PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2240/1/Lap... ·...
Transcript of PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2240/1/Lap... ·...
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
TEMATIK INTEGRATIF EKSTERNAL DAN INTERNAL
DI MADRASAH IBTIDAIYAH
Oleh : Fatchurrohman, M.Pd
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menemukan jaringan tema pembelajaran
tematik integratif eksternal di Madrasah Ibtidaiyah; 2) menemukan jaringan tema
pembelajaran tematik integratif internal di Madrasah Ibtidaiyah; 3) merumuskan
model RPP tematik integratif internal dan eksternal di Madrasah Ibtidaiyah; 4)
mengetahui efektivitas pembelajaran tematik integratif internal dan eksternal di
Madrasah Ibtidaiyah.
Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis Research and
Development (R&D), yaitu jenis riset yang dilakukan dengan mengembangkan
model yang sudah ada untuk menghasil model baru yang dianggap lebih efektif
Tahapan kerja dalam R&D ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Dick &
Lau Cerey.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1 ) penyebaran KD pada sub-sub
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah tidak
dapat masuk pada setiap tema pembelajaran yang disusun oleh Kementerian
Pendidikan Nasional karena squance bahasan pada mata pelajaran PAI di
Madrasah Ibtidaiyah berbeda dengan squance yang ada pada mata pelajaran
yang tercakup dalam tema-tema pembelajaran mata pelajaran lainnya; 2)
penyusunan jaringan tema integratif internal masih sulit dilakukan karena
masing-masing sub mapel PAI memiliki hirarchis pembahasan keilmuan yang
berbeda dengan sub mapel PAI lainnya, sehingga kalau dipaksakan justru tidak
nyambung; 3) dalam penyusunan RPP temaik integratif eksternal ini yang perlu
diperhatikan adalah pada bagian metode dan penilaian, di mana metode
pembelajaran PAI menuntut metode pembelajaran yang menekankan pada
pembentukan akhlaq al karimah, sedangkan evaluai pembelajarannya lebih
ditekankan pada penilaian aspek afektif bukan sekedar kognitif; 4) uji coba
terbatas, di kelas IV MI Mangunsari Kota Salatiga menunjukkan bahwa guru
kelas merasa nyaman dan cocok mengajar dengan model tersebut karena tidak
harus melakukan pergantian jam pelajaran dari tema biasa ke pembelajaran PAI.
Peserta didik juga senang mengikuti pembelajaran tersebut, sedangkan dilihat
dari hasil evaluasinya menunjukkan hasil yang baik.
Kata kunci : tematik integratif internal, integratif eksternal, scientific approach,
madrasah
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN
TEMATIK INTEGRATIF EKSTERNAL DAN INTERNAL
DI MADRASAH IBTIDAIYAH
Disusun Oleh :
Fatchurrohman, M.Pd
NIP. 197103092000031001
PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2 0 1 4
PENELITIAN UNGGULAN
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik karena dukungan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu perkenankanlah kami menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Mufiq, M.Phil selaku Kepala P3M STAIN Salatiga
3. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku konsultan penelitian
4. Bapak Agus Rahmat Yuwanta, S.Pd selaku Kepala MI Mangunsari, Salatiga
5. Ibu Khoriyatun Nikmah, S.Pd.I dan Ibu Dra. Nurul Aini, guru kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Mangunsari Salatiga
6. Seluruh informan yang telah memberikan informasi dan data apa adanya
yang kami perlukan dalam rangka kegiatan penelitian ini.
Akhirnya, kami berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi
semua pihak yang mempunyai kepedulian terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, terutama di Madrasah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, November 2014
Peneliti,
DAFTAR ISI
Hlm.
Halaman Judul ………………………………………………………................. i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………................. iii
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………........... 1
A. Latar Belakang ………………………………………........... 1
B. Objectives ………. …………………………………........... 3
C. Signifikansi …………………………………………............ 4
BAB II : KAJIAN TEORI …………………………………………. 5
A. Kajian Teori ……………….………………………………. 7
1. Integrasi Interkoneksi ………………………………….. 7
2. Pembelajaran Tematik Integratif ………………………. 9
3. Pendekatan Saintifik …………………………………… 46
4. Penilaian Otentik ………………………………………. 57
B. Kajian Pustaka ....................................................................... 77
BAB III : METODE PENELITIAN .................................................. 80
A. Jenis Penelitian ……………………..................................... 80
B. Tempat dan Waktu ………...………………………………. 83
C. Subjek Uji Coba Penelitian ………………………………… 84
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………. 84
E. Teknik Analisis Data ………………………………………. 85
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….. 86
A. Deskripsi Lokasi ...........................…………………............. 86
B. Paparan Data dan Pembahasan ............................................. 94
1. Tematik Integratif Eksternal ............................................ 94
2. Tematik Integratif Internal di Madrasah ......................... 181
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik
Integratif Eksternal ..........................................................
187
4. Ujicoba di lapangan ......................................................... 204
BAB V : KESIMPULAN .................................................................... 206
A. Kesimpulan ........................................................................... 206
B. Penutup ................................................................................. 207
Daftar Pustaka …………………………………………….................................. 208
Biodata Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perubahan Kurikulum Pendidikan Nasional tahun
2013, membawa konskwensi berbagai perubahan dalam dunia pendidikan di
Indonesia, khususnya dalam pembelajaran di kelas. Kalau Kurikulum
sebelumnya (2006) dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) lebih menekankan pada perluasan otoritas sekolah (guru) untuk
mengembangkan Kurikulum sesuai dengan keadaan sekolahnya dengan
tambahan penekanan pada pendidikan karakter (character education),
pendidikan nilai (values education); sedangkan Kurikulum 2013 ini adalah
based competence yang menekankan scientific approach dalam pembelajaran
dan dikembangkannya model pembelajaran tematik integratif untuk
pendidikan tingkat dasar.
Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan
bahwa pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi keragaman budaya lokal.
Pengembangan model pembelajaran tematik integratif pada pendidikan
pendidikan tingkat dasar dimaksudkan untuk membentuk peserta didik agar
memiliki cara pandang yang integral dalam memecahkan persoalan. Peserta
didik dilatih untuk melihat problem secara multiperspektif, bukan one
perspectif karena penyelesaian masalah melalui satu sudut pandang ternyata
menghasilkan keputusan yagn kurang arif dan bijak.
Kalau dikontekskan di Madrasah Ibtidaiyah, maka sebenarnya model
pembelajaran tematik integratif tesebut belum memadai, mengingat struktur
kurikulum di Madrasah Ibtidaiyah terdiri dari mata pelajaran umum dan
agama yang jumlahnya sama banyak. Pembelajaran tematik integratif yang
ada sekarang baru mengintegrasikan mata pelajaran-mata pelajaran umum
saja, sementara mata pelajaran agama berlum termasuk. Di sisi lain, panduan
pembelajaran agama yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan belum dikembangkan secara tematik namun masih pokok
bahasan-pokok bahasan. Jika demikian, maka kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan tentang pembelajaran tematik integratif di
tingkat pendidikan dasar kurang memadai karena hanya mengintegrasikan
mata pelajaran umum dengan mata pelajaran umum; padahal di Madrasah
Ibtidaiyah ada mata pelajaran umum dan agama.
Oleh karenanya untuk mewujudkan pembelajaran tematik integratif di
Madrasah Ibtidaiyah perlu dikembangkan pembelajaran tematik internal dan
eksternal. Pembelajaran tematik integratif internal yaitu pengintegrasian
beberapa sub mata pelajaran agama melalui satu tema pembelajaran;
sedangkan pembelajaran tematik integratif eksternal adalah pengintegrasian
mata pelajaran umum dan agama dalam satu tema pembelajaran.
Pengembangan pembelajaran tematik integrative internal perlu dikembangkan
manakala masih terjadi pemisahan pembelajaran antara mata pelajaran umum
dan agama di Madrasah Ibtidaiyah, namun jika keduanya „dilebur‟ maka yang
diperlukan adalah pengembangan pembelajaran integratif eksternal. Menurut
Husni Rahim (2001:141), pengintegrasian bidang mapel agama dan umum
tersebut di Madrasah mampu memberikan nuansa IPTEK yang agamis dan
performa agama yang akademis yang mewujud dalam perilaku peserta didik
sebagai wujud penghayatan terhadap Keagungan Allah SWT. Dengan bahasa
lain, John F. Haught (2004:10) menyatakan bahwa peleburan antara sains dan
agama merupakan upaya manusia untuk menemukan kesatua pemahaman
terhadap dunia.
Pengembangan pembelajaran integrtif internal dan eksternal ini sangat
diperlukan di Madrasah Ibtidaiyah dalam rangka mewujudkan kesatuan
keilmuan yang selama ini dianggap terpecah, yaitu ilmu agama dan ilmu
umum, sehingga dapat meluruskan cara pandang sebagian masyarakat muslim
yang masih dikhotomik terhadap ilmu; sedangkan secara ekstern, penyatuan
kajian keilmuan integratif ini diperlukan dalam rangka memperkuat „daya
saing‟ generasi muslim dengan yang lainnya dalam percaturan global. Selain
itu, dalam pertemuan Asosiasi PGMI Nasional pada tanggal 20-22 September
2013 di Hotel Royal Orchid Garden Kota Batu Malang, dimunculkan gagasan
kemungkinan perlunya dikembangkan pembelajaran tematik integratif
internal dan eksternal di Madrasah Ibtidaiyah.
B. Objective
Kajian ini difokuskan pada pengembangan panduan dan uji coba
pembelajaran tematik integratif internal dan eksternal di Madrasah Ibtidaiyah
melalui scientific approach agar selanjutnya dapat dijadikan acuan bagi para
pengelola dalam mengembangkan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah.
Dalam hal ini ada beberapa persoalan yang dijawab melalui kajian ini:
1. Bagaimana jaringan tema pembelajarantematik integratif eksternal (mapel
agama dan umum) di Madrasah Ibtidaiyah?
2. Bagaimana jaringan tema pembelajaran tematik integratif internal (Fiqh,
Tarih, Aqidah, Akhlaq dan al Qur‟an Hadits) di Madrasah Ibtidaiyah?
3. Bagaimana model RPP tematik integratif internal dan eksternal di
Madrasah Ibtidaiyah?
4. Bagaimana efektivitas pembelajaran tematik integratif internal dan
eksternal di Madrasah Ibtidaiyah dengan menggunakan pendekatan
saintifik?
C. Signifikansi
1. Bagi Madrasah
Selama ini, Madrasah diidentikkan dengan sekolah agama yang
hanya menekankan pembelajaran agama di sekolah, padahal tidak
demikian. Dalam SKB tiga menteri nomor 6 tahun 1975 disebutkan
bahwa Madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan pelajaran
agama sebagai dasar di samping mata pelajaran umum. Kajian seperti ini
sangat diperlukan bagi upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan
Islam khususnya Madrasah Ibtidaiyah melalui penguatan mata pelajaran
umum dan agama secara berimbang.
2. Bagi STAIN
Kajian pengembangan pembelajaran tematik integratif internal dan
eksternal di Madrasah Ibtidaiyah sangat relevan dengan dinamika STAIN
Salatiga saat ini yang sedang melakukan „pemekaran‟ kajian keilmuan,
dari satu faculty menjadi beberapa faculty, dari satu rumpun keilmuan ke
beberapa rumpun keilmuan. Kajian pengembangan eksperimentatif yang
melibatkan berbagai rumpun keilmuan ini merupakan bentuk nyata dari
pemekaran kajian keilmuan tersebut.
3. Bagi Kementerian Agama
Bagi Kementerian Agama, bidang Mapenda khususnya, hasil
kajian ini sangat relevan bagi upaya peningkatan mutu Madrasah
Ibtidaiyah melalui pencarian format pembelajaran yang tepat. Selama ini,
Madrasah Ibtidaiyah (MI) selalu disamakan dengan Sekolah Dasar (SD)
dalam berbagai hal termasuk pembelajaran, padahal semestinya tidak
demikian. Keilmuan yang dikembangkan di MI jauh lebih luas
dibandingkan dengan SD, di mana muatan materi keagamaan yang luas
sebagai ciri khusus MI menuntut adanya model pembelajaran yang
berbeda pula tentunya. Apalagi mencuatnya semangat pengintegrasian
dari berbagai kalangan tentang keilmuan agama dan umum yang selama
ini dianggap terpisah, tentunya memerlukan model pembelajaran yang
berbeda pula.
Dengan demikian, hasil kajian pengembangan ini mungkin dapat
dijadikan sebagai tawaran model bagi Kemenag dalam rangka
menciptakan pembelajaran tematik integratif yang tepat bagi MI.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Integrasi Interkoneksi
Integrsi interkoneksi merupakan upaya mempertemukan antara
ilmu-ilmu agama (Islam) dan ilmu-ilmu umum (sain-teknologi-sosial
humaniora). Interaksi antara ketiga disiplin ilmu tersebut akan saling
memperkuat satu dan lainnya, sehingga bangunan keilmuan masing-
masing akan semakin kokoh (Fandy Saputra, 2013:1). Fenomena alam
yang terangkum dalam ilmu umum dapat ditemukan rujukannya di dalam
ilmu agama yang bersumber dari al Qur‟an, dan berita-berita yang
termaktub dalam al Qur‟an dapat dijumpai di alam yang dijelaskan
dengan science dan humaniora.
Integrasi dan interkoneksi ilmu agama dan science digambarkan
sebagai berikut.
(Sumber : diadopsi dari http://isic-suka.blogspot.com/2013/01pengertian-
integrasi-interkoneksi.html, diakses tanggal 21 Maret 2014 pukul 20.00
WIB)
Menurut Amin Abdullah (2013:11), dalam integrasi intekoneksi ini
masing-masing disiplin keilmuan masih tetap dapat menjaga identitas dan
eksistensinya sendiri-sendiri, namun terbuka untuk berdialog dan
berkomunikasi dengan disiplin keilmuan lain. Tidak hanya berdialog
secara internal (dalam satu rumpun keilmuan), namun juga secara
eksternal (antar rumpun keilmuan). Ilmu agama dan ilmu umum tidak bisa
saling menutup diri dari kontak antar satu dan lainnya, karena kontak dan
berkomunikasi dengan disiplin keilmuan lain justru akan menjadi
kekuatan yang sinergis antar keduanya.
Dalam perspektif teologis, menurut Hasan Hanfi (dalam
Abdurrahman Mas‟ud, 2002:45), Islam agama religion of nature yang
memandang integral antara ilmu agama dan ilmu alam, tidak ada
pemisahan. Semakin jauh para ilmuwan mendalami sain maka akan
memperoleh wisdom berupa philosophic perennis yang dalam filsafat
sering disebut dengan transcendence. Ilmu agama tidak bertentangan
dengan science karena ilmu agama terlahir dengan rasio dan rasio bekeja
dengan tata logika ilmiah.
Dengan bahasa lain, Ahmad Watik Pratiknya (1991:105)
menjelaskan cara pandang integratif keilmuan dengan bagan berikut.
Interpretasi Interpretasi
SAIN ILMU AGAMA
2. Pembelajaran Tematik Integratif
a. Pengertian
Istilah pembelajaran tematik sering disamakan dengan istilah
pembelajaran terpadu, sehinga dalam beberapa literatur para ahli
pendidikan sering menggunakan istilah keduanya secara interchangeable.
Pembelajaran tematik integratif adalah pembelajaran yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran untuk
mengembangkan aspek afektif, kongnitif, dan psikomotorik peserta didik
agar dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Istilah tematik
digunakan karena pembelajaran tersebut menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran, sedangkan istilah integratif merujuk
pada pengembangan seluruh totalitas diri anak yang mencakup aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Menurut Humpreys (dalam Trianto, 2010:79), pembelajaran terpadu
atau tematik adalah studi di mana peserta didik diberi kesempatan untuk
Kebenaran Hakiki (Allah SWT)
Fenomena Kauniyah Alam Semesta
Manusia Hewan-Tumbuhan
Fenomena Naqliyah (Wahyu) Al Qur’an
MANUSIA
mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang
berkaitan dan menjadi lingkungan mereka sebagai sumber belajar.
Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari aspek studi Matematika, Bahasa,
Ilmu Alam, Ilmu Sosial, Musik, Keterampilan, Olah raga, dan lainnya.
Istilah pembelajaran tematik terkadang juga dimaknai sebagai
pendekatan dalam pembelajaran (thematic approach), yaitu “...a way of
teaching and learning in such a way that many areas of the curriculum are
integrated and connected within a theme. It allows learning to be less
fragmented and more natural…”. Pendekatan tematik adalah suatu cara
belajar mengajar yang dilakukan dengan cara beberapa tema dalam
kurikulum diintegrasikan dan dihubungkan dengan suatu tema. Hal ini
untuk mengurangi pemisahan antara materi pelajaran dan pembelajaran
lebih alami karena memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.
b. Rasional
Ada dua alasan yang mendasari dikembangkannya model
pembelajaran tematik integratif, yaitu karakteristik peserta didik dan
alasan teoritik.
1) Karakteristik anak usia SD/MI
Pada masa sekolah dasar ini, karakteristik anak dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pada masa usia 6 – 7 tahun dan 8 – 10 tahun. Adapun
karakteristik masing-masing fase tersebut adalah sebagai berikut.
a) Karakter anak usia 6 – 7 tahun
Bagian ini akan mengurai tentang karakter anak usia 6 – 7 tahun,
dalam hal ini yang akan dibahas adalah ciri jasmani dan mentalnya.
Kedua hal tersebut perlu dipahami setiap pendidik yang berhadapan
dengannya agar dapat memperlakukannya secara tepat.
(1) Ciri-ciri jasmani
Ciri-ciri jasmani peserta didik kelas usia 6 – 7 tahun adalah:
(a) kordinator otot-otot kecilnya bertambah, meskipun kadang-
kadang terasa janggal; (b) masa pertumbuhannya lebih lambat,
anak perempuan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak
laki-laki; (c) tidak bisa diam, selalu bergerak; (d) senang membuat
sesuatu
(2) Ciri-ciri mental
Ciri-ciri mental anak usia 6 – 7 tahun atau kelas rendah
SD/MI adalah: (a) selalu ingin belajar; (b) menanyakan berbagai
hal; (c) konsep yang dimiliki masih dalam jangka waktu terbatas;
(d) memiliki berbagai variasi dalam membaca; (e) cenderung fokus
hanya pada satu atau dua hal dari isi cerita atau pengalaman yang
dialaminya; (f) jangka perhatian terbatas, antara tujuh sampai
sepuluh menit; (g) proses berpikirnya dalam
b) Karakter anak usia 8 – 10 tahun.
(1) Ciri-ciri fisik
Ciri-ciri fisik anak usia 8 – 10 tahun adalah: (a) aktif
mengembangkan kordinasi otot besar dan kecil; (b) kekuatannya
bertambah; (c) ingin menguasai keterampilan besar; (d) senang
olah raga dalam tim dan kegiatan-kegiatan atletik lainnya; (e)
mengikuti kata hati
(2) Ciri-ciri mental kognitif
Ciri-ciri mental kognitif meliputi: (a) selalu ingin belajar
hal-hal yang baru; (b) kemampuan untuk memahami pandangan
orang lain mulai berkembang; (c) mulai mengenal perasaan malu
dalam situasi-situasi tertentu;(d) pemahaman konsep berkembang
berdasarkan lingkungan sekitarnya; (e) keterampilan menulis dan
berbahasa terus berkembang; (f) dapat memahami lebih dari
seluruh gambar yang ada; (g) sangat kreatif dan senang
menemukan hal-hal yang baru; (h) sangat ingin tahu berbagai hal;
(i) mudah mengingat; (j) mengetahui tentang konsep benar dan
salah
(3) Ciri-ciri sosial emosional
Ciri-ciri sosial emosional yaitu: (a) lebih mengutamakan
teman-teman sebaya dalam kelompoknya; (b) pengaruh dari
kelompoknya sangat kuat; (c) lebih peka dalam memilih teman;
(d) umumnya mudah bergaul dan percaya diri; (e) perilaku
bersaing mulai berkembang; (f) peka untuk bermain jujur; (g)
memperhatikan perilaku dan perbuatan orang dewasa; (h)
kesadaran untuk berperilaku seperti orang yang berjenis kelamin
sama mulai berkembang; (i) mulai memisahkan diri dari keluarga,
dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang terpisah dari keluarga;
(j) selera humor berkembang; (k) mengalami rangkaian emosi :
takut – merasa bersalah – marah dan seterusnya; (l) mengetahui
peristiwa yang terjadi di sekitarnya, meskipun secara emosional
belum cukup dewasa untuk mengatasi akibat-akibatnya (Antony
dalam Trianto, 2010:19)
Anak pada usia 6 – 10 tahun pada umumnya berada pada
rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistic) sehingga pembelajarannya masih
mengandalkan pada benda-benda dan pengalaman empirik yang
dialaminya.
Berkait dengan perkembangan kognitif anak, Jean Piaget
(Jeanne, 2011:29) mengemukakan empat tahap perkembangan
kognitif individu, yaitu tahap sensori motorik, praoperasional,
operasional konkrit, dan operasional formal. Masing-masing
tahapan perkembangan kognitif anak tersebut tersebut dapat
dirangkum dalam tabel berikut.
Tahapan Usia Gambaran Kemampuan
Sensorimotor Sejak lahir – 2 tahun Skematanya sebagian besar
didasarkan pada persepsi dan
perilakunya. Khususnya pada
tahap awal, anak-anak tidak
dapat memahami sesuatu yang
baru yang tiba-tiba ada di
depannya, dan mereka fokus
dengan apa yang sedang ia
kerjakan dan lihat pada saat
itu.
Praoperasional Usia 2 – 6 atau 7 tahun Mengucapkan terima kasih,
adalah sebagian dari
perwujudan simbol
kemampuan berpikir mereka,
kini mereka dapat memahami
dan mengucapkan akan sesuatu
yang ada di depannya secara
mendadak. Namun mereka
belum mampu mengajukan
alasan yang logis sebagaimana
cara yang dilakukan orang
dewasa. Mampu menambah
kosa kata dengan cepat dan
mulai mengenal kalimat
berstruktur. Mampu berpikir
logis setelah usia 4 tahun dan
mulai mengenal prinsip-prinsip
logika
Operasi konkrit Usia 6 atau 7 – 11 atau 12
tahun
Mulai muncul berpikir logis
seperti orang dewasa namun
masih terbatas dalam
memberikan alasan yang
konkrit, situasi kehidupan
nyata. Mengakui bahwa
pemikirannya dan perasaannya
berbeda dengan orang lain,
namun dalam kenyataannya
belum mampu menunjukkan
perilaku pengakuan.
Operasi formal Usia 11 atau 12 tahun –
dewasa
Sudah mampu menggunakan
proses berpikir logis untuk
mengemukakan ide-ide yang
abstrak baik dalam situasi
nyata maupun objek yang
konkrit. Beberapa kemampuan
mulai muncul yang
merupakan dasar untuk
dikembangkan dalam
pembelajaran sain dan
matematika.
Perkembangan setiap individu melalui tahapan-tahapan tersebut,
dan tidak ada individu yang melewatinya. Tiap tahap ditandai dengan
munculnya kemampuan-kemampuan intelektual baru yang
memungkinkan individu memahami realitas dengan cara yang semakin
kompleks. Kecepatan perkembangan masing-masing individu
tergantung pada tingkat keaktifan anak dalam memanipulasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa lingkungan
anak sangat menentukan proses perkembangan kognitif anak.
Dalam terminologi Piaget, segala sesuatu yang diketahui dan
dilakukan anak diorganisir dalam schemes, yaitu semacam kelompok
kegiatan atau pemikiran yang digunakan secara terpisah dalam
merespons situasi lingkungan yang berbeda (Jeanne, 2011:28). Dalam
aktivitas berikutnya, individu mempelajari sesuatu melalui proses yang
disebut asimilasi dan akomodasi, asimilasi terkait dengan objek atau
peristiwa yang ada dikaitkan dengan scheme yang telah ada pada
individu. Namun terkadang individu tidak dengan mudah
menghubungkan antara situasi yang ada dengan scheme yang telah
dimilikinya, maka individu kemudian memodifikasi scheme yang ada
dengan objek atau peristiwa yang lain yang sudah ada yang ada
hubungannya. Proses pemulihan keseimbangan antara pemahaman yang
ada dengan pengalaman-pengalaman baru disebut proses equilibrasi.
Menurut Piaget, pembelajaran tergantung pada proses ini, di mana saat
keseimbangan terjadi anak memiliki kesempatan untuk bertumbuh dan
berkembang. Guru dapat menciptakan situasi yang tidak seimbang dan
nantinya dapat menimbulkan anak untuk bertanya karena
keingintahuannya (Trianto, 2010:16).
Pada tahap operasional konkrit (6 atau 7 – 11 atau 12 tahun),
Piaget mengatakan bahwa proses kemampuan berpikir mereka mulai
terorganisir menjadi suatu sistem yang lebih luas, mereka mulai mampu
berpikir realistik, logik, mampu share dengan yang lain dan lebih
mencerminkan pendapat pribadi dari pada kenyataan yang
sesungguhnya. Mereka juga suka memamerkan kemampuan mereka
seperti membuat kelompok-kelompok inklusif (Jeanne, 2011:31).
Operasi adalah hubungan-hubungan logis antara konsep-konsep atau
skema-skema, sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang
difokuskan pada objek-objek dan peristiwa nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang terukur (Desmita, 2010:156).
Perkembangan kemampuan memori individu pada usia ini tidak
jauh berbeda dengan fase sebelumnya, yaitu memori jangka pendek
sekitar 15 hingga 30 detik individu mampu menyimpan informasi
dengan asumsi tanpa pengulangan. Mereka juga memiliki kemampuan
rekognisi yaitu suatu kesadaran bahwa suatu objek atau peristiwa itu
sudah dikenalnya atau pernah dipelajari pada masa lalu namun kurang
mampu merecall, yaitu proses memanggil atau mengingat kembali
dalam ingatan sesuatu yang pernah dipelajari. Namun demikian, mereka
telah mampu menggunakan memory strategy, yaitu perilaku yang
disengaja untuk mengingat kembali memori yang dimiliki (Desmita,
2010:158).
Menurut Matlin (Desmita, 2010:159-160), ada empat memory
strategy yang penting, yaitu rehearsal, organization, imagery dan
retrieval. Rehearsal (pengulangan) adalah strategi meningkatkan
memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi setelah
informasi tersebut diterima. Organization (organisasi) merupakan cara
membangkitkan memori dengan melakukan pengkategorian dan
pengelompokan sesuai dengan kemiripan karakteristik. Imagery
(perbandingan) merupakan tipe dari karakteristik pembayangan
individu melalui pembandingan. Yuille dan Catchpole menyatakan
bahwa memori anak-anak kelas satu sekolah dasar meningkat setelah
mereka dilatih membentuk perbandingan interaktif. Retrieval
(pemunculan kembali) adalah proses mengeluarkan atau mengangkat
informasi dari memori anak dengan isyarat. Keberhasilan penerapan
memory strategy tersebut akan dipengaruhi oleh faktor usia, sikap,
motivasi kesehatan, dan pengetahuan anak sebelumnya.
Pada masa ini, individu mulai bergeser dari sekedar menamai,
mengelompokkan benda-benda menuju pada kemampuan dalam
mengorganisasi dan menghubungkan sifat-sifat benda. Dengan
memberi kesempatan melalui persentuhan dengan benda-benda konkrit
dalam pembelajaran, individu pada tahap operasional konkrit mulai
untuk mengorganisasikan penyelidikan-penyelidikan dalam kelas-kelas
dan variabel, mengukur variabel secara bermakna, dapat memahami dan
mencatat data pada tabel, membentuk dan memahami hubungan
sederhana, menggunakan apa yang mereka ketahui untuk membuat
inferensi langsung dan prediksi serta menggeneralisasi suatu gejala dari
pengalaman yang mereka jumpai (Depdiknas, 2002:11). Namun
demikian, walaupun individu pada fase operasional konkrit ini mampu
menujukkan beberapa kemampuan berpikir logisnya, perkemangan
kognitif mereka belum sempurna. Dia masih mengalami kesulitan
dalam memahami ide-ide abstrak (Jeanne, 2011:32).
Piaget yakin bahwa pengalan-pengalaman inderawi dan
manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan
perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial
dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi,
membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya dapat membuat
pemikiran itu menjadi semakin logis. (Trianto, 2010:17)
c. Landasan Teoritik
Pengembangan pembelajaran tematik integratif di sekolah
didasarkan pada beberapa teori psikologi belajar, yaitu teori perkembangan
Jean Piaget, teori belajar Konstruktivisme, teori belajar Vygotski, teori
belajar Bandura, dan teori belajar Bruner (Trianto, 2010:101). Masing-
masing teori tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Dalam pandangan Piaget, anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Setiap
anak memiliki struktur kognitif yang berbeda-beda dalam memahami
lingkungan sekitarnya. Pemahaman individu terhadap objek di
lingkungan sekitar melalui proses asimilasi (menghubungkan
pengetahuan tentang objek dengan konsep yang sudah ada dalam
pikiran) dan akomodasi (proses pemanfaatan konsep dalam pikiran
untuk memahami objek). Jika keduanya dapat berlangsung terus
menerus maka akan terjadi keseimbangan (equilibration) antara konsep
lama dan pemahaman yang baru (Gredler, 1991:311)
Piaget mengemukakan tahapan-tahapan perkembangan kognitif
pada individu. Pada anak usia sekolah dasar, tahap perkembangan
kognitif berada pada operasi konkrit. Perilaku belajar yang muncul pada
fase tersebut adalah: 1) mulai memandang realitas secara objektif; 2)
mulai berpikir oprasional untuk mengklasifikasikan objek-objek yang
ada di sekitarnya; 3) mulai menggunakan prinsip-prinsip logika ilmiah
yang sederhana; 4) memahami konsep volume, substansi, zat cair,
padat, panjang, lebar, luas, berat.
