PENGEMBANGAN POWER MANAGEMENT SYSTEM UNTUK...
Transcript of PENGEMBANGAN POWER MANAGEMENT SYSTEM UNTUK...
i
TUGAS AKHIR – ME141501
PENGEMBANGAN POWER MANAGEMENT SYSTEM
UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PADA KAPAL
TANKER BERBASIS SOFTWARE LABVIEW
Raynaldi Pratama
NRP. 4212 100 060
Dosen Pembimbing
Indra Ranu Kusuma, S.T., M.Sc.
Juniarko Prananda, S.T., M.T.
DEPARTEMEN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2017
ii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
iii
UNDERGRADUATE THESES – ME141501
THE DEVELOPMENT OF POWER MANAGEMENT
SYSTEM FOR ELECTRIC POWER GENERATION IN
TANKER SHIP BASED ON LABVIEW SOFTWARE
Raynaldi Pratama
NRP. 4212 100 060
Supervisor
Indra Ranu Kusuma, S.T., M.Sc.
Juniarko Prananda, S.T., M.T.
DEPARTMENT OF MARINE ENGINEERING
Faculty of Marine Technology
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya 2017
iv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
vi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
viii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
ix
PENGEMBANGAN POWER MANAGEMENT SYSTEM
UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PADA KAPAL
TANKER BERBASIS SOFTWARE LABVIEW
Nama Mahasiswa : Raynaldi Pratama
NRP. : 4212 100 060
Departemen : Teknik Sistem Perkapalan
Dosen Pembimbing : Indra Ranu Kusuma, S.T., M.Sc.
Juniarko Prananda, S.T., M.T.
Abstrak
Power management system (PMS) untuk pembangkit listrik
di kapal, dalam hal ini kapal tanker, merupakan suatu sistem yang
memiliki fungsi controling dan monitoring terhadap semua
generator sebagai penyedia daya listrik utama untuk semua
peralatan kelistrikan atau load yang terpasang. Total load yang
harus ditanggung oleh generator bergantung pada jumlah dan
intensitas pemakaian load itu sendiri. Besaran total load tersebut
dapat diketahui melalui PMS untuk menentukan banyaknya
generator yang harus beroperasi. Jenis load tersebut dapat
dikelompokkan menjadi essential dan non essential load.
Pengelompokan ini berpengaruh pada kinerja generator dimana
generator akan menanggung beban puncak sebesar 306.67 kW
dengan kondisi seluruh peralatan kelistrikan beroperasi untuk
memenuhi kebutuhan bongkar muat kapal tanker. Sedangkan pada
kondisi emergency dan cut off non essential load melalui PMS
telah dilakukan, generator hanya akan menanggung beban sebesar
253.88 kW untuk kebutuhan yang sama. Pada kasus paling
ekstrim (total effisiensi operasi paralel sebesar 70%) generator
masih dapat menanggung beban sebesar 306.6 kW dengan spare
daya sebesar 52.72 kW.
Kata kunci: power management, generator, total load, essential
load, non essential load.
x
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xi
THE DEVELOPMENT OF POWER MANAGEMENT
SYSTEM FOR ELECTRIC POWER GENERATION IN
TANKER SHIP BASED ON LABVIEW SOFTWARE
Name : Raynaldi Pratama
NRP. : 4212 100 060
Department : Marine Engineering
Supervisor : Indra Ranu Kusuma, S.T., M.Sc.
Juniarko Prananda, S.T., M.T.
Abstract
Power management system (PMS) for electric power
generation in ship, in the case of tanker ship, is the system that
has function to control and to monitor all generators in ship as the
main electricity supplier for all electric equipments or installed
load. The number of total load that supplied by generator depends
on the frequency of the use of load itself which would be read in
PMS as well. It leads the operator to take a decision on how many
generator should be operate whether in parralel or stand alone
operation to fulfilling the power needs. Those loads should be
grouped into essential and non essential load. This groups
affecting the performance of the generators, where it will covers
the maximum load at 306.67 kW under the condition of all electric
equipments are operated well while the cargo handling of tanker
ship is on process. However, in the state of emergency while the
non essential electrical equipments are being cut off trough PMS,
the generator will only covers the the maximum load at 253.88 kW
to fulfilling the same needs. In the extreme case (total efficiency of
parralel operation at 70%), the generators would cover the total
load at 306.6 kW still by sparing the generate power of 52.72 kW.
Keywords: power management, generator, total load, essential
load, non essential load.
xii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mulia atas
segala rahmat dan hidayah – Nya, penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Power Management
System untuk Pembangkit Listrik pada Kapal Tanker Berbasis
Software LabVIEW” dengan baik dalam rangka memenuhi syarat
pada Mata Kuliah Tugas Akhir (ME141501) Departemen Teknik
Sistem Perkapalan FTK – ITS.
Adapun selama proses penyusunan tugas akhir ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
oleh karena itu tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih
khususnya kepada:
1. Ibu, ayah, adik, beserta keluarga besar tercinta yang selalu
memberikan dukungan moral dan meterial yang tiada
hentinya.
2. Bapak Dr.Eng. M. Badrus Zaman, S.T., M.T. dan Bapak
Semin, S.T., M.T., Ph.D. selaku Ketua dan Sekretaris
Departemen Teknik Sistem Perkapalan FTK – ITS.
3. Bapak Ir. Sardono Sarwito, M.Sc. selaku dosen wali yang
terus memotivasi dan memberikan masukan kepada penulis
selama melaksanakan studi di Departemen Teknik Sistem
Perkapalan FTK – ITS.
4. Bapak Indra Ranu Kusuma, S.T., M.Sc. dan Bapak Juniarko
Prananda, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I dan II yang
telah membimbing dan memberikan banyak masukan selama
proses penyusunan tugas akhir.
5. Segenap civitas akademika yang telah menyampaikan ilmu
dan berbagai pengalaman selama penulis melaksanakan studi
di Departemen Teknik Sistem Perkapalan FTK – ITS.
6. Rekan-rekan seperjuangan BISMARCK ’12 yang telah
mendampingi penulis selama melaksanakan studi di
Departemen Teknik Sistem Perkapalan FTK – ITS.
xiv
7. Seluruh member dan grader Laboraturium Marine Electrical
and Automation System (MEAS) yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis selama proses
penyusunan tugas akhir.
8. Seluruh member ITS Marine Solar Boat Team yang terus
memotivasi penulis untuk dapat memberikan yang terbaik
bagi Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih
belum sempurna, oleh karena itu penulis akan sangat menghargai
kritik dan saran yang membangun demi penelitian terkait diwaktu
mendatang. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat memberikan
sumbangsih yang bermanfaat bagi semua pihak utamanya
pembaca.
Surabaya, Januari 2017
xv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5
2.1 Sistem Kelistrikan Kapal ....................................................... 5
2.1.1 MSB ............................................................................ 7
2.1.2 ESB............................................................................ 11
2.1.3 Kabel ......................................................................... 12
2.1.4 Kebutuhan Daya ........................................................ 14
2.1.5 Generator ................................................................... 16
2.2 Power Management System ................................................ 28
2.2.1 Load ........................................................................... 29
2.2.2 Blackout Prevention .................................................. 30
2.3 LabVIEW ............................................................................ 31
BAB III METODOLOGI ............................................................ 33
3.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................... 33
3.2 Studi Literatur ...................................................................... 33
3.3 Pengumpulan Data ............................................................... 33
3.4 Perencanaan Sistem ............................................................. 34
xvi
3.5 Simulasi ............................................................................... 34
3.6 Kesimpulan .......................................................................... 34
3.7 Dokumentasi ........................................................................ 34
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................. 37
4.1 Data Utama Kapal ................................................................ 37
4.2 Data Komponen ................................................................... 37
4.2.1 Data Peralatan Kelistrikan pada Kapal Tanker .......... 37
4.2.2 Data Main Generator ................................................. 39
4.3 Perhitungan Teknis .............................................................. 40
4.3.1 Perhitungan Beban Kelistrikan .................................. 40
4.3.2 Perhitungan Estimasi Load Generator ....................... 41
4.4 Analisis Teknis .................................................................... 46
4.5 Pemodelan dengan Software LabVIEW .............................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 71
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 71
5.2 Saran .................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram distribusi daya listrik ................................. 6
Gambar 2.3. Main switch board pada kapal .................................. 8
Gambar 2.4. Circuit breaker ......................................................... 8
Gambar 2.5. Fuse .......................................................................... 9
Gambar 2.6. Over current relay .................................................. 10
Gambar 2.7. Dead front panel ..................................................... 10
Gambar 2.8. Marine cable ........................................................... 12
Gambar 2.9. Prinsip kerja generator secara sederhana ................ 17
Gambar 2.10. Pargen (5) ............................................................. 21
Gambar 2.11. Pargen (2) dengan kondisi reaktansi diabaikan .... 21
Gambar 2.12. Pargen (2) dengan kondisi resistansi diabaikan .... 22
Gambar 2.13. Arus sinkronisasi penuh ....................................... 23
Gambar 2.14. Arus sinkronisasi tidak penuh............................... 23
Gambar 2.15. Operasi paralel generator melayani beban ............ 24
Gambar 2.16. Besar daya kelima generator................................. 26
Gambar 2.17. Pembagian beban pada pargen (2) ........................ 28
Gambar 3.1. Flowchart pengerjaan tugas akhir .......................... 35
Gambar 4.1. Tampilan awal software LabVIEW ........................ 52
Gambar 4.2. Front panel pada software LabVIEW .................... 52
Gambar 4.3. Block diagram pada software LabVIEW ................ 53
Gambar 4.4. Menu utama pada software LabVIEW ................... 54
Gambar 4.5. Beberapa fungsi pada front panel ........................... 55
Gambar 4.6. Fungsi numeric pada front panel ............................ 56
Gambar 4.7. Fungsi boolean pada front panel ............................ 57
Gambar 4.8. Beberapa fungsi pada block diagram ..................... 58
Gambar 4.9. Fungsi structures pada block diagram .................... 59
Gambar 4.10. Fungsi numeric pada block diagram .................... 60
Gambar 4.11. Fungsi boolean pada block diagram ..................... 61
Gambar 4.12. Fungsi comparison pada block diagram ............... 62
Gambar 4.13. Fungsi numeric pada block diagram .................... 63
xviii
Gambar 4.14. Fungsi scripts & formulas pada block diagram .... 63
Gambar 4.15. Fungsi boolean (beban) pada front panel ............. 64
Gambar 4.16. Fungsi boolean (beban) pada block diagram ........ 65
Gambar 4.17. Kondisi operasi kapal pada front panel ................ 65
Gambar 4.18. Indikator pada generator ....................................... 66
Gambar 4.19. Indikator mode operasi generator ......................... 66
Gambar 4.20. Indikator arus dan total load pada generator ......... 67
Gambar 4.21. Front panel power management system ............... 68
Gambar 4.22. Block diagram power management system ........... 69
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data peralatan kelistrikan pada kapal tanker .............. 37
Tabel 4.2. Estimasi load factor generator ................................... 44
Tabel 4.3. Estimasi total load peralatan kelistrikan essential...... 47
Tabel 4.4. Skenario efisiensi generator terhadap beban tetap ..... 49
Tabel 4.5. Spare daya gen. setelah cut off beban non essential ... 50
xx
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi industri maritim semakin berkembang sesuai
dengan kebutuhan pasar. Hal ini menjadi acuan
perkembangan teknologi yang diterapkan di kapal. Sistem
penunjang kerja di kapal yang canggih sangat diperlukan agar
kapal beserta crew mampu bekerja lebih efisien. Salah satu
langkah alternatif dalam mengefisienkan kerja crew adalah
dengan menerapkan otomatisasi pada sistem penunjang kerja
di kapal. Penerapan otomatisasi dapat memperingan beban
pekerjaan yang harus dilakukan oleh crew. Otomatisasi dapat
diterapkan pada semua sistem penunjang kerja di kapal, salah
satunya sistem kelistrikan.
Sistem kelistrikan dikategorikan menjadi sistem
penunjang kerja utama karena sebagian besar peralatan-
peralatan yang digunakan memerlukan daya kelistrikan untuk
dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya. Secara umum
peralatan-peralatan tersebut dikendalikan melalui pusat
kendali atau control panel yang terletak di engine control
room. Selain fungsi controlling, control panel juga memiliki
fungsi monitoring terhadap peralatan-peralatan penunjang
kerja di kapal.
Sistem operasional control panel di kapal cenderung
dikerjakan secara manual oleh crew di engine control room.
Pekerjaan ini memerlukan pengawasan khusus terlebih pada
sistem kelistrikan, contohnya ketika terjadi lonjakan arus
pada salah satu beban maka total beban pada proses
pembangkitan daya listrik juga akan meningkat. Kelebihan
beban dapat menyebabkan kondisi blackout dan untuk
restarting generator dibutuhkan biaya operasional yang lebih.
Sehingga pada saat beban meningkat, crew yang mengawasi
2
harus segera mengambil tindakan untuk memutus beberapa
beban terpasang. Proses pemutusan beban dilakukan
berdasarkan prioritas yang disediakan oleh komputer. Proses
ini diterapkan secara otomatis melalui power management
system (PMS).
PMS untuk pembangkit listrik di kapal merupakan suatu
sistem yang mengontrol dan memonitor semua generator
sebagai penyedia daya listrik utama untuk semua peralatan
kelistrikan di kapal. Peralatan kelistrikan dalam sistem
kelistrikan kapal, dapat disebut sebagai load dan melalui
PMS, load yang beroperasi dapat dikelompokkan atau
diprioritaskan dalam rangka penyesuaian terhadap
kemampuan generator. Pada kondisi tertentu load tersebut
harus dapat diputus seketika bila diperlukan agar generator
tidak mengalami trip.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas dalam penulisan tugas
akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengelompokkan load atau peralatan
kelistrikan yang beroperasi berdasarkan daya keluaran
generator sesuai dengan kondisi operasi kapal tanker.
