PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

88
LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPAN PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF DALAM MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MISKIN KOTA MEDAN UNTUK MEMPERBAIKI TARAF HIDUP TIM PENGUSUL DEWI ANDRIANY, S.E, M.M (NIDN 0123086901) Dr. SYAIFUL BAHRI, M.Ap (NIDN 0121065801) Dibiayai Oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor: 333/ II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA OKTOBER 2017 Kode / Nama Rumpun : 561/ EKONOMI PEMBANGUNAN

Transcript of PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Page 1: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PRODUK TERAPAN

PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATANPARTISIPATIF DALAM MEMBERDAYAKAN

MASYARAKAT MISKIN KOTA MEDAN UNTUKMEMPERBAIKI TARAF HIDUP

TIM PENGUSUL

DEWI ANDRIANY, S.E, M.M (NIDN 0123086901)

Dr. SYAIFUL BAHRI, M.Ap (NIDN 0121065801)

Dibiayai Oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian MasyarakatDirektorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan TinggiSesuai dengan Kontrak Penelitian

Nomor: 333/ II.3-AU/UMSU-LP2M/C/2017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

OKTOBER 2017

Kode / Nama Rumpun : 561/ EKONOMIPEMBANGUNAN

Page 2: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 3: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengusaha besar hanya

0,2% sedangkan Pengusaha Kecil, menegah dan koperasi mencapai 99,8%. Ini

berarti jumlah usaha kecil, menengah dan koperasi mencapai hampir 500 kali lipat

dari jumlah usaha besar. Persoalannya kontribusi Usaha Kecil terhadap PDRB,

hanya 39,8%, sedangkan usaha besar mencapai 60,2%. Terhadap pertumbuhan

ekonomi, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya memberikan kontribusi

sebesar 16,4% sedangkan usaha besar 83,6%. Berdasarkan penguasaan pangsa

pasar, usaha kecil, menengah dan koperasi hanya menguasai pangsa pasar sebesar

20% (80% oleh usaha besar). Hal tersebut menunjukkan dua hal sekaligus, yaitu

super kuatnya sektor usaha besar dan teramat lemahnya sektor Usaha Kecil.

Harapannya adalah dengan meningkatnya produksi usaha kecil, juga menengah

dan koperasi dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan

produktivitas daerah, atau sebesar 6-8% per tahun, maka akan ada daya serap

tenaga kerja tetap yang sebesar pada usaha kecil, menengah dan koperasi,

bersamaan dengan bertambahnya tenaga kerja, sebesar 5-10% per tahun.

Dewi Andriany, dkk (2015) telah merancang model pendekatan

Partisipatif dalam memberdayakan masyarakat miskin Kota Medan untuk

memperbaiki taraf hidup, model yang akan diaplikasikan oleh pelaku usaha kecil

ini di mana pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan melalui strategi

pemberdayaan total yang di dalamnya mencakup adanya program perlindungan

sosial, perbaikan lingkungan, pemberdayaan sumber daya manusia, dan

pemberdayaan ekonomi produktif. Perluasan basis usaha dan kesempatan Usaha

Kecil dengan mendorong tumbuhnya wirausaha baru, melalui peningkatan

pengetahuan dan semangat kewirausahaan. Penguatan kelembagaan Usaha Kecil

terutama untuk memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya

perbankan- non perbankan, pemanfaatan teknologi dan pemasaran serta promosi

produk. Hal simultan lain yang harus dilakukan adalah memperbaiki lingkungan

usaha melalui penyerderhanaan prosedur perijinan.

Page 4: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Pada tahun kedua, Dewi Andriani, dkk (2016) merancang standar operasional

prosedur (SOP) bagi penguatan ukm sebagai sebuah usaha untuk terus mendorong

pemberdayaan masyarakat melalui usaha kecil menengah. SOP penguatan ini

meliputi pembinaan, pemasaran dan keuangan, di mana SOP ini bermaksud

menggandeng instansi (swasta dan pemerintah) serta perguruan tinggi sebagai

pihak yang menjembatani ukm dengan instansi (swasta dan pemerintah).

Dikarenakan oleh program yang digulirkan pada ukm saat ini belumlah merata, di

samping tidak ada monitoring dan evaluasi, maka dengan adanya SOP ini

dapatlah kiranya akan menyelesaikan permasalahan ini.

Pendekatan pemberdayaan partisipatif ini bukan dalam bentuk penyediaan

lapangan kerja formal melalui berbagai investasi usaha besar atau sebagai

pegawai negeri sipil, tetapi dengan memberdayakan kemampuan produktif untuk

masuk ke dalam satu kegiatan usaha produktif sebagai pelaku Usaha Kecil.

Kelompok masyarakat tersebut merupakan kelompok usaha yang penting dalam

perekonomian Kota Medan. Hal ini disebabkan, usaha kecil menengah dan

koperasi merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya

serap angkatan kerja yang signifikan. Oleh karena kesenjangan pendapatan yang

cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar dengan usaha kecil, menengah

dan koperasi (UKMK), pengembangan daya saing Usaha Kecil, secara langsung

merupakan upaya dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak,

sekaligus mempersempit kesenjangan ekonomi.

Untuk menjamin implementasi model pendekatan parsipatif dalam

memberdayakan masyarakat miskin Kota Medan untuk memperbaiki taraf hidup,

pelaksanaan SOP penguatan ukm, diperlukan pola dan sistem bagi penguatan

tersebut, yang tentunya memerlukan dukungan dari instansi pemerintah, dalam hal

ini Dinas Koperasi dan UKM, instansi swasta sebagai bentuk CSR, perbankan,

serta perguruan tinggi

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimanakah Pola Dan Lembaga Penguatan Untuk Menunjang

Kesinambungan Program dan Sistem Pemasaran Terpadu?

2. Bagaimanakah model pengembangan ukm sebagai bentuk pemberdayaan?

Page 5: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

1.3. Rencana Target Capaian Tahunan

Tabel 1. Rencana Target Capaian Tahunan

No Jenis Luaran Indikator Capaian

TS+21 Publikasi ilmiah2) Internasional DRAFT

Nasional terakreditasi DRAFT2 Pemakalah dalam

Pertemuan ilmiah3)Internasional published

Nasional published3 Keynote speaker dalam

Pertemuan ilmiah4)Internasional Tidak ada

Nasional Tidak ada

4 Visiting Lecturer5) Internasional Tidak ada56

Hak atas KekayaanIntelektual (HKI)6)

Paten Tidak adaPaten sederhana Tidak ada

Hak cipta Tidak adaMerek dagang Tidak ada

Rahasia dagang Tidak adaDesain produk industry Tidak ada

Indikasi geografis Tidak adaPerlindungan varietas

tanamanTidak ada

Perlindungan topografisirkuitterpadu

Tidak ada

7 Teknologi Tepat Guna7) Tidak ada8 Model/Purwarupa/Desain/Karya

seni/ Rekayasa Sosial8)produk

9 Buku Ajar (ISBN)9) Tidak ada10 Tingkat Kesiapan Teknologi

(TKT)10)4

Page 6: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model atau Penelitian yang telah dilakukan

Peneliti melakukan penelitian untuk memetakan kantong kemiskinan di kota

Medan pada tahun 2012. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa program

pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah kurang berdampak positif,

karena kurang melibatkan masyarakat dalam menggali program yang sesuai

dengan kondisi setempat.Hal ini tentunya perlu ditindak lanjuti dengan melakukan

penelitian tentang partisipasi masyarakat untuk memberdayakan masyarakat.

Hasil lainnya adalah bahwa banyak warga yang memerlukan bantuan dari

pemerintah untuk memberdayakannya, seperti PNPM, beras miskin, dll.

Dewi Andriany, dkk (2015) telah merancang model pendekatan

Partisipatif dalam memberdayakan masyarakat miskin Kota Medan untuk

memperbaiki taraf hidup, model yang akan diaplikasikan oleh pelaku usaha kecil

ini di mana pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan melalui strategi

pemberdayaan total yang di dalamnya mencakup adanya program perlindungan

sosial, perbaikan lingkungan, pemberdayaan sumber daya manusia, dan

pemberdayaan ekonomi produktif. Perluasan basis usaha dan kesempatan Usaha

Kecil dengan mendorong tumbuhnya wirausaha baru, melalui peningkatan

pengetahuan dan semangat kewirausahaan. Penguatan kelembangaan Usaha Kecil

terutama untuk memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya

perbankan- non perbankan, pemanfaatan teknologi dan pemasaran serta promosi

produk. Hal simultan lain yang harus dilakukan adalah memperbaiki lingkungan

usaha melalui penyerderhanaan prosedur perijinan. Dengan beberapa lembaga

yang diharapkan masyarakat untuk membantu mereka dalam memberdayakan

dirinya. Lembaga itu adalah lembaga pelatihan, lembaga pemasaran, lembaga

promosi, penyediaan lokasi usaha, penyediaan teknologi, penyediaan lembaga

bantuan modal, kemudahan pengadaan bahan baku, dan lembaga monitoring

kualitas.

Dewi Andriani, dkk (2016) telah merumuskan standar operasional prosedur

(SOP) untuk penguatan ukm, yang terdiri dari pemasaran, pelatihan dan

Page 7: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

pendanaan. Hal ini didasari oleh kepentingan ukm akan ketiga hal tersebut, di

mana selama ini masih lemahnya ketiga hal tersebut ketika menggulirkan program

bagi pengembangan ukm.

Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih dominannya

perencanaan dari atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena kualitas dan

hasil perencanaan dari bawah lemah, yang disebabkan beberapa faktor antara lain:

(1) Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani

perencanaan; (2) Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; (3) Dukungan

data dan informasi perencanaan yang lemah; (4) Kualitas sumberdaya manusia

khususnya di desa yang lemah; (5) Lemahnya dukungan pendampingan dalam

kegiatan perencanaan, dan (6) Lemahnya dukungan pendanaan dalam pelaksanaan

kegiatan perencanaan khususnya di tingkat desa dan kecamatan

Pelibatan perguruan tinggi, organisasi-organisasi kemasyarakatan (RT, RW,

PKK), Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat formal maupun

informal dalam upaya penanggulangan kemiskinan akan sangat berarti dan

memegang kunci keberhasilan baik dalam perencanaan, pelaksanaan sampai

evaluasi program.

2.2 Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkitan

dengan keadaaan lahiriahnya Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat

berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya,

mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan

dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil (PTO

PNPM PPK, 2007).

Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasi

merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan

dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson

dalam Mardikanto (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari,

partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau

warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan

yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh

yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi

Page 8: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian

dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya partisipasi dapat

didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut konsep proses

pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas

rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan merupakan

fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan.

Partisipasi masyarakat menutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketika

warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran

serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan

kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers

(1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat

sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna

memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan

kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program

pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,

karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai

rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya

partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan

suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat

mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-centered development yaitu

pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib manusia.

2.3. Masyarakat Dalam Pembangunan

Pembangunan di Indonesia terus dilakukan melalui berbagai program, namun

keberhasilannya belum sepadan dengan investasi karena antara lain kurang

memperhatikan partisipasi masyarakat (Colletta dan Kayam, 1987). Padahal

masyarakatlah tujuan pembangunan itu¸ sehingga sangat diperlukan beberapa

pendekatan yang dalam pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat. Untuk

keberhasilan pembangunan sesuai seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan

pemerintah, diperlukan persepsi yang sama antar individu yang terlibat dalam

Page 9: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

pembangunan. Persamaan persepsi ini muncul mulai dari apa yang harus

ditempuh, bagaimana implementasinya, monitoring dan evaluasi. Pendekatan

partisipatif merupakan pendekatan yang disadari mutlak diperlukan dalam

mencapai keberhasilan pembangunan.

Bryant dan White (1982) menegaskan bahwa pembangunan mengandung

implikasi yaitu :

1. Membangkitkan kemampuan optimal manusia

2. Mendorong tumbuhnya kebersamaan dan pemerataan system nilai dan

kesejahteraan

3. Menaruh nilai kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya

sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya

4. Membangkitkan kemampuan untuk membanguan secara mandiri

5. Mengurangiketergantungan Negara yang satu dengan Negara yang lain

dengan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan dan menghormati

Konsep trickle down effect cenderung bersifat top down dianggap sebagai

paradigma pembangunan yang konvensional dan tidak dapat menyentuh seluruh

kehidupan masyarakat luas. Sebaliknya model-model pembangunan sosial yang

lebih bersifat bottom up dengan strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah

(grossroots) lebih sesuai dengan kenyataan di lapangan. Karena itu diperlukan

konsep yang dapat mengintegrasikan antara konsep community organization

(pengorganisasian komunitas) dan community development (pengembangan

komunitas) sebagai suatu kesatuan yang komplementer.

2.4. Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan

kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara

bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. Pembagian kewenangan ini

dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan (level of involvement) masyarakat

dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi

permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih

banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga

implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan. Dari

Page 10: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

banyak pengalaman tentang pelaksanaan pembangunan yang dijumpai banyak

pembangunan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat ternyata kenyataanya

tidak sesuai dengan apa yang di inginkan yang dikehendaki rakyat sebagai

penikmat pembangunan tersebut.

Arnstein (1969) menjelaskan partisipasi sebagai arti di mana warga negara

dapat mempengaruhi perubahan sosial penting, yang dapat membuat mereka

berbagi manfaat dari masyarakat atas. Dia mencirikan delapan anak tangga yang

meliputi: manipulasi, terapi, memberi tahu, konsultasi, penentraman, kerjasama,

pelimpahan kekuasaan, dan kontrol warga negara. Menurut Marisa B. Guaraldo

Chougil tangga partisipasi masyarakat di negara-negara yang kurang berkembang

(underdeveloped), dapat dibagi menjadi 8 tingkatan yaitu: pemberdayaan

(empowerment), kemitraan (partnership), mendamaikan (conciliation)

dissimulasi/pura-pura (dissimulation), diplomasi (diplomation), memberikan

informasi (informing), konspirasi (conspiration), manajemen diri sendiri (self

management).