Melihat perilaku belajar anak usia sekolah dasar sebagaimana
tersebut di atas, maka kecenderungan belajar anak-anak usia sekolah
dasar adalah konkrit, integratif, dan hirarkhis. Konkrit mengandung
makna bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan menghadirkan benda-
benda konkrit yang ada di sekitarnya yang dapat dilihat, diraba, dicium,
didengar. Integratif berarti pembelajaran disajikan dalam satu keutuhan,
tidak dipisah-pisah dalam berbagai disiplin ilmu. Hirarkhis berarti anak
belajar mengikuti alur-alur yang bertahap, dari yang mudah menuju
yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks. Oleh karenanya
dalam menyusun materi untuk anak usia sekolah dasar harus
memperhatikan urutan logis, keterkaitan antar materi, keluasan dan
kedalamannya.
2) Teori Belajar Konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan merupakan hasil
dari konstruk kognitif dalam diri individu. Pengetahuan tidak dapat
terlepas dari subjek yang bersangkutan. Pengetahuan merupakan
konstruk manusia melalui pengalaman yang dimilikinya. Pengetahuan
akan selalu berkaitan dengan pengalaman yang dimilikinya akan
kehidupan di dunia, namun bukan dunia itu sendiri. Oleh karenanya,
tanpa pengalaman seseorang tidak akan memiliki pengetahuan
(Sriyanti, dkk.,, 2009:71).
Menurut Slavin (dalam Trianto, 2010:110), satu prinsip
pembelajaran yang terpenting dalam teori konstruktivisme ini adalah
bahwa guru dalam mengajar tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada peserta didik (transfer of knowledge). Peserta didik
harus diajak bersama-sama membangun pengetahuannya melalui
pengalaman empirik. Guru harus memberikan segala kemudahan bagi
pesrta didik dalam proses menemukan (inquiry) pengetahuan,
mempraktikkan ide-ide mereka sendiri dan memberi kesempatan
peserta didik untuk mengembangkan strategi pembelajarannya sendiri.
Guru hanya menunjukkan jalan berpikir yang benar dan mempersilakan
para peserta didik untuk menapakinya agar mencapai tangga berpikir
yang tinggi.
Kaum konstrtuktivis berpandangan bahwa satu-satunya media
yang tersedia bagi individu untuk mengetahui dan mengembangkan
pengetahuan pada diri individu adalah inderanya. Individu dapat
berinteraksi denga lingkungannya melalui inderanya, melihat,
mencium, mendengar, menjamah dan merasakannya. Interaksi individu
melalui inderanya dengan dunianya akan membentuk pengetahuan pada
masing-masing individu.
Menurut Suparno (dalam Triyanto, 2010:111), dalam konteks
pembelajaran, ada beberapa prinsip pembelajaran yang disarikan dari
pandangan para konstruktivis yaitu:
a) pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik melalui
keaktivannya
b) dalam proses kegiatan pembelajaran, kegiatan ditekankan pada
peserta didik
c) guru mengajar hakekatnya adalah membantu peserta didik dalam
menemukan pengetahuan
d) pembelajaran lebih menekankan prosesnya, bukan sekedar hasil
e) kurikulum didesain yang sedemikian rupa yang memberi
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik untuk
berpartisipasi aktif
f) peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
3) Teori Belajar Vigotsky
Menurut Vigotsky (Trianto, 2010:112), pembelajaran akan terjadi
apabila peserta didik bekerja atau mengerjakan tugas-tugas yang belum
pernah dipelajari namun masih dalam radius kemampuannya yang
disebut zone of proximal development, yaitu perkembangan individu di
atas sedikit dari saat ini. Ketika seorang guru memberi tugas kepada
peserta didik, pastikan peserta didik telah memiliki bekal pengetahuan
sebagai prasarat untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut. Vigotsky
meyakini bahwa kemampuan mental individu yang lebih tinggi akan
muncul melalui interaksi atau percakapan antar individu.
Satu hal yang terpenting dari Vigotsky adalah scaffolding, yaitu
memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal
perkembangan kemudian lama-kelamaan anak tersebut dapat
mengambil alih tanggung jawab tersebut dan mampu mengerjakan
sendiri dengan sempurna. Bantuan dari orang dewasa tersebut berupa
dorongan, langkah-langkah problem solving, memberikan contoh yang
nyata sehingga memungkin anak tersebut dapat memecahkan masalah
yang diberikan kepadanya (Trianto, 2010:112).
4) Teori Belajar Bandura
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bandura sering dikenal
dengan teori imitasi, yaitu perilaku individu terbentuk melalui proses
peniruan terhada perilaku orang lain yang kemudian dimantapkan
dengan cara menghubungkan peniruan tersebut dengan pengalaman
dirinya. Proses belajar dalam pandangan teori Bandura terjadi melalui
beberapa cara, yaitu imitasi, identifikasi dan belajar model, yaitu orang
yang ditiru dan diikuti perilakunya (Sriyanti, dkk.,, 2009:104)
Menurut Bandur ada empat fase pemodelan, yaitu fase atensi, fase
retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi (Gredler, 1991:391). Fase
atensi adalah fase di mana individu memparhatikan model yang
menarik, populer, dan dikagumi. Dalam konteks pembelajaran guru
harus mampu menampilkan diri sebagai model bagi pesera didiknya.
Fase retensi adalah fase pengkodean dan penyimpanan tingkah laku
model dalam memori individu. Pengkodean adalah proses pengubahan
pengalaman yang diamati menjadi kode yang disimpan dalam memori.
Fase reproduksi adalah fase di mana kode yang disimpan dalam memori
dikeluarkan untuk membimbing pembentukan perilaku yang baru pada
individu. Perilaku baru yang muncul merupakan perpaduan antara kode
dalam memori dan pengalaman individu. Fase motivasi adalah fase di
mana individu yang bersangkutan berusaha kuat untuk mewujudkan
perilaku sebagaimana model yang disaksikan, individu sangat
termotivasi untuk menirunya. Dalam konteks pembelajaran di kelas,
guru harus mampu memberi motivasi melalui pujian, hadian atau nilai.
5) Teori Belajar Bruner
Teori belajar Bruner dikenal dengan teori belajar inquiry, yaitu
model pembelajaran yang menekankan pemahaman tentang ide kunci
materi pembelajaran dari suatu materi ajar yang sedang dipelajari,
pentingnya belajar aktif sebagai dasar untuk memahami materi yang
sebenarnya. Menurut Bruner, belajar akan lebih bermakna bagi peserta
didik jika mereka mampu memusatkan perhatiannya pada struktur
materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, peserta
didik harus aktif dalam mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci
dari pada hanya sekedar menerima pejelasan dari guru (Trianto,
2010:115).
Aplikasi konsep Bruner ini dalam pembelajaran menurut
Woolfolk adalah: 1) memberikan contoh yang berbeda dengan contoh
dari materi yang baru saja diajarkan; 2) membantu peserta didik
mencari hubungan antar konsep; 3) mengajukan pertanyaan kreatif dan
memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk
menemukan jawabannya; 4) mendorong peserta didik untuk membuat
dugaan yang bersifat intuitif..
d. Karakteristik
Ada berberapa karakteristik dalam pembelajaran tematik
integratif, yang tentunya menjadi kekhususan dari pembelajaran tematik
integratif itu sendiri. Karakteristik tersebut adalah: 1) berpusat pada
peserta didik; 2) memberikan pengalaman langsung; 3) tidak terjadi
pemisahan mata pelajaran; 4) menyajikan konsep yang terpadu dari
berbagai mata pelajaran; 5) bersifat fleksibel; 6) proses pembelajaran
mudah disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik; 7)
menggunakan prinsip pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Pembelajaran tematik integratif menjadikan peserta didik sebagai
pusat segalanya, artinya berbagai keputusan yang diambil guru terkait
dengan pembelajaran, misalnya pemilihan media, metode, organisasi
materi, organisasi kegiatan pembelajaran, bahasa pengantar yang
digunakan harus didasarkan pada keadaan dan untuk peserta didik.
Dalam hal demikian, guru adalah sebagai pelayan (servant) bagi
pemenuhan kebutuhan petumbuhan dan perkembangan peserta didik.
Dalam memberikan leyanan kepada peserta didik guru mengajak
mereka untuk melakukan kegiatan praktik langsung di lapangan,
sehingga peserta didik memiliki pengalaman empirik. Kegiatan
pembelajaran diupayakan semaksimal tidak lagi dikembangkan hanya
simulasi dan contoh yang verbalis, peserta didik hanya diajak meyakini
kebenaran yang tertuang di dalam buku teks ajar, namun peserta didik
diajak melihat, mendengar, meraba bukti-bukti empirik kebenaran yang
tertuang di dalam buku teks. Pengalaman langsung ini diberikan kepada
peserta didik agar mereka mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka
melalui sentuhan pengalaman di dunia nyata.
Pengalaman langsung peserta didik di lapangan tersebut dapat
berupa pengalaman untuk mengenali dan memecahkan masalah sosial
atu lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal ini, guru menuntun
peserta didik untuk belajar menyelesaikan masalah melalui sudut
pandang yang beragam, misalnya sudut pandang ilmu alam, ilmu sosial,
ilmu agama dan lainnya. Dengan cara demikian, peserta didik akan
terbiasa memandang dan menyelesaikan berbagai persoalannya dengan
multi perspective. Cara demikian secara otomatis tidak memecah-
mecah atau mengkotak-kotakkan keilmuan (materi ajar) secara ketat,
karena pada kenyataan hidup, individu selalu menggunakan berbagai
ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah
secara bersamaan.
Pembelajaran tematik integratif memiliki karakter fleksibel,
artinya pemilihan materi dan kegiatan pembelajaran tidak terpadu pada
ketentuan yang termaktub dalam buku teks ajar peserta didik. Guru
bersama peserta didik dapat merubah tema dan kegiatan pembelajaran
pada hari itu manakala dipandang tidak bermakna, tidak menarik dan
ada tema dan kegitan yang lebih menarik bagi mereka. Perubahan tema
dan kegitan ini dapat dilakukan dengan memperhatikan: a) minat dan
kebutuhan peserta didik; b) keadaan lingkungan sekitar; c) ketersediaan
daya dukung pembelajaran di sekolah; d) kebermaknaan atau
kemanfaatan materi pembelajaran bagi peserta didik.
Dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran bersama peserta
didik, guru senantiasa menekankan pembelajaran aktif yang
menyenangkan. Pembelajaran aktif dilakukan oleh guru dengan cara
melibatkan seluruh indera didik dalam kegiatan pembelajaran, baik
pendengaran, penglihatan, kinestetik dan aktivitas pikiran. Kegiatan
pembelajaran aktif juga dicapai melalui keaktivan individual dan kerja
kolektif.
Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (funny
learning) dilakukan guru melalui variasi metode dan media
pembelajaran serta penciptaan hubungan yang hangat dalam kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan memungkin peserta
didik mampu menangkap konten pembelajaran dengan baik, karena
dalam suasana yang menyenangkan individu akan mampu
mengoptimalkan kerja memorinya dengan baik. Selain itu, kegiatan
pembelajaran menyenangkan merupakan upaya mengaktifkan kerja
otak kanan yang akan mampu mendukung daya tahan konsentrasi otak
kiri. Beberapa ahli psikologi menuturkan bahwa jika peserta didik
diaktifkan kedua belahan otaknya, yaitu otak kanan dan otak kiri maka
akan mampu mempertahankan waktu dan daya konsentrasi mereka.
e. Prinsip-prinsip dasar
Dalam mengembangkan pembelajaran tematik integratif di kelas,
ada beberapa prinsip dasar yang mesti diperhatikan yaitu: 1) bersifat
kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan; 2) bentuk belajar
dirancang agar siswa menemukan tema; dan 3) efisiensi
(Yuswadiwijaya, 2013:2). Masing-masing prinsip dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format
keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan
kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan
memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan
sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.
2) Bentuk belajar harus dirancang agar siswa menemukan tema.
Agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan
tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam
melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu
menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa,
lingkungan atau pengalaman yang dialami siswa.
3) Efisiensi
Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam
segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang
otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.
f. Implikasi
Implikasi penerapan pembelajaran tematik integrarif dirasakan
oleh seluruh komponen pokok dalam aktivitas pendidikan baik
terhadap guru, peserta didik, sumber dan media belajar, sarana
prasarana, maupun pengaturan ruang kelas. Masing-masing harus
dikondisikan dalam keadaan yang semestinya, agar pembelajaran
tematik integratif dapat mencapai tujuannya secara maksimal.
1) Implikasi terhadap guru
Guru harus kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman
belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata
pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna,
menarik, menyenangkan dan utuh
2) Implikasi terhadap peserta didik
Beberapa implikasi pembelajaran tematik integratif pada peserta
didik adalah:
a) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang
dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara
individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
b) Bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok,
mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah
3) Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber, dan media
pembelajaran
Beberapa implikasi pembelajaran terhadap sarana prasarana,
sumber dan media belajar adalah:
a) Memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
Untuk dapat mengembangkan pembelajaran tematik integratif
secara optimal diperlukan kecukupan sarana dan prasarana pembelajara.
Tanpa dukungan sarana dan prasana yang cukup, maka guru juga akan
mengalami kesulian dalam mengajar.
Jika sekolah tidak mampu memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana pembelajaran, maka guru dapat memanfaatkan sarana dan
prasarana pembelajaran alam yang ada diluar kelas, misalnya
lingkungan, kebun sekolah, taman sekolah, fasilitas umum seperti
kantor kelurahan, pasar, tempat ibadah, pabrik, super market dan sarana
lain yang relevan dengan tema pembelajaran.
Dalam memanfaatkan sarana pembelajaran di luar kelas, yang
terpenting dilakukan guru adalah kerja sama dengan pihak-pihak
terkait. Sekolah perlu mengembangkan kemitraan yang lebih luas
dengan berbagai pihak yang memiliki daya dukung terhadap kegiatan
pembelajaran di sekolah, baik langsung maupun tak langsung.
b) Memanfaatkan berbagai sumber belajar
Sumber belajar merupakan tempat dimana guru mengambil materi
pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Sumber
belajar dapat berupa makhluq hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan
dan makhluq tak hidup seperti buku, majalah, lingkungan a biotik,
artikel dan lainnya.
Dalam mengambil sumber belajar, guru harus mengeksplore
sumber belajar sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber agar
memperkaya informasi yang akan dihadirkan dalam pembelajaran di
kelas. Selama ini terkadang guru masih tepaku pada sumber belajar dari
buku teks, padahal informasi di dalamnya sangat singkat dan terbatas.
Dalam pembelajaran tematik integratif diperlukan kreativitas dan
keberanian guru untuk „keluar kelas‟ bersama peserta didik untuk
menemukan dan mengkaji sumber belajar yang primer atau otentik,
yaitu sumber belajar yang berupa benda atau keadaan yang senyatanya,
bukan hasil kajian orang atas benda atau keadaan tersebut. Misalnya :
masyarakat, lingkungan alam dan sejenisnya.
Guru harus berupaya untuk meminimalisir penggunaan buku tesk
sebagai sumber belajar, karena buku tersebut dapat dikategorikan
sebagai sumber sekunder. Kalaupun guru masih menggunakan buku
teks sebagai sumber belajar, maka buku teks harus ditempatkan sebagai
doxa yang memiliki kebenaran sementara. Dengan demikian, guru
bersama peserta didik masih memiliki peluang untuk mengkritisi dan
mengoreksi kebenaran isi buku tersebut berdasar penemuan terbaru atas
kebenaran yang tercantum di dalamnya.
c) Mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi
Media pembelajaran memiliki peran penting dalam pembelajaran
tematik integratif. Dalam memilih media pembelajaran, prioritas
pertama yang dipilih adalah benda nyata atau situasi nyata yang
memungkinkan peserta didik melihat, mendengar, merasakan keadaan
yang senyatanya. Cara demikian untuk mengantarkan peserta didik
memiliki pengetahuan yang otektik, original.
Jika guru mengalami kesulitan dalam menemukan benda nyata
maka urutan prioritas pemilihan media pembelajaran adalah: 1) benda
nyata; 2) benda mitasi, tiruan, miniatur; 3) film slide; 4) gambar. Guru
harus berusaha untuk dapat menghadirkan media sesuai dengan urutan
prioritas tersebut.
Selain memperhatikan urutan prioritas tersebut, guru juga harus
menghadirkan media yang variatif dalam kegiatan pembelajarn sesuai
dengan tema pembelajaran. Variasi penggunaan media pembelajaran ini
dapat berfungsi untuk: 1) memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif
dalam kegiatan pembelajaran; 2) memperluas wawasan peserta didik
terhadap konten materi ajar; 3) melatih peserta didik untuk selalu
kreatif; 4) memperdalam pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran.
d) Masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk
masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk
menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang
terintegrasi.
4) Implikasi terhadap pengaturan ruang kelas
Beberapa implikasi pembelajaran terhadap pengturan ruang kelas
adalah:
a) Ruang kelas perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang
dilaksanakan.
Pengembangan pembelajaran tematik integrtif menuntut dinamika
penataan ruang kelas. Ada dua cara menata ruang kelas: 1) kelas ditata
sedemikian rupa setiap pertemuan sesuai dengan tema pembelajaran; 2)
kelas dibuat tematik, kelas ditata secara permanen sesuai dengan tema-
tema pembelajaran. Tentunya kedua model penataan kelas tersebut
memiliki kelebihan dan kurangan.
Dalam menata ruang kelas yang paling penting adalah disesuai
dengan tema pembelajaran, kemampuan dan keadaan lingkungan
sekolah.
b) Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan
dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Pengubahan susunan bangku tempat duduk peserta didik ini
dimaksudkan agar peserta didik dapat melakukan aktivitas secara
leluasa sesuai dengan tema pembelajaran.
c) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di
tikar/karpet
d) Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas
e) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya
peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
f) Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga
memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya
kembali.
5) Implikasi terhadap pemilihan metode
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai variasi
metode yang menyenangkan. Satu hal yang pelu diperhatikan dalam
pemilihan dan pengembangan metode pembelajaran adalah guru harus
memilih metode pembelajaran yang memungkinkan keterlibatan penuh
peserta didik dalam pembelajaran agar mereka mampu menemukan dan
mengkonstruk sendiri pengetahuannya menjadi pengetahuan yang
bermakna.
Dalam hal ini, kita tidak bisa menyebut nama metode
pembelajaran karena pada hakekatnya metode pembelajaran tersebut
memiliki karakteristik masing-masing dan efektivitasnya sangat
tergantung pada pemakai. Metode apapun dapat dipakai dalam
pembelajaran tematik integratif, yang penting bagaimana dengan
metode tersebut peserta didik dapat mengkonstruk pengetahuannya
melalui kegiatan ilmiah dalam suasana yang fun.
Guru dapat memilih metode pembelajaran yang digolongkan
tradisional, misalnya ceramah interaktif, tanya jawab, resitasi, drill,
study tour, bermain peran, eksperimen, diskusi, dan sejenisnya; atau
menggunakan metode pembelajaran aktif sebagaimana dikembangkan
oleh Mell Silberman, misalnya jigzaw, team quiz, meeting the guest,
critical incident, active knowledge sharing, every one is a teacher here,
questions students have, critical video, debate active, reading aloud,
dan sejenisnya.
Sebagai guru harus mampu menempatkan pemahaman secara
proporsional tentang metode pembelajaran. Satu pernyataan yang perlu
dipahami adalah bahwa tidak ada metode pembelajaran yang terbaik
atau terjelek; baik dan tidaknya metode tergantung ketepatan
penggunaannya.
g. Model Pembelajaran Tematik Integratif
Menurut Fogarty (Trianto, 2010:41) ada sepuluh model
pembelajaran terpadu, yaitu: (1) the fragmented model (model
tergambarkan); (2) the connected model (model terhubung); (3) the
nested model (model tersarang; (4) the sequenced model (model
terurut); (5) the shared model (model terbagi); (6) the webbed model
(model terjaring); (7) the threaded model (model tertali); (8) the
integrated model (model terpadu); (9) the immersed model (model
terbenam); (10) the networked model (model jaringan). Masing-masing
model tersebut dapat diuraikan secara singkat dalam tabel berikut.
Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Fragmented
(keterpisahan)
Berbagai disiplin
ilmu yang berbeda
dan saling terpisah
Adanya kejelasan
dan pandangan
yang terpisah
dalam suatu mata
pelajan
Keterhubungan
menjadi tidak
jelas, lebih
sedikit transfer
pembelajaran
Connected
(keterhubungan)
Topik-topik dalam
satu disiplin ilmu
berhubungan satu
sama lain
Konsep-konsep
utama saling
terhubung,
mengarah pada
pengulangan,
rekonseptualisasi,
dan asimilasi
gagasan-gagasan
Disiplin-disiplin
ilmu tidak
berkaitan,
konten tetap
terfokus pada
satu disiplin
ilmu
dalam suatu
disiplin ilmu
Nested
(sarang)
Keterampilan-
keterampilan
sosial, berpikir
konten dicapai
salah satu mata
pelajaran
Memberi
perhatian pada
berbagai mata
pelajaran yang
berbeda dalam
waktu yang
bersamaan,
memperkaya dan
memperluas
pembelajaran
Peserta didik
kebingungan
dan kehilangan
arah mengenai
konsep-konsep
utama dari suatu
kegiatan
pembelajaran
Sequenced
(satu rangkaian)
Persamaan-
persamaan yang
ada diajarkan
secara bersamaan
meskipun
termasuk ke dalam
mata pelajaran
yang berbeda
Memfasilitasi
transfer
pembelajaran
melintasi beberapa
mata pelajaran
Membutuhkan
kolaborator
yang terus
menerus dan
kelenturan yang
tinggi karena
para guru
memiliki
otoritas dalam
merancang
kurikulum
pembelajaran
Shared
(terbagi)
Perencanaan tim
dan atau
pengajaran yang
melibatkan dua
disiplin ilmu
difokuska pada
konsep,
keterampilan, dan
sikap
Terdapat
pengalama-
pengalaman
pembelajaran
bersama dengan
dua guru dalam
satu tim akan lebih
berkolaborasi
Membutuhkan
waktu,
kelenturan,
komitmen, dan
kompromi
Webbed
(Jaring laba-laba)
Pengajaran
tematik
menggunakan satu
tema sebagai dasar
pembelajarn
berbagai disiplin
mata pelajaran
Dapat memotivasi
peserta didik,
membantu mereka
untu dapat melihat
keterhubungan
antar gagasan
Tema yang
digunakan harus
dipilah baik-
baik secara
selektif agar
bermakna bagi
peserta didik
dan sesuai
dengan konten
mapel Threaded
(dalam satu ukur)
Keterampilan-
keterampilan sosial,
berpikir, berbagai
Peserta didik dapat
mempelajari cara
mereka belajar,
Disiplin-disiplin
ilmu yang
bersangkutan
jenis kecerdasan,
dan keterampilan
belajar direntangkan
melalui berbagai
disiplin ilmu
memfasilitasi
transfer
pembelajaran
berikutnya
tetap terpisah satu
sama lainnya.
Integrated
(terpadu)
Dalam berbagai
prioritas yang saling
tumpang tindih
dalam berbagai
disiplin ilmu, dicari
keterampilan,
konsep, dan sikap
yang sama
Mendorong peserta
didik untuk melihat
keterkaitan dan
kesaling
terhubungan
diantara disiplin
ilmu; peserta didik
termotivasi dengan
melihat berbagai
keterkaitan tersebut
Membutuhkan
tim yang benar-
benar mampu
antar departemen
yang memiliki
perencanaan dan
waktu pengajaran
yang sama
Immersed
Peserta didik
memadukana pa
yang dipelajari
dengan cara
memandang seluruh
materi pembelajaran
melalui perspektif
bidang yang disukai
(area of interest)
Keterpaduan
berlangsung di
dalam peserta didik
itu sendiri
Dapat
mempersempit
fokus peserta
didik
Networked
(membentuk
jaringan)
Peserta didik
melakukan proses
pemaduan topik
yang dipelajari
melalui pemilhan
jejaring pakar dan
sumber daya
Bersifat proaktif,
peserta didik
terstimulasi oleh
informasi,
keterampilan atau
konsep-konsep baru
Dapat memecah
perhatian peserta
didik, berbagai
upaya menjadi
tidak efektif
Dari kesepuluh model pembelajaran integratif tersebut, ada tiga
model yang tepat kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran
persekolahan tingkat dasar, yaitu connected model, webbed model, dan
integrated model.
1) Model Keterhubungan (connected model)
Model keterhubungan menyajikan relasi yang eksplisit dalam
suatu mata pelajaran, yaitu satu konsep ke konsep yang lain, satu
keterampilan ke keterampilan yang lain, satu model ke model yang lain
dalam satu bidang studi. Dalam model pembelajaran keterhubungan,
kata kuncinya adalah adanya upaya untuk menghubungkan bidang
kajian dalam satu disiplin ilmu tertentu, sehingga pembelajaran lebih
bermakna. Dengan kata lain bahwa pembelajaran integratif model
connected adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan satu
topik dengan topik berikutnya, mengaitkan satu konsep dengan konsep
lainnya, mengaitkan satu tugas dengan tugas lainnya dalam satu bidang
studi. (Sukayati, 2004:5).
Kimia Fisika Biologi
Gambar : Diagram Peta Keterhubungan
Kelebihan model connected ini adalah: (1) dengan penghubungan
inter bidang studi, peserta didik diharapkan memiliki wawasan yang
luas sebagaimana bidang studi yang fokus pada suatu bidang kajian
tertentu; (2) peserta didik dapat mengembangkan konsep-konsep kunci
secara berkelanjutan, sehingga internalisasi pengetahuan pada diri
peserta didik akan semakin kuat; (3) menghubungkan ide-ide dalam
suatu bidang studi memungkinkan peserta didik mampu mengkaji,
mengkonseptualisasikan, memperbaiki, dan mengasimilasi ide-ide
kreatif dalam memecahkan suatu masalah (Trianto, 2010:46).
Sedangkan kelemahan model connected adalah : (1) masih
kelihatan terpisahnya inter bidang studi; (2) kurang mendorong guru
untuk membentuk team teaching, sehingga isi materi ajar tetap terfokus
tanpa merentangkan konsep-konsep antar bidang studi; (3) dalam
memadukan ide-ide pada satu bidang studi, maka upaya untuk
menghubungkan antar bidang studi menjadi terabaikan (Trianto,
2010:47)
2) Model Jaring laba-laba (Webbed model)
Model pembelajaran integratif jaring laba-laba pada dasarnya
merupakan pembelajaran terpadu. Model ini dikembangkan mulai dari
penentuan tema yang dipilih antara guru dan peserta didik, atau antara
guru dengan guru. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan ke
dalam sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang
studi yang lain. Dari sub-sub tema ini kemudian dikembangkan ke
dalam berbagai aktivitas pembelajaran (Sukayati, 2004:5).
Gambar : Diagram Peta Webbed
Kelebihan model jaring laba-laba ini adalah: (1) penentuan tema
yang sesuai dengan minat anak akan meningkatkan motivasi belajar
peserta didik; (2) mudah dilakukan oleh guru, walaupun belum
berpengalaman; (3) mudah dalam membuat perencanaan; (4)
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam melihat kegiatan-
kegiatan dan ide-ide terkait. Sedangkan kelemahannya adalah: (1)
terkadang sulit untuk menentukan tema; (2) cenderung untuk
merumuskan tema-tema yang dangkal; (3) dalam kegiatan
pembelajaran, terkadang guru lebih memusatkan pada kegiatan dari
pada pengembangan konsep konten materi ajarnya (Trianto, 2010:48).
3) Model Keterpaduan (Integrated model)
Model integrated ini menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran, dimana model ini dilakukan dengan menggabungkan
beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas kurikulum dan
menemukan keterampilan, sikap dan konsep yang tumpah tindih dalam
beberapa mata pelajaran (Sukayati, 2004:5).
Langkah awal yang dilakukan jika mengikuti model ini adalah
mula-mula guru menyeleksi keterampilan, sikap dan konsep-konsep
yang tumpang tindih antar beberapa mata pelajaran yang diajarkan
dalam satu semester, misalnya IPA, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika
dan lain-lain. Selanjutnya dipilih beberapa keterampilan, sikap dan
konsep yang tumpang tindih tersebut yang memiliki keterhubungan erat
kemudian dicarikan tema yang dapat mewadahi beberapa konsep yang
tumpah tindih tersebut untuk dijadikan sebagai tema pembelajaran.
Gambar : Diagram Peta Integrated
Kelebihan dari model integrated ini adalah: (1) memungkinkan
terjadinya pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan
pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide
penemuan lain – satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi –
pembelajaran akan semakin kaya dan berkembang; (2) memotivasi
peserta didik dalam belajar; (3) memberikan perhatian pada berbagai
bidang yang penting dalam satu waktu, tidak memerlukan penambahan
waktu untuk bekerja dengan guru lain, guru tidak perlu mengulang
kembali materi yang dianggap tumpang tindih sehingga pembelajaran
tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan kelemahan dari model ini
adalah: (1) guru dipaksa harus mengausai konsep, sikap, keterampilan
yang diprioritaskan menjadi tema pembelajaran pada saat itu; (2)
terkadang sulit menerapkan model integrasi secara penuh; (3)
diperlukan tim antar bidang studi, mulai dari perencanaan hingga
pelaksanaan; (4) menuntut adanya keragaman sumber belajar (Trianto,
2010:51)
h. Menentukan Jaringan Tema
1) Hakekat jaringan tema
Jaringan tema merupakan pola hubungan antara tema tertentu
dengan sub-sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi
(Trianto, 2010:148). Jaringan tema ini diharapkan membantu peserta
didik dalam memahami suatu materi ajar secara interdisipliner, dan
sekaligus melatih peserta didik untuk berpikir holistik integratif.