2. Pengembangan seperti apa yang dapat diterapkan pada
PMS untuk pembangkit listrik pada kapal tanker.
3. Tindakan seperti apa yang perlu dilakukan ketika terjadi
penambahan atau pengurangan load pada generator
melalui simulasi pengoperasian PMS.
1.3 Batasan Masalah
Dalam rangka memfokuskan ruang lingkup,
permasalahan akan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Data yang digunakan berdasarkan hasil pengerjaan
Tugas Desain IV: Sistem Permesinan dan Kelistrikan
Kapal.
3
2. Analisis yang dilakukan dalam pengerjaan tugas akhir
hanya dibatasi untuk analisis teknis.
3. Simulasi sistem kelistrikan pada LabVIEW dibuat hanya
untuk besaran load dan daya yang disediakan generator
utama pada kapal tanker.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan load atau peralatan kelistrikan yang
beroperasi berdasarkan daya keluaran generator sesuai
dengan kondisi operasi kapal tanker.
2. Melakukan pengembangan pada PMS untuk pembangkit
listrik pada kapal tanker.
3. Simulasi pengoperasian PMS untuk beberapa kondisi
berdasarkan skenario kerja yang telah ditentukan.
1.5 Manfaat Penulisan
Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak yang membutuhkan, adapun manfaat
penulisan antara lain:
1. Mendapatkan gambaran umum tentang perancangan,
pengembangan yang dapat diterapakan, serta
perencanaan SOP pengoperasian PMS untuk pembangkit
listrik pada kapal tanker.
2. Menerapkan otomatisasi pada sistem pembangkit listrik
di kapal tanker melalui PMS sebagai langkah alternatif
dalam mengefisienkan kerja crew.
3. Mengoptimalkan daya yang dihasilkan generator sebagai
penyedia daya listrik utama untuk semua peralatan
kelistrikan di kapal tanker melalui PMS.
1.6 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
4
Lembar Pengesahan
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang,
perumusan dan batasan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, serta sistematika penulisan
dari tugas akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas teori-teori yang
berhubungan dengan penulisan tugas akhir.
BAB III METODOLOGI
Bab ini akan membahas metodologi yang
digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang analisis data dan
simulasi PMS menggunakan LabVIEW.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
Lampiran
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Kelistrikan Kapal
Salah satu sistem penunjang kerja utama di kapal, dalam
hal ini kapal tanker, adalah sistem kelistrikan yang secara
umum terdiri dari sumber daya, sistem distribusi, dan
peralatan kelistrikan. Daya listrik yang tersedia digunakan
untuk memenuhi kebutuhan penerangan, peralatan navigasi
dan komunikasi, sistem alarm dan monitoring, pengaturan
udara dan sistem refrigerasi, motor pompa dan permesinan
dek hingga sistem propulsi. Dalam rangka menjaga seluruh
operasi di kapal agar tetap aman dan sesuai fungsinya, maka
daya listrik yang disediakan generator harus memadai.
Generator sebagai penyedia daya listrik utama untuk semua
peralatan kelistrikan yang terpasang harus mampu bekerja
secara kontinyu.
Peralatan kelistrikan di kapal secara umum dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu, penerangan,
sistem navigasi – komunikasi, dan peralatan kelistrikan
penunjang sistem kerja di kapal. Dalam sistem kelistrikan
kapal peralatan-peralatan tersebut dapat disebut sebagai load,
dimana load tersebut yang harus dipenuhi oleh generator agar
dapat beroperasi sesuai fungsi.
Load pada sistem kelistrikan kapal utamanya disuplai
oleh generator utama, namun pada kondisi tertentu seperti
blackout, beban akan disuplai oleh emergency generator atau
baterai yang diletakkan di ruangan Emergency Source of
Electrical Power (ESEP). Daya listrik yang dihasilkan oleh
generator utama akan dipusatkan ke main switch board
(MSB) sedangkan daya listrik yang dihasilkan emergency
generator akan dipusatkan di emergency swicth board (ESB)
sebelum didistribusikan ke peralatan kelistrikan. Pada saat
6
terjadi kegagalan pada sistem kelistrikan, maka sistem
distribusi daya, Gambar 2.1., akan secara otomatis berpindah
dari generator utama ke emergency generator melalui
mekanisme Automatic Changeover Switch (ACOS).
Gambar 2.1. Diagram distribusi daya listrik
(Sumber: Dionysius, 2014)
Menurut Dionysius (2014) daya listrik keluaran dari
MSB didistribusikan ke dalam tiga kelompok besar load atau
beban, yaitu beban penerangan, beban daya, dan beban
navigasi – komunikasi. Berikut adalah penjelasan dari tiga
kelompok besar beban:
Beban Penerangan
Karakteristik beban pada kelompok ini memiliki
tegangan sebesar 220 Volt 1 fasa dengan frekuensi 50 Hz.
Contoh beban yang digunakan adalah lampu penerangan di
gangway, ruangan terbuka dan tertutup, dan terminal yang
dipersiapkan untuk peralatan dengan kebutuhan daya yang
relatif rendah seperti lampu pada meja di setiap ruangan
kamar ataupun meja kerja di workshop.
7
Beban Daya
Karakteristik beban pada kelompok ini bertegangan
220/380 Volt 3 fasa dengan frekuensi 50 Hz. Sebagian besar
peralatan berupa motor pompa, permesinan dek (crane,
jangkar, winch, dsb.), dan peralatan pengaturan udara dan
refrigerasi.
Beban Navigasi dan Komunikasi
Karakterisitik beban pada kelompok ini memiliki
tegangan 220 Volt dengan frekuensi 50 Hz untuk peralatan
navigasi dan tegangan 24/36 Volt DC untuk instrumen-
instrumen terpasang yang di suplai sumber tegangan yang
sudah disearahkan melalui rectifier dan di-backup oleh
baterai melalui UPS.
2.1.1 MSB
Main switch board (MSB), Gambar 2.2., adalah
peralatan listrik yang disusun sedemikian rupa didalam
suatu control board yang berfungsi untuk
menghubungkan generator sebagai penyuplai daya
dengan beban. Suatu MSB harus dilengkapi dengan
peralatan pengaman yang berfungsi untuk mengisolasi
atau memutus semua hubungan apabila terjadi
kesalahan pada sistem kelistrikan kapal. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga keselamatan crew dan
efisiensi kerja peralatan listrik lain yang sedang
beroperasi.
8
Gambar 2.2. Main switch board pada kapal
(Sumber: www.marineengineeringonline.com)
Berdasarkan literatur yang ditulis oleh Mohit
(2011), beberapa peralatan pengaman yang harus ada
pada MSB, yaitu:
Circuit Breaker
Circuit breaker, Gambar 2.3., adalah peralatan
auto shut down yang aktif pada saat overloading atau
hubungan arus pendek pada sirkuit MSB.
Gambar 2.3. Circuit breaker
(Sumber: www.westmarine.com)
9
Fuse
Fuse, Gambar 2.4., digunakan sebagai pengaman
jika terjadi hubungan arus pendek pada sirkuit MSB.
Jika arus listrik yang melalui sirkuit melebihi batas
aman, maka material dari fuse akan meleleh dan
mengisolasi MSB dari kesalahan sistem.
Gambar 2.4. Fuse
(Sumber: www.westmarine.com)
Over Current Relay
Over current relay (OCR), Gambar 2.5.,
digunakan untuk mengamankan panel dan MSB dari
arus berlebih. Alat ini menyerupai kontroler yang
beroperasi dengan daya rendah. OCR akan aktif
bekerja setelah delay time tertentu, umumnya sampai
beban penuh.
10
Gambar 2.5. Over current relay
(Sumber: www.marineinsight.com)
Dead Front Panel
Dead front panel, Gambar 2.6., merupakan
peralatan pengaman lain yang terpasang pada masing-
masing panel MSB yang tidak dapat dibuka hingga
daya pada panel tersebut dimatikan.
Gambar 2.6. Dead front panel
(Sumber: www.activerain.com)
11
Dalam literatur yang ditulis oleh Arya (2012)
switch board dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
Tipe Dead Front
Switch board tipe ini dapat digunakan baik untuk
tegangan AC maupun DC, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Untuk tegangan AC ketentuan yang perlu
diperhatikan adalah nilai tegangan antar fasa dan
tegangan fasa netral harus lebih besar dari 550
Volt.
2. Untuk tegangan DC ketentuan yang perlu
diperhatikan adalah nilai tegangan antar kutub dan
tegangan kutub dengan ground harus lebih besar
dari 250 Volt.
Pada tipe ini semua bagian terletak di dalam
switch board, sehingga keamanannya menjadi lebih
baik, oleh karena itu tipe ini banyak digunakan pada
kapal-kapal dengan suplai daya yang besar.
Tipe Live Front
Pada tipe ini, peletakan fuses, circuit breaker, dan
peralatan lainnya berada di permukaan switch board.
Hal ini memberikan kemudahan dalam pembongkaran,
baik itu pada saat pemeliharaan atau pergantian fuses,
namun kurang memenuhi persyaratan keamanan.
Switch board tipe ini banyak ditemukan pada kapal-
kapal dengan suplai daya yang kecil.
2.1.2 ESB
Emergency switch board (ESB) merupakan
peralatan listrik yang disusun pada suatu control board
dan berfungsi untuk menghubungkan emergency
12
generator sebagai penyuplai daya darurat terhadap
beban berupa lampu penerangan darurat serta sistem
navigasi dan komunikasi. Tegangan yang diatur dalam
emergency switch board yang melalui panel distribusi
sebesar 24 Volt DC, 120 Volt AC, atau 450 Volt AC
(Arya, 2012).
2.1.3 Kabel
Kondisi lingkungan di kapal akan sangat berbeda
dengan lingkungan di darat. Hal ini dikarenakan
ruangan-ruangan yang ada di kapal dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti suhu, kelembaban udara di dalam
maupun di luar kapal, beban mekanis yang diterima,
dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi komponen yang terpasang pada sistem
instalasi listrik, salah satunya kabel. Kabel berfungsi
sebagai penghantar arus listrik, oleh karena itu
peraturan tentang kabel listrik di kapal lebih ketat
dibandingkan di darat. Salah satu contoh kabel yang
digunakan di kapal seperti ditunjukkan Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Marine cable
(Sumber: www.hiseacable.com)
13
Berdasarkan literatur yang ditulis Arya (2012),
pemilihan suatu kabel sangat bergantung pada kajian
teknis dan ekonomis yang sesuai dengan persyaratan-
persyaratan pelayanan seperti, kekuatan mekanis,
ketahanan, dan fleksibilitas material kabel. Secara
praktis, berikut adalah pertimbangan-pertimbangan
yang diajukan dalam perencanaan instalasi listrik:
1. Tersedianya jenis sumber listrik dan rencana
penataan.
2. Temperatur maksimum dan minimum udara
sekeliling yang memungkinkan pada semua
bagian instalasi listrik.
3. Kemungkinan adanya uap air atau kondisi yang
menyebabkan korosi.
4. Kemungkinan adanya debu, uap, dan gas yang
mudah terbakar atau meledak.
5. Derajat pengamanan mekanis yang diperlukan.
6. Kemungkinan perlunya sumber yang siap dipakai
untuk tujuan umum maupun khusus.
7. Kemungkinan perlunya perubahan dan
pemasangan kabel kembali selama kapal
beroperasi.
8. Biaya operasi dan pemeliharaan yang diperlukan
terkait dengan sistem instalasi listrik.
9. Biaya relatif yang diperlukan terkait dengan
desain dan umur dari sistem instalasi listrik.
Peraturan IEEE menetapkan bahwa semua kabel
harus cukup besar bagi arus yang melaluinya untuk
tujuan keamanan. Pemilihan kabel yang tepat untuk
setiap instalasi tergantung pada aspek-aspek dasar,
antara lain:
1. persyaratan lingkungan dan karakteristik proteksi,
2. kapasitas pengaliran arus listrik, dan
14
3. penurunan tegangan.
Arus yang mengalir pada sebuah penghantar akan
menghasilkan kalor. Pertambahan kalor sebanding
dengan tahanan kabel yang bergantung pada luas
penampang kabel tersebut. Panas yang berlebih dapat
merusak isolasi, hal ini akan mengurangi tingkat
keamanan dari kabel tersebut. Contoh kondisi yang
terjadi akibat isolasi yang rusak adalah hubungan arus
pendek, sehingga ukuran penghantar harus sesuai
untuk mencegah terjadinya hal ini (Arya, 2012).
2.1.4 Kebutuhan Daya
Secara garis besar perancangan merupakan
langkah awal dalam kegiatan produksi kapal.
Perancangan yang baik tentu akan mempengaruhi
kinerja dari hasil produksi. Salah satu obyek dalam
sebuah perancangan di kapal adalah perancangan
instalasi listrik dan penyediaan generator.
Perancangan instalasi listrik dan penyediaan
generator sangat berkaitan dengan besar atau jumlah
daya yang ada di kapal. Jumlah daya tersebut dapat
dihitung melalui penggunaan lampu-lampu untuk
penerangan, peralatan navigasi dan komunikasi, serta
peralatan kelistrikan lainnya. Menurut Dionysius
(2014), uraian kebutuhan daya listrik yang ada di kapal
secara garis besar adalah sebagai berikut:
Penerangan
Kebutuhan daya listrik untuk penerangan harus
disertakan dalam penrancangan instalasi listrik dan
penyediaan generator. Berikut adalah parameter-
parameter yang digunakan dalam proses perhitungan:
15
1. ruangan-ruangan yang direncanakan untuk diberi
penerangan maupun catu daya peralatan-peralatan
yang ada,
2. dimensi dari ruangan tersebut, dan
3. jenis armature yang akan dipasang.
Perhitungan daya untuk tiap-tiap ruangan juga
akan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1. waktu operasi beban-beban terpasang,
2. jenis operasi dari beban-beban terpasang, baik itu
intermittent atau continuous, dan
3. jumlah titik armature dalam ruangan-ruangan
yang ada di kapal.
