PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4)...

24
PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN OTOMATISASI DAN TATA KELOLA KEHUMASAN DENGAN TEKNIK PROBLEM BASED INSTRUCTION DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata II pada JurusanMagister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: MUGIYANTO NIM. Q100170023 PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4)...

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN

OTOMATISASI DAN TATA KELOLA KEHUMASAN

DENGAN TEKNIK PROBLEM BASED INSTRUCTION

DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata II pada

JurusanMagister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

MUGIYANTO

NIM. Q100170023

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

2

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN OTOMATISASI

DAN TATA KELOLA KEHUMASAN DENGAN TEKNIK PROBLEM

BASED INSTRUCTION DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

MUGIYANTO

NIM. Q100170023

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Hari Senin Tanggal 18 November 2019

Dewan Penguji :

1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd ( )

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Anam Sutopo, M.Hum ( )

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Suyatmini, M.Si. ( )

(Anggota II Dewan Penguji)

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sekolah Pascasarjana

Direktur,

Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd.

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

iv

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan orang terkecuali secara tertulis digunakan acuan

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukkti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya, maka saya

akan mempertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 18 November 2019

Mugiyanto

Q100170023

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

1

PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN OTOMATISASI

DAN TATA KELOLA KEHUMASAN DENGAN TEKNIK PROBLEM

BASED INSTRUCTION DI SMK NEGERI 1 SURAKARTA

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah: 1) mendeskripsikan modul pada pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK Negeri

1 Surakarta. 2) mendeskripsikan pengembangan modul dengan teknik Problem

Based Instruction di SMK Negeri 1 Surakarta. 3) menguji kelayakan modul

dengan teknik Problem Based Instruction dapat meningkatkan hasil belajar

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan pada KD 4.5 untuk siswa

kelas XI OTKP SMK, ditinjau dari aspek pembelajaran, aspek materi dan aspek

media. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction

hasil pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1

Surakarta pada KD 4.5. Penelitian yang digunakan adalah penelitian dan

pengembangan (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah Borg &

Gall terdapat 10 langkah strategi penelitian dan pengembangan yaitu: 1) penelitian

dan pengumpulan data; 2) studi literatur, observasi kelas dan persiapan penelitian;

3) melakukan perencanaan dan penelitian; 4) mengembangkan draft produk awal;

5) Melakukan uji coba lapangan awal; 6) melakukan uji coba lapangan; 7)

penyempurnaan produk hasil uji lapangan; 8) melakukan uji lapangan;

pengembangan ini telah dilakukan uji coba, dimana tiap pengujian dilakukan

pretest dan postest. Efektivitas pengembangan Pengembangan Modul pada

Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di

SMK Negeri 1 Surakarta menggunakan model problem based instruction dapat

meningkatkan nilai rata-rata dalam pengujian di kelas XI OTKP SMK. Hal ini

menunjukkan bahwa Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan terbukti layak digunakan.

Kata kunci : pengembangan, modul pembelajaran, teknik problem based

instruction

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

2

ABSTRACT

The objectives of research are: 1) describing modules in learning Automation

Public Relations and Protocol Management in SMK Negeri 1 Surakarta. 2)

describe the development of modules with the Problem Based Instruction

technique at SMK Negeri 1 Surakarta. 3) testing the feasibility of the module with

the Problem Based Instruction technique can improve learning outcomes

Automation of Public Relations and Protocol Automation in KD 4.5 for students

of class XI OTKP SMK, in terms of learning aspects, material aspects and media

aspects. 4) test the effectiveness of the module with the Problem Based Instruction

technique of the results of the development of the mastery of student learning

outcomes of SMK Negeri 1 Surakarta on KD 4.5. The research used is research

and development (R&D). The development model used is Borg & Gall there are

10 steps of research and development strategies, namely: 1) research and data

collection; 2) literature study, class observations and research preparation; 3) carry

out planning and research; 4) develop the initial product draft; 5) Carry out initial

field trials; 6) conducting field trials; 7) improvement of the product of field test

results; 8) conducting a field test. This development has been carried out trials,

where each test carried out pretest and posttest. The effectiveness of the

development of Module Development in the Automation and Protocol

Management Automation Learning in SMK Negeri 1 Surakarta using the problem

based instruction model can increase the average value in testing in class XI

OTKP SMK. This shows that the Module in Automation and Protocol

Management Automation Learning is proven to be feasible to use.