Jaringan tema ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
pengembangan pembelajaran tematik integratif. Jaringan tema dapat
disebut sebagai basis dan muara dalam pembelajaran tematik; disebut
sebagai basis karena dalam pengembangan pembelajaran tematik
integratif harus didasarkan pada jaringan tema yang sudah ada;
sedangkan sebagai muara karena melalui pembelajaran tematik
integratif ini diharapkan peserta didik mampu berpikir integratif dalam
menyelesaikan berbagai persoalan.
2) Teknik membuat jaringan tema
Dalam menentukan jaringan tema ada beberapa langkah kerja
yang harus dilakukan, yaitu menentukan tema, menginventarisasi
materi yang masuk dalam tema, mengelompokkan materi ke dalam
rumpun mata pelajaran, menghubungkan materi dengan tema (Trianto,
2010:150)
a) Menentukan tema
Dalam menentukan tema ada dua cara, yaitu :
(1) Cara induktif, yaitu dengan cara mempelajari kompetensi yang
ada pada masing-masing mata pelajaran kemudian menentukan
tema yang sesuai dengan tuntutan kompetensi tersebut.
(2) Cara deduktif, menentukan tema terlebih dahulu sebagai
pengikat keterpaduan, kemudian dilanjutkan dengan
menghubungkan dengan materi pelajaran yang ada. Dalam
menentukan tema ini guru dapat melakukannya bersama peserta
didik, sehingga sesuai kebutuhan dan kesenangan mereka.
Dalam menentukan tema ini, ada beberapa prinsip yang
harus dipegangi guru, yaitu: a) memperhatikan keadaan lingkungan
terdekat peserta didik; b) tema disusun dengan memperhatikan
squance materi ajar, yaitu dari yang mudah ke yang sulit, dari yang
sederhana menuju yang kompleks, dari yang konkrit menuju ke yang
abstrak; c) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses
berpikir peserta didik; d) ruang lingkup tema yang dipilih harus
disesuaikan dengan minat, kebutuhan, dan tingkat berpikir peserta
didik.
b) Menginventarisasi materi yang sesuai dengan tema yang sudah
ditentukan.
c) Mengelompokkan materi-materi yang sudah diinventarisir ke dalam
rumpun mata pelajarannya masing-masing. Hal demikian
dimaksudkan untuk mempermudah keterkaitan antar tema masing-
masing mata pelajaran.
d) Menghubungkan materi-materi yang telah dikelompokkan dalam
rumpun mata pelajaran dengan tema.
Tema dalam pembelajaran tematik dapat diambil dari beberapa
sumber, yaitu isu-isu aktual yang sedang terjadi di lingkungan peserta
didik, masalah-masalah yang dirasakan peserta didik, event-event
khusus, dari keinginan peserta didik, dari literatur yang dipilih. Tema
dalam pembelajaran tematik dikembangkan kriteria berikut.
a) Minat peserta didik pada kegiatan yang menarik dapat dijadikan
kriteria tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat
menyenangkan bagi peserta didik misalnya bermemain bola, pergi
ke sawah, berkebun, dan sebagainya.
b) Minat guru yang berhubungan dengan kegiatan sekolah, peserta
didik atau proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat
pemahaman peseta didik. misalnya tentang tema koperasi sekolah.
c) Kebutuhan siswa-siswi, yaitu sesuatu yang dibutuhkan peserta didik
yang berupa penjelasan, nasehat. Misalnya sekarang sering terjadi
perkelahian antar pelajar; maka para peserta didik membutuhkan
penjelasan, nasehat yang dapat menjauhkan mereka dari perkelahian
antar pelajar, mereka perlu pemecahan atau jalan keluar, mereka
diajak berdiskusi dalam mencari pemecahan soal perkelahian antar
pelajar. Dengan demikian, perkelahian pelajar dapat dijadikan
sebagai tema pembelajaran (Ahmad Nursobah, 2012:2).
3) Kriteria jaringan tema
Untuk membuat jaringan tema yang baik, ada beberapa kriteria
yang harus diperhatikan, yaitu simpel, sinkron, logis, mudah dipahami,
dan terpadu (Trianto, 2010:151)
a) Simpel
Pembuatan jaringan tema adalah tahap awal yang nantinya
akan digunakan untuk penyusunan silabus dan perencanaan
pembelajaran. Oleh karenanya jaringan tema harus dibuat yang
simpel, tidak berbelit-belit, menggunakan kata-kata atau kalimat
lugas, dan sederhana yang mampu menggambarkan keterkaitan
antara materi yang terjaring dengan tema tersebut.
b) Sinkron
Jaringan tema meliputi mencakup dua hal pokok, yaitu tema
pengikat dan materi terkait yang dianggap tercakup di dalamnya.
Jaringan tema yang baik menuntut adanya sinkronisasi antara tema
dan materi-materi ajar yang terkait.
c) Logis
Selanjutnya, setelah terjadi sinkronisasi antara tema dan
materi-materi yang terkait tentunya jaringan tersebut logis.
Maksudnya bahwa materi-materi ajar yang terjaring dalam tema
tersebut memang benar-benar memiliki keterkaitan erat sehingga
materi tersebut tidak masuk ke tema lain.
d) Mudah dipahami
Jaringan tema yang baik harus mudah dipahami oleh semua
orang karena jaringan tema tersebut akan ditindaklanjuti guru dan
dipresentasikan kepada peserta didik yang keadaannya sangat
heterogen dalam berbagai hal. Jaringan tema jangan hanya dapat
dipahami oleh penyusun, sementara orang lain merasa kesulitan
untuk memahaminya. Oleh karena itu jaringan tema sebaiknya
disusun dengan menggunakan tingkat logika dan struktur bahasa
yang sederhana agar mudah dipahami berbagai pihak.
e) Terpadu
Jaringan tema yang dibuat menggambarkan keterpaduan
antar materi-materi yang ada dengan tema yang dipilih. Keterpaduan
ini dapat dilihat dari kesamaan substansi antar materi yang satu
dengan materi yang lain.
3. Pendekatan saintifik (scientific approach)
a. Pengertian
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik
secara aktif mampu mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
lima tahap kegiatan pokok, yaitu mengamati (observing), menanya
(questioning), melakukan/ mencoba (experimenting), menghubungkan/
mengasosiasi (asociating), dan mengkomunikasikan (communicating).
Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dari kegiatan ilmiah yang
harus dilakukan dalam upaya mencari jawaban atas masalah atau
menemukan kebenaran. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut peserta
didik akan dilatih untuk mengidentifikasi untuk menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik akan menuntun pemahaman peserta didik
dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, dimana informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak
bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran harus diciptakan yang mampu mendorong peserta didik
dalam mencari tahu tentang suatu informasi (materi ajar) dari berbagai
sumber belajar melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, guru harus mampu
menuntun dan mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan rasa
keingintahuannya terhadap sesuatu. diperlukan. Dalam kondisi
demikian, guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi
peserta didik dalam menemukan jawaban atas berbagai
keingintahuannya tersebut.
b. Kriteria pembelajaran saintifik
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan guru dalam
mengembangkan pembelajaran saintifik di sekolah agar berhasil.
Kriteria ini sangat diperlukan guna membedakan antar model
pembelajaran saintifik dengan model pembelajaran yang lain. Beberapa
kriteria pembelajaran saintifik yang dimaksud adalah:
1) Materi pembelajaran dirumuskan guru berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran yang
logik; bukan sebatas kira-kira, angan-angan, khayalan, legenda,
atau dongeng semata.
2) Penjelasan dari guru, respon dari peserta didik, dan interaksi
edukatif antara guru dan peserta didik dikembangkan dengan
mengedepankan prinsip objektivitas dan ilmiah, bukan didasarkan
atas prasangka yang subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
3) Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menciptakan suasana
yang mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk berpikir
kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran
dalam realitas kehidupan sehari-hari.
4) Suasana pembelajaran didesain sedemikian rupa, sehingga mampu
mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama
lain dari materi pembelajaran. Berpikir hipotetik adalah cara
berpikir dengan menghubungkan berbagai ide dan pemikiran untuk
menganalisis dan memecahkan masalah yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari; menyusun rencana pemecahan masalah,
mencoba melakukan pemecahan masalah dan menguji kembali
secara sistematis pemecahan masalah.
5) Iklim pembelajaran dikondisikan agar mendorong dan
menginspirasi peserta didik agar mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon berbagai permasalahan pembelajaran.
6) Materi pembelajaran yang dikembangkan berbasis pada konsep,
teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah akademik.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas
Tujuan pembelajaran perlu dirumuskan secara jelas, menggunakan
kata atau kalimat yang mudah dipahami semua orang. Tujuan
pembelajaran harus operasional, teramati dan terukur agar
memudahkan dalam mengukur tingkat keberhasilannya.
8) Metode pembelajaran dikembangkan dengan mengedepankan
learning by fun.
Metode pembelajaran yang menyenangkan dimaksudkan untuk
menjadikan pembelajaran sebagai forum yang menarik dan
menyenangkan. Dalam beberapa literatur psikologi disebutkan
bahwa pembelajaran yang menyenangkan akan memungkinkan
peserta didik mampu berkonsetrasi lebih lama dalam mengikuti
pembelajaran karena adanya aktivasi otak kiri dan otak kanan.
Selain itu, informasi yang diterima individu dalam suasana yang
menyenangkan akan cepat terserap dan kuat tersimpan dalam
memori individu.
c. Prinsip-prinsip pembelajaran saintifik
Dalam mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik, guru perlu memperhatikan prinsip berikut.
1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik (child centered oriented)
Istilah child centered oriented sebenarnya sudah lama terdengar
dalam perbincangan berbagai model pembelajaran, namun satu hal
yang perlu ditekankan adalah bagaimana prinsip tersebut dapat
benar-benar dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Peserta
didik adalah sentral dan orientasi, yaitu segala keputusan guru
terkait dengan pembelajaran harus didasarkan pada keadaan riil
peserta didik, dan kegiatan pembelajaran yang dirancang dan
dikembangkan guru di kelas adalah dalam rangka mengantarkan
peserta didik pada pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
2) Pembelajaran membentuk students’ self concept
Pembelajaran yang dikembangkan guru harus mampu membentuk
konsep diri pada pesera didik, yaitu peserta didik memiliki konsep
yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai individu yang
memiliki kemampuan yang „luar biasa‟ yang dapat berbuat,
menemukan, mengembangkan, dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan. Selain itu, pembelajaran yang dikembangkan guru
harus mampu mengajarkan kepada peserta didik prinsip-prinsip
dasar logika ilmiah yang memungkinkan peserta didik untuk
memanfaatkannya dalam memahami, mengkritisi berbagai
permasalahan yang dihadapinya.
3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme
Pembelajaran saintifik diarahkan untuk membentuk diri peserta
didik menjadi insan akademik melalui pengamatan dan percobaan.
Pengmatan dan percobaan yang dilakukan guru bersama peserta
didik memungkinkan peserta didik memiliki pengetahuan tentang
sesuatu secara langsung melalui inderanya, melalui pembuktian
ilmiah dan tidak hanya kata-kata tentang kebenaran dari orang lain.
4) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
Hal tersebut akan tercapai melalui kegiatan pembelajaran yang
selalu mengajak peserta didik untuk melakukan, mempraktikkan,
mengeksplorasi dan melakukan experimen.
5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir peserta didik.
Kemampuan berpikir peserta didik akan meningkat manakala guru
mampu memfasilitasi aktivitas berpikir peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan pembelajaran
kontekstual, problem based learning, problem possing, problem
solving, inquiry approach, dan sejenisnya.
6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan
motivasi mengajar guru.
Peningkatan motivasi peserta didik akan meningkat manakala guru
mampu memenuhi instink quriosity peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Instink rasa ingin tahu peserta didik yang sedang
muncul harus difasilitasi melalui kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik menemukan jawaban atas berbagai
pertanyaan yang ada pada dirinya tentang realitas.
7) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi.
Kemampuan berkomunikasi merupakan perwujudan dari tingkat
pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajarn sekaligu
untuk mengembangkan sikap keberanian dan tanggung jawab
pesera didik. Kemampuan berkomunikasi dapat dikembangkan
guru melalui komunikasi lisan dan tertulis, sehingga setiap kegiatan
pembelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk
mengkomunikasikan pemahamannya atas materi ajar.
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya.
Validasi ini dilakukan guru di tengah-tengah kegiatana
pembelajaran atau diakhir waktu. Kegiatan validasi bermanfaat
untuk memantapkan kebenaran ilmiah yang ditemukan dalam
kegiatan pembelajaran pada saat itu, dan juga untuk meluruskan
kemungkinan terjadinya kesalahan pemahaman peserta didik atas
materi pembelajaran.
d. Langkah-langkah pembelajaran saintifik
Pelaksanaan pendekatan saintifik di kelas sebagai bagian utama
dalam pembelajaran tematik integratif harus mampu menyentuh tiga
domain kompetensi dalam diri individu, yaitu afektif, psikomotor, dan
kognitif. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak boleh
terpisahkan dalam pengembangannya melalui pendidikan di sekolah.
Melalui pengembangan integratif tersebut, peserta didik diharapkan
menjadi manusia total yang kreatif, inovatif, dan produktif.
Gambar : performa peserta didik yang total integratif
Dalam Permendikbud Nomor 81A/2013 dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan pendekatan saintifik, kegiatan belajar mengajar
dikembangkan melalui lima kegiatan utama, yaitu mengamati,
menanya, melakukan/ mencoba/ mengumpulkan informasi/
mengeksplorasi, mengasosiasi/ mengolah informasi dan
mengkomunikasikan. Lima kegiatan tersebut merupakan aktivitas
pokok dalam aktivitas ilmiah dan dilakukan secara berurutan.
53
Kegiatan yang pertama adalah mengamati, meliputi aktivitas
membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
Kompetensi yang ingin dikembangkan melalui kegiatan mengamati
adalah untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Kegiatan menanya meliputi aktivitas mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik). Kompetensi yang akan dikembangkan melalui kegiatan
menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan yang ketiga adalah melakukan atau mencoba atau
mengumpulkan informasi yang meliputi aktivitas melakukan
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek
atau kejadian atau aktivitas, wawancara dengan nara sumber.
Kompetensi yang ingin dikembangkan melalui kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Kegiatan mengasosiasi atau mengolah informasi meliputi aktivitas
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi dan pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang ingin
dikembangkan melalui kegiatan asosiasi ini adalah mengembangkan
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan.
Kegiatan yang kelima adalah mengkomunikasikan yang
meliputi aktivitas menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kompetensi yang ingin dikembangkan adalah mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
Langkah-langkah pendekatan saintifik kalau dispesifikkan ke
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun
langkah kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika
memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada
bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek
kehadiran para peserta didik dan menanyakan ketidakhadiran
peserta didik apabila ada yang tidak hadir.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan peserta didik secara
terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu.
Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk
terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh peserta didik
dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang
diberikan di muka.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh
peserta didik. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai
peserta didik. Validasi dapat dilakukan dengan mengindentifikasi
kebenaran konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh
peserta didik.
Dalam pendekatan saintifik, teknik penilaian yang dilakukan
meliputi penilaian proses, penilaian hasil (product) dan penilaian sikap.
Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa
bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, presentasi dengan
menggunakan lembar observasi kinerja; penilaian hasil (product) dapat
dilakukan secara tes tertulis dengan tujuan untuk mengetahui
pemahaman konsep, prinsip, dan hukum yang disampaikan dalam
kegitan pembelajaran; sedangkan penilaian sikap dilakukan melalui
observasi saat peserta didik bekerja kelompok, bekerja individu,
berdiskusi, saat presentasi dengan menggunakan lembar observasi
sikap.
4. Penilaian Otentik (authentic assessment)
a. Pengertian
Istilah authentic assessment mulanya diperkenalkan oleh
Wiggins pada tahun 1990 untuk menilai pekerjaan orang dewasa
sebagai reaksi atas penilaian tertulis seperti mengisi titik-titik, tes
tertulis, pilihan ganda, kuis jawaban singkat. Istilah otentik merujuk
pada realitas atau keadaan yang sesungguhnya. Untuk menilai
pekerjaan orang dewasa, tidak perlu diberi soal tes pilihan ganda,
mereka memiliki performa kerja. Oleh karenanya penilaian otentik
seriang dikenal juga dengan istilah performance assessment.
Menurut Jon Mueller penilaian otentik adalah bentuk penilaian
yang meminta para siswanya untuk menampilkan tugas pada situasi
yang sesungguhnya, mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna. Pendapat serupa dikemukakan
oleh Richard J. Stiggins, sementara Stiggins mengemukakan bahwa
penilaian otentik adalah menekankan penguasaan penerapan
keterampilan dan kompetensi spesifik. (performance assessments call
upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that
is, to apply the skills and knowledge they have mastered). Grant
Wiggins (dalam Nuryani, tt:2), menekankan perlunya kinerja
ditampilkan secara efektif dan kreatif, tugas yang diberikan dapat
berupa pengulangan tugas atau masalah yang serupa dengan masalah
yang dihadapi orang dewasa, baik sebagai warganegara, konsumen,
atau professional di bidangnya. “...engaging and worthy problems or
questions of importance, in which students must use knowledge to
fashion performance effectively and creatively. The tasks are either
replic as of or analogous to the kinds of problems faced by adult
citizens and consumers or professionals in the field”.
Penilaian otentik (authentic assessment) adalah pengukuran
yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk
ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah assessment
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau
evaluasi, sedangkan istilah authentic merupakan sinonim dari kata asli,
nyata, sungguh-sungguh, sebenar-benarnya.
Penilaian otentik lebih sering dinyatakan sebagai penilaian
berbasis kinerja (performance based assessment). Sementara itu dalam
buku-buku lain (kecuali Wiggins) penilaian otentik disamakan saja
dengan nama penilaian alternatif (alternative assessment) atau penilaian
kinerja (performance assessment). Selain itu Mueller, memperkenalkan
istilah lain sebagai padanan nama penilaian otentik, yaitu penilaian
langsung (direct assessment). Nama performance assessment atau
performance based assessment digunakan karena peserta didik diminta
untuk menampilkan tugas-tugas (tasks) yang bermakna. Beberapa pakar
pendidikan membedakan penggunaan istilah penilaian otentik dengan
penilaian kinerja, seperti misalnya Meyer dan Marzano. Sementara itu
Stiggins & Mueller menggunakan kedua istilah itu secara sinomim.
Istilah alternative assessment digunakan karena merupakan alternatif
dari penilaian yang biasa digunakan (traditional assessment). Adapun
istilah direct assessment digunakan karena penilaian otentik
menyediakan lebih banyak bukti langsung dari penerapan keterampilan
dan pengetahuan. Apabila peserta didik dapat mengerjakan dengan baik
tes pilihan ganda, maka dikatakan bahwa secara tidak langsung
(indirectly) peserta didik tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang
telah dipelajarinya dalam konteks dunia yang sesungguhnya, namun
akan lebih baik kalau peserta didik mendemonstrasikan secara langsung
penerapan pengetahuan dan keterampilannya (Nuryani, tt:4)
Penilaian otentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar
peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian otentik cenderung fokus
pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta
didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang
lebih otentik. Penilaian otentik sangat relevan dengan pendekatan
tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar
atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Sebagaimana disebutkan di atas, penilaian otentik sering
dipertentangkan dengan penilaian yang menggunakan standar tes
berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan atau membuat
jawaban singkat, essay (uraian). Tentu saja jenis penilaian seperti ini
tidak lantas dihilangkan dalam proses pembelajaran, karena masing-
masing jenis tes memiliki skop penggunaan yang berbeda-beda.
Penilaian otentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru bekerja
sama dengan guru lain, atau guru bekerja sama dengan peserta didik.
Dalam penilaian otentik, seringkali pelibatan peserta didik sangat
penting, asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar
lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik
diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri
dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih
tinggi.
Pada penilaian otentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang
diperoleh dari luar sekolah. Penilaian otentik mencoba menggabungkan
kegiatan guru mengajar, kegiatan belajar peserta didik, motivasi dan
keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian
itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik
berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja.
Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai
melalui penyelesaian tugas dimana peserta didik telah memainkan peran
aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka. Dalam
pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi
dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala
dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan
apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah.
Penilaian otentik sering digambarkan sebagai penilaian atas
perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian
otentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik,
bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka
sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang
sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial
harus dilakukan.
b. Penilaian dan pembelajaran otentik
Penilaian otentik mengharuskan pembelajaran yang otentik
(authentic lerning) pula, yaitu belajar melalui kegiatan yang
mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam
kehidupan nyata di luar sekolah. Dalam pembelajaran otentik ini berarti
peserta didik bersama guru melakukan aktivitas untuk menemukan
menemukan sesuatu dan merasakan sendiri, dan oleh karenanya guru
mengembangkan inquiry discovery learning. Peserta didik merasakan,
menemukan sendiri dan membuktikan sendiri, tidak hanya menerima
informasi tentang suatu kebenaran atas hasil riset orang lain.
Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama,
pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan
dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat
kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan
yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang
digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian otentik mendorong peserta didik mengkonstruksi,
mengorganisasi, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan,
dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru. Pada pembelajaran otentik, guru harus menjadi “guru
otentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan
juga pada penilaian. Guru otentik adalah guru yang mengajak peserta
didiknya untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri
melalui riset dan experimen, bukan hanya menginformasikan
pengetahuan kepada peserta didik semata.
Untuk bisa melaksanakan pembelajaran otentik, guru harus
memenuhi kriteria tertentu:
1) Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta
didik serta desain pembelajaran.
Guru adalah sosok yang diasumsikan paling tahu tentang keadaan
peserta didiknya, kelebihan dan kelemahannya. Pengetahuan guru
akan keadaan peserta didik yang sebenarnya tersebut merupakan
modal dasar bagi penyusunan desain pembelajaran yang akan
dikembangkan. Desain pembelajaran yang disusun berdasarkan
keadaan peserta didik yang sebenarnya, memungkinkan peserta
didik akan belajar sesuai dengan keadaan dirinya.
2) Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara
mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
Kemampuan guru dalam membimbing peserta didik sangat
diperlukan agar peserta didik terselesaikan masalahnya dan mereka
dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dibawa.
Dalam kegiatan pendidikan, minimal guru memiliki tiga peran,
yaitu sebagai pengajar, pembimbing, dan pelatih. Guru sebagai
pengajar bertugas mengembangkan kemampuan intelektual peserta
didik; sebagai pembimbing guru bertugas membimbing peserta
didik dalam mengembangkan aspek afektif, perilaku, kepribadian
dan pengembangan dirinya; sebagai pelatih guru bertugas
mengembangkan aspek skill motorik peserta didik. Ketiga peran
terebut terintegrasi selalu melekat dalam pribadi guru dalam
melaksanakan tugas kependidikan untuk membentuk peserta didik
yang total melalui upaya yang terintegrasi pula.
Untuk dapat melaksanakan tugas membimbing secara baik maka
guru harus mengetahui keadaan peserta didik yang sebenarnya dan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara membimbing
peserta didik.
3) Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru,
dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4) Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik
dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar
tembok sekolah.
c. Bentuk penilaian otentik
Ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam penilaian
otentik. Satu hal yang perlu dipegangi guru dalam memilih bentuk
penilaian otentik adalah bahwa penilaian tersebut harus mampu
mengungkap performa peserta didik yang sebenarnya, baik aspek
afektif, psikomotirik, dan kognitif.
Penilaian otentik biasanya berbentuk tugas otentik (authentic
task), yaitu “… an assignment given to students designed to assess their
ability to apply standard-driven knowledge and skills to real-world
challenges. Dengan kata lain, suatu tugas yang meminta siswa
melakukan atau menampilkan dianggap otentik apabila: a) peserta didik
diminta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar
memilih dari yang tersedia; (b) tugas merupakan tantangan yang mirip
(serupa) yang dihadapinya dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya
(Nuryani, tt:4)
Selanjutnya Baron‟s (Nuryani, tt:6), mengemukakan lima
kriteria task yang untuk penilaian otentik, yaitu: a) tugas tersebut
bermakna baik bagi peserta didik maupun bagi guru; b) tugas disusun
bersama atau melibatkan peserta didik; c) tugas tersebut menuntut
peserta didik menemukan dan menganalisis informasi, dan menarik
kesimpulan tentang hal tersebut; d) tugas tersebut meminta peserta
didik untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas; e) tugas tersebut
mengharuskan peserta didik untuk bekerja atau melakukan. Anonymous
mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas
dalam penilaian otentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan
(abilities). Ada lima hal yang perlu dipertimbangkan pada saat
menyiapkan task yang otentik dalam pembelajaran. Pertama, length
atau lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang
perlu dilalui peserta didik. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau
kombinasi keduanya. Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada
proses. Kelima, keragaman cara-cara komunikasi yang dapat digunakan
peserta didik untuk menunjukkan hasil kinerjanya.
Dalam memberikan penilaian, skor hasil penilaian yang
diberikan guru harus mampu menggambar keadaan peserta didik yang
sebenarnya. Oleh karena itu jenis penilaian yang dipilih harus seauai
dengan jenis kemampuan peserta didik yang akan diukur. Hal ini
dimaksudkan agar hasil penilaian benar-benar valid, yaitu mengukur
yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat ukur yang benar.
Ada beberapa jenis penilaian otentik atau tugas yang dapat
dikembangkan guru di kelas, yaitu penilaian kinerja, penilaian proyek,
penilaian portofolio, dan penilaian tertulis.
1) Penilaian kinerja
Penilaian otentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi
peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan
dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta
didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Penilaian
berbasis kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan: a) daftar
cek (checklist); b) catatan anekdot/ narasi (anecdotal/narative
records); c) skala penilaian (rating scale); d) memori atau ingatan
(memory approach). Berikut disajikan contoh instrument dari
masing-masing teknik penilaian tersebut.
a) Contoh format daftar cek (checklist)
No Perilaku Ya Tidak
1
2
3
b) Contoh format catatan Anekdot (anecdotal record)
Hari/ tanggal Nama
peserta didik
Deskripsi peristiwa
Interpretasi
Keterangan
Senin, 5
Januari 2014
Andri Anak tidak mau
melakukan dan
mengikuti aktivitas
atau kegiatan
padahal anak
tersebut sehat dan
selalu ceria /
gembira
Kemungkinan ada
permasalahan di
rumah ( keluarga )
(bisa diisi
tindak lanjut)
c) Contoh format skala penilaian (rating scale)
Ada beberapa format skala penilaian yang dikembangkan para
ahli yaitu skala Likert, skala Guttman, semantic differential, dan rating
scale (Rino Safrizal, 2012:2). Dalam memilih format yang akan
dipakai, guru dapat menyesuaikannya dengan kepentingan
pengumpulan data yang akan dicari.
(1) Skala Likert
Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena. Dalam
skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan, yaitu: (a) pernyataan
positif untuk mengukur sikap positif; (b) pernyataan negatif untuk
mengukur sikap negative terhadap objek atau fenomena.
Skor pernyataan positif dimulai dari 1 untuk menunjukkan
sikap sangat tidak setuju (STS), skor 2 untuk menyatakan sikap
tidak setuju (TS), skor 3 untuk menunjukkan sikap ragu-ragu (R),
skor 4 untuk menyatkan sikap setuju (S), dan skor 5 untuk
menyatakan sikap sangat setuju (SS). Skor pernyataan negatif
dimulai dari skor 1 untuk menyatakan sikap sangat setuju (SS),
skor 2 untuk menunjukkan sikap setuju (S), skor 3 untuk
menyatakan sikap ragu-ragu (R), skor 4 untuk menyatakan sikap
tidak setuju (TS), skor 5 untuk menyatkan sikap sangat tidak setuju
(STS).
Skala Likert ini dapat dikatakan yang sering digunakan
untuk penilaian terutama penilaian afektif. Dalam menyusun
instrument skala Likert ini menurut Trianto (2010:243) ada
beberapa langkah yang harus ditempuh, antara lain:
(b) Menentukan variable sikap yang akan diukur
(c) Membuat pernyataan tentang variable sikap yang akan dinilai
(d) Mengelompokkan pernyataan positif dan negatif
(e) Menentukan frasa atau angka yang dapat menjadi alternatif
pilihan. Misalnya: SS = sangat setuju, S= setuju, R= ragu-ragu,
TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju
(f) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi suatu alat
penilaian
(g) Melakukan try out
(h) Mengindentifikasi dan menghilangkan butir pertanyaan atau
pernyataan yang kurang baik
(i) Melakukan penilaian afektif dengan menggunakan skala Likert
Contoh format skala Likert :
No
Pernyataan Sikap
SS S R TS STS
1 2
Keterangan:
SS : sangat setuju
S : setuju
R : ragu-ragu
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
(2) Skala Guttman
Skala Guttman menginginkan tipe jawaban tegas dari
subjek yang diamati, misalnya jawaban benar – salah, ya – tidak,
pernah – tidak pernah, positif – negatif, tinggi – rendah, baik –
buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya terdapat dua
interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman dapat dibuat
dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) maupun daftar
checklist. Untuk jawaban positif diberi skor 1, sedangkan untuk
jawaban negatif diberi skor 0.
