055
Within Groups .162 3 .054
Total 1.122 5
Tabel 16 Uji lanjut duncan mutu hedonik atribut rasa manis
formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2
300 2 3.6950
200 2 4.0200
100 2 4.7050
Sig. .136 1.000
47
Tabel 17 Uji lanjut duncan mutu hedonik atribut rasa pahit
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
100 2 4.8850
200 2 5.5300
300 2 6.1100
Sig. 1.000 1.000 1.000
Tabel 18 Uji lanjut duncan mutu hedonik atribut rasa creamer
formula N Subset for alpha = 0.05
1 2
300 2 4.4350
200 2 4.6250
100 2 5.4450
Sig. .232 1.000
Tabel 19 Persentase rata-rata penerimaan panelis pada produk kopi-mahoni
Ektrak (mg)
Odor (%)
Warna (%)
Aroma Kopi (%)
Aroma Asing (%)
Rasa Manis (%)
Rasa Pahit (%)
Rasa Creamer
(%)
Mouth feel (%)
Flavour (%)
After taste (%)
Rata- rata (%)
100 93,33 95,00 86,67 80,00 80,00 56,67 75,00 76,67 70,00 56,67 77,00
200 80,00 95,00 76,67 66,67 48,33 26,67 58,33 58,33 48,33 31,67 59,00
300 88,33 95,00 73,33 66,67 43,33 20,00 55,00 40,00 31,67 23,33 53,67
Lampiran 5 Hasil Analisis Uji Toksisitas
* * * * * P R O B I T A N A L Y S I S Formula Kopi + Biji Mahoni * * * *
Observed and Expected Frequencies
Number of Observed Expected
VAR00002 just about right Subjects Responses Responses Residual Probit
1000.00 10.0 9.0 9.706 -.706 .97059
500.00 10.0 8.0 6.709 1.291 .67094
100.00 10.0 4.0 2.373 1.627 .23727
10.00 10.0 .0 1.646 -1.646 .16463
1000.00 10.0 10.0 9.706 .294 .97059
500.00 10.0 7.0 6.709 .291 .67094
100.00 10.0 3.0 2.373 .627 .23727
10.00 10.0 .0 1.646 -1.646 .16463
1000.00 10.0 9.0 9.706 -.706 .97059
500.00 10.0 8.0 6.709 1.291 .67094
100.00 10.0 2.0 2.373 -.373 .23727
10.00 10.0 2.0 1.646 .354 .16463
* * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * *
48
Confidence Limits for Effective VAR00002
95% Confidence Limits
Prob VAR00002 Lower Upper
.01 -456.72395 -804.87181 -260.84476
.02 -362.53304 -672.61112 -186.01761
.03 -302.77193 -589.02697 -138.21117
.04 -257.81598 -526.36692 -102.03119
.05 -221.24777 -475.56368 -72.43569
.06 -190.12249 -432.45929 -47.10813
.07 -162.83171 -394.78417 -24.78182
.08 -138.39606 -361.15728 -4.68458
.09 -116.17282 -330.67291 13.69099
.10 -95.71630 -302.70351 30.69725
.15 -11.02081 -188.05324 102.25823
.20 56.29249 -98.69690 160.89669
.25 114.04130 -23.79189 212.95804
.30 165.90151 41.64935 261.53651
.35 213.95773 100.36391 308.47821
.40 259.55839 154.05723 355.04234
.45 303.67755 203.92677 402.17305
.50 347.09721 250.92482 450.63735
.55 390.51688 295.90262 501.12189
.60 434.63604 339.69617 554.32859
.65 480.23669 383.19122 611.09099
.70 528.29291 427.40201 672.53646
.75 580.15313 473.60806 740.35013
.80 637.90194 523.63631 817.28823
.85 705.21523 580.53521 908.38413
.90 789.91072 650.58397 1024.54662
.91 810.36725 667.30720 1052.79905
.92 832.59049 685.40384 1083.56235
.93 857.02613 705.22477 1117.46555
.94 884.31692 727.27548 1155.41627
.95 915.44220 752.32546 1198.79825
.96 952.01040 781.63732 1249.88513
.97 996.96636 817.52068 1312.84179
.98 1056.72747 865.00365 1396.74942
.99 1150.91837 939.44213 1529.39877
* * * ** P R O B I T A N A L Y S I S (Serbuk Ekstrak Biji Mahoni * * * *
Number of Observed Expected
VAR00002 Subjects Responses Responses Residual Prob
1000.00 10.0 8.0 7.359 .641 .73587
500.00 10.0 6.0 5.265 .735 .52654
100.00 10.0 5.0 3.502 1.498 .35023
49
10.00 10.0 .0 3.134 -3.134 .31340
1000.00 10.0 5.0 7.359 -2.359 .73587
500.00 10.0 6.0 5.265 .735 .52654
100.00 10.0 6.0 3.502 2.498 .35023
10.00 10.0 1.0 3.134 -2.134 .31340
1000.00 10.0 7.0 7.359 -.359 .73587
500.00 10.0 7.0 5.265 1.735 .52654
100.00 10.0 6.0 3.502 2.498 .35023
10.00 10.0 1.0 3.134 -2.134 .31340
* * * * * * * * * * * * P R O B I T A N A L Y S I S * * * * * * * * * * * *
Confidence Limits for Effective VAR00002
95% Confidence Limits
Prob VAR00002 Lower Upper
.01 -1621.05591 -14444.15749 -652.14630
.02 -1379.42835 -12679.20480 -518.24755
.03 -1226.12341 -11560.04361 -432.64838
.04 -1110.79808 -10718.58180 -367.81590
.05 -1016.98981 -10034.46580 -314.73142
.06 -937.14425 -9452.47387 -269.24995
.07 -867.13531 -8942.44887 -229.10353
.08 -804.45065 -8486.03141 -192.90810
.09 -747.44146 -8071.17518 -159.75261
.10 -694.96441 -7689.52953 -129.00275
.15 -477.69540 -6112.60082 1.49616
.20 -305.01688 -4865.13425 111.03895
.25 -156.87409 -3802.66962 212.76751
.30 -23.83728 -2860.31260 315.89195
.35 99.44115 -2007.47577 431.84951
.40 216.42033 -1238.90191 582.56678
.45 329.59903 -585.24161 818.33128
.50 440.98333 -115.72783 1224.14082
.55 552.36763 160.77371 1822.96260
.60 665.54634 327.95177 2545.20935
.65 782.52551 448.68759 3343.76466
.70 905.80394 550.53053 4210.71611
.75 1038.84075 646.18660 5160.54151
.80 1186.98354 743.54190 6227.37940
.85 1359.66206 850.29987 7477.63078
.90 1576.93107 978.88410 9056.47417
.91 1629.40812 1009.31745 9438.43633
.92 1686.41731 1042.17241 9853.59309
.93 1749.10197 1078.08075 10310.29764
.94 1819.11091 1117.95084 10820.59897
.95 1898.95647 1163.16367 11402.85954
50
.96 1992.76474 1215.98320 12087.24050
.97 2108.09007 1280.54846 12928.96953
.98 2261.39501 1365.86714 14048.41120
.99 2503.02257 1499.44313 15813.68665
Lampiran 6 Hasil Analisis Proksimat Sampel
