PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN …digilib.unila.ac.id/26969/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...
Transcript of PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN …digilib.unila.ac.id/26969/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KONTEKSTUALBERBASIS MULTIPLE REPRESENTATIONS PADA
MATERI FLUIDA STATIS
(Skripsi)
Oleh
Radha Indah Pratiwi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
i
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KONTEKSTUALBERBASIS MULTIPLE REPRESENTATIONS PADA
MATERI FLUIDA STATIS
Oleh
RADHA INDAH PRATIWI
Pembelajaran fisika akan bermakna jika dapat menghubungkan materi yang
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (kontekstual), serta ditampilkan dengan
banyak representasi (multiple representations) agar pembelajaran dapat mudah
dimengerti dan dipahami oleh siswa, sehingga perlu bahan ajar yang tepat untuk
mendukung pembelajaran tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
modul pembelajaran kontekstual berbasis multiple representations pada materi
Fluida Statis yang tervalidasi, menarik, mudah, bermanfaat, dan efektif. Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian research and development dan metode
penelitian mixed methods dengan desain penelitian One-Group Pretest-Posttest.
Selanjutnya dilakukan uji ahli produk yang terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli
materi dengan hasil baik dan produk dinyatakan “valid” serta uji kelompok kecil
sehingga diperoleh hasil kemenarikan dengan skor 3,48 (sangat menarik),
kemudahan dengan skor 3,42 (sangat mudah), dan kemanfaatan dengan skor 3,10
(bermanfaat). Pada uji keefektifan produk diperoleh hasil nilai N-gain yaitu 0,55
(sedang), sehingga modul pembelajaran kontekstual berbasis multiple
representations pada materi Fluida Statis telah teruji efektif dan layak digunakan
sebagai bahan ajar.
Kata kunci: Fluida Statis, Modul Berbasis Multiple Representations, Modul
Kontekstual
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KONTEKSTUALBERBASIS MULTIPLE REPRESENTATIONS PADA
MATERI FLUIDA STATIS
OlehRadha Indah Pratiwi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Natar Kabupaten Lampung Selatan, pada tanggal 02
Maret 1995, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Hasan
Basri dan Ibu R.A Farida.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2001 di Sekolah Dasar Negeri 3
Karang Anyar dan lulus pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 20 Bandarlampung dan lulus tahun 2010.
Selanjutnya, pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 13
Bandarlampung dan lulus tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis diterima dan
terdaftar sebagai mahasiswi program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan
MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN).
Pada tahun 2016, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Punggur dan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Mojopahit, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.
vii
MOTTO
Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaatbagi orang lain
(HR. Thabrani dan Daruquthni)
Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya.Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya
(Johann Wolfgang von Goethe)
Bercerminlah sebelum bertindak, berfikirlah sebelumberucap(Mirror)
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini ku
persembahkan untuk Kedua orang tuaku yang sangat ku sayangi,
yang telah berkorban, berjuang banyak dan sangat mendukung
penulis selama ini:
Ayahku tercinta, Hasan Basri
Mamahku tercinta, R. A. Farida
Kakak dan Adikku tersayang, Ridha Ayu Amalia dan Rizka Tri
Ananda
Kakek dan Nenekku tercinta (Yai R.M.B. Setiawan, Nyai Suhartati,
Atu Ibrahim dan Atu Nur), Om dan Tanteku serta Adik-adik
sepupu kesayanganku dan seluruh Keluarga besarku
Sahabat-sahabatku tercinta
Dosen dan guruku, serta almamater tercinta yang telah mendukung
selama ini hingga penyusunan karya ini.
ix
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohim...
Alhamdulillah segala puji kehadirat milik Allah SWT, karena atas nikmat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual Berbasis Multiple
Representations Pada Materi Fluida Statis” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di FKIP Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan Pembimbing Kedua, yang telah memberikan bimbingan, saran, dan
kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Utama, atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran,
dan kritik, serta memotivasi dan mengarahkan penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
x
5. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembahas yang telah banyak
memberikan saran dan kritik yang bersifat positif dan membangun untuk
skripsi yang penulis kembangkan.
6. Ibu Hervin Maulina, S.Pd., M.Sc., selaku penguji ahli materi produk, yang
telah meluangkan waktu dan memberikan masukan guna perbaikan produk
pengembangan penulis.
7. Bapak B. Anggit Wicaksono, S.Pd., M.Si., selaku penguji ahli desain produk
yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan guna perbaikan
produk pengembangan penulis.
8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah
membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung, serta staff
Jurusan Pendidikan MIPA.
9. Seluruh pahlawan tanpa tanda jasa, guru-guruku di SDN 3 Karang Anyar,
SMPN 20 Bandar Lampung, dan SMAN 13 Bandar Lampung yang paling
berjasa sudah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat baik
akademik maupun spiritual bagi penulis.
10. Bapak Triyatmo, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 13
Bandarlampung beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di sekolah serta murid-murid kelas XI.IPA 4 SMA
Negeri 13 Bandarlampung, yang telah membantu penulis dalam penelitian.
11. Bapak dan Ibu Dewan Guru beserta Staff Tata Usaha SMP Negeri 2 Punggur,
Lampung Tengah, yang membantu dan membimbing penulis ketika menjalani
Program Pengalaman Lapangan (PPL).
xi
12. Adik-adikku tersayang siswa SMP Negeri 2 Punggur, Lampung Tengah, yang
telah membantu memahami betapa berharganya seorang pendidik.
13. Sahabat KKN tercinta (Ami, Gita, Ketrin, Lestari, Lisa, Pasisa, Andre, Dayat,
Ijal), terimakasih atas kebersamaan dan canda tawa serta berbagi suka duka
selama KKN.
14. Sahabat seperjuangan, Revania Putri Utami, Soleha, dan Dina Oktaria, yang
selalu mendukung sampai saat ini. Terima kasih suka duka selama menempuh
perkuliahan ini. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.
15. Sahabat SMA (Vani, Fince, Yusi, Aca, Kadek, Kristin, Amel, Firda, Septi,
Nia) yang selalu mendukung sampai saat ini. Semoga kebersamaan ini tetap
terjaga selamanya.
16. Sahabat SD (Yesi, Seli, Tika, Eka, Tiara, Rini, Widya, Leni, Komaria, Anita,
Sandi, Misno, Arief, Ari, Novan, Tommy, Rudy, Yudha, Christian, Hamdani)
terimakasih untuk kebersamaannya hingga saat ini.
17. Sahabat Setia Menunggu (Reva, Safura, Fince, Gita, Kartika, Sundari,
Ningrum, Eka, Dewi, Ila, Dini, Fadel, Suhaesti, Oji, Maryanti, Retno, Ria,
Uswatun, Tinov, Salma, Marisa, Ismal), terimakasih atas suka duka serta
kebersamaanya selama menunggu bimbingan.
18. Sahabat Yapu / Pendidikan Fisika 2013 (Abi, Adella, Aday, Ais, Alex, Alin,
Anita, Ardi, Arwi, Citra, Clara, Dayat, Deni K, Deni M, Dewa, Dewi, Dian,
Dede, Dina, Dini, Dwi, Eka, Oji, Fadel, Fince, Fira, Geo, Gita, Herwin, Ica,
Ika, Ila, Imah, Intan, Ismal, Isna, Kartika, Kurnia, Lulu, Mandala, Marisa,
Maryanti, Nova, Ningrum, Nawawi, Nurul, Nurliya, Nuzul, Oki, Rahma,
Revania, Retno, Ria, Riky, Safura, Salma, Sara, Septian, Soleha, Suhaesti,
xii
Sundari, Susi, Tinov, Timel, Tiya, Uus, Vita, Wanda, Winda, Witri, Yeni,
Yulia, Yuni), terimakasih untuk kebersamaanya, dukungannya, tawa canda,
serta suka duka selama menempuh perkuliahan ini.