Contoh format skala Guttman:
No
Pernyataan Sikap
Pernah Tidak pernah
1
2
(3) Semantik Differensial
Skala diferensial digunakan untuk mengukur sikap yang
berbentuk garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif
terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif
terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala
semantic differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya
digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang
dimiliki seseorang, misalnya untuk mengetahui gaya
kepemimpinan kepala sekolah dapat dibuat skala semantic
differential sebagai berikut.
Demokrasi 7 6 5 4 3 2 1 Otoriter
Bertanggung jawab 7 6 5 4 3 2 1 Tidak bertanggung jawab
Memberi kepercayaan 7 6 5 4 3 2 1 Mendominasi
Menghargai bawahan 7 6 5 4 3 2 1 Tidak menghargai bawahan
Keputusan diambil bersama 7 6 5 4 3 2 1 Keputusan diambil sendiri
Responden yang memberi penilaian angka 7 (tujuh), berarti
persepsinya terhadap gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah
sangat positif; sedangkan responden yang memberikan penilaian
angka 1 (satu) berarti persepsinya terhadap kepemimpinan kepala
sekolah adalah sangat negatif.
(4) Rating scale
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja digunakan untuk
mengukur sikap tetapi dapat juga untuk mengukur persepsi orang
terhadap fenomena lingkungan, seperti mengukur status sosial,
ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating
scale, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan
alternatif jawaban yang dipilih responden, misalnya responden
memilih jawaban angka 3 (tiga), tetapi angka 3 (tiga) oleh orang
tertentu belum tentu sama dengan angka 3 (tiga) bagi orang lain
yang juga memiliki jawaban angka 3 (tiga). Dalam praktik
pembelajaran di kelas, rating scale ini dapat digunakan untuk
menilai unjuk kerja peserta didik melalui pengamatan.
Contoh format rating scale:
No
Kriteria perilaku
Sikap Sangat
baik
Baik
Sedang
Jelek
Sangat
jelek
1 2 3
Keterangan bobot skor:
Sangat baik : 5
Baik : 4
Sedang : 3
Jelek : 2
Sangat jelek : 1
Sebagaimana disebutkan di atas, dalam penggunaannya di
kelas, guru dapat mengembangkan format-fotmat penilaian tersebut
ke dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Beberapa format lembar pengamatan yang dapat dimanfaatkan
guru untuk mengamati perilaku peserta didik misalnya penilaian
sikap atau karakter melalui lembar pengamatan. Mula-mula guru
mendefinikan secara detail apa yang dimaksud denan nilai karakter
yang bersangkutan kemudian dijabarkan ke dalam indikator yang
lebih rinci. Indikator karakter kemudian dikembangkan lagi
menjadi lembar pengamatan yang yang berisi kemunculan
fenomena karakter yang diamati. Perhatikan contoh berikut.
Lembar pengamatan untuk karakter disiplin
Pertama dibuat pedoman kriteria dan indikatornya
Nilai karakter yang
dikembangkan
Definisi Indikator
Disiplin Ketaatan atau
kepatuhan pada
peraturan yang
ada
1. Kehadiran di sekolah tepat waktu
2. Senantiasa menjalankan tugas piket
3. Menyelesaikan tugas sesuai dengan
waktu yang disepakati
Kemudian dibuat pedoman penilaiannya
No
Nama
Perkembangan Ket
Minggu I Minggu II
BT MT MB SM BT MT MB SM
1
2
3
Keterangan:
BT : belum terlihat
MT : mulai terlihat
MB : mulai berkembang
SM : sudah membudaya
Lembar pengamatan untuk keaktivan kerja kelompok:
No
Nama
Aspek yang diamati
Kerjasama Mengeluarkan pendapat
Toleransi Menghargai
pendapat
Keaktivan Jml
skor
Nilai Ket.
1
2
Kriteria penskoran nilai:
4 : baik sekali
3 : baik
2 : cukup
1 : kurang
Penghitungan ke dalam skor kuantitatif:
A : baik sekali : 80 – 100
B : baik : 70 – 79
C : cukup : 61 – 69
D : kurang : ≤ 60
Nilai : ∑ skor yang diperoleh x 100
skor maksimal
Lembar pengamatan untuk presentasi
No
Nama siswa
Aspek Penilaian
Jml skor
Nilai
Ket
Komu-
nikasi
Siste-
matika
penya-jian
Wawasan
Keberanian
Antusias
Penam-
pilan
1
2
Contoh lembar penilaian unjuk kerja :
Rubrik Menggambar dan Menceritakan Gambar Berkelompok
Pertama dibuat pedoman penilaian, mulai dari kriteria dan indikatornya
No Kriteria Baik sekali Baik Cukup Perlu
bimbingan
1 Kerja sama
kelompok
Seluruh anggota
kelompok
berpartisipasi
aktif
Setengah atau
lebih anggota
kelompok
berpartisipasi
aktif
Kurang dari
setengah
anggota
kelompok
berpartisipasi
aktif
Seluruh
anggota
kelompok
pasif
2 Kualitas hasil Objek gambar
terdiri dari
lingkaran dan
Objek
gambar
terdiri dari
Objek
gambar
terdiri dari
Objek
gambar
terdiri dari
segi empat
Ada tambahan
hiasan dan
warna
lingkaran
dan segi
empat
Tidak ada
tambahan
hiasan dan
warna
salah satu
bentuk
(lingkaran
atau segi
empat)
Ada hiasan
dan warna
salah satu
bentuk
(lingkaran
atau segi
empat)
Tidak ada
hiasan dan
warna
3 Kemampuan
menceritakan
gambar
Perwakilan
kelompok
menceritakan
gambar yang
mencakup dua
aspek, yaitu ceria
faktual dan
imajinatif
Perwakilan
kelompok
menceritakan
hanya faktual
atau
imajinatif
Perwakilan
kelompok
menceritakan
hanya
menyebut
gambar saja
Perwakilan
kelompok
belum mampu
menceritakan
gambar
Kemudian dikembangkan menjadi lembar penilaian:
No
N a m a
Baik sekali
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
bimbingan (1)
1
2
(Diadopsi dari buku pengangan guru SD kurikulum 2013)
2) Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan
penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik
menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud
berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam
penilaian proyek.
a) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi
makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
c) Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau
dihasilkan oleh peserta didik.
3) Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan
artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil
kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil
kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara
berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah seperti berikut ini.
a) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b) Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis
portofolio yang akan dibuat.
c) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
d) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik
pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal
pengumpulannya.
e) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
g) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio
4) Penilaian tertulis
Tes tertulis juga dapat digunakan dalam penilaian otentik,
namun ditekankan yang berbentuk uraian atau esai yang menuntut
peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk
uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan
peserta didik.
d. Langkah-langkah penilaian otentik
Dalam mendesain penilaian otentik, ada berapa langkah yang
harus diperhatikan guru, yaitu mengidentifikasi standar, memilih tugas,
dan mengidentifikasi kriteria tugas (Nuryani, tt:8).
1) Langkah pertama: mengidentifikasi standar
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat
dilakukan peserta didik, namun cakupannya lebih spesifik dan lebih
mudah dicapai daripada tujuan umum. Biasanya standar merupakan
satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu
dilakukan peserta didik tentang suatu hal atau perbuatan. Rumusan
standar hendaknya operasional, dapat diobservasi dan dapat diukur.
2) Langkah kedua: memilih suatu tugas otentik
Dalam menentukan tugas otentik, pertama-tama guru perlu
mengkaji standar yang telah dibuat, dan mengkaji kenyataan
(reality) yang sesungguhnya. Tugas sebaiknya dikaitkan dengan
dunianya kehidupan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik,
misalnya guru memberi tugas memecahkan masalah pembagian
kue untuk suatu keluarga yang memiliki anak tujuh, bagaimana
agar setiap anggota keluarga mendapatkan bagian yang sama.
3) Langkah ketiga: mengidentifikasi kriteria tugas (tasks)
Kriteria adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik atas
suatu tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya
diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sequential
(memerlukan urutan) atau tidak. Untuk membuat kriteria yang baik,
ada beberapa ciri kriteria yang baik, yaitu: 1) dinyatakan dengan
jelas dan singkat; 2) pernyataan berupa tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur; 3) ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami
setiap peserta didik. Sementara itu, berkaitan dengan jumlah
kriteria untuk masing-masing tugas, perlu diperhatikan: 1) batasi
jumlah kriteria hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu
tugas (antara 3-4 kriteria, di bawah 10); 2) tidak perlu mengukur
setiap item tugas terlalu detil; 3) kriteria sedikit untuk tugas-tugas
yang kecil atau sederhana.
B. Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan tema
integratif interkoneksi, di antaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siswnto (2012) dari IAIN Sunan Ampel
Surabaya tentang Paradigma Integrasi Interkoneksi dalam kajian Islam
(Studi atas pemikiran Amin Abdullah), menyimpulkan bahwa paradigma
integrasi interkoneksi pada hakekatnya ingin menunjukkan bahwa antara
berbagai bidang keilmuan sebenarnya saling memiliki keterkaitan. Hal ini
objek yang dibidik oleh seluruh disiplin ilmu adalah realitas dan alam
semesta yang sama, hanya saja dimensi dan fokus perhatian yang dilihat
oleh masing-masing disiplin berbeda. Mengkaji satu bidang keilmuan
dengan memanfaatkan bidang keilmuan lainnya itulah integrasi dan
melihat kesaling-terkaitan antar berbagai disiplin ilmu itulah interkoneksi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Suparni (2013) dari Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) tentang Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa Program Studi Matematika melalui pendekatan Integrasi
Interkoneksi menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan integrasi interkoneksi dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa program studi Matematika Fakultas Sain dan
Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis data skor rata-rata TKBK pada saat pratindakan sebesar 23, siklus
I sebesar 27,7 dan siklus 3 sebesar 36,6.
3. Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Slamet Fauzi (2012) dari
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tentang pengembangan buku ajar berbasis
integrasi interkoneksi sebagai bahan pembelajaran fisika SMA/MA Kelas
XI Semester I, menghasilkan buku ajar yang dinilai baik oleh ahli materi
(skor 83), dinilai baik oleh ahli media pembelajaran (skor87), dinilai
sangat baik oleh para guru SMA (skor 92,5), dinilai sangat baik oleh peer
review (skor 90,2); berdasarkan uji coba terbatas tergolong sangat baik
(skor 73), berdasarkan uji lapangan memiliki kualitas baik (skor 71,5).
Mencermati beberapa hasil penelitian tersebut, kajian yang ada berkisar
pada: (1) pendalaman konsep integrasi interkoneksi yang dipopulerkan oleh
Prof. Dr. Amin Abdullah; (2) aplikasi pendekatan integrasi interkoneksi
dalam pembelajaran; dan (3) pengembangan buku ajar berbasis integrasi
interkoneksi. Sementara itu kajian yang mengembangkan integrasi
interkoneksi yang diaplikasikan dalam pembelajaran tematik integrative baik
internal maupun eksternal di Madrasah Ibtidaiyah belum dilakukan.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini akan semakin memperkaya kajian
tentang pembelajaran tematik integratif yang ada di sekolah (Madrasah
Ibtidaiyah).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis Research and
Development (R&D), yaitu jenis riset yang dilakukan dengan
mengembangkan model yang sudah ada untuk menghasil model baru yang
dianggap lebih efektif (Gall, 2003:569). Adapun tahapan kerja dalam R&D
ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Dick & Lau Cerey (Gall,
2003:571) yang terdiri dari sepuluh langkah sebagaimana bagan berikut.
The steps of the Systems Approach Model of Educational Research and Development (R&D)
STEP 1 asses needs to identify goals
STEP 2 conduct instructional
analysis
STEP 3 analyze leaners and
contexts
STEP 9 revise instruction
STEP 10 design and conduct
summative evaluation
STEP 4 write
performance objective
STEP 5 develop
assessment instruments
STEP 6 develop
instructional strategy
STEP 7 develop and
select instructional
material
STEP 8 design and
conduct formative
evaluation of instruction
Tahap-tahap dalam model R&D bidang pendidikan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisis kebutuhan untuk memastikan tujuan akhir yang ingin dicapai atau
produk akhir yang akan dihasilkan
b. Berkaitan dengan analisis pembelajaran, yaitu melakukan identifikasi skill
khusus atau prosedur pembelajaran khusus yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
dikembangkan scientific approach, inquiry approach dengan
mengedepankan pembelajaran bermakna bagi peserta didik.
c. Menganalisis entering behavior dan context
d. Merumuskan performa peserta didik yang diharapkan
e. Mengembangkan instrumen penilaian. Dalam hal instrumen penilaian yang
dikembangkan dengan mengacu pada authentic assessment.
f. Mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat menciptakan authentic
learning
g. Mengembangkan dan menentukan materi ajar
h. Mendesain dan mengembangkan evaluasi formatif, yaitu untuk menilai
kemajuan hasil belajar selama pembelajaran masih berlangsung
i. Melakukan revisi pembelajaran dengan memperbaiki setiap tahapan
pengembangan yang dilalui mulai dari step a sampai h, jika dipandang
perlu
j. Mendesain evaluasi sumatif untuk menilai hasil akhir pembelajaran
Sebelum melakukan uji coba pembelajaran tersebut, terlebih dahulu
dilakukan pemetaan dan pembuatan jaringan tema pembelajaran integratif
internal dan eksternal di Madrasah Ibtidaiyah dengan mengacu pada
Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum SD/MI, Permenag
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Standar Isi Madrasah Ibtidaiyah dan draft
Permenag Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Buku Pegangan Guru SD Kelas
IV dan Buku Pegangan Guru PAI SD Kelas IV.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang akan dijadikan project penelitian Pengembangan ini
adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mangunsari Kota Salatiga Jawa Tengah;
sedangkan waktu pelaksanaannya pada bulan November 2014.
Sekolah ini dipilih karena MI Mangunsari adalah salah satu MI di kota
Salatiga yang perkembangannya cukup pesat sehingga minat masyarakat
menyekolahkan anaknya di MI ini cukup tinggi. Hal ini diindikasikan dengan
banyaknya orang tua yang meminta agar MI Mangunsari menambah kuota
penerimaan siswa baru setiap tahunnya.
MI Mangunsari yang berkembang cukup pesat tentunya didukung oleh
tenaga sumber daya manusia yang memadai dan memiliki kinerja yang baik,
di mana dalam hal ini sangat memungkinkan untuk diajak melakukan inovasi
dalam pembelajaran.
C. Subjek Uji Coba Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek uji coba adalah siswa kelas
IV MI Mangunsari Kota Salatiga Jawa Tengah karena siswa Kelas IV adalah
salah satu tingkatan kelas di SD/MI yang dijadikan uji coba awal
implementasi Kurikulum 2013. Indikator keberhasilan uji coba ini adalah:
1. Prestasi Belajar : mencapai KKM yang ditetapkan MI, yaitu 65
2. Performa belajar peserta didik : performa peserta didik mencapai kategori
baik
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, tes,
dan observasi. Studi dokumentasi digunakan untuk mengkaji dan menalaah
lampiran Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kurikulum
SD/MI,Permenag Nomor 8 Tahun 2008 tentang Standar Isi Madrasah dan
draft Permenag Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Bahasa Arab di Madrasah, Buku
Pegangan Guru SD Kelas IV dan Buku Pegangan Guru PAI SD Kelas IV.
Telaah dokumen-dokumen tersebut untuk membuat jaringan tematik
integratif internal dan eksternal.
Teknik tes digunakan untuk mengetahui pencapaian prestasi siswa
sebagai subjek uji coba; sedangkan teknik observasi digunakan untuk
mengetahui dinamika dan performa guru dan peserta didik selama mengikuti
uji coba pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif, persentase; sedangkan data yang bersifat kualitatif dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis interaktif Miles & Huberman (1994:10)
yang terdiri dari data reduction, data display, conclusion and verification.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
Deskripsi lokasi penelitian dapat dikemukakan melalui uraian berikut
1. Nama Sekolah : MI Ma‟arif Mangunsari
2. Alamat :
a. Jalan : Abdul Syukur no 3A
b. Desa/ Kelurahan : Mangunsari
c. Kecamatan : Sidomukti
d. Kabupaten/ Kota : Salatiga
e. Provinsi : Jawa Tengah
f. Kode Pos : 50721
g. No. Telepon/HP : (0298)328782
3. Mulai operasional : Tahun 1965
4. Luas Tanah : 1169 m2
5. Luas Bangunan : 633 m2
6. Status Tanah : Wakaf
7. Status Bangunan : Milik Sendiri/
8. Terakreditasi : A
9. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah
Visi:
CERDAS, RELIGIUS, DAN BERAKHLAKUL KARIMAH
Terwujudnya warga Madrasah yang Cerdas, Religius dan Berakhlakul
karimah baik secara individual maupun sosial.
Uraian penjabaran VISI:
a. Cerdas Secara Intelektual dalam prestasi Akademik.
b. Cerdas Secara Emosional dalam berperilaku
c. Cerdas Secara Spiritual dalam motivasi dan aktivitas.
d. Berkarakter Kemandirian
e. Berkarakter Percaya diri,disiplin dan jujur
f. Berkarakter Peka dan Tangungjawab
g. Berkarakter Teliti dan Sabar
h. Sholeh Ritual : Dasar Tauhid kokoh berpola Ikhsan
i. Sholeh Ritual : Disiplin dalam beribadah
j. Sholeh Sosial Berakhlaq mulia, toleran
k. Sholeh Sosial : Sahaja, sopan santun
l. Sholeh Personal : Ikhlas dan sabar
Indikator Visi :
a. Unggul dalam pencapaian target daya serap kurikulum
b. Unggul dalam lomba akademik maupun non akademik.
c. Unggul dalam membaca tulis Alqur‟an
d. Unggul dalam kedisiplinan beribadah
e. Unggul dalam kesiapan kecakapan hidup.
f. Unggul dalam kegiatan seni , Olahraga dan ketrampilan.
g. Unggul dalam pembentukan watak dan sikap kepribadian tercermin
dalam prilaku keseharian.
h. Mampu menjadi rujukan bagi standar layanan pendidikan dasar
Misi:
Belajar Enjoy Sepanjang Hayat
Rincian Misi :
a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.
b. Mengembangkan model pembelajaran yang ENJOY
( Efektif, Nyaman, Jelas, Obyektif dan Islamy )
c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi kecerdasan.
d. Menumbuhkan wawasan patriotisme kebangsaan
e. Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai
Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme.
f. Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan
g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses
pendidikan
Tujuan:
a. Tujuan Umum Pendidikan Dasar
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan Khusus:
1) Menanamkan kesadaran prinsip hidup Belajar Sepanjang Hayat.
2) Mengembangkan pembelajaran yang ENJOY ( Efektif, Nyaman,
Jelas, Obyektif dan Islami
3) Mengembangkan potensi dasar peserta didik secara terpadu baik
kecerdasannya, keagamaannya dan akhlakul karimahnya.
4) Menanamkan wawasan Nasionalisme religius patriotisme
kebangsaan
5) Mengembangkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi Nilai
Islamiyah, Budaya Lokal yang baik serta nasionalisme.
6) Mengembangkan potensi masyarakat Peduli Pendidikan
7) Mengembangkan tata lingkungan yang menunjang proses
pendidikan
10. Keadaan Siswa dan Rombel Dua Tahun Terakhir
No Kelas
Tahun Pelajaran
2013-2014 2014-2015
Jumlah Rombel Jumlah Rombel
1. I 69 2 59 2
2. II 61 2 67 2
3. III 56 2 59 2
4. IV 37 2 55 2
5. V 36 2 48 2
6. VI 16 1 37 2
Jumlah 275 11 315 12
11. Keadaan Guru dan Tenaga Pendukung
a. Nama guru
No. Nama / NIP Jabatan Mengajar
Kelas
1 Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd Kepala
Madrasah
PKn kelas V dan
VI
2 Ismiyati, S.Pd II
3 Dra. Nurul Aini IV
4 Fathul Ghufron, S.PdI V
No. Nama / NIP Jabatan Mengajar
Kelas
5 Siti Nasiroh, S.Ag V
6 Tri Pujiastuti, S.Ag II
7 Siti Nurkholifah III
8 Achmad Sabiqul Umam, S.Ag SKI (III-VI), AA
(IV-V)
9 M. Turis Niagawan, SH VI
10 Fauziah, M.Ag I
11 Dian MAriani, S.Pd VI
12 Susriana Wahyu IL, M.PdI I
13 Arifatul Farida, S.Pd I
14 Tri Handayani, S.PdI I
15 Khoriyatun Ni‟mah IV
16 Syafi‟il Abthohi III
17 Mahmud Penjaga
b. Jumlah PTK berdasarkan tingkat Kualifikasi Akademik
No Status/ Jabatan
Tingkat Pendidikan Terakhir
<
SLTP SLTA D2 D3 S1*) S2 S3
1. Kepala Sekolah - - - - 1 - -
2. Guru PNS - - - - 6 - -
3. Guru wiyata - - - - 8 2 -
4 Penjaga sekolah - 1 - - - - -
*) Sarjana Pendidikan
c. Kualifikasi Pendidik berdasarkan tingkat Kompetensi/ Sertifikasi
No Status/ Jabatan Jumlah Personil yang Lulus Sertifikasi/
Jumlah Tahun
1. Kepala Sekolah 1 2009
2. Guru PNS 1 2012
4 2013
3. Guru wiyata 1 2011
1 2012
2 2013
12. Jumlah Ketersediaan Buku dan Sarana Prasana Pendukung
a. Koleksi Perpustakaan
No Jenis Koleksi Buku Jumlah Satuan
1. Buku Teks Utama 850 Examplar
2. Buku Bacaan 2000 Examplar
3. Buku Referensi 400 Examplar
b. Peralatan Pendidikan
No Jenis Peralatan Jumlah Satuan Kondisi
1. Alat Peraga IPA (Torso) - - -
2. IPS 5 Set Cukup
3. Matematika 2 Unit Rusak
4. Bahasa Indonesia 4 Unit Rusak
5. Bahasa Inggris 2 Unit Rusak
6. IPBAl quran 4 Unit Baik
7. KIT IPA 4 Unit Baik
c. Media Pendidikan
No Jenis Media Jumlah Satuan Kondisi
1. Perangkat Komputer 12 Unit 8= Rusak
4= Baik
2. Printer 2 Unit 1 = Cukup
1 = Baik
3. LCD 2 Unit 2 = baik
4. Projector (OHP) - - -
5. Layar OHP 1 Unit baik
6 Televisi - - -
7 Laptop tosiba 1 Unit cukup
8 DVD Player - - -
9 Sound System 1 Unit Cukup
10 CD Keping-Interaktif
d. Perabot Sekolah
No Jenis Perabotan Sekolah Jumlah Satuan Kondisi
1. Meja/kursi Kepala
Sekolah
1 Set Baik
2. Meja/kursi Guru 15 Set Baik
3. Meja Siswa 250 Buah Cukup
4. Kursi Siswa 315 Buah Cukup
5. Meja Komputer 2 buah Cukup-
Baik
6. Lemari Kelas 10 buah Cukup
7. Rak Buku Perpustakaan 6 buah Baik
8 Papan Tulis/ White Board 12 buah Baik
9. Papan Data Kantor 1 Unit Cukup
e. Prasana
Jenis Keberadaan Berfungsi
Ya Tidak Ya Tidak
Instalasi Air √ √
Jaringan Listrik √ √
Jaringan Telepon √ √
Internet √ √
Akses Jalan √ √
13. Jumlah Ketersedian Ruangan
a. Ruangan Pokok
No Nama Ruangan Jumlah Satuan Kondisi
1. Ruang Kelas/ Belajar 12 (6 x 7m) M2 Baik
2. Ruang Kepala Sekolah 3 x 4 M2 Baik
3 Ruang Guru 7 x 6 M2 Baik
b. Ruangan Penunjang
No Nama Ruangan Ukuran Satuan Kondisi
1. Ruang Perpustakaan 7 x 6 m M2 Baik
2. UKS 2 x 2 m M2 Cukup
3. WC GURU 2 (2 x 3) m M2 Baik
4. WC MURID 6 ( 2 x 2m) M2 Baik
14. Kegiatan dan Prestasi yang pernah dicapai
a. Prestasi Akademik
1) Jumlah Peserta UAS/UASBN Tahun 2013/2014= 16 orang
2) Rata-rata hasil UASBN Tahun 2013/2014 = 19.01
3) nilai tertinggi UASBN Tahun 2013/2014 =27.35
4) nilai terendah UASBN Tahun 2013/2014 =12.80
5) Jumlah yang diterima di SMP/ Sederajat = 16 orang
b. Prestasi
1) Juara II lomba Cerdas Cermat Pramuka Tingkat Karisidenan
Semarang tahun 2013
2) Juara II Kata Perorangan Karate Tingkat Kota Salatiga Tahun
2013
3) Juara II Kata Beregu Karate Tingkat Provinsi Jawa Tengah Tahun
2013
4) Juara Umum MAPSI-UM MI se-Kota Salatiga Tahun 2013
5) Juara II sholat Putra Pekan Maulid Nabi Se Kota Salatiga Tahun
2014
6) Juara II Adzan Putra Pekan Maulid Nabi Se Kota Salatiga Tahun
2014
7) Juara Umum Ke 2 Pekan Muulid Nabi Tingkat Kecamatan
Sidomukti Tahun 2014
8) Juara I Lomba Menyanyi Tunggal Tingkat Kota Salatiga
15. Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS)
Tahun
Pelajaran
Pemerintah
(Rp)
Orang Tua
(Rp)
Jumlah
(Rp)
2013/2014 Rp 176.238.250 Rp 32.604.000 Rp 208.878.250
B. Paparan Data dan Pembahasan
1. Tematik Integratif Eksternal
Setelah dilakukan pemetaan Kompetensi Dasar dan Indikator
kemudian disambungkan dengan Tema-tema Pembelajaran yang sudah
ada, maka indikator pembelajaran dalam sub-sub mapel Pendidikan
Agama Islam yang terdiri dari Aqidah Akhlaq, Al Qur‟an, Fiqh, dan
Sejarah Kebudayaan Islam dapat masuk ke dalam 16 (enam belas)
pembelajaran pada semester I Kelas IV dan 24 (dua puluh empat)
pembelajaran pada Semester II Kelas IV.
Penyebaran tema masing-masing semester tidak bisa sama karena
Kompetensi Dasar yang ada pada sub mapel Pendidikan Agama Islam
tidak bisa dipaksanakan masuk pada sebaran pembelajaran yang sudah ada
pada mata pelajaran umum (IPA, PPKn, IPS, PJOK, SBdB, Matematika,
Bahasa Indonesia). Kalau dipaksanakan justru malah semakin tidak
nyambung Kompetensi Dasar yang ada dengan tema pembelajaran yang
bersangkutan.
Adapun penyebaran Kompetensi Dasar sub mapel Pendidikan Agama
Islam dalam mata pelajaran umum di Madrasah Ibtidaiyah dapat dilihat pada
rangkuman tabel berikut.
PENYEBARAN JARINGAN TEMATIK INTEGRATIF EKSTERNAL
Semester Ganjil Semester Genap
Tema Sub Tema Pembelajaan Tema Sub Tema Pembelajaan
1 1 1 5 1 1
3 3
4 5
2 1
2 2 4
4 5
3 1
2 3 6 2
3
3 1 1 6 1 1
3 7 3 2
4 5
2 4 8 1 2
3 1 4
3 2 1
4 1 1 5
2 6
3 3 2
4 3
5
9 1 4
2 2
3 5
4 1
Jumlah 16 Jumlah 24
Sedangkan rincian penyebaran masing-masing tema pada masing-masing
pertemuan per minggu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
TEMA 1
Sub Tema 1 J
a m
Sub Tema 2 J
a m
Sub Tema 3 J
a m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P 1 P P P P 1 Pembiasaan Akhlaq 1 Pembiasaan Hafalan
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 2
Sub Tema 1 J a
m
Sub Tema 2 J a
m
Sub Tema 3 J a
m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Pembiasaan Akhlaq 1 Pembiasaan Ibadah 1 Pembiasaan 1 Pembiasaan Hafalan
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 3
Sub Tema 1 J
a m
Sub Tema 2 J
a m
Sub Tema 3 J
a m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P 1 P P P P P 1 P P P P 1 Pembiasaan Ibadah
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 4
Sub Tema 1 J a
m
Sub Tema 2 J a
m
Sub Tema 3 J a
m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P 1 Pembiasaan Ibadah 1 Pembiasaan Akhlaq 1 Pembiasaan Hafalan
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 5
Sub Tema 1 J
a m
Sub Tema 2 J
a m
Sub Tema 3 J
a m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P 1 P P P 1 P P P 1 Pembiasaan Akhlaq
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 6
Sub Tema 1 J
a m
Sub Tema 2 J
a m
Sub Tema 3 J
a m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Pembiasaan 1 Pembiasaan Akhlaq 1 Pembiasaan Ibadah 1 Pembiasaan Hafalan
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 7
Sub Tema 1 J
a m
Sub Tema 2 J
a m
Sub Tema 3 J
a m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Pembiasaan Ibadah 1 Pembiasaan Akhlaq 1 P P P P 1 Pembiasaan Hafalan
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 8
Sub Tema 1 J a
m
Sub Tema 2 J a
m
Sub Tema 3 J a
m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P P 1 P P P 1 P P P 1 Pembiasaan Ibadah
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
TEMA 9
Sub Tema 1 J
a m
Sub Tema 2 J
a m
Sub Tema 3 J
a m
Sub Tema 4
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
P P P P P 1 P P P P P 1 P P P P P 1 Pembiasaan
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
6 6 6
7 7 7
Dari paparan tabel di atas, dapat dipahami bahwa tema pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah tidak bisa masuk secara
runtut, urut setiap hari pada tema pembelajaran tematik yang lainnya.