Keyword : development, learning modules, problem based instruction techniques

1. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sarana membentuk kualitas generasi penerus bangsa.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di

masa yang akan datang. Apabila suatu bangsa semakin maju pendidikannya,

maka akan semakin maju dan mandiri bangsa itu. Alasannya adalah

pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun dan meningkatkan

mutu sumber daya manusia menuju era global yang penuh dengan tantangan.

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

3

Tujuan Kurikulum 2013 dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No 59 tahun 2014 adalah untuk mempersiapkan manusia

Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan

peradaban dunia. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat

mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa, dan

orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

Berdasarkan tujuan kurikulum tersebut maka kualitas dan manajemen

pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan perlu ditingkatkan.

Indikator kualitas dan manajemen sekolah atau lembaga pendidikan salah

satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada

jenjang pendidikan menegah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain

yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat

bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20

Tahun 2003).

Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003, terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah : 1) meningkatkan

keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2)

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan

bertanggung jawab, 3) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki

wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya

bangsa Indonesia; dan 4) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki

kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara

dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam

dengan efektif dan efisien.

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

4

Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut:

1) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja

mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat

menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya;

2) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam

berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap

profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; 3) membekali peserta

didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu

mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui

jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan 4) membekali peserta didik dengan

kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih

Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi

yang antara pendidik dan peserta didik, yang salah satu kegiatannya adalah

penyampaian materi pelajaran. Guru harus mampu mengoptimalkan kegiatan

belajar mengajar. Interaksi yang baik antara guru dan siswa di kelas akan

mempengaruhi hasil belajar siswa.

Indikator siswa telah belajar yang ditandai dengan pencapaian

penguasaan hasil belajar yang telah ditetapkan. Faktor yang banyak

mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran adalah faktor dari guru dalam

menyediakan situasi yang menyenangkan dan menunjang pembelajaran bagi

siswa, untuk menciptakan situasi yang dapat menunjang perkembangan belajar

siswa, termasuk di dalamnya memberikan fasilitas bahan ajar dan media

pembelajaran yang memadai sehingga akan dapat meningkatkan hasil belajar.

Salah satu masalah penting yang sering dihadapi oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran adalah memilih atau menentukan bahan ajar atau materi

pembelajaran yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi

(Nugrahini, et al., 2013: 192).

Siswa bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan bahan ajar.

Siswa tidak hanya mencari, menerima dan menyimpan, ia juga menggali

potensi yang ada pada dirinya untuk dikembangkan melalui proses

pembelajaran dan berinteraksi dengan segala hal sehingga memiliki

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

5

pengalaman belajar. Peran guru sebagai pengelola, fasilisator proses belajar

mengajar, dan penyampai informasi sangatlah penting.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surakarta adalah salah satu

SMK di Surakarta yang merupakan SMK dalam Bisnis Manajemen dan

informatika. Salah satu mata pelajaran yang ada di SMK untuk kelompok C

adalah mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan.

Mata pelajaran merupakan mata pelajaran dengan materi pelajaran teori dan

praktik.

Dalam Kompetensi Dasar (KD) 4.5 yaitu: melaksanakan pelayanan

prima kepada pelanggan, mata pelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan

dan Keprotokolan seorang siswa harus dapat mampu memberi pelayanan prima

kepada pelanggan. Selama ini proses pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan di kelas masih monoton. Hal ini terbukti guru seringkali

kewalahan dalam pembelajaran praktik dikarenakan buku yang dipakai

maupun yang ada masih bersifat umum.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa siswa

kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Surakarta mereka merasa

kesulitan pada praktek Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan.

Karena mereka merasa kebingungan mengenai bagaimana memberi pelayanan

prima kepada pelanggan. Salah satu faktornya adalah karena contoh yang ada

di dalam buku siswa masih umum dan luas serta tidak sesuai dengan keinginan

guru yang disesuaikan dengan silabus yang dikehendaki. Kemampuan guru

dalam menguasai manajemen pembelajaran dan mengintegrasikan komponen-

komponen pembelajaran kurang dikembangkan. Guru terkadang hanya sebatas

membagi, menerangkan dan bertanya apakah siswa sudah paham dengan

pelajaran yang disampaikan. Senada dengan hal tersebut menurut pendapat

Sukerni (2014: 387) bahwa, permasalahan yang sering terjadi di sekolah yang

berkaitan dengan proses belajar mengajar adalah: kajian materi setiap buku ajar

bervariasi, materi yang terdapat dalam buku ajar tidak sesuai dengan

karakteristik siswa. Kondisi ini yang memacu guru melakukan kegiatan

pengadaan buku yang relevan dengan mata pelajaran dan sesuai dengan

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

6

karakteristik dan kebutuhan siswa dan gambar-gambar pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Guru masih sangat

tergantung pada buku siswa dan buku guru yang diterbitkan oleh pemerintah.