19. Kakak tingkat, adik tingkat, dan alumni terima kasih atas dukungannya.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua dan
berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis, serta semoga
skripsi yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 02 Juni 2017
Penulis,
Radha Indah Pratiwi
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ iJUDUL DALAM ....................................................................................... iiLEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iiiLEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ivSURAT PERNYATAAN .......................................................................... vRIWAYAT HIDUP ................................................................................... viMOTTO ..................................................................................................... viiPERSEMBAHAN...................................................................................... viiiSANWACANA .......................................................................................... ixDAFTAR ISI ............................................................................................. xiiiDAFTAR TABEL .................................................................................... xviDAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori......................................................................... 91. Penelitian Pengembangan..................................................... 92. Modul ................................................................................... 103. Pembelajaran Kontekstual .................................................... 134. Multple Representations ....................................................... 165. Fluida Statis .......................................................................... 20
B. Kerangka Pikir ......................................................................... 28
xiv
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ....................................................................... 31B. Desain Penelitian ........................................................................ 32C. Subjek Penelitian ........................................................................ 33D. Prosedur Penelitian Pengembangan............................................ 33
1. Potensi Masalah.................................................................... 342. Pengumpulan Data................................................................ 343. Desain Produk ...................................................................... 354. Validasi Produk .................................................................... 355. Revisi Desain........................................................................ 366. Uji Coba Produk ................................................................... 367. Revisi Produk ....................................................................... 368. Uji Coba Pemakaian ............................................................. 379. Revisi Produk ....................................................................... 3810. Produksi ................................................................................ 38
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 381. Metode Wawancara .............................................................. 382. Metode Angket ..................................................................... 393. Metode Tes Khusus .............................................................. 39
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan ................................................................... 44B. Pembahasan ................................................................................. 54
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...................................................................................... 63B. Saran ............................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Hasil Observasi Sarana dan Prasarana ................................................. 652. Kisi-kisi Angket Kebutuhan Guru ....................................................... 663. Angket Kebutuhan Guru ...................................................................... 674. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Guru .............................................. 695. Kisi-kisi Angket Kebutuhan Siswa...................................................... 706. Angket Kebutuhan Siswa..................................................................... 717. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa.......................................................... 738. Story Board .......................................................................................... 759. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli ................................................................ 8210. Instrumen Uji Ahli Desain ................................................................... 8611. Hasil Analisis Uji Ahli Desain............................................................. 89
xv
12. Instrumen Uji Ahli Materi ................................................................... 9213. Hasil Analisis Instrumen Uji Ahli Materi ............................................ 9714. Kisi-kisi Instrumen Uji Satu Lawan Satu ............................................ 10215. Instrumen Uji Satu Lawan Satu ........................................................... 10616. Hasil Analisis Uji Satu Lawan Satu..................................................... 11117. Kisi-kisi Instrumen Uji 3K................................................................... 11218. Instrumen Uji 3K ................................................................................. 11619. Hasil Analisis Instrumen Uji 3K.......................................................... 12320. Kisi-kisi Instrumen Uji Keefektifan..................................................... 12721. Instrumen Uji Keefektifan ................................................................... 13222. Hasil Analisis Uji Keefektifan ............................................................. 13723. Kunci Jawaban Instrumen Uji Keefektifan.......................................... 13924. Silabus.................................................................................................. 14025. a. RPP 1................................................................................................ 145
b. RPP 2 ............................................................................................... 150c. RPP 3................................................................................................ 155
26. Produk .................................................................................................. 160
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban .......................................... 413.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ............ 423.3 Kriteria Interpretasi N-Gain ............................................................... 434.1 Rekapitulasi Hasil Pengisian Angket Analisis
Potensi dan Masalah .......................................................................... 464.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Sarana dan Prasarana .......................... 474.3 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain..................................................... 494.4 Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi/Materi ................................................ 504.5 Rangkuman Hasil Uji Coba Produk................................................... 514.6 Rangkuman Hasil Respon Penilaian Siswa dalam
Uji Pemakaian .................................................................................... 524.7 Rangkuman Hasil nilai N-gain Siswa dalam Uji Pemakaian............. 53
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bejana Berhubungan yang Berisi Zat Cair ...................................... 222.2 Grafik Hubungan Kedalaman dengan Tekanan............................... 222.3 Prinsip Pompa Hidrolik ................................................................... 232.4 Grafik Hubungan Tekanan di Tabung 1
dengan Tekanan di Tabung 2........................................................... 242.5 Grafik Hubungan Gaya Archimedes dengan Kedalaman................ 252.6 Grafik Hubungan Tegangan Permukaan dengan
Gaya Tegang Permukaan Zat Cair................................................... 262.7 Gejala Miniskus pada Air dan Raksa............................................... 272.8 Skema Kerangka Pikir Penelitian .................................. 303.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan .................................. 333.2 One-Group Pretest-Posttest ............................................................. 374.1 Ilustrasi atau Gambar yang Terdapat dalam Modul........................ 574.2 Petunjuk Penggunaan yang Terdapat dalam Modul ....................... 584.3 Representasi yang Terdapat dalam Modul...................................... 59
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia mengalami suatu paradigma baru yang
mengusung Kurikulum Berbasis Kompetensi, dimana terdapat perubahan
sistem pembelajaran konvensional menuju pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan
materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Hamruni
(2012: 135), pembelajaran kontekstual mengarahkan siswa kepada proses
pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan
berkembang secara utuh, bukan hanya secara intelektual, tetapi juga
mental dan emosionalnya.
Salah satu pendukung berhasilnya suatu proses pembelajaran kontekstual
di sekolah yaitu dengan adanya bahan ajar. Dewi (2012 : 1) menyatakan
bahwa bahan ajar (learning materials) merupakan seperangkat materi atau
substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis serta
menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Salah satu contoh bahan ajar yang dapat
mendukung kegiatan pembelajaran kontekstual yaitu modul pembelajaran.
Modul menurut Asyhar (2011: 155), adalah salah satu bentuk bahan ajar
2
berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri oleh siswa
karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri.
Bahan ajar di sekolah berdasarkan hasil observasi di SMAN 13
Bandarlampung yang telah dilakukan yaitu hanya terdapat buku ajar yang
menampilkan dua representasi yaitu representasi verbal dan matematis,
serta konten yang ada di dalamnya kurang bervariasi sedangkan
pembelajaran konsep fisika tidak hanya berupa dua representasi,
melainkan banyak representasi yang harus diberikan kepada siswa.
Representasi tersebut diantaranya representasi verbal, visual atau gambar,
grafik, matematis serta lain-lain. Selama ini pendidik lebih banyak
memberikan representasi matematis, sehingga siswa yang kemampuan
matematisnya kurang baik akan kesulitan dalam memahami konsep fisika.
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-
hari. Fluida adalah zat yang dapat mengalir seperti zat cair dan gas. Pada
pembelajaran fisika, fluida statis adalah fluida yang berada dalam keadaan
diam dimana konsepnya erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Pada materi fluida statis membahas mengenai tekanan hidrostatis, hukum
pascal, hukum archimedes, dan lain-lain, dimana penerapannya dapat
dijumpai pada kehidupan sehari-hari seperti: kapal selam yang dapat
terapung serta melayang di laut, pompa hidrolik, kapal pesiar yang
terapung di laut dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, materi fluida statis
cocok untuk menjadi salah satu materi yang dapat diterapkannya
pembelajaran kontekstual. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sagala
(2013: 87-88) yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
3
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran fisika, misalnya konsep Fluida Statis, jika materi
disajikan dalam berbagai representasi, maka isi materi lebih mudah
dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, bahan ajar yang baik harus disusun
secara sistematis dan variatif dengan adanya banyak representasi atau
multiple representations (Abdurrahman, dkk.: 2011). Finnajah (2016: 23)
menyatakan bahwa dalam multiple representations, tujuan memecahkan soal
adalah merepresentasi proses secara fisik melalui cara verbal, sketsa,
diagram, grafik, dan persamaan matematik. Deskripsi verbal yang abstrak
dihubungkan dengan representasi matematik yang abstrak oleh representasi
gambar dan diagram fisik yang lebih intuitif . Hal-hal yang menonjol dari
suatu representasi ini maka mampu menarik perhatian siswa dan mendorong
motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil wawancara guru serta observasi langsung di SMAN 13
Bandarlampung, belum diterapkannya pembelajaran kontekstual
dikarenakan masih banyaknya guru yang menerapkan metode ceramah,
serta guru belum mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada seperti
laboratorium, sehingga minimnya pembelajaran secara langsung, serta
siswa hanya menggunakan satu bahan ajar yaitu buku teks yang disediakan
pihak sekolah untuk menyampaikan materi pelajaran. Minimnya bahan
4
ajar yang disediakan menyebabkan kurangnya minat belajar siswa serta
belum terealisasinya pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran fisika di SMAN 13 Bandarlampung berdasarkan hasil
observasi berupa angket di kelas XI IPA 4 sebesar 63% siswa menganggap
bahwa fisika tidak menarik. Hal itu dikarenakan kurangnya bahan ajar,
yang tersedia hanya berupa buku ajar yang disediakan oleh pihak sekolah,
dimana buku tersebut hanya dapat dipinjam pada saat pembelajaran serta
isi materi hanya disajikan dalam representasi verbal berupa teori-teori serta
matematis berupa rumus-rumus fisika yang sulit dimengerti dan dipahami.
