PENGEMBANGAN MIKRO HIDRO UNTUK INSTALASI...
-
Upload
nguyenkhanh -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of PENGEMBANGAN MIKRO HIDRO UNTUK INSTALASI...
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018
ISBN: 978-602-60286-1-7 AR - 179
PENGEMBANGAN MIKRO HIDRO UNTUK
INSTALASI PENGOLAHAN AIR DI INDONESIA
Tri Suyono1 dan Lita Asyriati Latif 2
1Jurusan Teknik Mesin, Universitas Khairun, Jl. Pertamina, Ternate Selatan, Maluku Utara
Email: [email protected] 2Jurusan Teknik Mesin, Universitas Khairun, Jl. Pertamina, Ternate Selatan, Maluku Utara
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pelayanan air minum harus memenuhi 4K yaitu kuantitas, kontinyutas, kualitas dan keterjangkauan,
yang paling sering terjadi adalah masalah kualitas yang mana untuk mengatasi masalah kualitas
pemerintah banyak membangun instalasi pengolahan air (IPA). Pengoperasian IPA memerlukan energi
listrik untuk menggerakkan sistem kimia yaitu pompa dossing dan mixer (pengaduk) bahan kimia serta
lampu penerangan. Pada IPA sitem gravitasi kebanyakan lokasinya berada jauh dari permukiman dan
akses jalannya kebanyakan cukup sulit, dan tidak tersedia jaringan listrik dari PLN, sedangkan jika
menggunakan genset penyediaan dan pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) tidak mudah, hal
tersebut banyak mengakibatkan IPA yang dibangun hanya berfungsi sebagai bak prasedimentasi saja,
sehingga kualitas air yang dialirkan kepalanggan terutama dimusim hujan masih keruh. Hal tersebut
memerlukan solusi pengadaan energi yang tidak tergantung bahan bakar, mudah dan murah agar harga
produksi air juga menurun dan kontinyutas kualitas air terjaga dengan baik. Sisa tekan air yang mengalir
dari intake ke IPA rata-rata diatas 3 bar, atau setara dengan 30 mka. sehingga masih memiliki potensi
untuk dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dengan memasang mikro hidro, sehingga energi
air yang masuk dimanfaatkan untuk menggerakkan mikro hidro sebelum dimasukkan ke IPA untuk
proses pengolahan/penjernihan sampai mencapai standar baku mutu air minum yang disyaratkan.
Intinya energi air digunakan untuk menghasilkan energi listrik untuk mengolah air itu sendiri (dari air
untuk air). Prinsip kerja dari mikro hidro ini sama dengan mikro hidro pada umumnya, namun karena
pipa pesat yang digunakan adalah pipa transmisi dengan sistem pemasangan tidak selalu lurus dan jarak
yang rata-rata cukup jauh maka perlu dilakukan kajian hirolis untuk menentukan kapasitas mikro hidro
yang akan dipasang. Pemasangan mikro hidro pada instalasi pengolahan air (water treatment plant)
harus memiliki head minimum 30 meter (sudah dikurangi head losses). Mikro Hidro untuk IPA didesain
dengan kapasitas daya yang sesuai dengan keperluan energi listrik di IPA saja yaitu 3 kW, 5 kW, 7,5
kW dan 10 kW, 12,5 kW, 30 kW, 50 kW dan bisa lebih jika hasil perhitungan secara teknis dapat
menghasilkan daya listrik lebih dari itu. Sedangkan kapasitas IPA yang dapat dipasang mikro hidro
yaitu antara 5 liter/detik – 200 liter/detik, namun juga bisa untuk kapasitas diatas 200 liter/detik dengan
spesifikasi dan perlakuan khusus.