Hal tersebut memang ekonomis namun belum bisa digunakan untuk

menyampaikan pokok materi. Siswa akan merasa bosan dan cenderung

menjadi bingung dengan buku karena yang dimuat di dalam buku siswa sangat

luas cakupannya dan cenderung belum spesifik sesuai kompetensinya.

Pencapaian kompetensi siswa dapat dilihat dari nilai yang diperoleh

oleh siswa sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan yaitu 75. Siswa yang memperoleh nilai di

bawah KKM atau kompetensi siswa belum memenuhi standart ketuntasan,

maka siswa wajib mengulang materi tersebut sampai memenuhi KKM.

Berdasarkan data awal yang diperoleh dan pengamatan sekitar 33 % dan 26 %

siswa sudah memenuhi standart KKM sedangkan sisanya 67 % dan 74 % siswa

belum memenuhi KKM untuk tahun pelajaran 2016/2017 dan 2017/2018,

sehingga guru harus memberikan remidi pada siswa agar dapat mencapai

standart tersebut. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar

pada siswa sebagian besar (75%) mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.

Dalam hal ini guru harus memperbaiki semua komponen guna kelancaran

proses belajar mengajar.

Penyebab kondisi tersebut adalah, bisa berasal dari diri pribadi siswa

sendiri maupun dari luar yang kemudian dapat mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa ketika Proses Belajar Mengajar (PBM). Kemampuan guru

menguasai materi pelajaran sangat berpengaruh kepada siswa, sedangkan

kemampuan dan pengetahuan guru tidak maksimal jika komponen pelajaran

yang lain kurang tepat.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan adanya suatu pembelajaran yang

menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak

membosankan yang dapat menimbulkan motivasi untuk mencapai tujuan

pembelajarannya. Problem based instruction (PBI) mengacu pada inkuiri,

kontuktivisme dan menekankan pada berpikir tingkat tinggi. Model ini efektif

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

7

untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu peserta

didik membangun sendiri pengetahuannya dan membantu peserta didik

memproses informasi yang telah dimiliki. Problem Based Instruction

menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks untuk belajar tentang cara

berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah (Uyun, et.al, 2017: 118).

Selain itu, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,

mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan

menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai

pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam

pemecahan masalah. Ini memberikan siswa kesempatan untuk berinteraksi

dengan teman sekelas mereka dan interaksi tersebut berkembang pada mereka

yang melibatkan perasaan dan rasa peduli serta kerjasama pada orang lain.

Sehingga, untuk menuntaskan Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan perlu adanya modul praktik bagi siswa sehingga dapat

membantu siswa untuk dapat menguasai kompetensi yang diajarkan, yaitu

buku panduan praktik siswa dengan teknik Problem Based Instruction. Dalam

pembelajaran siswa dikelompokkan berdasarkan prestasi. Siswa yang

mendapatkan prestasinya tinggi akan membantu siswa yang berprestasi rendah.

Dan siswa yang berprestasi rendah dapat bertanya pada temannya yang telah

mempunyai prestasi tinggi. Keuntungannya adalah dengan megajarkan

kemampuannya kepada temannya mereka pun dapat manfaat sebagai

pengayaan. Menurut Munawaroh (2013: 38) pembelajaran menghasilkan

prestasi yang lebih tinggi akademik untuk semua siswa, kemampuan untuk

hubungan sosial yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya diri, dan mampu

mengembangkan rasa saling percaya satu sama lain, baik secara individu

maupun kelompok.

Setelah siswa mendapatkan pembelajaran dengan modul praktek siswa

dengan teknik Problem Based Instruction, diharapkan mereka kompeten dalam

praktek memberi pelayanan prima kepada pelanggan. Berdasarkan uraian yang

telah dituliskan, maka peningkatan hasil belajar siswa dalam keterampilan

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

8

praktik memberi pelayanan prima kepada pelanggan dalam pembelajaran

diharapkab akan meningkat dengan adanya buku modul praktik siswa.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan menggunakan model penelitian dan

pengembangan. Penelitian ini dilakukan dengan pengujian model yang

diimplementasikan terhadap pengembangan produk pembelajaran yang berupa

modul praktik siswa dengan teknik Problem Based Instruction. Metode dan

rancangan penelitian pengembangan mengadopsi desain R&D (Research and

Development) Gall, Borg, and Gall (2003), dengan langkah, yaitu: 1)

penelitian dan pengumpulan informasi; 2) perencanaan; 3) pengembangan

produk awal; 4) uji coba produk awal; 5) revisi produk I; 6) uji coba lapangan

terbatas; 7) revisi produksi II; 8) uji lapangan operasional; 9) revisi produk

akhir.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta

Analisis mengenai bahan ajar menunjukkan bahwa di sekolah

masih menggunakan buku ajar yang terbatas, buku yang menunjang

belajar siswa hanya buku siswa yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan

Depdiknas. Berdasarkan analisis buku ditemukan bahwa, cakupan materi

buku masih terlalu luas, belum diperinci berdasarkan silabus. Buku siswa

masih luas, yaitu ditunjukkan dengan berbagai macam materi yang belum

spesifik dan untuk contoh-contohnya masih bersifat luas sehingga belum

meningkatan keterampilan siswa. Buku ajar siswa kurang menarik, karena

tampilannya tidak dilengkapi dengan contoh-contoh yang lebih banyak

sehingga buku kurang komunikatif dan cenderung membuat siswa sulit

memahaminya, serta belum meningkatkan keterampilan siswa. Bahan ajar

yang digunakan kurang disesuaikan dengan potensi sekolah, sehingga

potensi siswa belum dapat tergali secara optimal.

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

9

Pengambilan data mengenai nilai yang diperoleh siswa pada dua

tahun terakhir di SMK Negeri 1 Surakarta sebesar 33,1% dan 31,6% siswa

sudah memenuhi standart KKM, sehingga dapat dikategorikan kurang

baik. Nilai berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah yang

mencakup sumber belajar atau bahan ajar yang digunakan, serta perangkat

atau media pembelajaran yang guru gunakan, apabila keseluruhan baik

maka prestasi belajar siswa juga akan membaik. Hasil observasi terhadap

guru dan siswa mengenai pembelajaran di kelas, didapatkan data berupa:

1) pembelajaran masih menggunakan metode ceramah yang diselingi

dengan presentasi dan kerja kelompok, 2) perangkat pembelajaran yang

digunakan guru sudah baik berupa silabus, RPP, buku ajar berupa buku

guru dan buku siswa, 3) buku ajar yang digunakan guru dalam

pembelajaran masih dari pusat, 4) sarana dan prasarana cukup baik, 5)

hasil belajar masih di bawah KKM, sehingga guru harus mengadakan

remidiasi, dan 6) siswa menjadi kurang tertarik pada pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK

Negeri 1 Surakarta disebabkan masih banyak siswa yang merasa

kebingungan dalam praktik.

Pada saat proses praktik berlangsung masih banyak siswa yang

bertanya pada teman yang lain sehingga membuat keadaan kelas kurang

kondusif. Sebagian siswa tidak berusaha sendiri menyiapkan bahan praktik

yang akan dipakai sehingga target waktu tidak dapat tercapai. Siswa masih

kebingungan atau kesulitan untuk mendesain produk karena petunjuk yang

ada di buku kadang tidak sesuai dengan potensi dari daerah setempat. Pada

saat mengikuti pelajaran siswa nampak tak acuh, kurang suka dan

mengerjakan tugas asal jadi, sehingga produk yang dihasilkan belum layak

jual.

Analisis mengenai buku panduan praktik siswa di sekolah,

didapatkan guru belum menggunakan buku panduan praktik siswa yang

cakupan materinya lebih spesifik, menurut guru buku siswa yang

digunakan yang diperoleh dari pusat. Isi pada buku siswa, yaitu sudah

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

10

adanya materi yang cukup lengkap, terdapat latihan membuat produk

tetapi cakupannya masih terlalu luas.

3.2 Pengembangan Modul Dengan Teknik Problem Based Instruction di

SMK Negeri 1 Surakarta

Studi pustaka juga dilakukan terhadap model pembelajaran yang

digunakan, yaitu model problem based instruction. Pengintegrasian model

problem based instruction dalam modul pada pembelajaran Otomatisasi

Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dikarenakan dalam

pembelajarannya siswa dikelompokkan berdasarkan prestasi. Siswa yang

mendapatkan prestasinya tinggi akan membantu siswa yang berprestasi

rendah. Dan siswa yang berprestasi rendah dapat bertanya pada temannya

yang telah mempunyai prestasi tinggi. Keuntungannya adalah dengan

megajarkan kemampuannya kepada temannya mereka pun dapat manfaat

sebagai pengayaan.