Jika model ini dipandang tetap menarik untuk dikembangkan di
Madrasah Ibtidaiyah, maka yang dilakukan adalah memanfaatkan waktu jam-
jam “kosong” tersebut untuk kegiatan pembiasaan ibadah, akhlaq karimah
dan hafalan ayat atau do‟a pilihan. Pembiasaan yang dimaksud misalnya
pembiasaan kebersihan, ketertiban, dan disiplin; hafalan asma‟ al husna,
hafalan surat-surat pendek, hafalan hadits-hadits pilihan, sholat dhuha
bersama, tadarrus bersama, dan kegiatan keagamaan yang lainnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya tidak dapat dilaksanakan setiap
hari, namun dilaksanakan secara terjadwal, bergantian. Keuntungan yang
dapat diperoleh dari model demikian adalah peserta didik mendapatkan
pendidikan praktis dalam hal keberagamaan, tidak hanya pengetahuan
semata.
Adapun pemetaan jaringan tematik integratif eksternal selengkapnya
dapat dilihat pada bagan-bagan di bawah ini.
Tema 1 : INDAHNYA KEBERSAMAAN
Subtema 1 : Keragaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran 1
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar: 3.4 Memahami sikap hormat dan patuh dalam
kehidupan sehari-hari 4.4 Menunjukkan sikap hormat dan patuh
dalam kehidupan sehari-hari Indikator: 1. Menjelaskan cara menghormati keragaman
dalam kehidupan sehari-hari 2. Mematuhi peraturan budaya setempat
yang tidak bertentangan dengan nilai agama Islam
1
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Indahnya Kebersamaan sub tema Keragaman Budaya
Bangsaku yang terdiri dari mapel PPKn, SBdP, dan Bahasa Indonesia. Dalam
praktik pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS,
indikator : menjelaskan sikap yang harus ditunjukkan untuk menghormati
keberagaman dalam bentuk lisan.
Ketika guru menerangkan IPS tentang sikap menghormati keberagaman,
maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq, yaitu
1) menjelaskan cara menghormati keragaman dalam kehidupan sehari-hari; 2)
mematuhi peraturan budaya setempat yang tidak bertentangan dengan nilai agama
Islam.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“….kita harus menghormati orang lain karena perbedaan yang ada diantara
kita…kita ini diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan berbeda-beda baik
suku, bahasa, budaya dan agama. Oleh karena itu agar tercipta kehidupan
yang harmonis maka kita harus menghormati keragaman yang ada di
sekitar kita. Dalam Islam juga diajarkan hal yang seperti itu…Islam sangat
menghargai perbedaan di antara manusia..Allah menciptakan manusia juga
berbeda-beda..berbeda dalam suku, ras dan bahasa…kita dianjurkan untuk
saling kenal-mengenal antar satu dan lainnya dengan tetap menghormati
perbedaan di antara kita…”
Tema 1 : INDAHNYA KEBERSAMAAN
Subtema 1 : Keragaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran 3:
Al Qur’an Kompetensi Dasar: 3.6 menerjemahkan hadits tentang
taqwa riwayat Tirmidzi dari Abu dzar
3.7 Memahami isi kandungan tentang taqwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar
4.5 Menghafal hadits tentang taqwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar
Indikator: 1. Menjelaskan pengertian taqwa 2. Menyebutkan macam-macam
perilaku taqwa
3
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel AQur‟an diintegrsikan
dengan tema Indahnya Kebersamaan sub tema Keragaman Budaya Bangsaku
yang terdiri dari mapel PJOK, IPS, PPKn. Dalam praktik pembelajarannya, materi
Al Qur‟an masuk melalui mapel PKn, indikator yang kedua, yaitu : menjelaskan
perilaku yang sesuai dengan sila Pancasila dalam bentuk tulisan.
Ketika guru menerangkan PKn tentang perilaku yang sesuai dengan sila
Pancasila, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Al Qur‟an
yaitu: 1) menjelaskan pengertian taqwa; 2) menyebutkan macam-macam perilaku
taqwa.
Cara memasukkan materi Al Quran ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“ kita tahu bahwa Pancasila merupakan merupakan dasar negara Indonesia
yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila memiliki lima sila yang kesemuanya harus tergambar
dalam perilaku setiap masyarakat Indonesia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa warga negara yang baik adalah warga negara yang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya. Warga negara
yagn mengikuti Pancasila dalam hidupnya, pasti akan selamat dalam
kehidupan bernegaranya. Dalam Islam juga aturan-aturan yang harus
dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari agar hidupnya selaras, yaitu aturan-
aturan Allah. Ada hal-hal yang harus kita jalankan, lakukan, adapuna hal-
hal yang harus kita jauhi dalam hidup ini agar hidup kita selamat di dunia
dan diakherat. Dalam Islam ada istilah taqwa, orangnya namanya
muttaqin..orang yang taqwa adalah orang yang senantiasa mengikuti
aturan-aturan Allah dan selalu meninggalkan larangan-larangan Allah
dalam kehidupan sehari-hari…”
Tema 1 : INDAHNYA KEBERSAMAAN
Subtema 1 : Keragaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran 4
Fiqh Kompetensi Dasar: 3.1 Memahami pengertian zakat 3.2 Mengenal macam-macam zakat Indikator: 1. Menjelaskan pengertian zakat 2. Menyebutkan macam-macam zakat
4
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Indahnya Kebersamaan sub tema Keragaman Budaya Bangsaku
yang terdiri dari mapel IPA, IPS, PPKn. Dalam praktik pembelajarannya, materi
Fiqh masuk melalui mapel PPKn, indikatornya : menceritakan pengalaman
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang pengalaman mengamalkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari., maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam Fiqh yaitu: 1) menjelaskan pengertian zakat; 2)
menyebutkan macam-macam zakat.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“….sila kedua berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
berarti bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita harus selalu berbuat adil
dan beretika dengan orang lain…sila ketiga persatuan Indonesia, berarti
kita harus selalu menjaga pesatuan dalam kehidupan sehari-hari..kita
jangan suka menciptakan suasana yang dapat memecah belah di antara
warga negara Indonesia…sila ke lima berbunyi keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia..artinya kita harus selalu berusaha menciptakan
keadilan dalam kehidupan sosial…kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia,..sehinggaa kita harus saling tolong, saling bantu,..saling
meringankan beban orang lain sehingga seluruh rakyat Indonesia
merasakan hidup sejahtera. Dalam Islam juga diajarkan agar setiap
manusia memiliki rasa peduli dan saling bantu terhadap sesama..sehingga
kita bisa merasakan kebahagiaan bersama-sama dengan orang lain..kita
tidak dianjurkan sejahtera sendiri…senang sendiri..kaya sendiri..sementara
tetangga kita pada kelaparan dan miskin. Oleh karena itu untuk
menciptakan keadaan tersebut Islam mengajarkan kita untuk berzakat….”
Tema 1 : INDAHNYA KEBERSAMAAN
Subtema 2 : Kebersamaan dalam Keberagaman
Pembelajaran 2 :
Al Qur’an Standar Kompetensi: 3.1 Menerjemahkan QS. An Nashr dan
Al Kautsar 3.2 Memahami isi kandungan QS. An
Nashr dan Al Kautsar Indikator: 1. Mengartikan per kata surat al
Nashr dan al Kautsar 2. Menjelaskan isi kandungan surat
An Nashr dan Al Kautsar
2
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Indahnya Kebersamaan sub tema Kebersamaan dalam Keberagaman
yang terdiri dari mapel bahasa Indonesia dan IPS. Dalam praktik
pembelajarannya, materi al Qur‟an masuk melalui mapel IPS, indikatornya :
menceritakan tentang berbagai jenis pekerjaan dan kegiatan ekonomi yang
berkaitan dengan hasil karya seni (cendera mata) masyarakat sekitar.
Ketika guru menerangkan IPS tentang berbagai jenis pekerjaan dan
kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan hasil karya seni (cendera mata)
masyarakat sekitar, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam
Fiqh yaitu: 1) mengartikan per kata surat al Nashr dan al Kautsar; 2) menjelaskan
isi kandungan surat An Nashr dan Al Kautsar
Cara memasukkan materi al Quran ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“..sebagaimana diketahui bahwa dalam hidup ini banyak cara mencari
rizqi, ada yang bekerja sebagai petani, pedagang, ada yang bergerak dalam
bidang jasa..ada juga pekerja seni…pekerja seni itu adalah orang yang
bekerja dengan menggunakan kemampuan kreatifitas seninya untuk
menghasilkan karya. Salah satu hasil karya seni yang sering dijual belikan
adalah cendera mata..biasanya di tempat-tempat wisata sering kita jumpai
cendera mata..cendera mata bisa berupa gambar, lukisan, souvenir,
gantungan kunci dan lain-lain. Banyak sekali cendera mata yang berupa
souvenir yang menggambarkan kekhasan daerah masing-masing. Setiap
daerah memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing, itu semua tidak
lain adalah karunia Allah yang Maha Kuasa. Manusia hanya diminta
mensyukuri atas berbagai karunia Allah tersebut…”
Tema 1 : INDAHNYA KEBERSAMAAN
Subtema 2 : Kebersamaan dalam Keberagaman
Pembelajaran 4 :
Fiqh Standar Kompetensi: 3.5 Mengetahui manfaat zakat,
infaq, dan sedekah Indikator: Menjelaskan manfaat zakat, infaq dan sedekah bagi penciptaan kerukunan kehidupan sosial
4
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Indahnya Kebersamaan sub tema Kebersamaan dalam Keberagaman
yang terdiri dari mapel Bahasa Indonesia dan PPKn. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Fiqh masuk melalui mapel PPKn, indikatornya :
menjelaskan makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan di rumah, di sekolah,
dan masyarakat secara berkelompok.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang makna dan pentingnya persatuan
dan kesatuan di rumah, di sekolah, dan masyarakat secara berkelompok, maka
guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Fiqh yaitu menjelaskan
manfaat zakat, infaq dan sedekah bagi penciptaan kerukunan kehidupan sosial
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..dalam hal persatuan..kita harus dapat mewujudkannya di manapun
dan kapanpun, baik di rumah, di sekolah, ataupun di masyarakat…karena
kita tidak bisa lepas dari kehidupan tersebut….sehingga kita selalu rukun
dengan teman saudara. Dalam hal ini, Islam memberikan media untuk
membuat rukun diantara sesama warga masyarakat yaitu dengan berzakat,
berinfaq dan bersedekah…berzakat itu adalah mengeluarkan harta kita
yang bukan hak kita, karena Allah selalu menitipkan sedikit harta orang
lain pada kita…kalau kita mau berzakat berarti kita memberikan haknya
orang lain…kalau kita tidak berzakat berarti kita serakah….kalau orang
serakah tidak akan disenangi orang lain…kalau orang tidak disenangi
tetangganya…maka akan mengganggu kerukunan dalam hidup
bertetangga….demikian juga infaq dan sedekah. Kita berinfaq dan
bersedekah adalah mengeluarkan sebagian harta kita untuk kepentingan
orang lain…kalau dalam hidup setiap orang mau berzakat, berinfaq dan
bersedekah maka kerukunan masyarakat akan cepat terwujud….”
Tema 2 : SELALU BERHEMAT ENERGI
Subtema 3 : Gerak dan Gaya
Pembelajaran 6 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar: 3.1 Mengetahui contoh-contoh
ketabahan Nabi Muhammad dan para sahabat dalam berdakwah
4.1 Menceritakan ketabahan nabi Muhammad dan sahabat dalam berdakwah
4.2 Menceritakan kemuliaan akhlaq nabi Muhammad dan sahabat dalam berdakwah
Indikator: 1. Menyebutkan contoh perilaku
tabah Muhammad dan sahabatnya
2. Menceriakan contoh perilaku tabah dalam kehidupan
3. Menceritakan kemuliaan akhlaq nabi dan sahabatnya dalam berdakwah
6
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Berhemat Energi sub tema Gerak dan Gaya yang terdiri dari mapel
IPA dan IPS. Dalam praktik pembelajarannya, materi SKI masuk melalui mapel
IPS, indikatornya : membuat refleksi sikap saat berinteraksi dan bekerja sama.
Ketika guru menerangkan IPS tentang membuat refleksi sikap saat
berinteraksi dan bekerja sama, maka guru dapat menyambungkan dengan
indikator dalam SKI yaitu: 1) menyebutkan contoh perilaku tabah Muhammad
dan sahabatnya; 2) menceriakan contoh perilaku tabah dalam kehidupan; 3)
menceritakan kemuliaan akhlaq nabi dan sahabatnya dalam berdakwah.
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah makhluq pribadi dan
sosial, ia tidak bisa terlepas dari interaksi dengan orang lain. Dalam
berinteraksi dengan orang lain maka setiap manusia harus mampu
menunjukkan perilaku yang etis..sehingga dia dapat hidup dalam segala
kelompok masyarakat. Yang demikian itu telah dicontoh oleh nabi
Muhammad dan para sahabat ketika masuk dalam berbagai komunitas
untuk berdakwah…...kita tahu bahwa Muhammad dan para sahabat-Nya
dalam berdakwah memasuki berbagai lapisan masyarakat, dan beliau
mampu menunjukkan akhlaq yang mulia dalam berdakwah…..mereka
dengan sabar dan tabah menghadapi berbagai macam cobaan dari berbagai
macam golongan masyarakat yang ada pada waktu itu….”
Tema 3 : PEDULI TERHADAP MAKHLUQ HIDUP
Subtema 1 : Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku
Pembelajaran 1 :
Fiqh Kompetensi Dasar 3.3 Memahami ketentuan zakat
fitrah 3.4 Memahami ketentuan infaq
dan sedekah Indikator: 1. Menjelaskan pengertian
zakat fithrah 2. Menjelaskan pengertian
infaq dan sedekah
1
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Peduli terhadap Makhluq Hidup sub tema Hewan dan Tumbuhan di
Lingkungan Rumahku yang terdiri dari mapel SBdP, IPA, Matematika. Dalam
praktik pembelajarannya, materi Fiqh masuk melalui mapel Matematika,
indikatornya : 1) menentukan pecahan setelah mengamati gambar dan melengkapi
tabel; 2) membedakan pecahan senilai dan tidak senilai setelah melakukan
eksplorasi dengan gambar pecahan dan diskusi kelas.
Ketika guru menerangkan Matematika tentang menentukan pecahan dan
membedakan pecahan senilai dan tidak senilai , maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam Fiqh yaitu: 1) menjelaskan pengertian zakat fithrah; 2)
menjelaskan pengertian infaq dan sedekah.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..pecahan itu adalah sama dengan pembagian,..perhatikan contoh
berikut…kalau semangka ini saya potong jadi dua……maka masing-
masing bagian disebut satu per dua atau sering dibaca setengah….kalau
saya potong jadi tiga….maka masing-masing bagian disebut satu per tiga
atau sepertiga…..Dalam Islam juga ada pecahan-pecahan seperti
itu…yaitu tentang zakat…berzakat adalah memberikan sebagian harta kita
kepada para fakir dan miskin…tidak seluruhnya tapi sebagian
saja…misalnya kita disuruh berzakat seper empat puluh dari harta atau
pendapatan kita…”
Tema 3 : PEDULI TERHADAP MAKHLUQ HIDUP
Subtema 1 : Hewan dan Tumbuhan
di Lingkungan Rumahku
Pembelajaran 3 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar: 3.2 Mengenal sifat Allah yang terkandung dalam al asma al
husna (al Mu’min, al Azhim, al Hadi, al Adlu, al Hakam) 4.2 Melafalkan al asma al husna (al Mu’min, al Azhim, al
Hadi, al Adlu, al Hakam dan artinya Indikator: 1. Menjelaskan makna al asma al husna (al Mu’min, al
Azhim, al Hadi, al Adlu, al Hakam) 2. Mengartikan al asma al husna (al Mu’min, al Azhim, al
Hadi, al Adlu, al Hakam)
3
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Peduli terhadap Makhluq Hidup sub tema Hewan dan
Tumbuhan di Lingkungan Rumahku yang terdiri dari mapel IPA, IPS, PPKn,
Bahasa Indonesia. Dalam praktik pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk
melalui mapel IPS, indikatornya : menjelaskan hubungan antara hewan dan
tumbuhan dan manusia dengan tumbuhan.
Ketika guru menerangkan IPS tentang hubungan antara hewan dan
tumbuhan dan manusia dengan tumbuhan, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) menjelaskan makna al asma al
husna (al Mu‟min, al Azhim, al Hadi, al Adlu, al Hakam); 2) mengartikan al asma
al husna (al Mu‟min, al Azhim, al Hadi, al Adlu, al Hakam)
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“….setiap makhluq hidup di ala mini saling membutuhkan…hewan
membutuhkan tumbuhan dan tumbuhan membutuhkan hewan…manusia
membutuhkan tumbuhan….manusia membutuhkan hewan…hewan dan
tumbuhan juga membutuhkan manusia…semua makhluq bisa hidup aman
tentram saling menjaga, saling melindungi, tidak lain adalah karena Allah
menjaga semua ciptaan-Nya. Allah maha Agung..Allahlah yang
memberipetunjuk kepada semua makhluq-Nya agar dapat saling hidup
bersama dalam kerukunan….Allahlah yang telah menciptakan keadilan
bagi makhluq-makhluq-Nya…”
Tema 3 : PEDULI TERHADAP MAKHLUQ HIDUP
Subtema 1 : Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku
Pembelajaran 4 :
Fiqh Kompetensi Dasar: 4.1 Mensimulasikan tata cara zakat
fithrah 4.2 Mensimulasikan tata cara infaq dan
sedekah Indikator: Mempraktikkan cara berzakat fithrah, berinfaq dan bersedekah
4
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Peduli Terhadap Makhluq Hidup sub tema Hewan dan Tumbuhan di
Lingkungan Rumahku yang terdiri dari mapel IPA, IPS, PPKn, dan Matematika.
Dalam praktik pembelajarannya, materi Fiqh masuk melalui mapel Matematika,
indikatornya : mengurutkan bilangan pecahan dari yang terkecil hingga yang
terbesar dan sebaliknya berdasarkan data pada tabel.
Ketika guru menerangkan Matematika tentang mengurutkan bilangan
pecahan dari yang terkecil hingga yang terbesar dan sebaliknya, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam Fiqh yaitu: Mempraktikkan cara
berzakat fithrah, berinfaq dan bersedekah.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya sembari menjelaskan tentang pecahan-pecahan guru
menyambungkannya dengan pembahasan zakat sebagaimana pada pembelajaran
terdahulu, di mana kita diminta memberikan sebagian dari harta kita kepada yang
berhak, misalnya 1/40 nya, atau beras 21/5 Kg, dan seterusnya.
Tema 3 : PEDULI TERHADAP MAKHLUQ HIDUP
Subtema 2 : Keragaman makhluq hidup di lingkunganku
Pembelajaran 4 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami ciri-ciri
kepribadian nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh alam
Indikator Menyebutkan ciri-ciri kepribadian nabi Muhammad
4
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Peduli terhadap Makhluq Hidup sub tema Keragaman makhluq
Hidup di Ligkunganku terdiri dari mapel IPS, Matematika dan PJOK. Dalam
praktik pembelajarannya, materi SKI masuk melalui mapel IPS, indikatornya :
mempraktikkan interaksi sosial dalam bentuk kerja sama.
Ketika guru menerangkan IPS tentang interaksi sosial dalam bentuk kerja
sama, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam SKI yaitu:
menyebutkan ciri-ciri kepribadian nabi Muhammad
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..sebagaimana telah dijelaskan di pertemuan yang lalu bahwa manusia
adalah makhluq individu dan sosial….sebagai makhluq sosial maka setiap
manusia pasti berinteraksi dengan orang lain…dalam berinteraksi dengan
orang lain hal yang perlu dijaga adalah menjaga etika pergaulan dengan
orang lain agar orang lain juga merasa nyaman dengan kehadiran
kita…Rasulullah telah menberi contoh yang nyata bagaimana cara
berinteraksi dengan orang lain…akhlaq pribadi yang unggul pasti akan
memuaskan orang lain dalam berinteraksi….”
Tema 3 : PEDULI TERHADAP MAKHLUQ HIDUP
Subtema 3 : Ayo Cintai Lingkungan
Pembelajaran 1 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 4.7 Menceritakan kisah Tsa’labah
sebagai bentuk menghindari akhlaq tercela kufur nikmat
Indikator: 1. Menjelaskan pengertian kufur
nikmat 2. Menyebutkan macam-macam
perilaku kufur nikmat
1
Keterangan:
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Peduli terhadap Makhluq Hidup sub tema Hewan dan
Ayo Cintai Lingkungan yang terdiri dari mapel PPKn, IPA, dan Bahasa Indonesia.
Dalam praktik pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel
PPKn, indikatornya : 1) menyebutkan sikap-sikap yang mencerminkan peduli
lingkungan; 2) menghubungkan sila Pancasila dengan perilaku manusia yang
berhubungan dengan sikap cinta lingkungan; 3) mendesain poster tentang
kepedulian terhadap lingkungan.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang sikap-sikap yang mencerminkan
peduli lingkungan dan perilaku manusia yang berhubungan dengan sikap cinta
lingkungan, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah
Akhlaq yaitu: 1) menjelaskan pengertian kufur nikmat; 2) menyebutkan macam-
macam perilaku kufur nikmat.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“……dalam kehidupan kita harus selalu menjaga kelestarian lingkungan
hidup, karena kalau tidak kita jaga maka kita yang akan merasakan akibat
keruskan lingkungan tersebut….baik berupa lingkungan hutan, sungai,
ataupun lingkungan lainnya…setiap orang wajib menjaga lingkungan,
tidak hanya pemerintah….Upaya melestarikan terhadap lingkungan
merupakan bentuk syukur kita kepada Allah. Allah telah melimpahkan
karunia nikmat berupa lingkungan alam untuk kehidupan manusia…yang
dapat dimanfaatkan untuk kehidupannya, …sebagai bentuk
syukurnya…maka kita harus menjaga lingkungan hidup ini..”
Tema 3 : PEDULI TERHADAP MAKHLUQ HIDUP
Subtema 3 : Ayo Cintai Lingkungan
Pembelajaran 3 :
Keterangan:
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.5 Memahami sikap tabah dan
sabar dalam menghadapi cobaan sebagai implementasi dan meneladani kisah Masyithah
3.6 Memiliki sikap rasa ingin tahu dari kisah Tsa’labah sebagai implementasi dalam menghindari sifat tercela dan kufur nikmat
Indikator: 1. Menjelaskan pengertian tabah
dan sabar 2. menjelaskan pengertian
cobaan 3. Menjeskan macam-macam
cobaan 4. Menyebutkan cara-cara
menghindari kufur nikmat
3
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Peduli terhadap Makhluq Hidup sub tema Ayo Cintai
Lingkungan terdiri dari mapel IPA, IPS, Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : menemukan contoh interaksi manusia dengan lingkungan alam
yang berkaitan dengan cinta lingkungan.
Ketika guru menerangkan IPS tentang contoh interaksi manusia dengan
lingkungan alam yang berkaitan dengan cinta lingkungan, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menjelaskan
pengertian tabah dan sabar; 2) Menjelaskan pengertian cobaan; 3) Menjeskan
macam-macam cobaan; 4) Menyebutkan cara-cara menghindari kufur nikmat.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“….ketika kita melakukan interaksi dengan alam maka kita harus dapat
menunjukkan rasa cinta kepada alam, yaitu dengan selalu menjaga dan
memelihara alam sekitarnya….kalau kita berbuat baik kepada alam, maka
alam juga akan memberi kemanfaatan kepada manusia dalam waktu yang
lama,…namun jika kita selalu merusak alam, tidak melakukan hubungan
baik dengan alam, maka alam juga tidak akan memberi kemanfaatan
kepada kita dalam waktu yang lama….Oleh karena itu kita harus memiliki
sifat sabar dan tabah dalam menjalani interaksi dengan alam…sabar dalam
mengelola dan memelihara alam, tabah dalam menghadapi bebagai
kesulitan pelestarian alam…itu semua adalah sebagai berntuk syukur kita
kepada Allah…kalau orang tidak mau menjaga alam, itu dapat dikatakan
kufur nikmat Allah…”
Tema 4 : BERBAGAI PEKERJAAN
Subtema 1 : Jenis-jenis pekerjaan
Pembelajaran 1 :
Keterangan:
Al Qur’an Kompetensi Dasar: 4.1 Membaca surat al Adiyat secara benar dan fasih 4.2 Menghafalkan surat al Adiyat secara benar dan
fasih 3.3 Memahami hukum bacaan idhaar dan ikhfa’ 4.3 Menerapkan hukum bacaan idhaar dan ikhfa’ Indikator: 1. Membaca surat al Adiyah dengan benar sesuai
kaidah tajwid 2. Menunjukkan hafalan surat al Adiyah secara
benar 3. Menjelaskan pengertian bacaan idhaar dan
ikkhfa’ 4. menyebutkan huruf bacaan idhaar dan ikhfa’ 5. Memberi contoh bacaan idhaar dan ikhfaa’
1
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Berbagai Pekerjaan sub tema Jenis-jenis pekerjaan yang terdiri dari
mapel IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik pembelajarannya, materi al
Qur‟an masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1) mengidentifikasi sumber
bahan baku the; 2) mengidentifikasi keberadaan jenis-jenis pekerjaan serta
hubungannya dengan keadaan geografis; 3) menjelaskan proses industri teh.
Ketika guru menerangkan IPS tentang keberadaan jenis-jenis pekerjaan
serta hubungannya dengan keadaan geografis, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam al Qur‟an yaitu: 1) Membaca surat al Adiyah dengan
benar sesuai kaidah tajwid; 2) Menunjukkan hafalan surat al Adiyah secara benar.
Cara memasukkan materi Al Qur‟an ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..Setiap manusia harus bekerja sesuai dengan minat dan keahlian
masing-masing, karena bekerja itu diperlukan untuk mencukupi nafkah
dalam hidup ini. Orang yang tidak mau bekerja maka akan selalu
menggantungkan kebuthan hidup dunianya kepada orang lain..pekerjaan
apa saja adalah mulia..yang penting dilakukan dengan baik dan jujur.
Nah…ketika kita bekerja jangan sampai melupakan diri kepada Allah,
karena Allah adalah Yang memberi rizqi kepada kita….sholat harus tetap
dijaga…jujur harus tetap dijaga…dan jangan terlalu tergesa-gesa pingin
segea kaya yang akhirnya menempuh jalan yang salah…misalnya korupsi.
Kita tidak dianjurkan mencintai harta yang sampai melupakan kewajiban
kita kepada Allah. Dalam surat al „Adiyat dijelaskan…”
Tema 4 : BERBAGAI PEKERJAAN
Subtema 1 : Jenis-jenis Pekerjaan
Pembelajaran 2 :
Al Qur’an Kompetensi Dasar: 3.4 Menerjemahkan hadits tentang niat riwayat
Bukhari dari Umar bin Khattab 4.4 Menghafalkan hadits tentang niat riwayat
Bukhari dan Umar bin Khattab 3.5 Memahami isi kandungan hadits tentang
niat riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab Indikator: 1. Mengartikan hadits tentang niat 2. Menunjukkan hafalan hadits tentang niat 3. Menjelaskan isi kandungan hadits tentang
niat
2
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Berbagai Pekerjaan sub tema Jenis-jenis pekerjaan yang terdiri dari
mapel IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, dan PPKn. Dalam praktik
pembelajarannya, materi al Qur‟an masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya
: menjelaskan kewajiban sebagai seorang pekerja di masyarakat.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang kewajiban sebagai seorang
pekerja di masyarakat, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam
al Qur‟an yaitu: 1) Mengartikan hadits tentang niat; 2) Menunjukkan hafalan
hadits tentang niat; 3) Menjelaskan isi kandungan hadits tentang niat
Cara memasukkan materi Al Quran ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan…kita tetap sebagai
makhluq individu dan sosial, dan jangan dilepaskan status kita sebagai
makhluq individu dan sosial, karena jika itu tejadi maka kesempurnaan
pribadi kita akan berkurang sebagai manusia. Bagaimana kita bisa bekerja
dan tetap dapat memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai bagian dari
anggota masyarakat. Nah..hal itu akan dapat tercapai manakala kita dapat
mematri dalam diri kita niat yang baik…apapun pekerjaan kita, dimanapun
kita bekerja, berapapaun waktu yang dibutuhkan untuk bekerja, kalau niat
kita ingin bermasyarakat ya itu tetap bisa, tapi kalau kita tidak berniat, ya
itu akan sulit juga. Dalam Islam diajarkan tentang pentingnya niat dalam
setiap amal, karena niat tesebut akan menggerakan dan mengendalikan
seluruh aktivitas kita…”
Tema 4 : BERBAGAI PEKERJAAN
Subtema 1 : Jenis-jenis Pekerjaan
Pembelajaran 3 :
Al Qur’an Kompetensi Dasar: 3.4 Menerjemahkan hadits tentang niat riwayat
Bukhari dari Umar bin Khattab 4.4 Menghafalkan hadits tentang niat riwayat Bukhari
dan Umar bin Khattab 3.5 Memahami isi kandungan hadits tentang niat
riwayat Bukhari dari Umar bin Khattab Indikator: 1. Mengartikan hadits tentang niat 2. Menunjukkan hafalan hadits tentang niat 3. Menjelaskan isi kandungan hadits tentang niat
3
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Berbagai Pekerjaan sub tema Jenis-jenis pekerjaan yang terdiri dari
mapel Bahasa Indonesia, PJOK, Matematika, dan PPKn. Dalam praktik
pembelajarannya, materi al Qur‟an masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya
: menjelaskan kewajiban sebagai seorang pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang kewajiban sebagai seorang
pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam al Qur‟an yaitu: 1) Mengartikan hadits
tentang niat; 2) Menunjukkan hafalan hadits tentang niat; 3) Menjelaskan isi
kandungan hadits tentang niat.