Sedangkan 37% siswa mengganggap fisika menarik dikarenakan dalam
pembelajaran fisika guru menggunakan media pembelajaran berupa
quipper, namun karena hal tersebut, siswa tidak pernah melakukan
pembelajaran serta praktikum langsung mengenai materi yang dibelajarkan
sehingga siswa sulit menerapkan pengetahuan yang diperoleh di kehidupan
sehari-hari.
Bahan ajar yang cocok untuk mendukung pembelajaran kontekstual yaitu
salah satunya adalah modul. Modul merupakan salah satu media
pembelajaran yang telah disusun secara sistematis yang dapat digunakan
sebagai bahan ajar siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat Suryaningsih (2010: 31) yang mengungkapkan bahwa
manfaat modul yaitu: (a) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali
mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan
kemampuan.(b) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui
benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul
5
yang mana mereka belum berhasil. (c) Bahan pelajaran terbagi lebih
merata dalam satu semester. (d) Pendidikan lebih berdaya guna, karena
bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.
Selain bahan ajar, keberhasilan suatu proses pembelajaran juga
dipengaruhi oleh kemampuan daya tangkap informasi siswa itu sendiri.
Setiap siswa memiliki karakteristik gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya
belajar merupakan kemampuan siswa dalam menyerap informasi, ada
siswa yang lebih mengerti dan memahami isi pelajaran melalui
representasi verbal, namun ada pula siswa yang mampu menyerap
informasi melalui representasi matematik maupun gambar. Oleh karena
itu dibutuhkan bahan ajar yang banyak representasinya. Hal ini didukung
oleh observasi angket yaitu berdasarkan analisis kebutuhan guru sebesar
100% dan berdasarkan analisis kebutuhan siswa 97% yang menyatakan
perlu pengembangan suatu modul pembelajaran yang inovatif.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mendukung pembelajaran kontekstual
maka dibutuhkan modul pembelajaran yang disusun mengikuti sintaks
pembelajaran kontekstual serta disajikan dalam bentuk representasi jamak.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hayati (2014: 217) yakni perlu
dikembangkan sebuah bahan ajar penunjang yaitu berupa modul fisika
fluida statis yang berbasis kontekstual (sesuai dengan kurikulum 2013).
Modul ini sebagai inovasi dalam menjadikan pembelajaran fisika lebih
menarik yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran fisika di sekolah, serta mampu memotivasi siswa untuk
mempelajari fisika secara mandiri. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
6
yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual Berbasis
Multiple Representations pada Materi Fuida Statis”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana produk pengembangan berupa modul pembelajaran
kontekstual berbasis multiple representations pada materi fluida
statis?
2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dalam
menggunakan modul kontekstual berbasis multiple representations
pada materi fluida statis?
3. Bagaimana keefektifan modul pembelajaran kontekstual berbasis
multiple representations pada materi fluida statis?
C. Tujuan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian pengembangan ini
adalah:
1. Mengetahui produk pengembangan berupa modul pembelajaran
kontekstual berbasis multiple representations pada materi fluida statis.
2. Mengetahui kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dalam
menggunakan modul kontekstual berbasis multiple representations
pada materi fluida statis.
7
3. Mengetahui keefektifan modul pembelajaran kontekstual berbasis
multiple representations pada materi fluida statif.
D. Manfaat Pengembangan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini yaitu untuk
menghasilkan alternatif media pembelajaran yang dapat digunakan individu
maupun kelompok belajar untuk mendukung kegiatan pembelajaran
kontekstual.
E. Ruang Lingkup Pengembangan
Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian
ini maka diberikan batasan sebagai berikut:
1. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan bahan ajar berupa modul
pembelajaran untuk materi fluida statis menggunakan pendekatan
kontekstual yang berbasis multiple representations yang tervalidasi ahli
dan teruji kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan serta keefektifannya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Modul yang dikembangkan disusun mengikuti langkah pembelajaran
kontekstual, yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat
belajar, penilaian sebenarnya, dan refleksi.
3. Multiple representations dalam modul yang dikembangkan yaitu berupa
representasi verbal, gambar, persamaan matematis dan grafik.
4. Modul yang dikembangkan memuat materi Kelas XI KD 3.7 tentang
Fluida Statis sesuai yang tercantum di dalam silabus Kurikulum 2013.
8
5. Uji validasi produk pengembangan yang terdiri dari uji ahli desain serta
ahli materi.
6. Uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk. pengembangan
dilakukan pada uji satu lawan satu dan uji lapangan kepada peserta didik.
Uji kefektifan produk pengembangan ditentukan berdasarkan hasil nilai
pre-test dan post-test siswa.
7. Subjek penelitian pengembangan adalah siswa kelas XI IPA 4 di SMAN
13 Bandarlampung.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Penelitian Pengembangan
Penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D)
merupakan metode penelitian yang mengembangkan suatu produk yang
dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Menurut Setyosari
(2012: 214) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Pendapat mengenai pengertian penelitian pengembangan tersebut juga
didefinisikan oleh Sugiyono (2012: 407):
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa InggrisnyaResearch and Development adalah metode penelitian yang digunakanuntuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produktersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakanpenelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengujikefektifan produk, maka dilakukan pengujian terhadap kefektifanproduk tersebut.
Gall & Borg dalam Putra (2011: 84), menjelaskan bahwa R&D dalam
pendidikan adalah sebuah model pengembangan berbasis industri dimana
temuan penelitian digunakan untk merancang produk dan prosedur baru,
10
yang kemudian secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi, dan
disempurnakan sampai mereka memenuhi kriteria tertentu, yaitu efektifitas,
dan berkualitas.
Penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan atau mengembangkan serta memvalidasi suatu produk
pendidikan yang kemudian produk tersebut dianalisis dan diuji
keefektifannya.
2. Modul
Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang telah disusun secara
sistematis yang dapat digunakan sebagai bahan ajar siswa dalam proses
pembelajaran. Modul menurut Asyhar (2011: 155), adalah salah satu bentuk
bahan ajar berbasis cetakan yang dirancang untuk belajar secara mandiri
oleh siswa karena itu modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar
sendiri.
Pengertian modul juga didefinisikan oleh Suprawoto (2009: 2) yaitu:
Modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yangdisusun secara sistematis, memuat materi, metode, tujuanpembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaiankompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self-instructional), danmemberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji dirisendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut
Pendapat mengenai modul tersebut juga diperkuat oleh Sukiman (2012:
20):
Modul yang baik disusun dengan menyajikan materi secara utuh danmudah dipahami siswa sesuai dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi tanpa membatasi siswa untuk mencarilebih banyak materi yang disajikan, menyajikan soal-soal yang variatif
11
dan kontekstual, menggunakan bahasa yang sederhana dankomunikatif dan menyediakan informasi tentang rujukan yangmendukung materi.
Menurut Sukiman (2012: 133) untuk memenuhi karakter self-instructional,
modul harus memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar denganjelas;
2. Mengemas materi pembelajaran ke dalam unit-unit kecil/spesifiksehingga mempermudah peserta didik belajar secara tuntas.
3. Menyediakan contoh dan ilustrasi pendukung kejelasan pemaparanmateri pembelajaran;
4. Menyajikan soal-soal latihan, tugas, dan sebagainya yangmemungkinkan peserta didik memberikan respon mengaturpenguasannya.
5. Kontekstual, yakni materi-materi yang disajikan terkait dengansuasana atau konteks tugas dan lingkungan peserta didik;
6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;7. Menyajikan rangkuman materi pembelajaran;8. Menyajikan instrumen penilaian (assessment), yang
memungkinkan peserta didik melakukan self assessment;9. Menyajikan umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga
peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi;10.Menyediakan informasi tentang rujukan yang mendukung materi
didik.