Tahapan pengembangan produk awal dimulai dari identifikasi

materi dan pemilihan model pembelajaran yang akan mewarnai modul

praktik siswa, selanjutnya digunakan dalam pembuatan draf modul praktik

siswa Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan. Buku

modul pembelajaran terdiri dari komponen, berupa: 1) halaman judul, 2)

kata pengantar, 3) daftar isi, 4) daftar lampiran, 5) pendahuluan 6) cara

menggunakan modul, 7) silabus materi pelayanan prima, 8) RPP

pelayanan prima, 9) penutup, 10) daftar pustaka, 11) lampiran.

Penelitian Dewi (2016) tentang penerapan model problem based

instruction untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah

ekonomi pembangunan. Penelitian Sari (2013) tentang penerapan metode

pembelajaran problem based instruction (PBI) untuk meningkatkan

kemandirian belajar matematika pada kelas IV SD N Simo Kabupaten

Ngawi. Penelitian Malik (2015) tentang model pembelajaran problem

based instruction untuk meningkatkan penguasaan konsep dan

keterampilan proses sains mahasiswa, menunjukkan bahwa model

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

11

pembelajaran Problem Based Instruction dapat meningkatkan penguasaan

konsep dan keterampilan proses sains mahasiswa pada mata kuliah Fisika

Dasar.

3.3 Kelayakan Modul dengan Teknik Problem Based Instruction dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan pada KD 4.5 untuk Siswa Kelas XI OTKP SMK,

Ditinjau dari Aspek Pembelajaran, Aspek Materi dan Aspek media

Berdasarkan hasil uji coba produk awal, uji coba lapangan terbatas,

uji lapangan operasional, keseluruhan penilaian mengenai Modul

Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan

dengan teknik Problem Based Instruction didapatkan rata-rata sebesar 3,61

yang dikategorikan ˝ Sangat Baik˝. Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata

Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan teknik Problem Based

Instruction tidak perlu direvisi, sehingga Modul Pembelajaran Otomatisasi

Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan teknik Problem Based

Instruction yang dikembangkan layak untuk digunakan sebagai penunjang

bahan ajar lainnya yang ada di sekolah. Kelayakan Modul Pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan teknik

Problem Based Instruction yang dikembangkan telah mengalami berbagai

tahapan perbaikan sertapenyempurnaan, yaitu:

1) Hasil Uji Coba Produk Awal

Hasil uji coba produk awal berdasarkan hasil validasi oleh ahli

dan praktisi untuk mendapatkan penilaian dari produk Modul

Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan

dengan teknik Problem Based Instruction, kemudian

hasilnyadipresentase dan didapatkan rata-rata sebesar 3,64 yang

dikategorikan ˝Sangat Baik˝.

2) Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas

Hasil uji coba lapangan terbatas dilakukan untuk mendapatkan

penilaian terhadap Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

12

Kehumasan dan Keprotokolan yang dikembangkan. Hasilnya setelah

dilakukan pengujian dan kemudian hasilnya dipresentasekan, sehingga

didapatkan rataratasebesar 3,59 dikategorikan ˝Sangat Baik˝.

3) Hasil Uji Lapangan Operasional

Hasil uji lapangan operasional pada proses pembelajaran

menggunakan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan,penilaian terhadap Modul Pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dilakukan pada

akhir pembelajaran dan hasilnyadipresentase, sehingga didapatkan

rata-rata sebesar 3,59 dikategorikan ˝Sangat Baik˝.

4) Tahap Uji Coba Produk Awal

Tahapan uji coba produk awal merupakan tahapan validasi oleh

ahli yang akan diambil datanya mengenai penilaian, pendapat dan

saran mengenai modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan. Modul pada pembelajaran Otomatisasi

Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang telah divalidasi

berkategorikan sangat baik tetapi masih memerlukan perbaikan.

Perbaikan disesuaikan dengan pendapat, saran dari ahli dan praktisi

supaya modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan

dan Keprotokolan yang dikembangkan menjadi lebih baik dan layak

untuk diujicobakan pada tahapan selanjutnya. Tahap uji coba produk

awal membutuhkan waktu yang tidak singkat,dikarenakan hasil

penilaian pada uji coba produk awal digunakan untuk menentukan

keseluruhan isi modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan, sehingga layak digunakan.

5) Tahap Revisi Produk I

Tahapan revisi produk I dilaksanakan sesuai dengan saran

danmasukan dari para ahli dan praktisi mengenai keseluruhan modul

pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan. Materi yang diperbaiki adalah penambahan gambar

contoh pembuatan produk, ada kata-kata motivasi untuk siswa serta

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

13

kajian materi yang relevan dengan materi ajar. Visualisai buku

panduan praktik yang diperbaiki adalah dari segi gambar yang kurang

bagus untuk diganti dengan foto yang baru supaya lebih menarik dan

sesuai.

Hasil dari praktisi pendidikan berupa perbaikan isi yang harus

diperbaiki Contoh teknik pembuatan lebih bervariatif. Penulisan yang

beberapa perlu diperbaiki dalam pemilihan kata maupun tata tulis.

Gambar lebih cerah sistematika penulisan, gambar-gambar yang

diperjelas dan diperbanyak, dan pemberian kata mutiara pada uji

kompetensi yang bertujuan supaya siswa termotivasi dan bersemangat.

6) Tahap Uji Coba Lapangan Terbatas

Tahap uji coba lapangan terbatas dilakukan kepada lima belas

orang siswa dari kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta. Uji coba lapangan

terbatas bertujuan untuk mendapatkan penilaian, saran, dan tanggapan

dari siswa terhadap keseluruhan modul pada pembelajaran Otomatisasi

Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang dikembangkan, data

yang didapatkan kemudian dirata-rata. Hasil penilaian menunjukkan

angka sebesar 3,59 yang dikategorikan modul pada pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan sudah baik,

tetapi masih perlu diadakan perbaikan.

Penilaian yang dilakukan siswa sesuai dengan isi materi buku

panduan praktik dan disain buku panduan praktik yang menurut siswa

dari ketiga aspek sudah baik. Pelaksanaan uji coba lapangan terbatas

melibatkan 70 siswa tetapi hanya 15 siswa yang diberikan angket

penilaian, sehingga keseluruhan siswa dapat mengetahui modul pada

pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan

yang akan dinilai temannya. Teman yang lain membantu memberikan

penilaian dan saran melalui diskusi antara teman yang menilai modul

pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan. Kendala yang dihadapi, yaitu masukan dari siswa ada

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

14

yang kurang sesuai dengan penilaian modul pada pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang

diharapkan.

7) Tahap Revisi Produk II

Tahap revisi produk II dilakukan berdasarkan saran dan

pendapat siswa ketika pelaksanaan uji coba lapangan terbatas. Saran

yang didapatkan, yaitu beberapa siswa yang memberikan saran pada

penggunaan bahasa yang masih menyulitkan siswa, tetapi ada siswa

juga berpendapat bahasa mudah dipahami, sehingga peneliti mengkaji

kembali modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan mengenai isi materi yang masih sedikit

untuk pengetahuan siswa. Kalimat yang digunakan harus sederhana,

singkat, jelas, dan efektif, serta gambar harus relevan dengan materi

yang mendukung isi modul (Prastowo, 2015:123). Siswa juga

memberikan saran apabila modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata

Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dikomersialkan hendaknya

dengan harganya yang terjangkau. Saran yang diberikan siswa pada uji

coba lapangan terbatas hanya sebatas saran teknis penyajian modul

pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan, sehingga tidak menyangkut konten dari keseluruhan

Buku panduan praktik.

8) Tahap Uji Lapangan Operasional

Tahap uji lapangan operasional dilakukan kepada 35 siswa dari

kelas XI Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang

ada di SMK Negeri 1 Surakarta. Penilaian modul pada pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dilaksanakan

pada akhir pembelajaran ketika keseluruhan materi terselesaikan. Data

yang diambil berupa penilaian dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran selama menggunakan modul pada pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan. Penilaian

diambil berdasarkan diskusi kelompok, yaitu siswa dengan berdiskusi

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

15

untuk memberikan penilaian dan tanggapan terhadap modul pada

pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan

yang telah siswa gunakan ketika proses pembelajaran. Hasil penilaian

kemudian dirata-rata dari kedua aspek, yaitu materi modul pada

pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan,

dan desain yang didapatkan sebesar 3,51 dan dikategorikan sangat

baik, sehingga modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan layak diterapkan sebagai bahan ajar

baru di sekolah. Penilaian siswa dengan kategori sangat baik,

dikarenakan siswa sudah merasakan pembelajaran menggunakan

modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan. Keseluruhan langkah pembelajaran dapat membuat

siswa menjadi aktif karena modul pada pembelajaran Otomatisasi Tata

Kelola Kehumasan dan Keprotokolan mudah dipahami siswa.

Data yang didapatkan pada tahan uji coba lapangan operasional

mengenai hasil belajar siswa, yaitu: Hasil belajar praktik siswa

terdapat peningkatan dari dari rata-rata 76,34 menjadi 84,86. Hal

tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat seiring

dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan. Hasil belajar

berdasarkan analisis N-gain diketahui bahwa kenaikan hasil belajar

berkategorikan sedang. Berdasarkan hasil uji prasyarat menunjukkan

data berdistribusi normal. Hasil uji Paired Sample T-Test

menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan, hasilnya

dipertajam dengan peningkatan nilai eksperimen dan kontrol.

9) Tahap Revisi Produk Akhir

Tahap revisi produk akhir dilakukan berdasarkan pada tahap uji

lapangan operasional, yaitu tanggapan dan saran mengenai modul

pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan

yang telah digunakan siswa dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

modul pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

16

Keprotokolan sudah bagus, gambar dan materi sudah lengkap, dan

modul pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan mudah dipahami baik isi maupun materi.

Hasil tanggapan siswa terhadap modul pembelajaran

Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan sudah baik,

sehingga tidak perlu dilakukan revisi kembali dan sudah layak untuk

digunakan. Produk modul pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan.

3.4 Keefektifan Modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil

pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1

Surakarta pada KD 4.

Keefektifan Modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil

pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1

Surakarta pada KD 4. didukung dari penilaian hasil belajar pada uji coba

luas yang didapatkan pada saat pretest dengan rata-rata nilai sebesar 76,34

dan setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul

Pembelajaran Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan terdapat kenaikan

rata-rata nilai sebesar yaitu 84,86. Penggunaan modul modul Pembelajaran

Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan sangat efektif dan menarik,

terlihat dari siswa yang lebih tertarik dan termotiviasi untuk mempelajari

modul pembelajaran dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan perhitungan

statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata

hasil tes belajar posttest (setelah tindakan) kelompok eksperimen dan

kontrol, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak yang menunjukkan bahwa

modul praktik siswa dengan teknik problem based instruction dapat efektif

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 1 Surakarta pada

Kompetensi Dasar (KD) 4.5 yaitu pelayanan prima kepada pelanggan

Hasil belajar siswa keterampilan dikategorikan tinggi dari hasil

pembelajaran yang menggunakan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata

Kelola Kehumasan dan Keprotokolan dengan pendekatan problem based

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

17

instruction dapat menuntut siswa untuk belajar secara aktif dengan

kegiatan kelompok. Penelitian Wahyuni (2013) tentang pengembangan

buku panduan praktikum teknik laboratorium II untuk meningkatkan

keterampilan bereksperimen, menunjukkan bahwa dengan menggunakan

buku panduan praktikum, mahasiswa mulai antusias dan interaktif.

Adapun kelebihan dari Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata

Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yaitu modul memuat materi yang

lebih ringkas atau spesifik dan disertai penjelasan, gambar, serta Modul

Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan

dibuat semenarik mungkin, sehingga menarik minat siswa untuk belajar

menggunakan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan

dan Keprotokolan. Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan dapat digunakan pada pembelajaran biasa

secara individu maupun berkelompok yang menjadi sarana pendukung

kerja sama siswa. Penerapan Modul Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan dengan pendekatan problem based

instruction memungkinkan siswadapat memperoleh pengalaman belajar

secara langsung melalui interaksi, kerja sama, dan belajar menjadi lebih

menarik serta bermakna.

4. PENUTUP

4.1 Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola Kehumasan dan

Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta menunjukkan bahwa,

materi buku pembelajaran cakupan materinya masih terlalu luas, belum

diperinci sesuai dengan silabus. Buku siswa yang masih luas ditunjukkan

dengan beberapa macam materi yang masih belum terperinci serta contoh-

contohnya masih bersifat luas sehingga belum meningkatan keterampilan

siswa. Buku ajar siswa tampilannya kurang menarik karena contoh-contoh

materinya masih kurang sehingga siswa merasa kesulitan untuk memahami

materi yang ingin disampaikan, serta belum mampu meningkatkan

keterampilan siswa. Bahan ajar kurang sesuai dengan potensi siswa

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

18

sehingga siswa merasa kesulitan untuk menggali dan mengoptimalkan

potensi yang dimiliki mereka.

4.2 Pengembangan Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1 Surakarta

menggunakan model problem based instruction. Langkah-langkah

mengembangkan Modul pada Pembelajaran Otomatisasi Tata Kelola

Kehumasan dan Keprotokolan: 1) mencari dan mengkaji modul yang ada,

2) mengumpulkan data dan menguji modul, dan 3) mengembangkan

modul. Dengan model pengembangan telah dilakukan uji coba produk

awal, uji coba lapangan terbatas, uji lapangan operasional, dimana tiap

pengujian dilakukan 2 kali tes, pretest dan postest. Hasil pretest dan

posttest dalam uji coba terbatas maupun uji coba lapangan selalu

mengalami peningkatan nilai rata-rata. Hal ini dibuktikan dari uji paired

sampe t test dengan aplikasi SPSS.

