Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill Untuk ...
Transcript of Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Life Skill Untuk ...
iii
ABSTRAK
Model pembelajaran inovatif dengan berorientasi pada model life skill/kecakapan hidup pada mata pelajaran Seni Budaya merupakan sebuah konsepsederhana yang mudah dipahami oleh seorang guru. Tujuan pelajaran apresiasibukan sekedar menyampaikan materi ilmu seni, tetapi nilai-nilai yang terkandung didalamnya menjadi orientasi utama yang dapat dijadikan bekal kehidupan anak didikdalam masyarakat. Dengan demikian, model pembelajaran tidak harus di dalamkelas tetapi dapat di tempat lainnya yang lebih representative untuk karaktermaterinya. Demikian juga dengan standar kompetensi kreasi/ekspresi bukan sekedarmenyampaikan materi praktek karya seni dengan tujuan siswa terampil berolah seni,tetapi penekanan pada kebermaknaan materi tesebut sebagai bekal kehidupannya.Terampil berolah seni dapat dilakukan di luar pelajaran Seni Budaya, tetapi bekalkecakapan hidup hanya dapat diberikan melalui model pembelajaran inovatif yangmemerlukan kreativitas guru dalam melakukannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan mengembangkanmodel pembelajaran Seni Budaya yang berorientasi pada Pendidikan bermaknadengan menerapkan konsep life skill /kecakapan hidup yang nantinya dapatdijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran di SMP. Metode penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melaluiobservasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melaluitiga tahap, yaitu: pengkodean terbuka (open coding), kode Aksial (axial coding), dankode selektif (selective coding). Validitas data pada penelitian ini dilakukan dengancara: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) triangulasi, dan (3) diskusi teman sejawat.
Hasil penelitian adalah Pertama, Pelaksanaan pembelajaran seni budaya diSMP Surabaya bervariasi dalam penerapan bidang seninya. Ada sekolah yangmenerapkan dua bidang seni dan ada yang tiga bidang seni. Hal itu disesuaikandengan latar belakang guru seni budaya yang ada di sekolah. Pelaksanaanpembelajaran Seni Budaya di SMP Surabaya dilakukan oleh guru-guru sesuaidengan bidang keahliannya. Kesadaran guru akan pentingnya menambahpengetahuan dan ketrampilan didasari atas kesadaran bahwa ilmu selalu berkembangdan ketrampilan harus selalu diasah. Kedua, Model Pembelajaran Seni Budaya diSMP Negeri Surabaya memiliki kecenderungan kearah model pembelajaranlangsung baik untuk kompetensi apresiasi maupun kreasi. Dari data yang terkumpul,89% pembelajaran seni budaya menggunakan pembelajaran langsung dan hanya11% yang menggunakan model pembelajaran lain yaitu pembelajaran kooperatif.Ketiga, Konsep pembelajaran seni budaya di SMP Negeri Surabaya pada dasarnyabelum berorientasi pada pembelajaran berbasis life skill, hal itu dapat dilihat daripelaksanaan pembelajaran di kelas yang cenderung memberikan materi pelajarandengan tujuan ketercapaian kompetensinya dan belum pada penguatan kecakapanhidupnya.
iv
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang karena berkat dan rahmatNya akhirnya
laporan penelitian dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Life
Skill Untuk Memperbaiki Kualitas Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri
Surabaya” dapat terselesaikan dengan lancar dan baik.
Penelitian ini mencoba melihat dari dekat pelaksanaan pembelajaran Seni
Budaya di SMP Surabaya yang untuk selanjutnya digunakan membuat model
pembelajaran dalam bentuk VCD pembelajaran yang dapat dijadikan contoh
pembelajaran Seni Budaya di SMP.
Banyak pihak yang telah mendukung kelancaran penelitian ini, untuk itu kami
ucapkan terima kasih kepada: Prof. Dr. H. Haris Supratno, Rektor Unesa, Prof. Dr.
H. Bambang Yulianto, M.Pd Ketua Lemlit Unesa, Prof. Dr. Setya Yuwana, M.A,
Dekan FBS Unesa, Kepala Sekolah dan guru Seni Budaya di SMP Negeri
3,4,6,12,21,22 dan 32 Surabaya, bapak/ibu guru peserta Seminar Nasional
Pendidikan Seni Budaya 2009 dan khusus kepada bapak/ibu guru Sertifikasi Jalur
Pendidikan Bidang Studi Pendidikan seni yang membantu mengumpulkan data dan
pelaksana seminar, semoga segala bantuan yang diberikan akan mendapatkan
pahala dari Allah SWT dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, … Nopember 2009Tim Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN PENELITIAN 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
C. MANFAAT PENELITIAN 5
1. Manfaat dari Segi Pengembangan Ilmu Pengetahuan 5
2. Manfaat dari Segi Lembaga
D. PENTINGNYA PENELITIAN DILAKUKAN 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PEMBELAJARAN 8
B. MODEL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA 10
1. Pembelajaran Langsung 10
2. Pembelajaran Kooperatif 12
3. Pengajaran Berdasarkan Masalah 14
4. Pembelajaran Inkuiri (Penemuan) 15
BAB III. METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN 17
B. LOKASI PENELITIAN 17
vi
C. OBJEK PENELITIAN 20
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 20
1. Observasi atau Pengamatan 23
2. Angket 25
3. Wawancara 28
4. Dokumentasi 29
E. KEGIATAN PENELITIAN 31
F. KERANGKA METODE PENELITIAN 32
G. SUMBER DATA 34
H. ANALISIS DATA 34
I. VALIDITAS DATA 36
1. Perpanjangan Keikutsertaan 36
2. Triangulasi 36
3. Diskusi Teman Sejawat 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
DI SMP SURABAYA
38
1. Bidang SEni Pada Mata Pelajaran Seni Budaya 38
2. Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan Guru Seni Budaya 39
3. Pembelajaran Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler 42
4. Penyusunan Silabus dan RPP 42
5. Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya “Apresiasi dan Kreasi” 46
6. Model dan Metode Pembelajaran Seni Budaya 47
B. MODEL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP N SURABAYA 48
1. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 3 Surabaya 49
2. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 4 Surabaya 51
3. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Surabaya 52
4. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 12 Surabaya 53
5. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 21Surabaya 55
6. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 22 Surabaya 56
vii
7. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 32 Surabaya 57
C. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
LIFE SKILL
58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN 72
B. SARAN 73
DAFTAR RUJUKAN 75
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Model Pembelajaran Arends 11
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Langsung 12
Tabel 2.3 Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif 13
Tabel 2.4 Sintaks Pembelajaran Kooperatif 14
Tabel 2.5 Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah 15
Tabel 2.6 Sintaks Pembelajaran Inkuiri 15
Tabel 3.1 SMP dan Pelaksanaan Bidang Seni Mapel Seni Budaya 18
Tabel 3.2 SMPN Surabaya tempat Pengumpulan Data Model Pembelajaran 19
Tabel 3.3 Nama Tim Pengumpul Data dan Penempatan Pengumpulan Data 20
Tabel 3.4 Alur Kegiatan Penelitian 31
Tabel 4.1 Penerapan Bidang Seni di SMP 38
Tabel 4.2 Peningkatan Kualitas Pengetahuan Guru 40
Tabel 4.3 Pengetahuan Guru Dalam Menjabarkan Pengetahuan 41
Tabel 4.4 Keterlibatan Guru Dalam Penyusunan Silabus 43
Tabel 4.5 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Seni Budaya 43
Tabel 4.6 Penyusunan RPP Mata Pelajaran Seni Budaya 45
Tabel 4.7 Model Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya 47
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Nara Sumber Seminar Nasional Pendidikan Seni Berbasis
Life Skill
22
Gambar 3.2 Nara Sumber Guru Seni Musik dari Yogyakarta 22
Gambar 3.3 Tim Peneliti dan Pengumpul Data Sebagai Panitia Seminar 22
Gambar 3.4 Pembelajaran Seni Tari dengan Model Pembelajaran Kooperatif 30
Gambar 3.5 Pembelajaran Seni Rupa dengan Model Pembelajaran Langsung 30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mapel Seni Budaya
(Seni Tari) di SMP Negeri 12 Surabaya
Lampiran 2 Lembar Observasi PBM SEni Budaya di SMPN Surabaya
Lampiran 3 Angket Pembelajaran Untuk Guru Mapel Seni Budaya
Lampiran 4 Foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 5 Kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Seni Berbasis Life Skill
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab sesuai amanat Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai bentuk implementasi
dari tujuan tersebut, pemerintah mengatur penyelenggaraan pendidikan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Dalam PP Nomor 19 tahun 2005 dibahas tentang standar isi yang di dalamnya
terdapat lima kelompok mata pelajaran dan satu diantaranya adalah kelompok
estetika. Kelompok mata pelajaran estetika yang dimaksud adalah mata pelajaran seni
budaya yang mencakup seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater. Tujuan
pembelajaran seni budaya adalah untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Mata
pelajaran Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan dan
kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada
pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan
berapresiasi melalui pendekatan : “ belajar dengan seni”, “belajar melalui seni”, dan “
belajar tentang seni.”
2
Dalam mata pelajaran Seni Budaya terdapat empat bidang seni, yaitu seni rupa,
seni musik, seni tari, dan seni teater. Penerapan pembelajaran seni budaya di sekolah
menjadi otonomi sekolah disesuaikan dengan kemampuan bidang seni guru seni
budaya yang ada di sekolah. Dari 33 guru seni budaya yang ada di SMP Surabaya
yang mengajarkan satu bidang seni ada 11 orang, yang mengajarkan dua bidang seni
ada 11 orang dan yang mengajarkan tiga bidang seni ada 9 orang. Sedangkan jenis
seni yang banyak diajarkan di SMP Surabaya adalah seni rupa sebanyak 24 sekolah,
seni musik sebanyak 24 sekolah, seni tari sebanyak 8 sekolah dan seni teater sebanyak
4 sekolah. Dari 33 guru seni budaya tersebut, hanya dua orang saja yang tidak
berpendidikan formal dari bidang seni. Hal ini dapat dikatakan bahwa 93,9% guru
seni budaya di SMP telah sesuai dengan kompetensinya walaupun jika ditinjau ulang
masih ada beberapa guru yang tidak sesuai dengan konsentrasi bidang seninya tetapi
masih dalam satu naungan kelompok seni budaya.
Guru seni budaya di SMP Surabaya pada dasarnya telah memiliki pengetahuan
dan ketrampilan sesuai dengan bidang keahliannya, namun 21 orang diantaranya
masih menerapkan pembelajaran konvensional dengan metode standar ceramah, tanya
jawab, diskusi, demonstrasi dan pemberian tugas. Penerapan model pembelajaran
konvensional yang dilakukan oleh guru seni budaya di SMP dilatarbelakangi oleh: 1)
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan guru membuat model pembelajaran, 2)
kurang kreatif karena banyaknya beban guru seni budaya akan penguasaan materi
(seni rupa, musik dan drama), 3) kurangnya waktu guru dalam PBM karena cakupan
kompetensi ada tiga, yaitu seni rupa, tari dan musik sedangkan waktunya hanya 2 jam
pelajaran dalam seminggu, 4) orientasi guru seni budaya akan hasil belajar yang
masih salah yaitu belajar seni budaya untuk pengetahuan dan ketrampilan anak didik
tanpa melihat tujuan lebih jauh yaitu sebagai bekal kehidupannya, 7) pihak sekolah
3
dan masyarakat yang masih memandang pelajaran seni budaya bukan pelajaran yang
harus diutamakan sehingga berdampak juga bagi motivasi guru dalam
mengembangkan model pembelajaran, 8) sarana prasarana sekolah untuk mata
pelajaran seni budaya belum mencukupi, dan 9) materi pelajaran yang diberikan guru
hanya sebatas pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang dimilikinya saja tanpa
upaya untuk mengembangkannya.
Model pembelajaran Seni Budaya seharusnya mengacu pada sifat pelajaran
estetika yang menerapkan konsep multilingual, multidimensional, dan multikultural.
Sifat multilungual adalah konsep yang bermakna pengembangan kemampuan
mengekpresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa
rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Konsep multidimensional
adalah bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi
(pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi dengan cara
memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika, sedangkan
konsep multicultural adalah mengandung makna pendidikan seni
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam seni
budaya Nusantara dan mancanegara.
Melihat kenyataan pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya yang masih
mengandalkan model pembelajaran konvensional dengan melihat unsur ”kepraktisan”
saja dan belum ke model pembelajaran yang menekankan substansi pembelajaran
berbasis life skill, maka penelitian ini perlu segera dilakukan. Hal ini penting
disamping untuk memberikan gambaran kongkrit bagi para pendidik dalam
menjabarkan konsep pembelajaran seni budaya juga sangat bermanfaat bagi anak
didik sebagai bekal bagi kehidupannya. Di samping itu hasil penelitian ini secara
kongkrit berupa VCD tentang model pembelajaran Seni Budaya dapat dijadikan
4
kajian oleh guru seni, dosen pendidikan seni dan mahasiswa pendidikan seni untuk
mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran yang sesuai dengan bidang seni
yang ditekuninya.
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk membantu program pemerintah
menyelesaikan masalah masyarakat dan bangsa dalam aspek mendukung industri
kreatifitas bidang seni khususnya pembelajaran Seni Budaya di SMP. Melalui hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru seni dan
mahasiswa pendidikan seni/calon guru Seni Budaya melalui pengetahuan tentang
berbagai model pembelajaran inovatif yang berorientasi pada pembelajaran berbasis
Life Skill.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
2.1 Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri
Surabaya.
2.2 Mendeskripsikan model pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya.
2.3 Mengembangkan model pembelajaran Seni Budaya dengan menerapkan pada
pembelajaran berbasis Life Skill untuk siswa SMP dan dikemas dalam bentuk
VCD pembelajaran.
5
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Dari Segi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Peneliti terdiri dari tiga pengajar di Jurusan Pendidikan Sendratasik dan satu
tenaga dari Jurusan Seni Pendidikan Rupa FBS Unesa, sedangkan tenaga pembantu
pengumpul data penelitian adalah guru-guru peserta sertifikasi jalur pendidikan
bidang studi Pendidikan Seni Budaya Unesa yang sedang melakukan PKM di SMP
Negeri di Surabaya.
Dengan penelitian yang mengkaji model pembelajaran seni budaya di SMP
maka pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan peneliti sangat bermanfaat.
Disamping akan dapat dikaji secara ilmiah dan mendalam berbagai permasalahan
yang ada, tim peneliti juga dapat mengembangkan inovasi baru dalam bentuk model
pembelajaran.
Melalui kajian model pembelajaran seni budaya juga bermanfaat bagi guru-guru
seni budaya sebagai acuan dalam mengembangkan konsep pembelajaran, sehingga
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya.