Kata kunci: Pengolahan Air, Energi, Mikro Hidro
1. PENDAHULUAN
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang dibangun kebanyakan adalah sistem gravitasi dengan debit air antara 5
L/det (0,05 m3/det) sampai 200 L/det (0,1 m3/det) dengan beda tinggi (head) antara 25 sampai 100 meter, serta
panjang pipa transmisi atau pipa pesat antara 700 meter sampai 12.000 meter. (DITPSPAM PU, 2015). Dari gambaran
kondisi di atas maka ada potensi pemanfaatan sisa tekan air dari bendungan (intake) ke Instalasi Pengolahan Air (IPA)
untuk menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro sebagai sumber energi listrik untuk keperluan IPA dan
jika memungkinkan untuk masyarakat sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan analisa hidrolis pada pipa transmisi untuk
mengetahui sisa tekan air atau head sebenarnya setelah melewati pipa transmisi pada jarak tertentu. Mikro Hidro untuk
IPA ini perlu dikembangkan sebagai upaya untuk menjamin keberlangsungan operasional IPA yang sering terkendala
dengan mahal dan sulitnya penyediaan energi lstrik. Pengembngan Mikro Hidro ini dapat dilakukan diseluruh IPA
terutama untuk sistem gravitasi dan masih memungkinkan untuk IPA sistem pompanisasi. Pemasangan Mikro Hidro
pada IPA juga dapat berfungsi ganda, karena selain menghasilkan listrik juga dapat berfungsi sebagai mixer atau
pengaduk bahan kimia pada saat pembubuhan. Kebutuhan energi listrik untuk sistem kiamia dan ssitem penerangan
serta perlatan pendukung lainnya mulai dari 3 kW sampai dengan 15 kW, tergantung kapasitas dan sistem IPA yang
dibangun.
AR - 180
ISBN: 978-602-60286-1-7
Pada kajian ini diambil salah satu lokasi IPA yang sudah terpasang mikro hidro, yaitu Instalasi Pengolahan Air
Kapasitas 40 liter/det pada Sistem Penyediaan Air Minum Ibu Kota Kecamatan (SPAM IKK) Bacan, Kabupaten
Halmahera Selatan, Propinsi Maluku Utara, yang lokasinya cukup jauh dari pemukiman dan jangkauan instalasi listrik
dari PLN, sehingga dipasang Mikro Hidro sebagai sumber energi listrik, terutama untuk sistem pompa kimia dan
penerangan. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro yang terdapat pada lokasi SPAM IKK Bacan, memiliki jarak
dari intake dengan lokasi IPA yang cukup jauh yaitu 1.200 meter dengan beda tinggi (head) 70 meter.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Mikro hidro
Mikro hidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro adalah suatu pembangkit listrik
skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun
alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikro hidro merupakan sebuah istilah
yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air.
Mikro hidro adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala kecil dengan batasan kapasitas antara 5 kW (Kilo
Watt) – 1 MW (Mega Watt) per unit (Badan Litbang ESDM, 2012). Terdapat beberapa batasan daya lain untuk
kategori Mikro hidro selain yang dinyatakan oleh Badan litbang ESDM, yaitu kapasitas maksimal 120 kW dan kurang
dari 200 kW (Damastuti, A.P., 1997). Ada juga penggolongan lain yang memilah sistem PLTA skala kecil menjadi
tiga, yaitu Minihidro dengan kapasitas antara 100 kW sampai dengan 1 MW, Mikro hidro dengan kapasitas antara 1
– 100 kW, dan Pikohidro dengan kapasitas dari beberapa Watt (W) sampai dengan 1.000 Watt.
Beberapa komponen yang digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro baik komponen utama maupun
bangunan penunjang, antara lain :
1. Dam atau bendungan pengalih (intake). Dam pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka
di bagian sisi sungai ke dalam sebuah bak pengendap.
2. Bak pengendap (settling basin). Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari air.
Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi komponen-komponen berikutnya dari dampak
pasir.
3. Saluran penghantar (headrace). Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air
yang disalurkan.
4. Bak penenang (forebay). Bak penenang berada di ujung saluran pembawa yang berfungsi untuk mecegah
turbulensi air sebelum diterjunkan melalui pipa pesat.
5. Pipa pesat (penstock). Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih rendah ke sebuah roda air, dikenal
sebagai sebuah turbin.
6. Turbin. Turbin berfungsi untuk mengkonversi energi aliran air menjadi energi putaran mekanis.
7. Pipa hisap (draft tube). Pipa hisap berfungsi untuk menghisap air, mengembalikan tekanan aliran yang masih tinggi
ke tekanan atmosfer.
8. Generator. Generator berfungsi untuk menghasilkan listrik dari putaran mekanis.
9. Panel kontrol. Panel kontrol berfungsi mengatur dan mengendalikan beban listrik yang mengunakan motor listrik
sebagai penggeraknya.