4.3 Kelayakan model pengembangan Modul pada Pembelajaran Otomatisasi

Tata Kelola Kehumasan dan Keprotokolan yang ada di SMK Negeri 1

Surakarta menggunakan model problem based instruction dinyatakan layak

dikembangkan di SMK Negeri 1 Surakarta hal ini terbukti adanya

peningkatan rata-rata hasil belajar dari uji coba terbatas maupun uji coba

lapangan, dan dalam pengujian signifikansi diperoleh nilai siginifikansi

lebih besar dari 0.05, hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal. Nilai

sign. (2 tailed) kurang dari 0.05, hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara hasil belajar data pretest dan posttest pada uji

terbatas maupun uji coba lapangan.

4.4 Keefektifan Modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil

pengembangan terhadap penguasaan hasil belajar siswa SMK Negeri 1

Surakarta pada KD 4. didukung dari penilaian hasil belajar pada uji coba

luas yang didapatkan pada saat pretest dengan rata-rata nilai sebesar 76,34

dan setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan modul

Pembelajaran Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan terdapat kenaikan

rata-rata nilai sebesar yaitu 84,86. Penggunaan modul modul Pembelajaran

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

19

Otomatisasi dan Tata Kelola Kehumasan sangat efektif dan menarik,

terlihat dari siswa yang lebih tertarik dan termotiviasi untuk mempelajari

modul pembelajaran dalam kegiatan belajarnya. Berdasarkan perhitungan

statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata

hasil tes belajar posttest (setelah tindakan) kelompok eksperimen dan

kontrol, sehingga H1 diterima dan H0 ditolak yang menunjukkan bahwa

modul praktik siswa dengan teknik problem based instruction dapat efektif

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK Negeri 1 Surakarta pada

Kompetensi Dasar (KD) 4.5 yaitu pelayanan prima kepada pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, T. A. 2016. “Penerapan Model Problem Based Instruction Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Ekonomi

Pembangunan”. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro.

Dewi, L., dkk. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LT

(Learning Together) pada Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI MIPA2 SMA Negeri 3

Singaraja Tahun Ajaran 2014/2015”. E-Journal Jurnal JPTE Universitas

Pendidikan Ganesha. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Volume: 4 No.1

Malik, A. 2015. “Model Pembelajaran Problem Based Instruction untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains

Mahasiswa”. JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan

Fisika Volume 1 Nomor 1, Juni 2015 p-ISSN: 2461-0933 | e-ISSN: 2461-

1433.

Munawaroh. 2013. “The Effect of Type Stad Cooperative Learning Model, the

Way of Learning, And Learning Motivation toward Enterpreneurial

Attitudes (A case Study in SMK N I Jombang)”. IOSR Journal of

Research & Method in Education (IOSR-JRME) e-ISSN: 2320–7388,p-

ISSN: 2320–737X Volume 3, Issue 5.

Nugrahini. N. P. P., et. al. 2013. “Pengembangan Modul Ajar Aplikasi Basis Data

Dengan Model Pembelajaran SQ3R untuk Siswa Kelas X Rekayasa

Perangkat Lunak DI SMK Negeri 1 Negara”. Jurnal Nasional Pendidikan

Teknik Informatika (Janapati)Volume 1, Nomor 3.

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL PADA PEMBELAJARAN ...eprints.ums.ac.id/79511/11/NASBUP MUGIYANTO.pdfmedia. 4) menguji keefektifan modul dengan teknik Problem Based Instruction hasil pengembangan

20

Sari, A. P.A. 2013. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Intruction

(PBI) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Pada Siswa

Kelas IV SD N Simo Kabupaten Ngawi”. Naskah Publikasi Ilmiah,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Sukerni, P. 2014. “Pengembangan Buku Ajar Pendidikan IPA Kelas IV Semester

I SD No. 4 Kaliuntu dengan Model Dick and Carey”. Jurnal Pendidikan

Indonesia , Vol. 3, No. 1, 386-396.

Uyun, dkk. 2017. “Pengembangan Media Handout Segitiga dengan Model

Problem Based Instruction”. MUST: Journal of Mathematics Education,

Science and Technology Vol. 2, No. 1, Juli 2017. Hal 115 – 128.

Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003.

Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wahyuni, S. 2013. “Pengembangan Buku Panduan Praktikum Teknik

Laboratorium II untuk Meningkatkan Keterampilan Bereksperimen”.

Saintifika, Vol.15 No.2 hal. 176 – 183.