2. Manfaat Dari Segi Lembaga
Manfaat penelitian ini bagi institusi Unesa pada umumnya Jurusan Pendidikan
Sendratasik dan Jurusan Pendidikan Seni Rupa FBS Unesa pada khususnya adalah
untuk menjalin kemitraan dengan sekolah. Kemitraaan dengan sekolah khususnya
SMP sangat penting bagi Unesa disamping untuk mengimplementasikan
pembelajaran bagi mahasiswa, juga dapat dikembangkan sebagai kajian pembelajaran
di SMP yang selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan model-model
pembelajaran di SMP.
6
D. PENTINGNYA PENELITIAN DILAKUKAN
Penelitian tentang pelaksanaan model pembelajaran di sekolah-sekolah sudah
sering dilakukan dengan hanya melihat bentuk pelaksanaannya saja, tetapi penelitian
tentang model pembelajaran Seni Budaya dengan melihat kandungan makna dari sifat
pembelajaran yang seharusnya diberikan belum pernah dilakukan. Hal ini sebenarnya
yang menjadikan guru seni kurang tepat dalam mengimplementasikan pelaksanaan
pembelajarannya. Guru seni memiliki kecenderungan menyampaikan materi pelajaran
sesuai dengan kemampuan penguasaan materinya saja dengan asesmen ketercapaian
materi pelajaran tanpa menghiraukan muatan makna yang harus ada di dalamnya. Hal
ini seharusnya tidak terjadi apabila diberikan contoh-contoh kongkrit dalam bentuk
model pembelajaran.
Pengkemasan pembelajaran dengan konsep pembelajaran aktif, inovatif, kreatif
dan menyenangkan serta memenuhi kompetensi yang telah ditentukan dalam KTSP
diantaranya contekstual dan bermuatan life skill merupakan standar yang harus
dilakukan oleh seorang guru. Dengan memberikan contoh bentuk pengkemasan
pembelajaran dalam kelas dalam bentuk VCD, maka dapat dijadikan contoh, acuan
dan koreksi langsung pada guru tentang arti penting pengkemasan pembelajaran yang
menarik dan tidak membosankan.
Perubahan paradigma pembelajaran juga menjadi hal yang penting dicermati
dan diadopsi oleh para guru seni budaya khususnya agar pembelajaran tercapai secara
maksimal. Kontekstual dan life skill menjadi dasar yang harus tetap di cermati dalam
menerapkan pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PEMBELAJARAN
Keberhasilan Kurikulum sangat tergantung pada pembelajaran yang dilakukan
oleh guru di dalam kelas, laboraturium, lapangan atau tempat lain sebagai bentuk dari
kelas. Untuk mengimplementasikan kurikulum agar dapat terlaksana dengan baik
diperlukan strategi atau model pembelajaran yang diwujudkan dalam RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Peranan RPP sangat penting bagi guru, ibarat dalam
sebuah drama, RPP adalah scenario yang mengatur actor bermain dalam adegan.
Sebagai sebuah scenario, RPP dapat disusun dengan baik oleh seorang guru jika
guru tersebut memahami: 1) kompetensi yang dicapai dalam pembelajaran, 2_
substansi pembelajaran yang akan dipelajari, 3) karakteristik siswa yang akan belajar,
4) fasilitas yang dapat dimanfaatkan, dan 5) model-model pembelajaran yang sudah
dikembangkan para ahli dan sudah teruji secara teoritik maupun empiric. Untuk
selanjutnya model pembelajaran akan menjadi focus dalam naskah ini.
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dengan melibatkannya dalam
mempelajari sesuatu secara efektif dan efisien. Sedangkan model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997:7, Kardi,S dan Nur, 2000:8).
Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
8
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2006:3).
Model pembelajaran kreatif dan inovatif merupakan salah satu konsep
pembelajaran saat ini. Guru pada prinsipnya tidak perlu lagi harus berpikir tentang
penguasaan materi dan ketrampilan mata pelajaran yang dimilikinya, tetapi dengan
keterbatasan penguasaan materinya guru dapat menutupinya dengan kreativitas dalam
penerapan model pembelajaran. Dapat dikatakan pula bahwa hal tersebut adalah salah
satu kelemahan dari penerapan model pembelajaran, tetapi kelemahan itu akan
tertutupi dengan pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal dari siswa melalui
model pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 1997:7,
Kardi,S dan Nur, 2000:8). Model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
(Trianto, 2006:3).
Menurut Suyatno (2002), pembelajaran masa kini disusun berdasarkan
multikarakter siswa dan multikonteks belajar dengan berorientasi pada konsep bahwa:
1) setiap peserta didik adalah unik. Peserta didik mempunyai kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, proses penyeragaman dan penyamarataan
akan membunih keunikan tersebut. Keunikan harus diberi tempat dan dicarikan
9
peluang agar dapat lebih berkembang. Melalui konsep yang diutarakan Suyatno di
atas menunjukkan betapa pentingnya pemahaman guru akan pengembangan
pengajaran yang harus dilakukan. Konsep tradisional guru dengan pengajaran harus
terpusat pada guru sudah waktunya digeser dengan pengetahuan bahwa pembelajaran
harus terpusat pada anak didik. Konsep pengajaran terpusat pada guru dari berbagai
penelitian menunjukkan kurang maksimalnya hasil PBM. Berbagai permasalahan
ditemukan dalam pembelajaran terpusat pada guru, diantaranya siswa pasif mengikuti
PBM karena kurangnya variasi guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Konsep pembelajaran berbasis life skill merupakan sebuah konsep yang dapat
dijadikan solusi dalam memecahkan masalah pembelajaran Seni budaya. Dalam
konsep pembelajaran berbasis life skill atau kecakapan hidup, anak didik tidak saja
dijejali dengan penguasaan materi pelajaran, tetapi memancing atau menarik keluar
(eliciting) potensi siswa agar dapat berkembang dengan baik untuk memberikan
wawasan kehidupan (Budi Darma, dalam Muchlas Samani, 2007:xiv).
Konsep pendidikan bermakna melalui pembelajaran berbasis life skill
merupakan konsep yang membawa anak didik kelak menjadi orang sukses dalam
hidup, kehidupan, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Haris Supratno,
dalam Muchlas Samani, 2007:xvii), pendidikan bermakna adalah pendidikan yang
dapat membekali anak didik dapat sukses dalam menghadapi berbagai problema
kehidupan.
Orientasi model pembelajaran inovatif melalui konsep pendidikan bermakna
adalah upaya pengembangan kecakapan hidup /life skill sebagai solusi problem
solving dalam kehidupan secara arif dan bijaksana. Dalam implementasinya,
pembelajaran konsep pendidikan bermakna adalah pembelajaran yang dilakukan guru
melalui model pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan materi
10
saja tetapi pembelajaran yang memberikan pemaknaan pada nilai-nilai budaya yang
terkandung dalam materi pembelajaran.
B. MODEL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
Dalam upaya memaksimalkan kualitas pembelajaran di sekolah, para pakar
pembelajaran mencoba mencari alternative bentuk model pembelajaran yang dapat
dilakukan di dalam kelas. Berbagai model pembelajaran ditemukan, diantaranya
model presentasi, model pengajaran langsung (direct instruction), model pengajaran
konsep, model pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem
base instruction), model diskusi kelas, model audiolingual, model reseptif, model
integrative, model tematik, model kuantum, model konstruktivistik, model parsipatori,
model kontekstual dan masih banyak lagi istilah model pembelajaran.
Dengan menekankan model pembelajaran terpusat pada siswa maka model
pembelajaran tersebut terciptakan. Pada dasarnya beberapa model pembelajaran dapat
dilaksanakan dalam mata pelajaran Seni Budaya, hal itu tergantung pada bagaimana
guru dapat menerapkan model pembelajaran itu dalam kelas. Tetapi pengetahuan
model pembelajaran yang dimiliki guru biasanya hanya terbatas dengan model
pembelajaran umum yang sering dilakukan atau diketahuinya dari teman sejawat atau
buku-buku tentang model pembelajaran. Saat ini banyak pelatihan yang memberikan
latihan khusus tentang model pembelajaran di sekolah, tetapi dalam penerapannya
guru masih memiliki kecenderungan membuat model pembelajaran yang sederhana
saja tanpa memberikan inovasi baru dalam pelaksanaannya.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru mata pelajaran Seni
Budaya, diantaranya yang dikemukakan melalui lima model pembelajaran Arends
(1997) dalam bagan berikut:
11
Tabel 2.1: Model Pembelajaran Arends
NamaModelPembelajara
PembelajaranLangsung(DirectInstruction)
PembelajaranKooperatif(CooperatifLearning)
PembelajaranBerdasarMasalah
Diskusi(Discussion)
PembelajaranBerstrategi(learningStrategies)
Hasil Belajar Pengetahuandeklaratifdasar;ketrampilanakademik
Ketrampilanakademik dansocial
Ketrampilanakademik daninkuiri
Diskursusdanketrampilan social
Ketrampilankognitif danmetakognitif
LandasanTeori
Psikologiperilaku; Teoribelajar social
Teori belajarsocial, teorikonstruktivis
Psikologikognitif, teorikonstruktivis
Psikologikognitif;teiriinteraksisocial
Teoripemrosesaninformasi
CiriPembelajaran
Presentasiyang jelas,demonstrasidan analisistugas
Kerjakelompokdenganganjarankelompok dantugasterstruktur
Proyekberdasarkaninkuiri yangdikerjakan scrkelompok
Diskusikelompok
Pengajaraneksplisit
KarakteristikLingkungan
Terstruktursecara ketat,lingkunganterpusatkepada guru
Fleksibel,demokratis,lingkunganterpusatkepada siswa
Fleksibellingkunganterpusat padakegiataninkuiri
Refleksimenerapkan dialogterbuka
Refleksimenerapkanpada belajarbagaimanacara belajar
Berikut ini diuraikan beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pelajaran Seni Budaya di sekolah. Model pembelajaran ini sering digunakan
untuk pembelajaran Seni Budaya, namun tidak menutup kemungkinan juga model
pembelajaran lain dapat diterapkan dalam pembelajaran Seni Budaya. Adapun model
pembelajaran tersebut adalah:
1. Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung dalam penerapannya lebih menonjolkan observasi dalam
pendekatannya. Siswa dalam pembelajaran mengamati secara selektif, mengingat dan
12
menirukan tingkah laku guru. Dalam pengajaran langsung, guru hendaknya
memberikan materi terfukus saja agar tidak menimbulkan kerancuan materi.
Pembelajaran langsung dalam pelajaran Seni Budaya adalah belajar yang
langsung melihat dan mendemonstrasikan materi pelajaran. Contoh pembelajaran
langsung seni tari adalah siswa melihat guru memberikan contoh gerak tari dan
langsung mempraktekkannya melalui latihan-latihan.
Tabel 2.2: Sintaks Pembelajaran Langsung
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, latar
belakang pentingnya pelajaran diberikan dan
mempersiapkan siswa untuk menerima materi
pelajaran.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan
dan ketrampilan (dapat dilakukan
melalui presentasi)
Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan
benar dan menjelaskan tahap demi tahap materi
pelajaran.
3. Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan membimbing pelatihan
4. Mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik
Guru mengecek pemahaman siswa melalui
umpan balik yang dapat dilakukan dengan anya
jawab maupun pemberian tugas
5. Memberikan pelatihan lanjutan Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan (dapat dilakukan siswa sebagai
tugas).
2. Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya, pembelajaran kooperatif diberikan dalam kelas dengan tujuan
agar interaksi yang terjadi di dalam kelas dapat terjalin dengan maksimal. Pada
pembelajaran kooperatif, siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain sehingga apabila
ada siswa yang belum jelas tentang materi yang diberikan oleh guru maka dapat
bertanya dengan teman yang lainnya. Disamping saling menolong untuk mempelajari
13
materi pelajaran, siswa mendapat kesempatan untuk bersosialisasi dengan anggota
kelompok.
Tabel 2.3: Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw InvestigasiKelompok
PendekatanStruktural
TujuanKognitif
Informasiakademiksederhana
Informasi akademiksederhana
Informasiakademiktingkattinggi danketerampilaninkuiri
Informasiakademiksederhana
Tujuansosial
Kerjakelompok dankerja sama
Kerja kelompokdan kerja sama
Kerjasama dalamkelompokkompleks
Keterampilankelompok danketerampilansosial
StrukturTim
Kelompokheterogendengan 4-5orang anggota
Kelompok belajarheterogen dengan5-6 , orang anggotamenggunakan polakelompok ‘asal’dan kelompok‘ahli’
Kelompok belajardengan 5-6anggotaheterogen
Bervariasi,berdua,bertiga,kelompokdengan 4-6anngota.
Pemilihantopikpelajaran
Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
TugasUtama
Siswa dapatmenggunakanlembarkegiatan danSalingmembantuuntukmenuntaskanmateribelajamya
Siswa mempelajarimateri dalamkelompok" ahli"kemudianmembantu anggotakelompok asalmempelajari materiitu
Siswamenyelesaikaninkuiri kompleks
Siswamengerjakantugas-tugasyangdiberikansosial dankognitif
Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapatbetupa tesmingguan
Menyelesaikanproyek danmenulis laporan,dapatmenggunakan tesessay
Bervariasi
Pengakuan Lembarpengetahuandan publikasilain
Publikasi lain Lembarpengetahuan danpublikasi lain
Bervariasi
14
Tabel 2.4: Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Fase Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3. Mengorganisasi siswa
ke dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
4. Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
merek mengerjakan tugas mereka.
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
6. Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
3. Pengajaran Berdasarkan Masalah
Pengajaran berdasarkan masalah adalah pengajaran yang dilakukan oleh guru
berdasarkan masalah yang autentik dan bermakna untuk dilakukan penyelidikan dan
inkuiri. Masalah autentik adalah masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dipilih
oleh guru karena kemanfaatannya bagi siswa untuk dicari penyelesaiannya.
Masalah autentik dalam pelajaran seni budaya contohnya pada pelajaran seni
musik adalah “bagaimana posisi memainkan gitar dengan nyaman tetapi tetap tidak
mengganggu kualitas suara permainan gitar itu sendiri”. Masalah ini diberikan kepada
siswa dan siswa akan mencari jawabannya dengan berdiskusi dan menerapkan
berbagai teknik bermain gitar. Dari hasil pemecahan masalah tersebut maka akan
ditemukan jawabannya yang akan menjadi keuntungan secara langsung bila
diterapkan.
15
Tabel 2.5: Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase Peran Guru
1.Orientasi siswa kepada
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa mendefmisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
4. Pembelajan Inkuiri (Penemuan)
Pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang menumbuhkan rasa
ingin tahu siswa akan sesuatu sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih lanjut
melakukan penyelidikan. Pembelajaran dengan menekankan pentingnya membantu
siswa untuk memahami sesuatu dengan melibatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran merupakan langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru.