Berdasarkan asumsi bahwa demokrasi ibarat suatu pola yang titik

gravitasinya adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, maka terdapat tiga

proses pentahapan yang perlu dilalui sebagai berikut (Prijono, dkk) :

1. Tahap inisial : dari pemerintah, oleh pemerintah dan untuk rakyat

2. Tahap partisipatoris : dari pemerintah bersama masyarakat, oleh

pemerintah bersama masyarakat, untuk rakyat

3. Tahap emansipatif : dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, dan didukung

oleh pemerintah bersama rakyat

Dalam Pedoman Umum PNPM (2007) disebutkan komponen pengembangan

masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis

dan kemandirianmasyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan

kebutuhan masyarakat; perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan

sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk

mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan

pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional

pendampingan masyarakat; dan fasilitator untuk fasilitasi, pengembangan

kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal

Page 11: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor

penggerak masyarakat di wilayahnya.

2.5. Hambatan Pelaksanaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Mendorong agar masyarakat berpatisipasi dalam pembangunan itu sendiri

merupakan masalah yang masih perlu dicari permasalahannya. Mendorong dalam

arti bukan memaksakan partisipasi masyarakat seperti halnya mendorong

masyarakat itu untuk berkorban. Pemerintah sekarang ini telah meyakini bahwa

partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah merupakan salah satu

persyaratan untuk mendukung keberhasilan pembangunan. Kemampuan

pemerintah untuk memahami pentingnya partisipasi masyarakat dalam

pembangunan adalah merupakan langkah maju tetapi dalam pelaksanaan di

lapangan pemerintah masih cukup banyak mengalami permasalahan dan

hambatan.

Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan secara umum dapat dipilah dalam

3 (tiga) kelompok, yaitu : (Puji Hardiyanti, 2006)

a. Pertama kebijaksanaan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran

tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial

ekonomi. Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi

yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan

pembangunan dan penanggulangan kemiskinan, penyediaan sarana dan

prasarana, penguatan kelembagaan serta penyempurnaan peraturan perundang-

undangan yang menunjang kegiatan sosial-ekonomi masyarakat.

b. Kedua kebijaksanaan yang secara langsung mengarah pada peningkatan

ekonomi kelompok sasaran. Kebijaksanaan langsung diarahkan pada

peningkatan akses terhadap prasarana dan sarana yang mendukung penyediaan

kebutuhan dasar berupa pangan, sandang dan perumahan, kesehatan dan

pendidikan, peningkatan produktivitas dan pendapatan, khususnya masyarakat

berpendapat rendah. Dalam hubungan ini, pendekatan pengembangan

ekonomi rakyat yang paling tepat adalah melalui bentuk usaha bersama dalam

wadah koperasi. Upaya peningkatan kemampuan sehingga menghasilkan nilai

tambah setidak-tidaknya harus diadakan perbaikan akses, yaitu (1) akses

Page 12: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

terhadap sumber daya; (2) akses terhadap teknologi, yaitu suatu kegiatan

dengan cara dan alat yang lebih baik dan lebih efisien, (3) akses terhadap

pasar. Produk yang dihasilkan harus dapat dijual untuk mendapatkan nilai

tambah. Ini berarti bahwa penyediaan sarana produksi dan peningkatan

keterampilan harus diimbangi dengan tersedianya pasar secara terus menerus;

dan (4) akses terhadap sumber pembiayaan.

c. Ketiga kebijaksanaan khusus menjangkau masyarakat miskin melalui upaya

khusus. Kebijaksanaan khusus diutamakan pada penyiapan penduduk miskin

untuk dapat melakukan kegiatan sosial ekonomi sesuai dengan budaya

setempat. Upaya ini pada dasarnya mendorong dan memperlancar proses

transisi dari kehidupan subsistem menjadi kehidupan pasar. Penyiapan

penduduk bersifat situasional sesuai dengan tingkat permasalahan dan

kesiapan masyarakat itu sendiri.

2.6. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu proses yang

membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan

masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu mengembangkan

kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri

masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak

sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi,

kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih

banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh

masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang

merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Contoh yang kita temui di masyarakat seperti, anak tidak boleh

sekolah, yang membicarakan rencana pembangunan desa hanya kaum laki-laki

saja, dan masih banyak lagi yang dapat kita temui dimasyarakat. Pengorganisasian

masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya masyarakat untuk saling

mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan.

Disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja, melakukan pembagian tugas,

saling mengawasi, merencanakan kegiatan, dan lain-lain. Lembaga-lembaga adat

Page 13: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

yang sudah ada sebaiknya perlu dilibatkan karena lembaga inilah yang sudah

mapan, tinggal meningkatkan kemampuannya saja.

Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi di masyarakat

dimana Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka

tidak mampu dan tidak tahu. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat menikmati

pendidikan yang memadai. Ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat

mengakibatkan produktivitas mereka rendah. Hal ini dapat terjadi karena

masyarakat tidak menguasai teknologi yang dapat membantu dan meringankan

pekerjaan mereka. Oleh karenanya masyarakat menggunakan tehnik konvensional

yang sudah mereka pelajari turun temurun dengan hasil yang minimal. Terlihat

secara spintas masyarakat sudah puas dengan hasil mereka, tetapi kenyataan yang

sebenarnya masyarakat tidak sadar bahwa mereka masih dapat melakukan hal-hal

yang lebih baik dari saat ini.Lingkaran masalah yang dihadapi oleh masyarakat

tidak dapat diputuskan rantainya pada salah satu sisi saja. Akan tetapi seluruh

masalah perlu diatasi. Untuk itu masyarakat sendirilah yang perlu dijadikan

sebagai pemain utama dalam mengatasi masalah-masalah mereka.

2.7 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani

(2004) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.

Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan

mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian

masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara

bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke

waktu. Sedangkan tujuan pemberdayaan menurut Tjokowinoto dalam Christie S

(2005 yang dirumuskan dalam 3 (tiga) bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial

budaya; yaitu Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh

mencakup segala aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan kelompok

masyarakat dari dominasi kekuasan yang meliputi bidang ekonomi, politik, dan

sosial budaya. Konsep pemberdayaan di bidang ekonomi adalah usaha

menjadikan ekonomi yang kuat, besar, mandiri, dan berdaya saing tinggi dalam

mekanisme pasar yang besar dimana terdapat proses penguatan golongan ekonomi

lemah. Sedang pemberdayaan dibidang politik merupakan upaya penguatan rakyat

Page 14: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

kecil dalam proses pengambilan keputuan yang menyangkut kehidupan

berbangsa dan bernegara khususnya atau kehidupan mereka sendiri. Konsep

pemberdayaan masyarakat di bidang sosial budaya merupakan upaya penguatan

rakyat kecil melalui peningkatan, penguatan, dan penegakan nilai-nilai, gagasan,

dan norma-norma, serta mendorong terwujudnya organisasi sosial yang mampu

memberi kontrol terhadap perlakuan-perlakuan politik dan ekonomi yang jauh

dari moralitas”.

2.8. Strategi dan Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

Berdasar pendapat Sunyoto Usman (2003) ada beberapa strategi yang dapat

menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian diterapkan dalam

pemberdayaan masyarakat, yaitu menciptakan iklim, memperkuat daya, dan

melindungi. Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi,

yaitu; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan

bahwa setiap manusia memiliki potensi atau daya yang dapat dikembangkan.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering),

upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan derajat

kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,

lapangan kerja, dan pasar. Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti

melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi

bertambah lemah.

Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka perencanaan dan

penentuan kebijakan, atau dalam pengambilan keputusan. Model pendekatan dari

bawah mencoba melibatkan masyarakat dalam setiap tahap pembangunan.

Pendekatan yang dilakukan tidak berangkat dari luar melainkan dari dalam.

Seperangkat masalah dan kebutuhan dirumuskan bersama, sejumlah nilai dan

sistem dipahami bersama. Model bottom memulai dengan situasi dan kondisi serta

potensi lokal. Dengan kata lain model kedua ini menampatkan manusia sebagai

subyek. Pendekatan “bottom up” lebih memungkinkan penggalian dana

masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Hal ini disebabkan karena

masyarakat lebih merasa “memiliki”, dan merasa turut bertanggung jawab

terhadap keberhasilan pembangunan, yang nota bene memang untuk kepentingan

Page 15: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

mereka sendiri. Betapa pun pendekatan bottom-up memberikan kesan lebih

manusiawi dan memberikan harapan yang lebih baik, namun tidak lepas dari

kekurangannya, model ini membutuhkan waktu yang lama dan belum menemukan

bentuknya yang mapan.

2.9. Road Map Penelitian

Road map penelitian dimaksudkan untuk menggambarkan penelitian yang

sudah pernah dilakukan terkait masalah yang akan diteliti. Adapun road map

penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Roadmap Penelitian

Tahun 2016 Penelitian Hibah Bersaing Dikti (Tahun 2)Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif

Dalam Pemberdayaan Masyarakat MiskinHasil: SOP Penguatan UKM (Pelatihan, Pemasaran, Pendanaan)

Dewi Andriany, 2012

Asmara H, 2001

P3P Unram, 2001

Pemetaan kemiskinan, bahwa program pengentasankemiskinan tidak tepat sasaran

Kualitas dan hasil perencanaan dari bawah masih lemahkarena lemahnya kapasitas lembaga yang menangani

Saat melakukan perencanaan partisipatif, masyarakatmerasa gamang karena tidak biasa dan mengetahui apa

yang sebenarnya diperlukan

Tahun 2015 Penelitian Hibah Besaing Dikti (Tahun I)Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif

Dalam Pemberdayaan Masyarakat MiskinHasil: Model Pendekatan Partisipatif

Tahun 2017 Penelitian Hibah Bersaing Dikti (Tahun 3)Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif

Dalam Pemberdayaan Masyarakat MiskinHasil: Pola dan Lembaga Penguatan UKM

Page 16: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Khusus

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk membuat model pendekatan

partisipatif dalam memberdayakan masyarakat miskin khususnya bagi pelaku

usaha kecil yang sesuai dengan kondisi daerah (potensi wilayah) sehingga bisa

diaplikasikan lebih jauh untuk mengembangkan ke daerah (kecamatan lain) di

Medan. Sedangkan tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

1. Merancang Pola Dan Lembaga Penguatan Untuk Menunjang Kesinambungan

Program dan Sistem Pemasaran Terpadu?

2. Merancang model pengembangan ukm sebagai bentuk pemberdayaan?

3. Mempublikasikan model pendekatan partisipatif masyarakat dan model

pengembangan ukm dalam memberdayakan masyarakat miskin kepada instansi

terkait

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara praktis akan bermanfaat bagi masyarakat Medan

khususnya dalam rangka mempersiapkan masyarakat sebagai pelaku usaha kecil

yang berdaya guna dan berhasil guna dengan memanfaatkan potensi wilayahnya.

Obyek ini dipilih karena merupakan salah satu wilayah dengan jumlah warga

miskin yang banyak dan juga pelaku usaha kecil yang banyak. Apa yang

dilakukan warga mungkin belum tepat, dan adanya program pengentasan

kemiskinan yang digulirkan pemerintah belum mampu memperbaiki taraf hidup

mereka.

Manfaat dan dampak yang timbul dari penerapan metode participatory rural

approach ini adalah sebagai berikut:

(1). Pemecahan masalah pembangunan

a) Membantu pemerintah dalam upaya memberikan kesadaran akan

pentingnya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

b) Membantu pemerintah dalam mengembangkan masyarakat sesuai dengan

potensi wilayah setempat

Page 17: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

c) Membantu pemerintah dalam percepatan pembangunan

d) Membantu pemerintah dalam pemerataan akses informasi dalam rangka

mengembangkan ukm

(2). Pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks)

a) Memperoleh data potensi wilayah setempat, baik dari segi sdm dan sda

yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil

b) Merancang model pemberdayaan yang sesuai dengan potensi wilayah

c) Menambah kajian tentang penerapan metode participatory rural

approach

d) Merancang SOP penguatan ukm sehingga mampu mengembangkan ukm

e) Merancang model pengembangan ukm sebagai bentuk pemberdayaan

(3). Pengembangan institusi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

a) Hasil penelitian diharapkan mampu menjadi pilot project untuk penerapan

metode participatory rural approach dalam rangka percepatan

pembangunan

b) Sebagai bahan acuan bagi pengembangan wilayah lain.

Page 18: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan partisipatif dengan pertimbangan

bahwa pelibatan aktif subyek penelitian merupakan faktor yang penting untuk

menentukan program yang tepat sasaran, berorientasi praktis, pemberdayaaan dan

berkelanjutan (Djohani dalam Poerwandari, 2005). Penelitian ini termasuk desain

penelitian pengembangan (developmental research) yang dilakukan dalam waktu

3 tahun secara bertahap, dan telah melaksanakan selama 2 tahun/ 2 tahap.