Cara memasukkan materi Al Quran ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..pekerjaan apa saja yang kita lakukan…kita tetap sebagai makhluq
individu dan sosial, dan jangan dilepaskan status kita sebagai makhluq
individu dan sosial, karena jika itu tejadi maka kesempurnaan pribadi kita
akan berkurang sebagai manusia. Bagaimana kita bisa bekerja dan tetap
dapat memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai bagian dari anggota
masyarakat. Nah..hal itu akan dapat tercapai manakala kita dapat mematri
dalam diri kita niat yang baik…apapun pekerjaan kita, dimanapun kita
bekerja, berapapaun waktu yang dibutuhkan untuk bekerja, kalau niat kita
ingin bermasyarakat ya itu tetap bisa, tapi kalau kita tidak berniat, ya itu
akan sulit juga. Dalam Islam diajarkan tentang pentingnya niat dalam
setiap amal, karena niat tesebut akan menggerakan dan mengendalikan
seluruh aktivitas kita…”
Tema 4 : BERBAGAI PEKERJAAN
Subtema 1 : Jenis-jenis Pekerjaan
Pembelajaran 4 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar: 3.1 Mengetahui kalimah thayyibah la haula wa la
quwwata illa billahil aliyyi adhim dan maknanya
4.1 Melafalkan kalimah thayyibah la haula wa la quwwata illa billahil aliyyi adhim dan artinya
Indikator: 1. melafalkan kalimah thayyibah la haula wa la
quwwata illa billahil aliyyi adhim 2. Mengartikan kalimah thayyibah la haula wa la
quwwata illa billahil aliyyi adhim 3. Menjelaskan isi kandungan kalimah thayyibah
la haula wa la quwwata illa billahil aliyyi adhim
4
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Berbagai Pekerjaan sub tema Jenis-jenis pekerjaan
yang terdiri dari mapel IPA, IPS, SBdP, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) menjelaskan berbagai sumber daya alam dan hubungannya
dengan jenis-jenis pekerjaan; 2) membedakan sumber daya alam dapat
diperbaharui dan tak dapat diperbaharui.
Ketika guru menerangkan IPS tentang berbagai sumber daya alam dan
hubungannya dengan jenis-jenis pekerjaan dan sumber daya alam dapat
diperbaharui dan tak dapat diperbaharui, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) melafalkan kalimah thayyibah la
haula wa la quwwata illa billahil aliyyi adhim; 2) Mengartikan kalimah thayyibah
la haula wa la quwwata illa billahil aliyyi adhim; 3) Menjelaskan isi kandungan
kalimah thayyibah la haula wa la quwwata illa billahil aliyyi adhim.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“….kita tahu bahwa sumber daya alam itu ada yang dapat diperbaharui
(renewable resources) dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources). Kalau sumber daya alam yang
dapat diperbaharui mungkin tidak ada masalah, namun terhadap sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui kita harus hemat agar tidak
segera habis….Sumber daya alam yang dapat diperbaharui dilakukan /
terjadi secara alami, dan dapat pula direkayasa oleh manusia…Itu semua
merupakan karunai yang besar dari Allah..dan segala kejadian di ala mini
tidak akan terjadi tanpa kekuatan Allah. Dalam Islam diajarkan bahwa…”
SEMESTER DUA (II)
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 1 : Perjuangan para Pahlawan
Pembelajaran 1 :
Aqidah akhlaq Kompetensi Dasar 3.3 Mengenal nama-nama rasul
dan nabi Allah sebagai implementasi dalam mengimani rukun Iman ke-4
4.3 Menunjukkan hafalan nama-nama rasul dan nabi Allah sebagai implementasi dalam mengimani adanya rasul dan nabi.
Indikator: 1. Menyebutkan 25 nama nabi dan
rasul Allah 2. Hafal 25 nama nabi dan rasul
Allah
1
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Pahlawanku sub tema Perjuangan para pahlawan yang
terdiri dari mapel Bahasa Indonesia, IPS, dan PPKn. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) menjelaskan sikap kepahlawanan Raja-raja dari masa Hindu,
Budha dan Islam melalui lini masa; 2) menjelaskan sikap kepahlawanan
berdasarkan pertanyaan.
Ketika guru menerangkan IPS tentang sikap kepahlawanan Raja-raja dari
masa Hindu, Budha dan Islam, maka guru dapat menyambungkan dengan
indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menyebutkan 25 nama nabi dan rasul
Allah; 2) Hafal 25 nama nabi dan rasul Allah.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“….kita tahu bahwa di Indonesia banyak sekali kerajaan-kerajaan yang
beraliran Hindu, Budha dan Islam. Masing-masing kerajaan memerintah
dengan gaya masing-masing dan menjadikan agama sebagai dasar
pemerintahan kerajaan pada waktu itu…Kerjaan yang tertua adalah
kerajaan Hindu, kemudian Budha dan terakhir adalah Islam….Dalam
Islam ada juga pahlawan yang menjadi pemimpin pada masanya dan
mereka juga menyebarkan agama Allah..mereka diutus untuk memimpin
manusia pada zamannya, menjalan pemerintahan, menata kehidupan
sosial, dan meluruskan kepercayaan kepada Tuhan. Istilah yang sering kita
dengan adalah ada nabi dan rasul…Nabi dan rasul tidak lain adalah
pemimpin-pemimpin pada masanya yang mendapat petunjuk dari
Allah…dalam Islam dikenal 25 nabi dan rasul yang harus kita ketahui…”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 1 : Perjuangan para Pahlawan
Pembelajaran 3 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.7 Mengenal nama-nama
rasul ulul azmi dan meneladani akhlaq mulia rasul ulul azmi
Indikator 1. Menyebutkan nama-
nama rasul ulul azmi 2. Menyebutkan contoh
perilaku mulia rasul ulul azmi
3
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Pahlawanku sub tema Perjuangan para pahlawan yang
terdiri dari mapel IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) menemukan perjuangan Gajah Mada dan pengaruhnya pada
kehidupan di masa sekarang; 2) mengomunikasikan hubungan perjuangan Gajah
Mada dan pengaruhnya pada kehidupan masa sekarang.
Ketika guru menerangkan IPS tentang perjuangan Gajah Mada dan
pengaruhnya pada kehidupan di masa sekarang, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menyebutkan
nama-nama rasul ulul azmi; 2) Menyebutkan contoh perilaku mulia rasul ulul
azmi.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“…sebagaimana diketahui bahwa patih Gajah Mada adalah patih yang
terkenal pada masa Majapahit, beliau mampu membawa Majapahit pada
masa kejayaan bersama Raja Hayam Wuruk. Patih Gajah Mada adalah
patih yang tangguh dan disegani, yang terkenal dari Patih Gajah Mada
adalah sumpah Palapa, yaitu beliau tidak akan bersenang-senang sebelum
bisa menyatukan Nusantara. Sumpah tersebut ternyata dapat diwujudkan,
dan sampai sekarang wilayah tersebut masih dapat kita jumpai sebagai
wilayah negara kesatuan RI. Dalam Islam juga terdapat para tokoh
penyebar Islam utusan Allah yang memiliki ketangguhan dan ketabahan
yang luar biasa….mereka adalah nabi dan rasul yang terpilih dari sekian
nabi dan rasul Allah…dalam Islam dikenal dengan sebutan nabi Ulul
Azmi, mereka adalah Musa, Ibrahim, Nuh, Isa, dan Muhammad….”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 1 : Perjuangan para Pahlawan
Pembelajaran 5 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.7 Mengenal nama-nama rasul
ulul azmi dan meneladani akhlaq mulia rasul ulul azmi
Indikator 1. Menyebutkan nama-nama
rasul ulul azmi 2. Menyebutkan contoh perilaku
mulia rasul ulul azmi
5
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Pahlawanku sub tema Perjuangan para pahlawan yang
terdiri dari mapel IPS, SBdP, dan Matematika. Dalam praktik pembelajarannya,
materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1)
menjelaskan sejarah perjuangan dari tokoh yang dipilihnya; 2) menyebutkan hal
baik yang bisa dicontoh dari perjuangan tokoh.
Ketika guru menerangkan IPS tentang sejarah perjuangan dari tokoh dan
hal baik yang bisa dicontoh dari perjuangan tokoh, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menyebutkan
nama-nama rasul ulul azmi; 2) Menyebutkan contoh perilaku mulia rasul ulul
azmi.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“…..sebagaimana diketahui bahwa para pahlawan telah menunjukkan
perjuangannya yang gigih…mereka rela mengorbankan harta,
meninggalkan keluarga dan nyawa sebagai taruhannya…demi
memperjuangan kepentingan orang banyak…mereka mampu mengalahkan
sifat egoisnya…dan menggantinya dengan sifat yang mengutamakan
kemaslahatan orang banyak….demikian juga dalam agama kita…para
rasul ulul azmi juga telah menunjukkan sifat mulianya dalam menegakkan
agama Allah. Mereka berjuang sepenuh hati, ihlat, tulus dan tidak putus
asa dalam menegakkan agama Allah. Mereka berhasil mengatasi berbagai
rintangan dan cobaan dengan tabah dan tidak putus asa…”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 2 : Pahlawanku Kebangganku
Pembelajaran 1 :
1
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar 3.3 Mengenal latar belakang nabi
Muhammad diisra’ mi’rajkan 4.3 Menceritakan kembali
peristiwa penting di dalam isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW
Indikator: 1. Menyebutkan sebab-sebab
nabi Muhammad diisra’ mi’rajkan
2. Menceritakan peristiwa isra’ mi’raj
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Sejarah Kebudayaan
(SKI) Islam diintegrsikan dengan tema Pahlawanku sub tema Pahlawanku
Kebanggaanku yang terdiri dari mapel IPS, Matematika, IPA, dan Bahasa
Indonesia. Dalam praktik pembelajarannya, materi SKI masuk melalui mapel IPS
yang indikatornya : 1) menyebutkan perjuangan dan perilaku yang pantas ditiru
dari pahlawan Pattimura; 2) menceritakan sikap kepahlawanan yang dilakukan
oleh pahlawan Pattimura.
Ketika guru menerangkan IPS tentang perjuangan dan perilaku yang
pantas ditiru dari pahlawan Pattimura, maka guru dapat menyambungkan dengan
indikator dalam SKI yaitu: 1) Menyebutkan sebab-sebab nabi Muhammad diisra‟
mi‟rajkan; 2) Menceritakan peristiwa isra‟ mi‟raj.
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..Pattimur adalah putra Maluku yang telah menunjukkan
perjuangannya dalam membela tanah air. Sebagai pemimpin dia berhasil
mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan,
memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan
membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam
kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam
perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan
kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang
Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan
militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes,
salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura…. Dalam
Islam pahlawan yang berhasil memimpin umat yang menata bidang ekonomi,
pendidikan, dan pertahanan dimulai oleh Rasulullah SAW. Namun, suatu saat
Rasul dilanda kesedihan yang luar biasa…maka untuk membangkitkan
semangat juangnya…Allah mengisra‟ mi‟rajkan Muhammad hingga ke
Sidratil Muntaha…”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 2 : Pahlawanku Kebangganku
Pembelajaran 4 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar 3.1 Mengetahui sebab-sebab
nabi Muhammad menganjurkan sahabat hijrah ke Habsyah
4.1 Menceritakan peristiwa hijrah sahabat ke Habasyah
Indikator: 1. Menyebutkan sebab-
sebab nabi Muhammad menganjurkan hijrah ke Habsyah
2. menceritakan peristiwa hijrah sahabat ke Habsyah
4
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Pahlawanku sub tema Pahlawan kebangganku yang terdiri dari
mapel IPS, PKn, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik pembelajarannya, materi
SKI masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1) menjelaskan asal tokoh,
perjuangan dan perilaku yang bisa dicontoh dari pahlawan; 2) memberikan
pendapat tentang pahlawan Ki Hajar Dewantara.
Ketika guru menerangkan IPS tentang asal tokoh, perjuangan dan perilaku
yang bisa dicontoh dari pahlawan Ki Hajar Dewantara, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam SKI yaitu: 1) Menyebutkan sebab-sebab
nabi Muhammad menganjurkan hijrah ke Habsyah; 2) Menceritakan peristiwa
hijrah sahabat ke Habsyah.
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..Ki Hajar Dewantara adalah seorang keturunan bangsawan keraton,
cucu Paku Alam III. Seorang raja di Jogjakarta. Meskipun keturunan
bangsawan, ia tidak pernah menonjolkan gelar kebangsawanan nya. Ia
selalu menganggap dirinya rakyat biasa. Semangat kebangsaannya tampak
sejak beliau masik kanak-kanak. Suwardi sering berkelahi dengan anak-
anak kulit putih yang congkak dan sombong serta suka merendahkan atau
menghina anak-anak bangsa Indonesia. Di dalam Islam…. sikap tersebut
dapat dikatakan hijrah, yaitu berpindah dari kehidupan mewah ke
kehidupan sederhana. Banyak sekali peristiwa berhijrah yang dilakukan
Muhammad dan para sahabatnya untuk menemukan kehidupan yang lebih
baik seperti Hijrahnya Nabi dan para sahabat ke Habsyah karena tekanan
dan intimidasi luar biasa daripada pihak musyrikin Quraish. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam juga khuatir kaum musyrikin Quraish akan
menggunakan kekuatan fizikal untuk memaksa mereka yang telah masuk
Islam agar meninggalkan agama yang baru mereka peluk…..”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 2 : Pahlawanku Kebangganku
Pembelajaran 5 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar 3.2 Mengetahui sebab-sebab
nabi Muhammad Hijrah ke Thaif
4.2 Menceritakan peristiwa hijrah sahabat ke Thaif
Indikator: 1. Menyebutkan sebab-sebab
nabi Muhammad hijrah ke Thaif
2. Menceritakan peristiwa hijrah ke Thaif
5
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Pahlawanku sub tema Pahlawanku kebanggaanku yang terdiri dari
mapel IPS, PKn, SBdP, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik pembelajarannya,
materi SKI masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1) menjelaskan asal
tokoh, perjuangan dan perilaku yang dapat dicontoh dari pahlawan; 2)
menceritakan pentingnya menghargai perjuangan Soekarno.
Ketika guru menerangkan IPS tentang asal tokoh, perjuangan dan perilaku
yang dapat dicontoh dari pahlawan Soekarno, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam SKI yaitu: 1) Menyebutkan sebab-sebab nabi Muhammad
hijrah ke Thaif; 2) Menceritakan peristiwa hijrah ke Thaif.
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…setelah menjelakan tentang Soekarno…dapat disambungkan dengan
pembahsan hijrah ke Thaif sebagaimana pada pembelajaran
sebelumnya…”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 3 : Sikap Kepahlawanan
Pembelajaran 1 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.4 Memahami sikap terpuji, sidiq,
amanah, fathonah,tabligh dalam kehidupan sehari-hari
4.4 Menunjukkan sikap terpuji, sidiq, amanah, fathonah dan tabligh sebagai implementasi dalam meneladani sifat-sifat nabi dan rasul dalam kehidupan sehari-hari
Indikator 1. Menjelaskan pengertian sikap
sidiq, anamah, fathonah, dan tabligh
2. Menunjukkan perilaku terpuji (sidiq, anamah, fathonah, dan tabligh)
1
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Pahlawanku sub tema Sikap Kepahlawanan yang
terdiri dari mapel IPA, PPKn, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel PPKn yang
indikatornya : 1) mengelompokkan contoh sikap dalam kehidupan sehari-hari
dengan sila Pancasila yang sesuai; 2) memberikan contoh sikap dalam kehidupan
sehari-hari yang mencerminkan salah satu sila Pancasila.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang contoh sikap dalam kehidupan
sehari-hari dengan sila Pancasila yang sesuai, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menjelaskan pengertian sikap
sidiq, anamah, fathonah, dan tabligh; 2) Menunjukkan perilaku terpuji (sidiq,
anamah, fathonah, dan tabligh)
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“…..nilai-nilai Pancasila adalah nilai yang harus kita jadikan pedoman
dalam hidup berbangs dan bernegara. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap
warga negara Indonesia harus dapat mencerminkan pola kehidupan yang
Pancasilais, yaitu sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai dalam sila
Pancasila. Dalam Islam juga ada nilai-nilai keteladanan yang sepatutnya
dijadikan sebagai landasan beramal bagi setiap muslim. Nilai-nilai tersebut
diambil dari sifat keteladanan yang dicontohkan para nabi dan Rasul
Allah, yaitu sidiq, amanah, fathonah dan tabligh….”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 3 : Sikap Kepahlawanan
Pembelajaran 2 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.4 Memahami sikap terpuji, sidiq,
amanah, fathonah,tabligh dalam kehidupan sehari-hari
4.4 Menunjukkan sikap terpuji, sidiq, amanah, fathonah dan tabligh sebagai implementasi dalam meneladani sifat-sifat nabi dan rasul dalam kehidupan sehari-hari
Indikator 1. Menjelaskan pengertian sikap
sidiq, anamah, fathonah, dan tabligh
2. Menunjukkan perilaku terpuji (sidiq, anamah, fathonah, dan tabligh)
2
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Pahlawanku sub tema Sikap Kepahlawanan yang
terdiri dari mapel IPA, IPS, SBdP, dan Matematika. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) mengidentifikasi sikap kepahlawanan pada teks tentang salah
satu pahlawan Indonesia; 2) menelaah sikap kepahlawanan dari salah satu tokoh
Indonesia untuk diteladani oleh generasi penerus di masa yang akan datang.
Ketika guru menerangkan IPS tentang sikap kepahlawanan pada teks
tentang salah satu pahlawan Indonesia untuk diteladani oleh generasi penerus di
masa yang akan datang, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator
dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menjelaskan pengertian sikap sidiq, anamah,
fathonah, dan tabligh; Menunjukkan perilaku terpuji (sidiq, anamah, fathonah, dan
tabligh)
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“….kita tahu bahwa para pahlawan kita adalah mereka yang telah bersedia
mengorbankan segala yang ada pada mereka…mereka adalah orang-orang
yang rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Mereka ihlas
berjuang demi kemerdekaan dan dalam mengisi kemerdekaan….Pahlawan
sejati memiliki sifat-sifat yang mulia,..jujur…ihlas..disiplin…kerja keras
dan yang lainnya. Dalam Islam kita juga memiliki pahlawan yang
memiliki sikap keteladanan yang luar biasa,…mereka adalah para nabi dan
rasul Allah yang diutus untuk memperbaiki kehidupan di bumi…mereka
memiliki sifat sidiq yang berarti jujur, amanah yang berarti dapat
dipercaya, tabligh yang berarti menyampaikan dan fathonah yang berarti
cerdas….”
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 3 : Sikap Kepahlawanan
Pembelajaran 3 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar: 3.6 Mengenal upaya yang
dilakukan nabi Muhammad dalam membina masyarakat Madinah (sosial, ekonomi, agama, dan pertahanan)
Indikator: Menjelaskan upaya pembinaan nabi Muhammad terhadap masyarakat Madinah dalam bidang ekonomi, sosial, agama dan pertahanan
4
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Pahlawanku sub tema Sikap Kepahlawanan yang terdiri dari mapel
PPKn, Matematika dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik pembelajarannya, materi
SKI masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya : 1) mengklasifikasikan
contoh sikap yang mencerminkan cinta tanah air dan bukan cinta tanah air; 2)
menceritakan sikap yang mencerminkan rasa cinta tanah air.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang contoh sikap yang mencerminkan
cinta tanah air dan bukan cinta tanah air, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam SKI yaitu menjelaskan upaya pembinaan nabi
Muhammad terhadap masyarakat Madinah dalam bidang ekonomi, sosial, agama
dan pertahanan.
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“….setiap warga negara Indonesia harus dapat menunjukkan sikap cinta
pada tanah air tercinta yaitu Indonesia. Sikap cinta tanah air ini harus
diwujudkan karena kita tinggal dan hidup di negara Indonesia…di
Indonesia kita hidup, bekerja, bermasyarakat, dan melakukan berbagai
aktivitas dan mengambil berbagai kemanfaatan bagi kehidupan kita. Oleh
karena itu setiap warga negara harus dapat menunjukkan sikap cinta pada
tanah air Indonesia. Salah satu cara menunjukkan rasa cinta tanah air
Indonesia adalah memelihara dan menjaga alam Indonesia agar tetap
lestari. Tak terkuali Muhammad rasulullah, juga mengajak umatnya untuk
cinta pada tanah airnya. Ketika rasul membina masyarakat Madinah,
beliau mengajak para penduduknya untuk mewujudkan Madinah yang
damai dan sejahtera, mengajak masyarakatnya untuk bersama-sama
membangun negeri agar tercipta negeri yang aman dan sentausa……”
Tema 6 : INDAHNYA NEGERIKU
Subtema 1 : Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan
Pembelajaran1 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.2 Mengenal sifat Allah yang
terkandung dalam al asma al husna (al salam dan al lathif)
4.2 Melafalkan al asma al husna al salam dan al lathif
Indikator 1. Menjelaskan arti sifat
Allah al salam dan al lathif 2. Melafalkan al asma al
husna al salam dan al lathif
1
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Indahnya Negeriku sub tema Keanekaragaman Hewan
dan Tumbuhan yang terdiri dari mapel IPA, Matematika dan Bahasa Indonesia.
Dalam praktik pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPA
yang indikatornya : 1) membedakan hewan langka dan tidak langka; 2)
menyimpulkan laporan tentang perburuan hewan langka
Ketika guru menerangkan IPA tentang hewan langka dan tidak langka,
maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu:
1) Menjelaskan arti sifat Allah al salam dan al lathif; 2) Melafalkan al asma al
husna al salam dan al lathif
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“…hewan langka di Indonesia ini hampir mengalami
kepunahan…berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
melindunginya. Pemerintah membuat taman nasional perlindungan hewan
langka, pemerintah melakukan pembudidayaan hewan langka di berbagai
daerah untuk menjaga dari kepunahan. Salah satu faktor yang
mengakibatkan hewan menjadi langka adalah adanya perburuan liar.
Banyak orang yang berburu hewan langka demi keuntungan pribadinya,
tanpa menghiraukan populasi hewan tersebut,..akibatnya hewan tersebut
berkurang dan mendekati habis. Allah mewajibkan kepada kita untuk ikut
menjaga dan memelihara seluruh alam, Allah bersifat al Salam yang
berarti yang memberi keselamatan terhadap seluruh alam dan
isinya…Allah selalu menjaga keharmonisan alam,..Allah juga memiliki
sifat al lathif…..”
Tema 7 : CITA-CITAKU
Subtema 3 : Giat Berusaha Meraih Cita-cita
Pembelajaran 2 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.5 Mengetahui akhlaq terpuji
ketika bertamu 4.5 Menunjukkan akhlaq
terpuji ketika bertamu Indikator 1. Menyebutkan contoh
akhlaq terpuji ketika bertamu
2. Menunjukkan perilaku terpuji ketika bertamu
4
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Cita-citaku sub tema Giat Berusaha Meraih Cita-cita
yang terdiri dari mapel IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) mengindentifikasi hubungan antara manusia dan kondisi sosial;
2) menceritakan interaksi yang dilakukan manusia dengan lingkungan sosial yang
berkaitan dengan cita-cita.
Ketika guru menerangkan IPS tentang hubungan antara manusia dan
kondisi sosial yang berkaitan dengan cita-cita, maka guru dapat menyambungkan
dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menyebutkan contoh akhlaq
terpuji ketika bertamu; 2) Menunjukkan perilaku terpuji ketika bertamu.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“…dalam kehidupan ini kita tidak dapat terlepas dari interaksi dengan
orang lain yang ada di sekitar kita, kita tidak mungkin lepas dengan
kehidupan sosial. Dalam berrelasi sosial tentunya ada etik-etik yang harus
kita jaga dalam menjalin hubungn sosial agar tercipta harmoni sosial..baik
dengan orang tua, ataupun teman sebaya…kalian tentunya pernah
berkunjung ke rumah orang, atau bertamu karena ada suatu urusan…maka
dalam bertamu kita juga harus menggunakan etik-etik tertentu ketika
bertamu…sebagai tamu tentunya harus menjaga kesopanan diri agar orang
yang menerima tamu nyaman dengan kehadiran kita…”
Tema 7 : CITA-CITAKU
Subtema 3 : Giat berusaha meraih cita-cita
Pembelajaran 5 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.6 Memahami akhlaq terpuji
terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari
4.6 menunjukkan perilaku terpuji terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari
Indikator 1. Menjelaskan akhlaq terpuji
terhadap teman 2. menyebutkan contoh akhlaq
terpuji terhadap teman 3. Menunjukkan perilaku
terpuji terhadap teman
5
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Cita-citaku sub tema Giat Berusaha Meraih Cita-cita
yang terdiri dari mapel IPA, SBdP, dan PPKn. Dalam praktik pembelajarannya,
materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya : 1)
menemukan manfaat sifat keberagaman individu di sekolah; 2) menunjukkan
kerja sama dengan teman dalam kegiatan pembelajaran.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang manfaat sifat keberagaman
individu di sekolah dan kerja sama dengan teman dalam kegiatan pembelajaran,
maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu:
1) menjelaskan akhlaq terpuji terhadap teman; 2) menyebutkan contoh akhlaq
terpuji terhadap teman; 3) menunjukkan perilaku terpuji terhadap teman.
Cara memasukkan materi Aqidah Akhlaq ke dalam tema pembelajaran
tersebut misalnya:
“…..setiap manusia pasti berbeda-beda, tidak ada manusia yang
sama…berbeda dalam sifat, latar belakang, kemampuan fisik, emosi, latar
belakang ekonomi, latar belakang sosial, latar belakang akademik dan
yang lainnya. Dalam pergaulan kita akan berhadapan dengan teman yang
berbeda-beda itu…yang perlu kita lakukan adalah bagaimana caranya agar
kita dapat bergaul dengan teman yang bermacam-macam itu
tadi…Sehingga dalam Islam diatur bagaimana kita dalam berteman tetap
memegang etika yang baik…etika berteman perlu kita jaga agar hubungan
pertemanan diantara kita tetap harmonis,..saling menguntungkan..tidak
saling menyakiti..saling menghargai..saling membantu….”
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran 2 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar 3.4 Memahami keadaan
masyarakat Yatsrib sebelum hijrah nabi Muhammad SAW
3.5 Mengetahui sebab-sebab hijrah nabi Muhammad ke Yatsrib
Indikator 1. Menjelaskan keadaan
masyarakat Yatsrib sebelum nabi Hijrah
2. Menyebutkan sebab-sebab nabi hijrah ke Yatsrib
2
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Lingkungan Tempat Tinggalku yang
terdiri dari mapel IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi SKI masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1)
mampu menjelaskan kondisi alam kepulauan seribu; 2) menjelaskan kenampakan
alam daratan dan dampaknya bagi masyarakat; 3) membedakan dataran pantai,
rendah dan tinggi.
Ketika guru menerangkan IPS tentang kondisi alam kepulauan seribu dan
kenampakan alam daratan dan dampaknya bagi masyarakat, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam SKI yaitu: 1) Menjelaskan keadaan
masyarakat Yatsrib sebelum nabi Hijrah; 2) Menyebutkan sebab-sebab nabi hijrah
ke Yatsrib.
Cara memasukkan materi SKI ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..kita tahu bahwa Indonesia ini terdiri dari wilayah yang bermacam-
macam, ada pegunungan, daratan, pantai, dan sebagainya…..keadaan
wilayah tersebut ternyata berpengaruh terhadap pola hidup dan karakter
masyarakat…ada sebagian orang yang merasa tidak cocok dengan keadaan
alamnya akhirnya mereka pindah ke daerah lain yang dianggap memberi
kehidupan yang lebih baik,..ada yang mengikuti program tansmigrasi,
urbanisasi atau cara lain demi mendapatkan kesejahteraan yang lebih
baik…Dalam sejarah Islam rasul dan sahabat juga pernah melakukan hal
yang sama, yaitu berpindah ke daerah lain untukmencari kehidupan yang
lebih baik…misalnya rasul pernah mengajak sahabat pindah ke Yatsrib
karena daerah itu dianggap lebih baik bagi masa depan rasul dan
pengikutnya….”
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 1 : Lingkungan Tempat Tinggalku
Pembelajaran 4 :
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar 4.4 Menceritakan kembali
peristiwa hijrah nabi Muhammad ke Yatsrib
Indikator: Menceritakan peristiwa hijrah nabi ke Yatsrib
4
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel SKI diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Lingkungan Tempat Tinggalku yang
terdiri dari mapel IPA, IPS, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi SKI masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1)
menuliskan SDA yang ada di pulau-pulau besar di Indonesia; 2) menuliskan SDA
yang paling dekat dengan tempat tinggal.