Tabel 19 Hasil analisis kadar air produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni
Sampel Cawan
konstan (g)
Berat sampel
(g)
Berat Akhir
(g)
Kadar air
(%)
Mahoni 1 4.8271 3.5061 8.1470 5.3107
Mahoni 2 5.9580 3.5180 9.2916 5.2416
Kopi 1 6.3542 3.5018 9.7574 2.8157
Kopi2 6.5910 3.5096 10.0027 2.7895
Contoh perhitungan
% kadar air mahoni 1 = (8.1470 - 4.8271)g x 100
3.5061 g
= 5.3107%
Tabel 20 Hasil analisis kadar abu produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni
Sampel Cawan
konstan (g)
Berat sampel
(g)
Berat Akhir
(g)
Kadar abu
(%)
Kopi 1 23.8212 2.5061 23.9688 5.8098
Kopi 2 23.4180 2.5081 23.5671 5.9447
Mahoni 1 28.8207 2.5022 28.8364 0.6274
Mahoni 2 18.5388 2.5008 18.5553 0.6598
Contoh perhitungan
% kadar abu kopi 1 = (23.9688 - 23.8212)g x 100
2.5061g
= 5.8098%
Tabel 21 Hasil analisis kadar lemak produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni
Sampel Labu lemak
konstan (g)
Berat sampel
(g)
Berat Akhir
(g)
Kadar
lemak (%)
Mahoni 1 54.1999 3.5015 54.8553 18.7177
Mahoni 2 53.0142 3.5032 53.6553 18.3004
Kopi 1 59.2146 3.5078 59.2504 1.0206
Kopi2 51.8191 3.5090 51.8594 1.1485
Contoh perhitungan
% kadar lemak mahoni 1 = (54.8553 - 54.1999)g x 100
3.5015 g
= 19.7177 %
51
Tabel 22 Hasil analisis kadar protein produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni
Sampel Berat sampel
(g)
Volume
titrasi HCl
(mL)
N HCl Kadar
protein (%)
Mahoni 1 2.0163 0.75 0.0964 0.6275
Mahoni 2 2.0080 0.65 0.0964 0.5461
Kopi 1 2.0046 7.10 0.0964 5.971
Kopi2 2.0064 7.25 0.0964 6.0959
Contoh perhitungan
% kadar protein mahoni 1 = V titrasi x FP x 0.014 x N HCl x f. konversi x100
Berat sampel g
= 0.75mL x 2 x 0.014 x 0.0964 x 6.25 x 100
2.0163g
= 0.6275 %
Tabel 23 Hasil analisis serat pangan tidak larut produk kopi mahoni dan ekstrak
Sampel Berat (g) KS2 (g) KS1 (g) CW 2 (g) CW 1 (g) SMTL (%)
Kopi 1 1.0209 0.9979 0.9946 25.0863 25.0834 0.0391
Kopi 2 1.0407 1.038 1.0317 24.3398 24.3341 0.0576
Mahoni1 1.0205 1.0125 1.0052 27.4421 27.4421 0.7153
Mahoni2 1.1069 1.0355 1.0193 18.5494 18.5433 0.9124
Tabel 24 Hasil analisis serat pangan larut produk kopi mahoni dan ekstrak mahoni
Sampel Berat (g) KS4
(g)
KS3
(g)
CW 4
(g)
CW 3
(g)
SMTL
(%)
Serat total
(%)
Kopi 1 1.0209 1.0372 1.0215 26.3311 26.3255 0.9893 1.028
Kopi 2 1.0407 1.0255 1.015 28.1431 28.1412 0.8263 0.884
Mahoni1 1.0205 1.0539 1.029 23.7071 23.7003 1.7733 2.489
Mahoni2 1.1069 1.0305 1.0135 24.8671 24.8634 1.2015 2.114
Rumus perhitungan
% SMTL = (KS2 – KS1) – (CW2- CW1)/ berat sampel (g) x 100
% SML = (KS2 – KS1) – (CW2- CW1)/ berat sampel (g) x 100
% serat pangan total = % SMTL + % SML
Keterangan :
KS1 dan KS3 = kertas saring kosong
KS2 dan KS4 = kertas saring + residu
CW1 dan CW3 = Cawan porselen kosong
CW2 dan CW4 = cawan porsenl + abu
SMTL = serat makanan tidak larut
SML = serat makanan larut
Contoh perhitungan
%SMTLmahoni2 = (1.0355 – 1.0193)g – (18.5494 - 18.5433)g/ 1.1069 g x 100
= 0.9124 %
52
Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar 6 Biji mahoni utuh Gambar 7 Biji mahoni kupas kulit kering
Gambar 8 Maserasi biji mahoni Gambar 9 Proses evaporasi etanol
Gambar 10 Serbuk ekstrak biji mahoni Gambar 11 Produk kopi-mahoni terpilih
Qualitative Analysis Report 1 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
Analyzed by : AdminAnalyzed : 7/22/2014 12:16:09 PMSample Type : UnknownLevel # : 1Sample Name : nandika/rizki a tholifSample ID : IS Amount : [1]=1Sample Amount : 1
Data File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGDMethod File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\eugenol02.qgmTuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\2014\21-juli-2014 minyak pala.qgt
Chromatogram
Dilution Factor : 1Vial # : 19Injection Volume : 1.00[Comment]in waterModified by : AdminModified : 7/22/2014 2:37:41 PM
===== Analytical Line 1 =====
[GC-2010]Column Oven Temp. :70.0 °CInjection Temp. :230.00 °CInjection Mode :SplitFlow Control Mode :Linear VelocityPressure :98.3 kPaTotal Flow :231.0 mL/minColumn Flow :1.51 mL/minLinear Velocity :45.0 cm/secPurge Flow :3.0 mL/minSplit Ratio :150.0High Pressure Injection :OFFCarrier Gas Saver :OFFSplitter Hold :OFFOven Temp. Program Rate Temperature(°C) Hold Time(min) - 70.0 2.00 12.00 250.0 10.00
Equilibrium Time :3.0 min
===== Analytical Line 1 =====
[GCMS-QP2010 Plus]IonSourceTemp :250.00 °CInterface Temp. :260.00 °CSolvent Cut Time :2.00 minDetector Gain Mode :RelativeDetector Gain :+0.00 kVThreshold :1000
[MS Table] --Group 1 - Event 1--Start Time :2.00minEnd Time :27.00minACQ Mode :ScanEvent Time :0.30secScan Speed :1250Start m/z :50.00End m/z :400.00
Sample Inlet Unit :GC
min
15,000,000
10.0 20.0 27.0
TIC
1 2 3
4
Qualitative Analysis Report 2 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
Analyzed by : AdminAnalyzed : 7/22/2014 12:16:09 PMSample Type : UnknownLevel # : 1Sample Name : nandika/rizki a tholifSample ID : IS Amount : [1]=1Sample Amount : 1
Dilution Factor : 1Vial # : 19Injection Volume : 1.00[Comment]in waterModified by : AdminModified : 7/22/2014 2:37:41 PM
