PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4)...
Transcript of PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4)...
PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN
OTOMATISASI DAN TATA KELOLA KEHUMASAN
DENGAN TEKNIK PROBLEM BASED INSTRUCTION
DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata II pada
JurusanMagister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
MUGIYANTO
NIM. Q100170023
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
2
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN OTOMATISASI
DAN TATA KELOLA KEHUMASAN DENGAN TEKNIK PROBLEM
BASED INSTRUCTION DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
MUGIYANTO
NIM. Q100170023
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Program Studi Magister Administrasi Pendidikan
Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Senin Tanggal 18 November 2019
Dewan Penguji :
1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Anam Sutopo, M.Hum ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dr. Suyatmini, M.Si. ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sekolah Pascasarjana
Direktur,
Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd.
iv
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang terkecuali secara tertulis digunakan acuan
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukkti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya, maka saya
akan mempertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 18 November 2019
Mugiyanto
Q100170023
1
PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN OTOMATISASI
DAN TATA KELOLA KEHUMASAN DENGAN TEKNIK PROBLEM
BASED INSTRUCTION DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah: 1) mendeskripsikan modul pada pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK Negeri
1 Surakarta. 2) mendeskripsikan pengembangan modul dengan teknik Problem
Based Instruction di SMK Negeri 1 Surakarta. 3) menguji kelayakan modul
dengan teknik Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan pada KD 4.5 untuk siswa
kelas XI OTKP SMK, ditinjau dari aspek pembelajaran, aspek materi dan aspek
media. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction
hasil pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1
Surakarta pada KD 4.5. Penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah Borg &
Gall terdapat 10 langkah strategi penelitian dan pengembangan yaitu: 1) penelitian
dan pengumpulan data; 2) studi literatur, observasi kelas dan persiapan penelitian;
3) melakukan perencanaan dan penelitian; 4) mengembangkan draft produk awal;
5) Melakukan uji coba lapangan awal; 6) melakukan uji coba lapangan; 7)
penyempurnaan produk hasil uji lapangan; 8) melakukan uji lapangan;
pengembangan ini telah dilakukan uji coba, dimana tiap pengujian dilakukan
pretest dan postest. Efektivitas pengembangan Pengembangan Modul pada
Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di
SMK Negeri 1 Surakarta menggunakan model problem based instruction dapat
meningkatkan nilai rata-rata dalam pengujian di kelas XI OTKP SMK. Hal ini
menunjukkan bahwa Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan terbukti layak digunakan.
Kata kunci : pengembangan, modul pembelajaran, teknik problem based
instruction
2
ABSTRACT
The objectives of research are: 1) describing modules in learning Automation
Public Relations and Protocol Management in SMK Negeri 1 Surakarta. 2)
describe the development of modules with the Problem Based Instruction
technique at SMK Negeri 1 Surakarta. 3) testing the feasibility of the module with
the Problem Based Instruction technique can improve learning outcomes
Automation of Public Relations and Protocol Automation in KD 4.5 for students
of class XI OTKP SMK, in terms of learning aspects, material aspects and media
aspects. 4) test the effectiveness of the module with the Problem Based Instruction
technique of the results of the development of the mastery of student learning
outcomes of SMK Negeri 1 Surakarta on KD 4.5. The research used is research
and development (R&D). The development model used is Borg & Gall there are
10 steps of research and development strategies, namely: 1) research and data
collection; 2) literature study, class observations and research preparation; 3) carry
out planning and research; 4) develop the initial product draft; 5) Carry out initial
field trials; 6) conducting field trials; 7) improvement of the product of field test
results; 8) conducting a field test. This development has been carried out trials,
where each test carried out pretest and posttest. The effectiveness of the
development of Module Development in the Automation and Protocol
Management Automation Learning in SMK Negeri 1 Surakarta using the problem
based instruction model can increase the average value in testing in class XI
OTKP SMK. This shows that the Module in Automation and Protocol
Management Automation Learning is proven to be feasible to use.
Keyword : development, learning modules, problem based instruction techniques
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sarana membentuk kualitas generasi penerus bangsa.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang. Apabila suatu bangsa semakin maju pendidikannya,
maka akan semakin maju dan mandiri bangsa itu. Alasannya adalah
pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun dan meningkatkan
mutu sumber daya manusia menuju era global yang penuh dengan tantangan.