Tabel 2.6: Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Fase Peran Guru1. Observasi menemukan
masalah
Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang
memungkinkan siswa menemuklan masalah
2. Merumuskan masalah Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian
berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya.
3. Mengajukan hipotesis Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis
terhadap masalah yang telah dirumuskannya.
4.Merencanakan pemecahan Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan
16
masalah (melalui
eksperimen atau cam lain)
masalah, membantu menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat.
5.Melaksanakan eksperimen
(atau cara pemecahan
masalah yang lain)
Selama siswa bekerja guru membimbing dan memfasilitasi.
6. Melakukan pengamatan
dan
pengumpulan data
Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-
hal yang penting dan membantu mengumpulkan dan
mengorganisasi data.
7. Analisis data Guru membantu siswa menganalisis data supaya
menemukan sesuatu konsep
8. Penarikan kesimpulan
atau penemuan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan
berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin
ditanamkan.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran seni budaya di SMP
Negeri Surabaya dilakukan dalam waktu 10 bulan. Pelaksanaan penelitian dibagi
dalam empat tahap yaitu: tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap
pengembangan dan pendokumentasian model pembelajaran serta tahap evaluasi dan
penyusunan laporan.
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian
pengembangan (development research) yakni penelitian yang berorientasi pada
pengembangan suatu produk yang proses pengembangannya dideskripsikan secara
teliti dan produk yang diperoleh dievalusi (Richey & Nelson, 1996). Produk yang
dikehendaki dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Seni Budaya di SMP
dengan bentuk laporan penelitian, dan VCD model pembelajaran. Oleh karena itu,
metode pelaksanaan difokuskan pada tiga hal, yaitu metode pengembangan model
pembelajaran di SMP, metode pengkemasan produk dan metode pengembangan
model pembelajaran. Berdasarkan pertimbangan efisiensi, terutama dalam hal waktu
yang tersedia, pengembangan dari ketiga hal tersebut dilaksanakan secara simultan.
B. LOKASI PENELITIAN
Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran seni budaya dilakukan di
SMP Negeri Surabaya. Pemilihan tempat di Surabaya karena karakteristik materi Seni
Budaya masih memiliki relevansi antar sekolah sesuai dengan karakteristik materi
yang diberikan pada pengertian lokal, tradisional, nusantara, dan mancanegara. Untuk
memfokuskan materi penelitian, selanjutnya dipilih sekolah yang menerapkan mata
18
pelajaran Seni Budaya bidang seni rupa, seni musik, seni tari dan seni teater sebagai
sampel penelitian yang dianggap mewakili. Adapun nama sekolah yang menjadi
sumber data pelaksanaan pembelajaran seni budaya di Surabaya adalah dalam tabel
berikut.
Tabel 3.1SMP dan Pelaksanaan Bidang Seni pada Mata Pelajaran Seni Budaya
No. Guru Seni Budaya di SMP SeniRupa
SeniTari
SeniMusik
SeniDrama
Jumlah
1. SMPN 21 Surabaya √ 12. SMPN 3 Surabaya (guru A) √ 13. SMPN 3 Surabaya (guru B) √ √ 24. SMPN 3 Surabaya (guru C) √ √ 25. SMPN 21 Surabaya (guru A) √ 17. SMPN 21 Surabaya (guru B) √ 18. Santa Maria Surabaya √ 19. SMPN 8 Surabaya √ √ √ 310. SMPN 28 Surabaya √ √ 211. SMPN 26 Surabaya √ √ 212. SMPN 16 Surabaya √ √ 213. SMPN 34 Surabaya √ √ √ 314. SMPN 14 Surabaya √ √ 215. SMPN 33 Surabaya √ √ 216. SMPN 16 Surabaya (guru A) √ √ √ 317. SMPN 16 Surabaya (guru B) √ √ 218. SMPN 34 Surabaya √ 119. SMPN 12 Surabaya (guru A) √ 120. SMPN 40 Surabaya √ √ 221. SMPN 12 Surabaya (guru B) √ 122. SMP Surabaya √ √ √ 323. SMP Surabaya √ √ √ 324. SMP Surabaya √ 125. SMP Hang Tuah I Surabaya √ √ √ 326. SMPN 22 Surabaya √ √ 227. SMP Surabaya √ √ √ 3
JUMLAH 24 5 19 3
SMP Negeri di Surabaya yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah tujuh
SMP Negeri Surabaya yang telah menjadi mitra UNESA, ke tujuh SMP Negeri yang
dipilih sebagai sumber data bagi pelaksanaan model pembelajaran seni budaya karena
pada saat penelitian ini berlangsung, di SMP Negeri tersebut dilaksanakan
19
Pemantapan Ketrampilan Mengajar (PKM) bagi guru prestasi yang sedang mengikuti
program Sertifikasi Jalur Pendidikan bidang Studi Pendidikan Seni. Pelaksanaan
PKM di SMP tersebut sudah berlangsung selama dua periode atau dua tahun terakhir.
Guru-guru tersebut yang berjumlah 21 orang untuk selanjutnya menjadi tim
pengumpul data tentang pelaksanaan pembelajaran seni budaya di dalam kelas.
Dengan melibatkan guru-guru tersebut yang melakukan PKM selama 3 bulan, maka
data tentang pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas dan data-data tentang sekolah
dapat diperoleh secara valid, efisien dan mendalam. Adapun sekolah yang menjadi
tempat penelitian untuk pelaksanaan pembelajaran seni budaya adalah pada table di
bawahini.
Tabel 3.2SMP Negeri Surabaya Tempat Pengumpulan Data Pelaksanaan Model
Pembelajaran Seni Budaya
No. Nama SMPN Alamat
1. SMP Negeri 3 Jl. Praban 3 Surabaya
Telepon:. 5341021 Fax. 031-5316334
2. SMP Negeri 4 Jl. Tanjung Anom No. 12 Surabaya
Kecamatan Genteng Surabaya
Telepon.(031) 5341431, Fax : (031) 5453378
3. SMP Negeri 6 Jl. Jawa No.24 Kecamatan Gubeng Kota Surabaya
Propinsi Jawa Timur
Telepon.(031) 5013602, Fax. (031) 5055560
4. SMP Negeri 12 Ngagel Kebonsari 1 Surabaya
Telepon.
5. SMP Negeri 21 Jl. Jambangan IV Surabaya
Telepon (031) 8281691.
6. SMP Negeri 22 Jl. Gayungsari Barat Surabaya
Telepon.
7. SMP Negeri 32 Jl. A Yani No. 6-8 Surabaya
Telepon 031-8284225
20
C. OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian ini adalah pelaksanaan model pembelajaran Seni Budaya di
SMP Negeri Surabaya. Pembelajaran seni budaya yang ada di SMP terdiri dari
pelajaran seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni teater. Tetapi karena di Surabaya
belum ada SMP Negeri yang melaksanakan seni teater sebagai materi pelajaran seni
budaya, maka penelitian memfokuskan pada tiga bidang seni yaitu seni rupa, seni tari
dan seni musik.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian
deskriptif kualitatif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
sedang dihadapi pada situasi sekarang dan tujuan utamanya untuk membuat gambaran
tentang suatu keadaan secara objektif dalam satu deskripsi analisis situasi.
Pengumpulan data disamping dilakukan langsung oleh tim peneliti juga
dibantu oleh mahasiswa sertifikasi jalur pendidikan yang berjumlah 21 orang. Mereka
tersebar di tujuh SMP Negeri Surabaya untuk melaksanakan Pemantapan Ketrampilan
Mengajar (PKM) sekaligus tim pengumpul data penelitian tentang pelaksanaan
pembelajaran seni budaya di kelas. Adapun nama mahasiswa tersebut adalah:
Tabel 3.3
Nama Tim Pengumpul Data dan Penempatan Pengumpulan Data
No. Nama Mahasiswa NIM BidangSeni
TempatPengumpulan
data1. Paino, S.Pd. 082597004 Seni Tari SMPN 21
Surabaya2. Dwi Sainatun, S.Pd 082597006 Seni Tari
3. Moh. Kholidin, S.Pd. 082597002 Seni Musik
4. Nyami, S.Pd 082597001 Seni Rupa
21
5. Tavia Dewi Yulaikah, S.Pd 082597008 Seni Tari SMPN 3
Surabaya6. Yuni Wulandari, S.Pd 082597003 Seni Rupa
7. Defiyana, S.Pd 082597005 Seni Rupa
8. Kelik Triyonoadhi, S.Pd. 082597009 Seni Musik SMPN 32
Surabaya9. Dwi Suyamto, WS, S.Pd., MSn 082597007 Seni Rupa
10. Anang Widagdo, S.Pd 082597017 Seni Tari SMPN 4
Surabaya11. Wahyuni, S.Pd. 082597010 Seni Rupa
12. Sugeng Hardianta, S.Pd. 082597012 Seni Rupa
13. I Sappe K, S.Pd 082597020 Seni Tari SMPN 12
Surabaya14. Sri Langgeng Wiyati, S.Pd 082597011 Seni Musik
15. Lulut Edi Santoso, S.Pd. 082597013 Seni Rupa
16. Jayadi, S.Pd. 082597015 Seni Musik SMPN 6
Surabaya17. Dwi Setia Yuliawan, S.Pd. 082597016 Seni Rupa
18. Dra. Agustin Rosalina 082597018 Seni Rupa
19. Eko Purnomo, S.Pd 082597019 Seni Rupa SMPN 22
Surabaya20. Drs. Endro Mulatsono 082597021 Seni Rupa
21. Budi Santoso, S.Pd. 082597014 Seni Rupa
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dalam bentuk kegiatan dengan
mengunjungi sekolah menanyakan dan melihat langsung pembelajaran seni budaya di
sekolah dan kegiatan seminar nasional dengan mendatangkan guru seni budaya untuk
mengikuti seminar, mengisi angket penelitian dan membuat makalah tentang
pembelajaran berbasis life skill. Kedua kegiatan pengumpulan data tersebut sangat
efektif dilakukan disamping peneliti memperoleh data penelitian, guru seni budaya
dapat berekspresi menuangkan konsep pembelajarannya dan mendapatkan pencerahan
ilmu tentang pembelajaran seni budaya dari para pakar seni budaya.
Pelaksanaan pengumpulan data pada kegiatan Seminar Nasional dilaksanakan
pada tanggal 8 Agustus 2009 di Fakultas Bahasa dan Seni Unesa. Adapun gambar
kegiatan tersebut sebagai berikut.
22
Gambar 3.1Nara Sumber Seminar Nasional Pendidikan Seni Berbasis Life Skill
Gambar 3.2Nara Sumber Guru Seni Musik dari Yogyakarta pada Seminar Nasional
Pendidikan Seni Berbasis Life Skill
Gambar 3.2Tim Peneliti dan Pengumpul Data Penelitian sebagai Panitia Pelaksana
Seminar Nasional Pendidikan Seni Berbasis Life Skill
23
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan digunakan untuk melihat secara langsung
pembelajaran seni budaya di SMP Negeri Surabaya dari persiapan dengan
penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, model dan metode
pembelajaran yang digunakan dan sarana prasarana pembelajaran.
Untuk mendapatkan data tentang proses pembelajaran seni budaya di kelas,
tim pengumpul data yang terdiri dari 21 mahasiswa peserta sertifikasi jalur pendidikan
yang tersebar di tujuh SMP Negeri Surabaya melakukan observasi di kelas dengan
melihat proses pembelajaran. Proses persiapan pembelajaran, menyiapkan media
pembelajaran hingga pelaksanaan pembelajaran diobservasi langsung oleh tim
pengumpul data. Keberadaan tim pengumpul data sebagai mahasiswa peserta PKM
sangat efektif, karena mahasiswa diberi kesempatan berada di dalam kelas oleh guru
seni budaya dan mahasiswa sebagai pengumpul data menjadi lebih detail melihat
pembelajaran di dalam kelas. Agar observasi berjalan sesuai sasarannya, tim
pengumpul data dibekali dengan lembar observasi.
Pada lembar observasi yang harus diisi tim pengumpul data adalah identitas
sekolah, identitas pelajaran (guru dan kelasnya), tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, waktu yang digunakan dalam pembelajaran, model pembelajaran, metode
mengajar, pelaksana pembelajaran, jumlah siswa, media yang digunakan, sarana
prasarana kelas, teknik penilaian, dan kelengkapan RPP guru yang didukung dengan
data RPP. Dari data observasi/pengamatan tersebut selanjutnya dianalisis untuk
mendapatkan data tentang pelaksanaan pembelajaran seni budaya di SMP Negeri
Surabaya. Adapun lebar observasi tersebut sebagai berikut:
24
OBSERVASI PBM SENI BUDAYA DI SMPN SURABAYAOleh (GURU PKM SENI): .......................................NIM. .................................
Sekolah : SMP Negeri ......... SurabayaMata Pelajaran : Seni Budaya / SENI ........................Kelas/Semester : ..................... / II tahun ajaran 2008/2009Nama Guru : ………………………………………..Berikan tanda (√) pada jawaban yang dipilih dan boleh lebih dari satu jawabannya.Jika tidak ada pilihannya, anda dapat menuliskan di bawahnya.
Tujuan Pembelajaran, SK, KD Silabus dan RPP (Mohon di copykan)**Materi Pembelajaran ……………………………………………………Waktu …….. menitModel Pembelajaran ( ) Pembelajaran Langsung
( ) Pembelajaran Kooperatif (tipe………………)( ) Pembelajaran berdasar Masalah( ) Pembelajaran berstrategi( ) lain-lain, ………………………………..Jelaskan:……………………………………………………
Metode Pengajaran ( ) Ceramah( ) Tanya Jawab( ) Demonstrasi( ) Diskusi (…….. orang per kelompok/ kelas)*( ) Pemberian Tugas (kelompok/ perorangan)*( ) lain-lain, metode ………………………………….
Guru dalam Pembelajaran di kelas ( ) Seorang guru( ) Tim teaching (berapa guru, ……… orang)( ) lain-lain jelaskan, …………………………………
Jumlah siswa dalam satu kelas Siswa Perempuan sebanyak ….. orangSiswa Laki-Laki sebanyak …….. orangJumlah siswa dalam kelas ………….orang
Media Pembelajaran ( ) Papan tulis( ) OHP( ) Komputer( ) lain-lain, sebutkan … ………………………………
Kelas pembelajaran ( ) dalam ruang kelas teori( ) dalam kelas kusus / aula/ laboraturium seni( ) lain-lain, ……………………………………………
Keadaan kelas (√) ukuran kelas panjang …meter x lebar …meter(√ ) pintu …… buah, jendela ….. buah( ) kiri kelas ruang ……………( ) kanan kelas ruang ………….( ) depan kelas ruang …………..( ) belakang kelas ruang ………………( ) informasi lain, ……………………………………
Teknik Penilaian pada waktu observasi ( ) Tes tulis( ) Observasi / pengamatan( ) Tes praktek / tes kinerja( ) Penugasan (individu / kelompok )*( ) Tes lisan( ) Penilaian Portopolio( ) Jurnal / buku catatan( ) Penilaian diri( ) Penilaian antarteman( ) lain-lain, ………………………………………
25
Tim pengumpul data adalah mahasiswa program sertifikasi jalur pendidikan
yang terdiri dari guru-guru prestasi dari beberapa daerah di Indonesia. Keberadaa
2. Angket
Teknik pengumpulan data dalam bentuk angket digunakan untuk mendapatkan
data langsung yang diisi oleh guru seni budaya yang ada di sekolah. Data tersebut
berisi tentang identitas guru seni budaya, pengalaman mengajar, pendidikan seni yang
diperoleh, kegiatan mengajar, kegiatan ilmiah yang pernah diikuti tiga tahun terakhir,
penyusunan silabus dan RPP, pengetahuan seni, ketrampilan seni, model
pembelajaran yang digunakan di kelas, metode yang digunakan di kelas dan cara
penembangan materi pelajaran.
