Pengembangan Pert.6

9
PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN HUTANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN DI BEI I. PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Namun, tidak jarang pihak manajemen mempunyai tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut sehingga timbul konflik kepentingan diantara para manajer dengan pemegang saham atau pemilik. Pengaruh dari konflik antara pemilik dan manajer ini menyebabkan harga pasar terkoreksi dan menurunkan nilai perusahaan, kerugian ini merupakan agency cost of equity bagi perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Selain itu, konflik kepentingan juga terjadi antara pemegang saham dengan debtholder. Konflik ini terjadi karena insiders mengambil proyek yang risikonya lebih besar dari yang diperkirakan kreditur. Sedangkan keuntungan yang diterima dalam bentuk bunga hutang sifatnya tetap dibandingkan dengan pemegang saham dan kreditur ikut menanggung kerugian jika proyek gagal. Dalam konteks ini, timbul masalah jika hutang yang tinggi tidak diikuti oleh penggunaan hutang secara hati-hati, karena adanya kecenderungan perilaku oportunistik oleh insiders, sehingga 1

description

tentang pengaruh struktur kepemilikan, kebijakan deviden dan hutang

Transcript of Pengembangan Pert.6

Page 1: Pengembangan Pert.6

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN HUTANG

SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN DI BEI

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham (Brigham dan Gapenski,

1996). Namun, tidak jarang pihak manajemen mempunyai tujuan lain yang mungkin

bertentangan dengan tujuan utama tersebut sehingga timbul konflik kepentingan

diantara para manajer dengan pemegang saham atau pemilik. Pengaruh dari konflik

antara pemilik dan manajer ini menyebabkan harga pasar terkoreksi dan menurunkan

nilai perusahaan, kerugian ini merupakan agency cost of equity bagi perusahaan (Jensen

dan Meckling, 1976). Selain itu, konflik kepentingan juga terjadi antara pemegang

saham dengan debtholder. Konflik ini terjadi karena insiders mengambil proyek yang

risikonya lebih besar dari yang diperkirakan kreditur. Sedangkan keuntungan yang

diterima dalam bentuk bunga hutang sifatnya tetap dibandingkan dengan pemegang

saham dan kreditur ikut menanggung kerugian jika proyek gagal. Dalam konteks ini,

timbul masalah jika hutang yang tinggi tidak diikuti oleh penggunaan hutang secara

hati-hati, karena adanya kecenderungan perilaku oportunistik oleh insiders, sehingga

agency cost of debt akan semakin tinggi dan pada akhirnya akan merugikan pemegang

saham. Untuk itu diperlukan suatu mekanisme monitoring agar perilaku oportunistik

insiders dapat dihalangi dan bertindak yang terbaik bagi pemegang saham.

I.2 Permasalahan

Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah di kemukakan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaiamana pengaruh kepemilikan insider terhadap nilai perusahaan?

2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan?

4. Bagaimana pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan sebagai variabel

pemoderasi?

1

Page 2: Pengembangan Pert.6

II. LANDASAN TEORI

II.1 Teori Keagenan

Dalam agency theory, hubungan antara pemegang saham dengan manajer

digambarkan sebagai hubungan antara agen dengan principal. Manajer sebagai agen

dan pemilik perusahaan sebagai principal. Agen diberikan mandat atau kepercayaan

oleh principal untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal.

Dengan demikian, keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk

memaksimalkan sumber daya perusahaan. Perusahaan akan dirugikan jika manajer

bertindak untuk kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan pemegang

saham. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajer dengan

pemilik perusahaan. Masing-masing pihak memiliki tujuan dan memiliki risiko yang

berbeda berkaitan dengan perilakunya. Manajer apabila gagal menjalankan fungsinya

akan berisiko tidak ditunjuk lagi sebagai manajer perusahaan, sementara pemegang

saham akan berisiko kehilangan modalnya kalau salah memilih manajer. Hal ini

merupakan konsekuensi dari pemisahan antara fungsi kepemilikan dengan pengelolaan.

Konflik keagenan akan dapat diminimalkan jika manajer juga sebagai pemilik

perusahaan atau sebaliknya pemilik sebagai manajer. Manajer sekaligus sebagai

pemilik perusahaan akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingan

pemegang saham.

II.2 Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang mengkaji hubungan antara kepemilikan manajerial dengan nilai

perusahaan memiliki hasil yang berbeda. Soliha dan Taswan (2002) menemukan

hubungan yang positif signifikan antara kepemilikan manajerial dengan nilai

perusahaan. Sementara peneliti lain seperti Laster dan Faccio (1999) menemukan

hubungan yang lemah antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.

Menurut Bathala et al (1994) semakin besar prosentase saham yang dimiliki oleh

investor institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif,

dan selanjutnya akan meningkatkan nilai atau kinerja perusahaan karena dapat

mengendalikan perilaku oportunistik manajer dan memaksa manajer untuk mengurangi

tingkat hutang secara optimal, sehingga akan mengurangi agency cost

2

Page 3: Pengembangan Pert.6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jensen et al (1992) menemukan hubungan

negatif antara prosentase saham yang dipegang oleh insiders dengan debt ratio.