Diagram alir penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Pemetaan Kemiskinan Kota Medan (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,Pemerintah Kota Medan, 2010)

Output tahun 11. Pemetaan potensi ekonomi2. Pemahaman masyarakat tentang

pemberdayaan3. Draft Model Pendekatan

partisipatif4. Jurnal5. Prosiding

Pola Dan Lembaga PenguatanUntuk MenunjangKesinambungan Program dan Sistem Pemasaran

Terpadu, kerjasama dengan instansi (swasta,pemerintahan, perguruan tinggi) terkait

TAHUN III

Output tahun 3- Lembaga

penguatan ukm- Model Final- SOP Final- Jurnal

internasional- Prosiding

seminar

Output Tahun 21. SOP penguatan (pelatihan,

pemasaran, pendanaan2. Jurnal internasional3. Prosiding seminar

Sosialisasi dan Konsolidasi Kepada PihakTerkait

Page 19: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

4.2. Teknik Pengumpulan Data

Tahun III

1) Mengumpulkan data sekunder dari hasil pengembangan usaha rakyat (baik

yang sudah ada maupun yang baru)

2) Mengidentifikasi program yang digulirkan untuk pengembangan ukm, baik

dari instansi pemerintah maupun swasta

3) Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman program yang

digulirkan bagi ukm tersebut

4.3. Teknik Analisis Data

Data penelitian akan dianalisis dengan secara deskriptif kualitatif

4.4. Luaran Penelitian

Output (luaran) penelitian ini adalah :

1). Model pengembangan ukm sebagai bentuk pemberdayaan

2). Rancangan Lembaga penguatan ukm

3). Data base program yang ditujukan bagi ukm, yang berasal dari instansi

pemerintah maupun swasta

4). Jurnal Ilmiah

Page 20: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 5

HASIL YANG DICAPAI

5.1. Deskripsi Data

5.1.1. Pengembangan usaha kecil menengah

Terdapat beberapa ukm yang ada di kecamatan Medan Deli, sebagaimana pada

tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Industri Kecil dan Rumah Tangga di Kec Medan Deli

Kelurahan Lingkungan Jumlahpenduduk

Jumlah IndustriKecil

JumlahIndustri RT

Titipapan 8 30.027 10 25

Tj. Mulia Hilir 19 36.703 18 23

Tanjung Mulia 12 35.406 17 21

Kota Bangun 25 11.662 20 23

Mabar 20 34.625 28 19

Mabar Hilir 16 25.166 78 33

JUMLAH 173.589 171 154

Dari data usaha kecil di atas, dilakukan identifikasi terhadap jenis usaha dan

kemampuan usaha kecil tersebut, yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3. Usaha dan Kemampuan Usaha Kecil

NO NAMA PRODUK/USAHA

EKSISTING BARU KEMAMPUAN SDMMAMPU BISA

DILATIHTDK BISADILATIH

1 Roti ikan 2 Bakso 3 Roti 4 Aneka kue 5 Catering 6 Sepatu 7 Tas 8 Gorden 9 Bengkel 10 Doorsmeer 11 Aksesoris 12 Salon 13 Mainan anak-anak 14 Bordiran 15 Mukena 16 Camilan/jajanan 17 Kerupuk

Page 21: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

NO NAMA PRODUK/USAHA

EKSISTING BARU KEMAMPUAN SDMMAMPU BISA

DILATIHTDK BISADILATIH

18 Rempeyek 19 Keripik 20 Sabun cuci piring 21 Boneka 22 Telur asin 23 Hewan peliharaan 24 Tanaman hias 25 Perabot 26 Baju 27 Frame foto 28 Souvenir 29 Pembuatan tahu

tempe

30 Kompos 31 Ternak lele 32 Pengrajin daur ulang

limbah

Sumber: Dewi Andriany, 2015

Ukm-ukm tersebut memperoleh pembinaan dari pemerintah dan beberapa instansi

swasta. Pembinaan yang diperoleh meliputi pelatihan, akses pemasaran dengan

secara rutin mengikuti pameran-pameran di dalam maupun luar kota. Namun

karena banyaknya pesaing ukm yang menghasilkan produk yang sama, maka

beberapa ukm tetap mengalami kesulitan untuk berkembang.

Ukm-ukm tersebut memiliki potensi untuk berkembang. Dengan motivasi yang

tinggi, mereka dapat menerima pembinaan dan pelatihan, namun karena

kurangnya pengetahuan dan pendidikan serta minimnya pendampingan, ukm tidak

mampu mengimplementasikan hasil pembinaan dan pelatihan secara

berkesinambungan.

5.1.2. Program Yang Digulirkan Untuk Pengembangan UKM

HASIL FGD DENGAN BANK SUMUT

Program yang dijalankan :

1. Program pemberdayaan UKM antara lain :

a. Pemasaran dan jaringan usaha, dengan tujuan agar UKM mampu menguasai,

mengelola dan mengembangkan pasar, mengikut sertakan para ukm dalam

ajang promosi misalnya seperti bazar, promosi dagang dan lain –lain.

b. Pembiayaan usaha, dengan tujuan memperkuat struktur permodalan UKM dan

meningkatkan akses ke sumber-sumber pembiayaan misalnya seperti

pemberian KUR

Page 22: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

c. Meningkatkan kualitas SDM atau profesionalisme UKM melalui magang dan

pelatihan

d. Jasa pengembangan usaha, dengan tujuan membantu UKM dalam mengatasi

ketidaksempurnaan pasar, keterbatasan akses informasi dan teknologi

Meningkatkan penguasaan teknologi, dengan tujuan meningkatkan efisiensi,

produktifitas dan daya saing UKM

e. Meningkatkan penguasaan informasi, agar UKM mampu melihat, menilai dan

memahami perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungannya

dan cepat tanggap mengantisipasi setiap perubahan

f. Pengembangan Kewirausahaan UKM

Untuk mengembangkan UKM, maka perlu dilakukan pembinaan yang integral

agar terbentuk jiwa dan etos kerja kewirausahaan. Secara sederhana,

kewirausahaan dapat diartikan sebagai seseorang atau mereka yang mendirikan

serta mengelola kegiatan usaha yang dimilikinya sendiri dan menciptakan

lapangan kerja untuk orang lain.

Untuk membentuk etos kewirausahaan, diperlukan perpaduan antara pelaku

(wirausaha) dengan lingkungan usahanya. Konsep ini lebih dikenal dengan

"Competency based economics through formation of entrepreneurs". Terdapat

3 faktor utama yang mempengaruhi si pelaku wirausaha, yaitu :

Kemampuan (knowledge, pengalaman, keterampilan, dan karakter)

Sumber daya (modal dan jaringan), Motivasi.

2. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang termasuk dalam

Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan

Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil (klaster 3). Klaster ini bertujuan untuk

meningkatkan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro

dan kecil. KUR adalah skema kredit/pembiayaan modal kerja dan atau

investasi yang khusus diperuntukkan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah dan

Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak (feasible), namun

mempunyai keterbatasan dalam pemenuhan persyaratan yang ditetapkan

Perbankan (belum bankable). KUR merupakan program pemberian

kredit/pembiayaan dengan nilai dibawah Rp 500.000.000 dengan pola

Page 23: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

penjaminan oleh Pemerintah dengan besarnya coverage penjaminan maksimal

80% dari plafon kredit untuk sektor pertanian, kelautan dan perikanan,

kehutanan, dan industri kecil, dan 70% dari plafon kredit untuk sektor lainnya.

. Lembaga penjaminnya yang terlibat adalah 2 lembaga penjamin nasional,

yaitu PT Jamkrindo dan PT Askrindo; dan 2 lembaga penjamin daerah, yaitu

PT Penjaminan Kredit Daerah Jawa Timur (Jamkrida Jatim) dan PT. Jamkrida

Bali Mandara. Terdapat tiga skema KUR yaitu; (1) KUR Mikro dengan plafon

sampai dengan Rp 20 Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal 22% per

tahun, (2) KUR Ritel dengan plafon dari Rp 20 Juta sampai dengan Rp 500

Juta dikenakan suku bunga kredit maksimal 13% per tahun, (3) KUR Linkage

dengan plafon sampai dengan Rp 2 milyar. KUR Linkage biasanya

menggunakan lembaga lain, seperti Koperasi, BPR, dan Lembaga Keuangan

Non-bank, untuk menerus-pinjamkan KUR dari Bank Pelaksana kepada

UMKMK

3. Kredit Permaisuri

Kredit Sumut Sejahtera / Kredit Permaisuri

Kredit Sumut Sejahtera (KPUM SS) / Kredit Permaisuri adalah kredit yang

diberikan melalui kelompok keuangan yang dibentuk oleh Account Officer

(AO) Bank Sumut dalam suatu kelompok Keuangan Mikro (KKM) yang

beranggota 20-30 orang dengan melakukan edukasi perbankan berupa

pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada pertemuan wajib mingguan.

Persyaratan Umum :

Seluruh anggota kelompok adalah perempuan.

Anggota Kelompok wajib memiliki usaha produktif.

Anggota kelompok berdomisili didaerah yang sama/berdekatan.

Tidak memiliki pinjaman di Lembaga Keuangan Lainnya.

Kredit Tanpa Agunan dan anggota Kelompok saling Tanggung Renteng.

Suku bunga 15,60 % Flat p.a.

Kredit diberikan bertahap yaitu :

- Plafond tahap I Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000

- Plafond tahap II > Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 2.000.000.

- Plafond tahap III > Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 3.000.000.

Page 24: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

- Plafond tahap IV > Rp 3.000.000 sampai dengan Rp 4.000.000

- Plafond tahap V > Rp 5.000.000.

Keunggulan Persyaratan Kredit :

Persyaratan mudah.

Bunga Ringan.

Fasilitas Tabungan Martabe Sumut Sejahtera BEBAS Biaya Administrasi

dan Gratis Asuransi Jiwa

TIDAK REPOT karena angsuran & tabungan akan dijemput petugas bank.

Manfaatnya adalah dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha dan

kebutuhan investasi usaha.

4. Kredit Sahabat Insan Pengusaha Pemula (SIPP)

Kredit produk PT Bank Sumut ini bertujuan mendukung lahirnya wirausaha

baru di Sumut dengan bunga paling rendah di Indonesia yaitu hannya 6,99

persen. Selain itu, SIPP merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan visi

dan misi Provinsi Sumut diantaranya mengurangi jumlah pengangguran

melalui penciptaan wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja oleh koperasi

dan usaha mikro, kecil, menengah serta meningkatkan daya saing koperasi dan

usaha kecil menengah. SIPP diprioritaskan kepada pengusaha mikro yang

bergerak di semua sektor dalam rangka membantu pengembangan usaha mikro

di Sumatera Utara. Plafond minimal SIPP berkisar RP 1 juta hingga maksimum

Rp 15 juta dengan jangka waktu untuk modal kerja 6-36 bulan dan investasi 12

bulan-36 bulan.

HASIL FGD DENGAN PKBL PERTAMINA

Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan Program Pembinaan

Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN.

Bagi yang mempunyai usaha berhak mengajukan bantuan melalui proyek atau

Program PKBL ini. Program ini adalah program pemberdayaan dana bergulir

yang bersifat pinjaman dan bukan hibah .

Bentuk Program Kemitraan :

1. Pemberian Pinjaman yaitu ; Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk

pembelian barang – barang modal seperti mesin dan alat produksi, alat bantu

produksi dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan

Page 25: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

produk mitra binaan.

2. Hibah dalam bentuk ;

- Meningkatkan pengendalian mutu produksi

- Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi

- Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan

- Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk penjualan produk

mitra binaan,mempromosikan produk mitra binaan melalui kegiatan

pameran maupun penyediaan ruang pamer (showroom), pendidikan

pelatihan dan magang, jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra

binaan dapat dilakukan terus sampai mitra binaan benar- benar menjadi

tangguh, mandiri dan bankable (dapat diberi pinjaman).

3. Kegiatan monitoring dilakukan kepada mitra binaan yang telah berjalan 6

bulan dalam menerima bantuan kredit. Dalam pelaksanaan monitoring pihak

PKBL menunjuk dua orang petugas dalam satu tim monitoring serta

menyiapkan formulir monitoring dan laporan monitoring dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi penilaian yang objektif dan realities. Tujuan

dilakukannya monitoring ini adalah untuk mengetahui penggunaan pinjaman

yang sesuai dengan perjanjian, mengetahui kelancaran pembayaran angsuran

pinjaman, mengetahui perkembangan omset penjualan, mengetahui

perkembangan administrasi, perkembangan pemasaran, perkembangan tenaga

kerja, perkembangan jenis usaha dan perkembangan asset.

4. Pembinaan bersifat sementara dan lama pembinaan maksimal 5 tahun

Tata Cara

1. Surat Permohonan UKK disertai rencana pengembangan usahanya

disampaikan kepada ketua pelaksana PUKK Unit Operasi PERTAMINA

terdekat. Rencana pengembangan tersebut sekurang-kurangnya berisi:

o Keadaan Saat ini

Data Perusahaan (Badan Usaha/Koperasi/Perorangan) : nama, alamat,

pimpinan/pemilik dan nomor telepon/faksimile.

Uraian Usaha : Tempat usaha, ijin usaha(bila ada), lama usaha dan jenis

barang/jasa.

Page 26: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Organisasi : jumlah tenaga kerja, administrasi dan hubungan dengan

lembaga keuangan dan perbankan.

Produksi : prasarana/sarana jenis dan sumber bahan baku

Pemasaran : tempat/daerah, penjualan/omzet dan strategi/cara

Keuangan : laba/rugi (bulanan/tahunan), neraca dan cash flow.

o Bantuan yang diharapkan dan rencana pengembalian pinjaman

o Keadaan yang diharapkan setelah mendapat bantuan

(Dibandingkan dengan keadaan saat ini)

o Rekomendasi dari instansi terkait (bila perlu)

2. PERTAMINA melakukan sendiri evaluasi dan seleksi atas permohonan UKK

atau dibantu pihak lain.

3. UKK yang terpilih menyelesaikan administrasi bantuan dengan PERTAMINA

dan menjadi UKK mitra binaan. Bantuan dalam bentuk pinjaman dituangkan

dalam surat perjanjian/kontrak.

4. Pembinaan dan penyaluran bantuan dana secara langsung kepada UKK.

Alur Program Kemitraan

1. UKM calon mitra binaan mengisi formulir permohonan pinjaman dengan

melengkapi informasi yang diperlukan. Petugas PKBL kemudian menyalin

informasi tersebut kedalam aplikasi.