Data File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGDMethod File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\eugenol02.qgmTuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\2014\21-juli-2014 minyak pala.qgt
Peak Table
Peak Report TIC Peak# R.Time Area Area% Name
1 12.324 5018186 7.48 Caffeine
2 16.913 10075342 15.02 Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester
3 24.294 31004958 46.22 Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester
4 26.380 20986616 31.28 Dodecanoic acid, 1-(hydroxymethyl)-1,2-ethanediyl ester
67085102 100.00
Qualitative Analysis Report 3 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:1 R.Time: 12.325 min100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390
50
55
67
82
94
109
124137
150165
179
194
210 236243 256 267 323 369 400
Hit#: 1 Similarity Index: 96 Library:NIST27.LIB Formula: C8H10N4O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390
2741
55
6782
94
109
122137
150 165
194
196
N
N
N
N
O
O
Hit#: 2 Similarity Index: 96 Library:WILEY7.LIB Formula: C8 H10 N4 O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine $$ 1H-Purine-2,6-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl- (CAS) THEOPHYLLINE METHYL $$ Caffein $$ Stim $$ Thein $$ Nodoz $$ Theine $$ No-Doz $$ Cafipel $$ Mateina $$ Koffein $$ Caffine $$ Cafeina $$ Coffeine $$ Alert-Pep $$ Refresh'n $$ Guaranine $$ Methyltheobromine $$ 1,3,7-Trimethylxanthine $$ 1,3,7-Trimethyl-2,6-dioxopurine $$ Monomethyl derivative of Theophylline $$ THEOPHYLLINE METHYL 1,3-DIMETHYLXANTHINE 7-METHYL $$ CAFFEINE 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390
27 41
5567 82
94
109
122 137 150 165
194
196
N
NN
N
Me
Me
MeO
O
Hit#: 3 Similarity Index: 96 Library:WILEY7.LIB Formula: C8 H10 N4 O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine $$ 1H-Purine-2,6-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl- (CAS) THEOPHYLLINE METHYL $$ Caffein $$ Stim $$ Thein $$ Nodoz $$ Theine $$ No-Doz $$ Cafipel $$ Mateina $$ Koffein $$ Caffine $$ Cafeina $$ Coffeine $$ Alert-Pep $$ Refresh'n $$ Guaranine $$ Methyltheobromine $$ 1,3,7-Trimethylxanthine $$ 1,3,7-Trimethyl-2,6-dioxopurine $$ Monomethyl derivative of Theophylline $$ THEOPHYLLINE METHYL 1,3-DIMETHYLXANTHINE 7-METHYL $$ CAFFEINE 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390
27 41
5567
82
94
109
122137
150 165
194
196
N
NN
N
Me
Me
MeO
O
Analyzed by : AdminAnalyzed : 7/22/2014 12:16:09 PMSample Type : UnknownLevel # : 1Sample Name : nandika/rizki a tholifSample ID : IS Amount : [1]=1Sample Amount : 1
Dilution Factor : 1Vial # : 19Injection Volume : 1.00[Comment]in waterModified by : AdminModified : 7/22/2014 2:37:41 PM
Data File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGDMethod File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\eugenol02.qgmTuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\2014\21-juli-2014 minyak pala.qgt
Similarity Search Results
Qualitative Analysis Report 4 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:1 R.Time: 12.325 min100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390
50
55
67
82
94
109
124137
150165
179
194
210 236243 256 267 323 369 400
Hit#: 4 Similarity Index: 96 Library:WILEY7.LIB Formula: C8 H10 N4 O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine $$ 1H-Purine-2,6-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl- (CAS) THEOPHYLLINE METHYL $$ Caffein $$ Stim $$ Thein $$ Nodoz $$ Theine $$ No-Doz $$ Cafipel $$ Mateina $$ Koffein $$ Caffine $$ Cafeina $$ Coffeine $$ Alert-Pep $$ Refresh'n $$ Guaranine $$ Methyltheobromine $$ 1,3,7-Trimethylxanthine $$ 1,3,7-Trimethyl-2,6-dioxopurine $$ Monomethyl derivative of Theophylline $$ THEOPHYLLINE METHYL 1,3-DIMETHYLXANTHINE 7-METHYL $$ CAFFEINE 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 370 390
13
1528
5567 82
94
109
122 137 150 165
194
196
N
NN
N
Me
Me
MeO
O
Qualitative Analysis Report 5 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:2 R.Time: 16.915 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
50
55
57
7184
98
116 129
153 171
183
207 227
243
257
275
280298
311 333341 360 382 395
Hit#: 1 Similarity Index: 88 Library:WILEY7.LIB Formula: C27 H52 O5 CAS: 17598-94-6 MolWeight:456CompName: DODECANOIC ACID, 1-(HYDROXYMETHYL)-1,2-ETHANEDIYL ESTER $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
7185
98116 129
171
183
243
257
275 298
Hit#: 2 Similarity Index: 88 Library:NIST147.LIB Formula: C27H52O5 CAS: 17598-94-6 MolWeight:456CompName: Dodecanoic acid, 1-(hydroxymethyl)-1,2-ethanediyl ester $$ 2-(Dodecanoyloxy)-1-(hydroxymethyl)ethyl laurate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
7185
98116 129
171
183
243
257
275 298
O
O OH
O
O
Hit#: 3 Similarity Index: 76 Library:WILEY7.LIB Formula: C39 H74 O6 CAS: 538-24-9 MolWeight:639CompName: Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester (CAS) Glyceryl tridodecanoate $$ Trilaurin $$ Laurin, tri- $$ Glycerol trilaurate $$ Glyceryl trilaurate $$ Lauric acid triglyceride $$ Lauric acid triglycerin ester $$ Glycerin trilaurate $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
71
85 98
112 129 158 171
183
227
257
298
311
353 367 395
CHCH2OC(O)(CH2)10MeCH2OC(O)(CH2)10Me
OC(O)(CH2)10Me