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan ajar dalam bentuk
tertulis/cetak yang disusun secara sistematis,memuat materi, metode, tujuan
pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau pencapaian indikator, serta
menyajikan soal-soal yang variatif dan kontekstual, digunakan sebagai
sarana belajar yang dapat membantu siswa ataupun guru saat proses
pembelajaran.
Penyusunan modul sangat penting dalam dunia pendidikan. Peranan tersebut
dapat dilihat dari fungsi modul itu sendiri. Modul memiliki beberapa fungsi
seperti yang dijabarkan oleh Prastowo (2011: 105) yaitu:
12
a. Bahan ajar mandiri untuk meningkatkan kemampuan peserta didikuntuk belajar sendiri tanpa bergantung pada kehadiran guru;
b. Pengganti fungsi guru/pedidik;c. Sebagai alat evaluasi, yakni peserta didik dituntut untuk dapat
mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadapmateri yang diberikan, dan;
d. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik, yakni modul mengandungberbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik.
Modul tidak hanya berfungsi sebagai bahan ajar mandiri, melainkan sebagai
pengganti fungsi guru/pendidik bila tidak dapat hadir di kelas ataupun bila
siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru dikarenakan
menyajikan berbagai materi yang dipelajari serta modul juga berfungsi
sebagai evaluasi pembelajaran.
Tujuan dari dikembangkannya modul pembelajaran telah dijabarkan oleh
Mulyasa (2003: 45) yaitu:
Tujuan dari penggunaan modul adalah untuk meningkatkan efisiensidan efektivitas dalam pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana,fasilitas, maupun tenaga guru dalam mencapai suatu tujuanpembelajaran yang maksimal.
Suatu modul yang dikembangkan harus dapat membantu peserta didik
dalam meningkatkan motivasi belajarnya Hal ini sejalan dengan pendapat
Suryaningsih (2010:31) yang mengungkapkan bahwa manfaat modul yaitu:
a. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakantugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengankemampuan.
b. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, padamodul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yangmana mereka belum berhasil.
c. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.d. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun
menurut jenjang akademik.
13
Dari fungsi, tujuan, serta manfaat modul, maka modul harus disusun
sedemikian rupa sehingga baik digunakan oleh peserta didik. Hal ini
didukung oleh Depdiknas (2008) yang menjabarkan bahwa untuk
menghasilkan modul yang baik, maka penyusunannya harus sesuai dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Self Instructional, yaitu mampu membelajarkan siswa secaramandiri.
2. Self Contained, yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unitkompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalamsatu modul secara utuh.
3. Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu modul yang dikembangkantidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakanbersama-sama dengan media pembelajaran lain.
4. Adaptive, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggiterhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User Friendly, modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya
Pengembangan modul yang inovatif dibutuhkan penyusunan yang tepat
supaya menjadi menarik, bermanfaat, serta efektif untuk menumbuhkan
minat belajar siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat suatu
bahan ajar berupa modul adalah kerangka modul. Sebaiknya suatu kerangka
modul disusun secara sederhana yang paling sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada dilapangan.
3. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajarannya, materi yang disajikan terkait dengan
kehidupan sehari-hari. Menurut Sagala (2013: 87-88) pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
14
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan nya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendapat mengenai CTL juga diperkuat oleh Blanchard, Berns, dan
Erickson dalam Komalasari (2011: 6) yang mengemukakan bahwa:
Contextual teaching and learning is conception of teaching andlearning that helps teachers relate subject matter content to realworld situation; and motivates student to make connections betweenknowledges and its applications to their lives as family members,citizens, and worker and engage in the hard work that learningrequires.
Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar
mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
negara, dan pekerja.
Pendapat mengenai pembelajaran kontekstual juga diungkapkan oleh
Hamruni (2012:135):
Pembelajaran kontekstual mengarahkan siswa kepada prosespemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akanberkembang secara utuh, bukan hanya secara intelektual, tetapi jugamental dan emosionalnya. Belajaran secara kontekstual adalahbelajara bagaimana anak menghadapi persoalan.
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar dimana guru
membantu siswa untuk mengaitkan materi yang dipelajari dengan dunia
15
nyata dalam kehidupan sehari-hari serta mengarahkan siswa untuk dapat
memecahkan suatu permasalahan yang dapat mengembangkan intelektual,
mental, serta emosionalnya yang dapat diterapkan di kehidupan siswa.
Menerapkan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam suatu
pembelajaran pada prinsipnya sama saja dengan mendorong siswa untuk
menemukan suatu informasi baru dalam pembelajaran sehingga tercipta
pembelajaran yang efektif. Menurut Hanafiah dan Cucu (2010: 73-75)
dalam melakukan pembelajaran kontekstual melibatkan komponen utama
pembelajaran yang efektif yakni:
a. Konstruktivisme (constructivisme)
Konstruktivisme (constructivisme) merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan yang di bangun
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui kontes yang
terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba.
b. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selau bermula dari bertanya
karena bertanya merupakan strategi utama pemebelajaran yang
berbasis pendekatan kontekstual.
c. Menemukan (Inquiry)
Menemuksn merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran
di peroleh dari kerjasama dengan orang lain.
16
e. Pemodelan (Modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu
ada model yang bisa ditiru.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam
hal belajar di masa yang lalu.
g. Penilaian sebenarnya (Authentic Asessment)
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Proses pembelajaran dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual,
jika telah menerapkan komponen utama pembelajaran efektif dalam
pembelajarannya. Dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual, hasil-
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna untuk siswa. Proses belajar
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa melakukan dan
mengalami, bukan hanya transfer informasi dari guru ke siswa, proses
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, dimana siswa belajar
mengkonstruksikan sendiri.
3. Multiple Representations
Multiple representations digunakan dalam penelitian pengembangan ini,
dikarenakan multiple representations dapat menyajikan materi dengan
berbagai cara sehingga dapat menarik minat belajar siswa. Menurut Kress et
17
al dalam Abdurrahman, dkk (2011: 373) , secara naluriah manusia
menyampaikan, menerima, dan menginterpretasikan maksud melalui
berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam pembicaraan
bacaan maupun tulisan. Oleh karena itu, peran representasi sangat penting
dalam proses pengolahan informasi mengenai sesuatu.
Terdapat beberapa definisi yang dikutip oleh Safrina (2011:10) tentang
representasi sebagaimana dikemukakan berikut ini:
1. Representasi adalah alat-alat yang digunakan individu untukmengorganisasikan dan menjadikan situasi-situasi lebihbermakna.
2. Representasi adalah konfigurasi atau bentuk atau susunan dapatmenggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalamsuatu cara.
3. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari situasimasalah atau aspek dari suatu masalah yang digunakan untukmenemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapatdirepresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atausymbol matematika.
4. Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untukmengemukakan jawaban atau gagasan matematik.
5. Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakanungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-idematematika yang ditampilkan siswa dalam upanya untukmencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.
6. Terdapat empat gagasan yang digunakan dalam memahami konseprepresentasi. Pertama, representasi dapat dipandang sebagaiabstraksi internal dari ide-ide matematika atau skema kognitif yangdibangun oleh siswa melalui pengalaman; kedua, sebagaireproduksi mental dari keadaan mental yang sebelumnya; ketiga,sebagai sajian secara struktur melalui gambar, symbol ataupunlambang; dan yang terakhir sebagai pengetahuan tentang sesuatuyang mewakili sesuatu yang lain.
7. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungandimana satu hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu,untuk tujuan tertentu, dan yang kedua oleh subjek atau interpretasipikiran. Representasi menggantikan atau mengenai penggantiansuatu obyek, penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yangdiperoleh dari suatu obyek, yang diperoleh dari pengalamantentang tanda representasi.
18
Menurut Ainsworth (2006: 1), beberapa (eksternal) representasi dapat
memberikan manfaat yang unik ketika orang belajar ide-ide baru yang
kompleks. Sayangnya, banyak penelitian telah menunjukkan janji ini tidak
selalu tercapai. DeFT (Desain, Fungsi, Tugas) kerangka kerja untuk belajar
dengan beberapa representasi mengintegrasikan penelitian tentang
pembelajaran, ilmu kognitif representasi, dan konstruktivis teori pendidikan.
Hal ini mengusulkan bahwa efektivitas beberapa representasi terbaik dapat
dipahami dengan mempertimbangkan tiga dasar aspek pembelajaran:
parameter desain yang unik untuk belajar dengan beberapa representasi;
fungsi yang beberapa representasi melayani dalam mendukung
pembelajaran dan tugas-tugas kognitif yang harus dilakukan oleh seorang
pelajar berinteraksi dengan beberapa representasi.
Multiple representations memiliki tiga fungsi utama menurut Shaaron
dalam Finnajah (2016: 23), yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi,
dan pembangun pemahaman. Fungsi pertama digunakan untuk memberikan
representasi yang berisi informasi pelengkap atau membantu melengkapi
proses kognitif. Kedua, digunakan untuk membatasi kemungkinan
kesalahan menginterpretasi dalam menggunakan representasi yang lain.
Ketiga, multiple representations dapat digunakan untuk mendorong peserta
didik membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. Dalam
pembelajaran sains banyak tipe representasi yang dapat dimunculkan. Tipe-
tipe tersebut antara lain: deskripsi verbal, gambar/diagram, grafik,
matematik.
19
Menggunakan representasi dalam kegiatan pembelajaran harus
memperhatikan kemampuan siswa dalam menginterpretasikan representasi
tersebut, karena dalam hal ini dipengaruhi kombinasi representasi,
perbedaan individual, dan proses dalam memahami suatu representasi.
Beberapa alasan pentingnya menggunakan multiple representations menurut
Kohl, Rosengrant dan Frankelstein (2007: 1), adalah:
Beberapa representasi adalah kunci dalam belajar fisika, dan sehinggaada cukup motivasi kedua untuk belajar bagaimana siswamenggunakan beberapa representasi ketika memecahkan masalah danbelajar bagaimana solusi terbaik untuk mempelajari pemecahanmasalah dengan menggunakan beberapa representasi.
Matlin dalam Suhandi (2012: 6) menyatakan bahwa:
Pemrosesan informasi dalam pembentukan konsep tersebut akanmudah dipanggil apabila tersimpan dalam memori jangka panjang,terutama dalam bentuk gambar.
Pengajaran dengan melibatkan multiple representations memberikan
konteks yang kaya bagi peserta didik untuk memahami suatu konsep.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dalam sains kognitif dan pendidikan
fisika disimpulkan bahwa peserta didik yang terampil sering menggunakan
representasi kualitatif seperti gambar, grafik, dan diagram. Tujuan
memecahkan soal dalam multiple representations adalah merepresentasi
proses secara fisik melalui berbagai cara; verbal, sketsa, diagram, grafik dan
persamaan-persamaan matematik. Deskripsi verbal yang abstrak
dihubungkan dengan representasi matematik yang abstrak oleh representasi
gambar dan diagram fisik yang lebih intuitif.
20
4. Fluida Statis
Zat yang terdapat di alam ini dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
zat padat, zat cair dan gas. Zat cair dan gas memiliki kesamaan sifat, yaitu
dapat mengalir. Suatu zat yang mempunyai kemampuan untuk mengalir
dinamakan fluida, sehingga zat cair dan gas termasuk fluida. Cabang ilmu
yang mempelajari fluida dalam keadaan diam dinamakan fluida statis atau
kadang disebut sebagai hidrostatika. Fluida statis adalah fluida yang berada
dalam keadaan tidak bergerak (diam).
1) Tekanan Hidrostatis
tTkanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Jika gaya sebesar F
bekerja secara merata dan tegak lurus pada suatu permukaan yang
luasnya A, maka tekanan P pada permukaan itu dapat dilihat representasi
matematis sebagai berikut:
.................................. (2-1)
Dengan:
P = tekanan (N/m2)
F = gaya pada permukaan (N)
A = luas permukaan (m2)
Nilai tekanan sebesar 1 N/m2 dapat dinyatakan sebagai 1 pascal (Pa),
sehingga satuan SI untuk tekanan dapat dinyatakan dalam N/m2 atau
dalam pascal. Untuk kepentingan praktis, satuan tekanan biasanya
21
dinyatakan dalam atmosfer (atm), cmHg, atau bar. 1 atm = 76 cmHg =
1,013 x 105 Pa = 1,013 bar
Karena dalam keadaan diam, air hanya melakukan gaya berat sebagai
akibat gaya gravitasi bumi dan berdasarkan persamaan massa jenis
maka:
Karena V = A h, maka:
...................... (2-2)
Tekanan atmosfer dapat memengaruhi tekanan pada kedalaman tertentu
pada zat cair, sehingga bila kita rumuskan maka representasi
matematisnya ialah sebagai berikut:
........ (1-3)
Hukum pokok hidrostatis:
Tekanan hidrostatis suatu zat cair hanya bergantung pada ketinggian
permukaan zat cair (h); massa jenis zat cair (ρ), dan percepatan gravitasi
(g), tidak bergantung pada bentuk dan ukuran bejana, seperti tampak
pada gambar berikut ini:
“Semua titik yang terletak pada suatu bidang datar di dalam zat cairyang sejenis memiliki tekanan yang sama”
P1 = P0 + P P1 = P0 + g hatau
22
Bejana berhubungan pada gambar 2.1 berbeda bentuk berisi zat cair
yang sama dengan ketinggian yang sama memiliki tekanan hidrostatis
yang sama besar pada tiap dasar bejananya. Tekanan hidrostatis pada tiap
dasar bejana sama besar, sedangkan berat zat cair pada tiap bejana
berbeda. Hubungan antara kedalaman dengan tekanan dapat dilihat pada
representasi grafik di bawah ini.
2) Hukum Pascal
Jika tekanan pada permukaan zat cair ditambah, maka tekanan di setiap
titik dalam zat cair bertambah dengan jumlah yang sama. Hal ini
dikemukakan oleh seorang ilmuwan Perancis Blaise Pascal (1623-1662)
pada tahun 1653, yang disebut dengan Hukum Pascal yang bunyinya:
Gambar 2.1 Bejana Berhubungan yang Berisi Zat Cair
Gambar 2.2 Hubungan Kedalaman dengan Tekanan
p
“Tekanan yang diadakan dari luar kepada zat cair yang ada didalam ruangan tertutup akan diteruskan oleh zat cair itu ke
segala arah dengan sama rata”.
23
Berdasarkan hukum Pascal, tekanan di tabung (1) akan diteruskan oleh
zat cair ke Tabung (2) dengan besar yang sama. Sehingga dapat
direpresentasikan matematis sebagai berikut:
Pada titik yang sama:
................ (2-4)
dengan:
F1 = gaya pada A1 (N)
F2 = gaya pada A2 (N)
A1 = luas penampang 1 (m2 )
A2 = luas penampang 2 (m2 )
Karena A1 < A2 maka F1 < F2, hal ini menyebabkan gaya yang bekerja
pada penampang A2 menjadi lebih besar, Jadi gaya tekan kecil akan
menimbulkan gaya tekan yang besar. semakin besar luas penampang,
maka akan semakin besar gaya tekannya, maka dapat di peroleh hukum
pascal pada kedalaman yang sama yaitu P1 = P2
A1
F2
F1
A2
Gambar 2.3 Prinsip Pompa Hidrolik
P1= P2=
24
3) Hukum Archimedes
Gaya yang di kemukakan oleh Archimedes ( 287 - 212 SM ) disebut
hukum Archimedes, yang berbunyi:
Berdasarkan hukum ini, besarnya gaya Archimedes = berat zat cair yang
dipindahkan maka direpresentasikan matematis sebagai berikut:
Volume zat cair yang dipindahkan = volume benda yang tercelup zat cair
( ), sehingga diperoleh:
Keterangan :
Fa = gaya Archimedes
= massa jenis zat cair ( = 1 g/cm 3 = 103 kg/m3 )
= massa jenis benda
P1
P2
Gambar 2.4 Grafik Hubungan Tekanan di Tabung 1 (P1)dengan Tekanan di Tabung 2 (P2)
”Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalamair atau zat cair lain akan mengalami gaya ke atas yang besarnya
sama dengan berat zat cair yang dipindahkan”
Fa = mf g= g ................ (2-5)
Fa = ρf Vb g ............... ( 2-6)
25
= volume benda tercelup = volume zat cair yang dipindahkan
Selain gaya Archimedes dinyatakan dengan persamaan (3-2), juga dapat
dinyatakan dengan persamaan lain, yaitu :Gaya Archimedes = berat
benda - berat benda di zat cair
Gaya keatas yaitu gaya Archimedes tidak bergantung pada kedalaman
benda, tetapi hanya bergantung pada massa jenis, gravitasi dan volume
benda : Fa = ρf g V. Hubungan gaya archimedes dengan kedalaman dapat
dipresentasikan grafik sebagai berikut:
Pada saat benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka pada benda bekerja
gaya berat dan gaya Archimedes yang arahnya berlawanan. Jika kedua
gaya ini dibandingkan, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tenggelam,
melayang dan terapung.