2. Petugas PKBL melakukan survey lapangan untuk melihat langsung usaha yang

dijalankan

UKM calon mitra binaan. Dari survey tersebut petugas bisa memperoleh

berbagai informasi tambahan yang kemudian akan dimasukkan juga kedalam

aplikasi untuk memperlengkap profil calon mitra binaan.

3. Proses analisis dan persetujuan terhadap permohonan pinjaman dana.

Persetujuan dapat dilakukan di kantor cabang atau kantor pusat PKBL,

bergantung bersaran nilai yang diajukan.

4. Menjelang akad terdapat beberapa surat yang harus ditandatangani, yaitu :

Perjanjian penyaluran, jadwal angsuran, penyerahan jaminan (jika ada), dll.

Berbagai surat tersebut sudah tersedia di aplikasi sehingga tinggal mencetak

saja.

Page 27: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

5. Setiap bulan PKBL akan menerima angsuran dari mitra binaan. Terdapat

berbagai cara pembayaran angsuran : tunai melalui petugas, transfer melalui

rekening, atau datang ke kantor PKBL. Setiap angsuran yang diterima akan

dicatat kedalam aplikasi, yang akan secara otomatis memilah porsi pokok dan

porsi jasa administrasi.

6. Jika terdapat piutang bermasalah, maka tersedia opsi untuk melakukan

restrukturisasi, rekondisi, atau reskedul.

7. Setelah mitra binaan melunasi seluruh pinjamannya, maka dibuat keterangan

lunas. Jika terdapat kelebihan pembayaran, maka akan dikembalikan

HASIL FGD DENGAN DINAS KOPERASI

PROGRAM ;

1. Program Peningkatan kualitas dan penyebarluasan informasi.

2. Program penciptaan iklim usaha-usaha Mikro Kecil Menengah yang

kondusif.

3. Program pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha

Mikro Kecil Menengah.

4. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah.

5. Pemberdayaan Usaha skala mikro melalui Pemberdayaan ekonomi Produktif

dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin yang mempunyai usaha

6. Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif KUKM melalui

Penumbuhan Wirausaha Baru

7. Pengembangan sistem Pendukung Usaha bagi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah melalui kegiatan Promosi dan Pameran

8. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif

9. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha

Kecil Menengah

10. Program Pengembangan Kewirausahaan Sistem Pendukung Usaha bagi

Usaha Mikro Kecil Menengah

11. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Page 28: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

12. Kegiatan Program Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan

Menengah :

KEGIATAN ;

1) Penyusunan Kebijakan tentang Usaha Kecil Menengah

2) Fasilitasi Pengembangan Usaha Kecil Menengah

3) Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan

4) Pelatihan Manajemen Pengelolaan Koperasi

5) Sosialisasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan

6) Pemantauan Pengelolaan Penggunaan Dana Pemerintah bagi Usaha Mikro

Kecil dan Menengah

7) Penyelenggaraan Promosi Produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah

8) Pengembangan Kebijakan dan Program Peningkatan Ekonomi Lokal

9) Koordinasi Pemanfaatan Fasilitas Pemerintah untuk Usaha Mikro Kecil

dan Menengah

10) Fasilitasi Kemitraan bagi Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

11) Bimbingan Teknis Sentra/Perusahaan IKM

12) Pengurusan Sertifikasi HAKI (Merek) Produk Pangan

13) Partisipasi Pameran Dekranasda

14) Bantuan Mesin/Peralatan Pengolahan IKM pada Komoditi Unggulan

15) Temu Bisnis Pelaku IKM

16) Perencanaan, Koordinasi dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah.

17) Fasilitasi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

18) Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan

Menengah.

19) Fasilitasi pengembangan sarana promosi hasil produksi.

20) Sosialisasi HAKI kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

21) Pembekalan keterampilan teknis bagi calon wirausaha baru.

22) Forum Group Discusion (FGD) Koperasi dan UMKM.

23) Penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

24) Bantuan perkuatan bagi KUMKM

Page 29: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

HASIL FGD DENGAN PT. MUSIMAS

Sebagai sebuah perusahaan swasta, PT. Musimas menyalurkan dana Corporate

Social Responsilibity nya kepada masyarakan sekitar dalam bentuk kegiatan

sosial. Perusahaan tidak melakukan pembinaan dan usaha pengembangan usaha

kecil menengah

5.1.3. Analisis SWOT Program Yang Digulirkan Untuk Pengembangan UKM

Page 30: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

INTERNAL

EKSTERNAL

Kekuatan1. Ukm cukup terbantu

dengan pemasaran yanglebih luas denganmengikuti pameran di luarkota

2. Ukm dapat meningkatkankemampuan denganbimtek yang diberikan

3. Adanya bantuanpermodalan

4. Adanya bantuan peralatan

Kelemahan1. sistem monitoring yang

berkelanjutan dari BUMNcukup memadai, namun dariDinas Koperasi & UKM tidakada

2. Banyak ukm yang belummerasakan manfaat program/belum meratanya program

3. Kurangnya sdm untukmengidentifikasi ukm yangmembutuhkan bantuanprogram

4. Program yang diberikanbelum sesuai dengankebutuhan

5. Pengembalian dana masihtersendat

6. Lemahnya kesadaran ukmakan pentingnya pembinaanyang diberikan

Peluang1. Adanya kolaborasi dengan

perguruan tinggi dan CSRswasta untuk membantuukm

2. Menjalin kerja sama antarasesama pelaku usaha yangmemiliki kesamaan produk

3. Bantuan peralatan dapatmenambah kapasitasproduksi dan kualitasproduk

4. Bantuan modal dapatmeningkatkan kapasitasproduksi

Membuat sistem pemasaranterpadu dengan instansisebagai penggagas dan

perguruan tinggi sebagaimonitoring

Dapat membentuk koperasiantara sesama pelaku usaha yang

memiliki kesamaan produk,sehingga dapat memiliki satu

merek saja

Ancaman1. Program tidak bermanfaat

karena untuk kegiatankonsumtif

2. Program tidak berlanjutsehingga tidak mengetahuikeberhasilan/ kegagalanprogram

3. Kurangnya pengetahuan akanpasar sasaran menyebabkankalah dalam persaingan

Promosi dan pemasaransecara lebih luas dengan

memanfaatkan terknologiinformasi

Melakukan evaluasi secara detailserta monitoring berkelanjutan

untuk memastikan dana bergulirdimanfaatkan secara tepat

sasaran

Gambar 3. Matriks SWOT Program Pengembangan UKM

Page 31: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

5.1.4. Hasil Sosialisasi SOP dan Model Pemberdayaan

Dari FGD yang dilakukan dengan Bank Sumut, PKBL Pertamina, Dinas Koperasi

& UKM serta PT. Musimas, dapat disimpulkan bahwa:

1. BUMN dan Dinas Koperasi & UKM telah melakukan pemberdayaan

masyarakat dengan melakukan pengembangan dan pembinaan ukm, dalam

bentuk pembinaan/ pelatihan, pemasaran dan pendanaan.

2. BUMN telah melakukan sistem monitoring dan evaluasi atas program

pengembangan ukm tersebut.

3. Dinas Koperasi & UKM tidak melakukan monitoring dan evaluasi atas

program pengembangan ukm secara kontinu.

4. PT. Musimas sebagai perusahaan swasta tidak melakukan program

pemberdayaan berupa pengembangan. Ukm.

Saran yang diberikan adalah adanya kolaborasi antara instansi (swasta dan

pemerintah), perguruan tinggi, perbankan serta ukm dalam implementasi program

secara bersama-sama. Dalam hal ini semua pihak harus diuntungkan, dalam arti

program yang digulirkan tepat sasaran, sehingga benar-benar mampu

mensejahterakan rakyat.

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Keterkaitan / Peranan Berbagai Pihak Dalam Pengembangan UKM

Pemerintah, perusahaan swasta maupun perbankan telah bersedia

menyediakan sumber daya untuk membantu pengembangan ukm. Hal ini

merupakan sinyal positif yang harus direspon oleh semua pihak, terutama ukm,

bahwa banyak pihak yang turut berpartisipasi untuk mengembangkan ukm yang

pada akhirnya akan mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Sebagaimana telah banyak disimpulkan oleh hasil penelitian, pertanggung

jawaban sosial (CSR) perusahaan swasta, cenderung bersifat charity

(kemanusiaan) yang berupa kewajiban membantu masyarakat. Disebut charity

karena belum menemukan skema bagi keberlanjutan program, belum ada

monitoring serta evaluasi yang akan membantu ukm secara berkelanjutan dalam

usahanya. Program cenderung berhenti sampai implementasi, dan tidak

dilanjutkan dengan pengukuran keberhasilan dan kegagalan dari program tersebut.

Page 32: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Untuk itulah perlu dirancang sebuah sistem pengembangan ukm yang melibatkan

berbagai pihak, sebagai pemberi bantuan, pelaksana program, monitoring dan

evaluasi. Semuanya saling bekerja sama, sehingga mampu merancang pedoman

bagi pengembangan ukm.

Adapun skema keterkaitan pihak-pihak yang berkompeten dalam

pengembangan ukm dijelaskan dalam gambar berikut:

Gambar 4. Keterkaitan Pihak-Pihak Yang Berkompeten Dalam Pengembangan

UKM

Dalam gambar, Dinas Koperasi dan UKM sebagai perwakilan pemerintah (dapat

pula menyertakan instansi pemerintah lainnya), perbankan (BUMN maupun

swasta), perusahaan swasta memiliki peranan yang sama, yaitu memberikan

penguatan kepada ukm, baik dalam hal pelatihan, pembinaan, pemasaran,

pendanaan kepada ukm. Sebelum menjalankan program penguatan bagi ukm

(pelatihan, pembinanaan, pemasaran, pendanaan), dibuatlah pedoman bagi

implementasi program, monitoring dan evaluasi serta pelaporan, sehingga dapat

diketahui keberhasilan ataupun kegagalan program. Untuk pembuatan pedoman

implementasi program dapat melibatkan perguruan tinggi serta sebagai

pendamping bagi ukm sehingga mampu menterjemahkan setiap program dengan

baik.

Um

pan

Bal

ik

Dinas Koperasi &UKM

Perbankan PerusahaanSwasta

Program Penguatan

Monitoring &Evaluasi

UKM(implementasi)

Pedomanimplementasi,monitoring &

evaluasi, pelaporan

Laporan

Pendampingan olehlembaga/ unit

penguatan

Page 33: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

5.2.2. Program Yang Diharapkan Pelaku UKM

Dalam Dewi Andriany, dkk (2015) telah diidentifikasi program-program yang

diharapkan pelaku ukm untuk diberikan kepada mereka. Program-program itu

adalah:

1. Penyediaan Lembaga Pelatihan, di mana lembaga ini bertanggung jawab atas

pelatihan dan dampak yang ditimbulkan setelah pelatihan. Untuk itu

diharapkan ada indikator kegagalan/ keberhasilan dari pelatihan yang

diberikan.

2. Penyediaan Lembaga Pemasaran, di mana lembaga ini bertanggung jawab atas

kegiatan pemasaran yang dilakukan, termasuk di dalamnya adalah kegiatan

promosi. Pelaku ukm sudah harus memanfaatkan kecanggihan teknologi

informasi yang telah ada untuk pemasaran produknya

3. Penyediaan Lokasi Usaha, yang diharapkan pelaku ukm adalah penyediaan

lokasi terpusat, misalnya berbentuk sentra industri ataupun kerajinan, sehingga

dapat sekaligus berfungsi sebagai tujuan wisata.

4. Pengadaan Teknologi, yang mampu menjamin efisiensi dan efektifitas

produksi. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan perguruan tinggi sebagai

penyedia teknologi

5. Penyediaan Lembaga Bantuan Modal (diintegrasikan dengan Program PNPM

Mandiri Perkotaan yang dilanjutkan dengan Program PPMBK)

6. Pengadaan Bahan Baku, dengan menjamin harga yang murah dengan kualitas

yang baik, menjalin kerja sama dengan pemasok, dengan melakukan

standarisasi bahan baku

7. Lembaga Monitoring Kualitas, yang dimaksudkan dengan pemeliharaan

kualitas, baik bahan baku, proses maupun produk jadi. Perlu adanya pedoman

yang jelas akan standar kualitas.

5.2.3. Model Pengembangan UKM Sebagai Bentuk Pemberdayaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta model awal yang telah

dirancang, maka dilakukan penyempurnaan terhadap model pengembangan ukm.

Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa pengembangan ukm sendiri membutuhkan

penguatan yang tediri dari pelatihan, pemasaran serta pendanaan, dan unsur

Page 34: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

penguatan ukm sendiri telah disusun SOP implementasinya. Model

pengembangan ukm sebagai bentuk pemberdayaan ini melingkupi hal krusial

yang sering dijumpai pada ukm yang merupakan kelemahan dalam operasional

ukm tersebut. Model pengembangan ukm ini akan menjadikan sebuah pedoman

bagi instansi terkait dalam melakukan penguatan ukm, sehingga ukm pada

akhirnya akan memiliki daya saing.