Hit#: 4 Similarity Index: 76 Library:NIST27.LIB Formula: C39H74O6 CAS: 538-24-9 MolWeight:638CompName: Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
71
8598
112 129 158 171
183
227
257
298
311
353 367 395
O O
O O
O O
Qualitative Analysis Report 6 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:3 R.Time: 24.295 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
51
55
57
8398
123
127
149158
171
183
201
213 225
242255
269 283 298 311
327
339 353 369
383
400
Hit#: 1 Similarity Index: 72 Library:WILEY7.LIB Formula: C27 H50 O6 CAS: 538-23-8 MolWeight:470CompName: Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester (CAS) Glyceryl trioctanoate $$ RATO $$ Trioctanoin $$ Caprylin $$ Tricaprylin $$ Octanoin, tri- $$ Trioctanoylglycerol $$ Glycerol trioctanoate $$ Tricaprylic glyceride $$ Glycerol tricaprylate (CAS) Octanoic acid triglyceride $$ Caprylic acid triglyceride $$ Glycerin tricaprylate $$ Tricaprylyl glycerin $$ Tricapryloylglycerol $$ Panacete 800 $$ Glyceryl tricaprylate $$ Maceight $$ MCT $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
41
57
83 98116
127
158 171 182201 242 255 283 313
327
397
CHCH2OC(O) (CH2)6MeCH2OC(O)(CH2)6Me
OC(O) (CH2)6Me
Hit#: 2 Similarity Index: 72 Library:NIST147.LIB Formula: C27H50O6 CAS: 538-23-8 MolWeight:470CompName: Glycerol tricaprylate $$ Octanoin, tri- $$ Caprylic acid triglyceride $$ Caprylin $$ Glycerol trioctanoate $$ Glyceryl trioctanoate $$ Octanoic acid triglyceride $$ RATO $$ Tricaprylic Glyceride $$ Tricaprylin $$ Trioctanoin $$ Trioctanoylglycerol $$ Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester $$ Maceight $$ MCT $$ Glycerin tricaprylate $$ Tricaprylyl glycerin $$ Tricapryloylglycerol $$ Panacete 800 $$ Glyceryl tricaprylate $$ Caprylic triglyceride $$ Captex 8000 $$ Emalex O.T.G $$ Glyceryl tricaprylate-caprat 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
41
57
83 98116
127
158 171 182201 242 255 283 313
327397
O O
O O
OO
Hit#: 3 Similarity Index: 70 Library:WILEY7.LIB Formula: C27 H50 O6 CAS: 538-23-8 MolWeight:470CompName: Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester (CAS) Glyceryl trioctanoate $$ RATO $$ Trioctanoin $$ Caprylin $$ Tricaprylin $$ Octanoin, tri- $$ Trioctanoylglycerol $$ Glycerol trioctanoate $$ Tricaprylic glyceride $$ Glycerol tricaprylate (CAS) Octanoic acid triglyceride $$ Caprylic acid triglyceride $$ Glycerin tricaprylate $$ Tricaprylyl glycerin $$ Tricapryloylglycerol $$ Panacete 800 $$ Glyceryl tricaprylate $$ Maceight $$ MCT $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
27
41
43
57
7384 98
115
127
158 171 187201
242 255 313327
CHCH2OC(O) (CH2)6MeCH2OC(O)(CH2)6Me
OC(O) (CH2)6Me
Hit#: 4 Similarity Index: 64 Library:NIST147.LIB Formula: C11H20N2O3 CAS: 184637-49-8 MolWeight:228CompName: Azacyclohexane, 1-BOC-3-formamido- $$ tert-Butyl 3-(formylamino)-1-piperidinecarboxylate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400
41
42
57
83
8499 112
127
143
155
171
183
201
N
NH
O
O O
Qualitative Analysis Report 7 / 7
C:\GCMSsolution\Data\Project1\kopi04_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:4 R.Time: 26.380 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
51
55
57
7195
98
116
127
143
155
182
183
201
211
229
243
257
271285
298309 327 347355 367
383397
Hit#: 1 Similarity Index: 71 Library:NIST147.LIB Formula: C27H52O5 CAS: 17598-94-6 MolWeight:456CompName: Dodecanoic acid, 1-(hydroxymethyl)-1,2-ethanediyl ester $$ 2-(Dodecanoyloxy)-1-(hydroxymethyl)ethyl laurate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
7185
98116 129
171
183
243
257
275 298
O
O OH
O
O
Hit#: 2 Similarity Index: 71 Library:WILEY7.LIB Formula: C27 H52 O5 CAS: 17598-94-6 MolWeight:456CompName: DODECANOIC ACID, 1-(HYDROXYMETHYL)-1,2-ETHANEDIYL ESTER $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
7185
98116 129
171
183
243
257
275 298
Hit#: 3 Similarity Index: 68 Library:WILEY7.LIB Formula: C39 H74 O6 CAS: 538-24-9 MolWeight:639CompName: Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester (CAS) Glyceryl tridodecanoate $$ Trilaurin $$ Laurin, tri- $$ Glycerol trilaurate $$ Glyceryl trilaurate $$ Lauric acid triglyceride $$ Lauric acid triglycerin ester $$ Glycerin trilaurate $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
29
41
4357
71
8598
112129
158 171
183
213 227
257
298
311
367 395
CHCH2OC(O) (CH 2)10MeCH2OC(O)(CH 2)10Me
OC(O) (CH 2)10Me
Hit#: 4 Similarity Index: 66 Library:NIST27.LIB Formula: C39H74O6 CAS: 538-24-9 MolWeight:638CompName: Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
27
41
43
57
71
8598
112 129 158 171
183
227
257
298
311
353 367 395
O O
O O
O O
Qualitative Analysis Report 1 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
Analyzed by : AdminAnalyzed : 7/22/2014 1:59:02 PMSample Type : UnknownLevel # : 1Sample Name : nandika/rizki a tholifSample ID : IS Amount : [1]=1Sample Amount : 1
Data File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGDMethod File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\eugenol02.qgmTuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\2014\21-juli-2014 minyak pala.qgt
Chromatogram