Ketika guru menerangkan IPS tentang SDA yang ada di pulau-pulau besar
di Indonesia dan SDA yang paling dekat dengan tempat tinggal, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam SKI yaitu menceritakan peristiwa hijrah
nabi ke Yatsrib.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…banyak sekali pulau-pulau besar di Indonesia semisal Kalimantan,
Sulawesi, Sumatra, dan Irian Jaya..masing-masing pulau tersebut memiliki
kekayaan alam yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh
penduduknya. Kalimantan terkenal dengan penghasil kelapa sawit,
Sumatera terkenal sebagai penghasil karet, Sulawesi terkenal dengan
keindahan panorama laut, Irian Jaya terkenal sebagai penghasil
emas…masing-masing memiliki kekayaan yang berbeda-beda…Kalau kita
bandingkan di tanah Arab..maka kita tahu bahwa di tanah Arab
wilayahnya sebagian besar berupa padang pasing, bergunung batu dan
bergua-gua…..makanya dalam perjalanan hijrah ke Yatsrib..dulu Rasul
pernah bersumbunyi di Gua untuk menghindari pengejaran pasukan kafir
Quraisy…Dalam perjalannnya ke Yatsrib, Rasulullah……”
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 2 : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran 1 :
Aqidah Akhlaq Kompetensi Dasar 3.8 Mengetahui dampak negatif
yang ditimbulkan dari sifat munafiq dan cara menghindarinya
4.7 Menyebutkan dampak negatif yang diakibatkan dari sifat munafiq dan cara menghindarinya
Indikator: 1. Menyebutkan dampak negatif
dari sifat munafiq 2. Menyebutkan cara
menghidari sifat munafiq
1
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Aqidah Akhlaq
diintegrsikan dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Keunikan Daerah Tempat
Tinggalku yang terdiri dari mapel IPA, IPS, PPKn. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Aqidah Akhlaq masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) menjelaskan sebab penumpukan sampah di Jakarta; 2)
memberikan ide tentang penanggulangan sampah.
Ketika guru menerangkan IPS tentang sebab penumpukan sampah di
Jakarta dan memberikan ide tentang penanggulangan sampah, maka guru dapat
menyambungkan dengan indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menyebutkan
dampak negatif dari sifat munafiq; 2) Menyebutkan cara menghidari sifat munafiq
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“….sering kita dengan atau lihat di berita TV tentang masalah sampah di
Jakarta…begitu sulitnya mengatas pesoalan sampah di Jakarta..di jalan-
jalan, di parit-parit, di sungai-sungai banyak kita jumpah sampah yang
menumpuk di wilayah Jakarta. Hal itu bisa jadi karena sebagian warga di
Jakarta tidak menyadari akan bahaya membuang sampah di sembarang
tempat…kalau setiap orang membuang sampah di sembarang tempat dapat
dijamin bahwa Jakarta akan menjadi kota sampah….perilaku demikian itu
tidak baik untuk kita tiru. Kalau mereka dinasehati mengatakan ya..siap
tidak membuang sampah di sembarang tempat,..tapi ketika yang
menasehati sudah pulang…dia buang sampah lagi. Itu adalah perilaku
orang yang bermuka dua,..di depan muka mengatakan ya…tapi di
belakang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ucapan
sebelumnya…”
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 2 : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran 5 :
Al Qur’an Kompetensi Dasar 3.1 Menerjemahkan surat al
Lahab Indikator: Menjelaskan arti surat al Lahab
5
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Al Quran diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
yang terdiri dari mapel IPS, PPKn, Matematika, dan Bahasa Indonesia. Dalam
praktik pembelajarannya, materi Al Quran masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) mengenal interaksi masyarakat Jawa dengan budayanya; 2)
menjelaskan interaksi masyarakat Dieng dengan lingkungan alam.
Ketika guru menerangkan IPS tentang interaksi masyarakat Jawa dengan
budayanya dan interaksi masyarakat Dieng dengan lingkungan alam, maka guru
dapat menyambungkan dengan indikator dalam Al Quran yaitu: menjelaskan arti
surat al Lahab
Cara memasukkan materi al Qur‟an ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“……setiap masyarakat daerah memiliki keunikan budaya dan tradisi
masing-masing..sebagai warga masyarakat yang baik tentunya akan selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam relasi sosial dengan
sesamanya…orang Jawa sangat dikenal sebagai masyarakat yang memiliki
banyak nilai-nilai luhur nenek moyang…jika masyarakat Jawa tidak dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut maka dia akan tercela dalam
pandangan masyarakat. Islam juga mengandung banyak nilai-nilai luhur
dalam relasi sosial, setiap muslim wajib menjunjung tinggi nilai-nilai relasi
sosial tersebut agar tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis. Diantara
sesama muslim tidak dianjurkan untuk saling menggunjingkan sesame
muslim, tidak boleh saling memfitnah dengan sesama muslim.,ibaratnya
kita suka membawa api kemana-mana nanti bisa menyulut kebakaran yang
membahayakan…hal tersebut dijelaskan dalam surat al Lahab…”
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 2 : Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran 6 :
Al Qur’an Kompetensi Dasar 3.2 Memahami isi kandungan surat al Lahab Indikator Menjelaskan isi kandungan surat al Lahab
6
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
yang terdiri dari mapel PPKn dan IPS. Dalam praktik pembelajarannya, materi Al
Qur‟an masuk melalui mapel IPS yang indikatornya : 1) menjelaskan interaksi
suku Badui dengan alam sosial, budaya dan ekonomi; 2) mengidentifikasi
interaksi pada masyarakat suku Badui
Ketika guru menerangkan IPS tentang interaksi suku Badui dengan alam
sosial, budaya dan ekonomi, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator
dalam Al Qur‟an yaitu menjelaskan isi kandungan surat al Lahab.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk
luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para
peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan
kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-
pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy
dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka
sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang
Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang
mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo
Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem
nasional, yang mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat.
Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi perbenturan. Secara nasional penduduk Kanekes
dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada
di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat
Kanekes yang tertinggi, yaitu “puun”. Pemimpin adat tertinggi dalam
masyarakat Kanekes adalah “puun” yang ada di tiga kampung tangtu.
Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari
bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu
jabatan puun tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan
seseorang memegang jabatan tersebut.
Suku Baduy tebagi atas dua kelompok, Suku Baduy Dalam dan Suku
Baduy Luar, dalam Suku Baduy Dalam mereka memegang teguh adat
istiadat. Teknologi, budaya, dan masyarakat luar tidak dapat masuk ke
dalam Suku Baduy Dalam, sehingga dalam Suku Baduy Dalam tidak
adanya interaksi dengan masyarakat.
Sedangkan, Suku Baduy Luar mereka tidak lagi menjaga adat istiadat .
Mereka menerima perubahan yang masuk kedalam suku mereka. Seperti,
tekonologi, budaya, dan masyarakat luar. Sehingga memungkinkan Suku
Baduy Luar Berinteraksi dengan Masyrakat diluar suku.
Islam juga mengandung banyak nilai-nilai luhur dalam relasi sosial, setiap
muslim wajib menjunjung tinggi nilai-nilai relasi sosial tersebut agar
tercipta kehidupan yang rukun dan harmonis. Diantara sesama muslim
tidak dianjurkan untuk saling menggunjingkan sesame muslim, tidak boleh
saling memfitnah dengan sesama muslim.,ibaratnya kita suka membawa
api kemana-mana nanti bisa menyulut kebakaran yang
membahayakan…hal tersebut dijelaskan dalam surat al Lahab…”
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 3 : Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran 2 :
Al Qur’an Kompetensi Dasar 4.1 Membaca surat al
Insyirah secara benar dan fasih
3.5 Memahami hukum bacaan idgham bighunnah, idgham bila ghunnah, dan iqlab
Indikator: 1. Membaca surat al Insyirah
dengan benar sesuai kaidah tajwid
2. Menjelaskan pengertian hukum bacaan idgham bighunnah, idgham bila ghunnah dan iqlab.
2
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Aku Bangga dengan Tempat Tinggalku
yang terdiri dari mapel IPS, SBdP, dan Matematika. Dalam praktik
pembelajarannya, materi al Qur‟an masuk melalui mapel IPS yang indikatornya :
1) menjelakan kondisi geografis daerah pegunungan; 2) menjelaskan hubungan
kondisi geografis dengan mata pencaharian
Ketika guru menerangkan IPS tentang kondisi geografis daerah
pegunungan dan hubungan kondisi geografis dengan mata pencaharian, maka
guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Al Qur‟an yaitu: 1)
Membaca surat al Insyirah dengan benar sesuai kaidah tajwid; 2) Menjelaskan
pengertian hukum bacaan idgham bighunnah, idgham bila ghunnah dan iqlab.
Cara memasukkan materi al Qur‟an ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..Indonesia terdiri dari berbagai macam wilayah, ada wilayah
pegunungan, pesisiran, dataran rendah dan lainnya. ..daerah pegunungan
wilayahnya bergunung-gunung, naik turun, tanjakan dan turunan banyak
dijumpai….daerah pesisiran biasanya daerahnya datar, rata, dekat
laut…daerah daratan biasanya daerahnya jauh dari gunung dan laut.
Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut biasanya bekerja sesuai dengan
keadaan alam yang mereka naungi, misalnya di daerah pegunungan
biasnya banyak kita jumpai petani sayuran, daerah pesisiran banyak
dijumpai para nelayan mencari ikan, daerah dataran banyak kita jumpai
mereka berkebun, menanam palawija dan sebagainya. Tentunya masing-
masing diantara mereka memiliki kesulitan yang berbeda-beda, dan
mereka harus bisa mengatasi kesulitan yang mereka jumpai. Islam
mengajarkan setiap manusia untuk mampu mengatasi masalahnya…setiap
perjuangan mengatasi kesulitan pasti akan membuahkan hasil yang manis
di kemudian hari..kita tidak boleh putus asa dari kesulitan yang kita
hadapi…..dalam surat al Insyirah di jelaskan…‟
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 3 : Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran 3 :
Al Quran Kompetensi Dasar 4.2 Menghafalkan surat al
Insyirah 4.4 Menerapkan hukum bacaan
idgham bi ghunnah, idgham bila ghunnah, iqlab
Indikator 1. Menunjukkan hafalan surat
al Insyirah 2. menerapkan bacaan idgham
bighunnah, idgham bila ghunnah dan iqlab dalam membaca al Qur’an
3
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Aku Bangga dengan Tempat Tinggalku
yang terdiri dari mapel IPS, PKn dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi al Qur‟an masuk melalui mapel IPS yang indikatornya :
1) menjelakan kondisi geografis daerah pegunungan; 2) menjelaskan hubungan
kondisi geografis dengan mata pencaharian
Ketika guru menerangkan IPS tentang kondisi geografis daerah
pegunungan dan hubungan kondisi geografis dengan mata pencaharian, maka
guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Al Qur‟an yaitu: 1)
Membaca surat al Insyirah dengan benar sesuai kaidah tajwid; 2) Menjelaskan
pengertian hukum bacaan idgham bighunnah, idgham bila ghunnah dan iqlab.
Cara memasukkan materi al Qur‟an ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…..Indonesia terdiri dari berbagai macam wilayah, ada wilayah
pegunungan, pesisiran, dataran rendah dan lainnya. ..daerah pegunungan
wilayahnya bergunung-gunung, naik turun, tanjakan dan turunan banyak
dijumpai….daerah pesisiran biasanya daerahnya datar, rata, dekat
laut…daerah daratan biasanya daerahnya jauh dari gunung dan laut.
Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut biasanya bekerja sesuai dengan
keadaan alam yang mereka naungi, misalnya di daerah pegunungan
biasnya banyak kita jumpai petani sayuran, daerah pesisiran banyak
dijumpai para nelayan mencari ikan, daerah dataran banyak kita jumpai
mereka berkebun, menanam palawija dan sebagainya. Tentunya masing-
masing diantara mereka memiliki kesulitan yang berbeda-beda, dan
mereka harus bisa mengatasi kesulitan yang mereka jumpai. Islam
mengajarkan setiap manusia untuk mampu mengatasi masalahnya…setiap
perjuangan mengatasi kesulitan pasti akan membuahkan hasil yang manis
di kemudian hari..kita tidak boleh putus asa dari kesulitan yang kita
hadapi…..dalam surat al Insyirah di jelaskan…‟
Tema 8 : TEMPAT TINGGALKU
Subtema 3 : Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran 5 :
Al Qur’an Kompetensi Dasar 3.3 Menerjemahkan hadits
tentang silaturrahmi riwayat Bukhari dari Anas
3.4 Memahami isi kandungan hadits tentang silaturahmi riwayat Bukhari dari Anas
4.3 Menghafal hadits tentang silaturahmi riwayat Bukhari dari Anas
Indikator: 1. Mengartikan hadits tentang
silarurahmi 2. Menjelaskan isi kandungan
hadits tentang silaturahmi 3. Menunjukkan hafalan hadits
tentang silaturahmi
5
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Al Qur‟an diintegrsikan
dengan tema Tempat Tinggalku sub tema Aku Bangga dengan Daerah Tempat
Tinggalku yang terdiri dari mapel IPS, PPKn, dan Bahasa Indonesia. Dalam
praktik pembelajarannya, materi Al Qur‟an masuk melalui mapel IPS yang
indikatornya : 1) menjelaskan tentang keberagaman yang ada di masyarakat
perkotaan; 2) memberikan pendapat tentang cara hidup berdampingan dengan
keberagaman.
Ketika guru menerangkan IPS tentang keberagaman yang ada di
masyarakat perkotaan dan cara hidup berdampingan dengan keberagaman, maka
guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Al Quran yaitu: 1)
Mengartikan hadits tentang silarurahmi; 2) Menjelaskan isi kandungan hadits
tentang silaturahmi; 3) Menunjukkan hafalan hadits tentang silaturahmi.
Cara memasukkan materi Al Quran ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“……masyarakat perkotaan identik dengan keragaman karena
masyarakatnya terdiri dari berbagai kelompok lapisan masyarakat,
berbagai suku, agama ada ras, budaya, tradisi dan lainnya. Dalam hal ini,
jika kita tinggal dan berinteraksi dengan orang perkotaan, maka yang
diperlukan adalah bagaimana diantara kita saling memahami atas
keberagamaan mereka. Kita tidak bisa memaksakan diri kita dengan tradisi
dan budaya kita ketika berinteraksi dengan masyarakat perkotaan. Kita
juga tidak bisa menggunakan ukuran diri kita untuk mengukur tentang
masyarakat perkotaan…Ketika kita berinteraksi kita juga harus menjaga
etik-etik relasi dengan mereka. Misalnya ketika kita bertamu ke rumah,
maka kita juga harus tahu diri, menjaga diri agar mereka tidak terganggu
dengan kehadiran kita…Dalam Islam diajarkan pula tentang bagaimana
cara atau etika bertamu atau bersilaturahmi dengan sesama manusia…”
Tema 9 : MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI
Subtema 1 : Makananku Sehat dan Bergizi
Pembelajaran 4 :
Fiqh Kompetensi Dasar 3.1 Memahami pengertian
sholat Id 3.2 Mengenal macam-macam
sholat Id Indikator: 1. Menjalaskan pengertian
sholat Id 2. Menyebutkan macam-
macam sholat Id
4
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Makananku Sehat dan Bergiqi sub tema Makananku Sehat dan
Bergizi yang terdiri dari mapel Matematika, PPKn dan PJOK. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Fiqh masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya : 1)
menjelaskan hak dan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah; 2)
mempraktikkan hak dan kewajiban sebagai warga di lingkungan rumah.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang hak dan kewajiban sebagai warga
di lingkungan rumah dan mempraktikkan hak dan kewajiban sebagai warga di
lingkungan rumah, maka guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam
Fiqh yaitu: 1) Menjalaskan pengertian sholat Id; 2) Menyebutkan macam-macam
sholat Id
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“….setiap warga masyarakat wajib menjaga kelangsungan hidup
bermasyarakat, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara saling
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat. Setiap
warga wajib menunaikan hak dan kewajibannya, jika salah satu dari
keduanya tidak ditunaikan maka adalah persoalan disharmoni
sosial…..Orang tidak boleh hanya menuntut hak tanpa menunaikan
kewajiban, sebaliknya jika orang telah menunaikan kewajiban maka dia
berhak atas haknya. Dalam Islam ada satu ajaran yang dapat memfasilitasi
penciptaan harmoni sosial..kamu ingat saat lebaran..setiap orang saling
mengunjungi..saling bersilaturahmi, saling meminta dan memaafkan,
saling berbagi kebahagiaan, ..yang dengan itu semua dapat menciptakan
harmonis sosial diantara anggota masyarakat….adalagi saat Idul
Adha…semua muslim saling berbahagia karena muslim yang mau
membagi kebahgiaan dengan yang lain dengan cara berkorban….”
Tema 9 : MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI
Subtema 2 : Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi
Pembelajaran 2 :
Fiqh Kompetensi Dasar 3.3 Memahami ketentuan
sholat Id 3.4 Memahami Ketentuan
sholat Jumat Indikator: 1. Menjelaskan ketentuan
sholat Id 2. Menjelaskan ketentuan
shalat Jumat
2
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Makananku Sehat dan Bergizi sub tema Manfaat Makanan Sehat dan
bergizi yang terdiri dari mapel PPKn, Matematika dan SBdP. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Fiqh masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya : 1)
memberi contoh sikap disiplin dalam mengonsumsi sayur dan buah melalui
observasi diri dan diskusi; 2) menerapkan sikap disiplin dalam mengonsumsi
sayur dan buah melalui kegiatan.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang sikap disiplin dalam
mengonsumsi sayur dan buah, maka guru dapat menyambungkan dengan
indikator dalam Aqidah Akhlaq yaitu: 1) Menjelaskan ketentuan sholat Id; 2)
Menjelaskan ketentuan shalat Jumat.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“…….dalam kehidupan sangat diperlukan sikap disiplin dalam banyak hal
termasuk dalam makan, makan juga harus diplin. Makan sayur dan buah
adalah sangat baik bagi kesehatan kita…kita juga harus disiplin makan
sayur dan buah-buahan. Kalau kita tidak disiplin maka kebermanfaatannya
bagi tubuh kita akan berkurang…Sebagai umat Islam kita baru saja
menyelesaikan ibadah puasa…ketika puasa kita juga harus disiplin dalam
berbuka dan makan sahur…ketika puas kita juga dianjurkan untuk disiplin
makan sayur dan buah yang banyak…setelah puasa kita merayakan hari
Raya Idul Fitri…maka ketika Idul Fitri datang kita juga tetap harus
mempertahankan kedisiplinan kita makan sayur dan buah dan makan lain
yang bergizi…jangan sampai kita kaget ketika Idul Fitri datang…sehingga
kita makan tanpa aturan…waktunya tidak teratur..karena justru tubuh kita
bisa sakit. Nah bicara tentang Idul Fitri….”
Tema 9 : MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI
Subtema 3 : Kebiasaan Makanku
Pembelajaran 5 :
Fiqh Kompetensi Dasar 3.5 Mengenali Perbedaan
ketentuan sholat Jumat dan Id 3.6 Mengetahui hikmah shalat
Jumat dan Id Indikator: 1. Menyebutkan perbedaan
sholat Jumat dan Id 2. Menyebutkan hikmah sholat
Jumat dan Id
5
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Makananku Sehat dan Bergizi sub tema Kebiasaan Makanku yang
terdiri dari mapel IPA, PPKn, SBdP, dan Bahasa Indonesia. Dalam praktik
pembelajarannya, materi Fiqh masuk melalui mapel PPKn yang indikatornya : 1)
mengidentifikasi kewajiban yang ada; 2) melaksanakan kewajiban untuk selalu
menjaga lingkungan alam sekitar.
Ketika guru menerangkan PPKn tentang kewajiban yang ada dan
melaksanakan kewajiban untuk selalu menjaga lingkungan alam sekitar, maka
guru dapat menyambungkan dengan indikator dalam Fiqh yaitu: 1) Menyebutkan
perbedaan sholat Jumat dan Id; 2) Menyebutka hikmah sholat Jumat dan Id.
Cara memasukkan materi Fiqh ke dalam tema pembelajaran tersebut
misalnya:
“….setiap kita pasti memiliki kewajiban alam hidup ini, baik kewajiban
dalam keluarga, masyarakat atau di tempat kerja. Kewajiban tersebut harus
dilaksanakan demi untuk menciptakan kehidupan yang serasi, baik dengan
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Kita wajib menjaga hubungan
baik dengan tetangga, kita wajib menyelesaikan pekerjaan / tugas di
kantor, kita wajib menjaga kelestarian alam juga…Sebagai insan yang
beragama juga memiliki kewjiban beribadah kepda Allah..salah satunya
adalah Sholat Jumat bagi laki-laki…”
Tema 9 : MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI
Subtema 4 : Proyek Kelas
Pembelajaran 1 :
Keterangan
Pada bagan di atas, dapat dilihat bahwa sub mapel Fiqh diintegrsikan
dengan tema Makananku Sehat dan Bergizi sub tema proyek Kelas Ketika guru
melaksanakn kegiatan proyek kelas yang merupakan kegiatan praktik lapangan,
maka guru dapat memasukkan materi Fiqh dalam kegiatan proyek kelas. Adapun
indikator sub mapel Fiqh tersebut adalah : 1) Mempraktikkan sholat Id; 2)
Mempraktikkan sholat Jumat.
Dalam kegiatan ini, peserta didik dapat diajak ke masjid untuk mengikuti
sholat Jumat atau melaksanakan sholat Jumat di sekolah jika sekolah
menyelenggarakan sholat Jumat di sekolah sendiri. Peserta didik juga diberi
lembar tugas yang harus diisi setelah mereka mengikuti sholat Id di sekolah atau
di sekitarnya. Laporan tadi kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Fiqh
Kompetensi Dasar:
4.1 Mendemonstrasikan tata cara
sholat Id
4.2 Mensimulasikan tata cara
shalat Jumat
Indikator:
1. Mempraktikkan sholat Id
2. Mempraktikkan sholat Jumat
1
Sebelum melaksanakan proyek kelas, peserta didik dibekali dengan
pengetahuan yang cukup tentang sholat Id dan Sholat Jumat, sehingga mereka
telah paham benar tentang ketentuan-ketentuan dalam shalat Id dan Sholat Jumat.
2. Tematik Integratif Internal di Madrasah
Dimaksudkan dengan pengembangan model pembelajaran tematik
integratif internal adalah pembelajaran tematik yang dilakukan dengan mencari
keterkaitan antar kompetensi dasar dari berbagai sub mapel agama (Aqidah
Akhlaq, Fiqh, al Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam) dan diikat
dalam satu tema pembelajaran.
Dalam pembelajaran agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri
dari sub-sub mata pelajaran, beberapa kompetensi dasar yang ada dari berbagai
sub mapel ternyata sulit untuk dicari titik temu dalam satu tema pembelajaran.
Kesulitan dalam mencari titik temu tema ini karena masing-masing sub mata
pelajaran memiliki squance sendiri-sendiri yang tidak terkait dengan squance
sub mata pelajaran yang lainnya, sehingga masing-masing harus berjalan sesuai
dengan urutan masing-masing. Kalau diperptemukan dalam satu tema
pembelajaran, justru satu sub mata pelajaran harus meloncat dari squance nya /
runtutannya.
Disamping itu, pertemuan berbagai KD sub-sub mata pelajaran dalam
satu tema pembelajaran justru mengurangi kedalaman pembahasan masing-
masing materi pelajaran. Mata pelajaran agama di Madrasah Ibtidaiyah yang
sudah dipecah-pecah menjadi sub-sub mata pelajaran justru semakin
memperdalam dan memperluas kajian materinya, sementara itu jika KD dari
berbagai sub mata pelajaran dipertemukan dalam satu tema maka kedalaman
materi akan berkurang karena waktu penyajiannya juga terkurangi.
Kalaupun dijadikan tema, yang dapat dilakukan adalah menyatukan
dalam satu tema dalam satu sub mata pelajaran. Jika hal ini dilakukan, maka
pembelajaran agama di Madrasah Ibtidaiyah tidak berbeda dengan
pembelajaran agama Islam di Sekolah Dasar (SD), karena satu minggu hanya
dua jam mata pelajaran.
Adapun tema-tema dan urutan pembelajaran agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pemetaan KD Mapel Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Semester Gasal
Sub Mapel Pert. ke- Kompetensi Dasar
BAB I. ALLAH YANG KUAT
Aqidah
1
3.1 Mengenal kalimah thayyibah La haula wala
quwwata
illa billahil aliyyil adzim (hauqalah)
4.1 Melafalkan kalimah thayibah La haula wala
quwwata
illa billahil aliyyil adzim (hauqalah) dan maknanya
2
3.2 Mengenal sifat-sifat Allah yang terkandung dalam al
asma al husna (al mukmin, al azhim, al hadi, al adlu
dan al hakam)
4.2 Melafalkan al asma al husna (al mukmin, al azhim,
al
hadi, al adlu dan al hakam) dan artinya
3
3.3 Mengetahui adanya kitab-kitab Allah sebagai
implementasi dari pengamalan rukun Iman ke-3
4.3 Menyebutkan kitab-kitab Allah beserta nabi yang
Menerimanya
BAB II. SYUKUR BUKAN KUFUR
4
3.4 Menerima sikap hormat dan patuh dalam kehidupan
sehari-hari
4.4 Menunjukkan sikap hormat dan patuh dalam
kehidupan sehari-hari
Akhlaq
5
3.5 Memahami sikap sabar dan tabah dalam
menghadapi cobaan sebagai implementasi dalam
melenadani kisah
Masyithah
4.5 Menunjukkan sikap tabah dan sabar dalam
menghadapi cobaan sebagai implementasi dalam
meneladani kisah Masyithah
6
3.6 Memiliki sikap rasa ingin tahu dari kisah Tsa‟labah
sebagai implementasi dalam menghindari sifat
tercela kufur nikmat
4.6 Menceritakan kisah Tsa‟labah sebagai bentuk
menghindari akhlaq tercela kufur nikmat
BAB III. IHLAS BERAMAL
Al Qur‟an
7 3.1 Menerjemahkan surat al Nashr, al Kautsar dan al
Adiyat sehari-hari
8 3.2 Memahami isi kandungan surat al Nashr dan al
Kautsar
9 3.3 Memahami hukum bacaan idhar dan ikhfa‟
4.3 Menerapkan hukum bacaan idhar dan ikhfa‟
10
3.4 Menerjemahkan hadits tentang niat riwayat Bukhari
dari Umar bin Khattab
3.5 Memahami isi kandungan hadits tentang niat riwayat
Bukhari dari Umar bin Khattab
4.4 Menghafalkan hadits tentang niat riwayat Bukhari
dari Umar bin Khattab
11
3.6 Menerjemahkan hadits tentang taqwa riwayat
Tirmidzi dari Abu Dzar
3.7 Memahami isi kandungan hadits tentang taqwa
riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar
12 4.5 Menghafalkan hadits tentang taqwa riwayat
Tirmidzi dari Abu Dzar
BAB IV. MARI BERBAGI
Fiqh
13 3.1 Memahami pengertian zakat, infaq, dan sedekah
3.2 Mengenal macam-macam zakat
14 3.3 Memahami ketentuan zakat fithrah
4.1 Mensimulasikan tata cara zakat fithrah
15 3.4 Memahami ketentuan infaq dan sedekah
4.2 Mensimulasikan tata cara infaq dan sedekah
16 3.5 Mengetahui manfaat zakat, infaq dan sedekah
BAB V. BERJIHAD
SKI
17
3.1 Mengetahui contoh-contoh ketabahan nabi
Muhammad SAW dan para sahabat dalam berdakwah
4.1 Menceritakan ketabahan nabi Muhammad SAW dan
sahabat dalam berdakwah
18
3.2 Memahami ciri-ciri kepribadian nabi Muhammad
SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam
4.2 Menceritakan kemuliaan akhlaq nabi Muhammad
SAW dan sahabat dalam berdakwah
Pemetaan KD Mapel Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
Semester Genap
Sub Mapel Pert. ke- Kompetensi Dasar
BAB I. AKU CINTA ALLAH DAN RASULNYA
Aqidah
1
3.1 Mengetahui kalimah thayibah (Assalamu‟alaikum)
4.1 Melafalkan kalimah thayibah (Assalamu‟alaikum)
dan maknanya
2
3.2 Mengenal sifat-sfat Allah yang terkandung dalam al
asma al husna (assalam dan al lathif)
4.2 Melafalkan al asma al husna (assalam dan al lathif)
dan artinya
3
3.3 Mengenal nama-nama rasul dan nabi Allah sebagai
implementasi dalam mengimani rukun iman ke-4
4.3 Menunjukkan hafal nama-nama rasul dan nabi Allah
sebagai implementasi dalam mengimani adanya nabi
dan rasul
BAB II. MARI BERTEMAN
Akhlaq
4
3.4 Memahami sikap terpuji : sidiq, amanah, tabligh,
fathanah dalam kehidupan sehari-hari
4.4 Menunjukkan sikap terpuji : sidiq, amanah,
fathanah, tabligh sebagai implementasi dalam
meneladani sifat-
sifat nabi dan rasul dalam kehidupan sehari-hari.