Di samping pertanyaan tersebut di atas untuk mengetahui pelaksanaan
pembelajaran serta latar belakang pengetahuan dan ketrampilan guru, juga diberikan
isian saran untuk perbaikan pembelajaran Seni Budaya di SMP pada umumnya baik
dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan
Bentuk Instrumen pada waktu observasi ( ) Tes pilihan (ganda / benar salah / menjodohkan)*( ) Tes isian / uraian( ) Lembar observasi( ) Tes tulis ketrampilan( ) Tes identifikasi( ) Tes simulasi( ) Tes uji petik kerja( ) Pekerjaan rumah( ) Proyek( ) lembar penilaian antar teman( ) lain-lain,…………………………………………………
Tahap pembelajaran pada waktuobservasi
Pendahuluan:……………………………………………………Kegiatan Inti:……………………………………………………Penutup:……………………………………………………
Surabaya, ………….
(……………………………………..) isi nama lengkap dan tanda tangan
26
guru atau sarana/prasarana penunjangnya serta solusi menurut guru. Adapun angket
tersebut adalah sebagai berikut.
DATA UNTUK GURU SENI BUDAYA DI SMP NEGERI … SURABAYADiisi di Surabaya, ………………… 2009
Nama lengkap guruNIPAlamatNo. Telepon/HPMulai Mengajar tahun Tahun …………..Mengajar seni tahun Tahun ……………Beban jam mengajar perminggu ………… jam pelajaranPendidikan terakhir/ jurusan
Jadwal Mengajar semester iniKelas Mata Pelajaran Waktu/Hari/Jam
Kegiatan Ilmiah/Seminar yang pernah diikuti 3 tahun terakhirNo. Kegiatan Tahun
Kegiatan pelatihan/workshop yang pernah diikuti 3 tahun terakhirNo. Kegiatan Tahun
Berikan tanda (√) pada jawaban yang dipilih dan boleh lebih dari satu jawabannya. Jika tidak adapilihannya, anda dapat menuliskan di lain-lain.
1. Pelajaran yang diberikan di SMP adalah, …( ) Seni Rupa( ) Seni Musik( ) Seni Tari( ) Seni Teater( ) lain-lain, sebutkan …………………………………………………
2. Bidang keahlian seni diperoleh dari… .( ) pendidikan formal( ) pendidikan non formal/kursus( ) kegiatan pelatihan/workshop( ) belajar sendiri( ) lain-lain, sebutkan ………………………………………………….
3. Mengajar ekstrakurikuler Seni Budaya di kelas:( ) Kelas VII, bidang seni …………………………( ) Kelas VIII, bidang seni …………………………..( ) Kelas IX, bidang seni …………………………..( ) guru seni budaya sendiri berdasar bidang seninya
( ) kepala sekolah dan tim guru yang ditugaskan sekolah( ) guru seni budaya dan MGMP( ) lain-lain, sebutkan ……………..
27
4. Penyusunan silabus Seni Budaya dilakukan oleh:( ) guru seni budaya sendiri berdasar bidang seninya( ) kepala sekolah dan tim guru yang ditugaskan sekolah( ) guru seni budaya dan MGMP( ) lain-lain, sebutkan ……………..
5. Penyusunan RPP dilakukan pada waktu:( ) awal tahun ajaran baru untuk 2 semester sekaligus( ) awal semester pada jadwal kusus dari sekolah( ) setiap akan mengajar( ) menggunakan RPP yang telah ada( ) lain-lain, sebutkan ……………………….
6. Menambah pengetahuan dan ketrampilan seni budaya dilakukan dengan cara:( ) belajar sendiri di rumah dengan membaca buku-buku seni( ) belajar sendiri di rumah dengan melihat VCD seni( ) belajar dari orang lain yang lebih tahu tentang seni budaya( ) ikut kursus setelah jam sekolah selesai( ) sekolah/kuliah lagi( ) mengikuti penataran/pelatihan/workshop/lokakarya/seminar, dsb( ) lain-lain, sebutkan …………………………………………….
7. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi seni dilakukan di…( ) kelas yang sama dengan pelajaran teori lainnya( ) kelas khusus/aula/laboraturium seni yang ada di sekolah( ) di luar jam pelajaran dengan memberikan tugas( ) di halaman sekolah melihat materi pelajarannya( ) di perpustakaan( ) lain-lain, sebutkan ………………………………………
8. Pelaksanaan pembelajaran kreasi/ekspresi seni dilakukan di…( ) kelas yang sama dengan pelajaran teori lainnya( ) kelas kusus/aula/laboraturium seni yang ada di sekolah( ) di luar jam pelajaran dengan memberikan tugas( ) di halaman sekolah melihat materi pelajarannya( ) lain-lain, sebutkan ………………………………………
9. Model pembelajaran yang pernah diterapkan dalam kelas adalah:( ) pembelajaran teori di kelas secara klasikal/umum( ) pembelajaran praktek di kelas dengan contoh guru( ) pembelajaran langsung( ) pembelajaran inkuiri( ) pembelajaran berdasarkan masalah( ) pembelajaran kooperatif (kelompok)( ) pembelajaran terpadu/tim teaching( ) lain-lain, sebutkan…………………
10. Metode mengajar yang digunakan … .( ) ceramah( ) Tanya jawab( ) demonstrasi( ) pemberian tugas( ) inkuiri/penemuan( ) diskusi( ) lain-lain, sebutkan……………………..
28
3. Wawancara
Metode wawancara atau interview sangat mendukung metode pengamatan
atau observasi yang digunakan dalam penelitian ini. Wawancara yang digunakan
adalah wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur
dengan menetapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan masalah
yang akan diteliti. Pertanyaan yang sama diajukan kepada sejumlah sampel untuk
mendapatkan sejumlah jawaban yang nantinya akan dianalisis oleh peneliti.
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data utama mengenai pembelajaran
seni budaya di SMP Negeri Surabaya. Wawancara terstruktur diberikan pada guru
seni budaya dengan pertanyaan yang memperkuat penjelasan pada angket, sedangkan
pertanyaan tidak terstruktur diberikan kepada kepala sekolah, siswa dan guru lain
11. Materi pelajaran dikembangkan dari…( ) buku-buku seni budaya yang dijual di toko-toko buku( ) makalah-makalah seminar/pelatihan/workshop, dll( ) artikel seni budaya yang ada di jurnal/majalah/surat kabar( ) VCD/CD/kaset karya seni( ) diskusi dengan teman/guru seni budaya dari sekolah lain( ) pengalaman belajar yang pernah diperoleh( ) menciptakan sendiri materi pelajaran, dalam bentuk …………………….( ) lain-lain, sebutkan ……………………………….
Berikan saran untuk perbaikan pembelajaran Seni Budaya di SMP pada umumnya baik dalampeningkatan kualitas pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan guru atausarana/prasarana penunjangnya.
Peningkatan kualitas guru ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Peningkatan sarana prasarana ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Solusi yang diharapkan …………………………………………………………………………………………………………………………………………
29
dengan pengembangan pertanyaan inti dari angket tetapi masih berhubungan dengan
pembelajaran seni budaya.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara dilakukan oleh tim peneliti
dengan mendatangi sekolah-sekolah yang menjadi tujuan penelitian. Wawancara ini
akan digunakan untuk mendukung data observasi yang untuk selanjutnya digunakan
menganalisa pembelajaran seni budaya di SMP negeri Surabaya. Adapun pertanyaan
wawancara terstruktur meliputi:
1. Identitas guru seni budaya (nama, mulai mengajar, bidang seni, bebanmengajar, pendidikan terakhir)
2. Jadwal mengajar semester ini3. Kegiatan ilmiah yang pernah diikuti (seminar, workshop, pelatihan, dll)4. Bidang seni yang diajarkan5. Bidang keahlian seni6. Mengajar intrakurikuler7. Teknik penyusunan silabus8. Teknik penyusunan RPP9. Cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan10. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi11. Pelaksanaan pembelajaran kreasi12. Pelaksanaan model pembelajaran di kelas13. Pelaksanaan metode pembelajaran di kelas14. Pengembangan materi pembelajaran
Pertanyaan wawancara tidak terstruktur untuk selanjutnya dikembangkan dari
pertanyaan terstruktur yang dilakukan untuk menjaring informasi selengkap-
lengkapnya tentang pembelajaran seni budaya di SMP Surabaya.
4. Dokumentasi
Penelitian ini juga menggunakan metode dokumentasi foto dan video.
Dokumentasi foto terdiri dari foto kegiatan pelaksanaan pembelajaran seni budaya di
SMP digunakan sebagai data pelengkap kegiatan penelitian. Sedangkan dokumentasi
video digunakan untuk merekam model pembelajaran seni budaya yang telah
dikembangkan yang untuk selanjutnya siap dijadikan sebagai contoh model
30
pembelajaran seni budaya untuk SMP. Diantara foto pelaksanaan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
Gambar 3.4Pembelajaran Seni Tari dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Di SMP Negeri 12 Surabaya
Dokumentasi foto pada waktu pelajaran seni tari dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif di SMP Negeri 12 dilaksanakan di dalam kelas. Walaupun
pelajarannya praktek tari, siswa diberi kebebasan berkelompok untuk
mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Foto tersebut menjadi data pendukung
pelaksanaan pembelajaran seni tari di SMP Negeri 12.
Gambar 3.5Pembelajaran Seni Rupa dengan Model Pembelajaran Langsung
Dengan Media Komputer di SMP Negeri 32 Surabaya
31
Dokumentasi foto pada waktu pembelajaran Seni Rupa di SMP Negeri 32
Surabaya menggunakan media computer untuk memudahkan siswa berkreativitas.
Dokumentasi foto ini mendukung data hasil observasi, wawancara dan angket.
Dengan data foto maka secara nyata dapat dilihat pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas.
Dokementasi video pembelajaran khusus dilakukan untuk merekam model
pembelajaran hasil pengembangan model pembelajaran yang ada di SMP. Melalui
perekaman video maka bentuk nyata pengembangan model pembelajaran dapat dilihat
secara jelas.
E. KEGIATAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan mulai bulan April sampai dengan bulan Nopember 2009.
Adapun kegiatan penelitian dan hasil yang diperoleh secara terinci adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4Alur Kegiatan Penelitian
Kegiatan Uraian Hasil1. Pendataan - Mengidentifikasi pelaksanaan
pembelajaran Seni Budaya diSMP Negeri Surabaya(identifikasi seni yangdiberikan dan identitaspelaksanaan pembelajaran)
Data:- Data SMP yang menerapkan
materi seni rupa/seni musik/seni tari/ seni teater.
- Data identitas pelaksanaanmasing-masing seni (waktupembelajaran, komponenpembelajaran, modelpembelajaran)
2. Pengamatan - Mengamati pembelajaranSeni Budaya di kelas (5-7SMP yang dipilih berdasarkanmateri seni yang diajarkan)
Mendiskripsikan:- Pelaksanaan Pembelajaran- Model Pembelajaran yang
digunakan (persiapan, sarana,prasarana)
3. Wawancara - Mewawancarai sumber data(kepala sekolah, guru SeniBudaya, dan siswa kelas SeniBudaya)
Mendiskripsikan PelaksanaanPembelajaran Seni Budaya- Penyusun Silabus dan RPP- Pemilihan materi
32
- Kendala pembelajaran- Pendukung pembelajaran- Upaya peningkatan kualitas
pembelajaran4. Analisis Data - Menganalisis data hasil
pengamatan- Menganalisis data hasil
wawancara
- Data tentang pelaksanaanpembelajaran
- Data tentang model-modelpembelajaran yang dilaksanakan
- Kelemahan dan keunggulanmodel pembelajaran
5. PenyusunanModelPembelajaranInovatif
- Mendesain ModelPembelajaran
- Mengkaji kelemahan dankeunggulan
- Memperbaiki Modelpembelajaran
- Merekam model pembelajaran
- Model pembelajaran inovatifbidang seni (diskripsi danrekaman VCD)
6. Validitas data - Mengecek kembali temuanmodel pembelajaran melalui:diskusi dengan teman sejawat,cek dengan sumber lain dancek denganwawancara/observasi waktuberbeda
- Data model pembelajaran senibudaya yang dapat diterapkan diSMP dengan konsep PendidikanBermakna
7. PenyusunanLaporanPenelitian,dan artikelilmiah
- Menyusun laporan penelitiandan artikel ilmiah seseuaiteknik penulisan
- Laporan hasil penelitian- Artikel Ilmiah
F. KERANGKA METODE PENELITIAN
Langkah pokok dalam penelitian hibah strategi nasional ini dilakukan melalui
enam tahapan, yaitu: 1) Identifikasi masalah, 2) penyusunan rencana penelitian, 3)
penyusunan alat pengumpulan data, 4) pengumpulan, pengolahan dan analisis data, 5)
Penyusunan laporan, dan 6) solusi nasional perbaikan kualitas pembelajaran. Adapun
metode pelaksanaan penelitian diuraikan dalam bagan alir sebagai berikut:
33
Bagan1Kerangka Metode Pelaksanaan Penelitian
6.2 Pendekatan Teoritik
Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya Data komponen/perangkat pembelajaran
Penerapan model pembelajaran Seni Budaya
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, ANALISIS DATA
PENYUSUNAN ALAT PENGUMPUL DATA
PENYUSUNAN RENCANA PENELITIAN
Laporan Penelitian Artikel ilmiah
SOLUSI NASIONAL PERBAIKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Observasi Sekolah pelaksana pembelajaran seni Model pembelajaran yang digunakan Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran
Wawancara Kepala sekolah: pelaksanaan PBM Seni Budaya Guru Seni Budaya: pelaksanaan pembelajaran, model
pembelajaran, permasalahan pembelajaran dan solusiyang pernah dilakukan
Siswa: ketercapaian pelaksanaan model pembelajaran
Angket Guru: identitas guru, pengetahuan dan
ketrampilan guru, persiapan, pelaksanaan PBM
Dokumentasi Foto: situasi sekolah dan situasi kelas tempat
PBM berlangsung Video: model pembelajaran di sekolah dan model
pembelajaran inovatif rancangan tim peneliti
PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NEGERI SURABAYA
Tahap Investigasi Awal Investigasi data analisis tentang kondisi sekarang yang terkait
dengan pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya Rasionalisas perlunya pengembangan model Mempersiapkan bahan untuk merancang gambaran umum model
Tahap Perancangan Merancang sintaks pembelajaran Seni Budaya Merancang sistem sosial atau lingkungan belajar Merancang prinsip-prinsip reaksi guru dan murid Menentukan sistem pendukung model, perangkat, fasilitas
Tahap Realisasi Realisasi Model Pembelajaran Realisasi komponen/Perangkat pembelajaran
Tahap Pengujian, Evaluasi dan Revisi Memvalidasi model pembelajaran Seni Budaya, perangkat dan
instrumen melalui triangulasi data, sumber, dan metode
Teknik Analisis Menerjemahkan data kuantitatif menjadi data
kualitatif, Mengidentifikkasi data bahan klarifikasi Revisi terhadap prototipe model pembelajaran Seni
Budaya Mengembangkan (membuat) produk model
pembelajaran inovasi
PENYUSUNAN LAPORAN / PRODUK AKHIR
EVELUASI
Perlu kegiatan pelatihan penyusunan model pembelajaran Seni Budayauntuk meningkatkan kualitas pembelajaran
Perlu diadakan pelatihan materi seni (rupa, tari, musik dan teater) agarguru seni budaya memiliki kekayaan materi
DEPDIKNAS/ LPTK
PERBAIKAN
34
G. SUMBER DATA
Sumber data utama penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran seni
budaya di SMP Negeri Surabaya dari merencanakan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran dan kegiatan akhir pembelajaran.