Page 35: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Monitoring & Evaluasi

Pedomanimplementasi,monitoring &

evaluasi, pelaporan

Um

pan

Bal

ik

UKM (implementasi)

Laporan

Pendampingan oleh lembaga/unit penguatan (perguruan

tinggi)

Identifikasi Internal Pengusaha Kecil: Kualitas Produk Kemampuan Manajerial

Identifikasi Eksternal Pengusaha Kecil: Akses Pasar Akses Bahan Baku

ANALISIS KEBUTUHANNYATA

Kebutuhan:1. Peningkatan Ketrampilan2. Bantuan promosi/ pemasaran3. Peningkatan akses kepada pasar4. Pengadaan teknologi5. Peningkatan akses kepada bahan baku6. Monitoring kualitas7. Akses permodalan

RANCANGANPENDAMPINGAN

PARTISIPATIF

EVALUASI KINERJA USAHA KECIL DANPROGRAM

Pendampinganpeningkatan kemampuanteknis ------- berhasil

insentif akseskepada bahan bakuyang lebih murah

Pemberian insentif akseskepada pasar, sepertilokasi usaha yang strategis-------- berhasil

Peningkatanproduksi danpenjualan

Pemberian insentif pengadaan teknologi

MONITORING KUALITAS PRODUK

Dinas Koperasi & UKM Perbankan Perusahaan Swasta & BUMN

Gambar 5. Model Pendekatan Partisipatif Bagi

Pengembangan Usaha Kecil Menengah

Page 36: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Gambar tersebut menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara pihak

pemerintah (dalam hal ini diwakili oleh Dinas Koperasi & UKM), perusahaan

swasta dan BUMN, serta perbankan (swasta dan BUMN), serta perguruan tinggi.

Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

dapat menjadikan program pengembangan ukm ini sebagai inkubator dengan

memanfaatkan ilmu dan teknologi yang telah ada, sebagai bagian dari kegiatan

pengabdian kepada masyarakat.

Dalam ilmu manajemen, dikenal fungsi manajemen yang diawali dengan

perencanaan. Perencaaan ini dimaksudkan untuk membuat pedoman bagi

program pengembangan ukm. Dalam penelitian sebelumnya (Dewi Andriany,

dkk, 2016) telah merumuskan standar operasional prosedur bagi penguatan ukm,

di mana terdapat beberapa unsur yang terlibat dalam upaya pengembangan ukm.

Standar operasional prosedur yang telah disusun menyertakan pihak perguruan

tinggi sebagai fasilitator, yang mempersiapkan pedoman bagi implementasi,

monitoring & evaluasi, pelaporan. Di samping itu, fasilitator juga berperan dalam

hal pembimbingan teknis.

Lebih jauh lagi, dalam tahap perencanaan, perlu adanya pedoman bagi

implementasi program, yang memuat target sasaran, luaran serta indikator

keberhasilan. Target sasaran serta indikator keberhasilan akan memuat hal

berikut untuk dijadikan sebagai pedoman implementasi program, yaitu:

1. Peningkatan Ketrampilan, menjelaskan ketrampilan apa yang diharapkan

meningkat, seperti kemampuan pengelolaan sumber daya manusia,

kemampuan pengelolaan keuangan, kemampuan inovasi produk, ketrampilan

entrepreneurship, dan beberapa ketrampilan yang mendukung peningkatan

ukm.

2. Bantuan promosi/ pemasaran, berupaya melakukan cara-cara modern dan

inovatif untuk memasarkan produk, sehingga memiliki jangkauan pemasaran

yang lebih luas. Bantuan promosi/ pemasaran yang diberikan dapat berupa

sebuah domain untuk pemasaran berbasis teknologi informasi, yang dapat

digunakan untuk beberapa produk sejenis.

3. Peningkatan akses kepada pasar, jika memungkinkan dapat menjangkau pasar

di luar wilayah produksi, bahkan keluar negeri.

Page 37: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

4. Pengadaan teknologi, dengan bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam

penyediaan dan pengembangan teknologi,

5. Peningkatan akses kepada bahan baku, dengan membentuk sebuah sistem

manajemen rantai pasokan, untuk menjamin kualitas bahan baku

6. Monitoring kualitas, yang memuat standar kualitas bagi produk yang

dihasilkan, di mana penetapan standar kualitas ini dapat ditetapkan dengan

bekerja sama dengan perguruan tinggi.

Pendampingan diberikan sejak dari tahap perencanaan, sehingga ukm mampu

membuat perencanaan yang realistis, sampai kepada program diimplementasikan.

Pemetaan potensi ekonomi dan ukm telah dilakukan oleh Dinas Koperasi dan

UKM, sehingga dinas telah memiliki data ukm yang ada di wilayah kerjanya. Hal

ini memudahkan dinas dalam melakukan sosialisasi informasi dan program yang

akan diberikan kepada ukm. Begitupun dengan instansi swasta dan perbankan

yang telah memiliki data base ukm dalam binaannya, sebagai bentuk pertanggung

jawaban sosial kepada masyarakat. Hanya saja, mengingat luasnya wilayah kerja

instansi tersebut, diakui terdapat kesulitan untuk menjangkau semua ukm secara

bersamaan, sehingga diakui pula bahwa seringkali terdapat ukm yang berpotensi

namun tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti penguatan ukm yang

diberikan. Hal ini tentunya memerlukan skema lain untuk menjamin

keterjangkauan dan pemerataan informasi dan program sehingga sampai kepada

semua ukm.

5.2.4. Sistem Monitoring dan Evaluasi Program

Untuk menjamin ukm yang memperoleh dana bergulir mempergunakan dana

tersebut untuk pengembangan usahanya, perlu kiranya dirancang sistem

monitoring dan evaluasi program tersebut. Di mana dalam implementasinya

diperlukan kolaborasi antara instansi (pemerintah dan BUMN), perbankan serta

akademisi. Sistem monitoring dan evaluasi program pengembangan ukm dapat

digambarkan sebagai berikut:

Page 38: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Gambar 6. Sistem Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan UKM

Adanya sistem pelaporan yang dilakukan oleh ukm atas penggunaan dana serta

program pengembangan lainnya, menjadi sebuah alat untuk mengevaluasi

Tid

ak a

da p

erub

ahan

Um

pan

Bal

ik

Dinas Koperasi &UKM

Perbankan PerusahaanSwasta

Monitoring &Evaluasi

UKM(implementasi)

AkademisiPedoman implementasi, monitoring

& evaluasi, pelaporan

LaporanMeningkat/ stabil

Paham/ tidak paham

Pendampinganuntuk monitoring

dan evaluasi

Bimbinganteknis

Pemasaran & Promosi,Monitoring Kualitas

BantuanModal

Pelatihan

Pencatatanaktivitas

Indikator: target penjualan, cacat produk, kapasitas produksi,kualitas bahan baku, efisiensi waktu, jangkauan pemasaran,pengembalian modal

Peningkatan

Progam Pengembangan UKM(Pembinaan, pelatihan, pendanaan, pemasaran)

Page 39: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

keberhasilan/ kegagalan program. Terlebih dahulu disusun indikator keberhasilan

program tersebut, sehingga mudah untuk melakukan evaluasi.

Page 40: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 6

RENCANA TAHAP BERIKUTNYA

Mengingat pentingnya keberlanjutan program pengembangan ukm, bagi

monitoring dan evaluasi program yang digulirkan, maka sangat penting

mendirikan sebuah lembaga yang berfungsi melakukan monitoring dan evaluasi

atas program pengembangan ukm. Walaupun BUMN telah melakukan fungsi

monitoring dan evaluasi, namun Dinas Koperasi & UKM belum optimal dalam

pelaksanaannya. Sehingga diperlukan lembaga yang berfungsi sebagai fasilitator

dan jembatan bagi ukm serta pemberi program pengembangan, yaitu instansi

pemerintah, perusahaan swasta, dan perbankan.

Sebagai fasilitator, lembaga ini perlu menyusun pedoman bagi sistem

monitoring dan evaluasi sehingga implementasi dan luarannya terukur.

Karenanya, lembaga ini bisa berupa kumpulan akademisi yang mempunyai

perhatian lebih kepada pengembangan ukm.

Page 41: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Model pendekatan partisipatif bagi pengembangan usaha kecil menengah

dimaksudkan bagi pengembangan ukm sehingga memiliki daya saing

2. Program yang diperlukan ukm dalam pengembangan usahanya meliputi:

peningkatan ketrampilan, bantuan promosi/ pemasaran, peningkatan akses

kepada pasar, pengadaan teknologi, peningkatan akses kepada bahan baku, dan

monitoring kualitas

3. Sistem monitoring dan evaluasi dimaksudkan agar dalam

mengimplementasikan program pengembangan ukm, dapat diukur tingkat

keberhasilan/ kegagalan sehingga dapat melakukan perbaikan di masa yang

akan datang.

7.2. Saran

1. Dalam memilih ukm untuk dikembangkan, instansi harus memiliki indikator

yang sesuai sehingga program yang digulirkan tepat sasaran dan berhasil guna.

2. Harus terjalin kolaborasi yang baik antara instansi (swasta, pemerintah dan

BUMN), perbankan serta akademisi dalam upaya pengembangan ukm,

sehingga berhasil sebagaimana target.

Page 42: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

DAFTAR PUSTAKA

(PNPM) MANDIRI, 2007, Pedoman Umum Program Nasional PemberdayaanMasyarakat

Agus Purbathin Hadi, , Revisi Mekanisme Dan Peningkatan KualitasPerencanaan Desa Menuju Pembangunan Desa Yang Partisipatif DanBerkelanjutan Di Era Otonomi Daerah, Program Studi Penyuluhan danKomunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Asmara, Lalu Hajar., 2001, Mencari Format Perencanaan Pembangunan yangAspiratif Untuk Mendukung Implementasi Otonomi Daerah. Makalahdiskusi internal Bapeda Lombok Tengah tanggal 10 April 2001.

Bintoro Tjokroamidjojo, 1983, Pengantar Administrasi Pembangunan, PustakaLP3ES Indonesia, Jakarta

Bryant, Coralie and White, G, Louise, 1989 Manajemen Pembangunan UntukNegara Berkembang, pengantar Dorodjatun Kuntjoro-jakti, Jakarta;LP3ES.

Colletta, Nat J dan Umar Kayam. 1987. Kebudayaan dan Pembangunan. YayasanObor Indonesia. Pp.333.

Dewi Andriani, dkk (2015), Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif DalamMemberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan Untuk MemperbaikiTaraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Tidak Dipublikasi

Dewi Andriani, dkk (2016), Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif DalamMemberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan Untuk MemperbaikiTaraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Tidak Dipublikasi

Hornby. Parnwell. Siswojo dan Siswojo. 1984. Kamus Inggris Indonesia. OxfordUniversity Press. P.419.

Koentjoroningrat, 1974, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT.Gramedia, Jakarta.

P3P UNRAM, 2001. Studi Eksploratif Pengembangan PerencanaanPembangunan yang Aspiratif di Kabupaten Lombok Tengah. Mataram :P3P UNRAM bekerjasama dengan BAPEDA Lombok Tengah, ProgramStudi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Puji Hadiyanti, 2006, Kemiskinan & Upaya Pemberdayaan Masyarakat,Komunitas, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Volume 2, Nomor 1,Juni 2006

Sastropoetro, R.A Santoso (1988). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan DisiplinDalam Pembangunan Nasional, Bandung : Alumni

Sherry R. Arnstein (1969), A Ladder of Citizen Participation, JAIP. Vol. 3Steinberg, Florian, Nana Rukmana D.W dkk (1993). Manajemen Pembangunan

Prasarana Perkotaan, Jakarta : LP3ESSupriatna, Tjahya, 2000, Stimulasi Pemerintah Dalam Rangka meningkatkan

Partisipasi Masyarakat di Bidang Pembangunan Desa, diktat IIP Jakarta..Syamsi, Ibnu, 1986, Pokok-pokok Kebijaksanaan, Perencanaan Pemrograman

Dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional Dan Regional,Rajawali, Jakarta

UU No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah DaerahVidhyandika Moeljarto. 2000. Pemberdayaan Kelompok Miskin Melalui Program

Inpres Desa Tertinggal. Centre For Strategic And International StudiesJakarta

Page 43: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Wahyuni , Sri dan M. Sukarja. 2000. Kelembagaan Penunjang Acquisition SystemTeknologi Sistem Usahatani Pasang Surut. Pros. Sem. Nas. PenelitianPengembangan Pertanian Lahan Rawa, Cipayung 25 – 27 Juli.PUSLITBANGTAN – BOGOR. P 392 – 402.

Page 44: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 1

DAFTAR PERTANYAAN FGD

1. Apakah Dinas, BUMN, perusahaan ini memiliki program bagi pengembangan

usaha kecil menengah?

2. Kalau ada, apa sajakah itu?

3. Tepatnya, kepada siapakah secara khusus program itu ditujukan?

4. Apakah programitu berhasil, menurut Anda?

5. Apa indikator keberhasilan program tersebut?

6. Apakah ada monitoring dan evaluasi pada program yang dijalankan?

7. Bagaimana cara melakukan monitoring dan evaluasi program tersebut?

8. Apa kelemahan dari sistem monitoring dan evaluasi program tersebut?

Page 45: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 2

PERSONALIA PENELITIAN

No Nama /NIDN

Instansi asal BidangIlmu

Alokasi Waktu(Jam/minggu)

Uraian Tugas

1 DewiAndriany,SE, MM

0120126504

FE UMSU Manajemen 7 1. Melakukan studibanding

2. Membuat kesimpulanstudi banding

3. Melakukanpengumpulan data

4. Membuat pemetaanpotensi wilayah

5. Merancang polapembinaan / pemantauanprogram

6. Menganalisis data7. Menyusun laporan8. Melakukan seminar hasil

dan publikasi2 Dr. Syaiful

Bahri, M.ApFE UMSU Manajemen

Publik6 1. Melakukan

pengumpulan data2. Membuat pemetaan

potensi wilayah3. Melakukan studi

banding4. Membuat kesimpulan

studi banding5. Merancang pola

pembinaan / pemantauanprogram

6. Menganalisis data7. Menyusun laporan

3 Mutia Arda Mahasiswa Manajemen 3 Melakukanpengumpulan data danadministrasi

Page 46: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 3ARTIKEL ILMIAH

DISAMPAIKAN PADA

ROUNDTABLE for INDONESIAN

ENTREPRENEURSHIP EDUCATORS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9 AGUSTUS 2017

Page 47: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

PERANAN PEMERINTAH DALAM USAHA PENGEMBANGANUSAHA KECIL MENENGAH

DEWI ANDRIANYUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Jl. Kapten Muchtar Basri No 3 MedanTelp (061) 6624567

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan membandingkan antara implementasi program bagi ukm yangdilakukan oleh pemerintah kota Medan (Kecamatan Medan Deli khususnya) denganpemerintah kota Yogyakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukanFocus group discussion dengan aparat terkait. Hasil FGD menyiratkan bahwa sudahbanyak proram pemerintah yang digulirkan untuk memberdayakan ukm, hanya saja masihterkendala oleh beberapa hal, seperti lemahnya sumber daya manusia yang ada,keterbatasan sumber bahan baku dan kendala lainnya. Beberapa hal yang perlu dilihatdari pemerintah kota Yogyakarta yang dapat diimitasi oleh pemerintah kota Medanadalah kemudahan dalam perijinan, adanya marketing poin, serta griya kreasi, yangmenyediakan konselor bagi pelaku ukm dalam menghadapi permasalahannya.