3
Tujuan Kurikulum 2013 dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No 59 tahun 2014 adalah untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa, dan
orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
Berdasarkan tujuan kurikulum tersebut maka kualitas dan manajemen
pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan perlu ditingkatkan.
Indikator kualitas dan manajemen sekolah atau lembaga pendidikan salah
satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada
jenjang pendidikan menegah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain
yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat
bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003).
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah : 1) meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2)
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab, 3) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia; dan 4) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara
dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam
dengan efektif dan efisien.
4
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:
1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja
mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat
menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya;
2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; 3) membekali peserta
didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui
jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan 4) membekali peserta didik dengan
kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih
Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi
yang antara pendidik dan peserta didik, yang salah satu kegiatannya adalah
penyampaian materi pelajaran. Guru harus mampu mengoptimalkan kegiatan
belajar mengajar. Interaksi yang baik antara guru dan siswa di kelas akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Indikator siswa telah belajar yang ditandai dengan pencapaian
penguasaan hasil belajar yang telah ditetapkan. Faktor yang banyak
mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran adalah faktor dari guru dalam
menyediakan situasi yang menyenangkan dan menunjang pembelajaran bagi
siswa, untuk menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar
siswa, termasuk di dalamnya memberikan fasilitas bahan ajar dan media
pembelajaran yang memadai sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar.
Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi
pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi
(Nugrahini, et al., 2013: 192).
Siswa bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan bahan ajar.
Siswa tidak hanya mencari, menerima dan menyimpan, ia juga menggali
potensi yang ada pada dirinya untuk dikembangkan melalui proses
pembelajaran dan berinteraksi dengan segala hal sehingga memiliki
5
pengalaman belajar. Peran guru sebagai pengelola, fasilisator proses belajar
mengajar, dan penyampai informasi sangatlah penting.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surakarta adalah salah satu
SMK di Surakarta yang merupakan SMK dalam Bisnis Manajemen dan
informatika. Salah satu mata pelajaran yang ada di SMK untuk kelompok C
adalah mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan.
Mata pelajaran merupakan mata pelajaran dengan materi pelajaran teori dan
praktik.
Dalam Kompetensi Dasar (KD) 4.5 yaitu: melaksanakan pelayanan
prima kepada pelanggan, mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan
dan Keprotokolan seorang siswa harus dapat mampu memberi pelayanan prima
kepada pelanggan. Selama ini proses pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan di kelas masih monoton. Hal ini terbukti guru seringkali
kewalahan dalam pembelajaran praktik dikarenakan buku yang dipakai
maupun yang ada masih bersifat umum.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa
kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surakarta mereka merasa
kesulitan pada praktek Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan.
Karena mereka merasa kebingungan mengenai bagaimana memberi pelayanan
prima kepada pelanggan. Salah satu faktornya adalah karena contoh yang ada
di dalam buku siswa masih umum dan luas serta tidak sesuai dengan keinginan
guru yang disesuaikan dengan silabus yang dikehendaki. Kemampuan guru
dalam menguasai manajemen pembelajaran dan mengintegrasikan komponen-
komponen pembelajaran kurang dikembangkan. Guru terkadang hanya sebatas
membagi, menerangkan dan bertanya apakah siswa sudah paham dengan
pelajaran yang disampaikan. Senada dengan hal tersebut menurut pendapat
Sukerni (2014: 387) bahwa, permasalahan yang sering terjadi di sekolah yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar adalah: kajian materi setiap buku ajar
bervariasi, materi yang terdapat dalam buku ajar tidak sesuai dengan
karakteristik siswa. Kondisi ini yang memacu guru melakukan kegiatan
pengadaan buku yang relevan dengan mata pelajaran dan sesuai dengan
6
karakteristik dan kebutuhan siswa dan gambar-gambar pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Guru masih sangat
tergantung pada buku siswa dan buku guru yang diterbitkan oleh pemerintah.
Hal tersebut memang ekonomis namun belum bisa digunakan untuk
menyampaikan pokok materi. Siswa akan merasa bosan dan cenderung
menjadi bingung dengan buku karena yang dimuat di dalam buku siswa sangat
luas cakupannya dan cenderung belum spesifik sesuai kompetensinya.