Sehingga dalam perhitungan akan dihitung
kebutuhan daya listrik untuk penerangan maupun catu
daya peralatan-peralatan listrik di tiap deck kapal mulai
dari main deck, poop deck, boat deck, bridge deck,
navigation deck, engine room, dan engine room
platform.
Navigasi dan Komunikasi
Peralatan navigasi dan komunikasi juga termasuk
dalam beban yang harus disertakan dalam perancangan
instalasi listrik dan penyediaan generator. Hal ini
diperlukan mengingat peralatan-peralatan tersebut
membutuhkan suplai daya listrik agar dapat berfungsi
dengan baik selama kapal beroperasi. Peralatan-
peralatan tersebut antara lain:
1. pemancar radio,
2. gyrocompass,
3. echosounder,
4. radar,
5. general alarm,
16
6. motor untuk sirine,
7. motor untuk horn, serta
8. lampu navigasi.
Peralatan Kelistrikan Lainnya
Selain kebutuhan daya listrik untuk penerangan,
navigasi dan komunikasi, perlu diperhitungkan pula
kebutuhan daya listrik untuk peralatan kelistrikan
lainnya yang menunjang kerja di kapal, yaitu:
1. pompa-pompa dan kompresor yang digunakan
untuk melayani engine selama beroperasi,
2. pompa-pompa general service, seperti oily bilge
pump, ballast pump, dan fire pump,
3. peralatan-peralatan pengaturan udara dan sistem
refrigerasi, seperti supply fan, exhaust fan, dan
central air conditioning system, serta
4. permesinan geladak, seperti steering gear, crane,
windlass, winch, cargo pump, dan lain
sebagainya.
2.1.5 Generator
Salah satu bagian terpenting dalam sistem
pembangkitan daya adalah generator. Generator
merupakan mesin listrik yang berfungsi
mentransmisikan daya mekanik menjadi daya listrik.
Daya mekanik yang ditransmisikan dapat berupa daya
dari mesin diesel, turbin uap, turbin gas, turbin air,
baling-baling angin, dan lain sebagainya. Generator di
kapal umumnya menggunakan mesin diesel sebagai
penggerak utama.
Generator menjadi pembahasan utama dalam
sistem pembangkitan daya, karena kelangsungan
sistem akan lebih banyak bergantung pada kinerja
generator. Pada saat generator mengalami trouble dari
17
dalam generator itu sendiri maupun dari luar, seperti
sistem yang dihubungkan maupun penggeraknya maka
dapat dipastikan sistem pembangkitan daya akan
terganggu. Berikut adalah pembahasan secara umum
mengenai generator:
Prinsip Kerja Generator
Generator merupakan mesin listrik yang
mentransmisikan daya mekanik menjadi daya listrik
dengan landasan Hukum Faraday. Jika pada sekeliling
penghantar terjadi perubahan medan magnet, maka
pada penghantar tersebut akan dibangkitkan suatu gaya
gerak listrik (GGL) yang sifatnya berlawanan terhadap
perubahan medan tersebut (Firmansyah, 2011). Faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya GGL, yaitu:
1. Daya mekanik yang berasal dari penggerak utama.
2. Arus medan berupa arus DC yang berfungsi untuk
membangkitkan medan magnet di kumparan
medan.
Gambar 2.8. Prinsip kerja generator secara sederhana
(Sumber: www.electronics-tutorials.ws)
18
Prinsip kerja generator secara sederhana
ditunjukkan pada Gambar 2.8. Berikut adalah
penjelasan untuk proses pembangkitan daya listrik
pada generator, dimana:
If = arus medan
N; S = kutub generator
φ = fluks medan
Menurut Firmansyah (2011), pada saat poros
generator diputar pada kecepatan nominalnya, dimana
putaran poros didapat dari daya mekanik penggerak
utamanya, kemudian pada kumparan medan rotor
diberikan arus medan sebesar If, maka garis-garis fluks
yang dihasilkan melalui kutub-kutub inti akan
menghasilkan tegangan induksi pada kumparan
jangkar stator sebesar:
Ea = C.n.φ
dimana,
Ea = tegangan induksi pada kumparan jangkar stator
C = konstanta
n = kecepatan putar
φ = fluks yang dihasilkan oleh arus medan
Pengaturan Putaran
Putaran merupakan salah satu faktor penting yang
memberi pengaruh terhadap tegangan yang
dibangkitkan oleh generator. Kecepatan putar akan
sebanding dengan frekuensi yang dihasilkan generator.
Dalam hal ini rotor sebagai bagian yang bergerak
terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan arus
searah sebagai sumbernya. Medan magnet pada rotor
akan bergerak sesuai dengan arah putar penggerak
19
utamanya. Untuk menjaga putaran agar tetap konstan
maka penggerak utama generator perlu dilengkapi
governor. Governor adalah alat yang berfungsi
mengatur putaran agar tetap konstan pada keadaan
yang bervariasi. Besar kecepatan putar generator dapat
dihitung melalui persamaan berikut:
n = 120 𝑓
𝑝
dimana,
n = kecepatan putar generator
f = frekuensi
p = jumlah kutub
Pengaturan Tegangan
Tegangan yang dihasilkan generator berbeban
dengan generator tanpa tentu akan berbeda. Tegangan
yang dihasilkan generator berbeban relatif lebih kecil
dibandingkan generator berbeban. Selisih antara
tegangan berbeban penuh dengan tanpa beban disebut
nilai relatif atau voltage regulation (VR). Nilai VR
dapat dihitung melalui persamaan berikut:
VR 𝑉𝑁𝐿− 𝑉𝐹𝐿
𝑉𝐹𝐿 = x 100%
dimana,
VR = voltage regulation
VNL = no load voltage
VFL = full load voltage
Selama generator beroperasi, tentunya generator
akan mengalami drop voltage yang diakibatkan variasi
20
arus jangkar maupun beban-beban terpasang. Drop
voltage pada generator dapat diatasi dengan mengatur
arus medan atau arus eksitasi yang masuk ke generator.
Pengaturan arus eksitasi akan mempengaruhi tegangan
yang dihasilkan generator. Ketika arus eksitasi
dinaikkan maka tegangan yang dihasilkan generator
juga akan naik, begitu juga sebaliknya.
Operasi Paralel Generator
Operasi paralel pusat-pusat tenaga listrik pada
dasarnya merupakan perluasan kerja paralel satu
generator dengan generator lainnya dengan tambahan
resistansi dan reaktansi saluran-saluran interkoneksi
yang biasa disebut sinkronisasi (Firmansyah, 2011).
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan operasi paralel generator, yaitu:
1. Tegangan apitan dari generator yang akan
diparalelkan harus sama dengan tegangan
jaringan.
2. Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi
jaringan.
3. Sudut fasa dari fasa-fasa yang dihubungkan satu
sama lain harus sama.
4. Urutan fasa generator-generator yang akan
diparalelkan harus sama dengan jaringan.
Dalam operasi paralel generator, sinkronisasi
dilakukan agar generator yang diparalelkan dapat
menghasilkan daya sejumlah total daya generator.
Dimisalkan terdapat lima generator, G1, G2, G3, G4,
dan G5 bekerja secara paralel seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.9. sebagai berikut:
21
Gambar 2.9. Pargen (5)
(Sumber: Firmansyah, 2011)
Berdasarkan Gambar 2.9. pada rangkaian operasi
paralel, masing-masing generator memiliki impedansi,
Z1, Z2, Z3, Z4, dan Z5 yang terdiri dari resistansi, R1,
R2, R3, R4, dan R5 dan X1, X2, X3, X4, dan X5.
Sedangkan gaya gerak listrik (GGL) yang diinduksikan
pada masing-masing generator adalah E1, E2, E3, E4,
dan E5. Penjelasan operasi paralel generator secara
sederhana dari dua generator yang beroperasi seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.10. dan Gambar 2.11.
Gambar 2.10. Pargen (2) dengan kondisi reaktansi
diabaikan
(Sumber: Firmansyah, 2011)
22
Gambar 2.11. Pargen (2) dengan kondisi resistansi
diabaikan
(Sumber: Firmansyah, 2011)
Pada kondisi tertentu reaktansi kedua mesin
diabaikan. Dalam keadaan demikian, kondisi kedua
GGL E1 dan E2 memiliki selisih fasa 1800 dan resultan
GGL Er hampir tegak lurus terhadap E1 dan E2,
dimana besar arus sinkronisasi dinyatakan dengan
persamaan:
Is = 𝐸𝑟
𝑍1+𝑍2
Dimisalkan kedua mesin memiliki nilai reaktansi
mendekati nol. Arus sinkronisasi Is akan tegak lurus
terhadap resultan GGL Er atau sefasa dengan GGL salah
satu mesin, misalkan E2. Dalam hal ini mesin 2 akan
memberi daya nyata kepada mesin 1 agar dapat bekerja.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa reaktansi
sangat diperlukan untuk operasi paralel generator.
Pada saat dua generator berada dalam keadaan
sinkronisasi penuh, maka kedua GGL yang diinduksikan
adalah sama dan berbeda fasa 1800, Gambar 2.12., dan
tidak terdapat arus mengalir dalam rangkaian. Jika nilai
kedua GGL sama besar namun berbeda fasa tidak tepat
1800 maka resultan GGL Er bergerak di dalam rangkaian
dan mengakibatkan mengalirnya arus sinkronisasi
seperti pada Gambar 2.13.
23
Gambar 2.12. Arus sinkronisasi penuh
(Sumber: Firmansyah, 2011)
Gambar 2.13. Arus sinkronisasi tidak penuh
(Sumber: Firmansyah, 2011)
Misalkan beda fasa antara kedua GGL sebesar α dan
E1 = E2 = E, maka resultan GGL Er adalah:
Er = 2 E cos 1800− 𝛼
2
= 2 E cos 900 − 𝛼
2
= 2 E 𝛼
2
= α E
Pendekatan di atas berlaku jika sudut α memiliki nilai
yang kecil sekali. Besar arus sinkronisasi Is adalah:
Is = 𝐸𝑟
𝑍
= 𝐸𝑟
𝑍
Dengan catatan bahwa Is tertinggal fasa sebesar θ:
24
θ = 𝑡𝑎𝑛−1 𝑋𝑠
𝑅
Dimana Z merupakan impedansi gabungan per fasa
dari kedua generator. Bila reaktansi generator
diketahui, maka arus sinkronisasinya:
Is = 𝐸
𝑋𝑠
dan tertinggal fasa sebesar 900 dengan resultan GGL
Er.
Gambar 2.14. Operasi paralel generator melayani
beban
(Sumber: Firmansyah, 2011)
Adapun prosedur sinkronisasi generator-generator
yang bekerja paralel sebagai berikut:
1. Menjalankan motor penggerak generator,
kemudian nilai tahanan R diperkecil sampai
diperoleh tegangan V dan frekuensi Hz yang
dikehendaki.
2. Bilan tegangan V dan frekuensi Hz generator
sama dengan tegangan dan frekuensi jala-jala
25
(jaringan) maka yang harus diperhitungkan lagi
adalah mengatur tegangan generator agar sefasa
dengan tegangan jaringan.
3. Untuk membuat tegangan generator sefasa dengan
tegangan jaringan maka putaran generator harus
diubah sampai mendapatkan beda fasa yang sama.
4. Bila lampu indikator sinkronisasi mati, generator
telah berhasil diparalelkan dengan jaringan.
Pembagian Beban pada Operasi Paralel Generator
Beban dapat dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu beban reaktif (VAR) dan beban aktif (Watt).
Jumlah vektor kedua beban tersebut merupakan beban
kompleks/ semu (kVA) yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
S = P + jQ
dimana,
S = daya kompleks (VA atau kVA)
P = daya aktif (Watt atau kW)
Q = daya reaktif (VAR atau kVAR)
Diumpamakan jika terdapat lima generator, G1,
G2, G3, G4, dan G5 yang beroperasi secara paralel,
maka besar daya kelima generator, Gambar 2.15.,
sebagai berikut:
26
Gambar 2.15. Besar daya kelima generator
(Sumber: Firmansyah, 2011)
dimana,
P = daya aktif yang dipikul G1, G2, G3, G4, dan G5
Q = daya reaktif G1, G2, G3, G4, dan G5
S = daya kompleks G1, G2, G3, G4, dan G5
φ = sudut daya G1, G2, G3, G4, dan G5
dalam hal ini,
1. P1 = P2 = P3 = P4 = P5,
2. Q1 = Q2 = Q3 = Q4 = Q5, sehingga
3. S1 = S2 = S3 = S4 = S5 yang artinya daya
generator sama.
Jika diambil sampel dua generator yang
beroperasi paralel dengan karakteristik kecepatan dan
beban yang sama dengan suatu tegangan apitan
bersama sebesar V dan beban impedansi sebesar Z.
GGL G1 dan G2 sebesar E1 dan E2 serta impedansi
fasa masing-masing adalah Z1 dan Z2 seperti yang
27
ditunjukkan Gambar 2.16. Maka tegangan apitan
generator 1 adalah:
V = E1 – I1.Z1
dan tegangan apitan generator 2 adalah:
V = E2 – I2.Z2
juga berlaku:
V = I.Z
= (I1 + I2) Z
sehingga diperoleh:
I1 = 𝐸 1−𝑉
𝑍 1
I2 = 𝐸 2−𝑉
𝑍 2
kemudian diperoleh:
I1 + I2 = 𝐸 1−𝑉
𝑍 1 +
𝐸 2−𝑉
𝑍 2
V 1
𝑍 1+
1
𝑍 2+
1
𝑍 3 =
𝐸 1
𝑍 1 +
𝐸 2
𝑍 2
atau:
28
V =
𝐸1
𝑍 1+
𝐸2
𝑍 21
𝑍 1+
1
𝑍 2+
1
𝑍 3
Gambar 2.16. Pembagian beban pada pargen (2)
(Sumber: Firmansyah, 2011)
2.2 Power Management System
Power management system (PMS) merupakan bagian
penting dari perangkat sistem kontrol di kapal yang dapat
beroperasi bersama-sama antar PMS maupun independen
atau sendiri. PMS dibuat dengan beragam fungsi, seperti
fungsi kontrol, monitor, dan proteksi bagi generator sebagai
sumber daya utama peralatan kelistrikan di kapal.