Kata Kunci: peranan pemerintah, pengembangan ukm

Abstract

This study aimed to compare between the implementation of the program for SMEscarried out by the city of Medan (district of Medan Deli in particular) with thegovernment of the city of Yogyakarta. Methods of data collection was done by focusgroup discussions with the relevant authorities. FGD results imply that many proramgovernment initiated to empower SMEs , it's just still constrained by several factors, suchas weak human resources exist, limited sources of raw materials and other constraints.Some things to be seen from Yogyakarta city government that can be imitated by the cityof Medan is the ease of licensing, their marketing points, and creations house, whichprovides counselors for the perpetrators of SMEs in dealing with the problem.

Key Words: government role, SMEs development

PENDAHULUAN

Dewi Andriany, dkk (2014) telah merancang model pendekatan Partisipatif

dalam memberdayakan masyarakat miskin Kota Medan untuk memperbaiki taraf

hidup di mana dilakukan strategi pemberdayaan total yang di dalamnya mencakup

adanya program perlindungan sosial, perbaikan lingkungan, pemberdayaan

sumber daya manusia, dan pemberdayaan ekonomi produktif, dengan sasaran

adalah usaha kecil menengah.

Page 48: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Pada pengembangan model pendekatan partisipatif ini dipilih pelaku usaha

kecil menengah sebagai contoh pemberdayaan masyarakat miskin di kota Medan

karena pemberdayaan masyarakat miskin memiliki makna bagaimana agar

kelompok masyarakat tersebut menjadi produktif sedemikian rupa sehingga ada

perbaikan taraf hidup. Pendekatannya dengan memberdayakan kemampuan

produktif untuk masuk ke dalam satu kegiatan usaha produktif sebagai pelaku

Usaha Kecil.

Usaha kecil menengah dan koperasi merupakan sektor usaha yang memiliki

jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Oleh karena

kesenjangan pendapatan yang cukup besar masih terjadi antara pengusaha besar

dengan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK), pengembangan daya saing

Usaha Kecil, secara langsung merupakan upaya dalam rangka peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak, sekaligus mempersempit kesenjangan ekonomi.

Perluasan basis usaha dan kesempatan Usaha Kecil dengan mendorong

tumbuhnya wirausaha baru, melalui peningkatan pengetahuan dan semangat

kewirausahaan. Penguatan kelembangaan Usaha Kecil terutama untuk

memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan- non

perbankan, pemanfaatan teknologi dan pemasaran serta promosi produk. Hal

simultan lain yang harus dilakukan adalah memperbaiki lingkungan usaha melalui

penyerderhanaan prosedur perijinan.

Dalam model pemberdayaan yang telah dirancang, salah satu unsur yang

memegang peranan penting adalah unsur pemerintahan, yang dapat diwakili oleh

pemerintah kota serta instansi terkait, seperti dinas koperasi dan ukm serta dinas

perindustrian dan perdagangan. Adanya sinergi antara unsur pemerintahan

tersebut akan menunjang perkembangan ukm ke arah yang lebih baik, dengan

berbagai dukungan, seperti sarana dan prasarana.

Berdasarkan penguasaan pangsa pasar, usaha kecil, menengah dan koperasi

hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20% (80% oleh usaha besar). Hal tersebut

menunjukkan dua hal sekaligus, yaitu super kuatnya sektor usaha besar dan

teramat lemahnya sektor Usaha Kecil. Harapannya adalah dengan meningkatnya

produksi usaha kecil, juga menengah dan koperasi dengan laju pertumbuhan lebih

tinggi dari laju pertumbuhan produktivitas daerah, atau sebesar 6-8% per tahun,

Page 49: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

maka akan ada daya serap tenaga kerja tetap yang sebesar pada usaha kecil,

menengah dan koperasi, bersamaan dengan bertambahnya tenaga kerja, sebesar 5-

10% per tahun. Penguatan ukm akan dapat dicapai jika pemerintah mampu

menggerakkan perekonomian dari sektor ukm, dengan memberikan penguatan

pada sektor ukm sebagai usaha pemberdayaan masyarakat.

Untuk keberhasilan usaha tersebut, tentunya memerlukan sebuah perencanaan

yang matang, yang tidak hanya sekedar diberikan sebagai sebuah sumbangsih

dari pemerintah saja, namun harus berbentuk sebuah program yang mampu

memberdayakan masyarakat, dengan sistem monitoring dan evaluasi yang tepat.

Untuk menghasilkan program yang tepat sasaran, perencanaan harus dilakukan

dari bawah untuk menggali kebutuhan nyata pelaku ukm, di mana sampai

sekarang belum terealisasi, karena perencanaan masih dilakukan dari atas.

Kurang terakomodirnya perencanaan dari bawah dan masih dominannya

perencanaan dari atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah karena kualitas dan

hasil perencanaan dari bawah lemah, yang disebabkan beberapa faktor antara lain:

(1) Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani

perencanaan; (2) Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; (3) Dukungan

data dan informasi perencanaan yang lemah; (4) Kualitas sumberdaya manusia

khususnya di desa yang lemah; (5) Lemahnya dukungan pendampingan dalam

kegiatan perencanaan, dan (6) Lemahnya dukungan pendanaan dalam pelaksanaan

kegiatan perencanaan khususnya di tingkat desa dan kecamatan.

Salah satu program pemerintah yang digulirkan untuk membantu pelaku ukm

adalah PNPM Mandiri. Dalam Pedoman Umum PNPM (2007) disebutkan

komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk

membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari

pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat; perencanaan partisipatif,

pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-

hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut,

disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan

relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator untuk

fasilitasi, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator

Page 50: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

terutama pada saat awal pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah

yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

PNPM Mandiri telah berganti nama menjadi PPMBK (Peningkatan

Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas), yang sudah ada sejak tahun 2013,

tetapi di Medan Deli bantuan ini tidak ada karena tidak memenuhi kriteria 90%

tingkat pengembalian regular pada program PNPM yang lalu, PPMBK ini

diberikan kepada masyarakat yang telah mempunyai usaha. PNPM sebelumnya

tidak berhasil karena kriteria 90% tingkat pengembalian regular tidak terpenuhi.

Tidak adanya program PPMBK bagi pelaku ukm tentunya menjadi salah satu

penghambat perkembangan usaha karena tidak ada dukungan penambahan modal

usaha. Tidak terpenuhinya kriteria 90% tingkat pengembalian reguler pada

program PNPM tidak dapat sepenuhnya mempersalahkan penerima bantuan

tersebut, namun karena tidak adanya mekanisme kontrol yang memadai dan

kontinu untuk selalu memantau tingkat pengembalian.

Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas

(PPMBK)/ adalah salah satu intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mencapai

masyarakat mandiri. Prinsip dasar pengembangan dalam PPMBK adalah

penguatan akses masyarakat miskin (KSM) kepada 5 asset sumber penghidupan

masyarakat, yakni modal SDM, modal sosial, sumberdaya alam, sumberdaya fisik

dan sumberdaya keuangan. Tujuan PPMBK adalah menguatkan kelembagaan dan

kegiatan usaha KSM secara mandiri dan berkesinambungan yang berorientasi

pada peningkatan penghidupan masyarakat miskin. PPMBK ini merupakan

program yang diperuntukkan bagi KSM-KSM yang memiliki potensi usaha

terutama dalam meningkatkan mata pencaharian keluarga. Kriteria KSM PPMBK

ini adalah beranggotakan 5-10 orang yang 2/3 anggotanya terdaftar dalam PS-2

(daftar Warga Miskin), memiliki aturan main KSM dan sistem administrasi,

memiliki Usaha Kecil yang berpotensi untuk dikembangkan, serta pernah

mendapat pinjaman bergulir dari UPK atau Lembaga Keuangan lainnya dengan

tingkat pengembalian lebih dari 90%.

Dewi Andriany, dkk, 2015 menyebutkan bahwa perbedaan PPMBK dengan

pinjaman bergulir Reguler (yang biasa digulirkan oleh UPK) adalah, usaha yang

dijalankan penerima PPMBK merupakan usaha pokok mata pencaharian keluarga.

Page 51: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Sedangkan pinjaman bergulir reguler usahanya boleh mata pencaharian

sampingan keluarga. Dan besar pinjaman PPMBK antara 3-5 juta rupiah per

orang, sedangkan yang reguler besar pinjamannya hanya sampai 2 juta rupiah per

orang. Melihat kepada dua contoh, pertama adalah kegagalan PNPM Mandiri

Perkotaan di Kecamatan Medan Deli dan keberhasilan di tempat lain, diduga

bahwa pelaksanaan PNPM Perkotaan di Kecamatan Medan Deli tidak

komprehensif. Dalam arti tidak didukung oleh program lain yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Kota Medan. Artinya, tingkat keberhasilan pelaksanaan PNPM

Mandiri Perkotaan di Kota Medan akan berhasil apabila diintegrasikan dengan

kebutuhan riil masyarakat yakni :

1. Peningkatan pengetahuan tentang pengemasan, promosi, pemasaran,

2. Pembangunan akses yang baik kepada pasar dan bahan baku.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peranan pemerintah dalam

pengembangan usaha kecil menengah.

Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh adalah mengetahui bagaimana peranan pemerintah

dalam pengembangan usaha kecil menengah sehingga mampu melakukan evaluasi

atasnya dan pada akhirnya dapat meningkatkan peranan pemerintah.

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena mengajak

pelaku ukm serta instansi terkait untuk melakukan focus group discussion untuk

mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang yang mereka

hadapi.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion

(FGD) dengan pelaku ukm dan instansi terkait untuk mengungkap peranan

pemerintah yang sudah dilakukan dalam upaya memberdayakan masyarakat,

khususnya ukm. Obyek penelitian adalah ukm yang berada di kecamatan Medan

Deli. Data penelitian akan dianalisis dengan secara kualitatif

Page 52: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemerintah melalui dinas koperasi telah memberikan bantuan peralatan

kerja dan pelatihan. Namun sebagaimana bantuan permodalan, belum ada sistem

monitoring dan evaluasi yang mengontrol efektifitas program tersebut. Sejauh ini

pelaku ukm masih bisa menjalankan usahanya dengan lancar, bahkan ada

beberapa pelaku ukm yang sudah melakukan pemasaran keluar dari wilayah kota

Medan.

Dari dinas perindustrian dan perdagangan telah ada bantuan pelatihan, yang

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelaku ukm dalam meningkatkan

kinerjanya. Bagi beberapa produk unggulan, pemerintah cukup sering melibatkan

mereka pada even-even promosi, seperti pameran serta ekspo yang diadakan baik

di dalam kota maupun luar kota, dengan memfasilitasi pembiayaan.

Dari aktifitas FGD dengan Aparat Pemerintah (Dinas Terkait) di kota

Medan, khususnya kecamatan Medan Deli, diperoleh keterangan tentang upaya-

upaya yang telah diberikan untuk membantu perkembangan ukm, seperti:

a. Bimbingan Administrasi dan Teknis Perpajakan serta Perizinan bagi pelaku

usaha di kota Medan,

b. Bantuan gratis untuk pengurusan Perizinan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Bantuan tersebut untuk mendorong sekaligus peningkatan daya saing

produk dipasaran.

c. Pendampingan atau mentor bisnis

d. Bantuan peralatan kepada kelompok UP2K di Kota Medan

e. Bantuan pemasaran via pemasaran online

f. Memberikan pelatihan bisnis dan teknis

g. Memberikan pembinaan

h. Memberikan bantuan kepada pelaku usaha dalam melakukan akses

pembiayaan

i. Memberikan bantuan peralatan

j. Memberikan bantuan penguatan kelembagaan dan kerjasama

Sudah banyaknya program yang ditujukan bagi peningkatan ukm sangat

membantu. Hanya saja dalam implementasinya perlu mendapat perhatian yang

lebih, dengan melakukan program monitoring dan evaluasi keberhasilan program,

Page 53: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

sehingga pemerintah dapat mengetahui kekurangan dan kekuatan dan program

yang digulirkan.

Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan untuk membantu promosi dan

pemasaran bagi produk ukm adalah sebagai berikut:

a) Medan Promosi Produk Unggulan di Inacraft

b) Promosi yang dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui media cetak dan

electronik

c) mengikutsertakan pelaku usaha dalam berbagai acara.Bazar dan Pameran

d) Stand UMKM di Arena MTQ Kota Medan

Pemerintahan dinas terkait telah melakukan pembinaan kepada ukm, dengan pola

pembinaan yang dilakukan kepada pelaku usaha adalah sebagai berikut:

a) Penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas-

luasnya, serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi

melalui kebijakan yang memudahkan dalam formalisasi dan perijinan usaha,

antara lain dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap untuk

memperlancar proses dan mengurangi biaya perijinan.

b) Pengembangan sistem pendukung usaha bagi pelaku usaha untuk

meningkatkan akses kepada pasar yang lebih luas dan berorientasi ekspor serta

akses kepada sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan

yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang

tersedia.

c) Pengembangan budaya usaha dan kewirausahaan, terutama di kalangan

angkatan kerja muda, melalui pelatihan, bimbingan konsultasi dan penyuluhan.