Sumber data pendukung adalah data-data pendukung pembelajaran seni
budaya berupa informasi tentang latar belakang guru, perolehan pengetahuan guru,
pelaksanaan pembelajaran sebelumnya, sarana prasarana di sekolah, pengetahuan
konsep life skill dengan penulisan makalah seminar dan konsep perencanaan
pengajaran guru. Data pendukung juga berupa foto kegiatan pelaksanaan penelitian
dan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.
H. ANALISIS DATA
Analisis data pada dasarnya dilaksanakan secara terus menerus sejak
pengumpulan data sampai pada penulisan laporan penelitian. Hal itu dilakukan untuk
dapat membenahi apabila mungkin ada kesalahan data atau kekurangan data. Data dan
informasi yang berasal dari pengamatan/observasi, wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur, angket, serta dokumentasi; terlebih dahulu dipilah-pilahkan berdasarkan
kategori yang telah ditentukan dan kemudian didiskripsikan. Menurut Nawawi
(1998:63) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian
pada saat sekarang berdasar fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Menurut Bogman dan Taylor (1992:137) analisis data adalah proses yang
memerlukan usaha untuk secara formal mengidentifikasi tema-tema dan menyusun
gagasan-gagasan yang ditampilkan oleh data, serta upaya untuk menunjukkan bahwa
tema tersebut didukung oleh data.
35
Tahapan analisis data pada penelitian ini mengacu pada analisis Straus dan
Corbin (1997:64) yang membagi menjadi tiga tahap, yaitu: pengkodean terbuka (open
coding), kode Aksial (axial coding), dan kode selektif (selective coding). Pada tahap
pengkodean terbuka (open coding) peneliti berusaha memperoleh data sebanyak-
banyaknya, meliputi proses merinci, memeriksa, membandingkan,
mengkonseptualisasikan dan mengkategorisasikan. Pada tahap kode aksial (axial
coding) hasil dari pengkodean terbuka (open coding) diorganisir kembali berdasar
kategori-kategori ke arah proporsisi. Tahap kode selektif (selective coding) dengan
mengklasifikasikan proses pemilihan, penyeleksian kategori-kategori inti secara
sistematik dan perbaikan serta pengembangan. Adapun tahapan analisis data dalam
penelitian ini adalah:
1. Pengkodean Terbuka (Open Coding)1) Mengumpulkan data di lapangan (data pelaksanaan pembelajaran seni budaya di
SMP Surabaya, dan tujuh SMP Negeri Surabaya sebagai tempat penelitin)
2) Merinci seluruh data (dari observasi, wawancara, angket dan dokumentasi)3) Memeriksa kelengkapan data sesuai dengan data yang diharapkan dapat
menjawab permasalahan penelitian.4) Membandingkan data-data yang akan digunakan5) Mengkonsepsualisasikan data berdasar permasalahan dengan menyusun kategori
data2. Kode Aksial (axial Coding)
Data-data diorganisir sesuai kategori-kategorinya berdasar permasalahan penelitianmeliputi:1) Data pelaksanaan pembelajaran2) Data model dan metode pembelajaran3) Data identitas guru4) Data identitas sekolah5) Data pendukung pembelajaran (sarana dan prasarana)
3. Kode Selektif (selective coding)1) Mengklarifikasi data yang telah dikategorikan2) Memeriksa dengan kategori lain agar tidak terjadi kategori ganda.3) Mendiskripsikan sesuai permasalahan, memperbaiki dan mengembangkan
hasil analisis data sesuai dengan teori dan konsep yang digunakan.4) Memberi gambaran menyeluruh dan terpadu hasil analisis data berupa
diskriptif analisis yang di susun berupa laporan hasil penelitian yangsebelumnya diuji keabsahan datanya.
36
I. VALIDITAS DATA
Pemeriksaan keabsahan data atau validitas data dilakukan untuk melihat tingkat
keilmiahan penelitian dengan berbagai unsur agar hasil penelitian benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan. Validitas data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: (1)
perpanjangan keikutsertaan, (2) triangulasi, dan (3) diskusi teman sejawat.
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan dilakukan peneliti disamping untuk mendeteksi
dan memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data, juga untuk membangun
kepercayaan subjek terhadap peneliti dan kepercayaan diri peneliti sendiri (Maleong,
1998:176).
Perpanjangan keikutsertaan peneliti dilakukan bukan hanya saat pembelajaran
berlangsung tetapi selama penelitian ini berlangsung dari bulan April 2009 sampai
Nopember 2009, hal itu dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan
akurat.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Maleong, 1998:178). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
penggunaan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Penggunaan sumber dilakukan
untuk mengecek data dengan sumber yang digunakan dalam penelitian. Penggunaan
metode dilakukan untuk mengecek data melalui metode yang digunakan. Penggunaan
teori untuk mengecek data melalui beberapa teori yang digunakan.
Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek data pelaksanaan pembelajaran
Seni Budaya dari satu SMP dengan SMP lain dalam hal ini ada tujuh SMP Negeri di
37
Surabaya. Dari data tersebut diperoleh pelaksanaan pembelajaran yang berbeda
namun tetap sesuai dengan aturan yang ada dalam menjabarkan pelaksanaan
pembelajaran seni budaya. Contoh penerapan pembelajaran yang berbeda adalah
dalam pelaksanaan bidang seninya seperti pada tabel 3.1.
Triangulasi metode dilakukan peneliti untuk mengecek keabsahan data melalui
metode/pendekatan yang berbeda. Peneliti melakukan observasi, wawancara dan
angket untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran seni budaya. Dari
metode pengumpulan data tersebut dikroscekkan sampai sejauh mana kesamaan
dalam pelaksanaan pembelajaran seni budaya di dalam kelas. Dengan triangulasi
metode maka akan lebih valid gambaran pelaksanaan pembelajaran seni budaya yang
diperoleh peneliti.
3. Diskusi Teman Sejawat
Agar hasil penelitian lebih objektif, maka diperlukan sikap keterbukaan dari
peneliti. Diskusi dengan teman sejawat tentang hasil penelitian sangat penting.
Dengan diskusi diharapkan akan diperoleh masukan-masukan yang akan memperbaiki
hasil penelitian. Teman sejawat adalah orang-orang yang dekat dengan disiplin ilmu
peneliti dan sedikit banyak tahu pola pemikiran peneliti. Teman sejawat dalam
penelitian ini adalah rekan-rekan jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Unesa
yang ahli di bidang pembelajaran seni dan rekan yang telah lebih dahulu meneliti
pembelajaran seni budaya. Dari diskusi dengan teman sejawat diperoleh masukan
yang kemudian digunakan untuk menyempurnakan laporan penelitian.
38
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP SURABAYA
1. Bidang Seni Pada Mata Pelajaran Seni Budaya
Pelaksanaan pembelajaran seni budaya di SMP Surabaya bervariasi dalam
penerapan bidang seninya. Ada sekolah yang menerapkan dua bidang seni dan ada
yang tiga bidang seni. Dari sembilanbelas SMP yang ada di Surabaya yang
menerapkan satu bidang seni ada tiga sekolah, dua bidang seni lima sekolah, tiga
bidang seni sepuluh sekolah dan empat bidang seni ada satu sekolah. Sedangkan
bidang seni yang paling banyak dilaksanakan di sekolah adalah seni rupa. Dari
sembilan belas sekolah yang menerapkan bidang seni rupa ada sembilan belas
sekolah, yang menerapkan seni musik sebanyak delapan sekolah, yang menerapkan
seni tari ada tujuh sekolah dan yang menerapkan seni drama ada empat sekolah.
Adapun data tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 4.1
Penerapan Bidang Seni di SMP Surabaya
Bidang Seni Jumlah Dalam %
Seni Rupa 59,30%
Seni Musik 25%
Seni Tari 21,90%
Seni Teater 12,50%
Pelaksanaan mata pelajaran seni budaya dengan bidang seni di sekolah dengan
jumlah 59,30 % memilih bidang seni rupa, 25 % memilih seni musik, 21,90 %
memilih seni tari dan 12,50% memilih bidang seni drama karena pendidikan formal
39
yang dimiliki guru seni budaya sebagian besar dari bidang seni rupa. Demikian juga
pelaksanaan bidang seni lainnya disesuaikan dengan latar belakang guru seni budaya
yang ada di sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya di SMP Surabaya dilakukan oleh guru-
guru sesuai dengan bidang keahliannya. Dari data yang ada di SMP Surabaya yang
memiliki pendidikan formal bidang seni sebanyak 30 orang, hal itu menunjukkan
bahwa 93,75 % guru seni budaya memiliki pendidikan, keahlian dan ketrampilan
bidang seni sesuai dengan mata pelajaran yang diampu di sekolah. Guru yang berlatar
belakang bukan dari pendidikan formal ada 6,6% dan memperoleh ketrampilan dan
pengetahuan seni dari belajar sendiri. Dari data yang terkumpul, guru seni budaya di
SMP Surabaya yang menambah pengetahuan dan ketrampilannya melalui kursus seni
ada 30%, hal itu menunjukkan bahwa walaupun guru seni budaya telah memiliki
ijazah dari pendidikan formal tetapi mereka juga masih mau belajar menambah
pengetahuan dan ketrampilannya dengan kegiatan kursus di sanggar-sanggar seni.
2. Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Guru Seni Budaya
Kesadaran guru akan pentingnya menambah pengetahuan dan ketrampilan
didasari atas kesadaran bahwa ilmu selalu berkembang dan ketrampilan harus selalu
diasah. Hal positif ini memberikan gambaran bahwa ada upaya positif dari guru seni
budaya di SMP untuk selalu membuka diri dan sadar akan perkembangan jaman.
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan guru seni budaya banyak dilakukan
melalui kegiatan pelatihan dan belajar sendiri dengan membaca maupun dengan
melihat VCD. Adapun upaya menambah pengetahuan dilakukan guru seni budaya
seperti pada table berikut.
40
Tabel 4.2
Peningkatan Kualitas Pengetahuan Guru
Teknik Peningkatan Kualitas Guru Jumlah Dalam %
Belajar dari orang lain/ teman 13,5%
Belajar dari Pelatihan/ workshop 35,9%
Belajar sendiri dengan membaca literature seni 32%
Belajar dengan melihat VCD 7,4%
Kuliah lagi 6%
Belajar dari Internet 2,5%
Belajar dengan eksperimen/ kegiatan seni 2,5%
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru akan seni
budaya yang menjadi mata pelajar yang diampunya ternyata berbagai cara dilakukan.
Dari data yang ada, 35,9 % peningkatan kualitas guru dalam mata pelajaran seni
budaya dilakukan melalui belajar dari kegiatan-kegiatan pelatihan ataupun workshop.
Kegiatan belajar dari orang lain dengan sikap terbuka menerima kritikan, saran dan
saling tukar pengetahuan dan ketrampilan terdapat 13,5 %. Belajar sendiri dengan
membaca berbagai buku tentang seni dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
kualiras pembelajarannya. Hal itu dilakukan sebanyak 32% guru. Belajar ketrampilan
dengan melihat VCD dilakukan oleh 7,4% guru. Meningkatkan pengetahuan
dilakukan juga oleh beberapa guru seni budaya dengan kuliah lagi di bidang seni
budaya atau bidang lain yang mendukung. Data pada pengetahuan ini sebanyak 6%,
sedangkan 2,5% guru sudah memiliki ketrampilan dalam teknologi informasi dengan
belajar melalui internet. Demikian juga dari data yang terkumpul, 2,5% guru memilih
bereksperimen sendiri dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Dari data yang ada, upaya guru seni budaya dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dan ketrampilan berolah seni terus dilakukan. Hal ini menunjukkan
41
bahwa walaupun pembelajaran seni budaya “relatif pembelajaran di nomor dua’,
tetapi semangat guru untuk terus belajar semakin dipacu. Bahkan ada pula guru yang
rela melanjutkan kuliah untuk keperluan meningkakan kualitas pembelajarannya di
kelas.
Peningkatan pengetahuan guru dan ketrampilan guru seni budaya dalam
menjabarkan materi pelajaran dilakukan dari membaca buku seni budaya,
mempelajari makalah/ artikel seni budaya, tukar pengetahuan dengan teman, belajar
dari VCD untuk materi praktek seni, mencipta atau bereksperimen untuk materi
praktek, pelatihan untuk materi praktek dan MGMP kecil di sekolah untuk
pengetahuan dan ketrampilan. Adapun data tersebut seperti dalam tabel berikut:
Tabel 4.3
Pengetahuan Guru dalam Menjabarkan Materi Pelajaran
Menjabarkan Materi Pelajaran dari Jumlah Dalam %
Membaca buku 26%
Mempelajari makalah/artikel seni budaya 19%
Pengetahuan dari teman 18%
Belajar dari VCD untuk praktek seni 21%
Mencipta dan bereksperimen sendiri 12%
Mengikuti pelatihan praktek 3%
MGMP kecil di sekolah 1%
Dari data yang terkumpul 26% guru memperoleh materi pelajaran dari membaca
buku seni budaya, 19% mendapatkan materi pelajaran dari mempelajari makalah/
artikel seni budaya, 18% materi pelajaran dari tukar pengetahuan dengan teman, 21%
belajar dari VCD untuk materi praktek seni, 12% mencipta atau bereksperimen untuk
materi praktek, 3% mengikuti pelatihan untuk materi praktek dan 1% materi dari
MGMP kecil di sekolah untuk pengetahuan dan ketrampilan.