10. Pengalih beban (ballast load). Pengalih beban berfungsi sebagai beban sekunder (dummy) ketika beban konsumen
mengalami penurunan. Kinerja pengalih beban ini diatur oleh panel kontrol.
Penggunaan beberapa komponen disesuaikan dengan tempat instalasi (kondisi geografis, baik potensi aliran air serta
ketinggian tempat) serta budaya masyarakat. Sehingga terdapat kemungkinan terjadi perbedaan desain MIKRO
HIDRO serta komponen yang digunakan antara satu daerah dengan daerah yang lain.
AR - 181
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 1. Skema pembangkit listrik tenaga mikrohidro (MIKRO HIDRO)
Prinsip Kerja Mikro Hidro
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (MIKRO HIDRO) pada prinsipnya memanfaatkan beda tinggi (head) dan
jumlah debit air yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin
sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik.
Pembangunan MIKRO HIDRO perlu diawali dengan pembangunan bendungan untuk mengatur aliran air yang akan
dimanfaatkan sebagai tenaga penggerak MIKRO HIDRO. Bendungan ini dapat berupa bendungan beton atau
bendungan beronjong. Bendungan perlu dilengkapi dengan pintu air dan saringan sampah untuk mencegah masuknya
kotoran atau endapan lumpur. Bendungan sebaiknya dibangun pada dasar sungai yang stabil dan aman terhadap banjir.
Di dekat bendungan dibangun bangunan pengalih (intake). Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bak pengendap
(settling basin) yang berfungsi untuk mengendapkan pasir dan menyaring kotoran sehingga air yang masuk ke turbin
relatif bersih. Setelah itu dibangun saluran penghantar (headrace) yang berfungsi mengalirkan air dari intake. Saluran
ini dilengkapi dengan saluran pelimpah pada setiap jarak tertentu untuk mengeluarkan air yang berlebih. Saluran ini
dapat berupa saluran terbuka atau tertutup.
Bak penenang (forebay) juga dibangun untuk menenangkan aliran air dan mencegah turbulensi air sebelum
diterjunkan ke pipa pesat (penstok). Saluran ini dibuat dengan konstruksi beton dan berjarak sedekat mungkin ke
rumah turbin untuk menghemat pipa pesat.
Pipa pesat berfungsi mengalirkan air sebelum masuk ke turbin. Dalam pipa ini, energi potensial air di bak penenang
diubah menjadi energi kinetik yang akan memutar roda turbin. Biasanya terbuat dari pipa baja yang dirol, lalu dilas.
Untuk sambungan antar pipa digunakan flens. Pipa ini harus didukung oleh pondasi yang mampu menahan beban
statis dan dinamisnya. Pondasi dan dudukan ini diusahakan selurus mungkin, karena itu perlu dirancang sesuai dengan
kondisi tanah.
Setelah keluar dari pipa pesat, air akan memasuki turbin pada bagian inlet. Di dalamnya terdapat guided vane untuk
mengatur pembukaan dan penutupan turbin serta mengatur jumlah air yang masuk ke runner blade atau bilah
(komponen utama turbin). Runner terbuat dari baja dengan kekuatan tarik tinggi yang dilas pada dua buah piringan
sejajar. Aliran air akan memutar runner dan menghasilkan energi kinetik yang akan memutar poros turbin.
Energi yang timbul akibat putaran poros kemudian ditransmisikan ke generator. Seluruh sistem ini harus seimbang.
Turbin perlu dilengkapi casing yang berfungsi mengarahkan air ke runner. Pada bagian bawah casing terdapat
pengunci turbin. Bantalan (bearing) terdapat pada sebelah kiri dan kanan poros dan berfungsi untuk menyangga poros
agar dapat berputar dengan lancar.
Turbin, generator dan sistem kontrol masing-masing diletakkan dalam sebuah rumah yang terpisah. Pondasi turbin-
generator juga harus dipisahkan dari pondasi rumahnya. Tujuannya adalah untuk menghindari masalah akibat getaran.
Rumah turbin harus dirancang sedemikian agar memudahkan perawatan dan pemeriksaan.
Pendapat pertama yang dikemukakan oleh Pudjanarsa menyatakan bahwa turbin air secara luas, sedangkan pendapat
keduanya menyatakan secara spesifik tentang cara kerja turbin hidrolis, untuk pernyataan ketiga lebih spesifik dengan
membagi prinsip kerja impuls dan reaksi.