Peralatan yang tersedia dalam PMS sendiri terdiri dari,
perangkat hardware PMS, generator, switchboards, dan
perangkat otomatisasi. Melalui PMS, generator dikontrol dan
dimonitor selama beroperasi sebagai penyedia utama daya
kelistrikan hingga daya yang dihasilkan dialirkan ke peralatan
kelitrikan yang terpasang. Tahap pengaliran daya dimulai
dari generator sebagai penyuplai utama, switchboards, dan
terakhir sampai pada peralatan kelistrikan. Total daya yang
mengalir dikontrol dan dimonitor dengan satu atau beberapa
sistem kontrol.
29
Berdasarkan referensi yang ditulis Dionysius (2014),
saat ini PMS telah berkembang pesat menyesuaikan dengan
kebutuhan otomatisasi dalam starting dan operasi paralel
generator atau lebih tepatnya proses sinkronisasi.
Sebelumnya, PMS hanya dapat melakukan kontrol dan
monitor terhadap generator untuk optimalisasi daya yang
dialirkan. Sedangkan PMS yang sudah dikembangkan dapat
memungkinkan untuk melakukan pencegahan dari blackout
untuk keselamatan operasi kapal dan konsumsi bahan bakar
dari motor penggerak generator (diesel generator).
Pada pembahasan lebih lanjut, PMS memiliki dua fungsi
dasar yaitu pengontrolan daya yang dihasilkan generator dan
restoration sistem kelistrikan ketika kapal mengalami
blackout. Fungsi dasar pengontrolan daya yang dihasilkan
generator sendiri dibagi menjadi kontrol generator, kontrol
daya yang tersedia, dan pengamanan terhadap generator dan
peralatan kelistrikan. Sedangkan fungsi restoration setelah
kapal mengalami blackout adalah restarting generator agar
dapat menyuplai beban kelistrikan kembali.
2.2.1 Load
Load dikategorikan sebagai peralatan kelistrikan
terpasang yang harus dicover oleh generator sebagai
sumber daya kelistrikan utama di kapal. Kondisi beban
di kapal yang hampir selalu beroperasi perlu dimonitor
agar tidak terjadi overload atau kelebihan beban yang
berakibat generator mengalami trip. Disinilah letak
fungsi PMS sebagai perangkat kontrol dan monitor
terhadap beban.
Karakteristik pembebanan suatu peralatan
kelistrikan dapat ditentukan berdasarkan frekuensi
kerja sesuai perhitungan load factor dari peralatan itu
sendiri. Semakin tinggi frekuensi kerja suatu peralatan
kelistrikan maka semakin tinggi pula load factornya.
30
Nilai load factor suatu peralatan kelistrikan berkisar
antara 0 s/d 1. Semakin jarang peralatan tersebut
beroperasi maka nilai load factornya semakin
mendekati 0. Sedangkan peralatan yang sifatnya
beroperasi secara kontinyu, biasa disebut coninuous
load, nilai load factornya semakin mendekati 1.
2.2.2 Blackout Prevention
Blackout merupakan suatu kondisi dimana tidak
beroperasinya suatu sumber daya kelistrikan yang
biasanya disebabkan karena short circuit dan overload
atau kesalahan dalam pembagian beban. Short circuit
dapat diproteksi dengan penggunaan circuit breakers
dan alat proteksi lainnya. Pemilihan alat proteksi yang
tepat dapat meminimalisir terjadinya short circuit.
Sedangkan overload dapat diproteksi melalui
pemutusan beban-beban terpasang yang dapat
dilakukan secara otomatis melalui PMS. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Radan (2008), beberapa
penyebab terjadinya overload:
1. Circuit breaker pada generator yang bermasalah
tidak terhubung atau disconnected.
2. Generator set menanggung beban berlebih dengan
jangka waktu yang lama.
3. Kesalahan pada motor penggerak generator.
4. Kesalahan pada fungsi PMS sebagai sistem
proteksi.
Sehingga berdasarkan pernyataan di atas dapat
disimpulkan, pemilihan alat proteksi yang tepat pada
jaringan kelistrikan dan pengurangan beban atau
melakukan cut off pada peralatan kelistrikan yang
tidak diprioritaskan selama beroperasi dapat mencegah
terjadinya blackout pada kapal.
31
2.3 LabVIEW
Berdasarkan referensi yang ditulis Firmansyah (2011),
LabVIEW merupakan software yang dikembangkan untuk
pengukuran dibidang perindustrian, eksperimen, pendidikan,
dan aplikasi otomatisasi berbasis pemrograman secara
gambar atau diagram. LabVIEW difungsikan untuk
melakukan analisis numerik, desain, dan menggambarkan
hasil data. LabVIEW memiliki beberapa toolkit dan modul
untuk analisa dan desain kontrol, pengolahan sinyal,
identifikasi sistem, formula, simulasi dan lain sebagainya.
Pengerjaan tugas akhir ini sendiri menggunakan LabVIEW
versi 2013.
32
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
33
BAB III
METODOLOGI
Metodologi penelitian bertujuan untuk membuat suatu
kerangka dasar penyelesaian terhadap permasalahan yang diteliti
dimana berisi tentang langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
menyelesaikan penelitian. Pada penelitian ini metode yang
digunakan adalah analisis dan simulasi, dimana akan dilakukan
simulasi Power Management System menggunakan LabVIEW
2013 berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Secara garis
besar penyelesaian tugas akhir yang berjudul “Pengembangan
Power Management System Berbasis Software LabVIEW pada
Kapal Tanker” dibagi menjadi beberapa tahap seperti yang
ditunjukkan Gambar 3.1., dengan penjelasan sebagai berikut:
3.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap
kebutuhan listrik di kapal sesuai dengan kondisi operasi.
Adapun identifikasi yang dilakukan terkait dengan peralatan-
peralatan listrik beserta generator sebagai sumber utama daya
kelistrikan yang digunakan di kapal. Sedangkan masalah
yang dianalisa adalah bagaimana pengaruh penerapan dan
pengembangan PMS dalam sistem kelistrikan kapal.
3.2 Studi Literatur
Pada tahap studi literatur ini dilakukan review terhadap
referensi yang memiliki keterkaitan dengan sistem kelistrikan
kapal maupun PMS. Beberapa referensi yang digunakan
berupa buku, jurnal, tugas akhir, thesis, publikasi ilmiah, dan
internet.
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi
data yang didapat dari tugas perancangan sistem permesinan
34
dan kelistrikan kapal serta data tambahan dari literatur yang
digunakan sebagai referensi.
3.4 Perencanaan Sistem
Pada tahap perencanaan sistem dilakukan dengan
melakukan analisis data melalui perhitungan dengan
beberapa formula dan membuat diagram blok secara umum
dari PMS yang sedang direncanakan. Perencanaan
disesuaikan dengan data tugas perancangan sistem
permesinan dan kelistrikan kapal.
3.5 Simulasi
Pada tahap ini simulasi dari sistem yang sudah
direncanakan berdasarkan analisis data dibantu dengan
LabVIEW 2013. Simulasi perlu dilakukan beberapa kali
untuk menentukan hasil yang sesuai dengan fungsi dasar
PMS dengan simulator yang mudah dioperasikan oleh user.
3.6 Kesimpulan
Setelah dilakukan perencanaan sistem dan simulasi
dengan software maka akan didapatkan hasil yang diharapkan
memenuhi tujuan pengerjaan tugas akhir. Melalui penarikan
kesimpulan juga akan didapat saran-saran yang perlu
dilakukan untuk mengembangkan penelitian ke tahap lebih
lanjut.
3.7 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dalam bentuk penyusunan
laporan tugas akhir sesuai format penulisan ilmiah yang telah
ditentukan.
35
Gambar 3.1. Flowchart pengerjaan tugas akhir
36
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
37
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Utama Kapal
Berikut adalah data utama kapal yang digunakan dalam
pengerjaan tugas akhir:
Tipe kapal = Product oil carrier
Nama kapal = MV. Pratiwi
Tipe muatan = Diesel oil
Lpp = 84.03 m
Lwl = 86.55 m
B = 16.20 m
H = 7.50 m
T = 5.873 m
Cb = 0.744
Rute pelayaran = Balongan – Surabaya
Radius pelayaran = 184.2 nm
Endurance = 6 hari
Kecepatan dinas = 11 knots
Cargo tank cap. = 4961.74 m3
4.2 Data Komponen
Berikut adalah data komponen-komponen yang
digunakan dalam pengerjaan tugas akhir:
4.2.1 Data Peralatan Kelistrikan pada Kapal Tanker
Data peralatan kelistrikan pada kapal tanker dapat
dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Data peralatan kelistrikan pada kapal tanker
No. Peralatan Σ
(Unit)
Daya
(kW)
MACHINERY PART
A. ENGINE SERVICE
1 HFO – MDO Transfer Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 2.20
38
No. Peralatan Σ
(Unit)
Daya
(kW)
2 Separator + Feed Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 12.00
3 Fuel Feed Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 2.31
4 HFO Circulating Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 9.10
5 MDO Circulating Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 7.50
6 Thermal Oil Boiler Circ. Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 11.20
7 LO Transfer Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 2.20
8 LO Separator (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 5.50
9 LO Separator Feed Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 0.75
10 Separator Preheater (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 12.00
11 LO Pp. (Stand by) (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.70
12 Pre LO Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 11.00
13 Air Compressor (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 1.70
14 SW Cooling Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 15.00
15 Stand by Circulating Pp. HT (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 18.50
16 Stand by Circulating Pp. LT (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 8.50
17 Circulating Pp. for Preheater (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 5.50
18 Circulating Pp. for Evaporator (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.20
19 Drain Tank Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.20
B. GENERAL SERVICE
1 Bilge Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 7.50
2 Oily Water Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.00
3 Oily Water Separator (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.50
4 Fire Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 30.00
5 Ballast Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 5.00
6 Ballast – Bilge Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 5.00
7 Hydrophore FW (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.20
8 Hydrophore SW (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 2.20
9 Sewage Treatment Plant (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 1.50
HULL PART
1 Cargo Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 75
2 Stripping Pp. (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 4.00
3 Crane for Tanker (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 30.00
4 Crane for Provision (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 6.00
5 Fan for E/R (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 44.76
6 Accommodation Ladder Winch (220 V; 1 Ph; 50 Hz) 2 2.20
7 Steering Gear (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 1 5.50
8 Anchor Mooring Winch (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 40.00
9 Capstan (380 V; Δ; 3 Ph; 50 Hz) 2 18.00
39
No. Peralatan Σ
(Unit)
Daya
(kW)
ELECTRICAL PART
A. LIGHTING AND STOP CONTACT
1 Main Deck 1 7.46
2 Poop Deck 1 4.31
3 Boat Deck 1 6.18
4 Bridge Deck 1 6.50
5 Navigation Deck 1 1.70
6 Platform and Engine Room 1 1.57
7 Starboard Light 1 0.025
8 Portside Light 1 0.025
9 Masthead Light 2 0.025
10 Stern White 1 0.025
11 Stern Yellow 1 0.025
12 Anchor White 1 0.025
13 All Round Red 1 0.025
14 All Round Green 1 0.025
B. NAVIGATION, COMMUNICATION & SAFETY
1 MF/HF Radio (24 VDC) 1 0.025
2 VHF Radio (24 VDC) 1 0.125
3 Radar (13.8 VDC) 1 4.80
4 NAVTEX (24 VDC) 1 0.01
5 AIS (220 VAC; 50 Hz) 1 0.168
6 Horn (70 VAC; 50 Hz) 1 0.022
7 Magnetic Compass (12 VDC) 1 0.184
8 ECDIS (24 VDC) 1 0.108
9 Telephone Internal (100 VAC/24 VDC; 50 Hz) 4 0.075
10 Echo Sounder (230 VAC/24 VDC; 50 Hz) 1 0.053
11 Gyro Compass (230 VAC, 50 Hz) 1 0.189
12 EPIRB 2 0.005
13 Speed Log 1 0.10
14 Smoke Detector 25 0.0072
15 Heat Detector 1 0.0072
4.2.2 Data Main Generator
Merk = Cummins
Tipe = C220 D5e
Power = 146 kWe
40
Frekuensi = 50 Hz
RPM = 1500 RPM
Keterangan: detail spesifikasi teknis main generator dapat dilihat di
bagian lampiran 1.
4.3 Perhitungan Teknis
Perhitungan dilakukan untuk memeriksa ulang apakah
kapasitas generator yang digunakan kapal telah memenuhi
syarat dan ketentuan yang berlaku. Beberapa hal yang harus
diperhatikan terkait perhitungan kapasitas generator adalah
macam-macam kondisi operasi kapal, load factor tiap
peralatan kelistrikan yang digunakan, dan diversity factor
(Firmansyah, 2011).
Berdasarkan perencanaan, kondisi operasi kapal yang
digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah pada
kondisi berlayar, manoeuvring, bongkar muat, dan berlabuh.
Macam-macam kondisi operasi kapal akan mempengaruhi
load factor dan diversity factor, dimana load factor itu
sendiri merupakan perbandinggan antara daya rata-rata
dengan kebutuhan daya untuk kondisi operasi maksimal.
Sedangkan diversity factor merupakan perbandingan antara
total daya keseluruhan peralatan kelistrikan dengan total daya
yang dibutuhkan tiap satuan waktu.
4.3.1 Perhitungan Beban Kelistrikan
Melalui data peralatan kelistrikan yang digunakan
kapal maka dapat dilakukan perhitungan untuk
menentukan generator sebagai sumber daya kelistrikan
utama. Perlu diperhatikan bahwa setiap peralatan
kelistrikan memiliki nilai continuous load (CL) dan
intermittent load (IL) bergantung dari jumlah dan
frekuensi kerja peralatan tersebut. Besarnya daya rata-
rata yang akan disuplai generator ke peralatan
41
kelistrikan tiap kondisi operasi akan bergantung pada
daya input dan besarnya load factor peralatan tersebut.