42
3. Pelajaran Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler
Guru seni budaya di SMP Surabaya tidak hanya mengajar dalam kelas intra
kurikuler saja, tetapi juga pada kelas ekstra kurikuler. Hal ini terjadi karena jam
mengajar pelajaran seni budaya tiap minggu hanya 2 jam pelajaran dengan muatan
bidang seni yang beragam tiap sekolah. Dari data yang terkumpul terdapat 62,5%
guru yang mengajarkan kegiatan ekstra kurikuler, sedangkan 37,5% guru hanya
mengajar intra kurikuler. Pelaksanaan ekstra kurikuler dilakukan di luar jam intra
kurikuler yaitu pada jam setelah pulang sekolah atau pada hari Sabtu ketika sekolah
libur. Di Surabaya kegiatan belajar mengajar bagi siswa SMP hanya dilakukan dari
hari senin sampai dengan jumat saja, sedangkan hari Sabtu diisi dengan kegiatan
ekstra kurikuler dan penerapan muatan local di sekolah.
Kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan di 12 SMP Surabaya, 6 sekolah
melakukan kegiatan ekstra untuk semua siswa dari kelas VII, VIII, dan IX, sedangkan
6 sekolah lainnya hanya 2 kelas saja karena pada tiap semester kegiatan ekstra akan
digilir.
4. Penyusunan Silabus dan RPP
Penyusunan silabus di SMP dilakukan bervariasi, ada yang menyusun guru
bidang studi, ada yang menyusun guru bersama dengan MGMP, ada yang menyusun
guru, MGMP bersama kepala sekolah atau teman dan ada pula guru yang tidak pernah
menyusun silabus. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
43
Tabel 4.4
Keterlibatan Guru Dalam Penyusunan Silabus Mapel Seni Budaya
Penyusun Jumlah Dalam %
Guru menyusun silabus sendiri 93,75%
Guru tidak terlibat menyusun silabus 6,25%
Dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa guru 93,75 % guru terlibat dalam
penyusunan silabus dan 6,25% tidak terlibat dalam penyusunan silabus. Hal itu
menunjukkan bahwa guru sebagian besar menyusun silabus sendiri sehingga guru
sangat paham dengan pemetaan materi yang dibuatnya. Dari guru yang membuat
silabus sendiri tersebut masih dapat dijabarkan lagi seperti dalam table berikut:
Tabel 4.5
Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Seni Budaya
Penyusun Jumlah Dalam %
Menyusun silabus sendiri 24,5%
Menyusun silabus bersama MGMP bidang studi 64,5%
Menyusun silabus bersama MGMP dan Kepala sekolah 11%
Jumlah guru yang menyusun sendiri silabus mata pelajarannya ada 24,5 %. Guru
yang menyusun silabus bersama dengan MGMP bidang studinya ada 64,5 %. Guru
yang menyusun silabus bersama MGMP dan kepala sekolah dan teman guru ada 11%.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar dari guru masih menyusun
silabus secara bersama dengan guru lain dalam hal ini tim MGMP bidang studi.
Dengan penyusunan silabus bersama guru lain ada indikasi penyamaan silabus dari
satu sekolah dengan sekolah lain. Hal itu baik dilakukan apabila guru benar-benar
paham konsep penyusunan silabus dalam KTSP, dan posisi kegiatan penyusunan
44
hanya bersifat bertukar pengalaman materi saja dan pengembangannya sepenuhnya
ada pada guru bidang studi masing-masing sekolah. Begitu juga sebaliknya, kegiatan
penyusunan silabus secara bersama dengan teman MGMP akan menjadi melenceng
dari konsep KTSP ketika guru hanya pasrah dengan konsep persamaan silabus dari
satu sekolah dengan sekolah lain. Hal ini perlu dilakukan pengkajian kembali oleh
guru dan MGMP agar hakikat dari KTSP tidak kembali lagi pada kurikulum
sebelumnya yang selalu mengutamakan persamaan tanpa melihat potensi-potensi
yang ada di sekolah dan lingkngan masyarakatnya.
Dalam penyusunan RPP, guru lebih cenderung mempersiapkan jauh hari
sebelum PBM dilaksanakan. Hal itu menunjukkan kesiapan guru dalam menjalankan
tugas utamanya mengajar. Dari data yang terkumpul, penyusunan RPP sebagian besar
atau 65,6 % disusun guru pada awal tahun ajaran baru dengan kegiatan menyusun
RPP untuk dua semester sekaligus. Persiapan jauh hari memang cukup baik, tetapi
perkembangan ilmu pengetahuan harus juga menjadi pertimbangan guru dalam
menyusun RPP. Dengan kata lain guru harus siap pula dengan konsekwensi bahwa
RPP nya akan mengalami perubahan pada waktu akan digunakan dalam mengajar.
Hal itu akan sangat mungkin terjadi sesuai dengan perkembangan pengetahuan yang
menjurus pada materi yang akan diberikan oleh guru.
Penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru pada awal semester juga merupakan
bentuk kesiapan guru dalam proses pembelajaran. Adapun data persiapan guru dalam
menyusun RPP adalah sebagai berikut:
45
Tabel 4.6
Penyusunan RPP Mata Pelajaran Seni Budaya
Penyusun RPP Jumlah Dalam %
Penyusunan RPP pada awal semester 31%
Penyusunan RPP pada saat mau mengajar 6%
Mengandalkan RPP yang telah ada 3%
Dari data yang terkumpul, 31 % dari guru seni budaya di SMP Surabaya
melakukan penyusunan RPP pada awal semester. Sedangkan guru yang menyusun
RPP pada saat mau mengajar ada 6 %. Dan masih ada 3% guru yang mengandalkan
RPP yang telah ada.
Penyusunan RPP pada awal semester merupakan bentuk kesiapan guru dalam
mengajar, tetapi RPP sebaiknya juga ditinjau ulang ketiga guru akan mengajar karena
akan mungkin saja terjadi perubahan dalam materi pelajaran karena perkembangan
pengetahuan. RPP yang disusun saat guru akan mengajar memiliki keunggulan dalam
kemasan materi dan hal ini sangat menguntungkan bagi guru-guru kreatif yang selalu
memberikan hal-hal baru dalam pembelajarannya. Tetapi penyusunan RPP yang
dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai bagi guru-guru yang
kurang kreatif karena kemungkinan hanya memenuhi persyaratan RPP saja. Dari hal
itu dapat disimpulkan bahwa persiapan RPP perlu dilakukan oleh guru jauh
sebelumnya, namun guru harus tetap mengkoreksi ulang jika akan menggunakannya
RPP dalam pembelajarannya.
Guru yang mengandalkan RPP yang telah ada merupakan karakter guru yang
tidak mau direpotkan dengan hal-hal administrative. Hal ini merupakan kelemahan
guru yang seharusnya tidak terjadi. Guru yang demikian bukanlah guru yang
mencerminkan keprofesionalannya sesuai kompetensi guru yang harus dimilikinya.
46
5. Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya “Apresiasi dan Kreasi/Ekspresi”
Pembelajaran seni budaya dapat dibedakan dalam dua kompetensi yaitu
apresiasi dan kreasi/ekspresi. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran seni budaya
dengan kompetensi apresiasi menunjukkan kecenderungan pada materi teori seni
dengan penerapan langsung pada pengamatan objek untuk diapresiasi. Pada
pelaksanaan pembelajaran apresiasi 66 % dilakukan di dalam kelas seperti pada
pembelajaran umum lainnya, tetapi 34% lainnya dilakukan di luas kelas teori.
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi di kelas teori dilakukan untuk materi
pengetahuan tentang seni yang pada umumnya dilakukan diberikan oleh guru dalam
bentuk kelas klasikal melalui penjelasan guru dengan metode ceramah. Pembelajaran
apresiasi seni budaya yang dilakukan di luar kelas teori baik di aula sekolah maupun
di halaman sekolah dilakukan untuk penerapan materi pengetahuan seni dengan
mengapresiasi objek karya seni. Model pembelajaran yang diterapkan cenderung
kearah penugasan kelompok.
Pembelajaran seni budaya dengan kompetensi ekspresi/kreasi 50% dilaksanakan
di ruang kelas teori sama seperti pembelajaran dengan kompetensi apresiasi seni.
Sementara itu 50% lainnya melakukan pembelajaran ekspresi/kreasi di aula sekolah
ataupun halaman sekolah. Hal itu dilakukan oleh guru dengan dasar bahwa materi
pelajaran adalah praktek ketrampilan seni yang memerlukan ruang lebih terbuka atau
lebih luas.
Pembelajaran ekspresi seni idealnya dilakukan di tempat khusus baik di aula
sekolah ataupun laboraturium seni yang ada di sekolah. Karakter pembelajaran
praktek seni budaya khususnya untuk seni tari, seni musik dan seni teater
menggunakan suara untuk pembelajarannya baik suara iringan musiknya maupun
47
suara vokal dari pelaku seninya (peserta didik dan guru). Suara-suara dalam
pembelajaran seni budaya selalu identik dengan “mengganggu” pelajaran lainnya.
Hal ini yang menjadikan pembelajaran seni budaya menjadi pelajaran nomor dua dari
pelajaran lain, bahkan istilah “ mengganggu” menjadikan pembelajaran seni budaya di
beberapa sekolah tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Pelajaran seni budaya
yang dianggap “tidak mengganggu” adalah seni rupa dan ini menyebabkan sebagian
besar pembelajaran seni budaya di SMP Surabaya menerapkan seni rupa sebagai
materi pembelajaran seni budaya.
6. Model dan Metode Pembelajaran Seni Budaya
Pelaksanaan pembelajaran yang mengkhususnan pada model pembelajaran dan
metode yang digunakan oleh guru seni budaya di SMP Negeri Surabaya masih
bervariasi. Adapun data tersebut dapat di lihat sebagai berikut:
Tabel 4.7
Model Pembelajaran Seni Budaya di SMP Surabaya
Model Pembelajaran Jumlah Dalam %
Pembelajaran klasikal 21%
Model Pembelajaran langsung 36%
Model pembelajaran kooperatif 17%
Model pembelajaran tim teaching 12%
Model pembelajaran inkuiri 14%
Model pembelajaran seni budaya di SMP Surabaya 21% masih menggunakan
pembelajaran klasikal yaitu guru menjelaskan di depan kelas dan siswa
memperhatikan penjelasan guru. Banyaknya jumlah guru yang masih menggunakan
pembelajaran klasikal didasari bahwa masih banyak pula sekolah yang belum
memiliki aula atau tempat praktek seni. Ditinjau dari unsur kepraktisannya,
48
pembelajaran klasikal lebih efektif dan praktis untuk kompetensi apresiasi maupun
ekspresi. Model Pembelajaran langsung diterapkan oleh 36% guru di SMP Surabaya.
Hal ini terjadi karena karakteristik pembelajaran seni budaya yang “sederhana” dan
mudah diterapkan dalam pembelajaran langsung. Pengertian pembelajaran langsung
oleh guru-guru seni budaya cenderung kearah pembelajaran konvensional dengan
guru menerangkan dan siswa memperhatikan.
Model pembelajaran kooperatif juga telah dilakukan oleh guru seni budaya
terbukti ada 17 % guru menerapkannya. Model pembelajaran dengan tim teaching
juga dilakukan oleh guru seni budaya dan 12% guru melakukan hal itu. Model
pembelajaran dengan siswa menemukan sendiri bahasannya dilakukan oleh guru seni
budaya dan 14% guru melakukannya.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ada kecenderungan guru melakukan
terobosan istilah model pembelajaran yang nota bene sedang “in” dalam istilah
pembelajaran. Guru belum melakukan tahapan seperti dalam kreteria model
pembelajaran.
Demikian juga dengan metode pembelajaran guru seni budaya yang cenderung
masih konvensional yaitu dengan 89% masih menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab, diskusi dan pemberian tugas. Untuk metode inkuiri masih terdapat 11% dari
data yang ada.
Dalam pembelajaran seni budaya di SMP Surabaya, model pembelajaran telah
dilakukan bervariasi tetapi metode pembelajaran dengan berfokus pada guru masih
terjadi cukup besar. Hal ini masih menunjukkan bahwa pengembangan model
pembelajaran perlu dipelajari kembali oleh guru seni budaya agar konsep
pembelajaran afektif, inovatif, kreatif dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan
baik dan akan berdampak pula bagi peningkatan kualitas pembelajaran seni budaya.
49
B. MODEL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NEGERI SURABAYA
SMP Negeri yang menjadi tempat penelitian adalah tujuh SMP Negeri yang ada
di Surabaya yaitu: SMP Negeri 3 Surabaya, SMP Negeri 4 Surabaya, SMP Negeri 6
Surabaya, SMP Negeri 12 Surabaya, SMP Negeri 21 Surabaya, SMP Negeri 22
Surabaya dan SMP Negeri 32 Surabaya.
1. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 3 Surabaya
SMP Negeri 3 Surabaya adalah salah satu sekolah favorit di kota Surabaya
yang memiliki berbagai keunggulan mulai dari akademik maupun non akademik.
Secara akademik sekolah ini terakreditasi A dengan standar nasional, hal ini dapat kita
lihat sampai sekarang adanya kelas peningkatan mutu disamping untuk meningkatkan
pembelajaran dengan leson study. Dibidang non akademik seringnya menjuarai
berbagai lomba nasional maupun regional. Disamping itu sekolah ini pernah
mendapat juara lomba kebersihan tingkat nasional.
Pelajaran seni budaya yang diberikan di SMPN 3 Surabaya ada tiga bidang
seni yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari. Pelajaran seni rupa, seni musik dan seni
tari diberikan pada kelas intrakurikuler sedangkan sebagai pemantapan, pelajaran seni
tari juga diberikan pada kegiatan ekstrakurikuler. Pada penelitian ini diperoleh dua
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yaitu pembelajaran seni rupa dan pembelajaran
seni tari.
Pembelajaran praktek seni rupa di SMPN 3 Surabaya dilakukan di ruang teori
(luas 7x6 meter dengan 2 pintu dan 4 jendela) dengan jumlah siswa 40 orang (putra 18
orang dan putri 22 orang). Pelajaran praktek dengan kompetensi kreasi karya seni
rupa mengambil materi bentuk desain batik tritih. Model pembelajaran yang
50
digunakan oleh guru adalah model pembelajaran langsung dengan metode ceramah,
demonstrasi, dan pemberian tugas untuk menemukan bentuk desain. Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan secara runtut dari guru memberikan apersepsi dilanjutkan
kegiatan inti pelajaran dan kegiatan menutup pelajaran. Media yang digunakan untuk
menerangkan bentuk desain batik tritih adalah papan tulis. Teknik penilaian dilakukan
dengan pengamatan dan tes kinerja dalam bentuk penilaian produk dan uji petik kerja.
Pembelajaran dengan kompetensi kreasi seni tari daerah setempat dengan
materi tari Banjar Kemuning dilakukan di aula sekolah. Ruang kelas praktek tari
(aula) berukuran 10 x 6 meter dengan tiga pintu dan dilengkapi pula dengan tiga buah
cermin. Dalam pembelajaran praktek tari, cermin merupakan media yang tepat untuk
berlatih gerak tari karena dengan bercermin melakukan gerak tari siswa dapat
mengetahui sikap tarinya dan dapat dengan mudah memperbaiki bentuk sikap ataupun
gerak dengan bercermin.
Model pembelajaran praktek tari Banjar Kemuning dilakukan melalui model
pembelajaran langsung dengan media video tari. Metode pembelajaran dilakukan
dengan ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan diskusi kelas. Jumlah siswa pada
pelajaran seni tari ada 40 siswa yang semuanya adalah perempuan. Teknik penilaian
dilakukan dengan pengamatan, tugas dan tes tulis dengan bentuk penilaian lembar
observasi dan uji petik kerja. Kegiatan pembelajaran diawali dengan absen dan
langsung pada inti pelajaran dengan melihat video tari dan diakhiri dengan evaluasi.
Dari perolehan data penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
seni budaya di SMP Negeri 3 Surabaya menggunakan model pembelajaran langsung.
Siswa dihadapkan dengan materi yang telah dijelaskan guru yang untuk selanjutnya
dipraktekkan oleh siswa. Secara individu siswa dituntut menguasai materi pelajaran
yang telah diberikan oleh guru.
51
2. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 4 Surabaya
SMP Negeri 4 Surabaya berlokasi di tengah kota Surabaya dengan alamat di
Jl. Tanjung Anom No. 12 Surabaya kecamatan Genteng Surabaya. SMP Negeri 4
Surabaya merupakan sekolah favorit yang berada di daerah strategis dan memiliki
berbagai prestasi sekolah. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 743
dengan jumlah rombel 19. Jumlah guru 48 orang (13 laki-laki dan 45 perempuan)
dengan 3 orang berpendidikan S2, 37 orang berpendidikan S1 dan 8 orang
berpendidikan D3/sarjana muda. SMP Negeri 4 Surabaya terakriditasi dengan nilai A,
hal ini menunjukkan bahwa prestasi sekolah sangat baik dalam pembelajaran maupun
pengelolaannya dengan dukungan SDM dan sarana prasarana yang memadai.
Pembelajaran seni budaya di SMP Negeri 4 ada tiga bidang seni yaitu seni
rupa dan seni musik diberikan pada pelajaran intrakurikuler dan seni tari diberikan
pada pelajaran ekstrakurikuler. Pelajaran seni tari diberikan pada pelajaran
ekstrakurikuler karena belum ada guru tetap yang memiliki keahlian dalam bidang
seni tari di SMP Negeri 4 Surabaya dan guru ekstrakurikuler adalah guru honorer
yang sengaja didatangkan untuk mengakomodir ketrampilan siswa dalam berolah tari
dan bahkan dalam berbagai kesempatan seni tari di sekolah ini dapat tampil di depan
umum dalam bentuk pergelaran dan lomba.
Penelitian ini mendapatkan dua data pelaksanaan pembelajaran seni rupa di
kelas dengan kompetensi kreasi karya seni rupa. Pada kreasi seni rupa dengan materi
desain grafis yang diikuti oleh 40 siswa (20 orang putra dan 20 orang putri), ruang
yang digunakan adalah kelas teori berukuran 9 x 7 meteri dengan satu pintu dan dua
jendela. Pelajaran praktek desain grafis menggunakan model pembelajaran langsung
dengan metode ceramah, Tanya jawab, dan demonstrasi. Dalam menjelaskan, guru
52
menggunakan papan tulis sebagai media pembelajarannya. Pelajaran dilakukan
dengan memotivasi siswa dan membahas karya seni. Teknik penilaian menggunakan
pengamatan, praktek dan penugasan dengan bentuk penilaian tes uji petik.
Data kedua di SMP Negeri 4 Surabaya adalah pembelajaran seni rupa dengan
kompetensi ekspresi karya seni rupa dengan materi cetak tinggi sederhana. Jumlah
siswa pada kelas ini adalah 40 orang dengan 20 orang putrid dan 20 orang putra.
Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran langsung dengan metode
ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan penugasan. Pelaksanaan pembelajaran
praktek seni rupa ini dilakukan di kelas teori yang berukuran 7 x 9 meter dengan satu
pintu dan 8 buah jendela. Pembelajaran ekspresi seni diawali dengan penjelasan
materi inti dan kesimpulan. Tekhnik penilaian menggunakan tes lisan dengan bentuk
penilaian lembar observasi.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung
merupakan model yang cukup efektif dalam menyampaikan materi praktek seni rupa.
Dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas teori materi praktek seni rupa dapat
dilaksanakan dengan baik.
3. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 6 Surabaya
SMP Negeri 6 Surabaya adalah salah satu SMP favorit di kota Surabaya yang
memiliki keunggulan-keunggulan baik secara akademis maupun non akademis.
Keunggulan secara akademis adalah sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI) dengan peringakat akreditasi A. Keunggulan secara non akademis adalah telah
memperoleh banyak penghargaan dibidang olahraga, seni budaya dan keterampilan.
SMP Negeri 6 Surabaya beralamatkan di Jl. Jawa No.24 Kecamatan Gubeng
Kota Surabaya. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009 832 siswa dengan jumlah
53
rombel 24 rombel. Sedangkan jumlah guru 80 orang terdiri dari 8 orang lulusan S2,
65 orang lulusan S1, 4 orang lulusan D3/ sarjana muda dan 2 orang lulusan D2. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa rasio jumlah guru terhadap rombongan belajar
adalah 1 : 3,3 sedangkan rasio jumlah guru dengan siswa adalah 1 : 11 / 12 dengan
tingkat kelayakan (kualifikasi) pendidikan guru sebesar 76% S1 dan 10% S2.
Keseuaian bidang keahlian 100% sesuai.
SMP Negeri 6 Surabaya memiliki ruang studio untuk pembelajaran seni budaya
khususnya untuk seni musik. Fasilitas pembelajaran untuk seni musik disamping
ruang khusus juga ada alat musik band dan rekoder. Kelengkapan vasilitas untuk seni
musik dikarenakan seni musik telah beberapa kali mendapatkan prestasi baik nasional
maupun internasional.
Pada pembelajaran seni musik di SMP Negeri 6 Surabaya pada kompetensi
kreasi seni musik dengan materi lagu daerah, model pembelajaran yang digunakan
adalah pembelajaran langsung dengan metode ceramah dan demonstrasi. Jumlah
siswa dalam pembelajaran seni musik ini adalah 38 siswa. Pelaksanaan dilakukan di
ruang studio seni musik yang berukuran 7 x 9 meter dengan dua pintu dan ber AC.
Media yang digunakan pada pemmbelajaran lagu daerah adalah papan tulis. Langkah
pembelajaran guru dilakukan secara runtut dari apersepsi pelajaran inti dan penutup.
Teknik penilaian dilakukan guru dalam bentuk pengamatan dengan bentuk penilaian
observasi dan penugasan.
4. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 12 Surabaya
SMP Negeri 12 Surabaya merupakan salah satu SMP yang menerapkan tiga
bidang seni dalam pembelajaran seni budaya yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari.
Dari hasil pengamatan pembelajaran seni musik diperoleh gambaran bahwa dalam
54
pembelajaran dengan kompetensi apresiasi karya seni musik dengan materi keunikan
lagu daerah dilakukan dalam bentuk model pembelajaran langsung. Pada
pembelajaran ini metode yang digunakan adalah ceramah, tanyajawab, dan
penugasan. Jumlah siswa dalam kelas seni musik ada 38 siswa dengan menempati
ruang kelas teori yang berukuran 7 x 9 meter dengan satu pintu dan enam buah
jendela. Dalam pembelajaran apresiasi keunikan musik daerah, guru menggunakan
papan tulis sebagai media belajarnya.
Model pembelajaran langsung yang digunakan oleh guru seni musik di SMP
Negeri 12 Surabaya dalam teknik penilaiannya menggunakan pengamatan dengan
bentuk penilaian observasi dan penugasan. Langkah pembelajaran apresiasi dilakukan
dengan apersepsi yaitu memberikan motivasi pada peserta disik, materi inti dan
kegiatan penutup.
Pada pembelajaran seni tari di SMP Negeri 12 Surabaya dengan kompetensi
kreasi seni tari diberikan materi mencipta tari. Jumlah siswa pada kelas tari ini adalah
38 orang dengan menggunakan tempat pembelajaran di ruang kelas berukuran 7 x 9
meter dengan satu pintu dan enam jendela. Pembelajaran kooperatif yang dilakukan di
kelas menggunakan metode pembelajaran ceramah, Tanya jawab, penugasan dan
inkuiri. Media yang digunakan guru untuk menjelaskan adalah papan tulis.
Teknik penilaian pada pelajaran seni tari ini adalah pengamatan dan tes kinerja
dengan teknik penilaian menggunakan uji petik produk. Langkah pembelajaran
dilakukan sesuai standar pembelajaran dengan memberikan apresiasi, kegiatan inti
pelajaran dan sebagai penutup adalah merangkum materi yang telah diberikan guru.
Dari dua pengamatan pembelajaran di kelas dapat disimpulkan bahwa
disamping model pembelajaran langsung, guru seni tari di sekolah ini telah
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif di kelas seni
55
tari ini telah lama dilakukan oleh guru untuk menghindari kejenuhan pembelajaran di
dalam kelas.
5. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 21 Surabaya
SMP Negeri 21 Surabaya terletak di sebelah selatan di Kecamatan Jambangan
Surabaya tepatnya di Jl. Jambangan IV Surabaya. SMP Negeri 21 Surabaya
menduduki ranking ke-5 Sekolah Negeri di Surabaya dan telah menghasilkan output
(lulusan) yang banyak diterima di sekolah-sekolah favorit di Surabaya. Rasio jumlah
guru dengan rombongan belajar adalah 1 : 1,5, sedang rasio jumlah guru dengan siswa
1 : 13, dengan tingkat kelayakan pendidikan S1 adalah 71 orang sesuai dengan
bidangnya, guru yang berpendidikan S2 adalah 8 orang dan 7 orang diantaranya sudah
mendapatkan sertifikasi dan diploma 1 sebanyak 2 orang.
Dalam pelajaran seni budaya, SMP Negeri 21 memiliki 4 orang guru dengan
bidang keahlian seorang lulusan pendidikan Seni rupa, dua orang lulusan pendidikan
Sendratasik dan seorang lagi lulusan pendidikan seni tari. Pembelajaran seni budaya
juga dilaksanakan dalam tiga bidang seni yaitu seni musik, seni tari dan seni rupa.
Dari hasil obsevasi tentang pembelajaran di kelas diperoleh data tentang
pelaksanaan pelajaran apresiasi seni tari dengan materi keunikan tari daerah setempat.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran iniadalah pembelajaran
langsung dengan metode ceramah, Tanya jawab, dan penugasan.
Pembelajaran apresiasi seni tari dilakukan di kelas teori dengan jumlah siswa 40
orang. Kelas teori berukuran 6 x 7 meter dengan dua pintu dan empat buah jendela.
Media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran langsung adalah papan tulis.
Langkah pembelajaran dilakukan dengan membuka pelajaran, inti pelajaran dan
56
kegiatan menutup dengan evaluasi. Teknik penilaian dilakukan melalui pengamatan
dengan bentuk tes tulis.
6. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 22 Surabaya
SMP Negeri 22 Surabaya adalah salah satu sekolah favorit di kota Surabaya
yang memiliki berbagai keunggulan di bidang akademik dan non akademik. Secara
akademik sekolah ini terakreditasi A dengan sekolah standar nasional sedangkan di
bidang non akademis, SMP Negeri 22 sering menjuarai berbagai lomba baik tingkat
regional maupun tingkat nasional. SMP Negeri 22 juga pernah mendapat juara lomba
kebersihan tingkat nasional. Visi SMP Negeri 22 adalah “Unggul Dalam Prestasi,
Cerdas, Berbudi Luhur Berdasarkan Iman Dan Taqwa”, sedangkan misi SMP Negeri
22 adalah: 1) Melaksanakan pengembangan KTSP; 2) Melaksanakan pengembangan
standar kompetensi lulusan dibidang akademis maupun non akademis; 3)
Melaksanakan pengembangan pembelajaran inovatif, kreatif, dengan berbagai model
pembelajaran; 4) Melaksanakan pengembangan SDM pendidik dan tenaga
kependidikan yang berkualitas dan memiliki kompetensi; 4) Melaksanakan
pengembangan sarana prasarana pendidikan yang lengkap, memadai serta berbasis IT;
5) Melaksanakan pengembangan pengelolaan manajemen berbasis sekolah serta
standar ISO 9001-2000; 6) Melaksanakan pengembangan pembiayaan pendidikan dari
berbagai sumber: dan 6) Melaksanakan pengembangan sistem penilaian dengan
berbagai model.
Jumlah siswa yang diterima pada tahun ajaran 2008/2009 adalah 266 siswa
dengan 7 rombel. Sedangkan jumlah guru berijasah S1 46 orang atau 80%, 19 orang
berpendidikan S2 atau 20%, sedang kesesuaian dengan bidangnya 100% dengan
komposisi guru tetap PNS sebanyak 58 orang (90%) dan 7 orang guru non PNS (10%)
57
7. Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 32 Surabaya
SMP Negeri 32 Surabaya adalah salah satu sekolah yang terletak strategis di
tengah kota tepatnya di Jalan Achmad Yani 1 Surabaya. Jumlah siswa pada tahun
ajaran 2008/2009 adalah 791 orang dengan jumlah guru 67 orang. SMP Negeri 32
Surabaya memiliki 21 kelas dan beberapa ruang laboraturium pembelajaran
diantaranya: Lab IPA, Lab Bahasa , Lab Komputer, Ruang Keterampilan dan
perpuatakaan. Prestasi yang pernah diraih sekolah adalah PBB, vocal group, sepak
takraw, panahan, keroncong, paskibraka, pramuka, lari, melukis, presenter, futsal, foto
grafer, foto model, foto eksen, renang, karate, volley ball. Visi sekolah adalah
“Unggul Dalam Prestasi yang Dilandasi Iman dan Taqwa”, sedangkan misi sekolah
adalah: 1) Mengembangkan Prestasi Akademik, Non Akademik dan Imtaq; 2)
Membantu budaya Kreatif, Inovatif dan tanggung jawab; 3) Memiliki Sumber Daya
Manusia yang Profesional; dan 4) Menerapkan Manajemen partisipatif;
SMP Negeri 32 Surabaya memiliki standar proses pembelajaran untuk mencapai
prestasi akademik non akademik dan imtaq, membentuk budaya kreatif, inovatif,
tanggung jawab, memiliki sumber daya manusia yang profesional dan menerapkan
manajemen partisipatif.
Pelaksanaan pembelajaran seni rupa di SMP Negeri 32 pada kompetensi kreasi
seni rupa dengan materi melukis dengan computer dilaksanakan dengan menggunakan
model pembelajaran langsung. Dalam penerapan model pembelajaran langsung, guru
menggunakan metode ceramah penugasan dan inkuiri. Pembelajaran langsung
dilaksanakan di ruang laboraturium computer dengan media pembelajaran computer.
Jumlah siswa pada pembelajaran seni rupa ini sejumlah 38 siswa dengan jumlah guru
dua orang (tim teaching).
58
Ruang laboraturium computer di SMP Negeri Surabaya berukuran 10 x 10 meter
dengan satu pintu dan ber AC. Teknik penilaian dalam pembelajaran dilakukan
dengan pengamatan dan penugasan dengan bentuk penilaian observasi hasil tugas.
Langkah pembelajaran disusun praktis dengan apersepsi sebagai kegiatan membuka
pelajaran dan kegiatan inti pelajaran.
C. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LIFE SKILL
Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya memiliki kecenderungan
kearah model pembelajaran langsung baik untuk kompetensi apresiasi maupun kreasi.
Dari data yang terkumpul, 89% pembelajaran seni budaya menggunakan
pembelajaran langsung dan hanya 11% yang menggunakan model pembelajaran lain
yaitu pembelajaran kooperatif. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung,
peran guru masih dominan sebagai pusat pembelajaran hal itu dapat dilihat dari
metode yang digunakan yang 100% menggunakan ceramah, 71% menggunakan
demonstrasi (untuk pembelajaran praktek), 66% menggunakan tanya jawab, 22%
menggunakan metode inkuiri, 88% menggunakan metode pemberian tugas dan 11%
menggunakan metode diskusi.
Model pembelajaran langsung di SMP Negeri Surabaya pada dasarnya
dilakukan dengan konsep standar pembelajaran dari membuka pelajaran, kegiatan inti
pelajaran dan menutup pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran dilakukan dengan
standar memberi salam, absensi, penjelasan kopetensi pelajaran yang akan diberikan
yang semuanya bertujuan untuk memotivasi siswa mempersiapkan diri memasuki
materi pelajaran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan membuka pelajaran
dengan standar tersebut di atas ada yang tidak melakukannya, guru datang ke kelas
langsung absensi dilanjutkan dengan pelajaran inti melihat video. Ada pula guru yang
59
langsung pada pelajaran inti tanpa membuka pelajaran, hal itu terbukti dengan 22%
dari guru yang diobservasi tidak melalukan membuka pelajaran dengan baik.
Demikian juga dengan kegiatan menutup pelajaran yang dapat dilakukan dengan
merefleksi kembali materi pelajaran, memberikan tugas pengayakan, menyimpulkan
materi atau mengevalasi tidak dilakukan oleh guru. Ada 11% dari guru yang tidak
melakukan kegiatan menutup pelajaran. Guru mengakhiri pelajaran setelah pelajaran
inti dan menutupnya dengan salam. Di bawah ini dapat dilihat langkah pembelajaran
yang dilakukan di SMP Negeri Surabaya dengan model pembelajaran kooperatif
dengan tahapan standar langkah pembelajaran.
STANDAR KOMPETENSI : 5. Mengapresiasi karya seni tari.KOMPETENSI DASAR : 5.1 Mengidentifikasi jenis karya seniMATERI PEMBELAJARAN : Definisi TariMETODE PEMBELAJARAN
- Kooperatif : ( Siswa dibagi menjadi kelompok kecil 2-4 siswa )- Numbered Heads Together ( Siswa dibentuk kelompok dengan diberi nomer.)- CTL : Inquiry, learning community.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan Ia. Pendahuluan
Guru memberikan informasi dan pengetahuan pada siswa tentang definisi tari.b. Kegiatan Inti
Guru memberikan penjelasan cara menggali pengetahuan tentang difinisi taribaik dari pendapatnya sendiri maupun dari siswa lainnya.Guru memberikan penugasan langsung pada siswa tentang difinisi tari besertamaknanya pada saat pembelajaran berlangsung.
c. PenutupGuru memberikan komentar pada pembelajaran saat itu, bahwa untukmendifinisikan tari tidaklah sulit, asalkan ada inti pokok antara lain: gerak,iringan, ekspresi, ungkapan dll.
Pertemuan IIa. Pendahuluan
Guru memberikan informasi dan pengetahuan tentang difinisi tari daribeberapa pendapat tokoh seni baik dari daerah setempat, daerah lain maupunmancanegara.
60
b. Kegiatan Intio Guru menjelaskan cara menggali informasi dan pengetahuan definisi tari
dari tokoh-tokoh seni yang terkenal baik dari buku Seni Budaya ( S. Tari)maupun dari media cetak, elektronik.
o Guru membentuk diskusi kelompok pada saat pembelajaran di kelas untukmencari definisi tari dari tokoh-tokoh seni yang ditemukan/dikenal.
c. Penutupo Guru memberikan komentar tentang beberapa tokoh-tokoh tari didaerah
setempat atau yang lainnya.o Guru memberikan evaluasi pada saat pembelajaran berlangsung melalui
kerja kelompok.
Dari langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru seni budaya dapat
diketahui bahwa guru telah berusaha menerapkan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together dengan penerapan konsep CTL. Tetapi dalam
pelaksanaannya guru masih memiliki kecenderungan pola pembelajaran berpusat pada
guru dengan melihat langkah-langkah pembelajarannya. Peran guru masih cukup
dominant walaupun pada pembelajaran kooperatif.
Kelemahan guru dalam menjabarkan pembelajaran kooperatif adalah belum
tercerminkannya sintak-sintak pembelajaran kooperatifnya sehingga kesan kearah
pembelajaran langsung dengan focus pada guru lebih terasa mendominasi. Adapun
sintak pembelajaran kooperatif yang seharusnya diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan
72
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pengembangan Model Pembelajaran berbasis Life Skill Untuk Memperbaiki
kualitas Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya merupakan salah satu
upaya untuk mewujudkan pembelajaran aktif dan inovatif serta memberikan minat
positif bagi kecakapan peserta didik. Hasil penelitian diketahui bahwa:
Pertama, Pelaksanaan pembelajaran seni budaya di SMP Surabaya bervariasi
dalam penerapan bidang seninya. Ada sekolah yang menerapkan dua bidang seni dan
ada yang tiga bidang seni. Hal itu disesuaikan dengan latar belakang guru seni budaya
yang ada di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya di SMP Surabaya
dilakukan oleh guru-guru sesuai dengan bidang keahliannya. Kesadaran guru akan
pentingnya menambah pengetahuan dan ketrampilan didasari atas kesadaran bahwa
ilmu selalu berkembang dan ketrampilan harus selalu diasah. Hal positif ini
memberikan gambaran bahwa ada upaya positif dari guru seni budaya di SMP untuk
selalu membuka diri dan sadar akan perkembangan jaman. Guru seni budaya di SMP
Surabaya tidak hanya mengajar dalam kelas intra kurikuler saja, tetapi juga pada kelas
ekstra kurikuler. Hal ini terjadi karena jam mengajar pelajaran seni budaya tiap
minggu hanya 2 jam pelajaran dengan muatan bidang seni yang beragam tiap sekolah.
Pembelajaran seni budaya dapat dibedakan dalam dua kompetensi yaitu apresiasi dan
kreasi/ekspresi. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran seni budaya dengan kompetensi
apresiasi menunjukkan kecenderungan pada materi teori seni dengan penerapan
langsung pada pengamatan objek untuk diapresiasi. Pembelajaran seni budaya dengan
kompetensi ekspresi/kreasi 50% dilaksanakan di ruang kelas teori sama seperti
pembelajaran dengan kompetensi apresiasi seni.
73
Kedua, Model Pembelajaran Seni Budaya di SMP Negeri Surabaya memiliki
kecenderungan kearah model pembelajaran langsung baik untuk kompetensi apresiasi
maupun kreasi. Dari data yang terkumpul, 89% pembelajaran seni budaya
menggunakan pembelajaran langsung dan hanya 11% yang menggunakan model
pembelajaran lain yaitu pembelajaran kooperatif. Hal itu diperkuat dengan data bahwa
metode pembelajaran guru seni budaya yang cenderung masih konvensional yaitu
dengan 89% masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan
pemberian tugas. Untuk metode inkuiri masih terdapat 11% dari data yang ada.
Dengan model pembelajaran tersebut maka konsep life skill belum dilaksanakan
secara maksimal.
Ketiga, Konsep pembelajaran seni budaya di SMP Negeri Surabaya pada
dasarnya belum berorientasi pada pembelajaran berbasis life skill, hal itu dapat dilihat
dari pelaksanaan pembelajaran di kelas yang cenderung memberikan materi pelajaran
dengan tujuan ketercapaian kompetensinya dan belum pada penguatan kecakapan
hidupnya. Adapun pengembangan model pembelajaran berbasis life skill dicontohkan
dalam VCD pembelajaran yang terpisah dari laporan ini sebagai bentuk pembelajaran
inovatif sedangkan scenario pengembangan model pembelajaran dapat di lihat pada
bab IV sub C.
B. Saran
Upaya mengkaji pembelajaran seni budaya perlu dilakukan oleh pihak-pihak
terkait yang bertanggung jawab pada kehidupan pendidikan di negeri ini. Hal ini perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran seni budaya yang memiliki
karakteristik berbeda dengan materi pelajaran lainnya.
74
Pengkajian yang kompleks dengan memberikan alternatif perbaikan dengan
melalui inovasi-inovasi baru yang kongkrit dalam bentuk kemasan produk dapat
memudahkan guru seni budaya mengadopsinya.
Penelitian ini merupakan bagian kecil dari pelaksanaan pembelajaran seni
budaya sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran seni budaya diperlukan kajian-kajian lebih lanjut.
75
DAFTAR RUJUKAN
A.A. Navis, 1995. Pendidikan Kesenian di Sekolah Umum (makalah disampaikandalam Konggres Kesenian Indonesia I) Desember 1995.
Arend, Richard I. 1997. Clasroom Intruction and Managemend. New York: McGraw-Hill,Co
Ariyanto, Sugeng. 2008. “Peningkatan Kemampuan Menggambar Bentuk BendaSederhana Dengan Membuat Tingkatan Arsir Pada Siswa Kelas VIIA DiSMPN 3 Surabaya”. PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan Seni FBSUnesa
Anderson, A. & Ellis, A.(2005) An Action Research and Learning Aproach to theImplementation of Web-Supported Music Instruction,Lismore, Southern CrossUniversity.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Bogdan, Robert C. & Biklen, Sari K. (1982) Qualitatif Research for Education anintroduction to theory and Methods, USA : Allin and Bacon Inc.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup.Buku I –Konsep. Jakarta: Depdiknas
Dwi Rahayu, Anies, 2008. “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Seni Budaya-TariMelalui Pembelajaran Berbasis Demokrasi Pada Siswa Kelas IX C SMPN 4Surabaya”. PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa
Hergenhahn, B.R.dan Matthew H Olson. 2008. Theori Of Learning. Jakarta: Kencana
Hopkins, David. (1993) A Teachers Guide to Classroom Research, Philadelphia:Open University P
Ibrahim, Muslimin, dkk, 2005. Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: UNESAUniversity Press
Ibrahim, Ida. 2008. “Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Seni Musik MelaluiMultimedia Pada Siswa Kelas IX F SMPN 22 Surabaya”. PTK ProgramSertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa
Jainur. 2008. “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Membuat DesainRagam Hias Melalui Pengamatan Langsung Pada Berbagai Karya Tekstil diKelas IX F SMPN 21 Surabaya”. PTK Program Sertifikasi Guru PendidikanSeni FBS Unesa
Kardi, Suparman dan Mohamad Nor,2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: UpressUNESA
76
Kusdarwatiningsih, Endang. 2008. “Peningkatan Kemampuan Mengajar AransmenMusik Sederhana Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Dengan PendekatanKonstruktivistik Siswa Kelas IX-G SMP Negeri 32 Surabaya”. PTK ProgramSertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa
Jalal, Fasli, 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks otonomiDaerah.Yohyakarta:Adi cita Karya Nusa
Meike Bawalle, Metty. 2008. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca NotasiLagu Dengan Penerapan Notasi Balok Berwarna Siswa Kelas VIII I SMPNegeri 12 Surabaya”. PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan Seni FBSUnesa
Mustaji dan Sugiarso, 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik.Surabaya
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:Rosdakarya
Nur. Muhamad. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan PendekatanKonstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA
Nursamsi, Estik. 2008. “Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Seni MusikMelalui Kegiatan Ansamber Pada Siswa Kelas IX-E SMP Negeri 4 Surabaya”.PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa
Riyanto, Yatim. 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Saeful Sa’ud, Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Salam, Sofyan,2005. Pendidikan Seni yang membawa berkah. (Guru besar UI) Jurnal:Gong 69/XII/2005
Salmiah, 2008. “Peningkatan Kemampuan Menstransponir Notasi Musik Siswa KelasVII-B SMP Negeri 3 Surabaya Dengan Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe Pair Share”. PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan SeniFBS Unesa
Samani, Muchlas. 2007. Menggagas Pendidikan Bermakna. Surabaya: SIC
Sri Rinaningtyas, Endang, 2008. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Seni MusikMelalui Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas VIII-H SMP Negeri 12Surabaya”. PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa
Suparman, M.Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Pusat Penerbitan universitasTerbuka
Suwanda,Endo,2004. Menguak Aroma Bumi Persekolahan. Jurnal: Gong No59/VI/2004
77
Trisakti. 1996. Strategi Belajar Mengajar Seni tari. Surabaya: university Press IKIPSurabaya
Wahyu Handayani, Hermin. 2008. “Meningkatkan Ketrampilan Menari Pada SiswaKelas VII I SMPN 12 Surabaya Dengan Variasi Teknik Latihan”. PTK ProgramSertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa.
Yulianto, Agus. 2008. “Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII C SMPN 21Surabaya Dalam Membaca Not Lagu Dengan Pendekatan Kooperatif LearningModel Jigsaw”. PTK Program Sertifikasi Guru Pendidikan Seni FBS Unesa.
---------tr.3.09-------------