AR - 182
ISBN: 978-602-60286-1-7
Daya Yang Dibangkitkan Turbin
Dari kapasitas air Q dan tinggi air jatuh H diperoleh daya keluaran turbin. Daya keluaran turbin dihitung menggunakan
persamaan:
𝑃𝒂 = 𝑄 . 𝜌 . 𝑔 . 𝐻 (1)
Dimana:
Pa = Daya air (kW)
Q = Kapasitas air (m3/s)
ρ = Massa jenis air (kg/m3)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
H = Head / Tinggi air jatuh (m)
dan efisiensi turbin :
𝜂𝑡 = 𝑃𝑡
𝑃𝑎 (2)
Maka daya turbin diperoleh :
𝑃𝑡 = 𝑃𝑎. 𝜂𝑡 (3)
𝑃𝑡 = 𝑄 . 𝜌 . 𝑔 . 𝐻 . 𝜂𝑡 (4) Perhitungan daya generator :
𝑃𝑔 = 𝜂𝑔 . 𝑃𝑡 (𝑘𝑊) (5)
Dimana:
Pt = Daya turbin (kW)
ηt = Efisiensi turbin
Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi jatuh air, dengan kapasitas aliran sama, akan mempuyai
energi potensial yang lebih besar dibandingkan dengan tinggi jatuh air yang lebih rendah.
Tabel 1. Pengaruh beban terhadap posisi pipa (terapung atau tenggelam)
Jenis Turbin Nilai Efisiensi (ηt)
Pelton 0,8 – 0,85
Francis 0,8 – 0,9
Cross-Flow 0,7 – 0,8
Kaplan/Propeller 0,8 – 0,9
Dalam tahap analisis dan perhitungan data menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Perhitungan kecepatan aliran
𝑉 = 𝑄
14⁄ . 𝜋 . 𝐷2 (𝑚
𝑠⁄ ) (6)
2. Perhitungan reynolds number
𝑅𝑒 = 𝑉 . 𝐷 . 𝜌
𝜇=
𝑉 . 𝐷
𝜈 (7)
3. Perhitungan major losses
𝐻𝑓 = 𝑓𝐿 . 𝑉2
𝐷 . 2 . 𝑔 (𝑚) (8)
4. Perhitungan minor losses
𝐻𝑓𝑚 = 𝐾𝑉2
2 . 𝑔 (𝑚) (9)
5. Perhitungan total head bersih
𝐻𝑛𝑒𝑡 = 𝐻𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 − 𝐿𝑜𝑠𝑠𝑒𝑠 (𝑚) (10)
AR - 183
ISBN: 978-602-60286-1-7
3. METODOLOGI PENELITIAN
Tempat Pelaksanaan Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada Sumber Penyediaan Air Minum Ibu Kota
Kecamatan (SPAM IKK) Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Propinsi Maluku Utara.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini, diantaranya :
1. Mikro hidro
Mikro hidro memiliki 3 komponen utama, yaitu :
- Air sebagai sumber energi
- Turbin yang digunakan pada penelitian ini adalah Turbin Cros-Flow
- Generator berkapasitas 12,5 kW, 230/389 Volt, 50/60 Hz, 3 Phase
Lokasi penelitian dilaksanakan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) pada Sumber Penyediaan Air Minum Ibu Kota
Kecamatan (SPAM IKK) Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Propinsi Maluku Utara.
Gambar 2. Mikro hidro yang terdapat pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) SPAM IKK Bacan
Gambar 3. Panel kontrol yang terpasang pada mikro hidro di Instalasi Pengolahan Air (IPA) SPAM IKK Bacan
2. Tachometer
Tachometer berfungsi untuk mengukur putaran dari sebuah objek, khususnya jumlah putaran yang dilakukan oleh
sebuah poros dalam satu satuan waktu.
Gambar 4. Tachometer
AR - 184
ISBN: 978-602-60286-1-7
Teknik Analisis
Jenis analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai
perwujudan gejala yang diamati.
Tahapan Penelitian
Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
1. Survei lokasi tempat pelaksanaan penelitian
Survei lokasi tempat pelaksanaan penelitian dilakukan terlebih dahulu agar mempermudah proses penelitian.
2. Persiapan alat-alat yang akan digunakan
Menyiapkan dan melengkapi alat sebelum penelitian dilakukan agar mempermudah dalam pengambilan data pada
saat penelitian, alat yang digunakan yaitu Tachometer untuk mengukur putaran turbin
3. Pengujian dan pengambilan data di lokasi penelitian
Data-data yang diambil yaitu meliputi data pengukuran variasi debit, daya, kapasitas dan peta/gambar jaringan
instalasi pipa dari intake sampai ke MIKRO HIDRO
4. Tahap analisis dan perhitungan data penelitian
4. KAJIAN
Kajian Teori dan Eksperimen
Kajian Teori Pengaruh Debit (Q) Terhadap Daya Output (P)
Grafik pengaruh debit (Q) terhadap daya (P) pada data hasil perhitungan menjelaskan bahwa semakin besar debit air
semakin besar pula daya yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5 dimana debit (0,01) m3/s daya yang
dihasilakan sebesar (5,02) kW, debit (0,0125) m3/s daya yang dihasilkan sebesar (6,15) kW, debit (0,015) m3/s daya
yang dihasilkan sebesar (7,19) kW, debit (0,0175) m3/s daya yang dihasilkan sebesar (8,13) kW, dan pada debit (0,02)
m3/s daya yang dihasilkan sebesar (8,97) kW.
Gambar 5. Grafik pengaruh debit (Q) terhadap daya (P) pada data hasil perhitungan teoritik
Hasil Eksperimen
Grafik pengaruh debit (Q) terhadap daya (P) pada data hasil penelitian menjelaskan bahwa semakin besar debit air
semakin besar pula daya yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 6 dimana debit (0,01) m3/s daya berada
pada (4,80) kW, debit dinaikan menjadi (0,0125) m3/s daya pun naik menjadi (5,90) kW, lalu debit dinaikan menjadi
(0,015) m3/s daya pun naik menjadi (7,08) kW, kemudian debit dinaikan lagi menjadi (0,0175) m3/s daya pun naik
menjadi (8,12) kW, samapai pada debit (0,02) m3/s daya pun naik menjadi (8,94) kW.
5.026.15
7.198.13
8.97
0
2
4
6
8
10
0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02 0.022
P (
kW)
Q (m3/s)
AR - 185
ISBN: 978-602-60286-1-7
Gambar 6. Grafik pengaruh debit (Q) terhadap daya (P) pada data hasil perhitungan data eksperimen
Perbandingan Antara Data Hasil Perhitungan Teoritik Dengan Data Hasil Pengujian Atau
Eksperimen
Perbandingan pengaruh debit (Q) terhadap daya (P) antara data hasil perhitungan secara teoritik dengan data hasil
perhitungan hasil eksperimen dapat dilihat pada gambar 7. Diketahui bahwa hasil perhitungan memiliki nilai lebih
tinggi dibandingkan dengan data penelitian namun tidak terlalu jauh. Hal ini menggambarkan bahwa effesiensi turbin
pada sistem yang dipasang mikro hidro ini cukup tinggi, atau mendekati effesiensi teoritik.
Gambar 7. Grafik perbandingan pengaruh debit (Q) terhadap daya (P) antara data hasil penelitian dengan data hasil
perhitungan
Pengaruh Debit (Q) Terhadap Efisiensi Total (ηT) Pada Data Hasil Eksperimen
Grafik pengaruh debit (Q) terhadap efisiensi total (ηT) pada data hasil penelitian menjelaskan bahwa semakin besar
debit air efisiensi total pun cenderung naik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 8 dimana debit (0,01) m3/s efisiensi total
(0,727), debit (0,0125) m3/s efisiensi total naik menjadi (0,729), debit (0,015) m3/s efisiensi total naik lagi menjadi
(0,748), debit (0,0175) m3/s efisiensi total naik menjadi (0,759), namun pada debit (0,02) m3/s efisiensi total sedikit
turun menjadi (0,758).
Gambar 8. Grafik pengaruh debit (Q) terhadap efisiensi total (ηT) pada data hasil penelitian
4.85.9
7.088.12 8.94
0
5
10
0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02 0.022
P (
kW)
Q (m3/s)
4.85.9
7.088.12
8.945.026.15
7.198.13 8.97
0
2
4
6
8
10
0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02 0.022
P (
kW)
Q (m3/s)
Hasil…
0.727 0.729
0.748
0.759 0.758
0.72
0.73
0.74
0.75
0.76
0.77
0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02 0.022
efi
sie
nsi
to
tal (
ηT)
Q (m3/s)
AR - 186
ISBN: 978-602-60286-1-7
Sistem Pemasangan dan Pemilihan Mikro Hidro
Pemilihan mirko hiro yang akan dipasang harus memperhatikan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan, yaitu:
a. Kebutuhan daya listrik
b. Kapasitas IPA
c. Head (beda tinggi antara Intake/bak pelepas tekan (BPT) dengan ketinggian IPA
d. Model atau jenis IPA yang akan dipasang Mikro Hidro.
Pada prinsipnya letak pemasangan Mikro Hidro pada Instalasi pengolahan Air (IPA) itu disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan beberapa pertimbangan teknis maupun non-teknis (estetika dll), bisa diatas IPA atau dibuatkan bangunan
tersendiri diluar struktur bangunan IPA, namun tentunya masing-masing sistem pemasangan akan memiliki pengaruh
terhadap daya outpot yang dihasilkan oleh Mikro Hidro. Beberapa contoh pemasangan mikro hidro dapat dilihat pada
gambar 9, 10 dan 11.
Cara memilih daya mikro hidro dapat menggunakan contoh perhitungan sebagai berikut:
Jika sumber air pada elevasi 92 m.dpl. ketinggian pada V note IPA 54 m.dpl. jarak 2,4 km, maka dengan estimasi
head loss 8 meter maka sisa head adalah:
H = 92 m – (54+8 m) = 30 meter
dan jika debit/kapasitas air masuk adalah 40 liter/detik = 0,04 m3/detik, maka:
P = 0,04 x 30 x 9,81 x 0,85
= 10 kW
Gambar 9. Model pemasangan mikro hidro pada beberapa jenis IPA
Gambar 10. Pemasangan mikro hidro di atas tanki V-Note IPA
Gambar 11. Pemasangan mikro hidro terpisah dari bangunan IPA
AR - 187
ISBN: 978-602-60286-1-7
Pengaruh Pemasangan Mikro Hidro Terhadap Debit Keluaran di IPA
Pemasangan Mikro Hidro pada ujung pipa inlet IPA akan berpengaruh terhadap debit (Q) output yang keluar dari
mikro hidro yang disebabkan oleh resisten dari runner blade dimana Effesiensi Ratio (η_r) debit in-out ke dan dari
turbin antara 0,52 – 0,925, maka Q out = (Q in x η_r) yang nilainya tergantung head, jika head makin tinggi maka
effesiensi ratio akan semakin tinggi. Sebagai acuan pemilihan Mikro Hidro untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA) dan
pengaruhnya terhadap debit output dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Pemilihan mikro hidro dan pengaruhnya terhadap debit air output
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Memperhatikan hasil kajian dan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Pemasangan Mikro Hidro pada instalasi pengolahan air (IPA) sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan energi
listrik di IPA, yang kebanyakan jauh dari permukiman dan akses jaringan listrik PLN, bahkan beberapa
diantaranya tidak terdapat jalan akses yang layak untuk mengangkut BBM. Kebutuhan listrik di IPA adalah untuk
sistem kimia, sitem penerangan atau peralatan pendukung lainnya. Teknologi ini cocok dikembangkan untuk
mengoptimalkan operasional IPA, terutama yang sistem pengalirannya gravitasi, sehingga tidak memerlukan biaya
operasional tambahan untuk memproduksi air.
b. Kapasitas daya Mikro hidro untuk IPA antara 3 kW sampai dengan 50 kW dan bisa lebih untuk kapasitas yang
besar (diatas 100 liter/detik) dengan head yang lebih tinggi (diatas 70 meter).
c. Pemilihan Mikro Hidro harus mempertimbangankan tingkat kebutuhan energi, kapasitas IPA, beda tinggi dan juga
tipe IPA yang akan dipasang Mikro hidro, sehingga pemasangan Mikro Hidro benar-benar efektif dan tidak
mengganggu sistem kerja IPA.
d. Mikro Hidro yang dipasang harus memiliki sisa tekan setelah melewati Turbin atau runner balde, sehingga
memungkinkan untuk dipasang di bagian yang dikehendaki baik bawah maupun di atas pada semua model/jenis
IPA.
e. Pada data hasil penelitian terlihat semakin besar debit air maka semakin besar pula efisiensi total yang didapatkan.
Dalam salah satu contoh kajian diketahui bahwa dengan debit air (Q) = (0,01 – 0,02) m3/s, efisiensi total (ηT)
yang didapatkan sebesar (0,727 – 0,759).
f. Kapasitas output air dari mikro hidro sangat ditentukan oleh beda tinggi atau head, diameter pipa dan panjang pipa
transmisi atau pipa pesat, yang effesiensi Ratio debit in-out ke dan dari turbin antara 0,52 – 0,925. Semakin tinggi
bada tingga dan semakin dekat jaraknya, maka penurunan kapasitas output akan semakin kecil.
Saran
Mengingat efektifnya teknologi ini, sebaiknya pihak yang berkepentingan (PDAM, Kemeterian PU-PR dan
pemerintah daerah serta Swasta) untuk menggunakan teknologi ini (Mikro Hidro) untuk instalasi pengolahan air yang
sering tidak berfungsi secara optimal sebagai akibat dari terbatasnya penyediaan energy listrik. Selain itu secara
ekonomi, teknologi ini dapat menurunkan biaya produksi air, yang secara otomatis dapat meningkatkan keuntungan
dalam pengusahaan air minum.
Head
(m)
Q Water In
(L/DET)
Q Water Out
(L/DET)
Daya MH
(kW)
Q Water In
(L/DET)
Q Water Out
(L/DET)
Daya MH
(kW)
Q Water In
(L/DET)
Q Water Out
(L/DET)
Daya MH
(kW)
Q Water In
(L/DET)
Q Water Out
(L/DET)
Daya MH
(kW)
20 20 10.4 3.3 30 15.6 5.0 50 29 8.3 80 48 13.3
25 20 11.6 4.2 30 16.8 6.3 50 31 10.4 80 51.2 16.7
30 20 12.2 5.0 30 17.4 7.5 50 32 12.5 80 52.8 20.0
35 20 12.6 5.8 30 18.3 8.8 50 33 14.6 80 54.4 23.3
40 20 13.2 6.7 30 19.2 10.0 50 34 16.7 80 57.6 26.7
45 20 13.7 7.5 30 20.4 11.3 50 36 18.8 80 60.8 30.0
50 20 14.6 8.3 30 21.3 12.5 50 37 20.8 80 62.4 33.4
55 20 14.9 9.2 30 22.5 13.8 50 38 22.9 80 63.6 36.7
60 20 15.6 10.0 30 23.4 15.0 50 39.5 25.0 80 65.6 40.0
65 20 16.2 10.8 30 24.3 16.3 50 41 27.1 80 67.6 43.4
70 20 16.6 11.7 30 24.9 17.5 50 42.5 29.2 80 70.4 46.7
75 20 16.9 12.5 30 25.5 18.8 50 44 31.3 80 72.8 50.0
80 20 17.6 13.3 30 25.8 20.0 50 45.5 33.4 80 74 53.4
AR - 188
ISBN: 978-602-60286-1-7
DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang Energi dan Sumberdaya Mineral. (2012). Mikrohidro. (Online).
(http://www.litbang.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=79:mikrohidro&catid=80:k
etenagalistrikan-dan-ebtke<emid=93)
Barlian M., Made Mara., dan Yesung A.P. (2013). “Perancangan Pipa Pesat, Dan Daya Keluaran Pembangkit Listrik
Tenaga Air Kokok Putih Desa Bilok Petung Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur”. Dinamika
Teknik Mesin, Vol. 3, No. 2
Damastuti, A.P. (1997). “Teknologi: Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro”. Wacana, Vol. 8.
Hunggul Y. S. H. N., Sallata, M. K. (2015). MIKRO HIDRO (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro). Penerbit
Andi. Yogyakarta
Umar, K. (2012). Penuntun Praktikum Fenomena Dasar Mesin. Universitas Khairun, Ternate
Pudjanarsa, A., Nursuhud, D. (2006). Mesin Konversi Energi. Penerbit Andi, Yogyakarta
PT. Kusuma Wardana Group. (2016). Buku Panduan Instalasi, Operasi dan Pemeliharaan Mikro Hidro (Radial-Flow
Hydroelectric Generator). Surabaya