Dilution Factor : 1Vial # : 20Injection Volume : 1.00[Comment]in waterModified by : AdminModified : 7/22/2014 2:26:02 PM
===== Analytical Line 1 =====
[GC-2010]Column Oven Temp. :70.0 °CInjection Temp. :230.00 °CInjection Mode :SplitFlow Control Mode :Linear VelocityPressure :98.3 kPaTotal Flow :155.5 mL/minColumn Flow :1.51 mL/minLinear Velocity :45.0 cm/secPurge Flow :3.0 mL/minSplit Ratio :100.0High Pressure Injection :OFFCarrier Gas Saver :OFFSplitter Hold :OFFOven Temp. Program Rate Temperature(°C) Hold Time(min) - 70.0 2.00 12.00 250.0 10.00
Equilibrium Time :3.0 min
===== Analytical Line 1 =====
[GCMS-QP2010 Plus]IonSourceTemp :250.00 °CInterface Temp. :260.00 °CSolvent Cut Time :2.00 minDetector Gain Mode :RelativeDetector Gain :+0.00 kVThreshold :1000
[MS Table] --Group 1 - Event 1--Start Time :2.00minEnd Time :27.00minACQ Mode :ScanEvent Time :0.30secScan Speed :1250Start m/z :50.00End m/z :400.00
Sample Inlet Unit :GC
min
50,000,000
13.0 14.0 15.0 16.0
TIC
1
2
3
4 5
67
8
Qualitative Analysis Report 2 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
Analyzed by : AdminAnalyzed : 7/22/2014 1:59:02 PMSample Type : UnknownLevel # : 1Sample Name : nandika/rizki a tholifSample ID : IS Amount : [1]=1Sample Amount : 1
Dilution Factor : 1Vial # : 20Injection Volume : 1.00[Comment]in waterModified by : AdminModified : 7/22/2014 2:26:02 PM
Data File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGDMethod File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\eugenol02.qgmTuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\2014\21-juli-2014 minyak pala.qgt
Peak Table
Peak Report TIC Peak# R.Time Area Area% Name
1 12.321 4844881 2.30 Caffeine
2 13.052 1817205 0.86 Hexadecanoic acid, methyl ester
3 13.334 23104246 10.95 n-Hexadecanoic acid
4 14.392 3917597 1.86 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester
5 14.446 5037492 2.39 12-Octadecenoic acid, methyl ester
6 14.691 52108419 24.70 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-
7 14.744 91251813 43.26 Erucic acid
8 14.919 28863393 13.68 Octadecanoic acid
210945046 100.00
Qualitative Analysis Report 3 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:1 R.Time: 12.320 min100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
50
55
6782
94
109
124137
150 165178
194
208215 237 248 303 320 343
Hit#: 1 Similarity Index: 97 Library:NIST27.LIB Formula: C8H10N4O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
2741
55
6782
94
109
122137
150 165
194
196
N
N
N
N
O
O
Hit#: 2 Similarity Index: 97 Library:WILEY7.LIB Formula: C8 H10 N4 O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine $$ 1H-Purine-2,6-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl- (CAS) THEOPHYLLINE METHYL $$ Caffein $$ Stim $$ Thein $$ Nodoz $$ Theine $$ No-Doz $$ Cafipel $$ Mateina $$ Koffein $$ Caffine $$ Cafeina $$ Coffeine $$ Alert-Pep $$ Refresh'n $$ Guaranine $$ Methyltheobromine $$ 1,3,7-Trimethylxanthine $$ 1,3,7-Trimethyl-2,6-dioxopurine $$ Monomethyl derivative of Theophylline $$ THEOPHYLLINE METHYL 1,3-DIMETHYLXANTHINE 7-METHYL $$ CAFFEINE 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
27 41
5567 82
94
109
122 137 150 165
194
196
N
NN
N
Me
Me
MeO
O
Hit#: 3 Similarity Index: 97 Library:WILEY7.LIB Formula: C8 H10 N4 O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine $$ 1H-Purine-2,6-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl- (CAS) THEOPHYLLINE METHYL $$ Caffein $$ Stim $$ Thein $$ Nodoz $$ Theine $$ No-Doz $$ Cafipel $$ Mateina $$ Koffein $$ Caffine $$ Cafeina $$ Coffeine $$ Alert-Pep $$ Refresh'n $$ Guaranine $$ Methyltheobromine $$ 1,3,7-Trimethylxanthine $$ 1,3,7-Trimethyl-2,6-dioxopurine $$ Monomethyl derivative of Theophylline $$ THEOPHYLLINE METHYL 1,3-DIMETHYLXANTHINE 7-METHYL $$ CAFFEINE 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
13
1528
5567 82
94
109
122 137 150 165
194
196
N
NN
N
Me
Me
MeO
O
Analyzed by : AdminAnalyzed : 7/22/2014 1:59:02 PMSample Type : UnknownLevel # : 1Sample Name : nandika/rizki a tholifSample ID : IS Amount : [1]=1Sample Amount : 1
Dilution Factor : 1Vial # : 20Injection Volume : 1.00[Comment]in waterModified by : AdminModified : 7/22/2014 2:26:02 PM
Data File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGDMethod File : C:\GCMSsolution\Data\Project1\eugenol02.qgmTuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\2014\21-juli-2014 minyak pala.qgt
Similarity Search Results
Qualitative Analysis Report 4 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:1 R.Time: 12.320 min100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
50
55
6782
94
109
124137
150 165178
194
208215 237 248 303 320 343
Hit#: 4 Similarity Index: 96 Library:WILEY7.LIB Formula: C8 H10 N4 O2 CAS: 58-08-2 MolWeight:194CompName: Caffeine $$ 1H-Purine-2,6-dione, 3,7-dihydro-1,3,7-trimethyl- (CAS) THEOPHYLLINE METHYL $$ Caffein $$ Stim $$ Thein $$ Nodoz $$ Theine $$ No-Doz $$ Cafipel $$ Mateina $$ Koffein $$ Caffine $$ Cafeina $$ Coffeine $$ Alert-Pep $$ Refresh'n $$ Guaranine $$ Methyltheobromine $$ 1,3,7-Trimethylxanthine $$ 1,3,7-Trimethyl-2,6-dioxopurine $$ Monomethyl derivative of Theophylline $$ THEOPHYLLINE METHYL 1,3-DIMETHYLXANTHINE 7-METHYL $$ CAFFEINE 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350