Pelatihan diutamakan pada bidang yang sesuai dengan unit usaha yang menjadi

andalan. Selain itu juga diperlukan pelatihan manajerial karena pada umumnya

pengusaha kecil lemah dalam kemampuan manajemen dan banyak

menggunakan tenaga kerja yang tidak terdidik.

d) Diperlukan usaha pemerintah daerah untuk mengupayakan suatu pola

kemitraan bagi pelaku usaha agar lebih mampu berkembang, baik dalam

konteks sub kontrak maupun pembinaan yang mengarah ke pembentukan

kluster yang bisa mendorong pelaku usaha untuk berproduksi dengan orientasi

ekspor.

Page 54: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

e) Untuk mengatasi kesulitan permodalan, diperlukan peningkatan kapasitas

kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan lokal dalam

menyediakan alternatif sumber pembiayaan bagi UMKM dengan prosedur

yang tidak sulit

Beberapa hal dapat diperoleh dari hasil studi banding dari pemerintahan

kota Yogyakarta, yang bertujuan membandingkan implementasi program yang

serupa. Industri kecil mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat

peranannya dalam pembangunan, industri kecil harus terus dikembangkan dengan

semangat kekeluargaan, saling mengisi, saling memperkuat antara usaha kecil dan

besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-

besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia.Untuk mewujudkan tujuan tersebut,

pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama

pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,

membimbing, melindungi serta menumbuhkan iklim usaha.

Pemerintah daerah dapat memberdayakan UKM melalui pembuatan

peraturan yang tepat. Pemberdayaan dimaksudkan untuk menjadikan UKM

sebagai usaha yang tangguh dan mandiri dalam perekonomian nasional. Dalam

proses pemberdayaan melibatkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Dalam hal ini pemerintah harus menciptakan iklim yang usaha yang kondusif dan

melakukan pembinaan dan pengembangan berupa bimbingan dan bantuan

lainnya. Memang banyak UKM yang masih menghadapi kendala yaitu lingkungan

yang tidak kondusif untuk berusaha. Misalnya, ijin yang sulit atau penyogokan

yang memberatkan usaha UKM. Jika ini dilakukan berarti pemerintah membantu

UKM keluar dari kendala internal dan eksternal.

Ukm yang ada di Kota Yogyakarta mempunyai peranan yang sangat

strategis, pembangunan, pemerataan kesempatan kerja, dan bertujuan untuk

membentuk masyarakat industri kecil yang mandiri, tangguh, dan berkembang

menjadi industri besar.

Berdasarkan data dari Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, bahwa

perkembangan sektor industri kecil dan menengah di Kota Yogyakarta mengalami

Page 55: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

peningkatan. Ada sekitar 25.500 ukm yang terdaftar. Pemerintah Kota

Yogyakarta telah melakukan berbagai upaya dalam membina pelaku ukm, yaitu

melalui kegiatan pelatihan, promosi, bantuan dana bergulir, bantuan sarana

produksi, dan bantuan teknis namun upaya pembinaan tersebut belum sepenuhnya

dapat menjangkau serta mengatasi permasalahan yang dihadapi pelaku ukm

selama ini.

Permasalahan mendasar untuk sektor industri kecil dan menengah di Kota

Yogyakarta adalah seringnya terhambat dengan keterbatasan modal, SDM yang

masih kurang mampu, kesulitan untuk mendapatkan bahan baku, dan sulitnya

pemasaran khususnya produk kerajinan. Oleh karena itu perlu adanya terobosan-

terobosan dari pihak pemerintah melalui instansi teknis Disperindagkoptan Kota

Yogyakarta untuk melakukan pembinaan secara kontinyu dan berkelanjutan agar

ukm tetap bertahan dan berkembang.

Hal ini menjadi tugas Disperindagkoptan Kota Yogyakarta yang

berkedudukan sebagai unsur pelaksana pemerintahan daerah di bidang

pengelolaan sector perindustrian yang berupaya untuk membina industry kecil dan

menengah agar dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan

ekonomi masyarakat. Di samping itu perlunya pengembangan kemampuan

sumber daya manusia, karena melalui pembinaan tersebut diharapkan

berkembangnya usaha industry kecil dan menengah di Kota Yogyakarta

Ada beberapa pola pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota

Yogyakarta melalui Disperindagkoptan Kota Yogyakarta yaitu :

1. Pemerintah Kota Yogyakarta terus mengupayakan eksistensi Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satunya, kemudahan penerbitan Izin

Usaha Mikro dan Kecil (IUMK). Permasalahan mendasar UMKM adalah

legalitas usaha. Bank manapun tetap mengedepankan legalitas usaha. Untuk

mengatasi hal itu, Pemkot Yogyakarta menerbitkan Perwal tentang

Pelimpahan Kewenangan Walikota ke Camat, agar Camat menerbitkan

IUMK di mana IUMK dapat dijadikan legalitas untuk mengakses perbankan,

Tujuannya, agar camat menerbitkan IUMK yang dapat dijadikan legalitas

untuk mengakses perbankan.

Page 56: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

2. Pemerintah Kota Yogyakarta juga telah memberikan sarana dan prasarana

penunjang kepada para pengusaha dan koperasi dengan griya UMKM,

dan marketing point serta pengaplikasian setiap kampung satu kerajinan atau

disebut one unit one product. Tak hanya untuk memajang karya perajin, griya

UMKM Jogja juga dimanfaatkan sebagai lokasi pameran sekaligus transaksi

antara perajin dan pembeli dimana setiap pameran yang digelar di Griya

UMKM mengusung tema yang berbeda-beda, misalnya tema mengenai batik,

kerajinan logam, dan jumputan. Griya UMKM dibuka sejak 2009. Di tempat

tersebut, pelaku UMKM bisa melakukan konsultasi bisnis dengan tiga

konselor yang sudah disiapkan. Di Griya UMKM tersebut, perajin juga bisa

mengembangkan kemampuan pemasaran secara online.

3. Sebagai ajang promosi bagi ukm, Disperindagkoptan Kota Yogyakarta

menyiapkan 15 etalase untuk menampilkan produk kerajinan dari perajin

yang tergabung dalam Forum Komunikasi UMKM di 14 kecamatan yang ada

di kota Yogyakarta dan satu etalase lainnya digunakan untuk anggota

Dekranasda, Untuk dapat mengikuti event – event Pameran tersebut ukm –ukm

Kota Yogyakarta tidak dipungut biaya, baik biaya pendaftaran maupun biaya

sewa dan display stand. UKM calon peserta Pameran hanya perlu

mempersiapkan produknya dengan sebaik mungkin untuk layak dipamerkan.

4. Meningkatkan Kemampuan Ilmu Pengetahuan/SDM, diantaranya melalui

kegiatan pelatihan teknis yang dilaksanakan oleh Disperindagkoptan Kota

Yogyakarta sangat bermanfaat karena dapat memberikan pengetahuan dan

keterampilan teknis terkait desain produk kerajinan. juga memberikan

pelatihan Kewirausahaan dan Manajemen Pemasaran, "achievement

motivation training" (AMT), melalui pelatihan ini, para wirausaha

diharapkan dapat lebih meningkatkan daya saing bagi produk mereka

5. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Disperindagkoptan Kota Yogyakarta

juga memberikan pelatihan bagi calon calon wirausaha yang ingin menjadi

wirausaha yang sukses dengan syarat harus mempunyai Kartu Tanda

Penduduk Kota Yogyakarta dan mempunyai Profil Usaha, Tujuan pelatihan

ini adalah untuk mencari bibit bibit wirausaha baru untuk melatih dan

membuka mindset mereka agar menjadi wirausaha yang tangguh.

Page 57: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

6. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Disperindagkoptan Kota Yogyakarta

juga memfasilitasi ukm yang membutuhkan modal usaha dimana para pelaku

ukm akan dipertemukan dengan pihak Perbankan yang akan membantu dalam

permodalan.

7. Pendampingan yang dilaksanakan oleh Disperindagkoptan Kota Yogyakarta

melalui konsultan bisnis akan sangat membantu terhadap pelaku ukm dalam

menjalankan usahanya. Adapun jenis pendampingan yang diberikan oleh

tenaga pendamping kepada pelaku ukm adalah : Mengidentifikasi serta

memberikan solusi setiap permasalahan yang dialami oleh Pelaku ukm,

memfasilitasi pelaku ukm dalam kegiatan pelatihan, promosi, bantuan

peralatan kemasan dan sarana produksi.

8. Para pelaku ukm dalam satu kawasan dan mempunyai produk sejenis di Kota

Yogyakarta ditampung dalam sentra-sentra kerajinan. Kehadiran sentra

kerajinan di Kota Yogyakarta ini lebih memudahkan dan fokus dalam

pelatihan, pembinaan, pengawasan maupun promosi penjualan produk ukm

tersebut.Dengan adanya sentra ini, pembinaan terhadap ukm di Yogyakarta

lebih fokus.

9. Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong sentra-sentra kerajinan menjadi

sebuah organisasi sampai berbadan hukum koperasi. Kalau nanti mereka

berbadan hukum, maka akses permodalan maupun bantuan alat akan lebih

mudah mengingat permasalahan klasik ukm tidak berkembang karena

kekurangan modal.

Membandingkan apa-apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota

Medan dan Yogyakarta, terlihat beberapa perbedaan, meskipun peraturan

pemerintah dan kebijakan yang melingkupinya tentulah sama. Pemerintah kota

Yogyakarta sangat mendukung kemudahan pemberian legalitas UKM (IUMK),

adanya marketing point yang merupakan satu kampung dengan satu kerajinan,

sehingga setiap wisatawan maupun penduduk lokal akan mengingat kerajinan

tersebut sebagai brand image dari kampung tersebut. Adanya griya ukm yang

menyediakan konsultasi bisnis dengan konselor yang sudah disiapkan dan

pemasaran online tentulah sangat membantu perkembangan ukm tersebut.

Page 58: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Hal inilah yang belum dilakukan oleh pemerintah kota Medan, di mana hal

ini disebabkan kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia untuk

melakukan aktivitas ini. Maka sesuai dengan model penguatan yang sebelumnya

talah dikemukakan peneliti, bahwa perlu adanya kerja sama antara pemerintah

kota melalui pemerintah kecamatan, dinas, instansi swasta, perbankan serta

akademisi sebagai pihak yang mampu menyediakan jasa konsultasi serta

monitoring dan evaluasi, sehingga kemajuan maupun stagnansi dari program

dapat diketahui dan benar-benar mampu memberdayakan pelaku ukm.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemerintah pada dasarnya sudah mengimplementasikan berbagai program yang

mendorong kemandirian dan kemajuan ukm, hanya saja kurang dalam hal

monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan program.

Saran

Membentuk skema monitoring dan evaluasi dengan melibatkan unsur akademisi

sekaligus sebagai konselor sehingga mampu menjaga keberlanjutan program yang

digulirkan.

Daftar Pustaka

(PNPM) MANDIRI, 2007, Pedoman Umum Program Nasional PemberdayaanMasyarakat

Asmara, Lalu Hajar., 2001, Mencari Format Perencanaan Pembangunan yangAspiratif Untuk Mendukung Implementasi Otonomi Daerah. Makalahdiskusi internal Bapeda Lombok Tengah tanggal 10 April 2001.

Dewi Andriany, dkk. (2015). Pengembangan Model Pendekatan PartisipatifDalam Memberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan UntukMemperbaiki Taraf Hidup. Seminar Nasional Ekonomi, Manajemen DanAkuntansi Ke 2 (pp. -). Padang: Universitas Negeri Padang.

Dewi Andriany, dkk. (2015). Pengembangan Model Pendekatan PartisipatifDalam Memberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan UntukMemperbaiki Taraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing DP2M Dikti,Tidak Dipublikasi

Dewi Andriany, dkk. (2016). Pengembangan Model Pendekatan PartisipatifDalam Memberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan UntukMemperbaiki Taraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing DP2M Dikti,Tidak Dipublikasi

Page 59: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 4ARTIKEL ILMIAH

DISAMPAIKAN PADA

THE 7th AIC-ICMR 2017

Annual International Conference

Banda Aceh, 18-20 Oktober 2017

Page 60: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Monitoring and Evaluation System Design forSmall Medium Enterprises Development Program

*Dewi Andriany and Syaiful BahriFakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

*Corresponding author: [email protected]

Abstract

The development of small business / industry gets serious attention fromvarious circles either government or public, this is inseparable from therole in the absorption of labor and resilience of small businesses against

various turmoil, such as the economic crisis of 1997 ago. In addition,small businesses also serve as one of the important sources for economic

growth that directly contributes to increase the income of surroundingcommunities. This research aims to design a monitoring and evaluationsystem for the SME’s development program. The SME’s developmentprogram that expected to develop and improve the competitiveness of

SME are training, coaching, marketing, and funding for the SME.Research’s result is a design model of a monitoring and evaluation

system that involving government agencies (such as Dinas Koperasi danUKM), banking (private and state-owned enterprises), private enterprises

which is involving university. University involvement is certainlyexpected to make the SME’s development program successful and

efficient. The role of university is to design guidelines and mechanisms ofmonitoring and evaluation, so as to detect the success or failure of the

program.

Keywords: Small and medium enterprises, government, banking,private, monitoring and evaluation

Introduction

A more prosperous and free from poverty is one of the world's targets,known as Millenium Development Goals - MDGs, which contains 8 targets thatserve as the development goals of each country, including Indonesia. One ofthese targets is developing a global partnership for development. This partnershipto be developed should benefit the community, which is one of the developmentgoals. Profits derived are economic, which is indicated by the increasing income.