5 3.5 Mengetahui akhlaq terpuji ketika bertamu
4.5 Menunjukkan akhlaq terpuji ketika bertamu
6
3.6 Memahami akhlaq terpuji terhadap teman dalam
kehidupan sehari-hari
4.6 Menunjukkan perilaku terpuji terhadap teman dalam
kehidupan sehari-hari
7 3.7 Mengenal nama-nama rasul ulul azmi dan
meneladani akhlaq mulia rasul ulul azmi
8
3.8 Mengetahui dampak _egative yang ditimbulkan dari
sifat munafiq dan cara menghindarinya
4.7 Menyeb tkan dampak _negatif yang diakibatkan dari
sifat munafiq dan cara menghindarinya
BAB III. TALI PERSAUDARAAN
9 3.1 Menerjemahkan surat al Lahab
3.2 Memahami isi kandungan surat al Lahab
10 4.1 Membaca surat al Insyirah
4.2 Menghafalkan surat al Insyirah secara fasih dan
benar
Al Qur‟an
11
3.3 Menerjemahkan hadits tentang silaturrahim riwayat
Bukhari Muslim dari Anas
3.4 Memahami isi kandungan hadits tentang
silaturrahim riwayat Bukhari Muslim dari Anas
4.3 Menghafalkan hadits tentang silaturrahim riwayat
Bukhari Muslim dari Anas
12 4.4 Menerapkan hukum bacaan idgham bighunnah,
idgham bila ghunnah dan iqlab
BAB IV. BAHAGIA DI HARI RAYA
Fiqh
13 3.1 Memahami pengertian sholat Id
3.2 Mengenal macam-macam sholat Id
14 3.3 Memahami ketentuan sholat Id
4.1 Mendemonstrasikan tata cara sholat Id
15 3.4 Memahami ketentuan sholat Jumat
4.2 Mensimulasikan tata cara sholat Jumat
16 3.5 Mengenali perbedaan ketentuan sholat Id dan sholat
Jumat
3.6 Mengetahui hikmah sholat Jumat dan sholat Id
BAB V. BERHIJRAH ? SIAPA TAKUT ..!
SKI
17 3.1 Mengetahui sebab-sebab nabi Muhammad SAW
menganjurkan sahabat hijrah ke Habsyah
4.1 Menceritakan peristiwa hijrah ke Habsyah
18 3.2 Mengetahui sebab-sebab nabi Muhammad SAW
hijrah ke Thaif
4.2 Menceritakan peristiwa hijrah sahabat ke Thaif
19 3.3 Mengenal latar belakang nabi Muhammad di
Isra‟Mi‟raj kan Allah SWT
4.3 Menceritakan kembali peristiwa penting dalam Isra
Mi‟raj nabi Muhammad SAW
20 3.4 Memahami keadaan masyarakat Yatsrib sebelum
hijrah nabi Muhammad SAW
3.5 Mengetahui sebab-sebab nabi Hijrah ke Yatsrib
4.4 Menceritakan kembali peristiwa hijrah nabi
Muhammad ke Yatsrib
21 3.6 Mengenal upaya yang dilakukan nabi Muhammad
dalam membina masyarakat Madinah (sosial,
ekonomi, agama dan pertahanan)
Mencermati paparan tabel di atas, maka pembelajaran agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah lebih efektif berdiri sendiri dengan sub-sub mapel yang
ada, hal ini berarti gagasan pembelajaran tematik integratif internal sepertinya
masih sulit diwujudkan, baik pada dataran konseptual maupun praktik di
lapangan. Jika penyebaran tema-tema dan KD di atas disepakati, maka yang
terjadi justru akan mendangkalkan pembelajaran agama Islam itu sendiri,
karena pendidikan agama hanya diberikan dua jam pelajaran dalam seminggu.
Namun di sisi lain, jika model pemetaan di atas disepakati maka
pembelajaran agama di Madrasah Ibtidaiyah memiliki banyak waktu untuk
melakukan praktik dan pembiasaan untuk mengembangkan aspek afektif dan
psikomotorik. Setiap minggu berarti ada 2 x 5 jam pelajaran pendidikan agama
Islam di Madrasah Ibtidaiyah yang dapat digunakan para guru untuk
membentuk peserta didik menjadi anak sholih yang terampil beribadah.
Selama ini jadwal pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah adalah:
07.00 – 08.00 : Ikrar, do‟a, Sholat Dhuha, Hafalan Surat Pendek
08.00 – 13.15 : Kegiatan Belajar Mengajar (Senin – Rabu)
08.00 – 12.15 : Kegiatan Belajar Menajar (Kamis)
12.15 – 13.15 : Ekstrakurikuler Pramuka (Kamis)
08.00 – 10.45 : Kegiatan Belajar Mengajar (Jum‟at)
08.00 – 10.00 : Kegiatan Belajar Mengajar (Sabtu)
Jika pembelajaran tematik integratif eksternal dan internal model ini
dikembangkan, maka penjadwalannya akan berubah di mana pembelajaran
dapat dimulai jam 07.00 – 13.15; sementara kegiatan ikrar, do‟a, sholat dhuha,
dan hafalan surat pendek dapat dilaksanakan pada hari-hari pembelajaran
tematik biasa. Hal ini sangat menguntungkan bagi sekolah, karena
pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan standar waktu yang ditetapkan
oleh Kementerian. Selama ini pembelajaran tematik di Madrasah Ibtidaiyah
terkurangi oleh jam pertama untuk kegiatan penguatan aspek keagamaan
peserta didik.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Integratif Eksternal
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang berkualitas
tentunya dapat dicapai melalui perencanaan yang baik pula, karena gambaran
kegiatan pembelajaran yang akan terlaksana telah dapat dilihat dari RPP yang
ada.
Dalam pembelajaran tematik integratif eksternal juga disaratkan adanya
RPP sebagai acuan pembelajaran. Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal
berarti menggabungkan pembelajaran tematik yang ada dengan sub mata
pelajaran agama, baik Fiqh, Tarih, Aqidah Akhlaq maupun Al Qur‟an Hadits,
dimana jaringan tematik yang ada ditambah satu Kompetensi Dasar sub mapel
tersebut.
Di bawah ini disajikan contoh RPP Tematik Integratif Eksternal untuk
Tema 5 : PAHLAWANKU, Sub Tema 2 : Pahlawanku Kebangganku,
Pembelajaran 1.
Tema 5 : PAHLAWANKU
Subtema 2 : Pahlawanku Kebangganku
Pembelajaran 1 :
188
1
Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar 3.3 Mengenal latar belakang nabi
Muhammad diisra’ mi’rajkan 4.3 Menceritakan kembali
peristiwa penting di dalam isra’ mi’raj nabi Muhammad SAW
Indikator: 3. Menyebutkan sebab-sebab
nabi Muhammad diisra’ mi’rajkan
4. Menceritakan peristiwa isra’ mi’raj
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah/ Madrasah : MIM Mangunsari Salatiga
Kelas/Semester : IV/ I
Tema : Pahlawanku
Sub tema : Pahlawanku Kebanggaanku
Pertemuan ke : 1
Materi Pokok : 1. Pahlawan Nasional ( Pattimura )
2. Isro‟ Mi‟roj Nabi Muhammad SAW
3. Mengenal Manfaat Rempah- Rempah
4. Pembulatan Bilangan
Alokasi Waktu : (35 Menit X 6 JPL)
A. Kompetensi Inti
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat,
membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan
yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
B. Kompetensi Dasar
IPS
3.1 Mengenal manusia, aspek keruangan, konektivitas antar ruang, perubahan dan
keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan.
4.1 Menceriterakan tentang hasil bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas
antar ruang,
perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan
dalam lingkup
masyarakat di sekitarnya
Indikator:
Menyebutkan perjuangan dan perilaku yang pantas ditiru dari pahlawan
Pattimura Menceritakan sikap kepahlawanan yang dilakukan oleh pahlawan
Pattimura
Bahasa Indonesia
3.5 Menggali informasi dari teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah dan
perkembangan HinduBuddha di Indonesia dengan bantuan guru dan teman
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata
baku
4.5 Mengolah dan menyajikan teks ulasan buku tentang nilai peninggalan sejarah
dan perkembangan HinduBuddha di Indonesia secara mandiri dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Indikator:
1. Menyebutkan perjuangan Pattimura
2. Menceritakan perjuangan Pattimura dalam melawan penjajah dengan bahasa
lisan
Matematika
Kompetensi Dasar:
3.3 Memahami aturan pembulatan dalam membaca hasil pengukuran dengan alat
ukur
4.17 Menyatakan kesimpulan berdasarkan data tabel atau grafik.
Indikator:
1. Membulatkan hasil pengukuran berat ke puluhan terdekat
2. Menyebutkan data tertinggi dan data terendah dari suatu tabel yang disajikan
3. Membulatkan data dari tabel yang disajikan ke satuan terdekat
4. Menyimpulkan data dari tabel
IPA
Kompetensi Dasar:
3.7 Mendeskrisikan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat
4.6 Menyajikan laporan tentang sumberdaya alam dan pemanfaatannya oleh
masyarakat
Indikator:
1. Menyebutkan rempahrempah dan ciricirinya.
2. Menjelaskan Sumber Daya Alam rempahrempah dan pemanfaatannya oleh
masyarakat.
SKI
Kompetensi dasar
3.3 Mengenal Latar belakang nabi Muhammad diisro‟mi‟rojkan
4.3 Menceritakan kembali peristiwa penting di dalam isro‟ mi‟roj nabi
Muhammad Saw.
Indikator
1. Menyebutkan sebab- sebab nabi Muhammad diisro‟mi‟rojkan
2. Menceritakan peristiwa isro‟ mi‟roj
B. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca teks, siswa mampu menyebutkan perjuangan yang dilakukan
oleh Pattimura dengan benar.
2. Setelah membaca teks, siswa mampu menyebutkan sikap yang dilakukan oleh
Pattimura dengan benar.
3. Setelah membaca teks, siswa mampu menceritakan perjuangan yang dilakukan
oleh Pattimura dengan bahasa yang runtut.
4. Setelah membaca teks, siswa mampu menjelaskan manfaat dari lada dan pala
dalam bentuk peta pikiran dengan benar.
5. Setelah menimbang berat rempahrempah, siswa mampu membulatkan data ke
puluhan terdekat dengan benar.
6. Setelah mengamati data, siswa mampu menyebutkan data terkecil dan data
terbesar dari data yang disajikan dengan benar.
7. Setelah mengamati data, siswa mampu membulatkan ke satuan terdekat
berdasarkan yang disajikan dengan benar.
8. Setelah mencermati data dari tabel, siswa mampu menyimpulkan data dari tabel
atau grafik dengan benar.
C. Materi Pembelajaran
Setelah siswa belajar sikap kepahlawanan pada tokoh di masa Hindu, Buddha, Islam,
Maka, siswa belajar Materi Pahlawan Nasional diuraikan secara rinci sesuai dengan
buku pegangan siswa,
1. Pahlawan Pattimura
192
193
2. Peristiwa Isro‟ Mi‟roj Nabi Muhammad SAW
194
195
3. Mengenal Manfaat Rempah - Rempah
4. Mengenal Pembulatan bilangan
196
D. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Bermain peran
4. Demonstrasi
5. Bernyanyi
6. Permainan
7. Penugasan
E. Media, alat Pembelajaran, Sumber Belajar
1. Media dan alat
a. Teks bacaan
b. LCD, lap top, sound System
c. Power point
d. Kertas lipat
2. Sumber Belajar
a. Buku pelajaran pegangan siswa Tema Pahlawanku halaman 41-48
b. Benda di lingkungan sekolah tempat bermain
c. Video pembelajaran ( www.youtube.com )
F. Langkah-langkah Pembelajaran
Pendahuluan ( 10 menit)
1. Penyiapan siswa:
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo‟a bersama dipimpin
oleh salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
b. Guru memeriksa kehadiran siswa
c. Guru bertanya : “apa kabar anak-anak?”
d. Dan seterusnya
2. Memotivasi siswa:
a. Menghubungkan materi:
1) Melakukan dengan tanya jawab materi yang sebelumnya misalnya:
2) -Kemarin kita sudah belajar Para pahlawan di masa kerajaan Hindu,
Budha, dan Islam, masih ingatkah kalian dengan perjuangan beliau para
raja ?
b. Manfaat/kerugian
1) Guru menceritakan misalnya ketika tanpa perjuangan para raja terdahulu,
Negara kita Indonesia akan menjadi Negara yang tertindas dengan para
pemberontak .
2) Para Pahlawan adalah pejuang untuk negara.
c. Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan materi pelajaran
1) Siapa yang sudah mengenal Kapten Pattimura ?
2) Siapa yang bercita- cita ingin menjadi pejuang Negara kita
tercinta?
3) Dan seterusnya
d. Menjelaskan tujuan
1) Anak-anak nanti setelah selesai belajar diharapkan bisa mengenal
Pahlawan Nasional ( Kapten Pattimura )
2) Nanti anak-anak juga mampu mengenal macam- macam rempah
dan manfaatnya
3) Nanti anak – anak setelah belajar mampu menghitung data dari table yang
disajikan
4) Dan juga anak- anak mampu menceritakan kembali peristiwa Nabi isro‟
Mi‟roj Nabi Muhammad SAW.
3. Menjelaskan cakupan materi
a. Hari ini kita akan belajar mengenal Pahlawan Nasional diantaranya
Kapten Pattimura
b. Hari ini kita akan mengenal berbagai hasil perjuangan Pahlawan kita
yaitu macam- macam rempah – rempah
c. Hari ini anak-anak juga akan belajar Menghitung berbagai banyak
jumlah hasil rempah- rempah
d. Dan hari ini kita juga akan mengingat perjuangan Nabi kita Muhammad
SAW dalam peristiwa Isro‟ Mi‟roj
Kegiatan Inti I (35 Menit)
a. Mengamati
Guru menyuruh Siswa mengamati peta Indonesia yang dilengkapi dengan gambar
pahlawanpahlawan Nasional dari berbagai daerah di Indonesia.
b. Menanya
1) Guru mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang terkait Pada saat
siswa mengamati peta,
2) Guru meminta siswa untuk mengamati halhal berikut:
a) Nama pahlawan
b) Asal pahlawan
3) Guru menanyakan: Apakah setiap daerah di Indonesia mempunyai pahlawan?
c. Melakukan
1) Siswa mengamati peta Indonesia dengan gambar pahlawan. Siswa secara
individu menuliskan halhal yang diketahui tentang pahlawan nasional.
2) Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan:
a) Apa yang kalian ketahui tentang pahlawan?
b) Siapa saja yang menurut kamu termasuk pahlawan?
c) Apa saja yang telah dilakukan oleh pahlawan?
3) Siswa juga menuliskan halhal yang ingin diketahui tentang pahlawan
nasional yang telah disajikan dalam slide “Power Point “
4) guru memperlihatkan sosok Pattimura dalam video Youtube , kemudian
siswa menyaksikan video itu dengan penuh seksama.
5) Guru mengajak,siswa bernyanyi sejenak lagu gugur pahlawanku.
6) Guru mengajak siswa untuk duduk/berdiri melingkar, kemudian memulai
permainan dengan menyebutkan perjuangan dan perilaku yang pantas ditiru
dari pahlawan Pattimura
7) Serta setiap siswa mampu mengemukaan pendapat dengan menceritakan
sikap kepahlawanan yang dilakukan oleh Patimura dengan cara
meneruskan permainan cerita bersambung...
c. Asosiasi/ menghubungkan
Siswa diminta menyebutkan dampak positif dan negative dari perjuangan
Pahlawan Pattimura.
d. Komunikasi.
1) Siswa diminta menebak nama Pahlawan Nasional yang telah diperlihatkan
dalam slide maupun kartu lipat.
2) Siswa diminta maju ke depan untuk menyebutkan nama tokoh pahlawan
yang tertera dalam gambar ataupun kartu lipat.
Kegiatan Inti II (35 Menit)
a. Mengamati
1) Sebelum guru meminta siswa mengingat peristiwa Isro‟ Mi‟roj
2) Peserta didik diminta untuk bertanya tentang Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad
saw.
3) Guru meminta peserta didik yang lain untuk menjawab pertanyaan dari
temannya
4) Guru memberikan penguatan dari jawaban yang disampaikan peserta didik.
5) Guru memberikan penjelasan singkat mengenai peristiwa Isra‟ Mi‟raj Nabi
Mu-
hammad saw.
b. Menanya
1) Apa kalian sudah mengenal nabi utusan Alloh ?
2) Dan seterusnya
c. Melakukan
1) Peserta didik diminta membaca dan mencermati arti dari surah al-Isra‟ ayat 1
2) Guru memberikan kesimpulan tentang materi pembelajaran.
3) Guru meminta peserta didik untuk mencermati uraian materi tentang Isra‟
Mi‟roj dan dibagi menjadi 3 kelompok
4) Guru meminta setiap kelompok mengamati kisah tentang latar belakang Isra‟
Mi‟raj Nabi Muhammad saw. dengan sungguh-sungguh melalui cerita yang
dibacakan guru atau tayangan VCD).
5) Guru memberikan penjelaskan tambahan kembali dan penguatan kepada
peserta didik tentang materi perintah salat 5 waktu
d. Asosiasi/ menghubungkan
Kelompok diminta mendiskusikan peristiwa isro‟ mi‟roj tentang perintah sholat 5
waktu.
e. Komunikasi.
Setiap kelompok diminta untuk menceritakan kembali peristiwa isro‟ Mi‟roj dan
sebab Nabi di isro‟ Mi‟roj.
Kegiatan Inti III (35 Menit)
a. Mengamati
1) Sebelum guru meminta mengamati bentuk rempah ataupun gambar, siswa
dibagi menjadi 5 kelompok.
2) Guru meminta setiap kelompok mengamati gambar rempah
3) Guru menyiapkan berbagai macam rempahrempah ke kelas. Rempahrempah
disesuaikan dengan potensi dari daerah masingmasing. Contoh
rempahrempah tersebut misalnya pala, lada, cengkih, pala, kayu manis.
4) Siswa di suruh untuk mencermati rempah- rempah dan manfaat yang telah
dijelaskan guru.
b. Menanya
1) Apa kalian sudah mengenal apakah ini ? ( guru dengan membawa 1 contoh
rempah )
2) Guru meminta siswa untuk bertanya yang terkait dengan tugasnya
3) Dan seterusnya
c. Melakukan
Guru meminta siswa mengidentifikasi jenis rempah dan manfaatnya .
d. Asosiasi/ menghubungkan
Siswa diminta mencium bau dari rempah- rempah tersebut dan mengidentifikasi
namanya dengan manfaatnya.
e. Komunikasi.
Setiap kelompok diminta maju ke depan untuk mengidentifikasi pengetahuan
mereka dalam rempah –rempah dan mengidentifikasi manfaat dan mengenali bau
yang ada.
Kegiatan Inti IV (35 Menit)
a. Mengamati
1) Siswa dibagi dalam kelompok. (Setiap kelompok terdiri atas 5 siswa)
2) Guru memberi motivasi siswa untuk mengirangira berat rempahrempah.
b. Menanya
1) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa:
2) Kirakira berapa berat dari pala ini?
c. Asosiasi/ menghubungkan
Guru menunjukkan pala ke semua siswa. Berikan perkiraan angka yang dapat
Diduga
d. Melakukan
1) Dari rempahrempah yang telah guru siapkan tadi, siswa memperkirakan
berat dari setiap rempahrempah.
2) Siswa menuliskan hasil perkiraannya dalam tabel.
3) Setelah siswa memperkirakan berat rempahrempah tadi,
4) Guru meminta siswa/ kelompok untuk mempraktikan timbangan berat
rempah- rempah
5) (menimbang rempahrempah dengan menggunakan timbangan).
6) Siswa menuliskan hasil penimbangan berat rempahrempah dalam tabelGuru
meminta siswa mengidentifikasi jenis rempah dan manfaatnya ..
e. Komunikasi.
Siswa membulatkan hasil pengukurannya ke puluhan terdekat. Guru
mengingatkan cara pembulatan di Tema I
Penutup (10 menit)
a. Menemukan manfaat dari materi
1) Guru menanyakan apa yang telah dilakukan hari ini
2) Guru menanyakan apa manfaat belajar pembulatan
b. Memberi umpan balik
Guru mengomentari hal-hal yang terjadi dalam proses kegiatan belajar hari ini.
Misalnya komentar hal baik/buruk yang terjadi, mengomentari siswa yang
pemalu untuk diberi motivasi Guru
c. Tindak lanjut
1) Guru meminta siswa mengingat hasil perjuangan pahlawan Pattimura
2) Guru meminta siswa untuk lebih focus dalam mengerjakan pembulatan
dengan mengingat konsep pembulatan sebelumnya.
d. Informasi materi yang akan datang dan menutup pelajaran
1) Besok kita akan belajar tentang satuan berat dan jarak
2) Guru menutup pelajaran dengan berdoa yang dipimpin salah satu teman
G. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Jenis penilaian
Unjuk kerja siswa
2. Instrumen penilaian
a. IPS dan Bahasa Indonesia: Cerita tentang Pattimura dinilai dengan daftar
periksa.
Dalam cerita yang ditulis oleh siswa harus termuat halhal berikut ini secara
benar.
b. Matematika: Pembulatan dan menyimpulkan tabel dinilai dengan nilai angka.
202
c. Penilaian SKI
Aspek dan rubrik penilaian:
1) Kejelasan dan kedalaman informasi.
a) Jika kelompok tersebut dapat memberikan kejelasan dan kedalaman
informasi leng-kap dan sempurna, skor 30.
b) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman
informasi lengkap dan kurang sempurna, skor 20.
c) Jika kelompok tersebut dapat memberikan penjelasan dan kedalaman
informasi kurang lengkap, skor 10.
2) Keaktifan dalam diskusi.
a) Jika kelompok tersebut berperan sangat aktif dalam diskusi, skor 30.
b) Jika kelompok tersebut berperan aktif dalam diskusi, skor 20.
c) Jika kelompok tersebut kurang aktif dalam diskusi, skor 10.
3) Kejelasan dan kerapian presentasi.
a) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas
dan rapi, skor 40.
b) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan jelas dan
rapi, skor 30.
c) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan sangat jelas
dan kurang rapi, skor 20.
d) Jika kelompok tersebut dapat mempresentasikan dengan kurang jelas
dan tidak rapi, skor 10
4). Penilaian sikap akan dinilai dengan lembar penilaian halaman 151 (teliti, rasa
ingin tahu dan kepahlawanan).
Skor penilaian :
Skor perolehan
Nilai = x 100
Skor Maksimal 203
Kriteria Nilai
A = 4 : Baik Sekali
B = 3 : Baik
C = 2 : Cukup
D = 1 : Perlu bimbingan
Mengetahui
Kepala Madrasah
Agus Rahmad Yuwanta,S.Pd.
NIP.196108161985031004
Salatiga, November 2014
Guru Kelas IV A (Sunan Muria)
Khoiriyatun Ni‟mah, S.Pd.I
NIP.
4. Uji Coba di Lapangan
Pembelajaran tematik integratif internal telah dilakukan uji coba
terbatas pada hari Rabu tanggal 26 Nopenber 2014 di kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Mangunsari Kota Salatiga Jawa Tengah.
Dalam uji coba di lapangan, guru melakasnakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan scenario yang tertulis di dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, mulai kegiatan pembukaan, inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan berjalan lancar sesuai dengan yang direncanakan.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peserta didik dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran sebagaimana mestinya, mereka terlihat
antusias, aktif mengikuti pembelajaran dan mengikuti skenario pembelajaran
yang telah direncanakan oleh guru. Peserta didik terlihat capek dan boring saat
memasuki sessi menceritakan peristiwa Isra‟ Mi‟raj. Mereka belum memiliki
kemampuan mengembangkan cerita sehingga merasa kesulitan. Rasa boring
peserta didik terlihat mulai hilang ketika pembahasan mulai masuk pada sub
mata pelajaran Matematika, Kompetensi Dasar memahami aturan pembulatan
dalam membaca hasil pengukuran dengan alat ukur. Pada sesi ini peserta didik
diajak melakukan kegiatan yaitu menimbang benda-benda dengan alat
timbangan. Mereka tidak mengantuk lagi, di samping itu sebelum masuk pada
sub mapel Matematika, guru mengajak peserta didik menyanyi lagu : SHOLAT
secara bersama-sama. Lagu sholat dinyanyikan terkait dengan peristiwa Isra‟
Mi‟raj, di mana hasil perjalanan tersebut Rasul menerima perintah untuk
melaksanakan sholat lima waktu.
Menurut Kn dan An (wawancara tanggal 28 Nopember 2014 jam 11.00
– 11.30 WIB), guru kelas IV yang melaksanakan pembelajaran tematik
integratif eksternal, pembelajaran model begitu terasa enak dan nyaman karena
guru tidak harus berpindah pada sub mapel tersendiri, yaitu Pendidikan Agama
Islam. Pembelajaran bisa terus berlangsung dengan tidak perlu ada perpindahan
jam mata pelajaran. Adapun hasil penilaian proses dan post tesnya dapat dilihat
pada lampiran.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan kajian dan uji coba terbatas pembelajaran tematik
integratif internal dan eksternal di Madrasah Ibtidaiyah, dapat disimpulkan
beberapa hal berikut.
1. Penyebaran KD pada sub-sub mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah tidak dapat masuk pada setiap tema pembelajaran yang telah
disusun oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Squance bahasan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah berbeda dengan
squance yang ada pada mata pelajaran lain yang tercakup dalam tema-tema
pembelajaran mata pelajaran lainnya. Pada semester ganjil kelas IV, KD mapel
PAI dapat diintegrasikan ke dalam 16 kali pertemuan, sedangkan pada semester
genap KD mapel PAI dapat diintegrasikan ke dalam 24 kali pertemuan secara
tidak berurutan.
2. Untuk pembuatan jaringan tematik integratif internal di Madrasah Ibtidaiyah
dapat dilakukan dengan membuat tema pembelajaran dalam lingkup sub mata
pelajaran PAI. Penyusunan jaringan tema integratif internal masih sulit dilakukan
karena masing-masing sub mapel PAI memiliki hirarchis pembahasan keilmuan
yang berbeda dengan sub mapel PAI lainnya, sehingga kalau dipaksakan justru
tidak nyambung. Pada semester gasal Kelas IV, pembelajaran PAI di Madrasah
dapat dijabarkan ke dalam 18 kali pertemuan, sedangkan semester genap dapat
dijabarkan ke dalam 21 kali pertemuan.
3. Model RPP tematik integratif eksternal di Madrasah Ibtidaiyah dapat disusun
dengan memasukkan KD sub mapel Pendidikan Agama Islam pada RPP tematik
yang sudah ada. Dalam penyusunan RPP temaik integratif eksternal ini yang
perlu diperhatikan adalah pada bagian metode dan penilaian, di mana metode
pembelajaran PAI menuntut metode pembelajaran yang menekankan pada
pembentukan akhlaq al karimah, sedangkan evaluai pembelajarannya lebih
ditekankan pada penilaian aspek afektif bukan sekedar kognitif.
4. Setelah dilakukan uji coba terbatas, Kn dan An (guru kelas IV MI Mangunsari
Kota Salatiga) menyatakan bahwa dia merasa nyaman dan cocok mengajar
dengan model tersebut karena tidak harus melakukan pergantian jam pelajaran
dari tema biasa ke pembelajaran PAI. Peserta didik juga terlihat senang mengikuti
pembelajaran tersebut, sedangkan dilihat dari hasil evaluasinya menunjukkan
hasil yang baik.
B. Penutup
Uji coba penelitian ini sangat terbatas, sehingga implementasi dalam
skop yang lebih luas atas model pembelajaran tematik integratif eksternal dan
internal ini memerlukan uji coba dan kajian yang lebih luas dan mendalam
oleh berbagai pihak. Hal ini karena efektivitas model pembelajaran sangat
dipengaruhi keadaan sekolah masing-masing, terutama faktor kemampuan
guru dan fasilitas yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi. 2010. Pengembangan kurikulum: Teori dan Praktik. Jogjakarta:
ArRuz Media
Ahmad Nursobah. 2013. Konsep dasar pemetaan tema dalam pembelajaran
tematik, diakses dari http://cobah-ajah.blogspot.com/2013/06/konsep-dasar-
pemetaan-tema-dalam.html tanggal 23 Februari 2013 pukup 18.00 WIB
Depdiknas. 2002. Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta:Depdiknas
Depdikbud. 2013. Tema 1 Diriku Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013.
Jakarta: Depdikbud
Desmita. 2010. Psikologi perkembangan. Bandung:Rosda
Hariadi, Teguh. 2013. Definisi pendekatan Saintifik kurikulum 2013, diakses dari
http://perangkatguruindonesia.blogspot.com/2013/11/definisi-pendekatan-
saintifik-kurikulum.html, tanggal 7 Februari 2014 pukul 09.00 WIB
Jeanne Ellis Ormrod. 2011. Educational psychology: Developing Learners.
Boston:Pearson Education, Inc.
Lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tentang implementasi kurikulum 2013
Margaret E. Bell Gredler. 1991. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:Rajawali
Nasution. 1993. Pengembangan kurikulum. Bandung:CitraAditya Bakti
Oemar Hamalik. 2011. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Rino Safrizal. 2012. Bentuk skala pengukuran dalam penelitian, diakses dari
http://berbagireferensi.blogspot.com/2011/03/bentuk-skala-pengukuran-
dalam.html, tanggal 22 Februari 2014 pukul 11.00 WIB
Sriyanti, Lilik., dkk. 2009. Teori-teori belajar. Salatiga:STAIN Press
Sukayati. 2004. Pembelajaran Tematik di SD merupakan terapan dari
pembelajaran terpadu, materi disampaikan pada Dikat Instruktur jenjang
lanjut tanggal 6-19 Agustus 2004.
Yuswadiwijaya. 2013. Prinsip dasar pembelajaran tematik, diakses dari
http://yuswadiwijaya.blogspot.com/2013/06/prinsip-dasar-pembelajaran-
tematik_9.html, tanggal 7 Februari 2013 pukul 10.00 WIB.
BIODATA PENELITI
Nama : Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd
NIP : 197103092000031001
Pangkat/Gol : Pembina /IVa
Instansi : STAIN Salatiga
Alamat Rumah : Jl. Abiyasa 7a Krajan, Dukuh, Sidomukti, Salatiga
Nomor Hp : 082226351412
E-mail : [email protected]