27 41
5567
82
94
109
122137
150 165
194
196
N
NN
N
Me
Me
MeO
O
Qualitative Analysis Report 5 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:2 R.Time: 13.050 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320
51
55
57
74
87
101115
129
143
157 171 185 199 213
227239
260
270
280 321
Hit#: 1 Similarity Index: 94 Library:NIST147.LIB Formula: C17H34O2 CAS: 112-39-0 MolWeight:270CompName: Hexadecanoic acid, methyl ester $$ Palmitic acid, methyl ester $$ n-Hexadecanoic acid methyl ester $$ Metholene 2216 $$ Methyl hexadecanoate $$ Methyl n-hexadecanoate $$ Methyl palmitate $$ Uniphat A60 $$ Emery 2216 $$ Radia 7120 $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320
27
4143
57
74
87
101 115 129143
157 171 185 199 213227
239270
O
O
Hit#: 2 Similarity Index: 94 Library:WILEY7.LIB Formula: C17 H34 O2 CAS: 112-39-0 MolWeight:270CompName: Hexadecanoic acid, methyl ester (CAS) Methyl palmitate $$ Methyl hexadecanoate $$ Methyl n-hexadecanoate $$ Uniphat A60 $$ Metholene 2216 $$ Palmitic acid methyl ester $$ Palmitic acid, methyl ester $$ n-Hexadecanoic acid methyl ester $$ PALMITIC ACID-METHYL ESTER $$ METHYLPALMITATE $$ HEXADECANCARBONSAEUREMETHYLESTER $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320
27
41
57
74
87
101 115 129143
157 171 185 199 213227
239270
C(O) OMe(CH2)14Me
Hit#: 3 Similarity Index: 93 Library:WILEY7.LIB Formula: C17 H34 O2 CAS: 5129-60-2 MolWeight:270CompName: Pentadecanoic acid, 14-methyl-, methyl ester (CAS) METHYL 14-METHYL-PENTADECANOATE $$ 14-METHYL-PENTADECANSAEUREMETHYLESTER $$ methyl 14-methylpentadecanoate $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320
27
4169
74
87
101 115129
143
157 171 185 199 213
227
239
270C(O) OMe(CH 2)12Me2CH
Hit#: 4 Similarity Index: 93 Library:NIST147.LIB Formula: C17H34O2 CAS: 5129-60-2 MolWeight:270CompName: Pentadecanoic acid, 14-methyl-, methyl ester $$ Methyl 14-methylpentadecanoate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320
27
41
69
74
87
101115
129
143
157 171 185 199 213
227
239
270O
O
Qualitative Analysis Report 6 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:3 R.Time: 13.335 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
50
55 60
73
85
98115
129
143
157 171 185
199
213
227239
256
270 286 304 357
Hit#: 1 Similarity Index: 92 Library:NIST27.LIB Formula: C16H32O2 CAS: 57-10-3 MolWeight:256CompName: n-Hexadecanoic acid 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
27
41
43 60 73
8598 115
129
143157 171 185
213
227
256OH
O
Hit#: 2 Similarity Index: 92 Library:WILEY7.LIB Formula: C16 H32 O2 CAS: 57-10-3 MolWeight:256CompName: Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid $$ Palmitinic acid $$ n-Hexadecoic acid $$ n-Hexadecanoic acid $$ Pentadecanecarboxylic acid $$ 1-Pentadecanecarboxylic acid $$ Prifrac 2960 $$ Coconut oil fatty acids $$ Cetylic acid $$ Emersol 140 $$ Emersol 143 $$ Hexadecylic acid $$ Hydrofol $$ Hystrene 8016 $$ Hystrene 9016 $$ Industrene 4516 $$ PALMITINSAEURE $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
27
41
43 60 73
8598 115
129
143157 171 185
213
227
256
(CH 2)14MeHO2C
Hit#: 3 Similarity Index: 90 Library:WILEY7.LIB Formula: C16 H32 O2 CAS: 57-10-3 MolWeight:256CompName: Hexadecanoic acid (CAS) Palmitic acid $$ Palmitinic acid $$ n-Hexadecoic acid $$ n-Hexadecanoic acid $$ Pentadecanecarboxylic acid $$ 1-Pentadecanecarboxylic acid $$ Prifrac 2960 $$ Coconut oil fatty acids $$ Cetylic acid $$ Emersol 140 $$ Emersol 143 $$ Hexadecylic acid $$ Hydrofol $$ Hystrene 8016 $$ Hystrene 9016 $$ Industrene 4516 $$ PALMITINSAEURE $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
39
4143
5773
85
101 115
129
143 157 171 185199
213
227
256(CH 2)14MeHO2C
Hit#: 4 Similarity Index: 89 Library:NIST147.LIB Formula: C38H68O8 CAS: 28474-90-0 MolWeight:652CompName: l-(+)-Ascorbic acid 2,6-dihexadecanoate $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340
27
41
4357 73
8598
115
129
143157 171 185
199
213
227
239 256
O
O
OH
OH
O O
O
O
Qualitative Analysis Report 7 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:4 R.Time: 14.390 min100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330
50
55 67
81
95
109
123136 150
164 178192 207 220 233 245
263
275 291
294
312 346
Hit#: 1 Similarity Index: 93 Library:NIST27.LIB Formula: C19H34O2 CAS: 112-63-0 MolWeight:294CompName: 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330
27
41 55
67
81
95
109
123136 150 164 263
294
O
O
Hit#: 2 Similarity Index: 93 Library:WILEY7.LIB Formula: C19 H34 O2 CAS: 112-63-0 MolWeight:294CompName: 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester (CAS) Methyl linoleate $$ METHYL CIS-9,CIS-12-OCTADECADIENOATE $$ Methyl octadecadienoate $$ Linoleic acid methyl ester $$ Linoleic acid, methyl ester $$ Methyl cis,cis-9,12-octadecadienoate $$ Methyl 9-cis, 12-cis-octadecadienoate $$ METHYLLINOLEATE $$ Methyl 9-cis,12-cis-octadecadienoate $$ 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330
27
41 55
6781
95
109123 136 150 164 263
294
CHCH2CH CH(CH2)4MeCH(CH2)7C(O)OMe