4) Gejala pada Fluida Statis
a. Tegangan permukaan
Gaya tarik-menarik antara partikel-partikel sejenis disebut kohesi;
sedangkan gaya tarik-menarik antara partikel-partikel yang tidak
Fa = Wu – Wf .............. (2-7)
Fa
h
Gambar 2.5 Grafik Hubungan Gaya Archimedes dengan Kedalaman
26
sejenis disebut adhesi. Baik kohesi maupun adhesi mempunyai peran
penting pada permukaan zat cair.
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai besar gaya yang dialami
pada permukaan zat cair per satuan panjang. Berdasarkan definisi
tersebut maka persamaan tegangan permukaan dapat dituliskan
sebagai berikut.
................ (2-8)
dengan: ɣ = tegangan permukaan (N/m)
F = gaya (N)
l = panjang (m)
Berdasarkan representasi matematis di atas, hubungan tegangan
permukaan dengan gaya tegang permukaan zat cair yaitu sebanding,
sehingga semakin besar gaya tegang permukaan suatu zat cair, maka
semakin besar pula tegangan permukaannya, hal itu dapat
dipresentasikan ke dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
Gambar 2.6 Grafik Hubungan Tegangan Permukaan dengan Gaya TegangPermukaan Zat Cair
F
ϒ
ɣ =
27
b. Gejala Meniskus
Apabila kita menuangkan air ke dalam sebuah tabung kaca dan raksa
pada tabung kaca lainnya, maka permukaan air dalam tabung
melengkung ke atas pada bagian yang menempel dinding kaca,
sedangkan permukaan raksa dalam tabung melengkung ke bawah pada
bagian yang menempel di dinding kaca seperti tampak pada Gambar
2.7
c. Gejala kapilaritas
Tegangan permukaan menyebabkan zat cair memiliki sudut kontak
kurang dari 90° naik ke atas dalam pipa kapiler, lebih tinggi
dibandingkan dengan permukaan zat cair di luarnya. Semakin kecil
pipa kapiler, semakin tinggi kenaikan zat cair. Jika zat cair memiliki
sudut kontak yang lebih besar dari 90°, maka permukaan zat cair
dalam pipa kapiler akan lebih rendah dibandingkan permukaan zat
cair di luarnya. Semakin kecil pipa kapiler, semakin besar penurunan
(Sumber: oktavianipratama.wordpress.com)
Gambar 2.7 Gejala Miniskus Pada Air dan Raksa
28
permukaan zat cair. Gejala naik atau turunnya permukaan zat cair
dalam pipa kapiler ini disebut gejala kapilaritas.
d. Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan fluida yang menyatakan
besar kecilnya gesekan di dalam fluida. Semakin besar viskositas
fluida, maka semakin sulit suatu fluida untuk mengalir dan juga
menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi
antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas, viskositas timbul
sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Besarnya gaya gesekan
Stokes dapat dipresentasikan ke dalam bentuk matematisnya sebagai
berikut:
dengan
Fs = gaya gesekan Stokes (N)
η = koefisien viskositas fluida (Pa s)
r = jari-jari bola (m)
v = kelajuan bola (m/s)
B. Kerangka Pikir
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa dalam kegiatan
Fs = 6πηrv ................ (2-10)
29
pembelajaran. Salah satu bahan ajar yang digunakan adalah modul. Modul
yang dikembangkan ini mengikuti sintak pembelajaran kontekstual.
Penggunaan modul pembelajaran kontekstual ini melatih siswa untuk
dapat mengaitkan kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa atau
kondisi yang terjadi di sekitar mereka, lalu menghubungkan pengetahuan
atau informasi yang mereka peroleh di sekolah, kemudian berusaha
memecahkan masalah terhadap permasalahan tersebut, sehingga
terciptanya pembelajaran kontekstual yang efektif untuk meningkatkan
hasil belajar.
Modul ini disusun mengikuti sintak pembelajarn kontekstual serta
mempersentasikan ulang suatu cara menyatakan suatu konsep melalui
berbagai cara dan bentuk, diantaranya dalam bentuk verbal, gambar,
matematis, dan grafik. Modul yang memuat materi Fluida Statis ditujukan
kepada siswa SMA kelas XI. Penggunaan modul dengan pendekatan
kontekstual berbasis multiple representations mendorong siswa untuk
lebih aktif, kreatif, dan mandiri dalam mencari informasi yang dibutuhkan
sehingga membantu siswa belajar mandiri dan memahami konsep Fluida
Statis dengan baik sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
Peningkatan pemahaman konsep dan materi oleh siswa diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
30
SKL
KI, KD dan Indikator;
Konsep esensial Fluida Statis
Bahan Ajar Mandiri(Modul
Kontekstual)
Standar ProsesPembelajaran
Gambar 2.8 Skema Kerangka Pikir Penelitian
verbal, gambar, grafik, danmatematika
MultipleRepresentations
Melalui
Diperoleh
Tidak Efektif/ Efektif
Pre-test dan Post-test
Hasil Belajar
Menentukan
31
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu research and development atau
penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan merupakan modul
pembelajaran kontekstual berbasis multiple representations yang dibatasi pada
salah satu materi Fisika yaitu materi Fluida Statis untuk Sekolah Menengah
Atas (SMA)/MA.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed
methods. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan
menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu
penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5),
penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang
mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan
metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan
penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable,
dan obyektif.
Langkah pengembangan dilaksanakan dengan model pengembangan Sugiyono
(2012: 409) dengan langkah-langkah, yaitu: (1) potensi dan masalah; (2)
pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi desain; (5) revisi desain; (6)
32
uji coba produk; (7) revisi produk; (8) uji coba pemakaian; (9) revisi produk;
dan (10) produksi.
B. Desain Penelitian
Jenis desain penelitian pada penelitian mixed methods ini concurrent
triangulation designs di mana peneliti secara bersamaan mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif, menggabungkan dalam analisis metode analisis
data kuantitatif dan kualitatif, dan kemudian menafsirkan hasilnya bersama-
sama untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang
menarik.
Pada penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk menjelaskan data
kualitatif. Data kualitatif ini didapatkan melalui wawancara dengan partisipan
secara mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai potensi dan masalah di sekolah untuk mendukung
pengembangan produk dengan menggunakan instrumen wawancara kepada
guru pelajaran fisika serta observasi langsung di sekolah. Sedangkan untuk
metode kuantitatif dilakukan dengan angket (kuesioner) yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi atau data yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah
dan untuk mengetahui pentingnya penggunaan modul yang dikembangkan
untuk kegiatan pembelajaran.
33
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI di SMAN 13
Bandarlampung. Pada penelitian ini siswa yang dijadikan sampel penelitian
untuk memperoleh data mengenai kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan dan
dan keefektifan dari produk modul pembelajaran fisika yang akan
dikembangkan, yaitu kelas XI IPA 4 sebanyak 38 orang. Sekolah tersebut
dipilih karena didasarkan pada hasil wawancara dan observasi langsung pada
tahap analisis kebutuhan yang diperoleh hasil bahwa sekolah tersebut belum
memiliki modul pembelajaran kontekstual berbasis multiple representations
terutama pada materi Fluida Statis.
D. Prosedur Pengembangan Produk
Prosedur pengembangan perangkat menggunakan langkah penelitian dan
pengembangan menurut Sugiyono (2012: 409) dengan langkah-langkah yaitu:
(1) potensi dan masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain produk; (4) validasi
desain; (5) revisi desain; (6) uji coba produk; (7) revisi produk; (8) uji coba
pemakaian; (9) revisi produk; dan (10) produksi. Langkah – langkah tersebut
digambarkan seperti Gambar 3.1:
Potensi danMasalah
Pengumpu-lan Data
DesainProduk
ValidasiDesain
RevisiDesain
Uji cobaProduk
Uji cobapemakaian
RevisiProduk
RevisiProduk
Produksi Masal
Gambar 3.1 Langkah Penelitian Pengembangan menurut Sugiyono (2012: 409)
34
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat dilakukan dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah.
Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan
realita yang terjadi. Masalah yang ada saat ini adalah belum adanya modul
yang dibuat dengan model pembelajaran kontekstual. dan disajikan secara
multiple representations.
Pada tahap ini dilakukan penelitian pendahuluan di SMAN 13
Bandarlampung dengan menggunakan angket yang berisi tentang
pertanyaan mengenai pengembangan bahan ajar berupa modul , untuk
mengetahui metode yang diterapkan dalam pembelajaran, sumber belajar
yang digunakan, sejauh mana penggunaan bahan ajar dalam kegiatan
pembelajaran, dan untuk mengetahui pentingnya penggunaan modul yang
dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran.
Pada langkah ini dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi bahwa
diperlukan adanya pengembangan bahan ajar pembelajaran berupa modul
dengan pendekatan kontekstual yang berbasis multiple representations.
Hasil angket tersebut kemudian dianalisis dan dijadikan landasan dalam
penyusunan latar belakang masalah.
2. Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data dilakukan untuk penelitian pendahuluan.
Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan angket (kuesioner) yang
35
diberikan kepada guru mata pelajaran Fisika dan siswa kelas X1 IPA 4
di SMAN 13 Bandarlampung. Penelitian pendahuluan tersebut selain untuk
mengumpulkan informasi atau data yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah, untuk
mengetahui seberapa perlukah adanya pengembangan bahan ajar berupa
modul, untuk mengetahui metode yang diterapkan dalam pembelajaran,
sumber belajar yang digunakan, sejauh mana penggunaan bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran serta mengetahui hambatan-hambatan dalam
penggunaan bahan ajar pembelajaran, dan untuk mengetahui pentingnya
penggunaan modul yang dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran.
3. Desain Produk
Pengembangan desain produk berupa pembuatan bahan ajar pembelajaran
berupa modul ajar. Perangkat bahan ajar pembelajaran berupa modul yang
mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor khususnya mengenai
materi fluida statis dimana proses pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran sehingga modul disusun mengikuti sintak pembelajran
kontekstual dan disajikan secara multiple representations.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses untuk menilai apakah rancangan desain
produk sesuai dengan kriteria pengembangan modul ajar yang akan dibuat
atau tidak. Validasi desain dan materi terdiri dari uji ahli yang dilakukan
oleh dosen pendidikan fisika FKIP Universitas Lampung. Subjek validasi
36
diminta untuk menilai desain tersebut. Validasi desain dilakukan untuk
mengetahui ketidaksesuaian atau kesalahan pada produk yang dibuat baik
dari aspek substansi, bahasa, maupun konstruksi dari modul ajar tersebut.
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis apakah instrumen ini sudah
layak digunakan dalam uji coba. Data hasil validasi ahli dijadikan acuan
untuk melakukan revisi.
5. Revisi Desain
Revisi desain dilakukan untuk memperbaiki produk yang telah dibuat dan
menyempurnakan produk yang dikembangkan sebelum produk tersebut
diuji cobakan. Pada tahap ini peneliti memperbaiki kembali desain produk
yang telah divalidasi.
6. Uji Coba Produk
Setelah didapat hasil perbaikan kemudian dibuat prototipe I. Uji coba ini
merupakan uji satu lawan satu yang dilakukan oleh 3 orang siswa kelas XI
SMAN 13 Bandarlampung yang dipilih secara acak. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan penggunaan modul
pembelajaran kontekstual berbasis multiple representations.
7. Revisi Produk
Setelah dilakukan pengujian produk, selanjutnya perangkat perlu direvisi
kembali untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada. Revisi
produk dilakukan untuk menyempurnakan kembali produk yang telah
37
dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan
berdasarkan hasil uji coba produk.
8. Uji Coba Pemakaian
Perangkat yang telah diuji coba dan direvisi diberi nama prototipe II.
Setelah pengujian perangkat berhasil, selanjutnya perangkat diuji cobakan
pemakaiannya pada lingkup yang lebih luas yaitu siswa kelas XI IPA 4 di
SMAN 13 Bandarlampung. Tujuannya untuk mengetahui tanggapan siswa
mengenai kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan serta keefektifan
penggunaan modul pembelajaran kontekstual berbasis multiple
representations.
Desain Penelitian yang digunakan pada penelitan pengembangan ini yaitu
One-Group Pretest-Posttest Design. Gambar desain yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
O1 = Nilai pretest ( sebelum penggunaan modul)
O2 = Nilai post-test (setelah penggunaan modul
Pengaruh penggunaan modul pembelajaran kontekstual berbasis multiple
representation terhadap hasil belajar siswa = (O2 – O1), Sugiyono (2012:
74)
O1 X O2
Gambar 3.2 One-Group Pretest-PosttestDesign
38
9. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian masih terdapat
kekurangan dan kelemahan. Pada tahap ini peneliti merevisi kembali
perangkat yang telah diuji cobakan untuk pemakaian sebelum produk
tersebut diproduksi. Tujuannya untuk menyempurnakan produk yang
dikembangkan dan menyesuaikan produk dengan kebutuhan di lapangan.
10. Produksi
Pembuatan produk dilakukan apabila produk yang telah diujicobakan
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi. Pada tahap ini peneliti
memproduksi modul pembelajaran Fisika yang disusun mengikuti sintak
pembelajaran kontekstual dan disajikan secara multiple representations.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga macam teknik
pengumpulan data, meliputi:
a. Metode Wawancara
Metode wawancara dilakukan kepada guru fisika yang dimaksudkan untuk
mengetahui sarana dan prasarana belajar, motivasi siswa, kesulitan belajar
siswa, ketertarikan siswa dalam pembelajaran fisika, sumber belajar serta
bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran fisika.
39
b. Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang
berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan program, dan kualitas
teknis. Instrumen produk meliputi dua tahap, yaitu angket uji ahli dan
angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai
dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk. Sedangkan instrumen
angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat
kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk.
c. Metode Tes Khusus
Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk
yang dihasilkan sebagai bahan ajar pembelajaran fisika. Tahap ini produk
digunakan oleh siswa sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil
sampel penelitian satu kelas yaitu kelas XI di SMAN 13 Bandarlampung.
Tes khusus ini dilakukan terhadap satu kelas sampel siswa yaitu kelas XI
IPA 4 di SMAN 13 Bandarlampung, siswa diberikan soal pre-test sebelum
menggunakan modul sebagai bahan ajar pembelajaran Fisika, selanjutnya
setelah menggunakan modul, siswa tersebut diberi soal post-test. Hasil dari
skor dari pre-test dan post-test tersebut dianalisis terhadap skor gain
menggunakan teknis analisis data N-Gain untuk melihat keefektifan modul
yang dikembangkan terhadap hasil belajar siswa.
40
F. Teknik Analisis Data
Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut.
Data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika dan data hasil
observasi langsung dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya penelitian
ini. Data kesesuaian materi pembelajaran dan desain pada produk diperoleh
dari ahli materi melalui uji/validasi ahli dan ahli desain, yang selanjutnya data
yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk
yang dihasilkan untuk digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran. Data
kemanfaatan produk, kemenarikan dan kemudahan penggunaan diperoleh
melalui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung. Data tingkat
efektifitas produk sebagai bahan ajar pembelajaran diperoleh melalui tes
setelah penggunaan produk dilakukan.
Penilaian tentang sesuai atau tidaknya produk yeng dihasilkan sebagai sumber
belajar dan bahan ajar pembelajaran diperoleh berdasarkan instrumen uji ahli
dan uji kelompok kecil. Instrumen uji ahli oleh ahli desain memiliki 4 pilihan
jawaban yaitu sangat layak “SL”, layak “L”, kurang layak “KL”, dan, tidak
layak “TL”, revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan “KL”
dan “TL” atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap bahan
ajar/produk yang sudah dibuat. Sedangkan Instrumen uji ahli oleh ahli
isi/materi pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan,
yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi
pilihan jawaban “tidak”, atau para ahli memberikan masukan khusus terhadap
bahan ajar/produk yang sudah dibuat.
41
Respon siswa terhadap bahan ajar yang sudah dibuat dapat diketahui
berdasarkan instrumen uji satu lawan satu. Instrumen uji satu lawan satu
memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya” dan “tidak”.
Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “tidak”.
Data kemenarikan , kemudahan, kemanfaatan dan keefektifan bahan ajar
sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai
pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan
jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”,
“kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “ sangat mempermudah”, “
mempermudah”, “kurang mempermudah” dan “tidak mempermudah” atau
“sangat bermanfaat”, “bermanfaat”, “kurang bermanfaat”, dan “tidak
bermanfaat”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang
mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Berdasarkan Suyanto
dan Sartinem (2009: 227). Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat
dilihat dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
PilihanJawaban
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor
Sangat menarik Sangat Mempermudah Sangat Bermanfaat 4Menarik Mempermudah Bermanfaat 3Kurang menarik Kurang Mempermudah Kurang Bermanfaat 2
Tidak menarik Tidak Mempermudah Tidak Bermanfaat 1
Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian
dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya hasilnya dikalikan dengan
banyaknya pilihan jawaban.
42
Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian
total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Setelah dilakukan skor penilaian, maka hasil dari skor penilaian tersebut
kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan
ke pernyataan penilaian. Pengkonversian skor penilaian menjadi pernyataan
penilaian ini adalah untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan
produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Menurut Suyanto dan
Sartinem (2009: 227), pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini
dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas
SkorPenilaian
Rerata Skor Klasifikasi
4 3,26 - 4,00 Sangat Baik
3 2,51 – 3,25 Baik
2 1,76 – 2,50 Kurang Baik
1 1,01 – 1,75 Tidak Baik
Selain diberikan angket, pada uji kelompok kecil juga siswa diberikan soal pre-
test sebelum menggunakan modul sebagai bahan ajar pembelajaran Fisika,
selanjutnya setelah menggunakan modul, siswa tersebut diberi soal post-test.
Hasil dari skor dari pre-test dan post-test tersebut dianalisis terhadap skor gain
menggunakan teknis analisis data N-Gain untuk melihat keefektifan modul
yang dikembangkan terhadap hasil belajar siswa. N-gain diperoleh dari
Skor Penilaian =Jumlah nilai total skor tertinggi
Jumlah skor pada instrumen x 4
43
pengurangan skor postest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum
dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah
Keterangan:g = N-gain
postS= Skor posttest
preS= Skor pretest
S max = Skor maksimum
Besarnya faktor (g) atau keefektifan modul pembelajaran yang dikembangkan
dapat dilihat berdasarkan kriteria interpretasi N-gain (Meltzer, 2002) yang
terdapat pada Tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi N-gain
N-gain KriteriaInterpretasi
0,7 ≤ N-gain ≤ 1 Tinggi
0,3 ≤ N-gain < 0,7 Sedang
N-gain < 0,3 Rendah
N-gain (g) =Spost - Spre
Smax - Spre
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:
1. Modul pembelajaran kontekstual berbasis multiple representations pada
materi fluida statis telah teruji dan layak digunakan sebagai bahan ajar.
2. Modul pembelajaran yang dikembangkan sangat menarik dengan skor 3,48,
sangat mempermudah dengan skor 3,42, dan bermanfaat dengan skor 3,10.
3. Modul pembelajaran yang dikembangkan teruji efektif dalam pembelajaran
dengan nilai N-gain yaitu 0,55 dengan kualifikasi sedang.
B. Saran
Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Produk pengembangan hanya teruji pada kelas terbatas, sehingga masih
perlu diteliti lebih lanjut dalam kelas besar untuk melihat pengaruh produk.
2. Produk pengembangan hanya berfokus pada materi fluida statis, sehingga
perlu pengembangan lebih lanjut mengenai pokok bahasan lain, atau modul
fisika dengan menggunakan model serta pendekatan pembelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Apriliyawati, & Payudi. 2008. Limitation of representation modein learning gravitational concept and its influence toward student skillproblem solving. Proceeding Of The 2nd International Seminar on ScienceEducation. [Online]. Tersedia di scholar.google.co.id . Diakses pada 19Oktober 2016.
Abdurrahman, Liliasari, A.Rusli, dan Bruce Waldrip. 2011. Implemen- tasiPembelajaran Berbasis Multi Representasi untuk Peningkatan PenguasaanKonsep Fisika Kuantum. Jurnal Cakrawala Pendidikan th.XXX. No 1.(Online). Tersedia di scholar. google.co.id. Diakses pada 4 Mei 2017.
Ainsworth, Shaaron 2006. DeFT: A conceptual framework for consideringlearning with multiple representations. Journal School of Psychology andLearning Sciences Research Institute. Vol 16. No 3. [Online]. Tersedia diwww.sciencedirect.com. Diakses pada 19 Oktober 2016 .
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Asfiah, Nailin, dan Mosik. Pengembangan Modul IPA Terpadu Kontekstual padaTema Bunyi. Unnes Science Education Journal Volume 02 No 1. (Online).Tersedia di journal.unnes.ac.id. diakses pada 7 Oktober 2016.
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:Gaung Persada (GP) Press.
Creswell, J. W. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, danmixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Dewi, Laksmi. 2012. Pengembangan Bahan Ajar.(Online).Tersedia dihttp://file.upi.edu/direktori/fip/jur._kurikulum_dan_tek._pendidikan/197706132001122-laksmi dewi/bahan_kuliah_pba/pengembangan_bahan_ajar.pdf.Diakses pada 19 Oktober 2016.
Finnajah, Mutamimmah. 2016. Pengembangan Modul Fisika Sma Berbasis MultiRepresentasi Guna Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Hasil Belajar.
Jurnal Radiasi Vol. 8 No.3.(Online). Tersedia di ejournal.umpwr.ac.id.Diakses pada 7 Oktober 2016.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Hanafiah, Nanang, dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung: Refika Aditama.
Hayati, Tuti. 2014. Pengembangan Modul Fisika Fluida Statis yang BerbasisKontekstual (Sesuai Kurikulum 2013). Prosiding Fisika 2014.(Online).Tersedia di snf-unj.ac.id. Diakses pada 7 Oktober 2016
Jaya, Sang Putu Sri. 2011. Pengembangan Modul Fisika Kontekstual UntukMeningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X Semester 2 diSmk Negeri 3 Singaraja. Jurnal Teknologi Pembelajaran Vol. 1 No. 2.(Online). Tersedia di http://119.252.161.254/e-journal /index. php/jurnal_tp/article/view/301. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2016.
Kohl, Rosengrant dan Frankelstein. 2007. Strongly and weakly directedapproaches to teaching multiple representation use in physics. JournalPhysical Review Special Topics - Physics Education Research 3Universityof Colorado at Boulder. Vol 3. No 3.[Online]. Tersedia didigitalcommons.kennesaw.edu. Diakses pada 19 Oktober 2016.
Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.Bandung: PT Refika Aditama.
Meltzer D. E. 2002. The Relationship Between Mathemathics Preparation andConceptual Learning Gains in Physics: A possible Hidden Variable inDiagnostic Pretest Score. American Journal Physics. [Online]. Tersedia dihttp://physicseducation.net diakses pada 26 September 2016
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, danImplementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovasi:Menciptakan Metode Pengembangan yang Menarik dan Menyenangkan.Yogyakarta: Diva Press.
Putra, Nusa. 2011. Research & Development Penelitian dan Pengembangan SuatuPengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Safrina, Siti. 2011. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Teknik. JurnalTeknologi Pembelajaran Vol.2 No.2. (Online). Tersedia didigilib.unila.ac.id. Diakses pada 19 Oktober 2016.
Sagala, Syaiful.2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Jakarta: Prenada Media Grup.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhandi, A. 2012. Pendekatan Multirepresentasi Dalam Pembelajaran Usaha-Energi dan Dampak Terhadap Pemahaman Konsep Mahasiswa. JurnalPendidikan Fisika Indonesia. Vol 8. No 1. (Online). Tersedia discholar.google.co.id . Diakses pada 19 Oktober 2016.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia
Suprawoto, N. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul(Online). Tersedia di http://www.Scrib.com/doc/16554502/Mengembangkan-BahanAjar-dengan-Menyusun-Modul. Diakses pada 19Oktober 2016.
Suryaningsih. 2010. Pengembangan Media Cetak Modul Sebagai MediaPembelajaran Mandiri. Jakarta: Salemba Empat.
Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja FisikaSiswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka danKeterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan 2009. (Online). Tersedia discholar.google.co.id . Diakses pada 19 Oktober 2016.