PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA...

131
i PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI PENCEGAHAN RADIKALISME AGAMA DI MTS NEGERI 5 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: YUNITA NUR INDAH SARI NIM: 23010160186 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

Transcript of PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA...

Page 1: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

i

PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS

SEBAGAI PENCEGAHAN RADIKALISME AGAMA

DI MTS NEGERI 5 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

YUNITA NUR INDAH SARI

NIM: 23010160186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2020

Page 2: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

ii

Page 3: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

iii

PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS

SEBAGAI PENCEGAHAN RADIKALISME AGAMA

DI MTS NEGERI 5 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

YUNITA NUR INDAH SARI

NIM: 23010160186

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2020

Page 4: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Muh. Hafidz, M.Ag.

Dosen IAIN Salatiga

Persetujuan Pembimbing

Lamp : 4 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Yunita Nur Indah Sari

Kepada

Yth.Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,

kami kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:

Nama : Yunita Nur Indah Sari

NIM : 23010160186

Program Studi : PAI

Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan

Radikalisme Agama di MTs Negeri 5 Sragen Tahun

Pelajaran 2019/2020

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Salatiga, 07 April 2020

Pembimbing

Muh. Hafidz, M.Ag.

NIP. 19730801 200312 1002

Page 5: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN KESEDIAAN DIPUBLIKASI

Page 6: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

vi

MOTTO

ل إله إل هو عليه توكلت وهو رب العرش العظبيم فإن تولوا فقل حسبى الل

“Jika merela berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukup Allah bagiku;

tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah

Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.””

(Q.S. At-Tawbah: 129)

PERSEMBAHAN

Puji syukur khadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, skripsi ini penulis

mempersembahkan kepada:

1. Bapakku tercinta Sumarso dan Ibuku tersayang Sri Sulastri yang selalu

mendo’akan di sepertiga malam dan sujudnya, mendampingi, memberikan

support moril maupun materil, senantiasa mendidik, dan berkorban untukku,

serta memberikan curahan kasih sayang yang tiadak akan mungkin bisa

tergantikan, hingga aku bisa menjadi sekarang.

2. Adikku Marchella Nur Kholifah yang selalu menyayangiku dan memberi

tawa kebahagiaan di rumah.

3. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan.

4. Dosen Pembimbing Muh. Hafidz, M.Ag. yang telah memberikan ilmu dan

meluangkan waktunya untuk membimbingku dalam menyelesaikan skripsi

ini.

5. Keluargaku kedua Kos Bu Barokah (Mba Wahyu, Puji, Dita, Tika, Awid,

Afifah, Nana, Roviah, Eliza) yang sudah menjadi keluargaku, makan bareng,

tidur bareng, seneng bareng, susah bareng, dan insyaAllah lulus bareng,

kecuali satu “nikahnya ga bareng “

6. Sahabat serta keluargaku (Amalia, Elsa, Fatih, Oktavia, Dinda) yang bersedia

menjadi teman tawa, makan, curhat, teman yang selalu memberikan

Page 7: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

vii

kebahagiaan yang tidak akan bisa ku deskripsikan dan kusebutkan selama 4

tahun belakangan ini.

7. Sahabat seperjuanganku (Rika, Tiyas, Rosa, Rosidah, Diyan) yang selalu

memberi perhatian, saling memberi support selama 4 tahun ini.

8. Keluarga besar SMC (adik-adikku, kakak-kakakku, dan terutama angkatanku

Ovedio) yang bersedia menjadi wadah untuk senantiasa berkarya, mencari

pengalaman, menghadapi masalah, dan mengembangkan bakat dalam dunia

musik.

9. Keluarga besar Paguyuban Dutan IAIN Salatiga (adik-adikku, kakak-

kakakku, dan terutama angkatanku angkatan -17) yang bersedia menjadi

wadahku untuk belajar menjadi wanita cerdas, berprestasi, dan menginspirasi.

10. Teman-teman PPL (Wisnu, Seny, Anik, Rianita, Asri, Rizka, Dina, Diki,

Mahdiyan) yang selalu memberikan pelajaran dalam menghadapi siswa,

teman tawa selama di sekolah. Keluarga KKNku (Achip, Eni, Nanda, Ira,

Abda, Ais, Dul, Iqbal) yang dengan kebaikan mereka mau untuk menjadi

teman diskusi, teman kerja, teman rumah selama 45 hari, sekaligus teman

yang memberikan pengalaman yang amat banyak untukku dalam hidup

bermasyarakat)

11. Seluruh teman-teman kelas PAI-F, yang sudah menjadi teman-teman kelas

pertamaku ketika masuk IAIN Salatiga.

12. Seluruh teman-temanku PAI angkatan 2016 yang bersama-sama berjuang

dari awal sampai akhir untuk menuntut ilmu di kampus tercinta ini.

13. Almamater tercinta.

14. Pembaca yang budiman.

Page 8: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan

rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam senantiasa dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

yang telah menuntun umatnya ke jalan yang adil dan benar.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi kewajiban dan syarat guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi yang penulis angkat

adalah “Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

Agama di MTs Negeri 5 Sragen Tahun pelajaran 2019/2020”.

Penulis skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu dan

memberikan dukungan. Maka dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam IAIN Salatiga

4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

secara ikhlas dan sabar dalam meluangkan waktu, memberikan ilmu serta

mencurahkan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan sejak awal proses

penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Page 9: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

ix

5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis hingga studi ini dapat selesai.

6. Bapak Drs. Dwikur Innama, M.Pd. selaku kepala sekolah MTs Negeri 5 Sragen

yang telah bekerjasama dengan penulis.

7. Ibu Lely Puji Lestari, M.Pd. selaku guru bahasa Inggris dan asisten kepala

sekolah MTs Negeri 5 Sragen yang telah bekerjasama dengan penulis.

8. Seluruh responden yang telah membantu, dan memberikan banyak informasi

yang bermanfaat.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga kebaikan dan amal mereka mendapat balasan Allah SWT. Penulis

sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya, dan

memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dunia pendidikan.

Salatiga, 07 April 2020

Penulis,

Yunita Nur Indah Sari

NIM. 23010160186

Page 10: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

x

ABSTRAK

Sari, Yunita Nur Indah. 2020. Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai

Upaya Pencegahan Radikalisme Agama. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci: Nasionalisme, Religius, Radikalisme Agama

Pendidikan menjadi salah satu cara menanamkan dan mengembangan karakter

generasi muda dalam menghadapi bahaya globalisasi. Bahaya radikalisme agama di

kalangan remaja adalah efek dari globalisasi. Dewasa ini, semakin marak sekolah

yang menyebarkan paham radikalisme agama secara inklusif. Dengan demikian

dibutuhkan sekolah yang dapat mencetak peserta didik supaya memiliki karakter

yang nasionalisme religius yang mana hal tersebut sebagai salah satu upaya untuk

menangkal radikalisme agama. Tujuan dari penelitian ini, adalah 1) Untuk

mengetahui bentuk-bentuk pengembangan nasionalisme religius di MTs N 5 Sragen.

2) Untuk mengetahui upaya sekolah dalam mencegah radikalisme agama di MTs N 5

Sragen.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (feld research) dengan

pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan: 1) Bentuk-bentuk

pengembangan nasionalisme religius yang ada di MTs N 5 Sragen yaitu:

membiasakan siswa dalam kegiatan upacara bendera setiap tanggal 17, hari nasional

dan hari besar Islam. Kemudian, pengembangan nasionalisme melalui mata pelajaran,

pembiasaan sholat berjama’ah, infaq jum’at, dan mengadakan pertemuan konseling

wali murid pada siswa dengan guru agama dan guru BK. 2) Upaya sekolah dalam

mencegah radikalisme agama di MTs N 5 Sragen dibagi menjadi dua yaitu upaya

teoritis dan praktis.

Page 11: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

xi

DAFTAR ISI

COVER JUDUL ............................................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 9

E. Definisi Operasional......................................................................................... 10

F. Sitematika Penulisan ........................................................................................ 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 17

A. Landasan Teori ................................................................................................. 17

1. Nasionalisme Religius .................................................................................. 17

2. Radikalisme Agama ..................................................................................... 26

B. Kajian Pustaka .................................................................................................. 42

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 48

A. Jenis Penelitian ................................................................................................. 48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 50

C. Sumber Data ..................................................................................................... 50

D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................ 51

E. Analisis Data .................................................................................................... 54

Page 12: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

xii

F. Pengecekan Keabsahan Data............................................................................ 55

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ........................................................... 57

A. Paparan Data .................................................................................................... 57

1. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 5 Sragen .............. 57

2. Sejarah Singkat Berdirinya MTs N 5 Sragen ............................................... 58

3. Visi dan Misi MTs N 5 Sragen ..................................................................... 59

4. Profil Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen ............................................. 60

B. Analisis Data .................................................................................................... 64

1. Bentuk-Bentuk Pengembangan Nasionalisme Religius di MTs N 5 Sragen 64

2. Upaya Pencegahan Radikalisme Agama di MTs N 5 Sragen ...................... 70

BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 76

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 76

B. Saran ................................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 84

BIODATA PENELITI .............................................................................................. 117

Page 13: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Identitas MTsN 5 Sragen ............................................................................ 60

Tabel 3.2 Struktur Organisasi MTsN 5 Sragen ........................................................... 61

Tabel 3.3 Data Guru Dan Karyawan MTsN 5 Sragen ................................................ 61

Page 14: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Surat Penelitian ................................................................. 84

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Skripsi ...................................................................... 87

Lampiran 3 Surat Keterangan Kegiatan ..................................................................... 90

Lampiran 4 Verbatim Wawancara .............................................................................. 93

Lampiran 5 Pedoman Observasi ............................................................................... 107

Lampiran 6 Hasil Observasi ..................................................................................... 109

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 112

Lampiran 8 Biodata Peneliti ..................................................................................... 117

Page 15: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu wilayah terbesar di dunia. Terdiri dari

ribuan pulau yang membentang dan didiami oleh penduduk dengan latar yang

berbeda-beda. Perbedaan latar belakang seperti agama, suku, ras, bahasa,

budaya, dan adat bukan alasan untuk saling membenci. Oleh karena itu,

Indonesia memiliki semboyan bangsa yaitu Bhineka Tunggal Ika.

Negara terbentuk karena cita-cita bangsa. Melalui proses perjalanan

yang panjang dan penuh lika-liku akhirnya NKRI sebagai negara-bangsa

secara resmi dikukuhkan pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Tidak

sedikit kelompok yang menolak keputusan rumusan. Ini terbukti pada sidang

Kontituante. Keputusan dasar negara Republik Indonesia kembali

dipersoalkan. Belum lagi disusul dengan pemberontakan DI/TII, MMI, dan

HTI yang berupaya mendirikan Negara Islam di Indonesia (Tim Naskah

Ma’had Aly Lirboyo, 2019: 197)

Pada saat negara Indonesia terbentuk, bangsa Indonesia membutuhkan

platform bersama untuk mengikat seluruh bangsa dan warga negara. Platform

itu adalah Pancasila. Pancasila diposisikan sebagai ideologi negara, sekaligus

dasar kebangsaan yang menjadi payung kebhinekaan bangsa Indonesia.

Namun Pancasila di sini tidak menggeser posisi agama.

Page 16: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

2

Oleh karena itu, para founding fathers merumuskan sila pertama

dengan asas “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Namun dalam hal ini Pancasila

tidak memaksakan kehendak untuk harus memilih agama Islam misalnya.

Pancasila memberikan gagasan tentang kebebasan memeluk agama.

Menjamin setiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadah menurut

agama atau kepercayaan masing-masing. Sesuai dengan salah satu Firman

Allah:

ين قاد ها في الد إكرا شد منا الغاي لا تاباينا الر

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).

Sesungguhnya, telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

sesat.” (Q.S. Al-Baqarah: 256)

Seiring perkembangan jaman dan arus globalisasi yang cepat membuat

pertukaran budaya dalam sebuah negara mudah masuk. Menurut (Suryana.

dkk, 2018: 2) globalisasi adalah kecenderungan masyarakat untuk menyatu

dengan dunia dalam berbagai bidang kehidupan. Akibat dari arus globalisasi

dan perkembangan informasi dan komunikasi membawa dampak positif dan

negatif bagi penduduk bangsa Indonesia.

Dampak positifnya yaitu mudahnya jaringan komunikasi, ekonomi

global semakin meningkat, dan informasi dapat cepat diterima oleh

masyarakat (Triyanto & Muhinbbin, 2016: 2). Dampak negatifnya dalam

bidang ekonomi adalah negara yang tidak mampu bersaing dan memantapkan

stabilitas perekonomian dalam arus globalisasi akan semakin terpuruk. Dalam

bidang sosial budaya, dampak globalisasi diantaranya pertukaran budaya

Page 17: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

3

asing membuat budaya lokal ditinggalkan, maraknya produk asing yang

masuk ke dalam negeri sehingga produk lokal tidak bisa bersaing, dan adanya

pertukaran budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya lokal menyebabkan

penurunan akhlak, moral, dan sikap bangsa Indonesia.

Di bidang politik globalisasi membawa pengaruh terhadap

penyelenggaraan kehidupan kenegaraan suatu negara. Ketentuan yang telah

disepakati dan berlaku secara internasional sering tidak sesuai dengan

kehidupan ataupun ideologi suatu negara (Suryana. dkk, 2018: 27)

Salah satu dampak terbesar penetrasi Barat ke Dunia Islam adalah

menyangkut konsep dan sistem politik kenegaraan. Konsep dan sistem politik

Barat tentu asing bagi masyarakat Muslim pada umumnya. Karena itulah

terjadi perdebatan hebat di kalangan pemikir dan penguasa Muslim tentang

konsep-konsep Barat semacam nation-state (negara kebangsaan),

nasionalisme, sovereignty (kedaulatan), dan semacamnya (Azra, 1999: 56).

Akibatnya sikap nasionalisme religius yang dahulu ditunjukkan oleh

Founding Fathers bangsa ini semakin memudar. Hal tersebut terbukti banyak

politisi dari berbagai partai politik yang notabane-nya adalah kaum nasionalis,

menunjukkan sikap yang sangat tidak terpuji disaat ia diberikan mandat

sebagai pemimpin rakyat, salah satunya yaitu melakukan tindak korupsi.

Implikasi dari cara penuturan ini tidaklah berarti agama merupakan

antitesis nasionalisme, tetapi nasionalisme religius adalah premis yang tepat

untuk membentuk suatu bangsa bahkan negara-bangsa modern. Sebenarnya,

setiap referensi kebangsaan yang digunakan oleh kaum nasionalis

Page 18: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

4

mengasumsikan bahwa negara-bangsa modern adalah satu-satunya cara

pembentukan suatu bangsa. Karena itu, istilah nasionalisme religius, dalam

bahasa sekarang berarti usaha untuk mengikat agama dan negara-bangsa

(Mark Juergensmeyer (dalam terjemahan Noorhaidi, 1998: 55)).

Nasionalisme di sini menemukan “magma api spiritualitas” dari rakyat

dan bangsa Indonesia yang merindukan keadilan, pembebasan, dan

kemanusiaan. Mengenai nasionalisme, presiden Soekarno berkali-kali

mengartikulasikan nasionalisme di Indonesia dan kawasan Asia-Afrika, dalam

upaya membentuk bangsa-bangsa yang berdaulat, merdeka, dan bersatu di

kawasan itu (Dault, 2005: 1).

Salah satu filter untuk mengatasi lunturnya semangat kebangsaan dan

dekadensi akhlak (religiusitas) karena pengaruh arus globalisasi khususnya

generasi muda adalah melalui penanaman dan pengembangan sikap

nasionalisme yang religius. Pengembangan karakter nasionalisme religius

ialah melalui pendidikan, karena pendidikan adalah usaha mentransfer ilmu

pengetahuan yang sekaligus menanamkan karakter. Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menegaskan

bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.”

Page 19: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

5

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (KBBI,

https://kbbi.kemendikbud.go.id, akses 29 November 2019). Potensi tersebut

berupa kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan intelektual, serta

keterampilan yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

sebagai upaya untuk menghadapi pengaruh dari globalisasi.

Perwujudan dari sikap nasionalisme antara lain berupa perilaku cinta

tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, dan memiliki sikap rela

berkorban (Budiyono, 2007: 230). Perwujudan sikap religius, antara lain

beriman dan bertakwa, sabar, ikhlas, dan selalu bersyukur (Andayani dan

Majid, 2011: 45). Memberikan pemahaman agama pada peserta didik adalah

upaya untuk mencegah adanya paham radikal.

Paham radikalisme yang bersumber dari dalam maupun luar negeri

menargetkan anak muda menjadi sasaran utama penyebaran paham tersebut.

Namun tidak hanya di kalangan muda usia 17-24 tahun, di beberapa sekolah

sudah marak dengan penyebaran paham radikalisme dengan indoktrinasi yang

terstruktur.

Klaim bahwa agama selalu mengajarkan yang baik memang tidak bisa

dipungkiri. Akan tetapi, harus segera disadari bahwa ternyata ajaran dan

tindakan itu masih ada jarak yang cukup jauh. Agama yang konkret adalah

yang dihayati oleh pemeluknya dengan sistem ajaran, norma moral, institusi,

ritus. Oleh karena itu, memahami agama secara konkret ini menjadi penting.

Page 20: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

6

Berbagai dogma kebenaran yang secara inheren melekat kuat (truth

claim) dalam setiap agama bahwa agama yang dimiliki adalah agama yang

paling absah di hadapan Tuhan. Cara pandang seperti ini sebenarnya tidak

sepenuhnya salah, karena memang di dalam beragama dibutuhkan fanatisme

ke dalam. Akan tetapi, yang perlu diwaspadai adalah ketika fanatisme itu

tidak didukung dengan adanya pemahaman yang baik terhadap ajaran agama

maka akan sangat mungkin melahirkan apa yang kemudian disebut

radikalisme beragama (Amin, 2012 : 113).

Radikalisme dalam agama sebenarnya sudah ada di dalam Al-Qur’an.

Yaitu pada Q.S. Muhammad (47): 4, perintah secara tekstual untuk

memancung orang kafir apabila bertemu. Q.S. Al-Baqarah (2): 193, perintah

perang sampai tidak ada fitnah di muka bumi. Dan Q.S. At-Taubah (9): 29,

perintah untuk memerangi orang-orang yang tidak beriman. Contoh ketiga

ayat tersebut secara tekstualis berpotensi melahirkan pola pikir radikal yang

berujung pada gerakan terorisme. Sebab, mereka beranggapan bahwa agama

membenarkan untuk memerangi dan membunuh orang kafir dan orang yang

tidak beriman. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa penyebab munculnya

radikalisme adalah cara pandang atau wawasan yang sempit terhadap agama.

Radikalisme dalam agama akhirnya menjalar ke aspek pendidikan,

dimana salah satu atau beberapa elemen dalam pendidikan sering melakukan

radikalisme yang menyebabkan teror atau rasa takut pada para elemen

pendidikan untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dan tenaga

kependidikan (Addin, 2016: 172). Secara umum fenomena radikalisme dalam

Page 21: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

7

pendidikan lahir dari guru kepada siswa, dari siswa kepada guru dan juga dari

orangtua/ masyarakat kepada elemen yang ada di dalam pendidikan.

Radikalisme dalam pendidikan memiliki potensi ancaman yang sangat

berbahasa dalam mewujudkan kelangsungan kualitas pendidikan. Radikalisme

bisa muncul kapan saja, darimana saja dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

Oleh sebab itu radikalisme perlu disikapi secara utuh dan komprehensif yang

meliputi berbagai aspek melakukan sinergi secara rapi dan tepat.

Radikalisme menyangkut persoalan cara pikir, kepribadian dan sikap

perilaku, yang mana sempitnya pemahaman dalam agama adalah salah satu

penyebab munculnya radikalisme. Oleh sebab itu, saya memilih Madrasah

Tsanawiyah Negeri 5 Sragen yang basic-nya membentuk peserta didik yang

agamis. Sesuai dengan visinya yaitu terwujudnya siswa yang memiliki budi

pekerti luhur, dengan dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, Tuhan

Yang Maha Esa.