Hit#: 3 Similarity Index: 93 Library:WILEY7.LIB Formula: C19 H34 O2 CAS: 112-63-0 MolWeight:294CompName: 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester (CAS) Methyl linoleate $$ METHYL CIS-9,CIS-12-OCTADECADIENOATE $$ Methyl octadecadienoate $$ Linoleic acid methyl ester $$ Linoleic acid, methyl ester $$ Methyl cis,cis-9,12-octadecadienoate $$ Methyl 9-cis, 12-cis-octadecadienoate $$ METHYLLINOLEATE $$ Methyl 9-cis,12-cis-octadecadienoate $$ 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330
41 55
6781
95
109123
136 150 164 263294
CHCH2CH CH(CH2)4MeCH(CH2)7C(O)OMe
Hit#: 4 Similarity Index: 92 Library:NIST147.LIB Formula: C19H34O2 CAS: 112-63-0 MolWeight:294CompName: 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)-, methyl ester $$ Linoleic acid, methyl ester $$ Methyl cis,cis-9,12-octadecadienoate $$ Methyl linoleate $$ Methyl octadecadienoate $$ Methyl 9-cis,12-cis-octadecadienoate $$ Methyl (9Z,12Z)-9,12-octadecadienoate # $$ 100
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330
27
4155
6781
95
109
123136 150 164 263 294
O
O
Qualitative Analysis Report 8 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:5 R.Time: 14.445 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
50
55
69
7497
123137
166 180194 207
222235 249
264
266 292 327 356
Hit#: 1 Similarity Index: 90 Library:NIST147.LIB Formula: C19H36O2 CAS: 56554-46-2 MolWeight:296CompName: 12-Octadecenoic acid, methyl ester $$ Methyl (12E)-12-octadecenoate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41
55
69
74
87
98
123 138 152 180 222
264
296
O
O
Hit#: 2 Similarity Index: 90 Library:WILEY7.LIB Formula: C19 H36 O2 CAS: 56554-46-2 MolWeight:296CompName: 12-Octadecenoic acid, methyl ester (CAS) METHYL OCTADEC-12-ENOATE $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41
55
69
74
87
98
123 138 152 180 222
264
296
CH(CH 2)10C(O) OMeCH(CH 2)4Me
Hit#: 3 Similarity Index: 89 Library:NIST147.LIB Formula: C19H36O2 CAS: 1937-63-9 MolWeight:296CompName: 11-Octadecenoic acid, methyl ester, (Z)- $$ cis-11-Octadecenoic acid methyl ester $$ Methyl cis-octadec-11-enoate $$ cis-Vaccenic acid methyl ester $$ Methyl (11Z)-11-octadecenoate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41
55
69
74
87
98
123 137 152 180 222
264
296
O
O
Hit#: 4 Similarity Index: 89 Library:WILEY7.LIB Formula: C19 H36 O2 CAS: 1937-63-9 MolWeight:296CompName: 11-Octadecenoic acid, methyl ester, (Z)- (CAS) METHYL CIS OCTADEC-11-ENOATE $$ Methyl cis-octadec-11-enoate $$ cis-11-Octadecenoic acid methyl ester $$ cis-Vaccenic acid methyl ester $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41
55
69
74
87
98
123 137 152 180 222
264
296
CH(CH 2)9C(O) OMeCH(CH 2)5Me
Qualitative Analysis Report 9 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:6 R.Time: 14.690 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
50
5567
81
95
109
123136 150
164 182 196 220 251 262 279
280
306 315 325 345 365
Hit#: 1 Similarity Index: 91 Library:NIST147.LIB Formula: C18H32O2 CAS: 60-33-3 MolWeight:280CompName: 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)- $$ cis-9,cis-12-Octadecadienoic acid $$ cis,cis-Linoleic acid $$ Grape seed oil $$ Linoleic $$ Linoleic acid $$ Linolic acid $$ Polylin No. 515 $$ Telfairic acid $$ Unifac 6550 $$ 9,12-Octadecadienoic acid $$ Leinoleic acid $$ 9,12-Linoleic acid $$ cis,cis-9,12-octadecadienoic acid $$ Linoelaidic acid $$ Linoleic acid 95 $$ Emersol 310 $$ Emersol 315 $$ Vespula pensylvanica b708568k063 $$ Pamolyn $$ Pamolyn 125 $$ Pamolyn 200, 240 $$ Pamolyn 380 $$ (9E,12E)-9,12-Octadecadie 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41 55
67 81
95
110124
137 150 182
280
OH
O
Hit#: 2 Similarity Index: 90 Library:WILEY7.LIB Formula: C18 H32 O2 CAS: 60-33-3 MolWeight:280CompName: 9,12-Octadecadienoic acid (Z,Z)- (CAS) Linoleic acid $$ Linoleic $$ Unifac 6550 $$ Linolic acid $$ Telfairic acid $$ Grape seed oil $$ Polylin No. 515 $$ cis,cis-Linoleic acid $$ 9, 12-Octadecadienoic acid $$ cis-9,cis-12-Octadecadienoic acid $$ 9,12-Octadecadienoic acid, (Z,Z)- $$ 9,12-Octadecadienoic acid $$ Leinoleic acid $$ 9,12-Linoleic acid $$ cis,Cis-9,12-octadecadienoic acid $$ Linoelaidic acid $$ Linoleic acid 95 $$ Emersol 310 $$ Emersol 315 $$ Vespula pensylvanica b708568k063 $$ 9,12-Octadecadie 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
29
4155
67 81
95
109124 137 150
280
CH2CH CH(CH 2)4MeCHCH(CH 2)7HO2C
Hit#: 3 Similarity Index: 90 Library:WILEY7.LIB Formula: C19 H34 O2 CAS: 2462-85-3 MolWeight:294CompName: OCTADECA-9,12-DIENOIC ACID METHYL ESTER $$ 9,12-OCTADECADIENOIC ACID, METHYL ESTER $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41 55
67
81
95
109
123 136 150164 294
Hit#: 4 Similarity Index: 90 Library:NIST147.LIB Formula: C19H34O2 CAS: 2462-85-3 MolWeight:294CompName: 9,12-Octadecadienoic acid, methyl ester $$ Methyl (9E,12E)-9,12-octadecadienoate # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360
27
41 55
67
81
95
109
123 136 150164 294
O
O
Qualitative Analysis Report 10 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:7 R.Time: 14.745 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
50
55
69
83 97
111
125137 151 166 180 193 207 222 235 246