Nilai CL dan IL dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut:
CL = LF x n x real, atau
IL = LF x n x real
dimana,
CL = continuous load
IL = intermittent load
LF = load factor
n = jumlah item yang bekerja
real = daya input/masukan peralatan kelistrikan
contoh perhitungan,
LF = 0.8
n = 1
real = 2.32 kW
CL = 0.8 x 1 x 2.32
= 1.85 kW
Keterangan: contoh perhitungan untuk komponen HFO – MDO
Transfer Pump.
Detail hasil perhitungan nilai CL dan IL setiap
peralatan kelistrikan yang digunakan pada beberapa
kondisi operasi kapal dapat dilihat di bagian Lampiran
2.
4.3.2 Perhitungan Estimasi Load Generator
Perhitungan ini bertujuan untuk mengestimasi
load factor generator disetiap kondisi operasi kapal,
dimana load factor generator disarankan tidak kurang
dari 60% dan tidak lebih dari 86% (Firmansyah, 2011).
42
Adapun rentang nilai tersebut lebih dikarenakan untuk
mencari tingkat efisiensi operasi generator sehingga
daya yang terpakai akan sesuai dengan kebutuhan
beban. Berikut adalah beberapa rumusan yang
digunakan untuk mengestimasi nilai load factor
generator:
e = 0.7 x d
dimana,
e = faktor diversitas
d = intermittent load
contoh perhitungan,
d = 38.00 kW
e = 0.7 x 38.00
= 26.60 kW
Keterangan: contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.2. Kolom 3
No. 4.
Faktor diversitas merupakan perbandingan antara
total daya peralatan kelistrikan yang digunakan dengan
total daya yang dibutuhkan tiap satuan waktu.
f = e + CL
dimana,
f = total load
e = faktor diversitas
CL = continuous load (total)
contoh perhitungan,
e = 26.60 kW
CL = 202.13 kW
43
f = 26.60 + 202.13
= 228.73 kW
Keterangan: contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.2. Kolom 3
No. 6.
Nilai total load didapatkan berdasarkan nilai CL
dan IL peralatan kelistrikan pada tiap kondisi operasi.
Nilai total load dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan besarnya prosentase load factor generator.
Nilai load factor generator dapat dihitungan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
LF = 𝑓
𝑄 x 100%
dimana,
LF = load factor generator
f = total load
Q = kapasitas total daya gen. yang beroperasi
contoh perhitungan,
f = 228.73 kW
Q = 292 kW
LF = (228.73/292) x 100%
= 0.783
Keterangan: contoh perhitungan diambil dari Tabel 4.2. Kolom 3
No. 10.
Hasil perhitungan estimasi load factor generator
berdasarkan penggunaan peralatan kelistrikan pada
beberapa kondisi operasi kapal dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
44
Tabel 4.2. Estimasi load factor generator No. Item S *) M *) CH *) P *)
1 MACHINERY PART
Cont. Load (kW) 127.5 125.6 38.8 38.8
Interm. Load (kW) 37.86 35.76 27.87 27.87
2 HULL PART
Cont. Load (kW) 45.84 44.68 202.2 91.94
Interm. Load (kW) 0.00 0.00 31.71 31.71
3 ELECTRICAL PART
Cont. Load (kW) 28.79 28.79 23.89 23.54
Interm. Load (kW) 0.097 0.097 0.097 0.097
4 TOTAL POWER
Cont. Load (kW) 202.13 199.07 264.89 154.28
Interm. Load (kW) 38.00 35.86 59.68 59.68
5 Faktor Div. (0.7 d) 26.60 25.10 41.78 41.78
6 Total Load (kW) 228.73 224.17 306.67 196.06
7 Σ Generator 2 2 3 2
8 Capacity (kW) 146 146 146 146
9 Avail. Power (kW) 292 292 438 292
10 Load Factor (LF) 0.783 0.768 0.70 0.671
11 Shore Conn. (kW) 352.67
*) Keterangan:
S = kondisi berlayar
M = kondisi manoeuvring
CH = kondisi bongkar muat
P = kondisi berlabuh
dimana,
Kondisi Berlayar
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 127.5 + 45.84 + 28.79
= 202.2 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 37.86 + 19.37 + 0.097
= 38.00 kW
45
Kondisi Manoeuvring
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 125.6 + 44.68 + 28.79
= 199.07 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 35.76 + 0.00 + 0.097
= 35.86 kW
Kondisi Bongkar Muat
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 38.8 + 202.2 + 23.89
= 264.89 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 27.87 + 31.71 + 0.097
= 59.68 kW
Kondisi Berlabuh
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 38.8 + 91.94 + 23.54
= 154.28 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 27.87 + 31.71 + 0.097
= 59.68 kW
Shore Connection
P = 100% total load CH + 15 % total load CH
= 1.15 x total load CH
= 1.15 x 306.67
= 352.67 kW
46
Melalui perhitungan di atas dapat disimpulkan
bahwa beban puncak generator terjadi pada saat kapal
pada kondisi bongkar muat sebesar 306.67 kW.
4.4 Analisis Teknis
Berdasarkan hasil perhitungan estimasi load factor
generator yang ditunjukkan Tabel 4.2., dapat diamati bahwa
kebutuhan daya terbesar terjadi pada saat bongkar muat.
Kondisi ini dijadikan acuan dalam menentukan beban puncak
yang harus ditanggung oleh generator. Sehingga untuk
mengantisipasi terjadi kegagalan sistem karena beban
berlebih atau penurunan kinerja generator, perlu dilakukan
penggolongan peralatan kelistrikan yang dirasa harus tetap
menyala selama kapal beroperasi.
Penggolongan peralatan kelistrikan ini dilakukan dengan
menentukan peralatan yang essential dan non essential.
Adapun pengertian dari peralatan yang essential adalah
semua peralatan kelistrikan dasar yang dianggap harus tetap
menyala untuk menunjang kinerja kapal selama beroperasi.
Mengacu pada penelitian yang dilakukan Dionysius (2014),
macam-macam peralatan kelistrikan yang essential dibagi
menjadi:
1. peralatan penunjang engine service,
2. peralatan ventilasi – AC,
3. peralatan penerangan, dan
4. peralatan navigasi & komunikasi.
Hasil penggolongan peralatan kelistrikan berdasarkan
peralatan yang essential dan non essential dapat dilihat pada
bagian Lampiran 2. Adapun total load dari peralatan
kelistrikan yang essential dapat dilihat pada tabel 4.3., diluar
perhitungan di bawah, dikategorikan menjadi peralatan non
essential atau peralatan yang dapat di cut off sewaktu-waktu
bila diperlukan pada kondisi darurat.
47
Tabel 4.3. Estimasi total load peralatan kelistrikan essential No. Item S *) M *) CH *) P *)
1 MACHINERY PART
Cont. Load (kW) 118.23 116.33 27.27 27.27
Interm. Load (kW) 9.05 9.05 1.16 1.16
2 HULL PART
Cont. Load (kW) 45.84 44.68 202.2 40.00
Interm. Load (kW) 0.00 0.00 0.00 0.00
3 ELECTRICAL PART
Cont. Load (kW) 28.43 28.43 23.53 23.53
Interm. Load (kW) 0.10 0.10 0.10 0.10
4 TOTAL POWER
Cont. Load (kW) 192.5 189.44 253.0 90.80
Interm. Load (kW) 9.15 9.15 1.26 1.26
5 Faktor Div. (0.7 d) 6.41 6.41 0.88 0.88
6 Total Load (kW) 198.91 195.85 253.88 91.68
7 Σ Generator 2 2 2 1
8 Capacity (kW) 146 146 146 146
9 Avail. Power (kW) 292 292 292 146
10 Load Factor (LF) 0.681 0.671 0.869 0.628
11 Shore Conn. (kW) 291.96
*) Keterangan:
S = kondisi berlayar
M = kondisi manoeuvring
CH = kondisi bongkar muat
P = kondisi berlabuh
dimana,
Kondisi Berlayar
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 118.23 + 45.84 + 28.43
= 192.5 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 9.05 + 0.00 + 0.10
48
= 9.15 kW
Kondisi Manoeuvring
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 116.33 + 44.68 + 28.43
= 189.44 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 9.05 + 0.00 + 0.10
= 9.15 kW
Kondisi Bongkar Muat
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 27.27 + 202.2 + 23.53
= 253.0 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 1.16 + 0.00 + 0.10
= 1.26 kW
Kondisi Berlabuh
CL = Mach. (CL) + Hull (CL) + Elect. (CL)
= 27.27 + 40.0 + 23.53
= 90.80 kW
IL = Mach. (IL) + Hull (IL) + Elect. (IL)
= 1.16 + 0.00 + 0.10
= 1.26 kW
Shore Connection
P = 100% total load CH + 15 % total load CH
= 1.15 x total load CH
= 1.15 x 253.88
= 291.96 kW
49
Berdasarkan hasil perhitungan yang ditunjukkan Tabel
4.2. dan 4.3. terkait dengan load atau beban yang harus
ditanggung oleh generator pada beberapa kondisi operasi
kapal maka perlu dilakukan perhitungan spare daya generator
untuk menentukan batas bawah daya yang dihasilkan
generator agar dapat menanggung beban yang beroperasi.
Penentuan batas bawah daya yang dihasilkan generator
merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, mengingat
tidak selamanya generator bekerja secara ideal. Hal ini
berkaitan dengan efisiensi generator yang akan selalu
menurun berbanding lurus dengan life time generator itu
sendiri. Penurunan efisiensi generator akan mempengaruhi
jumlah beban yang dapat ditanggung generator. Pada Tabel
4.4. dapat dilihat skenario efisiensi generator terhadap beban
tetap yang ada di kapal sehubungan dengan penentuan batas
bawah daya yang dihasilkan generator:
Tabel 4.4. Skenario efisiensi generator terhadap beban tetap No. Item S *) M *) CH *) P *)
1 Total Load (kW) 228.73 224.17 306.67 196.06
2 Σ Generator 2 2 3 2
3 Capacity (kW) 146 146 146 146
4 Avail. Power (kW) 292 292 438 292
6 Avail.
Power
Eff. 100% (kW) 292 292 438 292
Spare Daya (kW) 63.27 67.83 131.33 95.94
7 Avail.
Power
Eff. 90% (kW) 262.80 262.80 394.20 262.80
Spare Daya (kW) 34.07 38.63 87.53 66.74
8 Avail.
Power
Eff. 80% (kW) 233.6 233.6 315.36 233.6
Spare Daya (kW) 4.87 9.43 8.69 37.54
9 Avail.
Power
Eff. 70% (kW) 204.4 204.4 306.6 204.4
Spare Daya (kW) -24.33 -19.77 -0.07 8.34
10 Avail.
Power
Eff. 60% (kW) 175.2 175.2 262.8 175.2
Spare Daya (kW) -53.53 -48.97 -43.87 -20.86
*) Keterangan:
S = kondisi berlayar
50
M = kondisi manoeuvring
CH = kondisi bongkar muat
P = kondisi berlabuh
Melalui skenario efisiensi generator di atas dapat
diketahui bahwa daya yang dihasilkan generator akan dapat
menanggung beban total pada saat efisiensi generator
minimal 80% dengan kata lain batas bawah daya yang harus
dihasilkan generator sebesar 80% dari daya pada spesifikasi.
Ketika generator beroperasi pada efisiensi dibawah 80%
maka akan terjadi lonjakan beban sehingga dapat dipastikan
generator trip dan sistem akan mengalami black out.
Pencegahan kondisi ini dilakukan dengan menerapkan power
management system (PMS). Pilihan yang dapat dilakukan
melalui PMS ketika daya yang dihasilkan generator kurang
dari 80% daya spesifikasi, salah satunya akibat penurunan
efisiensi, adalah dengan melakukan cut off beban yang non
essential atau dengan cara melakukan operasi paralel
generator. Dengan demikian kapal akan tetap dapat
beroperasi meskipun daya yang disuplai terbatas. Adapun
spare daya yang dihasilkan dari cut off beban dapat diamati
pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Spare daya gen. setelah cut off beban non essential No. Item S *) M *) CH *) P *)
1 Total Load (kW) 198.91 195.85 253.88 91.68
2 Σ Generator 2 2 3 2
3 Capacity (kW) 146 146 146 146
4 Avail. Power (kW) 292 292 438 292
6 Avail.
Power
Eff. 80% (kW) 233.6 233.6 315.36 233.6
Spare Daya (kW) 34.69 37.75 61.48 141.92
7 Avail.
Power
Eff. 70% (kW) 204.4 204.4 306.6 204.4
Spare Daya (kW) 5.49 8.55 52.72 112.72
8 Avail.
Power
Eff. 60% (kW) 175.2 175.2 262.8 175.2
Spare Daya (kW) -23.71 -20.65 8.92 83.52
*) Keterangan:
51
S = kondisi berlayar
M = kondisi manoeuvring
CH = kondisi bongkar muat
P = kondisi berlabuh
Melalui Tabel 4.5., diketahui bahwa dengan melakukan
cut off pada beban yang non essential melalui PMS dapat
berdampak pada naiknya spare daya yang dihasilkan
generator sehingga sistem akan terhindar dari black out.
4.5 Pemodelan dengan Software LabVIEW
LabVIEW, Gambar 4.1., merupakan perangkat lunak
yang dikembangkan untuk pengukuran dibidang
perindustrian, eksperimen, pendidikan, dan aplikasi
otomatisasi berbasis pemrograman secara gambar atau
diagram. LabVIEW difungsikan untuk melakukan analisis
numerik, desain, dan menggambarkan hasil data. LabVIEW
memiliki beberapa toolkit dan modul untuk analisa dan
desain kontrol, pengolahan sinyal, identifikasi sistem,
formula, simulasi dan lain sebagainya. Pada penelitian ini
sofware LabVIEW yang digunakan adalah versi 2013.