The community in this case is represented by small and mediumenterprises. Increased growth of small and medium enterprises indicates thatpeople are still able to engage in productive economic activities, for familysurvival and to empower themselves. Productive economic activities undertakenby SME have gained considerable attention from various community. This is apositive signal in the midst of society's efforts to boost its economic life, andneeds to be given greater motivation continuously. As a communityempowerment effort, the existence of SME needs more attention, so that they cancontinue to grow and be able to absorb more workforce.

Page 61: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

In his research, Yunus Zain, et al. ( ) states that access to capital acquisitionby SME entrepreneurs is generally constrained by the weakness of businessfinancial administration system and lack of bankable assurance, low businesscompetitiveness, and weakness of integration of SME development. The schemeof regional banking financing involving local government or other relatedinstitutions still seems to make SME as one of the sources of revenue of locally-generated revenue and SME placed not as the subject of development. Thisindicates that the financing scheme provided only to meet the target of work, andthere is no integration in SME development.

Dewi Andriany, et. al (2015) has produced a model of communityempowerment, with an emphasis on small and medium-sized businesses (SME)because SME is seen as a part of society that has empowered itself. According toher, some things that need to be done is to make some indicators that can beapplied, such as financial statements, so that SME able to measure the extent ofthe success of mentoring. Furthermore, she concluded that there is a need for amonitoring and evaluation mechanism to ensure that the development of the SMEproceeds as expected.

Furthermore, Dewi Andriany, et al (2015) in the model, which consists of 3stages, where in the first stage, accompanied by the improvement of technicalproduction capability as well as the managerial ability of small business actors toa certain extent that is considered to be successful. Subjectively the companionmust determine the success rate, either by comparing with similar productselsewhere or commanding consumer opinion. If there is an increase in technicalcapability, it will be given incentives in the form of opening access to cheapersources of raw materials. In this case the counterpart should have a network ofraw material sources that do have competitive prices. At this stage will bedisbursed first stage capital assistance. The provision of tiered and structuredcapital assistance to reduce the risk of debt burden on Small Business actors andthe continuity of the program itself. After the transaction has actually occurredwith the source that has been sought, then the next mentoring program enters thesecond stage. At this stage, mentoring provides knowledge on how to measurethe success of the business. In the second phase, incentives are given in the formof opening access to the market. Incentives can be form of facilitatingcooperation with a large market network or placement in a more strategic businesslocation and reaching the market more easily. In the second phase, the secondphase of capital assistance is also disbursed. A measure of success of a secondparticipatory approach is when there is an increase in production and sales.

After reaching these criteria, then the mentoring can enter the last stage, thethird stage. As is the case with the first phase, it will certainly need an indicatorthat can be used to assess the success of the program. The SME actor must havethe knowledge to organize the indicators, so that they are able to measure theirperformance. In the last stage, the provision of incentives in the form ofmentoring of technology procurement. The consideration is that the SME actorshave been able to penetrate the market and have access to raw sources so as toproduce relatively competitive products. Increasing production process throughthe introduction of technology is important to improve work efficiency that hasbeen supported by improved managerial capabilities. In the last stage,disbursement of capital assistance for the last stage is also carried out. During the

Page 62: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

period of assistance is conducted simultaneously both for product monitoring andperformance of SME’s actors and the implementation of the program itself.

Dewi Andriany, et al (2016) designed Standard Operational Procedures(SOP) for the strengthening of SME, which in the SOP involves various parties,namely government (city, district, service), banking and academics. From thegovernment (city, sub-district, official) and banking, it is expected that theinvolvement in the form of program information and SME’s participation in theprogram held in order to strengthen the SME. While academics are expected tobe involved in monitoring and evaluation together with the government, both interms of making the guidelines, system, indicators and implementation. For thisreason, it is necessary to design a monitoring and evaluation system for the SME’sdevelopment program, to ensure the success of the program, both by thegovernment, private companies and banking.

Literature Review

Small MediumEnterprises Development

I Wayan Dipta (2008), mentioned that in the development of cooperatives andSMEs, the government has set the policy direction, one of which is to strengtheninstitutions by applying the principles of good governance and gender-oriented,especially to:1. Expanding access to capital sources, particularly banking;2. Improve the business environment and simplify licensing procedures3. Expand and improve the quality of supporting institutions that perform the

intermediary function as a provider of business development services,technology, management, marketing and information.

Government has provided tremendous support for the development of the SME,by making policies favorable to SME. Furthermore, I Wayan Dipta, 2008,suggests the development strategy of UMKM is aimed at realizing the following,that is:

1. Business Empowerment of Micro Scale. This program is aimed to increasingthe income of the people who are engaged in economic activities in theinformal sector of micro-scale enterprises, especially those who still have thestatus of poor families in order to obtain a fixed income, through efforts toincrease business capacity, thus becoming a more independent business unit,and ready to grow and compete. This program will facilitate capacity buildingof micro business and business management skills as well as encourage thecertainty, protection and business development. This program contain the mainactivities, including the following:1. Provision of ease and coaching in starting a business, including in

licensing, business location, and business protection from informal levies;2. Provision of alternative financing schemes without distorting the market,

such as profit-sharing system of revolving funds, joint liability system, orguarantee of local community leaders in lieu of collateral

Page 63: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

3. Implementation of technical and funding support sourced from variouscentral, regional and state-owned enterprises which are more coordinated,professional, and institutional

4. Provision of support to efforts to improve institutional capacity and servicequality of microfinance institutions

5. Implementation of business culture and entrepreneurship training, as wellas technical guidance on business management

6. Provision of infrastructure and support network for micro business andbusiness partnership

7. Facilitation and provision of support for the establishment of jointorganizations between micro businesses, including street vendors, in theform of cooperatives and other business associations, in order to improvebargaining position and business efficiency;

8. Provision of support for the development of traditional micro-enterprisesand craftsmen through the approach of development of production / clustercenters with the support of providing more adequate infrastructure

9. Provision of support and easiness for the development of productiveeconomic enterprises for micro / informal enterprises in order to supportthe development of rural economies, particularly in disadvantaged areasand pockets of poverty.

Monitoring And Evaluasi

A crucial part in improving efficiency and effectiveness of resource allocation, aswell as improving transparency and accountability of program and activitymanagement is the process of monitoring and evaluation program. Monitoring isconducted to observe the progress of the implementation of the development plan;identify and anticipate emerging problems for anticipatory action, in the form ofcorrection of deviations from activities; acceleration of delays in implementationof activities; and clarification of the unclear implementation of the plan.Monitoring shall be conducted periodically every 3 (three) months, 6 (six) monthsand annually. Meanwhile, the ex-ante, on-going and ex post evaluation process isconducted to know with certainty the level of results achievement, progress andconstraints encountered in the implementation of the development plan forsubsequent inputs to improve the implementation of the next development plan.In addition, monitoring is also an ongoing process by collecting information onwhat has been planned in a project, including the assumptions or external factorsand the side effects of the implementation of the project, whether positive ornegative. Monitoring is intended to assess whether the source of the project(input) will be implemented and used in producing the intended output.(Mohammad Muktiali, 2009)

Meanwhile, evaluation is the process of achieving objective assessment anddisclosure of program/ activity performance issues to provide feedback forimproving the quality of program/ activity performance. Evaluation will basicallyThis is related to the benefit of the evaluation itself that is able to identify theimpact of a project, so that its negative impact can be reduced and eveneliminated. The absence of an effective evaluation system on a project can resulta negative impact of the project being increased as it is unable to generate the

Page 64: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

expected returns. Monitoring and evaluation is a continuous process includingdata collection, process and selection of information on project implementation,progress achieved on the project to the impact and effects of the project.(Mohammad Muktiali, 2009)

Always innovate in production and apply social capital in developingbusiness and cooperate with business partners so that batik production businessbusiness can be developed, then social capital is emphasized so that entrepreneurshave wide network and partnership so that business business can grow and notstagnant. It is expected that the importance of social capital, innovation andcooperation is adopted by other SME entrepreneurs so that SME is ready to faceglobalization in the present era especially in ASEAN market. (Alief RakhmanSetyanto, 2015) This indicates that the SME in the development process requiressupport from various parties.

Research Method

This research uses a qualitative approach, where data collection is done byinterview, focus group discussion (FGD) and brainstorming. The data analysis isdone descriptively qualitative by collecting primary data from interview, groupdiscussion (FGD) and brainstorming as well as secondary data through literatureresearch.

Results and DiscussionInterviews, FGDs and brainstorming were conducted with sub-districtgovernments, Dinas Koperasi & UKM, banking, private companies andacademics who were often involved in activities undertaken by SME.Concluded from the expectations of SME’s actors, they need some of thefollowing programs, (Dewi Andriany, 2015):1. Provision of Training Institutions Program, which provide guidance in

managing the business (management)2. Provision of Marketing Institutions Program, one of them in the form of

cooperatives and integrated marketing system that provides the same price andquality of the same product.

3. Promotion Institution Provision Program, which is providing adequateshowroom, both offline and online, so that consumers in other parts of theregion know more about local SME’s products

4. Provision of Business Location Program, follow up from the provision ofshowrooms, by uniting the business location in one cluster

5. Procurement Program Technology, which has been realized by the DinasKoperasi & UKM by providing equipment, it's just not all SME’s gain access

6. Program of Capital Institution Provision, which has been realized by severalagencies (government and private), but not all SME’s get access

7. Raw Material Procurement Program, where SME players expect uniformity interms of raw material prices, ease of obtaining, and quality of guaranteed rawmaterials

8. Quality Monitoring Institute Program, which is expected to have uniformquality standards for the products

Page 65: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Responding to these expectations, agencies (government and private) andacademics consider it necessary to design a monitoring and evaluation system forthe SME’s development program. This monitoring and evaluation system willserve as a guideline for the implementation of the SME’s development program.Monitoring and evaluation system can be described as follows:

Figure 1. Monitoring and Evaluation System of SME’s Development Program

No

chan

geF

eed

Bac

k

Dinas Koperasi &UKM

Banking Private Enterprises

Monitoring &Evaluasi

SME(implementation)

AcademicsGuidelines for implementation,monitoring & evaluasi, reports

ReportIncrease/ stabil

Understand/ not Understand

Assistance formonitoring &

evaluation

Technicalassistance

Marketing & Promotion,Quality Monitoring

Funding

Training

Activityrecording

Indicator: sales target, product defect, produktion capasity, rawmaterial quality, time efficiency, marketing range, funding payback

Increasing

SME’s Development Progam(Coaching, Training, funding, marketing)

Page 66: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Dinas Koperasi dan UKM as representatives of government, Banking andprivate companies that will provide SME’s development program. In practice, theagency only provides programs without follow-through so as not to know thesuccess or failure of the program. For this reason, it is necessary to involvingacademics roles, who voluntarily do continuing implementation of the SME’sdevelopment program. But before, the academics have made the guidelines ofimplementation, monitoring & evaluation, reporting on the implementation of theprogram. Indicators of program successfull are formulated, in accordance withtheir applicability to SME.

In accordance with the results of Dewi Andriany's research, et al (2015)previously, there are some programs that are highly expected by SME in itsdevelopment, which in this case is summarized into training, technical guidance,capital assistance, marketing & promotion, quality monitoring. Where theprogram is the indispensable SME’s players in its development. The indicatorsused are: sales target, product defect, production capacity, raw material quality,time efficiency, marketing range, payback.

Monitoring and evaluation is intended to measure the success or failure ofthe SME’s development program. Therefore, this monitoring activity is carriedout during the program. This means that the guidelines to be compiled academicswill be socialized and given training to the SME, in addition to theimplementation of the academics will accompany. This is to keep theeffectiveness of its implementation maintained and achieve the level of success astargeted.

Conclussion

1. Monitoring and evaluation is a series of activities in SME’s developmentprogram and has a very important role to ensure the success of the program

2. Before SME’s development programs implemented, guidelines forimplementation, monitoring and evaluation and activity reporting should beformulated.

3. There is a link between the government (represented by the Dinas Koperasi &UKM), banking, private companies and academics, to ensure that thisdevelopment program is efficient and effective

Sugestion

1. Build a solid partnership between stakeholders2. Formulate guidelines for the SME’s development program

ReferencesAlief Rakhman Setyanto, dkk (2015). Kajian Strategi Pemberdayaan UMKM

Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan ASEAN (Studi KasusKampung Batik Laweyan). Etikonomi Volume 14 (2), Oktober , 205 – 220.

Zain, Y. dkk (-). Skema Pembiayaan Perbankan Daerah Menurut KarakteristikUMKM Pada Sektor Ekonomi Unggulan Di Sulawesi Selatan. Makassar:www.bi.go.id.

Page 67: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

Muktiali, M. ( 2009). Penyusunan Instrumen Monitoring Dan Evaluasi ManfaatProgram Pembangunan Di Kota Semarang . Riptek, Vol.3, No.2, , 11 - 20.

Dewi Andriany, dkk, 2015, Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif DalamMemberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan Untuk MemperbaikiTaraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Tidak Dipublikasi

Dewi Andriany, dkk, 2016, Pengembangan Model Pendekatan Partisipatif DalamMemberdayakan Masyarakat Miskin Kota Medan Untuk MemperbaikiTaraf Hidup, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, Tidak Dipublikasi

Page 68: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 5ARTIKEL ILMIAH

DITERBITKAN PADAJURNAL SPIRIT PRO PATRIA

Volume III Nomor 2, September 2017E-ISSN 2443-1532, P-ISSN 1412-0267 Page 120 - 131

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

Page 69: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 70: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 71: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 72: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 73: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 74: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 75: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 76: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 77: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 78: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 79: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 80: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 81: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 6

JURNAL INTERNASIONAL

Page 82: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 83: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 84: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 85: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 86: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …
Page 87: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …

LAMPIRAN 7

POSTER

Page 88: PENGEMBANGAN MODEL PENDEKATAN PARTISIPATIF …