264
266 282 306 320 345 355 375383
Hit#: 1 Similarity Index: 89 Library:NIST147.LIB Formula: C22H42O2 CAS: 112-86-7 MolWeight:338CompName: Erucic acid $$ 13-Docosenoic acid, (Z)- $$ .delta.13-cis-Docosenoic acid $$ cis-13-Docosenoic acid $$ (Z)-13-Docosenoic acid $$ Prifrac 2990 $$ (13Z)-13-Docosenoic acid # $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
27
41
55
69
8397
98125 139 152 320
OH
O
Hit#: 2 Similarity Index: 89 Library:WILEY7.LIB Formula: C22 H42 O2 CAS: 112-86-7 MolWeight:338CompName: Docos-13-enoic acid $$ 13-DOCOSENOIC ACID, (Z)- $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
27
41
55
69
83
97
98125 139 152 320
Hit#: 3 Similarity Index: 89 Library:WILEY7.LIB Formula: C18 H34 O2 CAS: 112-79-8 MolWeight:282CompName: OCTADEC-9-ENOIC ACID $$ ELAIDINSAEURE $$ 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
27
41
55
69
83
97
98
112 138 151 222
264
282
Hit#: 4 Similarity Index: 89 Library:WILEY7.LIB Formula: C18 H34 O2 CAS: 112-80-1 MolWeight:282CompName: 9-Octadecenoic acid (Z)- (CAS) Oleic acid $$ Red oil $$ Oelsauere $$ Oleine 7503 $$ Pamolyn 100 $$ Emersol 211 $$ Vopcolene 27 $$ cis-Oleic acid $$ Wecoline OO $$ Z-9-Octadecenoic acid $$ cis-9-Octadecenoic acid $$ .delta.9-cis-Oleic acid $$ 9-Octadecenoic acid, (Z)- $$ cis-.delta.9-Octadecenoate $$ Emersol 220 White Oleic Acid $$ cis-.delta.9-Octadecenoic acid $$ Emersol 221 Low Titer White Oleic Acid $$ (Z)-9-octadecenoic acid $$ .delta.(Sup9)-cis-Oleic acid $$ cis-.delta.(Sup9)-Octadecenoate $$ cis-.del 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
41 55
69
839798
112 127 140 165264
282
CH CH(CH 2)7CO2H(CH 2)7Me
Qualitative Analysis Report 11 / 11
C:\GCMSsolution\Data\Project1\mahoni_220714.QGD
<< TARGET SPECTRUM >>Peak No.:8 R.Time: 14.920 min100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
50
55
73
97
111
129
143157
171
185
199213
227
241
255267
284
309 339 361 376
Hit#: 1 Similarity Index: 93 Library:NIST27.LIB Formula: C18H36O2 CAS: 57-11-4 MolWeight:284CompName: Octadecanoic acid 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
27
41
4360
73
85
98 115
129
143 171
185
199 227
241284
O
OH
Hit#: 2 Similarity Index: 93 Library:NIST147.LIB Formula: C22H44O4 CAS: 106-11-6 MolWeight:372CompName: Octadecanoic acid, 2-(2-hydroxyethoxy)ethyl ester $$ Aqua Cera $$ Atlas G 2146 $$ Cerasynt $$ Cerasynt Special $$ Clindrol SDG $$ Diethylene glycol monostearate $$ Diethylene glycol stearate $$ Diethylene glycol, monoester with stearic acid $$ Diglycol monostearate $$ Diglycol stearate $$ Emcol CAD $$ Emcol DS-50 CAD $$ Emcol ETS $$ Glyco stearin $$ Nonex 411 $$ Promul 5080 $$ PEG-2 Stearate $$ Stearic acid, 2-(2-hydroxyethoxy)ethyl ester $$ USAF ke-8 $$ Alkamuls SDG $$ 2-(2-Hydroxyethoxy)ethyl stearate # 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
41
43
60 73
8598 115
129
143 157 171 185199 213 227 241
284
OO OH
O
Hit#: 3 Similarity Index: 93 Library:WILEY7.LIB Formula: C18 H36 O2 CAS: 57-11-4 MolWeight:284CompName: Octadecanoic acid (CAS) Stearic acid $$ n-Octadecanoic acid $$ PD 185 $$ NAA 173 $$ Vanicol $$ Kam 3000 $$ Kam 1000 $$ Kam 2000 $$ Neo-Fat 18 $$ Steric acid $$ Hystrene 80 $$ Industrene R $$ Stearex Beads $$ Hystrene S-97 $$ Neo-Fat 18-53 $$ Neo-Fat 18-54 $$ Neo-Fat 18-59 $$ Neo-Fat 18-55 $$ Hystrene T-70 $$ Stearophanic acid $$ Humko Industrene R $$ Hydrofol Acid 150 $$ 1-Heptadecanecarboxylic acid $$ Hystrene S 97 $$ Hystrene T 70 $$ Barolub FTA $$ Loxiol G 20 $$ Lunac S 20 $$ Emersol 153 $$ Century 1210 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
39
41
43 57 73
8598 115
129
143 171185
199 227241
284(CH 2)16MeHO2C
Hit#: 4 Similarity Index: 92 Library:NIST27.LIB Formula: C18H36O2 CAS: 57-11-4 MolWeight:284CompName: Octadecanoic acid 100
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380
27
41
43
57 73
8598
115
129
143 171185
199241
284O
OH
71
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 September 1991. Penulis
menempuh pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Analis Kimia Nusa Bangsa.
Selanjutnya melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama perkuliahan, penulis aktif di HIMAGIZI IPB 2011/2012, ILMAGI
Indonesia 2011/2014, dan Ecoagrifarma Fema IPB 2011/2014, Badan Konsultasi
Gizi 2014. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti Fieldtrip
Humas HIMAGIZI, Pelatihan HACCP HIMAGIZI, Seminar Herbal
Ecoagrifarma, MPD dan MPF FEMA IPB, Gizi Peduli Indonesia ILMAGI, Rapat
Kerja Nasional ILMAGI, Hari Pulang Kampus HIMAGIZI, Halal Bihalal Gizi
IPB, dan Nutrition Fair Gizi IPB.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Analisis Zat Gizi
Makro (2013 dan 2014), Analisis Zat Gizi Mikro (2013), Ilmu Bahan Makanan
(2014), Metode Penelitian Gizi (2014), dan Manajemen Jasa Makanan dan Gizi
(2014). Bulan Juli- Agustus 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP)
di Tembelang Gunung, Kecamatan Lebak Barang, Kabupaten Pekalongan. Penulis
pernah melakukan Praktek Lapang pada Agustus-November 2009 di PT. Kimia
Farma Tbk, dan pada bulan Februari - Maret 2014 penulis melaksanakan
Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Jakarta.