52
Gambar 4.1. Tampilan awal software LabVIEW
Pemodelan power management system pada pengerjaan
tugas akhir ini menggunakan software LabVIEW agar
simulasi lebih mudah dipahami dan dioperasikan.
Gambar 4.2. Front panel pada software LabVIEW
53
Front panel pada software LabVIEW, Gambar 4.2. akan
menunjukan beberapa panel hasil perancangan melalui block
diagram. Panel yang telah dibuat, dioperasikan sebagai
bentuk simulasi dari sistem yang telah dirancang. Front panel
diibaratkan sebagai area kontrol sistem untuk controlling dan
monitoring.
Gambar 4.3. Block diagram pada software LabVIEW
Block diagram pada software LabVIEW, Gambar 4.3.,
berfungsi untuk merancang logika pemodelan atau simulasi
sistem yang direncanakan. Tujuan dari pembuatan block
diagram adalah untuk mempermudah pembacaan atau
perencangan sistem sehingga mudah dipahami.
54
Gambar 4.4. Menu utama pada software LabVIEW
Melalui menu utama dapat dilihat beberapa command
yang digunakan untuk merancang power management system.
55
Gambar 4.5. Beberapa fungsi pada front panel
56
Gambar 4.6. Fungsi numeric pada front panel
57
Gambar 4.7. Fungsi boolean pada front panel
58
Gambar 4.8. Beberapa fungsi pada block diagram
59
Gambar 4.9. Fungsi structures pada block diagram
60
Gambar 4.10. Fungsi numeric pada block diagram
61
Gambar 4.11. Fungsi boolean pada block diagram
62
Gambar 4.12. Fungsi comparison pada block diagram
63
Gambar 4.13. Fungsi numeric pada block diagram
Gambar 4.14. Fungsi scripts & formulas pada block diagram
Pada Gambar 4.1. s/d Gambar 4.14 telah ditunjukkan
menu dan beberapa fungsi yang akan digunakan dalam
64
pemodelan sistem. Selanjutnya fungsi-fungsi tersebut akan
diolah sesuai dengan data yang ada. Pemodelan power
management system didasarkan pada beban terpasang,
generator yang digunakan oleh kapal, kondisi operasi kapal,
dan beberapa skenario yang sudah ditentukan untuk
mensimulasikan sistem.
Pemodelan power management system diawali dengan
mengilustrasikan beban menggunakan fungsi boolean sebagai
toggle switch dan lampu indikator. Banyaknya beban dibagi
berdasarkan machinery part, hull part, dan electrical part.
Ilustrasi beban pada front panel dan block diagram
ditunjukkan pada Gambar 4.15. dan Gambar 4.16.
Gambar 4.15. Fungsi boolean (beban) pada front panel
65
Gambar 4.16. Fungsi boolean (beban) pada block diagram
Beban terpasang yang telah dimodelkan, disusun
sedemikian rupa sehingga akan tampak seluruhnya menjadi
suatu panel yang dapat dilihat pada front panel. Beban
terpasang direncanakan beroperasi sesuai dengan kondisi
operasi kapal sehingga pada front panel harus diberi
tambahan indikator untuk mensimulasikan kondisi operasi
kapal sailing, manoeuvring, cargo handling, dan at port
dengan nilai beban yang berbeda pada masing-masing
kondisi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17. Kondisi operasi kapal pada front panel
Seluruh beban terpasang akan dihubungkan dengan
generator-generator yang telah tersedia berdasarkan
perhitungan kebutuhan generator. Sehingga pada saat
generator dinyalakan baik kondisi beroperasi sendiri atau
paralel maka beban akan dapat menyala yang ditunjukkan
dengan indikator lampu. Adapun mode pada generator dapat
dilihat pada front panel berupa indikator lampu off, stand by,
dan operate. Ilustrasi generator beserta indikator dan mode
operasinya ditunjukkan pada Gambar 4.18. dan 4.19.
66
Gambar 4.18. Indikator pada generator
Gambar 4.19. Indikator mode operasi generator
Indikator mode operasi generator diperlukan untuk
menunjukkan apakah generator tersebut siap untuk digunakan
atau tidak, mengingat generator tidak dapat beroperasi
seketika dikarenakan kebutuhan starting prime mover.
Setelah kondisi stand by dan beban dinyalakan maka
indikator generator akan menunjukkan operate. Adapun
block diagram yang digunakan dalam memodelkan arus dan
67
total load pada generator menggunakan fungsi formula
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.20.
Gambar 4.20. Indikator arus dan total load pada generator
Setelah front panel power management system tersusun,
maka skenario pembebanan terhadap generator dapat
dilakukan dan power management system dapat dijalankan
sebagai fungsi controling dan monitoring. Front panel power
management system dan block diagram pemodelan
ditunjukkan pada Gambar 4.21. dan Gambar 4.22.
68
Gambar 4.21. Front panel power management system
69
Gambar 4.22. Block diagram power management system
70
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui proses analisis, perhitungan, pemodelan,
dan simulasi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelompokan peralatan kelistrikan berdasarkan daya
keluaran generator dilakukan dengan menentukan
peralatan yang essential dan non essential pada masing-
masing kondisi operasi kapal tanker. Kelompok
peralatan yang essential: peralatan penunjang engine
service, peralatan ventilasi – AC, peralatan penerangan,
dan peralatan navigasi & komunikasi, dimana selain itu
adalah peralatan non essential yang pada kondisi
emergency harus dapat dicut off sewaktu-waktu untuk
menjaga kontinuitas operasi kapal tanker utamanya pada
saat proses cargo handling. Pengelompokan ini
berpengaruh pada kinerja generator dimana generator
akan menanggung beban puncak sebesar 306.67 kW
dengan kondisi seluruh peralatan kelistrikan beroperasi
untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kapal tanker.
Sedangkan pada kondisi emergency dan cut off non
essential load melalui PMS telah dilakukan, generator
hanya akan menanggung beban sebesar 253.88 kW
untuk kebutuhan yang sama. Pada kasus paling ekstrim
(total effisiensi operasi paralel sebesar 70%) generator
masih dapat menanggung beban sebesar 306.6 kW
dengan spare daya sebesar 52.72 kW.
2. Pengembangan simulasi PMS yang diterapkan pada
penelitian kali ini dibandingkan dengan simulasi serupa
pada penelitian sebelumnya yaitu berupa human
machine interface yang lebih user friendly, penggunaan
switch & indikator-indikator penting untuk beban
72
terpasang maupun generator yang lebih lengkap dapat
memudahkan operator dalam pengambilan tindakan
berdasarkan skenario kerja yang ditentukan.
3. Dalam penelitian ini skenario kerja yang ditentukan
berupa penambahan dan/ pengurangan beban yang
beroperasi dan penurunan efisiensi operasi paralel
generator. Tindakan yang perlu dilakukan ketika terjadi
penambahan dan/ pengurangan beban maka crew harus
melihat indikator beban total yang bekerja. Hal ini
diperlukan untuk mengoptimalkan kerja generator,
seperti: apakah generator perlu diparalelkan atau tidak,
ataukah beban non essential yang perlu dicut off
sehingga generator akan bekerja sesuai load factor yang
disarankan. Selain itu, ketika terjadi penurunan efisiensi
operasi generator yang dapat dimonitor melalui PMS
maka crew harus melakukan cut off beban non essential
dan/ melakukan perawatan terhadap generator untuk
memperpanjang masa pakai sebelum generator
beroperasi pada batas bawah dalam rangka pencegahan
black out saat cargo handling kapal tanker atau saat
beban puncak.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengerjaan tugas akhir ini, diajukan
beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian
selanjutnya, yaitu:
1. Simulasi lebih lanjut terkait dengan operasi paralel
generator dapat dilakukan dalam rangka realisasi PMS.
2. Simulasi PMS dapat diujicobakan pada tipe kapal dan
sistem yang lain sebagai bahan evaluasi dan
pengembangan dari simulasi yang sudah pernah
dilakukan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Buell, Charles, July. 2011. My electrical panel has no main
breaker – is that a problem?, <URL:
http://activerain.com/blogsview/2371182/my-electrical-
panel-has-no-main-breaker---is-that-a-problem->.
Frozee, Jab, May. 2014. Main Switch Board (MSB) Safeties,
Protection and Maintenance, <URL:
http://marineengineeringonline.com/main-switch-board-msb-
safeties-protection-and-maintenance/>.
Kaushik, Mohit, July. 2013. What are the Main Safety Devices for
Main Switch Board on Ship?, <URL:
http://www.marineinsight.com/marine-electrical/what-are-
the-main-safety-devices-for-main-switch-board-on-ship/>.
Ma’arif, Firmansyah Putra Agung. 2011. Simulasi Paralel
Generator Secara Otomatis pada Kapal STAR-50 BSBC
50,000 DWT dengan Menggunakan Pendekatan Software
LabVIEW 8.5. Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya
Markert, Matthias. 2013. Power Management Systems. Lecture
Notes on Ship Automation. Hochschule Wismar. Germany
Marshel S., Dyonisius. 2014. Perancangan Power Management
System pada Kapal Penumpang. Tugas Akhir. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Putra, Arya Kemal Pratama. 2012. Kajian Teknis Perencanaan
Solar Cell untuk Wahana Bawah Laut Berpenggerak Motor
Listrik Bertenaga Baterai. Tugas Akhir. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya
Radan, Damir. 2008. Integrated Control of Marine Electrical
Power Systems. Thesis for The Degree of Philosophiae
Doctor. Norwegian University of Science and Technology.
Norway
74
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
LAMPIRAN
Our energy working for you.™
www.cumminspower.com
© 2012 Cummins Power Generation Inc. All rights reserved. “Cummins Power Generation” and “Cummins” are registered trademarks of Cummins.
“PowerCommand®”is the registered trademark of Cummins Power Generation. “Our energy working for you.™” is the trademark of Cummins Power Generation. Specifications are subject to change without notice. EA_S_CC_09 V3(2014/01)
Cummins Power Generation
C220 D5
Diesel Generator Set
Specification sheet
C220 D5
50Hz
Our energy working for you.™
Made by Cummins Power Generation
Cummins Power Generation commercial diesel generator sets integrate the universal design, production and testing standard of
Cummins, providing fully reliable and integrated power generation systems with optimum performance for applications in standby power,
prime power and continuous operation.
In accordance with the standard of ISO8528-2005 and GB/T2820-2009 AC Generator Sets Driven by Reciprocating Internal Combustion
Engine.
Certified to ISO9001 and ISO9002 for generator set design and
manufacture.
Cummins provides full quality assurance and is responsible for the
warranty of generator sets including engine, alternator and control system.
National specialized service network ensures 24 hours after-sale
service and the supply of parts and accessories.
Standard Features of Generator Set
Engine: Cummins 6C series engine.
Type: Four-stroke, water cooled, turbocharged and air-to-air aftercooled.
Structure:Cast steel crankshaft, connecting rod, cast iron cylinder
block.
Cooling system:Built-in water circulating pump and thermostat improves working efficiency of engine.
Filter:Cummins Fleetguard series high-precision filter.
Alternator: Stamford UC series alternator.
Type:Revolving magnetic field, single bearing, 4 pole, brushless, drip proof structure, in accordance with GB755, BS5000, and IEC34-1.
Stator:Taper slot structure, 2/3 pitch windings, effectively
suppressing waveform distortion of third harmonic current and output voltage under non-linear load.
Rotor:Flexible driving disc connected to engine directly, perfect damper winding reduces parallel oscillation.
Cooling system:Directly drive centrifugal blower fan. Control System: PowerCommand
® control system based on
microprocessor.
Short-Circuit Protection: Schneider breaker, AmpSentryTM
patent protection, PowerCommand®
controller.
Base Frame: Bolted steel base frame with A/V mounting,
complex seismic structure and bottom oil tank.
Radiator: Standard genset mounted radiator.
Standard Accessories: Exhaust elbow, exhaust bellows,
exhaust silencer, etc.
Genset model Standby Power Prime Power
Engine Alternator Control System kVA kW kVA kW
C220 D5 220 176 200 160 6CTAA8.3-G2 UCI274H PC1.1
230/400VAC,50Hz,0.8PF(lagging)3 phase
Our energy working for you.™
www.cumminspower.com
© 2012 Cummins Power Generation Inc. All rights reserved. “Cummins Power Generation” and “Cummins” are registered trademarks of Cummins.
“PowerCommand®”is the registered trademark of Cummins Power Generation. “Our energy working for you.™” is the trademark of Cummins Power Generation. Specifications are subject to change without notice. EA_S_CC_09 V3(2014/01)
Generator Set Specifications
Standby Prime
Voltage regulation (no load to full load) ± 1%
Steady-state voltage variation ± 1%
Frequency regulation (no load to full load) Isochronous
Steady-state frequency variation ±0.25%
EMC compatibility BS EN 61000-6-4 / BS EN 61000-6-2
Fuel consumption, g/kw·h(L/hr)@100% load 209(51) 205(45)
Battery starting capacity, A/hr 120*2
Total coolant capacity (with engine and water tank), L 42
Bottom oil tank capacity, L 400
Engine Specifications
Model 6CTAA8.3-G2
Configuration Cast iron, in-line, 6-cylinder
Displacement, L 8.3
Compression ratio 18.0:1
Aspiration Turbocharged and air-to-air aftercooled.