Pencapaian kompetensi siswa dapat dilihat dari nilai yang diperoleh
oleh siswa sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan yaitu 75. Siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM atau kompetensi siswa belum memenuhi standart ketuntasan,
maka siswa wajib mengulang materi tersebut sampai memenuhi KKM.
Berdasarkan data awal yang diperoleh dan pengamatan sekitar 33 % dan 26 %
siswa sudah memenuhi standart KKM sedangkan sisanya 67 % dan 74 % siswa
belum memenuhi KKM untuk tahun pelajaran 2016/2017 dan 2017/2018,
sehingga guru harus memberikan remidi pada siswa agar dapat mencapai
standart tersebut. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar
pada siswa sebagian besar (75%) mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.
Dalam hal ini guru harus memperbaiki semua komponen guna kelancaran
proses belajar mengajar.
Penyebab kondisi tersebut adalah, bisa berasal dari diri pribadi siswa
sendiri maupun dari luar yang kemudian dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa ketika Proses Belajar Mengajar (PBM). Kemampuan guru
menguasai materi pelajaran sangat berpengaruh kepada siswa, sedangkan
kemampuan dan pengetahuan guru tidak maksimal jika komponen pelajaran
yang lain kurang tepat.
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya suatu pembelajaran yang
menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak
membosankan yang dapat menimbulkan motivasi untuk mencapai tujuan
pembelajarannya. Problem based instruction (PBI) mengacu pada inkuiri,
kontuktivisme dan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Model ini efektif
7
untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu peserta
didik membangun sendiri pengetahuannya dan membantu peserta didik
memproses informasi yang telah dimiliki. Problem Based Instruction
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah (Uyun, et.al, 2017: 118).
Selain itu, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,
mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan
menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai
pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam
pemecahan masalah. Ini memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi
dengan teman sekelas mereka dan interaksi tersebut berkembang pada mereka
yang melibatkan perasaan dan rasa peduli serta kerjasama pada orang lain.
Sehingga, untuk menuntaskan Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan perlu adanya modul praktik bagi siswa sehingga dapat
membantu siswa untuk dapat menguasai kompetensi yang diajarkan, yaitu
buku panduan praktik siswa dengan teknik Problem Based Instruction. Dalam
pembelajaran siswa dikelompokkan berdasarkan prestasi. Siswa yang
mendapatkan prestasinya tinggi akan membantu siswa yang berprestasi rendah.
Dan siswa yang berprestasi rendah dapat bertanya pada temannya yang telah
mempunyai prestasi tinggi. Keuntungannya adalah dengan megajarkan
kemampuannya kepada temannya mereka pun dapat manfaat sebagai
pengayaan. Menurut Munawaroh (2013: 38) pembelajaran menghasilkan
prestasi yang lebih tinggi akademik untuk semua siswa, kemampuan untuk
hubungan sosial yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri, dan mampu
mengembangkan rasa saling percaya satu sama lain, baik secara individu
maupun kelompok.
Setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan modul praktek siswa
dengan teknik Problem Based Instruction, diharapkan mereka kompeten dalam
praktek memberi pelayanan prima kepada pelanggan. Berdasarkan uraian yang
telah dituliskan, maka peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan
8
praktik memberi pelayanan prima kepada pelanggan dalam pembelajaran
diharapkab akan meningkat dengan adanya buku modul praktik siswa.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan menggunakan model penelitian dan
pengembangan. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian model yang
diimplementasikan terhadap pengembangan produk pembelajaran yang berupa
modul praktik siswa dengan teknik Problem Based Instruction. Metode dan
rancangan penelitian pengembangan mengadopsi desain R&D (Research and
Development) Gall, Borg, and Gall (2003), dengan langkah, yaitu: 1)
penelitian dan pengumpulan informasi; 2) perencanaan; 3) pengembangan
produk awal; 4) uji coba produk awal; 5) revisi produk I; 6) uji coba lapangan
terbatas; 7) revisi produksi II; 8) uji lapangan operasional; 9) revisi produk
akhir.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta
Analisis mengenai bahan ajar menunjukkan bahwa di sekolah
masih menggunakan buku ajar yang terbatas, buku yang menunjang
belajar siswa hanya buku siswa yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan
Depdiknas. Berdasarkan analisis buku ditemukan bahwa, cakupan materi
buku masih terlalu luas, belum diperinci berdasarkan silabus. Buku siswa
masih luas, yaitu ditunjukkan dengan berbagai macam materi yang belum
spesifik dan untuk contoh-contohnya masih bersifat luas sehingga belum
meningkatan keterampilan siswa. Buku ajar siswa kurang menarik, karena
tampilannya tidak dilengkapi dengan contoh-contoh yang lebih banyak
sehingga buku kurang komunikatif dan cenderung membuat siswa sulit
memahaminya, serta belum meningkatkan keterampilan siswa. Bahan ajar
yang digunakan kurang disesuaikan dengan potensi sekolah, sehingga
potensi siswa belum dapat tergali secara optimal.