Meningkatnya insiders ownership dapat mensejajarkan kepentingan insider ownership

dengan outsider ownership dan mengurangi peranan hutang sebagai salah satu alat

untuk mengurangi konflik keagenan. Penelitian yang dilakukan oleh Noronha et al

(1996) menemukan bahwa pada kondisi low growth dan no blockholder dividend

merupakan mekanisme yang relevan untuk mengurangi agency problem. Dengan

demikian, akan terjadi interaksi diantara keputusan dividen dan keputusan struktur

modal.

III. KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III.1 Konsep

III.2 Hipotesis

- Seorang manajer yang sekaligus sebagai pemegang saham (insider ownership) akan

mencoba untuk meningkatkan nilai dari Perusahaan karena kenaikan nilai perusahaan,

maka nilai kekayaan pemegang saham akan meningkat baik. Manajer tidak ingin

perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan, karena sebagai

manajer akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan

pengembalian dana yang diinvestasikan.

H1 : Kepemilikan insider berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

3

Page 4: Pengembangan Pert.6

- Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memantau dan mengelola

perusahaan tersebut manajemen, salah satunya adalah untuk mendisiplinkan penggunaan

utang dalam struktur modal. Semakin besar kelembagaan kepemilikan, pemantauan yang

lebih efisien dari fungsi manajemen dalam pemanfaatan perusahaan aset dan pencegahan

limbah oleh manajemen. Peningkatan kepemilikan institusional membuat lebih efektif

pemantauan fungsi dan membuat manajemen lebih berhati-hati dalam mendapatkan dan

mengelola pinjaman (utang), karena meningkatkan jumlah utang yang akan menyebabkan

kesulitan keuangan. Terjadinya kesulitan keuangan akan menyebabkan nilai perusahaan

yang lebih rendah.  Jadi tingkat yang lebih besar dari saham kepemilikan institusi,

menyebabkan mekanisme kontrol yang lebih efektif pada manajemen kinerja

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

- Kebijakan dividen yang dijalankan oleh perusahaan sering menimbulkan konflik antara

kepentingan manajer dan pemegang saham. Manajer lebih memprioritaskan keuntungan

atau uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk diinvestasikan kembali atau

meningkatkan keuntungan yang jauh lebih besar. Sementara investor cenderung ingin

pendapatan tersebut dibagikan sebagai dividen untuk meningkatkan kesejahteraan

mereka. Jadi agar investor mendapatkan pembayaran dividen yang diinginkan dan

perusahaan terus menerima dana dari saldo laba dan meningkatkan nilai perusahaan,

maka sebagian besar pinjaman perusahaan melalui bank atau sering disebut sebagai

utang. Tapi utang yang tinggi menggambarkan gejala yang kurang baik untuk nilai

perusahaan. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi akan mencoba untuk

mengurangi biaya keagenan utang dengan mengurangi utang. Pengurangan utang dapat

dilakukan untuk membiayai investasinya dengan sumber daya internal cash sehingga

pemegang saham akan menyerah dividen untuk membiayai investasinya. Sesuai dengan

teori signaling menekankan bahwa pembayaran dividen merupakan sinyal ke pasar

bahwa perusahaan memiliki kesempatan untuk tumbuh di masa depan, sehingga

pembayaran dividen akan meningkatkan apresiasi dari pasar saham, sehingga

pembayaran dividen memiliki dampak positif pada nilai perusahaan.

H3 : Kebijakan deviden berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

H4 : Kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebagai variabel

moderasi

4

Page 5: Pengembangan Pert.6

IV. METODE PENELITIAN

IV.1 Penentuan Sumber Data

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun

2007-2011. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yaitu : (1) memiliki

laporan keuangan selama periode penelitian, (2) perusahaan memiliki data kepemilikan

insider, kepemilikan institusional, (3) perusahaan memiliki data kebijakan dividen, dan

(4) perusahaan memiliki data jumlah hutang. Data penelitian ini dikumpulkan dari

www.idx.co.id dan Indonesia Capital Market Directory

IV.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga jenis variabel, variabel dependen adalah nilai perusahaan, variabel independen adalah insider kepemilikan, kepemilikan institusional dan kebijakan dividen. Variabel moderating adalah kebijakan utang.

Struktur kepemilikan yaitu kepemilikan insider dan kepemilikan institusional

menggunakan angka prosentase. Kebijakan dividen adalah variabel dummy, akan

bernilai 1 jika membagikan dividen pada tahun penelitian dan akan bernilai 0 jika tidak

membayarkan dividen. Nilai perusahaan menggunakan price to book value. Price to

book value dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dengan total hutang

dengan jumlah saham yang beredar. Kebijakan hutang menggunakan rasio debt to

equity.

Variabel definisi proxyPBV Harga untuk nilai buku Harga per saham dibagi dengan nilai buku per

sahamINSDed Kepemilikan Insider Jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen

dibagi dengan jumlah saham yang beredarInstead Kepemilikan institusional Jumlah saham yang dimiliki oleh istitusi dibagi

dengan jml saham yg beredar.DPR Deviden payout ratio Deviden tunai dibagi dengan laba bersihDER Kebijakan utang Total utang dibagi dg ekuitas

5

Page 6: Pengembangan Pert.6

IV.3 Teknik Analisis Data

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

PBV = a + b1 INSDed + b2 DERed + b3 INSTed + b4 DPR + b5INSDed*DERed + b6

INSTed*DERed + e

Dimana PBV adalah nilai perusahaan yang diwakili dengan price to book value,

INSDed adalah kepemilikan insider dan INSTed adalah kepemilikan institusional, DPR

adalah kebijakan dividen dan DER adalah kebijakan hutang

6