Fuel system Direct injection
Bore* stroke, mm 114*135
Rated speed, rpm 1500
Governor type Electronic
Starting voltage 24V, negative ground
Battery charging alternator 24V,40A
Cold starting current, CCA 475 (-12℃)
Lube oil capacity, L 24
Combustion air (standby), m³/s 0.19
Coolant capacity, L 12
Maximum fuel flow, L/hr 30
Maximum fuel inlet resistance, mmHg 20.3
Generator Specifications
Protection class IP23
Insulation system Class H
Standard temperature rise Standby, 150℃(at 40℃ ambient temperature)
Exciting type Self-exciting
AC waveform total harmonic distortion <1.5% no load, <5% 3-phase balanced linear load
Telephone influence factor(TIF) <50(per NEMA MG1-22.43)
Telephone harmonic factor(THF) <2%
Exhaust Specifications
Standby Prime
Exhaust gas flow at rated load , L/S 547 480
Exhaust gas temperature, ℃ 580 510
Maximum exhaust back pressure, kPa 10
Cooling System Specifications
Radiator ambient design, ℃ 50
Minimum air inlet (outlet) area, ㎡ 1.39(1.1)
Radiator tank capacity, L 30
Radiator cooling air flow(standby), m³/s 5.6
Total heat rejection, kW 26.8
Maximum cooling air flow static resistance, Pa 124.5
Our energy working for you.™
www.cumminspower.com
© 2012 Cummins Power Generation Inc. All rights reserved. “Cummins Power Generation” and “Cummins” are registered trademarks of Cummins.
“PowerCommand®”is the registered trademark of Cummins Power Generation. “Our energy working for you.™” is the trademark of Cummins Power Generation. Specifications are subject to change without notice. EA_S_CC_09 V3(2014/01)
The PowerCommand®
1.1
- Generator Set Control
• The PowerCommand® 1.1 control is a microprocessor based
generator set monitoring control system. The control provides a simple
operator interface to the generator set, digital voltage regulation, digital engine speed governing, start / stop control, and protective functions.
• The PowerCommand® 1.1 generator set control is suitable for use on
a wide range of generator sets in non-paralleling applications.
• The PowerCommand® Control can be configured for any frequency,
voltage and power configuration from 120 to 600 VAC for 50 Hz or 60 Hz operation.
• Power for the control is derived from the generator set starting
batteries. The control functions over a voltage range from 8 VDC to 35 VDC.
Major Features
• 12 or 24 VDC Battery Operation
• Digital Voltage Regulation full wav e rectified single phase (line
to line) sensing.
• Engine Starting includes relay driv ers for start, fuel shut off
(FSO), and glow plug.
• Configurable Inputs and Outputs. Two discrete inputs and two dry contact relay outputs.
• Generator Set Monitoring: Displays status of all critical engine & alternator generator set functions.
• Smart Starting Control System: Integrated fuel ramping to limit black smoke & frequency overshoot.
• Adv anced Serviceability using INPOWER.
Control System
Includes all functions to locally or remotely start and stop, and protect the generator set.
Control Switch - RUN/OFF/AUTO
•OFF Mode - the generator set is shut down & cannot be started; as well as resets faults.
•RUN mode - the generator set will execute its start sequence.
•AUTO mode - the generator set can be started with a start signal from a remote device.
Status Indications
The control has a lamp driver for external fault/status indication. Functions include:
• The lamp flashes during preheat (when used) and while the generator set is starting.
• READY TO LOAD - flashing until the set is at rated voltage and frequency, then on continuously.
• Fault conditions are displayed by flashing a two-digit fault code number.
LED Indicating Lamps - includes LED indicating lamps for the
following functions;
•Not in Auto
•Remote Start
•Warning
•Shutdown
•Auto
•Run
•Remote Emergency Stop Switch Input. Immediate shut down of the generator set on operation.
Base Engine Protection -
•Low Oil Pressure Shutdown
•High Engine Temperature Shutdown
•Underspeed/Sensor Fail Shutdown
•Fail to Start
•Battery Charging Alternator Fail Warning
PowerCommand®
1.1
PCC1302 HMI211
Our energy working for you.™
www.cumminspower.com
© 2012 Cummins Power Generation Inc. All rights reserved. “Cummins Power Generation” and “Cummins” are registered trademarks of Cummins.
“PowerCommand®”is the registered trademark of Cummins Power Generation. “Our energy working for you.™” is the trademark of Cummins Power Generation. Specifications are subject to change without notice. EA_S_CC_09 V3(2014/01)
Standard Generator Set
Model Dim “A”(mm) Dim “B”(mm) Dim “C”(mm) Weight* Dry Weigh(t kg) C220 D5 2686 1300 1814 1962
Standard Outline Drawings of Generator Set
The outlines are for illustrativ e purposes only, not used for installation design.
Please refer to genset outline drawing for exact representation of this model for installation design.
Ratings Definitions:
Emergency Standby Power (ESP):
Applicable for supplying power to varying electrical load for the duration of power interruption of a reliable utility source. Emergency
Standby Power (ESP) is in accordance with GB.T2820/ISO 8528. The effective oil limited power is in accordance with ISO 3046, AS
2789, DIN 6271 and BS 5514.
Limited-time Running Power (LTP): Applicable for supplying power to a constant electrical load for
limited hours. Limited-time Running Power (LTP) is in accordance with GB.T2820/ISO 8528.
East Asia, Cummins Power Generation
Prime Power (PRP):
Applicable for supplying power to varying electrical load for unlimited hours. Prime Power (PRP) is in accordance with GB.T2820/ISO 8528. A 10% overload capability is available in accordance with ISO
3046, AS 2789, DIN 6271 and BS 5514.
Base Load (Continuous) Power (COP):
Applicable for supplying power continuously to a constant electrical load for unlimited hours. Continuous Power (COP) is in accordance
with GB.T2820/ISO 8528, ISO 3046, AS 2789, DIN 6271 and BS 5514.
NO.2, Rongchang East Street, Beij ing Economic -Technological Development Area, Beijing, P.R.China.
Post code:100176
Tel:86 (10) 5902 3000
Fax:86 (10) 5902 3199
Email:[email protected]
Cummins hotline (China):400-810-5252
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
2 2.20 0.95 2.32 1 0.80 1.85 - 1 0.80 1.85 -
2 12.00 0.95 12.63 1 0.80 10.11 - 1 0.65 8.21 -
2 2.31 0.95 2.43 1 0.80 1.95 - 1 0.80 1.95 -
2 9.10 0.95 9.58 1 1.00 9.58 - 1 1.00 9.58 -
1 7.50 0.95 7.89 1 0.80 6.32 - 1 0.80 6.32 -
1 11.20 0.95 11.79 1 0.80 9.43 - 1 0.80 9.43 -
2 2.20 0.95 2.32 1 1.00 2.32 - 1 1.00 2.32 -
2 5.50 0.95 5.79 1 1.00 5.79 - 1 1.00 5.79 -
2 0.75 0.95 0.79 1 1.00 0.79 - 1 1.00 0.79 -
2 12.00 0.95 12.63 1 1.00 12.63 - 1 1.00 12.63 -
1 2.70 0.95 2.84 1 1.00 2.84 - 1 1.00 2.84 -
1 11.00 0.95 11.58 1 0.65 - 7.53 1 0.65 - 7.526
2 1.70 0.95 1.79 1 0.85 - 1.52 1 0.85 - 1.521
2 15.00 0.95 15.79 1 1.00 15.79 - 1 1.00 15.79 -
1 18.50 0.95 19.47 1 1.00 19.47 - 1 1.00 19.47 -
1 8.50 0.95 8.95 1 1.00 8.95 - 1 1.00 8.95 -
1 5.50 0.95 5.79 1 1.00 5.79 - 1 1.00 5.79 -
1 2.20 0.95 2.32 1 1.00 2.32 - 1 1.00 2.32 -
1 2.20 0.95 2.32 1 1.00 2.32 - 1 1.00 2.32 -
17. Circ. Pp. for Preheater
18. Circ. Pp. for Evaporator
19. Drain Tank Pp.
Lampiran 2.1.1 Nilai CL dan IL Peralatan Kelistrikan Mach. Part (Berlayar dan Manoeuvring)
Peralatan TotalPower (kW)
Berlayar Manoeuvring
LFPower (kW)
LFPower (kW)
14. SW Cooling Pp.
15. Stand by Circ. Pp. HT
16. Stand by Circ. Pp. LT
Work
Total
Work
Total
A. ENGINE SERVICE
1. HFO - MDO Transfer Pp.
2. Separator + Feed Pp.
3. Fuel Feed Pp.
4. HFO Circulating Pp.
5. MDO Circulating Pp.
6. Th. Oil Boiler Circ. Pp.
MACHINERY PART
7. LO Transfer Pp.
8. LO Separator
9. LO Separator Feed Pp.
10. Separator Preheater
11. LO Pp. (Stand by)
12. Pre LO Pp.
13. Air Compressor
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
1 7.50 0.95 7.89 1 0.85 - 6.71 1 0.85 - 6.71
1 2.00 0.95 2.11 1 0.85 1.79 - 1 0.85 1.79 -
1 2.50 0.95 2.63 1 0.85 2.24 - 1 0.85 2.24 -
1 30.00 0.95 31.58 1 0.60 - 18.95 1 0.60 - 18.95
1 5.00 0.95 5.26 - - - - - - - -
1 5.00 0.95 5.26 1 0.60 - 3.16 1 0.20 - 1.05
1 2.20 0.95 2.32 1 0.85 1.97 - 1 0.85 1.97 -
1 2.20 0.95 2.32 1 0.85 1.97 - 1 0.85 1.97 -
1 1.50 0.95 1.58 1 0.85 1.34 - 1 0.85 1.34 -
127.5 125.6
37.86 35.76
Keterangan:
Essential Equipment
Non Essential Equipment
5. Ballast Pp.
6. Ballast - Bilge Pp.
7. Hydrophore FW
8. Hydrophore SW
9. Sewage Treatment Plant
TotalPower (kW)
B. GENERAL SERVICE
1. Bilge Pp.
2. Oily Water Pp.
3. Oily Water Separator
4. Fire Pp.
Subtotal Machinery PartContinuous Load
Intermittent Load
Berlayar Manoeuvring
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)Peralatan
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
2 2.20 0.95 2.32 - - - - - - - -
2 12.00 0.95 12.63 - - - - - - - -
2 2.31 0.95 2.43 1 0.80 1.95 - 1 0.80 1.95 -
2 9.10 0.95 9.58 1 1.00 9.58 - 1 1.00 9.58 -
1 7.50 0.95 7.89 1 0.80 6.32 - 1 0.80 6.32 -
1 11.20 0.95 11.79 1 0.80 9.43 - 1 0.80 9.43 -
2 2.20 0.95 2.32 - - - - - - - -
2 5.50 0.95 5.79 - - - - - - - -
2 0.75 0.95 0.79 - - - - - - - -
2 12.00 0.95 12.63 - - - - - - - -
1 2.70 0.95 2.84 - - - - - - - -
1 11.00 0.95 11.58 - - - - - - - -
2 1.70 0.95 1.79 1 0.65 - 1.16 1 0.65 - 1.16
2 15.00 0.95 15.79 - - - - - - - -
1 18.50 0.95 19.47 - - - - - - - -
1 8.50 0.95 8.95 - - - - - - - -
1 5.50 0.95 5.79 - - - - - - - -
1 2.20 0.95 2.32 - - - - - - - -
1 2.20 0.95 2.32 - - - - - - - -
18. Circ. Pp. for Evaporator
19. Drain Tank Pp.
10. Separator Preheater
11. LO Pp. (Stand by)
17. Circ. Pp. for Preheater
6. Th. Oil Boiler Circ. Pp.
MACHINERY PART
A. ENGINE SERVICE
1. HFO - MDO Transfer Pp.
2. Separator + Feed Pp.
3. Fuel Feed Pp.
4. HFO Circulating Pp.
5. MDO Circulating Pp.
16. Stand by Circ. Pp. LT
7. LO Transfer Pp.
8. LO Separator
9. LO Separator Feed Pp.
12. Pre LO Pp.
13. Air Compressor
14. SW Cooling Pp.
15. Stand by Circ. Pp. HT
Lampiran 2.1.2 Nilai CL dan IL Peralatan Kelistrikan Mach. Part (Bongkar Muat dan Berlabuh)
Peralatan TotalPower (kW)
Bongkar Muat Berlabuh
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
1 7.50 0.95 7.89 1 0.85 - 6.71 1 0.85 - 6.71
1 2.00 0.95 2.11 1 0.85 1.79 - 1 0.85 1.79 -
1 2.50 0.95 2.63 - - - - - - - -
1 30.00 0.95 31.58 1 0.60 - 18.95 1 0.60 - 18.95
1 5.00 0.95 5.26 1 0.85 4.47 - 1 0.85 4.47 -
1 5.00 0.95 5.26 1 0.20 - 1.05 1 0.20 - 1.05
1 2.20 0.95 2.32 1 0.85 1.97 - 1 0.85 1.97 -
1 2.20 0.95 2.32 1 0.85 1.97 - 1 0.85 1.97 -
1 1.50 0.95 1.58 1 0.85 1.34 - 1 0.85 1.34 -
38.8 38.8
27.87 27.87
Keterangan:
Essential Equipment
Non Essential Equipment
5. Ballast Pp.
6. Ballast - Bilge Pp.
7. Hydrophore FW
8. Hydrophore SW
9. Sewage Treatment Plant
Subtotal Machinery PartContinuous Load
Intermittent Load
4. Fire Pp.
TotalPeralatanPower (kW)
Bongkar Muat Berlabuh
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)