Berdasarkan hasil survey awal, Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 adalah

salah satu lembaga pendidikan Islam di bawah naungan Kementrian Agama

yang sudah jelas di dalam kurikulumnya mencakup mata pelajaran rumpun

PAI. MTs Negeri 5 yang terletak di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ini

sudah jelas mengedepankan pendidikan agama Islam sebagai upaya agar

masyarakat setempat memilih menyekolahkan anaknya di MTs Negeri 5

Sragen sekaligus mendapatkan pendidikan budi pekerti melalui pendidikan

agama yang ada di sekolah tersebut. Pembentukan akhlak yang baik dan

pemahaman agama yang sesuai yang diberikan pada peserta didik. Melalui

Page 22: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

8

program dan kegiatan yang khas di MTs Negeri 5 Sragen seperti pembiasaan

yang bersifat keagamaan dan pendidikan wawasan kebangsaan untuk

menanamkan sikap cinta tanah air, diharapkan pada nantinya dapat

melahirkan peserta didik yang berkarakter nasionalisme religius yang berguna

bagi bangsa dan agama. Hal tersebut sebagai upaya untuk mencegah tindak

radikal, oleh sebab itu dibekali pemahaman tentang agama dan kenegaraan

sejak dini.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Pengembangan Nasionalisme

Religius sebagai Pencegahan Radikalisme Agama di MTs Negeri 5

Sragen Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Apa Bentuk-Bentuk Pengembangan Nasionalisme Religius di MTs Negeri

5 Sragen?

2. Bagaimana Upaya Sekolah dalam Mencegah Radikalisme Agama di MTs

Negeri 5 Sragen?

Page 23: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengembangan nasionalisme religius di

MTs Negeri 5 Sragen.

2. Untuk mengetahui upaya sekolah dalam mencegah radikalisme agama di

MTs Negeri 5 Sragen.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dipergunakan dalam menambah wawasan

pengetahuan secara umum dan khususnya terkait kajian pengembangan

nasionalisme religius dalam upaya pencegahan radikalisme agama.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

referensi atau rujukan penelitian yang relevan atau sejenis serta

memberikan sumbangsih dalam kajian teori pengembangan pendidikan

agama.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini penulis berharap dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

Page 24: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

10

a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan terkait sekolah

alternatif untuk mengembangkan sikap nasionalisme religius dan dapat

mendeteksi sikap radikal sejak dini di MTs Negeri 5 Sragen.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan pandangan atau acuan untuk

dijadikan masukan atau saran dalam upaya mencegah radikalisme

agama dengan nasionalisme religius.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai informasi

tambahan untuk dijadikan sebagai referensi terkait pengembangan

nasionalisme religius utamanya bagi pemuda untuk menghadapi

dampak arus globalisasi.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau salah persepsi dalam penggunaan

kata pada judul ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah pokok, yaitu:

1. Nasionalisme Religius

Nasionalisme dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah

“muwatanah”. Berasal dari akar kata “watan” yang berarti tanah air

(Munawwir, 1984: 1638).

Rupert Emerson mendefinisikan nasionalisme sebagai komunitas

orang-orang yang merasa bahwa mereka bersatu atas dasar elemen-elemen

Page 25: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

11

penting yang mendalam dari warisan bersama dan bahwa mereka

memiliki takdir bersama menuju masa depan. Sementara menurut Ernest

Renan, yang sering dikutip Soekarno, nasionalisme adalah unsur yang

dominan dalam kehidupan sosial-politik sekelompok manusia dan telah

mendorong terbentuknya suatu bangsa atau nation guna menyatukan

kehendak untuk bersatu (Dault, 2005: 2).

Religius dalam bahasa Inggris dikenal dengan religious yang

artinya yang berhubungan dengan agama, beragama, beriman (Echols &

Shadily, 1975: 476). Menurut Jalaluddin, agama mempunyai arti: percaya

kepada Tuhan atau kekuatan super human atau kekuatan yang di atas dan

disembah sebagai pencipta dan pemelihara alam semesta. Ekspresi dari

kepercayaan di atas berupa amal ibadah, dan suatu keadaan jiwa atau cara

hidup yang mencerminkan kecintaan atau kepercayaan terhadap Tuhan

(Jalaluddin, 2008: 25).

Jadi bisa disimpulkan bahwa nasionalisme religius yaitu cinta

tanah air namun tetap bernafaskan semangat Islam. Indonesia merupakan

negara multikultural, bermacam-macam suku, ras, agama. Kita tentu sama

menyadari, NKRI terbentuk melalui imajinasi dan impian cita-cita yang

luhur. Ia lahir dengan didasari semangat persatuan dan kesatuan

masyarakat bangsa di tengah keberagamannya. Cikal bakalnya jelas, yaitu

semangat kebangsaan. Para pendiri bangsa menyadari bahwa negara

sebesar ini tidak dapat dirajut dan disatukan pada dasar agama tertentu.

Oleh karena itu, kemudian lahirlah bentuk falsafah negara berupa

Page 26: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

12

Pancasila. Dasar kenegaraan ini dapat menaungi seluruh elemen bangsa

tanpa harus mengaburkan nilai-nilai agama. Karena dalam Pancasila,

agama tetap menjadi bagian terpenting dalam prinsip bernegara.

Kesadaran sikap nasionalisme yang senantiasa bersendikan dengan

nilai-nilai keIslaman harus terus-menerus kita tanamkan demi

terwujudnya Indonesia sebagai baidatun tayyibatun wa rabbun gafur.

Nasionalisme Religius dalam penelitian ini adalah

mengembangkan sikap cinta tanah air pada siswa MTs Negeri 5 Sragen

demi terbentuknya generasi muda yang bermartabat dan bertaqwa.

Pengembangan tersebut melalui kegiatan intra sekolah maupun ekstra

sekolah yang sudah terlaksana di MTs Negeri 5 Sragen. Seperti, infaq

setiap hari Jum’at yang mana infaq tersebut nantinya digunakan untuk

bantuan sosial ketika saudara kita terkena bencana. Kemudian sholat

berjam’ah yang mana di MTs ini tidak hanya ada satu faham saja

melainkan ada berbagai faham. Selain itu dalam kegiatan

ekstrakulikulernya yaitu pada ekstrakulikuler pramuka. Di dalam pramuka

selalu ada kegiatan bakti sosial untuk daerah-daerah terpencil.

2. Radikalisme Agama

Radikal berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Dalam

bahasa Inggris kata radical berarti seorang radikal; sampai ke akar-

akarnya (Echols & Shadily, 1975: 463). Sedangkan radicalism artinya

doktrin atau praktik penganut paham radikal atau paham ekstrim. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), radikalisme merupakan paham

Page 27: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

13

atau aliran yang radikal dalam politik. Paham ini menginginkan perubahan

atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

Sikap ekstrim dalam aliran politik (Hariyanto, 2004: 296)

Syeikh Yusuf al-Qardawi memberikan istilah radikalisme dengan

istilah at-Tatarruf al-Dini. Kata at-tatharuf secara bahasa artinya “berdiri

di ujung, jauh dari pertengahan”. Bisa juga diartikan berlebihan dalam

sesuatu. Awalnya, kata tersebut digunakan untuk hal-hal yang konkret,

seperti berlebihan (tatharuf) dalam berdiri, duduk, dan berjalan.

Kemudian penggunaannya dialihkan untuk hal-hal yang bersifat abstrak,

seperti berlebihan dalam beragama, berpikir, dan berperilaku (Qardhawi,

2004: 23).

Karena itu, tatharuf lebih dekat kepada kebinasaan dan bahaya,

serta jauh dari keselamatan dan keamanan.

Agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “a” yang berarti tidak

dan “gama” yang berarti kacau. Maka agama berarti tidak kacau (teratur).

Dengan demikian agama adalah peraturan, yaitu peraturan yang mengatur

keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang ghaib, mengenai budi

pekerti dan pergaulan hidup bersama (Ismail, 1997: 28).

Agama dalam bahasa Inggris berarti religion (Echols & Shadily,

1975: 476) sedangkan dalam KBBI agama adalah ajaran kepercayaan

kepada Tuhan (Hariyanto, 2004: 11).

Menurut Daradjat (Daradjat, 2005: 10) agama adalah proses

hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya,

Page 28: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

14

bahwa sesuatu lebih tinggi daripada manusia. Agama disbut Hadikusuma

dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran yang diturunkan oleh Tuhan

untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani kehidupannya (Agus, 2006:

33)

Muqoyyidin mendefinisikan radikalisme agama sebagai

pengimplementasian faham dan nilai ajaran agama (Islam) dengan cara

radikal (keras), fanatik, ekstrim atau mendasar (Muqoyyidin, 2013: 5).

Namun perlu dicatat juga bahwa radikalisme faham keberagaman

tidak selalu ditandai dengan aksi-aksi kekerasan yang bersifat anarkis.

Dalam realita memang dapat ditemui bahwa sebagian kelompok gerakan

radikal keagamaan hanya terbatas pada pemikiran dan ideologi, dan tidak

menggunakan cara-cara kekerasan dalam melaksanakan faham ajarannya,

tetapi sebagian kelompok radikal yang lain menghalalkan cara-cara

kekerasan dalam memperjuangkan faham keagamaannya. Karena itu,

gerakan radikalisme keagamaan tidak selalu ditandai dengan anarkisme

atau terorisme.

Radikalisme Agama dalam penelitian ini adalah upaya sekolah

dalam mencegah terjadinya penganut atau praktik paham radikal karena

lemahnya pengetahuan tentang agama dan kurangnya bekal untuk

memahaminya secara mendalam. Salah satu upaya yang dilakukan di MTs

Negeri 5 Sragen adalah memberikan pengetahuan tentang hakikat agama

bahwa dalam memahami agama jangan sedikit-sedikit, mengetahui sedikit

dari sani-sini. Kemudian dalam memahami nash tidak secara tekstual saja

Page 29: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

15

melainkan berusaha memahami kandungan dan maksudnya. Adapun

kegiatan keagamaan yang diajarkan pada peserta didik adalah setiap pagi

dilaksanakan sholat dhuha, bagi yang perempuan yang sedang menstruasi

sering dicek oleh guru BK, dicek dengan maksud supaya peserta didik

terlatih untuk memiliki sikap jujur. Adanya kajian setiap selesai sholat, hal

ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman agama kepada peserta

didik.

F. Sitematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang laporan ini, maka

dibuat sistematika penulisan laporan ini. Adapun sistematika yang dimaksud

adalah:

Bab I, pendahuluan pada bab ini berisikan tentang uraian mengenai

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, sistematika penulisan.

Bab II, berisikan kajian pustaka. Pada bab ini akan diuraikan mengenai

Pengembangan Nasionalisme Religius dalam Mencegah Radikalisme Agama.

Bab III, membahas tentang lokasi penelitian, jenis penelitian, jenis

data, instrumen pengumpulan data dan sumber data.

Bab IV, berisi hasil dari pembahasan (hasil analisis) tetang isi atau

materi tentang Pengembangan Nasionalisme Religius dalam Mencegah

Radikalisme Agama di MTs Negeri 5 Sragen Tahun Pelajaran 2019/2020.

Page 30: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

16

Bab V, berisi penutup yang memuat kesimpulan dari penelitian, dan

saran dari peneliti kepada para pembaca dan kepada subyek yang terkait.

Page 31: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Nasionalisme Religius

a. Pengertian Nasionalisme Religius

Secara etimologis, dalam Kamus Bahasa Arab nasionalisme

dikenal dengan istilah “muwatanah”. Berasal dari akar kata “watan”

yang berarti tanah air (Munawwir, 1984: 1638). Nasionalisme berasal

dari kata nation yang akar katanya adalah nasci. Kata nasci cenderung

menjadi sebuah istilah yang peyoratif karena dipakai untuk menyebut

ras, suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar atau yang

tidak tahu adat menurut standar Romawi (Sutrisno, 2019: 5).

Secara terminologis Anthony D. Smith mengemukakan

nasionalisme adalah suatu gerakan ideologis untuk mencapai dan

mempertahankan otonomi, kesatuan, dan identitas bagi suatu populasi,

yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membentuk suatu “bangsa”

yang aktual atau “bangsa” yang potensial (Smith, 2003: 11).

Ernest Renan menyatakan nasionalisme adalah unsur yang

dominan dalam kehidupan sosial-politik sekelompok manusia dan

telah mendorong terbentuknya suatu bangsa atau nation guna

menyatukan kehendak untuk bersatu (dikutip oleh: Dault, 2005: 2).

Page 32: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

18

Nasionalisme bagi Bung Karno dalam buku karya Franz

Magnis-Suseno adalah cinta sepenuh hati kepada Indonesia, rasa

bangga bahwa “kita orang Indonesia”, adalah suatu rasa persatuan di

antara orang-orang yang sedemikian berbeda, yang terbangun dalam

sebuah sejarah penderitaan karena penjajahan dan perjuangan

pembebasan bersama selama ratusan tahun (Magnis dan Suseno,

2006:185).

Nasionalisme menurut Prof. Dr. Slamet Muljana adalah

manifestasi kesadaran bernegara atau semangat bernegara. Jika kita

ingin mengetahui bagaimana semangat bernegara itu berkembang di

Indonesia, sudah sewajarnya kita harus meninjau kehidupan

kenegaraan di berbagai daerah di lingkungan Indonesia dari masa

sebelum kedatangan sampai sesudah bangsa Belanda meninggalkan

Indonesia (Muljana, 2008: 3).

Menurut Hasan Al-Banna yang dikutip oleh Nasihun Amin

(Amin, 2012: 115) nasionalisme adalah kerinduan atau keberpihakan

terhadap tanah air, keharusan berjuang membebaskan tanah air dari

penjajahan, ikatan kekeluargaan antar masyarakat, dan pembebasan

negeri-negeri lain maka nasionalisme dalam makna demikian dapat

diterima dan bahkan dalam kondisi tertentu dianggap sebagai

kewajiban.

Page 33: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

19

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan

mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu

konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia (Ilahi, 2012: 5).

Nasionalisme bagi Haris Maulana adalah perasaan bangga

akan bangsa sendiri yang berasal dari dalam jiwa. Tidak dibuat-buat

atau sekedar ikut-ikutan (Kompasiana, 2013: 21).

Hans Kohn mengemukakan nasionalisme adalah sebuah paham

atau doktrin yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu

diserahkan kepada negara-bangsa (dikutip oleh Muawanah, 2015:

139).

Nasionalisme dalam Islam dijelaskan dalam firman Allah SWT

dalam Q.S. Al-Baqarah: 126:

ت را ارزق أاهلاهو منا الثما امنأ وا اجعال هاذاا بالادا ءا ب هم را إذ قاالا إبرا وا

الياوم الأاخر نا منهم بالله وا اما نءا ت عهو قاليل ثم ما ن كافارا فاأما ما , قاالا وا

صير بئسا الما هو إلاى عاذاابالنار , وا أاضطار

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku,

Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan

berikanlah rezeki dari buha-buahan kepada penduduknya yang

beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.

Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri

kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa

neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”

Kemudian dijelaskan kembali dalam surah Al-Balad, Allah

memuliakan tanah air atau negeri sehingga menjadikannya sebagai

nama satu surah: Al-Balad (Negeri). Tentunya meski di sana adalah

Page 34: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

20

Makkah, namun bukan hanya Makkah saja. hendaknya negeri yang

diberkahi Allah juga negeri tempat kita tinggal. Dalam Q.S. Al-Balad:

1 yang berbunyi:

ذاا البالاد لآأقسم بها

“Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah)”

Dasar-dasar nasionalisme dalam Islam dapat dilacak pada

konsep kewarganegaraan Nabi Muhammad Saw, di Madinah. Nabi

dapat merangkul dan menyatukan seluruh entitas penduduk tanpa

melihat perbedaan-perbedaan yang bersifat primordial, seperti agama,

etnik, ras, budaya, dan adat istiadat. Umat muslim dan non muslim

dapat hidup berdampingan, tanpa sekat, dan aturan yang berbeda.

Mereka memiliki hak, kewajiban, dan tanggung jawab yang sama

sebagai warga negara, tanpa mengenal istilah kedudukan, strata dan

derajat. Seluruh penduduk memiliki hak dan kebebasan yang sama,

tanpa teredukasi oleh aturan-aturan rasis dan diskriminatif (Tim

Naskah Pesantren, 2019: 20).

Sehingga kita boleh bertoleransi, saling membantu,

memanfaatkan hak dan kewajiban negara dan mentaati peraturan

negara. Namun, akidah dalam beragama tetap sesuai dengan agama

masing-masing.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa nasionalisme adalah bentuk

kecintaan diri terhadap tanah air yaitu tanah air Indonesia. Mulai dari

Page 35: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

21

budaya, fashion, tutur kata, tingkah laku, dan semua yang berkaitan

dengan Indonesia. Cinta bukan pada satu sisi tapi bentuk kecintaannya

terhadap semua sisi yang ada pada negara Indonesia. Saling

menghargai antar sesama, saling membantu tanpa membedakan ras,

suku, agama, golongan. Melihat semboyan kita yaitu Bhineka Tunggal

Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menjadi umat yang rahmatal lil

‘alamin.

Religius berasal dari kata dasar religi yang berasal dari bahasa

Inggris religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama

atau kepercayaan akan adanya sesuatu kekuatan yang lebih besar di

atas manusia.

Regius berasal dari kata religious yang berarti berhubungan

dengan agama, beragama, beriman (Echolas & Shadily, 1975: 476).

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Fadlillah

dan Khorida, 2013: 190).

Religius sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain

(Wibowo, 2017: 27).

Page 36: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

22

Dari pengertian yang dikemukakan Fadlillah dan Wibowo

dapat disimpulkan bahwa religius adalah mematuhi dan beriman pada

agama yang dianut dan saling bertoleransi dengan agama lain.

Karaktrer religius ini sangat dibutuhkan oleh peserta didik

dalam menghadapi perkebangan zaman dan arus globalisasi serta

degradasi moral, sehingga peserta didik diharapkan mampu memiliki

dan berperilaku dengan baik dan buruk yang didasarkan pada

ketentuan dan ketetapan agama.

Nasionalisme religius merupakan bentuk perjuangan dan hasil

pengejewantahan nilai-nilai yang berlandaskan serta patuh terhadap

Al-Qur’an dan Hadits yang menjunjung tinggi nilai kearifan bangsa,

sehingga bukan hanya perjuangan fisik saja tetapi menggabungkan

antara hirroh jasmaniah dan hirroh rohaniah yang lebih tunduk

terhadap falsafah keagamaan dan esensi diri yang selalu taat kepada

Tuhan (Nugraha, 2017: 18)

Nasionalisme religius merupakan perpaduan antara semangat

nasionalisme dan sikap religius individu. Nurcholis Majid yang

dikutip oleh (Wibowo, 2017: 46) menjelaskan bahwa:

Membandingkan Pancasila dan UUD 1945 di Indonesia

dengan Konstitusi Madinah tidak hanya mengisyaratkan

kesejajaran pola penerimaan kelompok bersangkutan akan

nilai-nilai kesepakatan itu. Tetapi juga mengimplementasikan

adanya hak dan kewajiban yang sama pada kelompok-

kelompok bersangkutan yang bisa disejajarkan. Terhadap

konstitusi Madinah, Rasulullah Saw dan umat Islam di bawah

pimpinan beliau berkewajiban membela keutuhan dan

perincian pelaksanaannya dari setiap bentuk penyelewengan

Page 37: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

23

dan pengkhianatan, maka sebanding dengan apa yang telah

diperbuat oleh kaum muslim Madinah terhadap konstitusi

mereka itu, umat Islam Indonesia berkewajiban pula

mempertahankan kesepakatan itu dari setiap bentuk

pengkhianatan.

Dari pendapat Nurcholis Majid tersebut ada kesejajaran antara

Pancasila dan Piagam Madinah. Pancasila bukan hanya membentuk

karakter nasionalis tetapi juga membentuk sikap religius dengan

toleransi, menghormati sesama, melakukan yang baik dan

meninggalkan yang buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

nasionalisme religius adalah mencintai tanah air dengan berlandaskan

dengan ajaran-ajaran Agama, mengaktualisasikan agama dalam

memperkuat NKRI. Agama memuat nilai panasila dan nasionalisme,

Pada sila 1: Al-Ikhlas (1), sila ke 2: Al-Maidah (2), sila ke 3: Al-

Hujurat (9, 10, 13), sila ke 4: Al-Mujadilah (9, 11), dan sila ke 5: An-

Nahl (71).

b. Nilai-nilai Nasionalisme Religius

Wibowo (2012: 36) mengungkapkan bahwa nilai-nilai

kebangsaan atau nasionalisme bersumber dan mengakar dalam budaya

bangsa Indonesia, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara berwujud atau mewujudkan diri secara statis menjadi dasar

negara, sedangkan secara dinamik menjadi semangat kebangsaan.

Sungkana dalam (Wibowo, 2017: 25) menjelaskan bahwa

bentuk nasionalisme yang dianut warga negara Indonesia berlandaskan

Page 38: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

24

pada nilai-nilai Pancasila. Nasionalisme Pancasila ini diarahkan untuk

mencapai satu tujuan, yaitu:

a) Menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan

bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan

b) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan

negara

c) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta

merasa rendah diri

d) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara

sesama manusia dan sesama bangsa

e) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia

f) Mengembangkan sikap tenggang rasa

g) Tidak semena-mena terhadap orang lain

h) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

i) Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

j) Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh

umat manusia.

Salah satu nilai yang ada di dalam pendidikan karakter adalah

nilai religius. Nilai ini sangat erat kaitannya dengan nilai keagamaan

karena nilai religius bersumber dari agama dan mampu merasuk ke

dalam jiwa seseorang.

Dalam hal ini Glok dan Stark dalam Lies Arifah (2009: 12)

membagi aspek religius dalam lima dimensi sebagai berikut:

Page 39: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

25

a) Religious belief (aspek keyakinan), yaitu adanya keyakinan

terhadap Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

dunia gaib serta menerima hal-hal dogmatik dalam ajaran

agamanya. Keimanan ini adalah dimensi yang paling mendasar

bagi pemeluk agama.

b) Religious practice (aspek peribadatan), yaitu aspek yang berkaitan

tingkat keterkaitan yang meliputi frekuensi dan intensitas sejumlah

perilaku, dimana perilaku tersebut sudah ditetapkan oleh agama

seperti tata cara menjalankan ibadah dan aturuan agama.

c) Religious felling (aspek penghayatan), yaitu gambaran bentuk

perasaan yang dirasakan dalam beragama atau seberapa jauh

seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang

dilakukannya misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.

d) Religiuos knowledge (aspek pengetahuan), yaitu aspek yang

berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap

ajaran-ajaran agamanya untuk menambahkan pengetahuan tentang

agama yang dianutnya.

e) Religious effect (aspek pengalaman), yaitu penerapan tentang apa

yang telah diketahuinya dari ajaran-ajaran agama yang dianutnya

kemudian diaplikasikan melalui sikap dan perilaku dalam

kehidupan sehari-hari.

Rahman Saleh A menyatakan bahwa nilai-nilai dasar yang

menjadi ruhnya pendidikan Islam, sebagai berikut:

Page 40: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

26

a) Nilai dasar ubudiyah, meliputi aktivitas manusia sebagai hamba

Allah dan selaku khalifah-Nya di muka bumi ini, hakikatnya

adalah dalam rangka berbakti atau mengabdi kepada Allah

sekaligus mendapatkan ridho-Nya. Firman Allah dalam Q.S. Az-

Zariyat: 56:

النسا إل لياعبدون لاقت الجن وا ا خا ما وا

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk

menyembah aku.”

b) Nilai dasar moralitas/ akhlakul kharimah, inti ajaran Islam yang

dibawa oleh Rasulullah Saw, tidak lain adalah membentuk

manusia yang berakhlak mulia atau memiliki moralitas yang baik.

c) Nilai nizhamiyah/ kedisiplinan, kedisiplinan menjadi penting

dalam Islam karena akan melahirkan kepribadian dan jati diri

seseorang dengan sifat-sifat positif. Seseorang yang disiplinakan

memiliki etos kerja yang tinggi, rasa tanggung jawab dan

komitmen yang kuat terhadap kebenaran, yang akhirnya akan

mengantarkannya sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

(dikutip oleh: Aulia, 2016: 318-319).

2. Radikalisme Agama

a. Pengertian Radikalisme

Radikal berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar.

Dalam bahasa Inggris kata radical berarti seorang radikal; sampai ke

akar-akarnya (Echols & Shadily, 1975: 463). Sedangkan radicalism

Page 41: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

27

artinya doktrin atau praktik penganut paham radikal atau paham

ekstrim. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, radikalisme diartikan

dengan paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau

pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis

(Hariyanto, 2004: 296).

Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan

perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan

menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan

(violence) dan aksi-aksi yang ekstrem (Salim, dkk, 2018: 99).

Radikalisme agama berarti tindakan-tindakan ekstrim yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang cenderung

menimbulkan kekerasan dengan mengatasnamakan agama

(Damayanti, dkk. 2003: 45).

Dari pendapat Salim dan Damayanti terdapat persamaan dalam

mendefinisikan radikalisme, sehingga dapat disimpulkan bahwa

radikalisme menurut kedua pakar tersebut adalah sikap yang

mendambakan perubahan dengan tindakan yang ekstrim yang

cenderung menimbulkan kekerasan dengan mengatasnamakan agama.

Jika dikaitkan dengan agama Islam, menurut Syeikh Yusuf al-

Qardhawi yang dikutip oleh Kurdi (2019: 60) radikalisme adalah

fanatik kepada satu pendapat dan menegaskan pendapat lain,

mengabaikan historisasi Islam, tidak dialogis, dan harfiah dalam

Page 42: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

28

memahami teks agama tanpa mempertimbangkan tujuan esensial

syariat.

Radikalisasi gerakan keagamaan adalah kelanjutan dari

fundamentalisme yang menguat karena hadirnya tantangan dari luar

yang juga menguat. Dalam konteks inilah primordialisme muncul dan

menguat, yakni sikap yang memperlihatkan realisasi dari fanatisme

yang dipunyai mereka. Sikap yang mencerminkan rasa kebersamaan

dan solidaritas kelompok sebagai pemeluk suatu agama ini akhirnya

bergeser ke dalam bentuk radikalisme dan militanisme ketika

berhadapan dengan kelompok lain (Turmudi dan Sihbudi, 2005: 8).

Dari semua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

radikalisme agama adalah fanatik terhadap satu agama yang dianutnya

sehingga apabila ada seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan

berbeda dengan ajarannya maka akan ada tindakan ekstrem dan

kekerasan. Selain lewat tindakan ekstrem juga bisa dengan doktrin-

doktrin melalui ucapan.

b. Indikasi-indikasi Radikalisme dan Islam Radikal

Islam radikal merupakan sebuah paham keIslaman yang

menginginkan dilakukannya perubahan sosial politik sesuai dengan

syariat Islam, yang dilakukan dengan cara keras dan drastis. Berikut

adalah indikasi-indikasi radikalisme dan Islam radikal:

Page 43: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

29

1) Fanatik Kepada Satu Pendapat, tanpa Menghargai Pendapat Orang

Lain

Indikasi radikalisme yang pertama adalah fanatisme

terhadap satu pendapat tanpa mengakui adanya pendapat lain,

fanatik terhadap pemahamannya sendiri tanpa memberikan tempat

bagi pendapat lain yang jelas memberikan kemaslahatan kepada

manusia sesuai dengan tujuan-tujuan syari’at dan situasi zaman,

dan tidak membuka pintu dialog untuk orang lain serta

membandingkan pendapatnya dengan pendapat mereka, untuk

mengikuti yang lebih kuat dalil dan argumentasinya (Qardhawi,

2009: 40).

2) Revolusioner

Cenderung menggunkaan cara-cara kekerasan untuk

mencapai tujuan (Salim, dkk, 2018: 100).

Kuatnya keyakinan kaum radikalis akan kebenaran

program atau ideologi yang mereka bawa. Sikap ini, pada saat

yang sama, dibarengi dengan penafsiran kebenaran dengan sistem

lain yang akan diganti. Dalam gerakan sosial, keyakinan tentang

ide ini sering dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang

mengatasnamakan nilai kemanusiaan. Akan tetapi, kuatnya

keyakinan ini dapat mengakibatkan munculnya sikap emosional

yang menjurus pada kekerasan (Damayanti, dkk, 2013: 46).

Page 44: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

30

3) Mewajibkan Orang Lain untuk Melakukan Apa yang Tidak

Diwajibkan oleh Allah

Jika seorang muslim bersikap keras terhadap dirinya

sendiri, mengamalkan amalan-amalan yang berat, meninggalkan

rukhsah dak kemudahan dalam agama, hal itu bisa diterima. Akan

tetapi yang sama sekali tidak bisa diterima adalah mengharuskan

orang lain melakukan hal yang serupa, sekalipun itu

mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam agamanya dan

kesukaran dalam keduaniaannya (Qardhawi, 2004: 42).

Allah SWT. berfirman,

لا يريد بكم العسرا .. ..يريد الله بكم اليسرا وا

...Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan dia tidak

menghendaki kesukaran bagi kamu.. (Al-Baqarah: 185)

Allah SWT. juga berfirman,

هم .. نهم إضرا ع عا ياضا باائثا وا لايهم الخا م عا ر يحا يحل لاهم الطي باات وا وا

ا الأ لا التي كاانات عالايهم ..وا غلا

...Menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan

mengharamkan bagi mereka beban-bebandan belenggu-

belenggu yang adapada mereka..(Al-A’raf:157).

Seperti halnya sholat yang dilakukan Rasulullah.

Rasulullah saw ketika melaksanakan sholat sendirian selalu berdiri

lama dengan bacaan yang panjang sampai ketika beliau sholat

qiyamulail beliau berdiri lama hingga kakinya bengkak-bengkak.

Page 45: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

31

Namun, Rasulullah adalah imam yang sholatnya ringan. Jadi

ketika Rasulullah menjadi imam masjid berdirinya tidak lama

karena beliau memperhatikan kondisi fisik masing-masing.

4) Membentuk Pemerintahan Islam

Indikasi yang keempat menurut John L. Esposito dalam

bukunya “Islam and Secularism in The Middle East” yang dikutip

oleh Kurdi (2019: 61) adalah membentuk pemerintahan Islam

sebagai kewajiban syariat Islam yang mutlak. Jika dikaitkan

dengan keadaan di Indonesia, berdasarkan karakteristik ini

kelompok radikalis enggan menjadikan Pancasila sebagai ideologi.

Mereka berdalih bahwa Pancasila adalah ideologi sekuler yang

memisahkan antara negara dan agama, sehingga tidak boleh

diberlakukan.

5) Mengkafirkan Orang Lain (Takfir)

Radikalisme ini mencapai puncaknya ketika menggugurkan

kesucian (‘ishmah) orang lain serta menghalalkan darah dan harta

mereka dengan tidak melilhat bahwa mereka itu memiliki

kehormatan dan ikatan apapun yang patut dipelihara. Hal itu

terjadi ketika radikalisme ini memasuki gelombang pengkafiran

dan tidakan menuduh kebanyakan manusia telah murtad dari

Islam, atau memang pada dasarnya sama sekali belum pernah

masuk Islam, sebagaimana klaim sebagian dari mereka. Inilah

puncak radikalisme, yang menjadikan pelakunya berada di satu

Page 46: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

32

lembah dan seluruh umat berada di lembah lain (Qardhawi, 2004:

55).

Wajib jihad atau memerangi pemerintah yang tidak

berdasar Islam. Ini adalah puncak setelah pengkafiran dari

tindakan kaum radikalis, menggunakan kata jihad sebagai

legitimasi dari segala tindakan keras dan merusak mereka, yang

kemudian menyebabkan munculnya aksi terorisme.

c. Faktor Penyebab Munculnya Radikalisme

Sebenarnya penyebab timbulnya radikalisme ini bukan hanya

satu sebab, melainkan banyak dan beragam. Bukan merupakan sikap

yang objektif bila kita hanya memfokuskan kepada satu sebab saja

seraya menutup mata dari sebab-sebab lain, sebagaimana kebiasaan

orang-orang yang mengaku menganut aliran tertentu.

1) Faktor Agama

a) Lemahnya Pengetahuan tentang Hakikat Agama

Salah satu penyebab utama terjadinya sikap radikalisme

adalah lemahnya pengetahuan tentang hakikat agama dan

kurangnya bekal untuk memahaminya secara mendalam,

mengetahui rahasia-rahasianya, memahami maksud-

maksudnya, dan mengenali ruhnya (Qardhawi, 2009: 61).

Bukanlah kebodohan mutlak tentang agama. Namun,

pengetahuan yang setengah-setengah, dimana pemiliknya

Page 47: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

33

menyangka bahwa dirinya telah masuk dalam golongan para

ulama, padahal banyak ajaran agama yang belum diketahuinya.

b) Faktor Emosi Keagamaan

Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan

radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan, termasuk di

dalamnya adalah solidaritas keagamaan untuk kawan yang

tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini lebih tepat

dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan

agama (wahyu suci yang absolut) walaupun gerakan

radikalisme selalu mengibarkan bendera dan simbol agama

seperti dalih membela agama, jihad dan mati syahid. Dalam

konteks ini yang dimaksud dengan emosi keagamaan adalah

agama sebagai pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif.

Jadi sifatnya nisbi dan subjektif (Bakri, 2004: 7).

c) Berlebihan dalam Mengharamkan

Salah satu indikasi dangkalnya pengetahuan,

ketidakmantapan dalam memahami agama, dan ketidakluasan

dalam melihat cakrawala syariat adalah kecenderungan selalu

menyudutkan, bersikap keras. Dan berlebih-lebihan dalam

berpendapat mengharamkan dan memperluas ruang lingkup

hal-hal yang diharamkan, padahal Al-Qur’an, sunnah, dan

salafusaleh telah mengingatkan bahaya sikap ini, sebagaimana

Firman Allah SWT.:

Page 48: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

34

ام لتافتاروا را هاذاا حا ل وا لا ا تاصف أالسناتكم الكاذبا هاذاا حا لا تاقولوا لما وا

ى الله الكاذبا لا يافلحونا عالاى الله الكاذبا , إن الذينا يافتارونا عالا

“dan janganlah kamu berkata dusta menurut yang

diterangkan oleh lidahmu, ini halal ini haram, supaya kamu

mengada-ada kedustaan atas Allah. Sesungguhnya mereka

yang mangada-ngada kedustaan atas Allah, tidak akan

beruntung” (An-Nahl: 116)

d) Mempelajari Ilmu hanya dari Buku dan Mempelajari al-Qur’an

hanya dari Mushaf

Salah satu penyebab munculnya radikalisme adalah

mereka tidak mempelajari ilmu dari ahlinya dan para spesialis

di bidangnya. Mereka mempelajari ilmu hanya dari buku-buku

dan surat kabar secara langsung, tanpa memiliki kesempatan

untuk dipikirkan ulang, didiskusikan, diterima, dan ditolak

(Qardhawi, 2004: 89).

Maksud dari mempelajari Al-Qur’an dari mushaf

adalah orang yang menghafal Al-Qur’an dari mushaf saja tanpa

mempelajarinya dari syaikh atau qari’ yang ahli secara

langsung. Sedangkan maksud dari mempelajari ilmu dari buku

adalah orang yang mencari ilmu langsung dari buku-buku,

tanpa menjadi murid seorang ulama dan dididik oleh ulama.

Page 49: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

35

2) Faktor Sosial-Politik

a) Bacaan yang salah terhadap sejarah Islam yang

dikombinasikan dengan idealisasi berlebihan terhadap Islam

pada masa tertentu

Ini terlihat dalam pandangan dan gerakan Salafi,

khususnya pada spektrum sangat radikal seperti Wahabi yang

muncul di Semenanjung Arabia pada akhir abad 18 awal

sampai dengan abad 19 dan terus merebak sampai sekarang ini

(Munip, 2012: 163).

Kelemahan pandangan dalam agama masih ditambah

lagi dengan kelemahan pandangan tentang realitas, kehidupan,

sejarah, dan sunnatullah yang berlaku bagi umat-umatnya.

Salah seorang dari mereka menginginkan apa yang

tidak mungkin terjadi, mencari apa yang tidak mungkin ada,

dan mengagankan yang tidak terwujud (Qardhawi, 2004: 97).

b) Radikalisme juga dikaitkan dengan adanya pemahaman tentang

ketidakadilan politik, ekonomi dan hukum yang berjalan dalam

sebuah negara. Sebuah rezim politik dan partai tertentu

dianggap berlaku tidak adil kepada sekelompok masyarakat

(Qodir, 2016: 432).

3) Faktor Kultural

Faktor kultural ini juga memiliki andil cukup besar yang

melatarbelakangi munculnya radikalisme. Hal ini wajar karena

Page 50: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

36

memang secara kultural, sebagaimana diungkapkan Musa Asy’ari

yang dikutip oleh Syamsul Bakri (2004: 6) bahwa di dalam

masyarakat selalu diketemukan usaha untuk melepaskan diri dari

jeratan jaring-jaring kebudayaan tertentu yang dianggap tidak

sesuai. Sedangkan yang dimaksud faktor kultural di sini adalah

sebagai anti tesa terhadap budaya sekularisme. Barat dianggap

oleh kalangan muslim telah dengan sengaja melakukan proses

marjinalisasi seluruh sendi-sendi kehidupan muslim sehingga umat

Islam menjadi terlatarbelakang dan tertindas. Barat, dengan

sekularismenya, sudah dianggap sebagai bangsa yang mengotori

budaya-budaya bangsa Timur dan Islam, juga dianggap bahaya

terbasar keberlangsungan moralitas Islam.

4) Faktor Pendidikan

Minimnya jenjang pendidikan, mengakibatkan minimnya

informasi pengetahuan yang didapat, ditambah dengan kurangnya

dasar keagamaan mengakibatkan seseorang mudah menerima

informasi keagamaan dari orang yang dianggap tinggi

keilmuannya tanpa dicerna terlebih dahulu, hal ini akan menjadi

bumerang jika informasi didapat dari orang yang salah (Laisa,

2014: 6).

Persoalan pendidikan yang lebih menekankan pada aspek

ajaran kekerasan dari agama, termasuk pendidikan yang lebih

menekankan aspek indoktrinasi, tidak memberikan ruang diskusi

Page 51: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

37

tentang suatu masalah. Oleh sebab itu harus dipikirkan kembali

pendidikan agama yang bersifat transformatif dan pembebasan

pada umat manusia. Pendidikan agama tidak hanya mengajarkan

persoalan jihad dalam makna yang luas seperti memberantas

kemiskinan, memberantas mafia hukum, memberantas politik uang

dan partai yang buruk adalah jihad yang sesungguhnya harus

dilakukan (Qodir, 2016: 432).

d. Bentuk-bentuk Radikalisme dalam Pendidikan

Dalam dunia pendidikan tidak bisa terhindar dari fenomena-

fenomena kekersan yang menjadikan tujuan pendidikan gagal diraih.

Radikalisme bisa muncul dari berbagai elemen dalam pendidikan.

Secara umum fenomena radikalisme dalam pendidikan lahir dari guru

kepada siswa, dari siswa kepada guru dan juga dari orangtua/

masyarakat kepada elemen-elemen yang ada di dalam pendidikan

(Muchith, 2016: 173).

Bentuk radikalisme dalam pendidikan diantaranya adalah:

1) Sikap keras seorang guru kepada siswanya (siswa ditempeleng

guru, guru menendang siswa) itu dilakukan sesuai dengan masalah

yang ada. Begitupun sebaliknya siswa juga dapat bersikap keras

pada gurunya.

2) Selain berbentuk kekerasan radikalisme dalam pendidikan juga

bisa berbentuk dalam ucapan dan sikap yang berpotensi

Page 52: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

38

melahirkan kekerasan yang tidak sesuai dengan norma-norma

pendidikan.

3) Perubahan situasi dan lingkungan serta suasana pendidikan.

Perubahan atau pergeseran itu merupakan akibat dari

perkembangan atau dinamika budaya yang menerpa masyarakat

(Muchith, 2016: 174).

4) Gerakan reformasi yang tujuannya sangat mulia untuk

menegakkan aturan dan keadilan malah menjadi ajang saling

pembantaian sosial.

5) Transparansi yang dimaksudkan untuk sarana pertanggungjawaban

tugas dan perannya malah berubah menjadi ajang mencari-cari

kesalahan orang lain yang akhirnya menyengsarakan pihak-pihak

tertentu.

6) Sikap kemanusiaan orang lain yang dimaksudkan sebagai bagian

dari upaya saling menghargai dan menghormati malah berubah

menjadi realitas saling menyepelekan yang berujung tidak ada

kepatuhan satu dengan lainnya.

7) Etika dan sopan santun yang seharusnya dijunjung tinggi semua

pihak, tetapi di lembaga pendidikan seperti sekolah seakan-akan

tidak ada lagi saling hormat antar guru, antar siswa kepada guru

dan antara guru dengan pimpinan.

8) Siswa instan, sekolah serba mudah, cepat dan meraih hasil yang

memuaskan

Page 53: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

39

9) Orangtua yang seharusnya mendukung penuh proses pendidikan

dan pembelajaran anaknya di sekolah juga terkesan kurang

perhatian atau kurang mendukung sehingga seolah-olah sekolah

dibiarkan menjalankan tugas-tugas pendidikan (Muchith, 2016:

175).

e. Upaya Pencegahan Radikalisme Agama di Sekolah

Fenomena masuknya faham radikalisme agama di sekolah

tentu perlu segera diambil langkah-langkah penanggulangan dan

pencegahannya. Beberapa upaya yang bisa ditempuh antara lain:

1) Memberikan penjelasan tentang Islam secara memadai. Misi ajaran

Islam yang sebenarnya sangat mulia dan luhur seringkali justru

mengalami distorsi akibat pemahaman yang keliru terhadap

beberapa aspek ajaran Islam yang berpotensi menimbulkan faham

radikalisme. Diantaranya adalah (Munip, 2012: 175):

a) Penjelasan tentang jihad

Dalam khasanah Islam klasik jihad dalam wilayah yang

lebih khusus diartikan sebagai “perang” (hujumi) melawan

orang kafir yang memusuhi dan memerangi umat Islam (Tim

Naskah Peantren, 2019: 60). Perintah jihad memang banyak

tertuang dalam Al-Qur’an maupun hadits. Diantaranya:

انهم ظلمواأذنا للذينا يقاتالونا بأ

Page 54: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

40

Telah diijinkan (berperang) bagi orang-orang yang

diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya

(Q.S. Al-Hajj: 39).

تاى ياقولوا لا إله إل الله أمرت أان أقااتلا الناسا حا

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sampai

mereka berkata laa ilaha illallah (H.R. Al-Bukhari).

Namun, tidak ada satupun ayat yang mengartikan jihad

dengan motif perang untuk melumpuhkan dan membunuhi non

muslim tanpa sebab tertentu. Karena asas atau fondasi dasar

hubungan antara umat muslim dan non muslim adalah

perdamaian.

b) Penjelasan tentang toleransi

Ajaran Islam sebenarnya sangat sarat dengan nilai-nilai

toleransi. Namun sayang, toleransi sering difahami secara

sempit sehingga tidak mampu menjadi lem perekat intra dan

antar umat beragama. Inklusivisme, Pluralisme dan

Multikulturalisme, bisa menjadi salah satu pijakan dalam

menjelaskan toleransi dalam Islam.

c) Pengenalan tentang hubungan ajaran Islam dengan kearifan

lokal

Islam yang datang di Arabia bukanlah Islam yang bebas

dari relasi sejarah lokal yang mengitarinya. Artinya,

memahami Islam tidak bisa dicerabut dari akar sosio-historis

dimana Islam berada. Keberadaan Islam di Indonesia juga

Page 55: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

41

tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosio-historis masyarakat

Indonesia yang juga telah memiliki kearifan lokal.

2) Mengarahkan para siswa pada beragam aktivitas yang berkualitas

baik di bidang akademis, sosial, keagamaan, seni, budaya, maupun

olahraga. Kegiatan-kegiatan positif ini akan memacu mereka

menjadi pemuda yang berprestasi dan aktif berorganisasi di

lingkungannya sehingga dapat mengantisipasi pemuda dari

pengaruh ideologi radikalisme (Salim dan Suryanto, 2018: 102).

3) Mengedepankan dialog dalam pembelajaran agama Islam.

Pembelajaran Agama Islam yang mengedepankan indoktrinasi

faham tertentu dengan mengesampingkan faham yang lain hanya

akan membuat para siswa memiliki sikap eksklusif yang pada

gilirannya kurang menghargai keberadaan liyan atau others. Sudah

saatnya guru PAI membekali dirinya dengan pemahaman yang

luas dan lintas madzab sehingga mampu memenuhi kehausan

spiritual siswa dan mahasiswa dengan pencerahan yang

bersendikan kedamaian dan kesejukan ajaran Islam (Munip, 2012:

178).

4) Pengenalan dan penerapan pendidikan multikultural.

Page 56: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

42

B. Kajian Pustaka

Kajian penelitian terdahulu sangat berguna bagi pembahasan skripsi

ini. Untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini peneliti melakukan kajian

terlebih dahulu terhadap penelitian-penelitian terdahulu.

Kajian pustaka merupakan uraian singkat tentang hasil-hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah sejenis. Kajian pustaka ini

berfungsi sebagai dasar otentik tentang orisinalitas atas keaslian penelitian.

Sebelum penelitian ini dilakukan, sudah ada penelitian-penelitian yang

sejenis. Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengambil beberapa judul

penelitian sebagai bahan telaah pustaka dalam penelitian ini, diantaranya:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Ari Wibowo, Program Studi Politik

dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, UNNES tahun 2017, yang

berjudul “Penanaman Karakter Nasionalis Religius Melalui Kurikulum

Terintegrasi Pesantren Pada Peserta Didik di SMK Syubbanul Wathon

Tegalrejo Magelang”dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan masalah

yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan penanaman karakter nasionalis religius melalui

kurikulum terintegrasi pesantren di SMK Syubbanul Wathon?

2. Apa sajakah keunggulan pelaksanaan penanaman karakter nasionalis

religius melalui kurikulum terintegrasi pesantren di SMK Syubbanul

Wathan?

3. Apa sajakah kelemahan pelaksanaan penanaman karakter nasionalis

religius kurikulum terintegrasi pesantren di SMK Syubbanul Wathan?

Page 57: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

43

Dari ketiga rumusan masalah tersebut dapat dijelaskan bahwa SMK

Syubbanul Wathon sebagai sekolah berbasis pesantren secara tertib

menerapkan kurikulum terintegrasi pesantren sebagai upaya untuk

menanamkan karakter nasionalis religius pada peserta didik. Strategi yang

digunakan adalah 1) integrasi kultur pesantren dalam pembelajaran, 2)

keteladanan dan 3) pembiasaan.

Kedua, artikel Publikasi yang ditulis oleh Agus Triyanto, Program

Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universits Muhammadiyah Surakarta, Tahun 2016, yang

berjudul “Penanaman Sikap Nasionalisme Religius Melalui Kegiatan

Ekstrakulikuler Hizbul Wathan Studi kasus di SMP Muhammadiyah 7

Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016)”. Dalam penelitian ini terdapat tiga

rumusan masalah, diantaranya:

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk penanaman sikap nasionalisme religius

melalui kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan di SMP Muhammadiyah

7 Surakarta?

2. Apa sajakah yang menjadi hambatan dalam penanaman sikap

nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan di

SMP Muhammadiyah 7 Surakarta?

3. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi hambatan dalam penanaman sikap

nasionalisme religius melalui kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan di

SMP Muhammadiyah 7 Surakarta?

Page 58: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

44

Penelitian ini menitikberatkan pada pembentukan sikap pada siswa

dengan menanamkan sikap nasionalisme religius pada siswa yang mengikuti

kegiatan ekstrakulikuler Hizbul Wathan dengan cara membiasakan siswa

untuk mengikuti upacara bendera, memakai bahasa Indonesia dengan baik dan

benar, membeli produk dalam negeri, melaksanakan ibadah tepat waktu,

bersikap jujur, adil, sabar kepada sesama.

Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Abdul Munip, Jurnal Pendidikan

Islam, Vol. I, No. 2, Desember 2012, yang berjudul “Menangkal Radikalisme

Agama di Sekolah” berisi bagaimana sekolah menanggulangi radikalisme

agama di sekolah. Strategi yang diambil yaitu kerjasama yang erat antar

berbagai elemen seperti kepala sekolah, guru, orangtua siswa, dan masyarakat

sekitar agar faham-faham radikalisme tidak abtumbuh subur di sekolah. Serta

mewaspadai gejala terindikasi faham radikalisme yang nampak dalam ciri-ciri

fisik maupun jalan berpikirnya. Mereka bukan untuk dihindari melainkan

perlu dirangkul dan diajak untuk kembali ke jalan Islam yang penuh

kedamaian dan kesejukan.

Keempat, skripsi yang ditulis Muchamad Mufid, Program Studi

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2017, yang berjudul

“Peranan Guru PAI dalam Upaya Menangkal Radikalisme Pada Peserta

Didik di SMA N 9 Yogyakarta”. terdapat tiga rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu:

Page 59: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

45

1. Bagaimana peran guru PAI di SMA N 9 Yogyakarta dalam menangkal

radikalisme pada peserta didik?

2. Apa upaya strategis yang dilakukan guru PAI di SMA N 9 Yogyakarta

dalam menangkal radikalisme pada peserta didik?

3. Apa hasil yang diperoleh dari upaya guru PAI di SMA N 9 Yogyakarta

dalam menangkal radikalisme pada konteks PAI?

Ketiga rumasan masalah tersebut menunjukkan bahwa peran guru PAI

dalam menangkal radikalisme yaitu guru mengajarkan agama Islam secara

kontekstual, mengajarkan toleransi, dan cinta perdamaian. Guru membimbing

untuk saling hidup rukun dan menghindari saling hujat. Guru menjadi

penengah di atas perbedaan pendapat. Guru menjadi teladan dalam hal

toleransi dan berinisiatif mengadakan kegiatan keagamaan yang bermanfaat.

Kelima, Jurnal Pendidikan Islam Vol II, No. 1, Juni 2013/1434 yang

ditulis oleh Andik Wahyun Muqoyyidin dari Fakultas Agama Islam

Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang. Disetujui pada 13 Juni

2013 dengan judul Membangun Kesadaran Inklusif-Multikultural untuk

Deradikalisasi Pendidikan Islam. Dalam penelitian ini membahas upaya

berbagai pendekatan demi penanganan terorisme dan radikalisme salah

satunya adalah dengan program deradikalisasi melalui pendidikan Islam

bernuansa inklusif-multikultural. Dalam hal ini, mereka perlu memperhatikan

faktor kurikulum, pendidik, dan strategi pembelajaran yang digunakan

pendidik.

Page 60: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

46

Dari kelima penelitian yang dijadikan rujukan, terkait dengan

penelitian yang akan dilaksanakan ternyata memiliki kesamaan dan

perbedaan. Peneliti mengambil judul Pengembangan Nasionalisme Religius

sabagai Pencegahan Radikalisme Agama di MTs Negeri 5 Sragen. Dengan

dua rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana Bentuk-Bentuk Pengembangan Nasionalisme Religius di MTs

Negeri 5 Sragen?

2. Bagaimana Upaya Sekolah dalam Mencegah Radikalisme Agama di MTs

Negeri 5 Sragen?

Penelitian ini membahas tentang pengembangan sikap nasionalisme

religius pada peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang mencerminkan

sikap cinta tanah air, bangga terhadap negara, gotong royong, toleransi, jujur,

adil, sholat tepat waktu. Hal ini semata-mata untuk membentuk dan mencetak

peserta didik yang berkarakter dan memiliki sifat religius. Dengan begitu

nasionalisme religius ini dapat digunakan sebagai upaya untuk mecegah

radikalisme agama dalam dunia pendidikan. Dan mendeteksi sejak dini sikap

radikalisme agama.

Sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannya. Persamaan dari

kelima peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan berlangsung yaitu

sama-sama membahas pembentukan karakter yang nasionalis religius dan cara

menangkal radikalisme agama di sekolah. Dengan perbedaan yang beragam

yaitu yang ditulis oleh Agus Triyanto membahas tentang penanaman

nasionalisme melalui ekstrakulikuler Hizbul Wathan. Ari wibowo membahas

Page 61: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

47

penanaman karakter nasionalis melalui kurikulum terintegrasi pesantren.

Abdul Munip membahas cara menanggulangi radikalisme agama dengan

strategi kerjasama yang erat antar berbagai elemen seperti kepala sekolah,

guru, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar.

Muchamad Mufid membahas tentang upaya guru PAI dalam

menangkal radikalisme di sekolah dan yang terakhir ditulis oleh Andik

Wahyun Muqoyyidin yang membahas tentang upaya deradikalisasi

pendidikan Islam dalam rangka membangun kesadaran inklusif-multikultural

untuk meminimalisir radikalisme Islam. Sedangkan penelitian yang akan

dilaksanakan membahas tentang pengembangan nasionalisme religius yang

ada di MTs sebagai upaya untuk mencegah radikalisme agama. Nasionalisme

religius ini penting dan harus kita lakukan bersama agar pendidikan agama

kita tidak menyumbangkan benih-benih konflik antar agama dan aksi-aksi

radikalisme atas nama agama dapat diminimalisir untuk masa depan Indonesia

yang lebih kondusif tentunya. Perbedaan kedua yaitu lokasi penelitian,

penelitian ini akan dilaksanakan di MTs Negeri 5 Sragen.

Page 62: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif ini dilakukan secara intensif, peniliti ikut berpartisipasi di lapangan,

mencatat secara hati-hati, melakukan analisis, membuat laporan. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan cara mendeskripsikan

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dengan menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong, 2008: 6).

Menurut Zuldafrial dan Lahir dalam bukunya yang berjudul Penelitian

Kualitatif (2012: 3-4), dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan

bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan

karena jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya

terlebih dahulu sebagi lazim digunakan dalam penelitian, maka sangat tidak

mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang

ada di lapangan.

Penelitian kualitatif menyesuaikan aktifitas pengamatan di lokasi

tempat berbagai fakta, data, bukti, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan

penelitian, dan hal-hal yang terjadi.

Pendekatan kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan

pada aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas dan hasil suatu

Page 63: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

49

penelitian. Dengan kata lain, pendekatan kualitatif adalah suatu mekanisme

kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriftif kata, kalimat, yang

disusun secara cermat dan sistematis mulai dari menghimpun data hingga

menafsirkan dan melaporkan penelitian (Ibrahim, 2015: 52).

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif /kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2016: 9)

Jenis penelitian yang diambil adalah penelitian lapangan (field

research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara

memperoleh melalui penyelidikan berdasarkan obyek lapangan. Dengan

sampel data dipilih dua guru BK, guru Akidah Akhlak, guru Qur’an Hadits,

guru Pendidikan Kewarganegaraan, Kepala Sekolah, dan dokumentasi.

Kemudian pengumpulan data dilakukan secara triangulasi.

Instrumen penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Salah

satunya yaitu mencegah radikalisme dengan nasionalisme religius. Perolehan

data ini dengan melakukan proses wawancara dengan sampel yang terkait

yaitu guru dan kepala sekolah. Kemudian menggunakan teknik observasi yang

merupakan kegiatan memperhatikan objek penelitian dengan seksama. Selain

itu, kegiatan observasi bertujuan untuk mencatat setiap keadaan yang relevan

dengan tujuan penelitian. Dan yang terakhir yaitu dokumentasi. Dengan

Page 64: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

50

dokumentasi, peneliti memperoleh informasi tersebut antara lain alamat,

kondisi sekolah, dan latar belakang pendidikan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di MTs Negeri 5 Sragen. Adapun

untuk waktu penelitian bisa dilakukan pada 9 Januari 2020, dan bertempat di

MTs Negeri 5 Sragen.

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat tinggi

kedudukannya. Hal ini karena instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif

adalah penelitian itu sendiri. Ia sekaligus merupakan sebagai perencana

pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan ia menjadi pelapor

hasil penelitiannya (Moleong, 2008: 18).

C. Sumber Data

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2016: 225). Sumber

data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari Lembaga sekolah (Guru,

Kesiswaan, Kepala Sekolah), peserta didik dan hasil observasi di MTs

Negeri 5 Sragen.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber sekunder

kepada pengumpul data. Misal buku, jurnal, skripsi, artikel ilmiah, serta e-

book. Data ini merupakan hasil olahan dari data primer dan disajikan

Page 65: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

51

secara baik oleh pihak pengumpul data maupun pihak lain atau data

pendukung yang sangat diperlukan penelitian ini.

Dalam penelitian yang dilakukan ini, data sekunder diambil

dengan mewawancarai peserta didik perihal kegiatan nasionalisme

religius, indikasi radikalisme agama sejak dini dan jurnal, buku, artikel

ilmiah yang berkaitan dengan pengembangan nasionalisme religius serata

upaya pencegahan radikalisme agama di sekolah.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa adanya prosedur ini, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

diinginkan.

Adapun dalam pengkajian skripsi ini, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Secara etimologi, observasi berasal dari istilah Inggris yaitu

observation yang bermakna pengamatan, pandangan, pengawasan. Atau

dalam kata keterangan sebagai observe yang berarti mengamati, melihat,

meninjau, menjalankan, mematuhi, memperlihatkan, menghormati

(Ibrahim, 2015: 80).

Secara terminologi, menurut Marshall (1995) yang dikutip oleh

Sugiyono (2016: 226), menyatakan bahwa throug observation, the

Page 66: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

52

researcher learn about behavior and the meaning attached to those

behavior. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna

dari perilaku tersebut.

Menurut Purwanto dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 94),

observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung.

Observasi sebagi teknik pengumpul data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lainnya. Metode ini

digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan Madrasah

Tsanawiyah negeri 5 Sragen. Entah itu berwujud keterlibatan guru dalam

mengembangkan karakter nasionalisme religius, upaya mencegah

radikalisme agama; metode pelaksanannya, dan respon peserta didik

dalam kegiatan tersebut. Pengamtan atau observasi di sini, peneliti

mengamati, mencatat poin-poin penting agar mengetahui secara langusung

fenomena yang diteliti.

2. Metode Wawancara

Esterber (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut. “a

meeting of two persons to exchange information and idea through

question and responses, resulting in communication and joint construction

of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

Page 67: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

53

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu, dikutip oleh

Sugiyono (2016: 231).

Menurut Adi (2004: 72) wawancara merupakan salah satu metode

pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau

hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber

data (responden).

Wawancara adalah alat pengumpulan data dengan cara

mengajuakan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.

Dengan wawancara, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan

fenimena yang terjadi (Ibrahim, 2015: 88).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang

mana peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang akan diteliti. Adapun metode ini penulis gunakan

untuk mencari tentang pengembangan karakter nasionalisme religius dan

upaya lembaga sekolah dalam menangkal radikalisme agama.

Narasumber dalam penelitian ini adalah Bapak Drs. H. Dwikur

Innama, M.Pd. (kepala sekolah), Bapak H.M.Musthofa, S.Psi., M.Pd.

(guru BK sekaligus WAKA Kesiswaan), Bapak Dasuki, M.Ag. (guru

Qyr’an Hadits), Bapak Drs. Sugeng, M.Pd. (guru Akidah Akhlak), Ibu

Rina Utari, S.Pd. (guru BK), dan Ibu Mar’atus Sholikhati A, S.Pd. (guru

PKn).

Page 68: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

54

3. Metode Dokumentasi

Dokumen atau dokumentasi dalam penelitian mempunyai dua

makna yang sering dipahami secara keliru oleh peneliti pemula. Pertama,

dokumen yang dimaksudkan sebagai alat bukti tentang sesuatu, termasuk

catatan-catatan, foto, rekaman video atau apapun yang dihasilkan oleh

seorang peneliti. Kedua, dokumen merupakan sumber yang memberikan

data atau informasi atau fakta kepada peneliti (Ibrahim, 2015: 93).

Sugiyono (2016: 240) menyatakan dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen dapat berupa

catatan harian, biografi, foto, gambar hidup, patung, film, dan lain-lain.

Adapun dokumen dalam penelitian ini berupa foto-foto bersama

responden, gedung sekolahan, dan suasana di lingkungan sekolah.

E. Analisis Data

Setiap peneliti pasti memerlukan adanya analisis data. Analisis data

merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2016: 244).

Page 69: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

55

Analisis data dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan menelaah

seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber (Hariyadi, dkk, 2009: 53).

Dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah tahap pengorganisasian

data yang dilakukan dengan mengatur, mengelompokkan, ataupun

mengkategorikannya, dan juga tahap memahami, menafsirkan, dan mencari

hubungan dari data-data yang diperoleh. Dalam melakukan analisis, peneliti

juga perlu memberikan argumentasi dan juga rujukan. Jadi analisis bisa

dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk mendialogkan antar teori tafsiran

penelitian.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting atas konsep kesahihan

(validitas) dan keandalan (reliabilitas), maka untuk menjamin validitas data,

akan dilakukan dengan teknik triangulasi data. Triangulasi merupakan teknik

penarikan kesimpulan yang sesuai diperlukan tidak hanya dari satu cara

pandang (Sutopo, 2002: 79).

Terdapat empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan keabsahan

data menurut Sugiyono (2016: 270) yaitu credibility (validitas internal),

transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (obyektivitas). Sedangkan yang berkaitan di sini hanya

menggunakan 3 unsur, yaitu:

1. Credibility (Validitas Internal)

Page 70: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

56

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan

teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck (Sugiyono, 2016:

270)

2. Dependability (Reliabilitas)

Reliabilitas merupakan gejala yang tampak dalam pengumpulan data

pertama tetap bertahan atau tidak berubah pada pengukuran kedua dan

seterusnya bila dipergunakan alat yang sama (Nawawi, 1995: 139).

3. Confirmability (Obyektivitas)

Sebagai ciri keabsahan data dalam penelitian kualitatif, bermakna adanya

kepastian terhadap setiap data yang didapatkan (Ibrahim, 2015: 121).

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang diakukan

dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil

penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

Page 71: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

57

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 5 Sragen

MTs N 5 Sragen beralamat di cantel kulon. Madrasah Tsanawiyah

Negeri 5 Sragen merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki visi

misi yang tak jauh dengan pembentukan akhlak pada peserta didik yang

berbudi Islami, unggul dalam prestasi, dan terampil.

MTs Negeri 5 Sragen dibagi menjadi 2 kelas yaitu kelas unggulan

dan kelas regular. MTs Negeri 5 Sragen mempunyai visi misa khusus

untuk menjadi sebuah lembaga pendidikan yang diharapkan mampu

mengantarkan out put (lulusan) yang shales berIMTAQ dan berIPTEK,

dalam arti lulusan yang unggul dalam dua dimensi pendidikan; agama

(kurikulum kemenag), umum (penguasaan baca tulis Al-Qur’an dan

tajwid, praktik ibadah, dan baca Kitab. Ada jam tambahan untuk kelas

unggulan, meliputi tahfidzh, bahasa Arab, bahasa Inggris, Matematika,

IPA terpadu.

Hal tersebut bertujuan untuk mempersiapkan UN, menguasai dan

menghafalkan kosakata bahsa Arab, percakapan bahasa Arab dengan

berbagai tema, hafal dan tartil juz 30 di kelas 7, kelas 8 melanjutkan

hafalan di kelas 7, kelas 7 hafal 1000 kata. Kelas 8 bertambah hafal 500

kata sehingga menjadi 1500 kata, aktif berbahasa Arab dengan berbagai

tema, menguasai dan menghafalkan kosakata bahasa Inggris, aktif

Page 72: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

58

berbahasa Inggris, juara KSM di tingkat Kabupaten, Provinsi, dan

Nasional, juara olimpiade di tingkat Kabupaten, Provinsi, dan Nasional.

2. Sejarah Singkat Berdirinya MTs N 5 Sragen

MTs Negeri 5 Sragen adalah sebuah Lembaga Pendidikan

menengah yang ada di Jalan Letjen Suprapto No. 47, Kabupaten Sragen,

Provinsi Jawa Tengah. Sebuah Madrasah Tsanawiyah setingkat sekolah

menengah pertama yang bergerak dalam bidang pendidikan akademik

maupun non akademik yang sedang berkembang untuk bersaing dari para

kompetitor.

Sejak mulai tahun 1968, MTs Negeri 5 Sragen mulai untuk

didirikan oleh umat Islam Sragen, kemudian dinegerikan oleh Pemerintah

pada tahun 1995 dan telah mengalami perkembangan yang cukup

signifikan.

Untuk itu dalam jangka lima tahun (2015-2019), MTs Negeri 5

Sragen yang setiap tahunnya harus mampu merumuskan rencana strategi

untuk lebih berkembang dan mampu bersaing dengan kompetitor lainnya.

Perumusan rencana strategi dapat dilakukan dengan melalui dua alur

penting yaitu, Alur pertama, analisis SWOT dan untuk kemudian

menganalisis alternatif strategi. Alur kedua, identifikasi dan penilaian

terhadap harapan stakeholders. Kedua jalur ini dipertemukan dalam

analisis dalam penentuan strategi MTs Negeri 5 Sragen tahun 2015 –

2019.

Page 73: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

59

3. Visi dan Misi MTs N 5 Sragen

a. Visi

Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen sebagai lembaga

pendidikan dasar yang berciri khas Islam perlu mempertimbangkan

harapan peserta didik, orang tua peserta didik, lembaga pengguna

lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya.

Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen juga diharapkan merespon

perkembangan dan tatangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi, era reformasi dan global yang sangat cepat. Madrasah

Tsanawiyah Negeri 5 Sragen ingin mewujudkan harapan dan respon

dalam visi berikut: Terwujudnya peserta didik yang Unggul dalam

Prestasi, Terampil, dan Berbudi Islami.

b. Misi Madrasah

1) Menyelenggarakan pendidikan dengan pembelajaran yang efektif

dan berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik

2) Menyelenggarakan pendidikan bernuansa Islam dengan

menciptakan lingkungan yang agamis di madrasah

3) Menyelenggarakan pembinaan dan pelatihan life skill untuk

menggali dan menumbuhkembangkan minat, bakat peserta didik

yang berpotensi tinggi agar dapat berkembang secara optimal

4) Menumbuhkembangkan budaya akhlakul karimah pada seluruh

warga madrasah.

Page 74: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

60

4. Profil Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen

Tabel 3.1 Identitas MTsN 5 Sragen

a. Identitas Sekolah

Nama sekolah MTsN 5 Sragen

NPSN 20363859

Jenjang Pendidikan MTs

Status Sekolah Negeri

Alamat Sekolah Jl. Letjend. Suprapto No. 47, Kebayan

2

Kelurahan Sragen Kulon

Kecamatan Sragen

Kabupaten/Kota Sragen

Provinsi Jawa Tengah

Negara Indonesia

Kode Pos 57212

Posisi Geografis - Lintang

- Bujur

b. Data Lengkap

SK Pendirian Sekolah 515A Tahun 1995

Tanggal SK Pendirian 25/11/1995

Status Kepemilikan Pemerintah

SK Izin Operasional 515A Tahun 1995

Tgl SK Izin Operasional 25/11/1995

Akreditasi A

No. SK. Akreditasi 220/BAP-SM/X/2016

Tanggal SK. Akreditasi 16/10/2016

Rekening Atas Nama -

Luas Tanah Milik (m2) -

Luas Tanah Bukan Milik (m2) -

Nama Wajib Pajak -

NPWP -

c. Kontak Sekolah

Nomor Telepon (0271) 890252

Nomor Fax -

Email [email protected]

Website mtsn5sragen.sch.id

Page 75: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

61

5. Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen

Tabel 3.2 Struktur Organisasi MTsN 5 Sragen

6. Data Guru dan Karyawan Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen

Tabel 3.3 Data Guru Dan Karyawan MTsN 5 Sragen

No. NAMA JABATAN

DINAS TIM

1. Drs. H. Dwikur Innama,

M.Pd. Kepala Sekolah Penanggungjawab

2. H.Zaini, M.Pd. Komite Sekolah Pembina

3. Jumirah Kepala TU KTU

4. Purwadi, S.Pd., M.Pd.

Wakil kepala

urusan

kurikulum

Ketua

5. Suranto, S.Pd.

Wakil kepala

urusan

kurikulum

Sekretaris

6. M. Subehi, S.Pd.

Wakil kepala

urusan

kurikulum

Anggota

7. Tri Wahyono, S.Pd. Wakil kepala Ketua

Page 76: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

62

urusan

kesiswaan

8. Sukamta, S.Pd., M.Pd.

Wakil kepala

urusan

kesiswaan

Anggota

9. H.M. Musthofa, S.Psi.,

M.Pd.

Wakil kepala

urusan

kesiswaan

Anggota

10. Rohmadi, S.Pd., M.Pd. Wakil kepala

urusan sarpras Ketua

11. Drs. H. Kismanto, M.Pd. Wakil kepala

urusan sarpras Anggota

12. Sunaruo, S.Pd. Wakil kepala

urusan sarpras Anggota

13. Dasuki, S.Ag. Wakil kepala

urusan humas Ketua

14. Drs. Sugeng, M.Pd. Wakil kepala

urusan humas Anggota

15. Dra. Ngatmi Wakil kepala

urusan humas Anggota

16. Endang Listyowulan, S.Pd.

Kepala

pengelola

perpustakaan

Anggota

17. Titik Lestari, S.Pd., M.Pd.

Kepala

pengelola Lab.

IPA

Anggota

18. Sriyanti Paamungkasari,

S.Pd.

Kepala

pengelola Lab.

BAHASA

Anggota

19. Priyo Utomo, S.Pd.

Pembina OSIS

dan

Ekstrakulikuler

Angota

20. Ernawati, S.Pd. Guru Koordinator

Mapel IPA

21. Rindang Kasih, S.Pd.,

M.Si. Guru

Koordinator

Mapel

Matematika

22. Sri Sugihartini, S.Pdi.,

M.Pd. Guru

Koordinator

Mapel Bahasa

Arab

23. Didik Hariyanto, S.Kom. Guru Koordinator

Mapel Komputer

24. Sri Handayani, S.Pd. Guru Koordinator

Mapel IPS

Page 77: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

63

25. Lely Pujilestari, M.Pd. Guru

Koordinator

Mapel Bahasa

Inggris

26. Yutanti, S.Pd. Guru

Koordinator

Mapel Bahasa

Indonesia

27. Isnanik, S.Pd., M.Pd. Koordinator

BP/BK

Koordinator

BP/BK

28. Habiburrohman, S.Pd. Guru

Koordinator

Mapel Seni dan

Olahraga

29. Riris Jarwati, S.Pd. Guru Anggota

30. Kusnah Kustanto, S.Ag. Guru Anggota

31. Marfuah, S.Pd., M.Pd. Guru Anggota

32. Nurul Badriyah, S.PdI. Guru Anggota

33. Yuli Astuti, S.Pd. Guru Anggota

34. Sri Marwaningsih, S.Ag.,

M.Pd. Guru Anggota

35. Irfandi, S.PdI. Guru Anggota

36. Wiji Andriyani, S.Pd. Guru Anggota

37. Dra. Mulyani Guru Anggota

38. Dhika Tesyana MI, S.Pdi.,

M.Pd. Guru Anggota

39. Fakih Haq Arizal Kurba,

S.Pdi. Guru Anggota

40. Erlin Fajarwati, S.Pd. Guru Anggota

41. Fibri Muji Precisely, S.Pd.,

M.Pd. Guru Anggota

42. Umi Sumarah, S.Pd Guru Anggota

43. Dra. Daryani Guru Anggota

44. Siti Nurul Fuadah, S.Ag.,

M.Pd. Guru Anggota

45. Ari Marwijana, S.Si. Guru Anggota

46. Edi Suyatno, S.Pd., M.Pd. Guru Anggota

47. Suwarti, S.Pd., M.Pd. Guru Anggota

48. Dra. Rahayu Wijihastuti Guru Anggota

49. Rina Utari, S.Pd. Guru Anggota

50. Sri Suwarsini, S.Pd., M.Pd. Guru Anggota

51. Mar’atus Sholihati A, S.Pd. Guru Anggota

Page 78: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

64

B. Analisis Data

1. Bentuk-Bentuk Pengembangan Nasionalisme Religius di MTs N 5

Sragen

Dalam konteks ini, pendidikan agama Islam sebagai penyadaran

umat dihadapkan pada problem bagaimana mengembangkan pola

keberagaman berbasis nasionalis, pluralis dan religius, sehingga pada

akhirnya dalam kehidupan masyarakat tumbuh pemahaman keagamaan

yang toleran, nasionalis, religius dan berwawasan multikultur. Hal ini

penting sebab dengan tertanamnya kesadaran demikian, sampai batas

tertentu akan menghasilkan corak paradigma beragama yang hanif. Ini

semua mesti dikerjakan pada level bagaimana membawa pendidikan

agama dalam paradigma yang nasionalis dan religius.

Jika dilihat dari temuan di atas, penting sekali untuk

mengembangkan nasionalisme religius pada anak-anak. Oleh karena itu,

guru sebagai figur panutan harus mampu membimbing dan memberikan

teladan yang tepat kepada anak tentang sikap nasionalisme religius.

Nasionalisme religius bukan mengajarkan tentang negara Islam.

Nasionalisme religius didefinisikan sebagai sikap cinta kepada tanah air

namun tetap dalam asas keIslaman. Dengan istilah “agama pondasi untuk

bernegara”.

Guru dan sekolah memegang peranan penting dalam

mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman yang nasionalis dan

Page 79: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

65

religius di sekolah. Apabila guru mempunyai paradigma pemahaman

keberagaman yang nasionalis dan religius, maka dia juga akan mampu

mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman tersebut

pada siswa di sekolah.

“Guru dan kepala sekolah berperan penting dalam hal ini, guru

mengajak dan mengajarkan pada siswa dalam mengerjakan sesuatu

harus tulus, ikhlas dengan memberi penjelasan dan memahamkan

pada anak bahwa seluruh tujuan kegiatan akan bermanfaat untuk

diri anak sendiri. Kemudian kepala sekolah memberikan

pembinaan sewaktu-waktu secara kolosal di masjid ba’da sholat

dzuhur.” (ulas Bapak Dwikur Innama selaku kepala sekolah MTsN

5 Sragen).

Nasionalisme religius diberikan untuk menghindari anak dari

resiko negatif perilaku radikal. Maka dari itu di MTs N 5 Sragen

mempunyai kegiatan yang dapat membentuk dan mengembangkan

karakter pada anak didik. Salah satunya yaitu kegiatan sosial dan

keIslaman.

Kegiatan sosial diajarkan semata-mata supaya anak didik mampu

bagaimana bersikap dengan masyarakat sekitar, bagaimana perilaku yang

sopan dan baik serta pembicaraan yang tidak menyinggung. Bagaimana

merangkul masyarakat dalam kebaikan. Tidak hanya dengan masyarakat

luar sekolah melainkan juga dengan masyarakat dalam sekolah. Anak

didik harus saling menghormati kepada guru dan staf yang ada di sekolah

juga kepada teman-temannya.

Begitupan kegiatan keagamaan, kegiatan tersebut semata-mata

sebagai wujud iman kepada Allah. Membiasakan siswa untuk tetap

Page 80: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

66

beribadah kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya. Dengan pedoman dan

penjelasan yang benar dan sesuai Al-Qur’an, Hadits dan Ijma’.

Bentuk-bentuk pengembangan nasionalisme religius yang ada di

MTs N 5 Sragen adalah:

a. Upacara bendera setiap tanggal 17, hari besar Nasional dan hari

besar Islam

Usia remaja adalah usia dimana anak tersebut mencari jati

dirinya, maka dari itu di MTs N 5 Sragen terdapat kegiatan-kegiatan

pengembangan karakter yang religius, selain itu tidak hanya

mengembangkan sikap religiusnya saja akan tetapi memiliki

kebanggaan terhadap negara “Agama sebagai pondasi untuk

bernegara”. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sugeng selaku

Guru Akidah Akhlak di MTs N 5 Sragen:

“Bentuk pengembangan nasionalisme religius yang diajarkan

kepada siswa meliputi upacara bendera setiap tanggal 17 dan

hari besar, serta hari besar Islam. Selain itu ada kegiatan

pengajian dengan mengundang lingkungan seperti

berkolaborasi dengan kecamatan, kota, kelurahan dan RT

setempat.” (wawancara pada 9 Januari 2020)

MTs N 5 Sragen ini adalah MTs negeri yang mau tidak mau

keloyalan pada pemerintah itu tinggi. Bukti keloyalan terhadap

pemerintah yaitu kebanggaan terhadap merah putih. Walaupun di MTs

N 5 Sragen terdapat berbagai paham namun di MTs ini selalu

diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati. Seperti yang

disampaikan oleh Bapak Musthofa selaku guru BK:

Page 81: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

67

“Walaupun sini ada berbagai faham tetapi setelah masuk ke

MTs N 5 Sragen ini faham-faham itu ditanggalkan dulu yang

dipentingkan adalah kenegaraan sebagai warga negara.

Sehingga ketika ada upacara hari-hari besar Islam semua siswa

mengikuti upacara bendera. Hormat kepada bendera Merah

Putih” (wawancara pada 10 Januari 2020)

Selain itu di MTs N 5 Sragen juga biasa memperingati hari

santri yang mana di sekolah majemuk tidak memperingatinya.

Kegiatan upacara ini sebagai salah satu wujud cinta pada tanah

air, membentuk siswa untuk berjiwa nasionalis.

b. Pengembangan nasionalisme religius melalui mata pelajaran

Pengembangan nasionalisme diajarkan pada anak bisa dengan

melalui materi pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Mar’atus selaku

guru PKn di MTs N 5 Sragen:

“Saya mewajibkan semua siswa yang saya ajar untuk hafal

UUD 1945 terutama pada bagian pembukaan dan pasal-pasal

yang terkait dengan materi-materi yang diajarkan.”

(wawancara pada 10 Januari 2020)

Hal tersebut dilakukan oleh guru PKn supaya anak tahu

bagaimana norma-norma yang harus dilakukan. Supaya anak terbiasa

dengan perilaku yang mencerminkan norma-norma dalam kehidupan.

Begitupun dalam mata pelajaran Akidah Akhlak, siswa

diajarkan untuk bersikap baik terhadap sesama. Saling menghargai

kepada teman, guru, dan karyawan. Akidah akhlak adalah mata

pelajaran yang sangat berhubungan dengan pencegahan radikalisme.

Karena memang mata pelajaran ini mengajarkan dan membentuk

Page 82: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

68

akhlak peserta didik. Selain itu guru juga sebagai teladan yang patut

ditiru.

Pada mata pelajaran Qur’an Hadits juga disinggung tentang

toleransi supaya anak dapat bertoleransi dengan sesama. Menghafal

asmaul husna juga diwajibkan pada mata pelajaran ini. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Dasuki selaku Guru Qur’an Hadits:

“Di Mts ada materi tentang ajaran toleransi, dalam Q.S. Al-

Kafirun, Q.S. Al-Bayyinah. Jika ada orang muslim

menjalankan agama maka kelak akan mendapat kan balasan

yang baik di akhirat. Tolong menolong kepada seluruh umat

manusia” (Wawancara pada 10 Januaro 2020)

c. Sholat Berjama’ah

Kegiatan pengembangan nasionalisme religius yang ketiga

adalah adanya kegiatan sholat berjama’ah yang dilakukan oleh semua

warga MTs N 5 Sragen. Sholat berjamaah ini dibagi menjadi 3, yaitu

sholat dzuhur berjama’ah, sholat dhuha berjama’ah, sholat jum’at

berjama’ah. Berikut akan dijelaskan:

1) Sholat dzuhur berjama’ah

Sholat dzuhur berjama’ah sudah dilakukan sejak MTs N 5

Sragen berdiri. Hal ini sudah menjadi kebiasaan di MTs N 5

Sragen. Namun, semakin kesini ada sistem baru yaitu ketika sholat

dzuhur berjama’ah bagi siswa perempuan yang sedang menstruasi

duduk di depan BP untuk menunggu teman-temannya sholat dan

Page 83: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

69

juga mendengarkan nasehat dari kepala sekolah setelah sholat

berlangsung.

Hal ini dilakukan sebagai wujud pembentukan akhlak siswa

agar senantiasa berbuat baik dalam keadaan apapun. Senantiasa

ingat kepada Allah SWT.

Ketika sholat dzuhur berjama’ah yang menjadi imam

bergantian dan tidak memandang salah satu paham saja. Syaratnya

yaitu baligh, bacaannya yang fasih, hafalannya baik, mengetahui

rukun-rukun shalat.

2) Sholat dhuha berjama’ah

Sholat dhuha berjama’ah ini dilakukan setiap hari.

Dilakukan secara rolling class. Tujuan dari diadakannya sholat

dhuha untuk memberikan pengetahuan tentang agama,

memberikan muhasabah, dan memberikan pemahaman tentang

segala aktifitas yang bertentangan dengan ajaran agama islam.

3) Sholat jum’at berjama’ah

Sholat jum’at wajib dikerjakan oleh semua umat laki-laki

yang beragama islam, tapi di MTs N 5 Sragen perempuan juga

harus mengikuti sholat jum’at dengan ditambah sholat dhuzur.

Sedangkan untuk penganut paham lain diperbolehkan untuk

melaksanakan sholat jum’at di tempat yang mereka kehendaki. Ini

bertujuan untuk memperkenalkan siswa-siwi arti dari toleransi dan

keberagaman dalam beragama.

Page 84: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

70

d. Infaq jum’at

Infaq jum’at dilakukan setiap hari jum’at. Uang infaq tersebut

nantinya digunakan untuk membantu siswa yang terkena musibah,

seperti: lelayu, sakit, terkena bencana alam, dan kecelakaan. Kegiatan

ini dilakukan untuk melatih empati peserta didik pada orang lain.

e. Mengadakan pertemuan konseling setiap siswa yang dilakukan

oleh guru agama dan BK

Kegiatan ini dilakukan semata-mata untuk mengetahui

perkembangan peserta didik di sekolah maupun di lingkungan

keluarga. Serta memberikan pengarahan kepada wali murid terkait isu-

isu yang sedang terjadi seperti isu tindak radikalisme agama.

2. Upaya Pencegahan Radikalisme Agama di MTs N 5 Sragen

Radikalisme dalam pendidikan memiliki potensi ancaman yang

sangat berbahaya dalam mewujudkan kelangsungan kualitas pendidikan.

Radikalisme bisa muncul kapan saja, dimana saja dan dapat dilakukan

oleh siapa saja. oleh sebab itu radikalisme perlu disikapi secara utuh dan

komprehensif yang meliputi berbagai aspek melakukan sinergi secara rapi

dan tepat.

Dalam hal ini upaya sekolah sangatlah penting dalam mencegah

radikalisme agama yang masuk dalam pendidikan khususnya di MTs N 5

Sragen. walaupun di MTs N 5 Sragen tidak ada deteksi-deteksi yang

mencurigakan tentang tindak radikal namun, alangkah baiknya mencegah

Page 85: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

71

sebelum terjangkit. Berikut adalah upaya sekolah dalam menangkal

radikalisme agama di MTs Negeri 5 Sragen:

a. Teoritis

1) Memberikan prinsip bahwa kebenaran hanya milik Allah SWT.

2) Memberikan pengetahuan melalui mata pelajaran, misal akidah

akhlak. Dalam materi ini anak diajarkan iman kepada Allah,

akhlak kepada orang lain, akhlak pergaulan remaja, akhlak

bertetangga. Itu semua wujud dari sikap toleransi.

3) Diberi pencerahan tentang toleransi dan jihad pada siswa. Diberi

pengantar bahwa Islam itu tidak membunuh dan mengerjakan

toleransi pada sesama. Sesuai dengan Q.S. Al-Kafirun dan Q.S.

Al-Bayyinah.

4) Guru PAI membekali dirinya dengan pemahaman yang luas dan

lintas madhab sehingga mampu memenuhi kehausan spiritual

siswa dengan pencerahan yang bersendikan perdamaian dan

kesejukan ajaran Islam.

b. Praktis

1) Menjalankan agama berdasarkan perintah. Sesuai pemahaman

yang benar dari para Salafus Shalih (orang yang dekat dengan

nabi). Tetap merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits yang shahih.

2) Pemantauan terhadap kegiatan dan materi mentoring keagamaan.

Keberadaan kegiatan mentoring agama Islam atau kegiatan Rohis

yang lain di sekolah sesungguhnya sangat membantu tercapainya

Page 86: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

72

tujuan pendidikan agama Islam. Namun jika guru PAI tidak

melakukan pendampingan dan mentoring, dikhawatirkan terjadi

pembelokan kegiatan mentoring dan rohis lainnya.

3) Memberikan pembinaan sewaktu2 secara kolosal di masjid ba’da

sholat Dhuhur oleh Kepala sekolah.

Dalam rangka mencegah radikalisme agama di sekolah khususnya di

MTs N 5 Sragen ada beberapa sikap nasionalisme religius yang bisa

dikembangkan, antara lain:

1) Upacara bendera setiap tanggal 17, hari besar Nasional dan

hari besar Islam

Kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan upaya mencegah

radikalisme agama. Upacara bendera sebagai wujud kecintaan kita

terhadap tanah air sehingga dengan begitu peserta didik sudah

terdidik untuk menjaga tanah air dan tidak ingin merusaknya.

2) Pengembangan nasionalisme religius melalui mata pelajaran

Pada mata pelajaran PKn sudah jelas bahwa siswa

diwajibkan untuk hafal pembukaan UUD 1945 dan juga pasal-

pasal yang terkait dengan materi serta norma-norma kehidupan.

Kaitannya dengan pencegahan radikalisme agama adalah supaya

anak bersikap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

Indonesia.

Page 87: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

73

Pada mata pelajaran akidah akhlak. Pada mata pelajaran ini

anak diajarkan tentang iman kepada Allah. Kaitannya dengan

pencegahan radikalisme agama adalah mempercayai bahwa

kebenaran hanya milik Allah. Tidak ada yang saling menyalahkan

antara paham yang satu dengan paham yang lain. Karena setiap

paham memiliki pedoman masing-masing.

Pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Pada mata pelajaran

ini siswa dibiasakan bahwa ketika memahami nas keagamaan tidak

hanya secara tekstual saja melainkan juga melihat maknanya, serta

ij’ma terdahulu. Di dalam mata pelajaran ini siswa juga diajarkan

tentang toleransi sesuai dengan Q.S. Al-Kafirun dan Q.S. Al-

Bayyinah.

3) Sholat berjama’ah

Sholat barjamaah yang dilakukan di MTs N 5 Sragen erat

kaitannya dengan upaya pencegahan radikalisme agama. Salah

satunya yaitu pada sholat dzuhur berjama’ah, untuk menjadi imam

sholat guru tidak memilih berdasarkan paham. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Mustofa:

“ketika sholat dzuhur berjam’ah semua warga MTs N 5

Sragen wajib melaksanakannya. Lalu untuk imamnya

apakah hanya dari guru? Tidak. Siswa juga dilatih untuk

menjadi imam sholat. Di sini kan tidak hanya ada satu

paham saja melainkan ada berbagai paham. Sehingga

dalam pemilihan imam sholat dengan syarat yang umum

seperti: bacaannya fasih dan hafalannya baik. Sehingga

tidak ada pilih kasih diantara kita semua”

Page 88: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

74

Sementara ketika sholat jum’at berjamaah bagi yang

memiliki paham lain dan ketika melaksakan sholat jum’at harus di

masjidnya maka dari pihak sekolah memberikan ijin kepada

peserta didik yang akan melaksanakan sholat jum’at di luar sekolah

dengan ijin BK.

Kaitannya dengan radikalisme agama adalah siswa

diajarkan untuk memiliki sikap toleransi kepada orang lain. Saling

menghargai orang lain. Selain itu sebagai pengetahuan pada siswa

bahwa dalam Islam juga terdapat berbagai paham yang mungkin

ada sebagian yang berbeda dari paham yang dianut.

4) Infaq jum’at

Kagiatan nasionalisme religius yang selanjutnya adalah

infaq jum’at. Infaq jum’at dapat digunakan sebagai upaya

pencegahan radikalisme agama. Karena dengan infaq jum’at

berarti peserta didik diajarkan dan dibiasakan untuk

berperikemanusiaan.

5) Mengadakan pertemuan konseling setiap siswa yang dilakukan

oleh guru agama dan BK

Radikalisme seringkali menyusup tanpa sadar melalui

berbagai pintu. Termasuk sosial ekonomi. Ini berarti tugas sekolah

untuk mencegah radikalisme agama tidak bisa sendirian melainkan

dengan orangtua dan masyarakat. Maka dari itu sekolah

mengadakan pertemuan konseling setiap siswa yang dilakukan

Page 89: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

75

oleh guru agama dan guru BK demi mengetahui perkembangan

anak di sekolah dan juga lingkungan keluarga serta dalam

masyarakat. Selain itu memberikan penyuluhan tentang tindak

radikalisme supaya para orangtua yang belum mengetahui tentang

hal tersebut dapat mengetahuinya. Dengan pengawasan dari kepala

sekolah tentang kegiatan tersebut dengan cara memantau langsung

dilapangan dan menanyakan kepada guru yang bertanggungjawab

pada pelaksanaan kegiatan.

Page 90: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penilitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa

kesimpulan yang berkaitan dengan upaya guru dalam memberikan

pemahaman dan pengajaran untuk membentuk sikap dan membiasakan siswa

dalam berperilaku nasionalis religius demi mencegah radikalisme agama.

Diantaranya adalah:

1. Bentuk-bentuk Pengembangan Nasionalisme Religius di MTs N 5

Sragen

a. Upacara bendera setiap tanggal 17, hari besar Nasional maupun Islam.

b. Pengembangan nasionalisme religius melalui mata pelajaran PKn,

Akidah Akhlak, dan Qur’an Hadits.

c. Pembiasaan sholat wajib dan sunnah berjama’ah serta sholat jum’at

berjama’ah.

d. Infaq setiap hari jum’at.

e. Pertemuan wali murid sebagai konseling siswa dengan guru agama

dan guru BK.

Page 91: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

77

2. Upaya Sekolah dalam Mencegah Radikalisme Agama di MTs N 5

Sragen

Upaya yang dilakukan sekolah dalam mencegah radikalisme

agama di MTs N 5 Sragen ada dua yaitu upaya teoritis dan upaya praktis.

Berikut paparannya:

a. Upaya teoritis

1) Memberikan prinsip bahwa kebenaran hanya milik Allah SWT.

2) Memberikan pengetahuan melalui mata pelajaran.

3) Memberikan pengertian tentang toleransi dan jihad pada siswa.

4) Guru PAI membekali dirinya dengan pemahaman yang luas dan

lintas madhab.

b. Upaya praktis

Upaya yang dilakukan di MTs N 5 Sragen dalam pencegahan

radikalisme agama adalah dengan cara pengembangan nasionalisme

religius yang ada di MTs N 5 Sragen, yaitu:

1) Upacara bendera setiap tanggal 17, hari besar Nasional maupun

Islam.

2) Pengembangan nasionalisme religius melalui mata pelajaran PKn,

Akidah Akhlak, dan Qur’an Hadits.

3) Pembiasaan sholat wajib dan sunnah berjama’ah serta sholat

jum’at berjama’ah.

4) Infaq setiap hari jum’at.

Page 92: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

78

5) Pertemuan wali murid sebagai konseling siswa dengan guru agama

dan guru BK.

Islam mengajarkan perdamaian, toleransi dan jauh dari perilaku

radikal yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Ajaran aman, nyaman,

dan damai dalam Islam adalah sebagaimana disabdakan Rasulullah Saw,

bahwa “al-Muslimu man salima al-Muslimuna min yadihi wa lisanihi”.

Muslim sejati adalah seseorang yang membuat nyaman umat Islam yang

lain dari kejahatan tangan dan lisannya. Muslim sejati adalah muslim yang

bisa berperan sebagai problem solver bukan menjadi problem maker bagi

umat Islam yang lain. “Khairu an-nas anfa’uhum li an-nas”.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan di atas, maka penulis

mengajukan beberapa saran guna perkembangan selanjutnya ke arah yang

lebih baik, yaitu:

1. Saran untuk guru

a. Guru lebih memperhatikan sikap siswa di sekolah dan

mengkomunikasikan setiap tindakan yang tidak sesuai kepada guru,

ataupun teman, dan mungkin orangtua.

b. Guru sebaiknya tidak hanya menyuruh siswa dalam melakukan akan

tetapi juga sebagai teladan bagi mereka. Karna guru adalah digugu lan

ditiru.

Page 93: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

79

c. Guru dan kepala sekolah dapat memaksimalkan perannya sebagai

pendamping siswa di sekolah dalam memberikan pendidikan agama

dengan mempraktekkan teori yang sudah ada.

d. Kepala sekolah dapat memaksimalkan pengawasan kepada siswa atau

guru dengan mendeteksi sikap radikalisme agama sejak dini.

e. Dalam konteks ini, pendidik dituntut sekreatif mungkin untuk

mendesain serta menggunakan metode dan media pembelajaran yang

tepat, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk

menginternalisasi dan mengaktualisasikan nilai-nilai toleransi ke

dalam kehidupan konkrit sehari-hari.

2. Saran untuk orang tua

Orang tua haruslah memperhatikan pertumbuhan dan

perkembangan sikap anak di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah

agar memiliki perilaku sesiau norma pancasila dan Al-Qur’an serta Hadits.

3. Bagi sekolah

Sekolah sebaiknya memberikan workshop atau himbauan kepada

orang tua dan guru mengenai materi radikalisme agama dan cara

pencegahannya serta bagaimana mendeteksi sikap radikal sejak dini

kepada peserta didik yang sedang di usia remaja ini. Sehingga masyarakat

khususnya wali murid yang masih close mind dapat open minded dalam

menyikapi hal ini.

Page 94: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

80

4. Kepada semuanya

Kita membutuhkan sikap saling mengerti dan menghargai satu

sama lain dan tidak memandang salah kepada orang lain yang berbeda

faham dengan kita. Saling bertoleransi kepada sesama. Karena apa yang

kita lakukan pasti mengacu pada dasar dan pedoman kita masing-masing.

5. Bagi peneliti berikutnya

Diharapkan untuk dapat memperdalam materi pengembangan

nasionalisme religius sebagai pencegahan radikalisme agama dan

menambah jumlah responden agar data yang dihasilkan lebih akurat.

Page 95: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Junaidi. 2014. Radikalisme Agama: Dekonstruksi Tafsir Ayat-Ayat

“Kekerasan” dalam Al-Qur’an dalam Jurnal IAIN Raden Intan Lampung:

Vol. 8, No. 2.

Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.Agus,

Bustanuddin. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar

Antropologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Amin. Nasihun. 2012. Menyemai Nasionalisme dari Spirit Agama dalam Jurnal

Teologia, Vol. 23, No. 1.

Andayani, Dian dan Majid, Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Aulia, Listya Rani. 2016. Implementasi Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter

bagi Peserta Didik di Sekolah Dasar Juara Yogyakarta dalam Jurnal

Kebijakan Pendidikan, Vol. V.

Azra, Azyumardi. 1999. Politik Demi Tuhan; Nasionalisme Religius di Indonesia.

Bandung: Pustaka Hidayah.

Bakri, Syamsul. 2004. Islam dan Wacana Radikalisme Agama Kontemporer dalam

Jurnal DINIKA, Vol. 3 No. 1.

Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rieneka Cipta.

Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia.

Bandung: Alfabeta.

Damayanti, Ninin Prima, dkk. 2003. Radikalisme Agama Sebagai Salah Satu Bentuk

Perilaku Menyimpang: Studi kasus Front Pembela Islam dalam Jurnal

Krimonologi Indonesia, Vol. 3 No. 1.

Dault. Adhyaksa. 2005. Islam dan Nasionalisme; Reposisi Wacana Universal dalam

Konteks Nasional. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Fadlillah, Muhammad; Khorida, Lilif Muallifatul. 2013. Pendidikan Karakter Anak

Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hariyanto, Dany. 2004. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Solo: Delima.

Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Ilahi, Mohammad Takdir. 2012. Nasionalisme dalam Bingkai Pluralitas Bangsa:

Paradigma Pembangunan dan Kemandirian Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam: Studi Kritis dan Refleksi

Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.

Jalaluddin. 2008. Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan

Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

KBBI. http://kbbi.kemendikbud.go.id. Akses 29 November 2019.

Kurdi, Alfi Jabar. 2019. Islam Nusantara: Solusi Menyikapi Problem Radikalisme

Agama dalam Jurnal Studi Keislaman, Vol. 19 No. 1. Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga.

Page 96: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

82

Kompasiana; Penyunting, Sigit Giri Wibowo. 2013. Cinta Indonesia Setengah.

Yogyakarta: Bentang.

Laisa, Emna. 2014. Islam dan Radikalisme dalam Jurnal Islamuna, Vol. 1, No. 1.

Lies, Arifah. 2009. Implementasi Pendidikan IMTAQ di SMP Negeri 2 Bantul. Tesis:

Universitas Negeri Yogyakarta.

M. Echols, John & Shadily, Hassan. 1975. An English-Indonesian Dictionary. New

York: Cornell University.

Magnis, Franz dan Suseno. 2006. Berebut Jiwa Bangsa; Dialog, Perdamaian, dan

Persaudaraan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Muawanah, Siti. 2015. Nasionalisme melalui Pendidikan Agama pada Peserta Didik

SMA/SMK/MA di Wilayah Perbatasan Kalimantan Barat dalam Jurnal

SmaRT Vol. 01, No. 02.

Muchith, M. Saekan. 2016. Radikalisme dalam Dunia Pendidikan dalam Jurnal

Addin, Vol. 10, No. 1

Mufid, Muchamad. 2017. Skripsi: Peranan Guru PAI dalam Upaya Menangkal

Radikalisme Pada Peserta Didik di SMA N 9 Yogyakarta. Program Studi

Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN

Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Muljana, Salamet. 2008. Kesadaran Nasionalisme; Dari Kolonialisme sampai

Kemerdekaan, Jilid I. Yogyakarta: LkiS.

Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. Jakarta:

t.tp.

Munip, Abdul. 2012. Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah dalam Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. I, No. 2.

Muqoyyidin, Andik Wahyun. 2013. Membangun Kesadaran Inklusif-Multikultural

untuk Deradikalisasi Pendidikan Islam dalam Jurnal Pendidikan Islam,

Vol. II, No. 1.

Nawawi, H. Handari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah

Mada Uneversity Press.

Noorhaidi. 1998. Menentang Negara Sekular; Kebangkitan Global Nasionalisme

Religius). Bandung: Mizan.

Nugraha, Asep Nendi. 2017. Skripsi: Konsep Nasioanlisme Religius Soekarno.

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam. Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam. UIN, Yogyakarta.

Pusat Bahasa Depdiknas RI. Kamus Bahasa Indonesia dalam Munip, Abdul. 2012.

Menangkal Radikalisme Agama di Sekolah dalam Jurnal Pendidikan Islam

Vol. 1, No. 2.

Qardhawi, Yusuf. 2004. Ash-Shahwah Al-Islamiyah bain Al-Juhud wa At-Tatharuf.

Solo: PT. Era Adicitra Intermedia.

Salim, Nur, dkk. 2018. Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme melalui

Pendidikan Multikultural pada Siswa MAN Kediri I dalam Jurnal

ABDINUS, Vol. 2 No. 1. Kediri: Universitas Nusantara PGRI.

Smith, Anthony D. 2003. Nationalism; Theory, Ideology, History. Jakarta: Erlangga.

Page 97: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

83

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suryana, Yana. Dkk. 2018. Globalisasi. Klaten: Cempaka Putih.Sutopo, H.B. 2002.

Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Press.

Sutrisno. 2019. Revolusi Mental: Menumbuhkembangkan Rasa Nasionalisme.

Temanggung: Desa Pustaka Indonesia.

Tim naskah Pesantren Ma’had Aly Lirboyo. 2019. Nasionalisme Religius; Manhaj

Kebangsaan Ulama Nusantara. Kediri: Lirboyo Press.

Triyanto, Agus. 2016. Skripsi: Penanaman Sikap Nasionalisme Religius Melalui

Kegiatan Ekstrakulikuler Hizbul Wathan Studi kasus di SMP

Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universits Muhammadiyah, Surakarta.

Turmudi, Endang; Suhbudi, Riza. 2005. Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta:

LIPI Press.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wibowo, Muhammad Ari. 2017. Skripsi; Penanaman Karakter Nasionalis Religius

Melalui Kurikulum Terintegrasi Pesantren Pada Peserta Didik Di SMK

Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang. Program Studi Politik dan

Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. UNNES, Semarang.

Zuldafiar dan Muhammad Lahir. 2012. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Page 98: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi Surat Penelitian

Page 99: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

85

Page 100: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

86

Page 101: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

87

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Skripsi

Page 102: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

88

Page 103: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

89

Page 104: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

90

Lampiran 3 Surat Keterangan Kegiatan

SATUAN KETERANGAN KEGIATAN

Nama : Yunita Nur Indah Sari Jurusan : PAI

NIM : 23010160186 Dosen PA : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai

1 OPAK Institut 18-19 Agustus 2016 Peserta 3

2 OPAK Fakultas 22-23 Agustus 2016 Peserta 3

3 Sertifikat UPT Perpustakaan 30 Agustus 2016 Peserta 3

4 Pemilihan Mas dan Mbak Duta

Mahasiswa IAIN Salatiga

02 Oktober 2017 Juara 3 Mbak

Duta IAIN

Salatiga

6

6 Seminar International “Petani

Untuk Negeri” dalam rangkaian

kegiatan Festival Solidaritas Untuk

Petani Indonesia

24 September 2016 Peserta 10

7 Seminar Nasional Dinamika

Hukum Pasar Modal Syari’ah di

Indonesia

29 Oktober 2019 Peserta 8

8 Seminar Nasional Pasar Modal

Syari’ah

08 November 2017 Peserta 8

9 Seminar Nasional Kontribusi

Sistem Ekonomi Islam dalam

Kebijakan dan Penyelesaian Hutang

Negara

14 November 2017 Peserta 8

10 Seminar Nasional Polemik Bakal

Calon Legislatif Mantan

Narapidana

02 Oktober 2018 Peserta 8

Page 105: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

91

11 Seminar Nasional Reaktualisasi

Hadis dalam Kehidupan Berbangsa

& Berbudaya

19 Oktober 2016 Peserta 8

12 Seminar Nasionaal “Tax Amnesti,

Faktor-faktor yang

Melatarbelakangi Lahirnya

Amnesty pajak dan Dampaknya

Terhadap Perekonomia di

Indonesia”

12 Oktober 2016 Peserta 8

13 Dialog Interaktif pendidikan

Karakter Bangsa

15 Oktober 2016 Peserta 3

14 Seminar Ilmiah Pengembangan

Kurikulum “Peran Legislatif dalam

Pengembangan Sumber Daya

Pendidikan Nasional Menuju

Generasi Milenial yang

Berkarakter”

15 Desember 2018 Peserta 3

15 Seminar Ilmiah Pengembangan

Kurikulum “Strategi Penerapan

Kurikulum 2013 Menuju

Terwujudnya Generasi Millenial

Plus (Religius dan Berkarakter)

Pada Revolusi Industri 4.0”

15 Desember 2018 Peserta 3

16 Kegiatan sehari dengan tema

“Mewujudkan Islam Washatiah,

Memantapkan Keberagaman dan

Merawat Keragaman”

06 Juni 2018 Peserta 3

17 Kegiatan Bimbingan Jurnalistik

“Teknis Menulis Artikel pada

28 April 2018 Peserta 3

Page 106: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

92

Media Masa”

18 Seminar Kemuslimahan “Wanita

yang Dirindukan Syurga”

03 Juni 2017 Peserta 3

19 Art and Language Exhibition 2017

“Kidung Katresnan Dewi Arimbi”

26 April 2017 Peserta 3

20 Art and Language Exhibition 2018

“Sumpah Abimanyu”

25 April 2018 Peserta 3

21 Diskusi pendidikan dan bedah

majalah Figur edisi 64 FKIP UMS

13 Mei 2017 Peserta 6

22 Bedah buku “Peradaban Sarung”

bersama Ustadz Ach. Dhofir Zuhry

oleh Gramedia

16 November 2019 Peserta 6

Page 107: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

93

Lampiran 4 Verbatim Wawancara

VERBATIM WAWANCARA I

Nama : Drs. Sugeng, M.Pd.

Jabatan : Guru Akidah Akhlak

Hari/Tanggal wawancara : Rabu/ 09 Januari 2020

Tempat : Kantor Guru

Pertanyaan Jawaban

Kegiatan keagamaan apa saja yang rutin

dilaksanakan di sekolah?

Sholat dhuha setiap pagi hari sesuai

dengan jadwal perkelas. Kelas 7 itu hari

senin dan rabu, kelas 8 hari selasa sama

kamis, kelas 9 hari rabu dan sabtu.

Ada kegiatan pengajian hari besar

Islam (Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj), sholat

dzuhur berjamaah, mengadakan

pertemuan keluarga sekaligus pencerahan

atau pengajian keluarga besar MTs n 5

sragen.

Bagaimana guru mengajak dan

mengajarkan pada siswa dalam

mengerjakan sesuatu harus tulus, ikhlas

dan tidak banyak mengeluh?

Caranya tentunya sebagai pendidik harus

menggunakan metode pedagogis yaitu

dengan cara menyampaikan teori

keilmuannya dulu. Anak-anak dikasih

tau jujur itu apa misal. Diorientasi, anak

itu diberitahu dari masing-masing poin

yang akan kita tuju dan juga diberi

teladan atau contoh-contoh yang kita

ambil dari tokoh-tokoh, agama, sejarah

dan juga dari guru meneladani anaknya.

Disamping teori yg sudah diberikan jg

ada contoh yang nyata ada bukti

otentiknya. Agama itu bukan teori tapi

praktek.

Bagaimana bentuk pembiasaan yang

dilakukan pihak sekolah kepada siswa

dalam mengajak dan mengajarkan

kebaikan dan mencegah kemungkaran?

Kebiasaan yang diajarkan tentu selalu

diberi tau dengan cara diingatkan setiap

saat, diberi teladan untuk supaya anak ini

mengerti betul apa itu kejujuran apa itu

kebenaran sehingga akhirnya menjadi

akhlak atau karakter yang menjiwai anak

itu berdasarkan dari teori-teori yang ada.

Page 108: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

94

Lain orang yang tidak pernah belajar

dan diajari akhlak dengan orang yang

tidak sama sekali, nilainya nanti akaan

berbeda. Orang yang sering diajari akhlak

nanti diakan akan mengeti karena hatinya

tergesek dari pola pikirnya yang sudah di

exsplore tadi atau yang sudah diberi

peringatan dari berbagai pihak terutama

dari guru.

Maka pelajaran agama disini dominan

lebih banyak daripada di smp untuk

membiasakan hatinya tersentuh dengan

pengertian-pengertian kebenaran atau

keagamaan secara umum.

1. Apakah fanatik terhadap ajaran

agama itu perlu?

Fanatik dalam agama itu salah satu hal

yang dicontohkan dalam Islam juga.

Rasulullah itu kan fanatik dalam yakin.

Fanatik itu kan artinya meyakini. Kalau

fanatik yang diartikan sampai ke radikal

itu fanatik yang sampai tidak mau

toleransi pada yang lain. Ini menurut saya

kurang setuju. Tetapi kalau kita meyakini

agama dengan sungguh-sungguh sesuai

ajaran yang ada itu justru memang yang

diperintahkan tapi kalau fanatik yang

diartikan sampai radikal itu menolak

yang lain, merendahkan yang lain,

menjelekkan yang lain menurut saya

tidak setuju. Tapi untuk meyakini

kebenaran agama yang diyakini dan harus

dikerjakan itu harus. Jadi kalau meyakini

agama yang kita yakini itu harus kalau

tidak kita nanti jadi orang yang tidak

punya keyakinan. Keyakinan kita jadi

pindah-pindah. Bolehkah itu? Tidak. Kita

sebagai orang yang beriman dan agama

kita Islam kita harus punya komitmen

dalam beragama.

Tapi kalau yang sampai ke

radikalisme tadi yang sampai menjelek-

jelekkan, menjatuhkan itu saya tidak

setuju. Islam kan tidak mengajarkan hal

yang seperti itu. Islam mengajarkan

Rahmatalil’alamin.

Page 109: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

95

1. Bagaimana pandangan anda dengan

konsep jihad yang diajarkan oleh

kelompok tertentu dengan modus

kekerasan, misalnya dengan cara

pengeboman?

2. Apakah materi PAI yang anda

ajarkan berkaitan dengan upaya

menangkal radikalisme?

1. Jadi jihad itu adalah menggunakan

pikir, tenaga, waktu, ilmu, biaya,

harta, apapun itu namanya jihad

untuk memperjuangkan sesuatu. Bisa

agama bisa juga keluarga, bisa harga

diri bisa apapun.

Jihad ini berhubungan dengan agama

rata-rata. Arti jihad secara umum itu

adalah berjuang. Berjuang untuk

maju, berjuang untuk pinter, berjuang

untuk apapun itu namanya jihad

secara umum.

Tetapi emang juga ada kadang-

kadang memahami jihad itu dalam

pandangan versi lain. Punya wawasan

lain, teman lain, komunitas lain.

Komunitas kan tetap mempengaruhi

kepribadian orang.

Kalau konsep jihad yang mungkin

yang harus bunuh membunuh itu

tidak sesuai dengan konsep Islam. Ya

memang dulu ada perang tetapi Islam

itu diperangi karna melawan akidah.

Kalau sekarang Islam dianggap

radikal karna pandangan-pandangan

tertentu, jihad yang sampe harus

membunuh orang namanya sekarang

bagi pandangan agama kita tidak

sesuai dengan aturan, rujukan dalil.

Karna membunuh orang kan tidak

boleh tanpa sebab. Sebabnya harus

tau dulu, kalau memang sebabnya

dihalalkan oleh agama ya gapapa.

Karna dulu ada perang (perang

khandaq, perang uhud, perang salib,

perang jamal, dsb) itu semuanya ada

dulu tetapi itu tentu pakai konsep-

konsep yang dibenarkan.

Kalau pendapat saya sekarang seperti

apa, saya tidak begitu mengerti karna

belum tau konsep mereka. Karna

semua punya dasar masing-masing.

Kalau saya tidak bisa menjudge

“kamu yang salah” gak bisa karna

memang semua pake dasar punya

Page 110: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

96

pedoman. Saya yakin itu. Tapi kalau

memang pelanggaran itu nampak

dalams sisi hukum tentu itu yang

harus kita jauhi.

2. Tentu. Karena anak-anak diajarkan

iman kepada Allah. Iman kepada

Allah inilah juga akhlak kepada orang

lain. Ada akhlak pergaulan remaja,

tetangga ini kan termasuk toleransi.

Akhidah akhlak benar-benar

mencetak kaderisasi yang dia ini tidak

radikal justru baik dengan sesama,

lingkungannya, masyarakatnya,

dengan siapapun, keluarganya. Kalau

di akidah akhlak tidak ada membunuh

tanpa sebab jadi harus ada asbabnya.

Page 111: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

97

VERBATIM WAWANCARA II

Nama : Bapak Dasuki, S.Ag.

Jabatan : Guru Qur’an Hadits

Hari/Tanggal wawancara : Kamis/ 10 Januari 2020

Tempat : Kantor Guru

Pertanyaan Jawaban

Apakah sekolah mewajibkan pada

siswa untuk hafal UUD 1945?

Ya harus. Karena di madrasah ini kan

kurikulumnya tidak semata-mata kurikulum

Islam kan. Di sini kan juga ada pelajaran

PKn. Tentunya dalam pelajaran PKn ada

materinya. Bahkan di MTs setiap upacara itu

UUD tidak dibaca tapi dengan cara

menghafal. Dulu ketika kamu disini ngga

seperti kan? Tidak pak. Nah, sekarang setiap

upacara UUD itu dihafal jadi bunyinya

protokol “menghafal”. Jadi menghafal itu

bukan berarti aturan yang harus tetapi

memang mengajak kepada siswa agar teks-

teks seperti itu bisa hafal di luar kepala.

Bagaimana guru mengajak dan

mengajarkan pada siswa dalam

mengerjakan sesuatu harus tulus,

ikhlas dan tidak banyak mengeluh?

Guru tentunya memberikan dasar-dasar

hukum pentingnya kejujuran. Kemudian

untuk mengimplementasikan sikap-sikap

kejujuran itu pernah kita coba di sini ada

kantin kejujuran. Bahkan kalau anak berkata

kotor itu di sini kena KPS. Untuk apa itu kita

terapkan supaya anak punya kebiasan jujur

dalam berkata, sopan santun dalam bertutur

kata.

Bagaimana bentuk pembiasaan yang

dilakukan pihak sekolah kepada siswa

dalam mengajak dan mengajarkan

kebaikan dan mencegah

kemungkaran?

Setiap pagi anak untuk tadarus,

melaksanakan sholat dhuha, kemudian

menghafal asmaul husna, menghafal

ma’surat, menghafal surat-surat pendek. Itu

kebiasaan yang kita terapkan supaya anak-

anak itu punya kebiasaan yang baik.

Apakah fanatik terhadap ajaran

agama itu perlu?

Penting, karena dengan fanatik akan muncul

kesungguhan dalam menjalankan agama

Islam. Fanatik ajaran yang harus dilakukan.

Misalnya sholat dalam situasi apapun ketika

datang waktu solat harus tetap sholat.

Page 112: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

98

1. Bagaimana pandangan anda

dengan konsep jihad yang

diajarkan oleh kelompok tertentu

dengan modus kekerasan,

misalnya dengan cara

pengeboman?

2. Bagaimana tanggapan anda

tentang isu radikalisme yang

mulai masuk dalam dunia

pendidikan?

3. Apakah materi PAI yang anda

ajarkan berkaitan dengan upaya

menangkal radikalisme?.

4. Strategi apa yang anda lakukan

untuk menangkal radikalisme

yang marak akhir-akhir ini?

1. Jihad dalam pemahaman agama kurang

setuju, jihad dengan cara pengeboman

itu tidak boleh karena Indonesia itu

negara heterogen harus menghargai.

Pengeboman menurut ajaran mereka itu

benar. Tetapi bagi saya menurut saya

belum bijaksana.

2. Saya kurang paham tentang batas-batas

radikalisme itu seperti apa, misalnya

orang berjenggot radikalisme, orang

bercelana cingkrang radikalisme belum

tentu itu radikalisme. Karena meraka

melakukan itu punya dasar sendiri.

3. Di Mts ada materi tentang ajaran

toleransi, dalam Q.S. Al-Kafirun, Q.S.

Al-Bayyinah. Jika ada orang muslim

menjalankan agama maka kelak akan

mendapat kan balasan yang baik di

akhirat. Tolong menolong kepada

seluruh umat manusia

4. Menjalankan agama berdasarkan

perintah sesuai pemahaman yang benar

dari para salfussholih. Salafus sholih

adalah orang yang dekat dengan nabi

sesuai dengan hadis yang shohih.

Page 113: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

99

VERBATIM WAWANCARA III

Nama : Bapak H.M. Musthofa, S.Psi., M.Pd.

Jabatan : Guru Bimibingan Konseling

Hari/Tanggal wawancara : Kamis/ 10 Januari 2020

Tempat : Kantor BK

Pertanyaan Jawaban

Apakah bentuk kebanggaan

terhadap Negara?

Salah satu bentuk kebanggaan sebagai negara

yang ada di MTs ini, kebetulan mts ini kan

mMTs negeri mau tidak mau keloyalan

terhadap pemerintah itu tinggi. Yang

dibuktikan setiap bulannya tgl 17 dari sekolah

kami diadakan upacara bendera yang diikuti

oleh semua warga MTs dan pembinanya

bergantian, biasanya bapak kepala sekolah

yang mempelopori.

Selain tgl 17 biasanya dilakukan saat hari-hari

besar dan semuanya sanggup hormat pada

bendara. Itu bukti keloyalan kita terhadap

pemerintah yang mempunyai satu kebanggaan

yaitu merah putih. Walaupun sini ada berbagai

paham setelah masuk ke MTs N 5 sragen

paham-paham itu ditanggalkan dulu, yang

dipentingkan adalah kenegaraan sebagai

warga negara.

Bagaimana penggunaan bahasa

dalam keseharian? Baik dalam

kegiatan maupun di luar kegiatan

Sekolah kita kan sekolah negeri yang ada di

Jawa. Di MTs itu ada 3 bahasa yaitu

Indonesia, Jawa, Arab. Namun yang

ditonjolkan adalah bahasa Indonesia walaupun

setiap pelajaran bahasa Arab tetap disisipi

bahasa Indonesia, ketika pelajaran bahasa

Jawa juga disisipi bahasa Indonesia. Kaerna

bahasa Indonesia adalah bahasa nasional.

Kegiatan sosial apasajakah yang

ada di MTs N 5 Sragen?

Kegiatan sosialnya banyak. Jadi yang

mempelopori itu dari kesiswaan dan humas,

diantaranya:

a. Pada saat yang mempelopori kesiswaan

itu anak-anak diajak untuk berlatih

bersama-sama membantu meringankan

beban orang lain itu dibuktikan dengan

Page 114: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

100

bantuan air bersih.

b. Setiap kegiatan pramuka di daerah segoro

gunung kra, ada satu pembelajaran bagi

anak ada baksos yaitu menjual sembako

murah dengan harga separonya dan hasil

itu dipake untuk membantu masjid. Inilah

salah satu bukti kalau kita membantu

dalam baksos.

Jadi BK ini yang mempelopori mba, anak-

anak dipilahi anak-anak yatim/ piatu. Anak

tersebut kita bantu dalam bentuk alat

pelajararan. Kami dari bk mengumpulkan

uang sendiri untuk anak yang dikategorikan

yatim/piatu. Itu salah satu bukti bahwa kita

ikut andil dalam membantu masyarakat

sekolah.

1. Kegiatan keagamaan apa saja

yang rutin dilaksanakan di

sekolah?

2. Apakah bapak/ibu terlibat

dalam semua kegiatan

keagamaan yang ada di

sekolah?

1. Kegiatan keagamaan yang selalu kita

laksanakan yang sudah direncanakan

dalam satu tahun, diantaranya:

a. Menyembelih qurban hewan walaupun

hanya sekedar latihan qurban.

b. Sholat berjamaan yang kita lakukan

kalau setiap hari itu kan rutin/ wajib

yaitu dzuhur. Kalau pagi itu sholat

dhuha itu kita bagi 2 hari 2 hari. Senin

kelas 7 selasa kelas 8 rabu kelas 9 dan

kembali ke kelas 7 lagi begitupun

seterusnya. Kalau kelas 9 hanya 1x

saja karena yang hari sabtu tersebut

untuk pembinaan wali kelas.

c. Sholat sunnah berjamaah idul adha.

Jadi itu dilaksanakan di sekolahan tapi

kalau idul fitri kita tidak

melaksanakan. Itu diantaranya dan

masih banyak lagi.

2. Ya kebetulan saya sebagai sumber berita

termasuk salah satu dari staf kesiswaan

walaupun posisinya saya sebagai guru

konseling insyaAllah sampai sekarang

saya terlibat

Bagaimana peran guru dalam

membentuk sikap sabar, jujur, adil

kepada siswa?

Itu kalau sifat sabar itu kan ditunjukkan dari

pembelajaran kita di kelas. Selain itu

memang ada pembelajaran dari BK seperti

penilaian karakter, kepribadian, dan

Page 115: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

101

sebagainya memang diajarkan di sekolah ini

tapi tidak terfokus pada pembelajaran

tertentu. Jadi setiap pembelajaran itu anak-

anak dilatih dalam bersikap jujur lewat PTS,

PAS, ulangan harian, itu anak-anak dilatuh

jujur dengan tidak mencontek hasil pekerjaan

teman yang lain. Itu salah satu pembelajaran

anak untuk dilatih jujur.

1. Bagaimana bentuk pembiasaan

yang dilakukan pihak sekolah

kepada siswa dalam mengajak

dan mengajarkan kebaikan dan

mencegah kemungkaran?

Banyak mba, semua diajak kebaikan.

Mencari ilmu itu kan baik, disiplin itupun

baik, rajin itu kan baik, sholat berjamaah itu

kan juga baik. Jadi memang semuanya itu

diajarkan kebaikan. Pembelajaran sekolah

dimanapun ya semuanya bertujuan di

antaranya itu. Maka pemerintah sendiri kan

ada dua hal. Ada yang pandai sebagai

intelektual ada juga yang pandai pada

karakter. Nah karakter itukan ditanamkan di

sekolahan, dimanapun memang sekarang

yang ditekankan karakter yang dipentingkan.

Bukan IQ tapi karakter. Untuk apa anak

pandai tapi tidak baik. Tapi anak baik

insyaAllah mudah pandai. Kalau anak pandai

belum tentu baik. Mudah mempelajari

kepandaian daripada kebaikan. Karna baik itu

fleksibel kalau pandai itu tidak fleksibel.

Apakah fanatik terhadap ajaran

agama itu perlu?

Fanatik itu penting sekali. Tetapi harus bisa

memilah. Fanatik agama itu kan artinya

tergantung orangnya. Artinya itu kan

seandainya saya orang Islam, saya menganut

paham A itu ya harus fanatik tapi fanatiknya

tidak menyalahkan orang lain agar keyakinan

beragama saya, beragama kita itu tertanam

dengan kuat tapi dengan catatan jangan

menyalahkan orang lain. Fanatik itukan

memperkokoh keimanan kita. Jangan

menyalahkan agama orang lain, jangan

menyalahkan paham orang lain walaupun kita

berhak mengajak.

1. Apakah ada doktrin paham dari

guru kepada siswa?

2. Pernahkah terjadi kekerasan

oleh guru terhadap siswa atau

sebaliknya baik dalam kegiatan

1. Kalau doktrin saya gak pernah dengar guru

sini memberikan doktrin namun yang ada

bukan doktrin melainkan penguat

keimanan. Bukan dokrin tapi menguatkan

keimanan.

Page 116: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

102

pembelajaran maupun di luar

kegiatan pembelajaran?

3. Bagaimana peran BK dalam

mencegah kekerasan oleh guru

pada siswa dan siswa pada

guru

2. Tidak pernah karna itu tidak sesuai dengan

pembelajaran kita.

3. Jadi peran BK sifatnya mengajak,

mengingatkan, mengarahkan,

membimbing dan mendidik dengan cara

yang sopan dan sesuai aturan yang ada di

sekolahn.

3. Bagaimana tanggapan anda

tentang isu radikalisme yang

mulai masuk dalam dunia

pendidikan?

4. Strategi apa yang anda lakukan

untuk menangkal radikalisme

yang marak akhir-akhir ini?

1. Kalau ke dunia pendidikan banyak tapi

kalau di sekolah kita ga ada. Radikalisme

itukan bertolak belakang dengan aturan

yang ada di Indonesia, jelas kami tidak

sepaham. Di sekolahan kita itu banyak

atau beragam paham yang masuk di

sekolahan kita, anak-anak itu karna

terpengaruh dari orang tua. Ya ada yang

mempunyai paham Muhammadiyah, NU,

LDII, MTA dan sebagainya. Tetapi disini

tidak ada yang ditonjolkan. Semua sama

karena semua sebagai pembelajaran pada

anak.

2. Kami harus sebisa mungkin memberikan

pemahaman kepada anak-anak tersebut.

Seandainya itu ada tapi alhamdulillah di

sini tidak ada. Memang setiap jum’at kita

berjamaah di sekolah. Dari anak-anak

tersebut kan ada yang mempunyai faham

yang berbeda dengan yang lain. Ada yang

mempunyai faham kalau sholat jum’at itu

tidak diimami dengan kelompok itu tidak

sah. Oke katakanlah seperti itu. Kami

memberikan satu arahan penengah, tidak

melarang juga tidak memerintah. Ya kami

mencari jalan tengah, setiap sebulan

sekali paling tidak sekali atau mungkin

dua kali itu anak-anak wajib jama’ah di

masjid kita karna itu sebagai

pembelajaran bersama-sama selain

memang itu wajib untuk sholat jama’ah.

Yang dua kali atau tiga kali dalam satu

bulan itu silahkan untuk mengikuti sholat

jum’at jama’ah di luar dengan catatan ada

ijin baik lisan atau tertulis atau mungkin

ada yang secara langsung dijemput oleh

orangtua tanpa itu kami tidak akan

Page 117: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

103

mengeluarkan sebelum sholat jama’ah itu

dilaksanakan bersama-sama di sini.

Memberikan pemahaman bahwa sholat

bersama imam yang termasuk orang

pilihan. Di anataranya ya mungkin lebih

fasih bacaannya, mungkin lebih tua

umurnya yaa ada kelebihannya lah

dibanding mak’mumnya. Bukan faham si

A si B yang harus jadi imam kan enggak,

seenggaknya sebagai pilihan kan itu tadi.

5. Bagaimana guru BK

mengajarkan akhlak tentang

toleransi pada peserta didik?

Pembelajaran di BK kan ada yang classical.

Di dalam kelas bisa, di luar kelas bisa dalam

tingkah laku itu kan sebagai contoh dari

anak-anak.

Salah satu contohnya yaa sholat jum’at tadi.

Diimami oleh satu orang yang orang itu

dianggap mampu untuk menjadi imam

dengan sayar tadi, bukan menurut faham si A

si B.

Page 118: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

104

VERBATIM WAWANCARA IV

Nama : Bapak Drs. H. Dwikur Innama, M.Pd.

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari/Tanggal wawancara : Kamis/ 10 Januari 2020

Tempat : Ruang Kepala Sekolah

Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana bentuk kebanggaan

terhadap Negara?

2. Apa saja bentuk-bentuk

pengembangan nasionalisme

religius di MTs N 5 Sragen?

1. Mengadakan upacara bendera

2. Berdoa di setiap upacara bendera,

penggalangan dana untuk bencana

nasional

1. Bagaimana bentuk kecintaan

siswa dan guru terhadap tanah

air?

2. Bagaimana penggunaan bahasa

dalam keseharian?

1. Jumat bersih, upacara hari nasional,

menyanyikan lagu daerah dan nasional

2. Baik dalam kegiatan maupun di luar

kegiatan

Dengan menggunakan bahasa Indonesia

dalam KBM

1. Apa saja bentuk setia dan taat

pada Negara yang ada di MTs N

5 Sragen?

2. Bagaimana sikap setia dan taat

siswa pada Negara?

1. adanya peraturan madrasah

2. Mentaati seluruh peraturan yang ada di

madrasah

1. Kegiatan sosial apasajakah yang

ada di MTs N 5 Sragen?

2. Apakah ada kegiatan seperti

jumat sehat sabtu bersih di MTs

N 5 Sragen?

1. Membantu Teman dalam belajar

kelompok,Infaq untuk membantu

Teman yang perlu biaya Berobat

2. Ada setiap bulan sekali pada minggu ke

4

3. Kegiatan keagamaan apa saja

yang rutin dilaksanakan di

sekolah?

4. Bagaimana pengawasan kepala

sekolah terhadap kegiatan

keagamaan di sekolah?

5. Apakah bapak/ibu terlibat dalam

semua kegiatan keagamaan yang

ada di sekolah?

1. Berdoa dan Tadarus dan Sholat Dhuha

Setiap Hari

2. Memantau Setiap Pelaksanaan Kegiatan

dan Ikut dalam Kegiatan Keagamaan

3. Ya, seluruh guru dan karyawan MTsN 5

Sragen

Bagaimana guru mengajak dan

mengajarkan pada siswa dalam

mengerjakan sesuatu harus tulus,

Menjelaskan dan memahamkan seluruh

tujuan kegiatan akan mermanfaat untuk

diri siswa

Page 119: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

105

ikhlas dan tidak banyak

mengeluh?

Bagaimana peran kepala sekolah

dalam membentuk sikap sabar,

jujur, adil kepada siswa?

Memberikan Pembinaan Sewaktu2

secara kolosal di masjid ba’da sholat

Dhuhur

Bagaimana bentuk pembiasaan

yang dilakukan pihak sekolah

kepada siswa dalam mengajak dan

mengajarkan kebaikan dan

mencegah kemungkaran?

Guru BK dan Guru Agama Mengadakan

Pertemuan Konseling Setiap Siswa

1. Apa saja ajaran agama yang

diberikan pada peserta didik?

2. Apakah fanatik terhadap ajaran

agama itu perlu?

3. Apa dampak negatif dari fanatik

terhadap ajaran agama?

1. Sholat Wajib Berjama’ah, Berdoa Setiap

Pagi dan Pulang

2. Tidak perlu

3. Menganggap paling benar sendiri

1. Bagaimana pengawasan kepala

sekolah terhadap kegiatan

keagamaan di sekolah?

2. Bagaimana tanggapan kepala

sekolah tentang isu radikalisme

yang mulai masuk dalam dunia

pendidikan?

3. Apa peran pendidikan dalam

menangkal radikalisme?

4. Bagaimana pendapat kepala

sekolah terhadap guru PAI dalm

upaya menangkal radikalisme di

MTs N 5 Sragen?

5. Apakah ada kerjasama antar

sekolah dengan orangtua peserta

didik dan masyarakat dalam upaya

menangkal radikalisme?

1. Memantau langsung dilapangan dan

menanyakan kepada guru yang

bertanggungjawab pada pelaksanaan

kegiatan

2. Tidak perlu ditanggapi karena Cuma isu

saya hanya perlu mewaspadai saja

3. Memberikan prinsip bahwa kebenaran

hanya punya allahSWT

4. Mendukung upaya tersebut

5. Tidak ada

Bagaimana pandangan anda

dengan konsep jihad yang

dianjarkan oleh kelompok tertentu

dengan modus kekerasan,

misalnya dengan cara

pengeboman?

Tidak setuju, karena tidak sesuai dengan

ajaran agama

1. Bagaimana kepala sekolah dan

guru menjadi teladan bagi peserta

didik agar tidak terjerumus ke

paham radikalisme?

2. Bagaimana kepala sekolah

1. Dengan menjalankan syariat yang

diajarkan agama disekolah

2. Dengan menghormati orang lain

3. Tenang ketika di masjid,

mendengarkan khutbah dengan

Page 120: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

106

mengajarkan akhlak tentang

toleransi pada peserta didik?

3. Bagaimana wujud dari sikap

toleransi pada peserta didik?

tenang, tidak mengganggu teman

ketika sholat

Page 121: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

107

Lampiran 5 Pedoman Observasi

PEDOMAN OBSERVASI

Hari/Tanggal : 09 – 13 Januari 2020

Tempat : Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen

Waktu : 07.30 – 14.30 WIB

No Kegiatan Guru

Pelaksanaan

Catatan Baik

Kurang

maksimal

A Pra Pembelajaran

1 Memeriksa kesiapan ruang, alat

dan media pembelajaran

2 Memeriksa kesiapan peserta didik

B Membuka Pelajaran

1 Melakukan apersepsi

2 Menyampaikan materi/tujuan

pembelajaran

C Penguasaan Materi

1 Menunjukkan penguasaan materi

2 Mengaitkan materi pembelajaran

dengan materi yang relevan

D Strategi Pembelajaran

1 Melaksanakan pembelajaran

secara runtut

2 Menguasai kelas

3 Melaksanakan pembelajaran yang

dapat memacu kebiasaan positif

peserta didik

4 Melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan alokasi waktu

E Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar

1 Menunjukkan keterampiran

dalam memanfaatkan media dan

sumber belajar

2 Menggunakan media/sumber

belajar yang menarik

3 Melibatkan peserta didik dalam

pemanfaatan media dan sumber

belajar pendidik

Page 122: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

108

F Interaksi dalam Pembelajaran

1 Menciptakan susasna yang

membutuhkan partisipasi aktif

peserta didik melalui guru, media,

dan sumber belajar

2 Menciptakan hubungan antar

pribadi yang positif

3 Menunjukkan sikap terbuka dan

responsive terhadap peserta didik

4 Menumbuhkan antusiasme

peserta didik

G Pengunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan secara

baik

2 Menggunakan bahasa tubuh

secara baik dan benar

H Penilaian Belajar

1 Melakukan penilaian proses

selama pembelajaran

2 Melakukan penilaian akhir

I Penutup

Page 123: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

109

Lampiran 6 Hasil Observasi

HASIL OBSERVASI

Hari/Tanggal : 09 – 13 Januari 2020

Tempat : Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen

Waktu : 07.30 – 14.30 WIB

No Kegiatan Guru

Pelaksanaan

Catatan Baik

Kurang

maksimal

A Pra Pembelajaran

1 Memeriksa kesiapan ruang, alat

dan media pembelajaran √ Guru memeriksa

kebersihan kelas,

mempersiapkan

media buku

pelajaran serta

spidol

2 Memeriksa kesiapan peserta didik √ Guru memeriksa

kenyamanan

tempat duduk

peserta didik

3 Berdoa sebelum pelajaran √ Guru selalu

mengajak peserta

didik berdoa

sebelum proses

pembelajaran

B Membuka Pelajaran

1 Melakukan apersepsi √ Guru membuka

dengan salam

dilanjutkan materi

terakhir yang

dipelajri kemarin

2 Menyampaikan materi/tujuan

pembelajaran

√ Guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran tidak

tentu

C Penguasaan materi

1 Menunjukkan penguasaan materi √ Guru menguasai

materi

Page 124: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

110

2 Mengaitkan materi pembelajaran

dengan mater lain yang relevan √ Guru

menyampaikan

materi dan

mengaitkan

pelajaran

nasionalisme,

patriotisme dengan

radikalisme.

Begitu pula

pendidikan

toleransi dikaitkan

dengan Q.S. Al-

Kafirun dan Q.S

Al-Bayyinah

D Strategi Pembelajaran

1 Menggunnakan strategi

pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan peserta didik

√ Guru

menggunakan

strategi dengan

kebutuhan siswa

2 Melaksanakan pembelajaran

secara runtut √ Guru mengajar

diawalai dengan

orientasi terlebih

dahulu

3 Menguasai kelas √ Murid

memperhatikan

materi yang

disampaikan guru

4 Melaksanakan pembelajaran yang

dapat memacu kebiasaan positif

peserta didik

√ Siswa

menunjukkan

perilaku sopan dan

ramah

5 Melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan alokasi waktu √ Pembelajaran

sesuai jadwal

E Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar

1 Menunjukkan keterampilan dalam

memanfaatkan media dan sumber

belajar

√ Guru terkadang

membawa media

terkadang tidak

2 Menggunakan media/sumber

belajar yang menarik

√ Sebagian guru

tidak

menggunakan

media belajar yang

menarik

3 Melibatkan peserta didik dalam

pemanfaatan media dan sumber √ Guru selalu

mengajak peserta

Page 125: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

111

belajar pendidik didik dalam

memanfaatkan

media dan sumber

belajar yang ada

F Interaksi dalam Pembelajaran

1 Menciptakan suasana yang

menumbuhkan partisipasi aktif

peserta didik melalui guru, media

dan sumber belajar

√ Peserta didik

sangat antusias

ketika guru

menggunakan alat

peraga

2 Menciptakan hubungan antar

pribadi yang positif √ Guru

mempersilahkan

peserta didik

untuk saling

menghargai

pendapat

3 Menunjukkan sikap terbuka dan

responsive terhadap peserta didik √ Guru mampu

menjadi teman dan

pendengat bagi

siswa

G Penggunaan Bahasa

1 Menggunakan bahasa lisan secara

baik √ Guru

menerangkan

dengan

menghadap siswa

dan berbicara jelas

serta keras

2 Menggunakan bahasa tubuh

secara baik dan benar √ Guru mampu

berkomunikasi

dengan siswa

dengan baik

H Penilaian Belajar

1 Melakukan penilaian proses

selama pembelajaran √ Guru memberikan

penilaian selama

pembelajaran

berlangsung

2 Melakukan penilaian akhir √ Guru melakukan

penilaian sesuai

keatifan dan

kemampuan

peserta didik

I Penutup

Page 126: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

112

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI

Pintu Masuk MTs N 5 Sragen

Masjid An-Nur Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Sragen

Page 127: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

113

Ruang kelas MTs N 5 Sragen

Pendopo MTs N 5 Sragen (digunakan untuk latihan maupun pertunjukan seni musik

tradisional Jawa/ gamelan)

Page 128: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

114

Wawancara dengan Bapak Drs. Sugeng, M.Pd. selaku guru Akidah Akhlak di MTs N

5 Sragen

Wawancara dengan Bapak Dasuki, S.Ag. selaku guru Qur’an Hadits di MTs N 5

Sragen

Page 129: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

115

Wawancara dengan Ibu Rina Utari, S.Pd. selaku guru BK di MTs N 5 Sragen

Wawancara dengan Bapak H.M.Mustofa, S.Psi., M.Pd. selaku guru BK di MTs N 5

Sragen

Page 130: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

116

Wawancara dengan Ibu Mar’atu Sholihati A, S.Pd. selaku guru PKn di MTs N 5

Sragen

Pengambilan Data MTs N 5 Sragen dengan Bapak Purwadi, S.Pd., M.Pd sebagai

Waka Kurikulum

Page 131: PENGEMBANGAN NASIONALISME RELIGIUS SEBAGAI …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8245/1/YUNITA New.pdf · Judul :Pengembangan Nasionalisme Religius sebagai Pencegahan Radikalisme

117

Lampiran 8 Biodata Peneliti

BIODATA PENELITI

Dengan ini, penulis cantumkan riwayat hidup sebagai berikut:

Nama Lengkap : Yunita Nur Indah Sari

NIM : 23010160186

Tempat, Tanggal Lahir : 15 Juni 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Karanganyar RT.04 RW.01, Karang Tengah, Sragen

No. Hp /WA : +6281226856624

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. RA Aisyah Bustanul Athfa 5 Sragen, lulus tahun 2004

2. SD N 6 Sragen, lulus tahun 2010

3. MTs N 5 Sragen, lulus tahun 2013

4. SMK N 2 Sragen, lulus tahun 2016

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 7 April 2020

Penulis

Yunita Nur Indah Sari

NIM. 23010160186