9
Pengambilan data mengenai nilai yang diperoleh siswa pada dua
tahun terakhir di SMK Negeri 1 Surakarta sebesar 33,1% dan 31,6% siswa
sudah memenuhi standart KKM, sehingga dapat dikategorikan kurang
baik. Nilai berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah yang
mencakup sumber belajar atau bahan ajar yang digunakan, serta perangkat
atau media pembelajaran yang guru gunakan, apabila keseluruhan baik
maka prestasi belajar siswa juga akan membaik. Hasil observasi terhadap
guru dan siswa mengenai pembelajaran di kelas, didapatkan data berupa:
1) pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang diselingi
dengan presentasi dan kerja kelompok, 2) perangkat pembelajaran yang
digunakan guru sudah baik berupa silabus, RPP, buku ajar berupa buku
guru dan buku siswa, 3) buku ajar yang digunakan guru dalam
pembelajaran masih dari pusat, 4) sarana dan prasarana cukup baik, 5)
hasil belajar masih di bawah KKM, sehingga guru harus mengadakan
remidiasi, dan 6) siswa menjadi kurang tertarik pada pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK
Negeri 1 Surakarta disebabkan masih banyak siswa yang merasa
kebingungan dalam praktik.
Pada saat proses praktik berlangsung masih banyak siswa yang
bertanya pada teman yang lain sehingga membuat keadaan kelas kurang
kondusif. Sebagian siswa tidak berusaha sendiri menyiapkan bahan praktik
yang akan dipakai sehingga target waktu tidak dapat tercapai. Siswa masih
kebingungan atau kesulitan untuk mendesain produk karena petunjuk yang
ada di buku kadang tidak sesuai dengan potensi dari daerah setempat. Pada
saat mengikuti pelajaran siswa nampak tak acuh, kurang suka dan
mengerjakan tugas asal jadi, sehingga produk yang dihasilkan belum layak
jual.
Analisis mengenai buku panduan praktik siswa di sekolah,
didapatkan guru belum menggunakan buku panduan praktik siswa yang
cakupan materinya lebih spesifik, menurut guru buku siswa yang
digunakan yang diperoleh dari pusat. Isi pada buku siswa, yaitu sudah
10
adanya materi yang cukup lengkap, terdapat latihan membuat produk
tetapi cakupannya masih terlalu luas.
3.2 Pengembangan Modul Dengan Teknik Problem Based Instruction di
SMK Negeri 1 Surakarta
Studi pustaka juga dilakukan terhadap model pembelajaran yang
digunakan, yaitu model problem based instruction. Pengintegrasian model
problem based instruction dalam modul pada pembelajaran Otomatisasi
Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dikarenakan dalam
pembelajarannya siswa dikelompokkan berdasarkan prestasi. Siswa yang
mendapatkan prestasinya tinggi akan membantu siswa yang berprestasi
rendah. Dan siswa yang berprestasi rendah dapat bertanya pada temannya
yang telah mempunyai prestasi tinggi. Keuntungannya adalah dengan
megajarkan kemampuannya kepada temannya mereka pun dapat manfaat
sebagai pengayaan.
Tahapan pengembangan produk awal dimulai dari identifikasi
materi dan pemilihan model pembelajaran yang akan mewarnai modul
praktik siswa, selanjutnya digunakan dalam pembuatan draf modul praktik
siswa Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan. Buku
modul pembelajaran terdiri dari komponen, berupa: 1) halaman judul, 2)
kata pengantar, 3) daftar isi, 4) daftar lampiran, 5) pendahuluan 6) cara
menggunakan modul, 7) silabus materi pelayanan prima, 8) RPP
pelayanan prima, 9) penutup, 10) daftar pustaka, 11) lampiran.
Penelitian Dewi (2016) tentang penerapan model problem based
instruction untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah
ekonomi pembangunan. Penelitian Sari (2013) tentang penerapan metode
pembelajaran problem based instruction (PBI) untuk meningkatkan
kemandirian belajar matematika pada kelas IV SD N Simo Kabupaten
Ngawi. Penelitian Malik (2015) tentang model pembelajaran problem
based instruction untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
keterampilan proses sains mahasiswa, menunjukkan bahwa model
11
pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan penguasaan
konsep dan keterampilan proses sains mahasiswa pada mata kuliah Fisika
Dasar.
3.3 Kelayakan Modul dengan Teknik Problem Based Instruction dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan pada KD 4.5 untuk Siswa Kelas XI OTKP SMK,
Ditinjau dari Aspek Pembelajaran, Aspek Materi dan Aspek media
Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba lapangan terbatas,
uji lapangan operasional, keseluruhan penilaian mengenai Modul
Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan
dengan teknik Problem Based Instruction didapatkan rata-rata sebesar 3,61
yang dikategorikan ˝ Sangat Baik˝. Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata
Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan teknik Problem Based
Instruction tidak perlu direvisi, sehingga Modul Pembelajaran Otomatisasi
Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan teknik Problem Based
Instruction yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai penunjang
bahan ajar lainnya yang ada di sekolah. Kelayakan Modul Pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan teknik
Problem Based Instruction yang dikembangkan telah mengalami berbagai
tahapan perbaikan sertapenyempurnaan, yaitu:
1) Hasil Uji Coba Produk Awal
Hasil uji coba produk awal berdasarkan hasil validasi oleh ahli
dan praktisi untuk mendapatkan penilaian dari produk Modul
Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan
dengan teknik Problem Based Instruction, kemudian
hasilnyadipresentase dan didapatkan rata-rata sebesar 3,64 yang
dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
2) Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas
Hasil uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk mendapatkan
penilaian terhadap Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
12
Kehumasan dan Keprotokolan yang dikembangkan. Hasilnya setelah
dilakukan pengujian dan kemudian hasilnya dipresentasekan, sehingga
didapatkan rataratasebesar 3,59 dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
3) Hasil Uji Lapangan Operasional
Hasil uji lapangan operasional pada proses pembelajaran
menggunakan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan,penilaian terhadap Modul Pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dilakukan pada
akhir pembelajaran dan hasilnyadipresentase, sehingga didapatkan
rata-rata sebesar 3,59 dikategorikan ˝Sangat Baik˝.
4) Tahap Uji Coba Produk Awal
Tahapan uji coba produk awal merupakan tahapan validasi oleh
ahli yang akan diambil datanya mengenai penilaian, pendapat dan
saran mengenai modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan. Modul pada pembelajaran Otomatisasi
Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang telah divalidasi
berkategorikan sangat baik tetapi masih memerlukan perbaikan.
Perbaikan disesuaikan dengan pendapat, saran dari ahli dan praktisi
supaya modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan
dan Keprotokolan yang dikembangkan menjadi lebih baik dan layak
untuk diujicobakan pada tahapan selanjutnya. Tahap uji coba produk
awal membutuhkan waktu yang tidak singkat,dikarenakan hasil
penilaian pada uji coba produk awal digunakan untuk menentukan
keseluruhan isi modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan, sehingga layak digunakan.
5) Tahap Revisi Produk I
Tahapan revisi produk I dilaksanakan sesuai dengan saran
danmasukan dari para ahli dan praktisi mengenai keseluruhan modul
pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan. Materi yang diperbaiki adalah penambahan gambar
contoh pembuatan produk, ada kata-kata motivasi untuk siswa serta
13
kajian materi yang relevan dengan materi ajar. Visualisai buku
panduan praktik yang diperbaiki adalah dari segi gambar yang kurang
bagus untuk diganti dengan foto yang baru supaya lebih menarik dan
sesuai.
Hasil dari praktisi pendidikan berupa perbaikan isi yang harus
diperbaiki Contoh teknik pembuatan lebih bervariatif. Penulisan yang
beberapa perlu diperbaiki dalam pemilihan kata maupun tata tulis.
Gambar lebih cerah sistematika penulisan, gambar-gambar yang
diperjelas dan diperbanyak, dan pemberian kata mutiara pada uji
kompetensi yang bertujuan supaya siswa termotivasi dan bersemangat.
6) Tahap Uji Coba Lapangan Terbatas
Tahap uji coba lapangan terbatas dilakukan kepada lima belas
orang siswa dari kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta. Uji coba lapangan
terbatas bertujuan untuk mendapatkan penilaian, saran, dan tanggapan
dari siswa terhadap keseluruhan modul pada pembelajaran Otomatisasi
Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang dikembangkan, data
yang didapatkan kemudian dirata-rata. Hasil penilaian menunjukkan
angka sebesar 3,59 yang dikategorikan modul pada pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan sudah baik,
tetapi masih perlu diadakan perbaikan.
Penilaian yang dilakukan siswa sesuai dengan isi materi buku
panduan praktik dan disain buku panduan praktik yang menurut siswa
dari ketiga aspek sudah baik. Pelaksanaan uji coba lapangan terbatas
melibatkan 70 siswa tetapi hanya 15 siswa yang diberikan angket
penilaian, sehingga keseluruhan siswa dapat mengetahui modul pada
pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan
yang akan dinilai temannya. Teman yang lain membantu memberikan
penilaian dan saran melalui diskusi antara teman yang menilai modul
pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan. Kendala yang dihadapi, yaitu masukan dari siswa ada
14
yang kurang sesuai dengan penilaian modul pada pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang
diharapkan.
7) Tahap Revisi Produk II
Tahap revisi produk II dilakukan berdasarkan saran dan
pendapat siswa ketika pelaksanaan uji coba lapangan terbatas. Saran
yang didapatkan, yaitu beberapa siswa yang memberikan saran pada
penggunaan bahasa yang masih menyulitkan siswa, tetapi ada siswa
juga berpendapat bahasa mudah dipahami, sehingga peneliti mengkaji
kembali modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan mengenai isi materi yang masih sedikit
untuk pengetahuan siswa. Kalimat yang digunakan harus sederhana,
singkat, jelas, dan efektif, serta gambar harus relevan dengan materi
yang mendukung isi modul (Prastowo, 2015:123). Siswa juga
memberikan saran apabila modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata
Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dikomersialkan hendaknya
dengan harganya yang terjangkau. Saran yang diberikan siswa pada uji
coba lapangan terbatas hanya sebatas saran teknis penyajian modul
pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan, sehingga tidak menyangkut konten dari keseluruhan
Buku panduan praktik.
8) Tahap Uji Lapangan Operasional
Tahap uji lapangan operasional dilakukan kepada 35 siswa dari
kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang
ada di SMK Negeri 1 Surakarta. Penilaian modul pada pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dilaksanakan
pada akhir pembelajaran ketika keseluruhan materi terselesaikan. Data
yang diambil berupa penilaian dan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran selama menggunakan modul pada pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan. Penilaian
diambil berdasarkan diskusi kelompok, yaitu siswa dengan berdiskusi
15
untuk memberikan penilaian dan tanggapan terhadap modul pada
pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan
yang telah siswa gunakan ketika proses pembelajaran. Hasil penilaian
kemudian dirata-rata dari kedua aspek, yaitu materi modul pada
pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan,
dan desain yang didapatkan sebesar 3,51 dan dikategorikan sangat
baik, sehingga modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan layak diterapkan sebagai bahan ajar
baru di sekolah. Penilaian siswa dengan kategori sangat baik,
dikarenakan siswa sudah merasakan pembelajaran menggunakan
modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan. Keseluruhan langkah pembelajaran dapat membuat
siswa menjadi aktif karena modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata
Kelola Kehumasan dan Keprotokolan mudah dipahami siswa.
Data yang didapatkan pada tahan uji coba lapangan operasional
mengenai hasil belajar siswa, yaitu: Hasil belajar praktik siswa
terdapat peningkatan dari dari rata-rata 76,34 menjadi 84,86. Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat seiring
dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan. Hasil belajar
berdasarkan analisis N-gain diketahui bahwa kenaikan hasil belajar
berkategorikan sedang. Berdasarkan hasil uji prasyarat menunjukkan
data berdistribusi normal. Hasil uji Paired Sample T-Test
menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan, hasilnya
dipertajam dengan peningkatan nilai eksperimen dan kontrol.
9) Tahap Revisi Produk Akhir
Tahap revisi produk akhir dilakukan berdasarkan pada tahap uji
lapangan operasional, yaitu tanggapan dan saran mengenai modul
pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan
yang telah digunakan siswa dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
modul pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
16
Keprotokolan sudah bagus, gambar dan materi sudah lengkap, dan
modul pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan mudah dipahami baik isi maupun materi.
Hasil tanggapan siswa terhadap modul pembelajaran
Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan sudah baik,
sehingga tidak perlu dilakukan revisi kembali dan sudah layak untuk
digunakan. Produk modul pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan.
3.4 Keefektifan Modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil
pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1
Surakarta pada KD 4.
Keefektifan Modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil
pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1
Surakarta pada KD 4. didukung dari penilaian hasil belajar pada uji coba
luas yang didapatkan pada saat pretest dengan rata-rata nilai sebesar 76,34
dan setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul
Pembelajaran Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan terdapat kenaikan
rata-rata nilai sebesar yaitu 84,86. Penggunaan modul modul Pembelajaran
Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan sangat efektif dan menarik,
terlihat dari siswa yang lebih tertarik dan termotiviasi untuk mempelajari
modul pembelajaran dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan perhitungan
statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata
hasil tes belajar posttest (setelah tindakan) kelompok eksperimen dan
kontrol, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak yang menunjukkan bahwa
modul praktik siswa dengan teknik problem based instruction dapat efektif
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 1 Surakarta pada
Kompetensi Dasar (KD) 4.5 yaitu pelayanan prima kepada pelanggan
Hasil belajar siswa keterampilan dikategorikan tinggi dari hasil
pembelajaran yang menggunakan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata
Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan pendekatan problem based
17
instruction dapat menuntut siswa untuk belajar secara aktif dengan
kegiatan kelompok. Penelitian Wahyuni (2013) tentang pengembangan
buku panduan praktikum teknik laboratorium II untuk meningkatkan
keterampilan bereksperimen, menunjukkan bahwa dengan menggunakan
buku panduan praktikum, mahasiswa mulai antusias dan interaktif.
Adapun kelebihan dari Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata
Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yaitu modul memuat materi yang
lebih ringkas atau spesifik dan disertai penjelasan, gambar, serta Modul
Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan
dibuat semenarik mungkin, sehingga menarik minat siswa untuk belajar
menggunakan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan
dan Keprotokolan. Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan dapat digunakan pada pembelajaran biasa
secara individu maupun berkelompok yang menjadi sarana pendukung
kerja sama siswa. Penerapan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan dengan pendekatan problem based
instruction memungkinkan siswadapat memperoleh pengalaman belajar
secara langsung melalui interaksi, kerja sama, dan belajar menjadi lebih
menarik serta bermakna.
4. PENUTUP
4.1 Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan
Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta menunjukkan bahwa,
materi buku pembelajaran cakupan materinya masih terlalu luas, belum
diperinci sesuai dengan silabus. Buku siswa yang masih luas ditunjukkan
dengan beberapa macam materi yang masih belum terperinci serta contoh-
contohnya masih bersifat luas sehingga belum meningkatan keterampilan
siswa. Buku ajar siswa tampilannya kurang menarik karena contoh-contoh
materinya masih kurang sehingga siswa merasa kesulitan untuk memahami
materi yang ingin disampaikan, serta belum mampu meningkatkan
keterampilan siswa. Bahan ajar kurang sesuai dengan potensi siswa
18
sehingga siswa merasa kesulitan untuk menggali dan mengoptimalkan
potensi yang dimiliki mereka.
4.2 Pengembangan Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta
menggunakan model problem based instruction. Langkah-langkah
mengembangkan Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola
Kehumasan dan Keprotokolan: 1) mencari dan mengkaji modul yang ada,
2) mengumpulkan data dan menguji modul, dan 3) mengembangkan
modul. Dengan model pengembangan telah dilakukan uji coba produk
awal, uji coba lapangan terbatas, uji lapangan operasional, dimana tiap
pengujian dilakukan 2 kali tes, pretest dan postest. Hasil pretest dan
posttest dalam uji coba terbatas maupun uji coba lapangan selalu
mengalami peningkatan nilai rata-rata. Hal ini dibuktikan dari uji paired
sampe t test dengan aplikasi SPSS.
4.3 Kelayakan model pengembangan Modul pada Pembelajaran Otomatisasi
Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1
Surakarta menggunakan model problem based instruction dinyatakan layak
dikembangkan di SMK Negeri 1 Surakarta hal ini terbukti adanya
peningkatan rata-rata hasil belajar dari uji coba terbatas maupun uji coba
lapangan, dan dalam pengujian signifikansi diperoleh nilai siginifikansi
lebih besar dari 0.05, hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal. Nilai
sign. (2 tailed) kurang dari 0.05, hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar data pretest dan posttest pada uji
terbatas maupun uji coba lapangan.
4.4 Keefektifan Modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil
pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1
Surakarta pada KD 4. didukung dari penilaian hasil belajar pada uji coba
luas yang didapatkan pada saat pretest dengan rata-rata nilai sebesar 76,34
dan setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul
Pembelajaran Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan terdapat kenaikan
rata-rata nilai sebesar yaitu 84,86. Penggunaan modul modul Pembelajaran
19
Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan sangat efektif dan menarik,
terlihat dari siswa yang lebih tertarik dan termotiviasi untuk mempelajari
modul pembelajaran dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan perhitungan
statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata
hasil tes belajar posttest (setelah tindakan) kelompok eksperimen dan
kontrol, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak yang menunjukkan bahwa
modul praktik siswa dengan teknik problem based instruction dapat efektif
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 1 Surakarta pada
Kompetensi Dasar (KD) 4.5 yaitu pelayanan prima kepada pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, T. A. 2016. “Penerapan Model Problem Based Instruction Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Ekonomi
Pembangunan”. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro.
Dewi, L., dkk. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LT
(Learning Together) pada Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3
Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015”. E-Journal Jurnal JPTE Universitas
Pendidikan Ganesha. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Volume: 4 No.1
Malik, A. 2015. “Model Pembelajaran Problem Based Instruction untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains
Mahasiswa”. JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan
Fisika Volume 1 Nomor 1, Juni 2015 p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-
1433.
Munawaroh. 2013. “The Effect of Type Stad Cooperative Learning Model, the
Way of Learning, And Learning Motivation toward Enterpreneurial
Attitudes (A case Study in SMK N I Jombang)”. IOSR Journal of
Research & Method in Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-
ISSN: 2320–737X Volume 3, Issue 5.
Nugrahini. N. P. P., et. al. 2013. “Pengembangan Modul Ajar Aplikasi Basis Data
Dengan Model Pembelajaran SQ3R untuk Siswa Kelas X Rekayasa
Perangkat Lunak DI SMK Negeri 1 Negara”. Jurnal Nasional Pendidikan
Teknik Informatika (Janapati)Volume 1, Nomor 3.
20
Sari, A. P.A. 2013. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Intruction
(PBI) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Pada Siswa
Kelas IV SD N Simo Kabupaten Ngawi”. Naskah Publikasi Ilmiah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sukerni, P. 2014. “Pengembangan Buku Ajar Pendidikan IPA Kelas IV Semester
I SD No. 4 Kaliuntu dengan Model Dick and Carey”. Jurnal Pendidikan
Indonesia , Vol. 3, No. 1, 386-396.
Uyun, dkk. 2017. “Pengembangan Media Handout Segitiga dengan Model
Problem Based Instruction”. MUST: Journal of Mathematics Education,
Science and Technology Vol. 2, No. 1, Juli 2017. Hal 115 – 128.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003.
Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wahyuni, S. 2013. “Pengembangan Buku Panduan Praktikum Teknik
Laboratorium II untuk Meningkatkan Keterampilan Bereksperimen”.
Saintifika, Vol.15 No.2 hal. 176 – 183.