B. GENERAL SERVICE
1. Bilge Pp.
2. Oily Water Pp.
3. Oily Water Separator
kW HP
2.20 2.95 380 3
12.00 16.09 380 3
2.31 3.10 380 3
9.10 12.20 380 3
7.50 10.05 380 3
11.20 15.01 380 3
2.20 2.95 380 3
5.50 7.37 380 3
0.75 1.01 380 3
12.00 16.09 380 3
2.70 3.62 380 3
11.00 14.75 380 3
1.70 2.28 380 3
15.00 20.11 380 3
18.50 24.80 380 3
8.50 11.39 380 3
5.50 7.37 380 3
2.20 2.95 380 3
2.20 2.95 380 3
17. Circ. Pp. for Preheater 50
18. Circ. Pp. for Evaporator 50
19. Drain Tank Pp. 50
PhaseVolt
4. HFO Circulating Pp. 50
50
50
50
12. Pre LO Pp.
13. Air Compressor
14. SW Cooling Pp.
15. Stand by Circ. Pp. HT
16. Stand by Circ. Pp. LT
8. LO Separator 50
9. LO Separator Feed Pp. 50
10. Separator Preheater 50
11. LO Pp. (Stand by) 50
Lampiran 2.1.3. Spesifikasi Peralatan Kelistrikan Machinery Part
PeralatanPower Frequency
Hz
MACHINERY PART
A. ENGINE SERVICE
1. HFO - MDO Transfer Pp. 50
2. Separator + Feed Pp. 50
3. Fuel Feed Pp. 50
5. MDO Circulating Pp. 50
6. Th. Oil Boiler Circ. Pp. 50
7. LO Transfer Pp.
50
50
50
7.50 10.05 380 3
2.00 2.68 380 3
2.50 3.35 380 3
30.00 40.21 380 3
5.00 6.70 380 3
5.00 6.70 380 3
2.20 2.95 380 3
2.20 2.95 380 3
1.50 2.01 380 3
50
6. Ballast - Bilge Pp. 50
7. Hydrophore FW 50
8. Hydrophore SW 50
9. Sewage Treatment Plant 50
5. Ballast Pp.
50
50
50
50
B. GENERAL SERVICE
1. Bilge Pp.
2. Oily Water Pp.
3. Oily Water Separator
4. Fire Pp.
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
2 75.00 0.95 78.95 - - - - - - - -
1 4.00 0.95 4.21 - - - - - - - -
1 30.00 0.95 31.58 - - - - - - - -
1 6.00 0.95 6.32 - - - - - - - -
1 44.76 0.95 47.12 1 0.85 40.05 - 1 0.85 40.05 -
2 2.20 0.95 2.32 - - - - - - - -
1 5.50 0.95 5.79 1 1.00 5.79 - 1 0.80 4.63 -
2 40.00 0.95 42.11 - - - - - - - -
2 18.00 0.95 18.95 - - - - - - - -
45.84 44.68
0.00 0.00
Keterangan:
Essential Equipment
Non Essential Equipment
1. Cargo Pp.
Lampiran 2.2.1 Nilai CL dan IL Peralatan Kelistrikan Hull Part (Berlayar dan Manoeuvring)
9. Capstan
5. Fan for E/R
Peralatan Total
2. Stripping Pp.
3. Crane for Tanker
4. Crane for Provision
6. Accom. Ladder Winch
7. Steering Gear
8. Anchor Mooring Winch
Subtotal Hull PartContinuous Load
Intermittent Load
Power (kW)Berlayar Manoeuvring
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)
HULL PART
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
2 75.00 0.95 78.95 2 1.00 157.9 - - - - -
1 4.00 0.95 4.21 1 1.00 4.21 - - - - -
1 30.00 0.95 31.58 1 0.80 - 25.26 1 0.80 - 25.26
1 6.00 0.95 6.32 1 0.80 - 5.05 1 0.80 - 5.05
1 44.76 0.95 47.12 1 0.85 40.05 - 1 0.85 40.05 -
2 2.20 0.95 2.32 1 0.60 - 1.39 1 0.60 - 1.39
1 5.50 0.95 5.79 - - - - - - - -
2 40.00 0.95 42.11 - - - - 1 0.85 35.79 -
2 18.00 0.95 18.95 - - - - 1 0.85 16.11 -
202.2 91.94
31.71 31.71
Keterangan:
Essential Equipment
Non Essential Equipment
1. Cargo Pp.
5. Fan for E/R
Subtotal Hull PartContinuous Load
Intermittent Load
2. Stripping Pp.
3. Crane for Tanker
4. Crane for Provision
6. Accom. Ladder Winch
7. Steering Gear
8. Anchor Mooring Winch
9. Capstan
Power (kW)
HULL PART
Lampiran 2.2.2. Nilai CL dan IL Peralatan Kelistrikan Hull Part (Bongkar Muat dan Berlabuh)
Peralatan TotalPower (kW)
Bongkar Muat Berlabuh
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
kW HP
75.00 100.5 380 3
4.00 5.36 380 3
30.00 40.21 380 3
6.00 8.04 380 3
44.76 60.00 380 3
2.20 2.95 380 3
5.50 7.37 380 3
40.00 53.62 380 3
18.00 24.13 380 3
Lampiran 2.2.3. Spesifikasi Peralatan Kelistrikan Hull Part
1. Cargo Pp. 50
5. Fan for E/R 50
2. Stripping Pp.
3. Crane for Tanker
4. Crane for Provision
6. Accom. Ladder Winch
7. Steering Gear
PeralatanPower Frequency
Hz
HULL PART
50
50
50
PhaseVolt
50
50
50
509. Capstan
8. Anchor Mooring Winch
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
1 7.46 1 0.80 5.97 - 1 0.80 5.97 -
1 4.31 1 0.80 3.45 - 1 0.80 3.45 -
1 6.18 1 0.80 4.94 - 1 0.80 4.94 -
1 6.50 1 0.80 5.20 - 1 0.80 5.20 -
1 1.70 1 0.80 1.36 - 1 0.80 1.36 -
1 1.57 1 1.00 1.57 - 1 1.00 1.57 -
1 0.025 1 1.00 0.025 - 1 1.00 0.025 -
1 0.025 1 1.00 0.025 - 1 1.00 0.025 -
2 0.025 2 0.80 0.04 - 2 0.80 0.04 -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
1 0.025 - - - - - - - -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
Lampiran 2.3.1 Nilai CL dan IL Peralatan Kelistrikan Electrical Part (Berlayar dan Manoeuvring)
Peralatan TotalPower (kW)
Berlayar Manoeuvring
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)
7. Starboard Light
8. Portside Light
9. Masthead Light
10. Stern White
11. Stern Yellow
12. Anchor White
13. All Round Red
14. All Round Green
ELECTRICAL PART
A. LIGHTING AND STOP CONTACT
1. Main Deck
2. Poop Deck
3. Boat Deck
4. Bridge Deck
5. Navigation Deck
6. Platform and Engine Room
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
1 0.025 1 1.00 0.025 - 1 1.00 0.025 -
1 0.125 1 1.00 0.125 - 1 1.00 0.125 -
1 4.80 1 1.00 4.800 - 1 1.00 4.800 -
1 0.01 1 1.00 0.010 - 1 1.00 0.010 -
1 0.168 1 1.00 0.168 - 1 1.00 0.168 -
1 0.022 1 1.00 - 0.022 1 1.00 - 0.022
1 0.184 1 1.00 0.184 - 1 1.00 0.184 -
1 0.108 1 1.00 0.108 - 1 1.00 0.108 -
4 0.075 1 1.00 - 0.075 1 1.00 - 0.075
1 0.053 1 1.00 0.053 - 1 1.00 0.053 -
1 0.189 1 1.00 0.189 - 1 1.00 0.189 -
2 0.005 1 1.00 0.005 - 1 1.00 0.005 -
1 0.10 1 1.00 0.100 - 1 1.00 0.100 -
25 0.007 25 1.00 0.180 - 25 1.00 0.180 -
25 0.007 25 1.00 0.180 - 25 1.00 0.180 -
28.79 28.79
0.097 0.097
Keterangan:
Essential Equipment
Non Essential Equipment
Subtotal Electrical PartContinuous Load
Intermittent Load
9. Telephone Internal
13. Speed Log
14. Smoke Detector
15. Heat Detector
B. NAVIGATION, COMMUNICATION & SAFETY
1. MF/HF Radio
2. VHF Radio
3. Radar
4. NAVTEX
5. AIS
6. Horn
7. Magnetic Compass
8. ECDIS
Peralatan TotalPower (kW)
Berlayar Manoeuvring
Work
TotalLF
Work
TotalLF
Power (kW)
10. Echo Sounder
11. Gyro Compass
12. EPIRB
Power (kW)
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
1 7.46 1 0.80 5.97 - 1 0.80 5.97 -
1 4.31 1 0.80 3.45 - 1 0.80 3.45 -
1 6.18 1 0.80 4.94 - 1 0.80 4.94 -
1 6.50 1 0.80 5.20 - 1 0.80 5.20 -
1 1.70 1 0.80 1.36 - 1 0.80 1.36 -
1 1.57 1 1.00 1.57 - 1 1.00 1.57 -
1 0.025 1 1.00 0.025 - 1 1.00 0.025 -
1 0.025 1 1.00 0.025 - 1 1.00 0.025 -
2 0.025 2 0.80 0.04 - 2 0.80 0.04 -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
1 0.025 - - - - - - - -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
1 0.025 1 0.80 0.02 - 1 0.80 0.02 -
Lampiran 2.3.2 Nilai CL dan IL Peralatan Kelistrikan Electrical Part (Bongkar Muat dan Berlabuh)
9. Masthead Light
10. Stern White
8. Portside Light
12. Anchor White
13. All Round Red
14. All Round Green
Peralatan TotalPower (kW)
Bongkar Muat Berlabuh
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)
ELECTRICAL PART
A. LIGHTING AND STOP CONTACT
1. Main Deck
2. Poop Deck
3. Boat Deck
4. Bridge Deck
5. Navigation Deck
6. Platform and Engine Room
7. Starboard Light
11. Stern Yellow
Spec. Eff. Real CL IL CL IL
1 0.025 1 1.00 0.025 - 1 1.00 0.025 -
1 0.125 1 1.00 0.125 - 1 1.00 0.125 -
1 4.80 - - - - - - - -
1 0.01 1 1.00 0.010 - 1 1.00 0.010 -
1 0.168 1 1.00 0.168 - 1 1.00 0.168 -
1 0.022 1 1.00 - 0.022 1 1.00 - 0.022
1 0.184 1 1.00 0.184 - 1 1.00 0.184 -
1 0.108 1 1.00 0.108 - 1 1.00 0.108 -
4 0.075 1 1.00 - 0.075 1 1.00 - 0.075
1 0.053 1 1.00 0.053 - 1 1.00 0.053 -
1 0.189 1 1.00 0.189 - 1 1.00 0.189 -
2 0.005 1 1.00 0.005 - 1 1.00 0.005 -
1 0.10 - - - - - - - -
25 0.007 25 1.00 0.180 - 1 1.00 0.007 -
25 0.007 25 1.00 0.180 - 1 1.00 0.007 -
23.89 23.54
0.097 0.097
Keterangan:
Essential Equipment
Non Essential Equipment
Subtotal Electrical PartContinuous Load
Intermittent Load
4. NAVTEX
5. AIS
6. Horn
7. Magnetic Compass
8. ECDIS
Peralatan TotalPower (kW)
Bongkar Muat Berlabuh
Work
TotalLF
Power (kW) Work
TotalLF
Power (kW)
12. EPIRB
B. NAVIGATION, COMMUNICATION & SAFETY
1. MF/HF Radio
2. VHF Radio
3. Radar
13. Speed Log
14. Smoke Detector
15. Heat Detector
9. Telephone Internal
10. Echo Sounder
11. Gyro Compass
kW HP
0.025 0.034 380 1
0.125 0.168 380 1
4.80 6.434 380 1
0.01 0.013 380 1
0.168 0.225 380 1
0.022 0.029 380 1
0.184 0.247 380 1
0.108 0.145 380 1
0.075 0.101 380 1
0.053 0.071 380 1
0.189 0.253 380 1
0.005 0.01 380 1
0.10 0.134 380 1
0.007 0.010 380 1
0.007 0.010 380 1
PhaseVolt
8. ECDIS
12. EPIRB
13. Speed Log
14. Smoke Detector
15. Heat Detector
11. Gyro Compass
Lampiran 2.3.3. Spesifikasi Peralatan Kelistrikan Hull Part
Peralatan
50
4. NAVTEX
7. Magnetic Compass
Power Frequency
Hz
50
9. Telephone Internal 50
10. Echo Sounder 50
2. VHF Radio 50
3. Radar 50
5. AIS 50
50
6. Horn 50
50
50
50
50
50
HULL PART
B. NAVIGATION, COMMUNICATION & SAFETY
1. MF/HF Radio 50
BIODATA PENULIS
Penulis dilahirkan di Palembang 21 Juni 1995,
adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan
Nanang Suharto dan RA. Maya Novalinda. Selama
ini penulis telah menjalani pendidikan formal di
TK Islam Sabilillah Malang, SD Islam Sabilillah
Malang, SMP Negeri 5 Malang, SMA Negeri 8
Malang, dan resmi terdaftar sebagai mahasiswa
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS,
sekarang Departemen Teknik Sistem Perkapalan
(DTSP) FTK-ITS, dengan NRP 4212 100 060
melalui jalur SNMPTN Tertulis tahun 2012. Dalam rangka
pengembangan diri di dunia kerja, penulis melaksanakan kerja praktek di
PT. Dumas Tanjung Perak Shipyard dan PT. Wartsila Indonesia. Adapun
bidang yang ditekuni penulis di DTSP adalah Marine Electrical and
Automation System (MEAS). Selama menjalani kuliah di ITS, penulis
berpartisipasi dalam kepengurusan himpunan mahasiswa jurusan sebagai
staff Departemen Minat Bakat HIMASISKAL 2013/2014 dan wakil
kepala Departemen Hubungan Luar HIMASISKAL 2014/2015 serta
menjadi asisten praktikum Generator 3 Fasa dalam Mata Kuliah Listrik
Perkapalan selama dua semester di Laboraturium MEAS. Selain
berorganisasi, penulis juga aktif dalam kegiatan penelitian yang didanai
oleh DIKTI melalui Program Kreatifitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-
KC) pada tahun 2015. Menjelang tahun 2016, penulis tergabung dalam
kelompok penelitian kapal bertenaga surya ITS Marine Solar Boat Team
“Jalapatih 2” yang ikut berlaga dalam kompetisi international Dutch
Solar Challenge 2016 di Belanda.
Raynaldi Pratama
Departemen Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS